• Tidak ada hasil yang ditemukan

Klasifikasi Cadangan Mineral Dan Batubara Menurut SNI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Klasifikasi Cadangan Mineral Dan Batubara Menurut SNI"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

KLASIFIKASI SUMBERDAYA DAN CADANGAN BATUBARA DAN MINERAL MENURUT SNI

Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Batubara

Klasifikasi sumberdaya mineral dan batubara merupakan standar pelaporan hasil eksplorasi yang tidak bisa ditentukan oleh opini sejumlah kecil ahli geologi melainkan harus didasarkan atas beberapa aspek. Di antaranya adalah tingkat keyakinan geologi, kontinuitas geologi, tingkat keyakinan teknis dan ekonomis, serta nilai harapan (ekspektasi). Cara pengklasifikasian sumberdaya dan cadangan di Indonesia bahkan di dunia sangat beragam sehingga perlu beberapa standar untuk dijadikan acuan. Standar yang akan dibahas untuk pengklasifikasian sumberdaya dan cadangan ini di Indonesia sendiri adalah SNI (Standar Nasional Indonesia) dan JORC (Joint Ore Reserves Committee) Code.

SNI (Standar Nasional Indonesia) untuk klasifikasi sumber daya dan cadangan batubara memiliki kode yaitu SNI 13-6011-1999 yang dikeluarkan Badan Standarisasi Nasional pada tahun 1999. Memiliki sebelas bagian yaitu :

1. Ruang Lingkup 2. Acuan

3. Definisi

4. Istilah dan pengertian 5. Tahap Eksplorasi

6. Tipe endapan batubara dan kondisi geologi 7. Kelas sumber daya dan cadangan

8. Dasar Klasifikasi 9. Persyaratan 10. Pelaporan 11. Pengujian

(2)

Klasifikasi berdasarkan SNI adalah upaya pengelompokan sumberdaya dan cadangan batu bara berdasarkan keyakinan geologi dan kelayakan ekonomi. Di dalam SNI, terdapat acuan dalam tahap-tahap eksplorasi sumberdaya batubara. Tahapan yang meliputi empat tahap eksplorasi yaitu :

1. Survey Tinjau (Reconnaissance)

Survei tinjau merupakan tahap eksplorasi batubara yang paling awal dengan tujuan mengindentifikasi daerah–daerah yang secara geologi mengandung endapan batubara yang berpotensi untuk diselidiki lebih lanjut serta mengumpulkan informasi tentang kondisi geografi, tata guna lahan, dan kesampaian daerah. Kegiatannya, antara lain, studi geologi regional, penafsiran penginderaan jauh, metode tidak langsung lainnya, serta inspeksi lapangan pendahuluan yang menggunakan peta dasar dengan skala sekurang-kurangnya 1:100.000

2. Prospeksi (Prospecting)

Tahap eksplorasi ini dimaksudkan untuk membatasi daerah sebaran endapan batubara yang akan menjadi sasaran eksplorasi selanjutnya. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini, di antaranya, pemetaan geologi dengan skala minimal 1:50.000, pengukuran penampang stratigrafi, pembuatan paritan, pembuatan sumuran, pemboran uji (scout drilling), pencontohan, dan analisis. Metode eksplorasi tidak langsung, seperti penyelidikan geofisika, dapat dilaksanakan apabila dianggap perlu.

3. Eksplorasi pendahuluan (Preliminary exploration)

Tahap eksplorasi ini dimaksudkan untuk mengetahui gambaran awal bentuk tiga-dimensi endapan batubara yang meliputi ketebalan lapisan, bentuk, korelasi, sebaran, struktur, kuantitas dan kualitas. Kegiatan yang dilakukan antara lain, pemetaan geologi dengan skala minimal 1:10.000, pemetaan topografi, pemboran dengan jarak yang sesuai dengan kondisi geologinya, penampangan (logging) geofisika, pembuatan sumuran/paritan uji, dan pencontohan yang andal. Pengkajian awal geoteknik dan geohidrologi dimulai dapat dilakukan.

4. eksplorasi rinci (Detailed exploration)

Tahap eksplorasi ini dimaksudkan untuk mengetahui kuantitas dan kualitas serta model tiga-dimensi endapan batubara secara lebih rinci. Kegiatan yang harus dilakukan adalah pemetaan geologi dan topografi dengan skala minimal 1:2.000, pemboran dan pencontohan yang dilakukan dengan jarak yang sesuai dengan kondisi geologinya,

(3)

penampangan (logging) geofisika, serta pengkajian geohidrologi dan geoteknik. Pada tahap ini perlu dilakukan penyelidikan pendahuluan pada batubara, batuan, air dan lainnya yang dipandang perlu sebagai bahan pengkajian lingkungan yang berkaitan dengan rencana kegiatan penambangan yang diajukan.

