• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Kualitas Bakteriologi Jamu Gendong Di Desa Pemecutan Kelod Denpasar Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Studi Kualitas Bakteriologi Jamu Gendong Di Desa Pemecutan Kelod Denpasar Barat"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Community Health

VOLUME X No XJuli20XX Halaman XX - XX

Studi Kualitas Bakteriologi Jamu Gendong Di Desa

Pemecutan Kelod Denpasar Barat

Iin Indayani*

1

, I Gede Herry Purnama

1

Alamat: PS Ilmu Kesehatan Masyarakat Fak. Kedokteran Universitas Udayana Email: indayani24@gmail.com

*Penulis untuk berkorespondensi

Artikel Penelitian

ABSTRAK

Jamu dapat digunakan untuk pengobatan dan pemeliharaan kesehatan. Sejak berabad-abad yang lalu jamu selalu mendapat tempat yang penting dalam kehidupan sebagian besar masyarakat Indonesia. Pengolahan jamu masih dilakukan secara tradisional dengan peralatan yang sederhana, cara pembuatanya sering kalikurang memperhatikan higiene dan sanitasi. Di Desa Pemecutan Kelod khususnya banjar tenten terdapat 15 produsen jamu.Berdasarkan hasil inspeksi sarana industri rumah tangga (IRT) dapat disimpulkan bahwa perlu adanya pengawasan setiap hari dari petugas yang berwenang tetapi selama ini belum pernah ada pengawasan baik dari puskesmas ataupun pihak yang terkait tentang proses pembuatan jamu gendong.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan desain penelitian deskriptif

cross-sectional Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Produsen Jamu gendong di

Banjar Tenten Desa Pemecutan Kelod Denpasar Baratsebanyak 15 Orang dengan mengambil 2 jenis jamu yaitu Kunyit Asem dan Beras Kencur. Pengambilan sampel dengan menggunakan metode purposive sampling, dengan mengambil seluruh populasi sebagai sampel yaitu 15 sampel. Data diperoleh dengan melakukan Observasi dan Pemeriksaan Laboratorium Angka Lempeng Total, Coliform dan Esherichia Coli. Kemudian data diolah dan dianalisis secara Deskriptif yaitu dalam bentuk tabel dan narasi.

Hasil Penelitian diperoleh 15 (100%) responden menggunakan sumur sebagai sumber air pembuatan jamu, untuk kualitas bahan baku 14 (93.3%) reponden memiliki kategori baik, untuk cara pembuatan jamu 15 (100%) memiliki kategori baik, Alat penghalus bahan baku 13 (86.7%) memiliki kategori baik, Alat penuang jamukedalam botol 9 (60%) memiliki kategori baik, wadah penyimpanan jamu gendong 11(73.3%) responden memiliki kategori baik, untuk higine perorangan 12 (80%) responden memiliki kategori baik, sedangkan untuk Sanitasi Lingkungan 8 (53.3% ) responden memiliki kategori buruk, kemudian dari hasil pemeriksaan laboratorium dari 15 sampel untuk jamu kunyit asem sebagian besar 13(86.7%) mengandung bakteri Coliform, 6 (40%) jamu positif Bakteri Escherichia Coli dan 7 (46.7%) memiliki nilai Angka Lempeng Total melebihi batas maksimum yang diperbolehkan, Sedangkan untuk jamu beras kencur 14 (93.3%) mengandung bakteri coliform, 6 (40%) positif Esherichia coli dan 10 (66.7%) memiliki nilai Angka Lempeng Total melebihi batas maksimum yang diperbolehkan.

Simpulan dari penelitian ini cara pembuatan jamu masih dilakukan dengan cara tradisional dengan peralatan yang sederhana sehingga kemungkinan untuk tercemar bakteri sangat tinggi, hal ini dibuktikan dengan adanya bakteri coliform, Esherichia Coli dan Angka Lempeng Total yang ditemukan pada produk jamu .

(2)

Kata kunci: jamu, Esherichia coli

PENDAHULUAN

Jamu dapat digunakan untuk

pengobatan dan pemeliharaan kesehatan. Meskipun rasanya pahit, namun sejak berabad-abad yang lalu jamu selalu mendapat tempat yang penting dalam kehidupan sebagian besar masyarakat

Indonesia. Berbagai literatur yang

menyatakan bahwa tumbuhan obat di sekitar lingkungan hidup manusia telah berhasil mencegah kemusnahan mereka akibat wabah penyakit ( Aditama, 2015 ).

Menurut data Survei Riskesdas 2013, menunjukkan bahwa 30,4% rumah

tangga di Indonesia memanfaatkan

pelayanan kesehatan tradisional,

diantaranya 77,8% rumah tangga

memanfaatkan jenis pelayanan kesehatan tradisional keterampilan tanpa alat, dan 49,0% rumah tangga memanfaatkan ramuan. Laporan Riset Kesehatan Dasar Tahun 2010 memberi gambaran dari populasi di 33 provinsi dengan 70.000 rumah tangga dan 315. 000 individu,

secara nasional 59,29% penduduk

indonesia pernah meminum