Tipe endapan batubara,secara umum endapan batubara utama di indonesia terdapat dalam tipe endapan batu bara ombilin, Sumatera Selatan, Kalimantan Timur dan Bengkulu. Tipe endapan batubara tersebut masing-masing memiliki karakteristik tersendiri yang mencerminkan sejarah sedimentasinya. Selain itu, proses pasca pengendapan seperti tektonik, metamorfosis, vulkanik dan proses sedimentasi lainnya turut mempengaruhi kondisi geologi atau tingkat kompleksitas pada saat pembentukan batu bara.

Berdasarkan kondisi geologi,proses sedimentasi dan pengaruh tektonik, karakteristik geologi tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok utama : Kelompok geologi sederhana, kelompok geologi moderat, dan kelompok geologi kompleks. Uraian tentang batasan umum untuk masing-masing kelompok tersebut beserta tipe lokalitasnya adalah sebagai berikut:

1. Kelompok Geologi Sederhana

Endapan batubara dalam kelompok ini umumnya tidak dipengaruhi oleh aktivitas tektonik, seperti sesar, lipatan, dan intrusi. Lapisan batu bara pada umumnya landai, menerus secara lateral sampai ribuan meter, dan hampir tidak mempunyai percabangan. Ketebalan lapisan batubara secara lateral dan kualitasnya tidak memperlihatkan variasi yang berarti. Contoh jenis kelompok inantara lain, di lapangan Bangko Selatan dan Muara Tiga Besar (Sumatera Selatan), Senakin Barat (Kalimantan Selatan), dan Cerenti (Riau).

2. Kelompok Geologi Moderat

Batubara dalam kelompok ini diendapkan dalam kondisi sedimentasi yang lebih bervariasi dan sampai tingkat tertentu telah mengalami perubahan pasca pengendapan dan tektonik. Sesar dan lipatan tidak banyak, begitu pula pergeseran dan perlipatan yang diakibatkannya relatif sedang. Kelompok ini dicirikan pula oleh kemiringan lapisan dan variasi ketebalan lateral yang sedang serta berkembangnya percabangan lapisan batu bara, namun sebarannya masih dapat diikuti sampai ratusan meter. Kualitas batu bara secara langsung berkaitan dengan tingkat perubahan yang terjadi baik pada saat proses sedimentasi berlangsung maupun pada pasca pengendapan. Pada beberapa tempat intrusi

(4)

batuan beku mempengaruhi struktur lapisan dan kualitas batubaranya. Endapan batu bara kelompok ini terdapat antara lain di daerah Senakin, Formasi Tanjung (Kalimantan Selatan), Loa Janan-Loa Kulu, Petanggis (Kalimantan Timur), Suban dan Air Laya (Sumatera Selatan), seta Gunung Batu Besar (Kalimantan Selatan).

3. Kelompok Geologi Kompleks

Batu bara pada kelompok ini umumnya diendapkan dalam sistim sedimentasi yang komplek atau telah mengalami deformasi tektonik yang ekstensif yang mengakibatkan terbentuknya lapisan batu bara dengan ketebalan yang beragam. Kualitas batubaranya banyak dipengaruhi oleh perubahanperubahan yang terjadi pada saat proses sedimentasi berlangsung atau pada pasca pengendapan seperti pembelahan atau kerusakan lapisan (wash out). Pergeseran, perlipatan dan pembalikan (overturned) yang ditimbulkan oleh aktivitas tektonik, umum dijumpai dan sifatnya rapat sehingga menjadikan lapisan batubara sukar dikorelasikan. Perlipatan yang kuat juga mengakibatkan kemiringan lapisan yang terjal. Secara lateral, sebaran lapisan batu baranya terbatas dan hanya dapat diikuti sampai puluhan meter. Endapan batubara dari kelompok ini, antara lain, diketemukan di Ambakiang, Formasi warukin, Ninian,

Dasar Klasifikasi sumber daya dan cadangan dalam SNI berdasarkan pada tingkat keyakinan geologi dan kajian kelayakan. Pengelompokannya mengandung dua aspek yaitu aspek geologi dan aspek ekonomi.

1. Aspek Geologi

Sumberdaya terukur harus memiliki tingkat keyakinan yang lebih tinggi daripada sumberdaya tertunjuk dan begitu selanjutnya seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2. Tingkat keyakinan geologi secara kuantitatif dicerminkan oleh jarak informasi yang didapat dari singkapan dan lubang bor.

2. Aspek Ekonomi

Ketebalan mineral lapisan batubara dapat ditambang dan ketebalan maksimal lapisan pengotor dapat menyebabkan kualitas batubaranya menurun karena kandungan abunya yang meningkat. Itu adalah salah satu unsur yang terkait dalam aspek ekonomi dan perlu diperhatikan dalam penggolongan sumber daya batubara.

(5)

Kelas Sumberdaya dan Cadangan Batubara

1.

Sumberdaya batubara hipotetik (hypothetical coal resource)

Sumber daya batubara adalah jumlah batubara di daerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap penyelidikan survei tinjau.

2. Sumberdaya batubara tereka (inferred coal resource)

Sumber daya batubara tereka adalah jumlah batubara di daerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap penyelidikan prospeksi.

3. Sumberdaya batubara tertunjuk (indicated coal resource)

Sumber daya batubara tertunjuk adalah jumlah batubara di daerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syaratsyarat yang ditetapkan untuk tahap eksplorasi pendahuluan.

4. Sumberdaya batubara terukur (measured coal resource)

Sumber daya batubara terukur adalah jumlah batubara di daerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap eksplorasi rinci.

5. Cadangan batubara terkira (probable coal reserve)

Cadangan batubara terkira adalah sumber daya batubara tertunjuk dan sebagian sumber daya batubara terukur, tetapi berdasarkan kajian kelayakan semua faktor yang terkait telah terpenuhi sehingga hasil kajiannya dinyatakan layak.

6. Cadangan batubara terbukti (proved coal reserve)

Cadangan batu bara terbukti adalah sumber daya batubara terukur yang berdasarkan kajian kelayakan semua faktor yang terkait telah terpenuhi sehingga hasil kajiannya dinyatakan layak.

Tabel Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Batubara

(6)

Hasil Survey Tinjau Prospeksi Eksplorasi Pendahuluan Eksplorasi Rinci Belum Layak Sumber Daya Hipotektik (Hypothectical Resources Sumber Daya Tereka (Inferred Resources) Sumber Daya Tertunjuk (Indicated Resources) Sumber Daya Terukur (Measured Resources) Layak

Cadangan Terkira (Probable Reserves)

Cadangan Terbukti (Proved Reserves)

Kajian kelayakan didasarkan dalam faktor – faktor sebagai berikut:

1. Ekonomi 2. Penambangan 3. Pengolahan 4. Pemasaran 5. Kebijakan pemerintah 6. Sosial 7. Peraturan UU 8. Lingkungan

Persyaratan yang berhubungan dengan aspek geologi adalah jarak titik informasi untuk setiap kondisi geologi dan kelas sumberdayanya. Sedangkan untuk persyaratan yang berhubungan dengan aspek ekonomi adalah persyaratan batas minimal ketebalan batubara yang dapat ditambang untuk batubara jenis batubara berenergi rendah (Brown coal) dan batubara jenis batubara berenergi tinggi (hard coal) akan menunjukkan angka yang berbeda karena kandungan panasnya berbeda (panas merupakan parameter utama kualitas batu-bara). Untuk brown coal, lapisan batu bara minimal ≥ 1 meter dan lapisan pengotornya ≤ 0,3 meter. Sedangkan untuk hard coal, lapisan batubara minimal ≥ 0,4 meter dan lapisan pengotornya ≤ 0,3 meter.

(7)

Tabel Jarak titik informasi menurut kondisi geologi Kondisi

Geologi Kriteria

Sumberdaya

Hipotetik Tereka Terunjuk Terukur

Sederhana Jarak Titik Formasi Tak Terbatas 1000 < X ≤ 1500 500 < X ≤ 1000 X ≤ 500 Moderat 500 < X ≤ 1000 250 < X ≤ 500 X ≤ 250 Kompleks 200 < X ≤ 400 100 < X ≤ 200 X ≤ 200

Pengujian atas laporan eksplorasi batubara ini dilakukan panitia/lembaga penguji yang dibentuk instansi yang berwenang untuk tujuan itu. Yang anggotanya adalah para ahli yang berkompeten dan berpengalaman di bidangnya.

Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Mineral

Badan Standarisasi Nasional (BSN) telah menetapkan pembakuan mengenai klasifikasi Sumberdaya Mineral dan Cadangan SNI No. 13-4726-1998. Dalam pembakuan ini didefinisikan

(8)

bahwa Sumber Mineral (mineral resource) adalah endapan mineral yang diharapkan dapat dimanfaatkan secara nyata. Sumberdaya mineral dengan keyakinan geologi tertentu dapat berubah menjadi cadangan setelah dilakukan pengkajian kelayakan tambang dan memenuhi kriteria layak tambang. Keyakinan geologi diperoleh berdasarkan tahap penyelidikan sebagai berikut :

1. Survei Tinjau (reconnaissance) adalah tahap eksplorasi untuk mengidentifikasi daerah berpotensi bagi keterdapatan mineral pada skala regional berdasarkan hasil studi geologi regional, diantaranya pemetaan geologi regional, pemotretan udara dan metoda tidak langsung lainnya, dan inspeksi lapangan pendahuluan yang penarikan kesimpulannya berdasarkan ekstrapolasi.

2. Prospeksi (Prospecting) adalah tahap eksplorasi pemetaan geologi untuk mengidentifikasi singkapan, dan metoda yang tidak langsung seperti studi geokimia dan geofisika. Paritan yang terbatas, pemboran dan pencontohan mungkin juga dilaksanakan. Estimasi kuantitas dihitung berdasarkan interpretasi data geologi,geokimia dan geofisika 3. Eksplorasi Umum (General Exploration) adalah tahap eksplorasi yang merupakan

delineasi awal dari suatu endapan yang teridentifikasi. Metoda yang digunakan termasuk pemetaan geologi, pencontohan dengan jarak yang lebar, membuat paritan dan pemboran untuk evaluasi pendahuluan kuantitas dan kualitas dari suatu endapan. Interpolasi bisa dilakukan secara terbatas berdasarkan metoda penyelidikan tak langsung.

4. Eksplorasi Terinci (Detailed Exploration) adalah tahap eksplorasi untuk mendeliniasi secara rinci dalam 3 dimensi terhadap endapan mineral yang telah diketahui dari pencontohan singkapan, paritan, lubang bor, shafts dan terowongan. Jarak pencontohan sedemikian rapat sehingga ukuran, bentuk, sebaran, kemenerusan, kuantitas dan kualitas serta ciri-ciri yang lain dari endapan mineral tersebut dapat ditentukan dengan tingkat ketelitian yang tinggi. Uji pengolahan dari pencontohan ruah (bulk sampling) mungkin diperlukan. Berdasarkan tahap penyelidikannya, Sumberdaya Mineral dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu:

a.

Sumberdaya Mineral Hipotetik (hypothetical mineral resource) adalah adalah sumber daya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan perkiraan pada tahap survei tinjau. Sumber daya mineral ini merupakan hasil dari tahap paling awal dari suatu kegiatan eksplorasi dari suatu kegiatan penyelidikan umum.

(9)

b. Sumberdaya Mineral Tereka (inferred mineral resource) adalah sumberdaya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan hasil tahap Prospeksi.

c. Sumberdaya Mineral Terunjuk (indicated mineral resource) adalah sumberdaya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan hasil tahap Eksplorasi Umum.

d. Sumberdaya Mineral Terukur (measured mineral resource) adalah sumberdaya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan hasil tahap Eksplorasi Terinci.

Sedangkan yang dimaksud dengan Cadangan (reserve) adalah endapan mineral yang telah diketahui ukuran, bentuk, sebaran, kemenerusan, kuantitas dan kualitasnya dan yang secara ekonomi, pemasaran, teknologi (penambangan, pengolahan), kebijaksanaan pemerintah, hukum, lingkungan dan sosial dapat ditambang pada saat perhitungan dilakukan. Cadangan dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu:

1. Cadangan Terkira (probable reserve) adalah sumberdaya mineral terunjuk dan sebagian sumberdaya mineral terukur yang tingkat keyakinan geologinya masih lebih rendah, yang berdasarkan studi kelayakan tambang semua faktor yang terkait telah terpenuhi, sehingga penambangan dapat dilakukan secara ekonomis.

2. Cadangan Terbukti (proved reserve) adalah sumberdaya mineral terukur yang berdasarkan studi kelayakan tambang semua faktor yang terkait telah terpenuhi, sehingga penambangan dapat dilakukan secara ekonomis. Dalam proses penambangan sering digunakan istilah atau jenis cadangan sebagai berikut:

a. Cadangan geologi (geological reserve) adalah sejumlah cadangan yang batas-batasnya ditentukan oleh suatu model geologi. Dalam cadangan ini belum diperhitungkan faktor lain seperti prosentase perolehan penambangan dan pengurang lainnya.

b. Cadangan dapat ditambang (mineable reserve) adalah sejumlah cadangan yang secara teknis-ekonomis dapat ditambang. Faktor seperti cut-of grade dan stripping ratio telah diperhitungkan.

c. Cadangan terambil (recoverable reserve) adalah sejumlah cadangan dari mineable reserve yang telah memperhitungkan faktor prosentase perolehan penambangan.

(10)

Berdasarkan kaitannya bahan galian sebagai bahan baku suatu industri, baik hulu maupun hilir menurut PP No. 27 Tahun 1980 (penjabaran UU No. 11 Tahun 1967), sumber daya mineral dibagi dalam 3 (tiga) kelompok besar yaitu :

1. Bahan galian strategis (Golongan A) - Bitumen Cair (BC), Lilin Bumi (LB), - Bitumen Padat (BP), Aspal (A), - Antrasit (AT), Batubara (BB),

- Uranium (U), Radium (Rd), Thorium (Th), dan bahan-bahan radioaktif lainnya, - Nikel (Co), Cobalt (Co), Pottasium (Ps).

2. Bahan galian vital (Golongan B)

- Besi (Fe), Mangan (Mn), Molibden (Mo), Wolfram (W), Vanadium (V), Titan (Ti), - Bauksit (Al), Tembaga (Cu), Timbal (Pb), Seng (Zn),

-

Emas (Au), Platina (Pt), Perak (Ag), Air Raksa (Hg), Intan (C),

-

Arsen (Ar), Antimon (An), Bismuth (Bi),

-

Yatrium (Yi), Rhutenium (Rh), Cesium (Cs), dan logam-logam langka lainnya,

-

Berilium (Be), Korundum (Ao), Kristal Kuarsa (Si),

-

Kriolit (Ct), Flourspar (Fs), Barit (Ba),

-

Yodium (I), Brom (Br), Khlor (Cl), Belerang (S),

3.

Bahan galian yang tidak termasuk keduanya (Golongan C)

- Nitrat (No), Fospat (Po), Halit (Nc), Batugaram (Br), Zeolit (Ze), - Batu Permata (Gs),

- Yarosit (Jr), Leusit (Ft), Oker (Hs), Tawas (Ah),

- Pasir Kuarsa (PK), Kaolin (KA), Felspar (NK), Gipsum (Ch), Bentonit (BC),

- Batuapung (PU), Tras (DV), Obsidian (GB), Perlit (PE), Tanah Diatomea (CD), Tanah Serap (TS),

- Marmer (MR), Batusabak (BS),

- Batukapur (BG), Dolomit (CM), Klasit (CO),

- Granit (GR), Andesit (AN), Basalt (BS), Trakhit (TR), Peridotit (PR),

-

Pasir (PS), Pasir-Batu (PA).

Klasifikasi sumber daya mineral berdasarkan jenis komoditasnya 1. Komoditas mineral logam

- Komoditas Logam dasar (Cu, Pb, Zn, Sb, Bi, Hg, Sn), - Komoditas Logam Mulia (Au, Ag, Pt),

- Komoditas Logam Besi dan Paduan Besi (Fe, Mn, Mo, Cr, Co, Ni, W, V),

- Komoditas Logam Ringan dan Logam Langka (Al, Be, Li, Mg, Ti, Ta-Nb, Cd, Ga, In, Y,Th, Zr, U, Re).

2. Komoditas mineral non logam

- Komoditas Mineral Industri (Ls, Do, P, Ca, Ze, Gy, Btn, Dt, Ba, Och/Ya, S, Asb, Tc, Mi, I),

(11)

- Komoditas Bahan Bangunan (An, Gra, Tra, On, Ma, Dio, Gr, Pu, Ob, Bs, Bb),

- Komoditas Batumulia dan Batuhias (Cha, Ch, Q, Op, Ja, Chr, Sil, Gar, Jad, Agt, Di, Zr,Top).

3. Komoditas batubara dan gambut - Komoditas Batubara,

- Komoditas Gambut

4. Persyaratan

· Persyaratan yang Berhubungan dengan Aspek Geologi · Peryaratan yang Berhubungan dengan Aspek Ekonomi

Batu bara jenis batu bara energi rendah (brown coal) menunjukkan kandungan panas yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan batu bara jenis batu bara energi tinggi (hard coal). Karena pada hakikatnya kandungan panas merupakan parameter utama kualitas batu bara, persyaratan batas minimal ketebalan batu bara yang dapat ditambang dan batas maksimal lapisan pengotor yang tidak dapat dipisahkan pada saat di tambang untuk batu bara jenis batu bara energi rendah (brown coal) dan batu bara jenis batu bara energi tinggi (hard coal) akan menunjukkan angka yang berbeda.

5. Pelaporan

Supaya data sumber daya dan cadangan dapat dimengerti dengan baik dan mudah oleh pihak-pihak yang berkepentingan, perlu adanya sistem pelaporan yang baku. Laporan ini menggambarkan status terakhir mengenai sumber daya dan cadangan batu bara secara rinci dan akurat dan disarikan. Laporan hasil kegiatan penyelidikan sumber daya dan cadangan batu bara ini disimpan diinstansi/lembaga yang ditunjuk

(12)

6. Pengujian

· Pengujian kelas sumber daya dan cadangan batu bara dilakukan terhadap terpenuhinya persyaratan yang telah ditentukan.

· Panitia/lembaga penguji merupakan tim yang dibentuk oleh instansi yang berwenang untuk tujuan itu. Anggota panitia/lembaga yang ditunjuk terdiri atas para ahli yang berkompeten dan berpengalaman di bidangnya.

Penaksiran cadangan merupakan salah satu tugas terpenting dan berat tanggungjawabnya dalam mengevaluasi suatu proyek pertambangan karena semua keputusan-keputusan teknis amat tergantung padanya. Model cadangan yang dibuat adalah pendekatan dari keadaan cadangan nyata berdasarkan data/informasi yang tersedia dan masih mengandung ketidakpastian.

Ada beberapa hal yang mendasari sehingga penaksiran cadangan dianggap penting, antara lain: 1) Penaksiran cadangan merupakan taksiran dari kuantitas (tonase) dan kualitas dari suatu cadangan.

2) Penaksiran cadangan memberikan perkiraan bentuk 3 dimensi dari cadangan serta distribusi ruang (spatial) dari nilainya. Hal ini penting untuk menentukan urutan atau tahapan penambangan yang pada gilirannya akan mempengaruhi pemilihan peralatan dan Net Present Value (NPV) dari tambang.

3) Jumlah cadangan menentukan umur tambang. Hal ini penting dalam perancangan pabrik pengolahan dan kebutuhan infrastruktur lainnya.

4) Batas-batas kegiatan penambangan (pit limit) dibuat berdasarkan taksiran cadangan. Faktor ini harus diperhatikan dalam menentukan lokasi penambangan tanah atau batuan penutup dan tailing (waste dump & tailing impoundment), pabrik pengolahan bijih, bengkel dan fasilitas lainnnya.

Syarat – syarat untuk dapat melaksanakan penaksiran cadangan suatu daerah cadangan penambangan antara lain:

a) Suatu taksiran cadangan harus mencerminkan kondisi geologis dan karakter atau sifat dari mineralisasi.

b) Penaksiran cadangan harus sesuai dengan tujuan dari evaluasi suatu model cadangan yang akan digunakan untuk perancangan tambang harus konsisten dengan metode penambangan dan teknik perencanaan tambang yang akan diterapkan.

(13)

c) Taksiran yang baik harus didasarkan pada data faktual yang diolah atau diperlakukan secara obyektif. Keputusan dipakai tidaknya suatu data dalam penaksiran harus diambil dengan padanan yang jelas dan konsisten. Tidak boleh ada pembobotan data yang semena-mena. Pembobotan yang berbeda harus dilakukan dengan dasar yang kuat.

d) Metode penaksiran yang digunakan harus memberikan hasil yang dapat diuji ulang atau diverifikasi. Tahap pertama setelah penaksiran cadangan selesai dilakukan adalah memeriksa atau mengecek taksiran kadar blok (unti penambangan kecil). Hal ini dilakukan dengan menggunakan data pemboran (komposit atau assay) yang ada disekitarnya. Setelah penambangan dimulai, taksiran kadar dari model cadangan harus diperiksa ulang dengan kadar dan tonase hasil penambangan yang sesungguhnya.

2.2 Metode Penaksiran Cadangan

Prinsip umum dalam penaksiran cadangan adalah bagaimana mendapatkan suatu nilai pengganti terbaik dari sejumlah perconto yang diambil dari suatu badan mineral. Secara lebih spesifik kita ingin menaksir kadar pada suartu lokasi dimana kita tidak memiliki data dengan menggunakan sejumlah perconto yang letaknya dekat dengan lokasi terbentuk.

Ada beberapa metode yang dapat digunakan antara lain metode konvensional dan geostatistik. Metode konvensional dapat dibagi menjadi empat kelompok, yaitu metode luas dan faktor rata-rata, metode blok-blok penambangan, metode penampang, dan metode analitik.

Untuk memilih salah satu diantara metode itu diperlukan beberapa pertimbangan, yaitu analisis cadangan, tujuan perhitungan cadangan, system penambangan dan prinsip-prinsip dari interpretasi dan eksplorasi yang dipakai.

Rumus-rumus yang digunakan untuk menghitung volume, tonase, faktor rata-rata merupakan suatu pendekatan. Hal ini disebabkan bentuk dan ukuran badan bijih yang tidak teratur, penyederhanaan geometris, interpretasi geologi, dan asumsi dari variable-variabel yang tidak konsisten (Popoff,1966).

Hasil dari permodelan dan penghitungan cadangan ini juga sangat berperan untuk memberikan analisis tentang apa yang akan kita lakukan terhadap tambang baik itu tentang metoda penambangan yang akan digunakan, batasan lokasi penambangannya (pit limit) atau bahkan perkiraan tentang umur dari penambangan tersebut. Hasil tersebut dimungkinkan karena perkiraan umur suatu penambangan akan dipengaruhi oleh jumlah cadangan yang ada.

Hal yang sedikit berbeda diberikan dalam pemodelan sumberdaya dan penghitungan cadangan untuk batubara, langkah yang dilakukan akan lebih kompleks dan spesiifik lagi. Hal ini

(14)

disebabkan karena cadangan batubara itu berbentuk lapisan-lapisan sehingga pemodelan dan perhitungan cadangannnya juga akan saling berhubungan yang berarti perkiraan penambangannya tidak bisa hanya untuk satu seam lapisan batubara saja. Kita dapat mengambil contoh, bahwa untuk permodelan dan perhitungan cadangan batubara maka keadaan antar lapisan itu sangat diperhitungkan yang berarti bila memungkinkan untuk pengambilan batubara pada satu seam apakah itu juga memungkinkan untuk pengambilan seam selanjutnya. Hal ini kembali lagi pada nilai ekonomis pada batubara tersebut yaitu apakah dengan batubara yang kita ambil itu maka hasil penjualannya dapat mengganti biaya yang dikeluarkan untuk pengambilanya. Inilah alasan yang membuat permodelan dan perhitungan cadangan batubara menjadi sangat penting khusunya pada penambangan batubara.

Secara umum permodelan sumberdaya dan perhitungan cadangan batubara memerlukan data-data dasar sebagai berikut :

1. Peta Topografi

2. Data penyebaran singkapan batubara 3. Data sebaran titik bor

4. Peta Geologi 5. Peta Situasi

Keterkaitan antar seam sangat diperhatikan dalam pemodelan dan perhitungan cadangan batubara maka data yang diperlukan pada permodelan dan perhitungan cadangan batubara juga menjadi sangat kompleks. Penggambaran persebaran batubara tidak hanya untuk satu lapisan saja melainkan juga keseluruhan lapisan sehingga pada analisa akhir dapat ditetapkan nilai cadangan yang potensial baik secara teknis maupun secara ekonomis.

Pengolahan data yang harus kita lakukan juga sangat beragam, tergantung mana yang dapat memberikan nilai yang lebih tepat. Tetapi tetap saja pada permodelannya haruslah dapat menunjukkan semua segi dengan lengkap dan tepat khususnya secara visual, baik itu tentang topografinya, gambaran tiap seamnya baik roof atau floornya, dan gambaran ketebalan tiap lapisan serta data tentang overburdennya.

Aplikasi penggunaan komputer untuk pengolahan datanya juga akan sangat membantu dibanding dengan menggunakan pengolahan secara manual, selain dari segi keakuratan yang jauh lebih teliti dengan menggunakan komputer. Beberapa program aplikasi yang sering digunakan mampu memberikan permodelan dan perhitungan secara langsung akan tetapi sering pula harus memadukan kemampuan antara dua atau lebih program aplikasi.

(15)

Dalam menaksir suatu sumberdaya mineral, diperlukan suatu persyaratan penaksiran data lapangan melihat pentingnya bahwa semua keputusan teknis sangat tergantung pada data lapangan merupakan salah satu tugas penting dan mempunyai tanggungjawab yang berat dalam evaluasi sumberdaya (resource). Model data yang kita buat adalah pendekatan dari realitas, berdasarkan data/informasi yang kita dapatkan di lapangan. Beberapa faktor yang menentukan dalam perhitungan cadangan yaitu ;

-Luas dan Ketebalan

-Kadar dari pada Bahan Galian (bijih) -Berat jenis

-Sebaran Bahan Galian (Endapan Mineral), dll

Validitas data berkaitan dengan tingkat keyakinan dari data geologi terhadap suatu model akan tergantung dari ;

-Jarak antar titik informasi

-Konsep dalam pengkorelasian data

-Tingkat ketelitian dalam mengidentifikasi struktur geologi Cadangan Mineral

Badan Standarisasi Nasional (BSN) telah menetapkan pembakuan mengenai klasifikasi Sumberdaya Mineral dan Cadangan SNI No. 13-4726-1998. Dalam pembakuan ini didefinisikan bahwa Sumber Mineral (mineral resource) adalah endapan mineral yang diharapkan dapat dimanfaatkan secara nyata. Sumberdaya mineral dengan keyakinan geologi tertentu dapat berubah menjadi cadangan setelah dilakukan pengkajian kelayakan tambang dan memenuhi kriteria layak tambang. Keyakinan geologi diperoleh berdasarkan tahap penyelidikan sebagai berikut :

1. Survei Tinjau (reconnaissance) adalah tahap eksplorasi untuk mengidentifikasi daerah berpotensi bagi keterdapatan mineral pada skala regional berdasarkan hasil studi geologi regional, diantaranya pemetaan geologi regional, pemotretan udara dan metoda tidak langsung lainnya, dan inspeksi lapangan pendahuluan yang penarikan kesimpulannya berdasarkan ekstrapolasi.

2. Prospeksi (Prospecting) adalah tahap eksplorasi pemetaan geologi untuk mengidentifikasi singkapan, dan metoda yang tidak langsung seperti studi geokimia dan geofisika. Paritan yang

(16)

terbatas, pemboran dan pencontohan mungkin juga dilaksanakan. Estimasi kuantitas dihitung berdasarkan interpretasi data geologi,geokimia dan geofisika.

3. Eksplorasi Umum (General Exploration) adalah tahap eksplorasi yang merupakan delineasi awal dari suatu endapan yang teridentifikasi. Metoda yang digunakan termasuk pemetaan geologi, pencontohan dengan jarak yang lebar, membuat paritan dan pemboran untuk evaluasi pendahuluan kuantitas dan kualitas dari suatu endapan. Interpolasi bisa dilakukan secara terbatas berdasarkan metoda penyelidikan tak langsung.

4. Eksplorasi Terinci (Detailed Exploration) adalah tahap eksplorasi untuk mendeliniasi secara rinci dalam 3 dimensi terhadap endapan mineral yang telah diketahui dari pencontohan singkapan, paritan, lubang bor, shafts dan terowongan. Jarak pencontohan sedemikian rapat sehingga ukuran, bentuk, sebaran, kemenerusan, kuantitas dan kualitas serta ciri-ciri yang lain dari endapan mineral tersebut dapat ditentukan dengan tingkat ketelitian yang tinggi. Uji pengolahan dari pencontohan ruah (bulk sampling) mungkin diperlukan. Berdasarkan tahap penyelidikannya, Sumberdaya Mineral dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu:

a) Sumberdaya Mineral Hipotetik (hypothetical mineral resource) adalah sumberdaya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan perkiraan pada tahap Survai Tinjau.

b) Sumberdaya Mineral Tereka (inferred mineral resource) adalah sumberdaya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan hasil tahap Prospeksi.

c) Sumberdaya Mineral Terunjuk (indicated mineral resource) adalah sumberdaya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan hasil tahap Eksplorasi Umum.

d) Sumberdaya Mineral Terukur (measured mineral resource) adalah sumberdaya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan hasil tahap Eksplorasi Terinci.

Sedangkan yang dimaksud dengan Cadangan (reserve) adalah endapan mineral yang telah diketahui ukuran, bentuk, sebaran, kemenerusan, kuantitas dan kualitasnya dan yang secara ekonomi, pemasaran, teknologi (penambangan, pengolahan), kebijaksanaan pemerintah, hukum, lingkungan dan sosial dapat ditambang pada saat perhitungan dilakukan. Cadangan dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu:

-Cadangan Terkira (probable reserve) adalah sumberdaya mineral terunjuk dan sebagian sumberdaya mineral terukur yang tingkat keyakinan geologinya masih lebih rendah, yang berdasarkan studi kelayakan tambang semua faktor yang terkait telah terpenuhi, sehingga penambangan dapat dilakukan secara ekonomis.

(17)

-Cadangan Terbukti (proved reserve) adalah sumberdaya mineral terukur yang berdasarkan studi kelayakan tambang semua faktor yang terkait telah terpenuhi, sehingga penambangan dapat dilakukan secara ekonomis.

Dalam proses penambangan sering digunakan istilah atau jenis cadangan sebagai berikut:

-Cadangan geologi (geological reserve) adalah sejumlah cadangan yang batas-batasnya ditentukan oleh suatu model geologi. Dalam cadangan ini belum diperhitungkan faktor lain seperti prosentase perolehan penambangan dan pengurang lainnya.

-Cadangan dapat ditambang (mineable reserve) adalah sejumlah cadangan yang secara teknis-ekonomis dapat ditambang. Faktor seperti cut-of grade danstripping ratio telah diperhitungkan. -Cadangan terambil (recoverable reserve) adalah sejumlah cadangan dari mineable reserve yang telah memperhitungkan faktor prosentase perolehan penambangan.

Referensi

Dokumen terkait

batubara oleh tim penyelidikan batubara dari Pusat Sumber Daya Geologi tahun 2013 di daerah Potaway, Kabupaten Mimika, telah ditemukan 6 singkapan batubara yang

Validasi data analisis proksimat batubara dilakukan untuk menentukan rank batubara daerah penelitian; di mana berdasarkan klasifikasi rank batubara ASTM dan DIN akan dapat

Sumber daya batubara hipotetik adalah batu bara di daerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang

• Sumberdaya batubara terindikasi (indicated coal resource): jumlah batubara didaerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan dihitung berdasarkan data

Sumberdaya terukur (measured resource) adalah jumlah bahan galian di daerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan yang dihitung berdasarkan data yang

Log densitas dalam kegiatan eksplorasi batubara merupakan perangkat yang utama dalam mengidentifikasi lapisan batubara, karena sebagian besar batubara

Namun dalam SNI, kita dapat menemukan istilah hypothetical coal resources yang artinya jumlah batubara di daerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan yang dihitung

• Rumus untuk menghitung sumber daya batubara yaitu, • Sumber daya = Panjang m x Lebar m x Tebal m x BJ ton/m3 Berdasarkan perhitungan tabel 3, sumber daya hipotetik batubara daerah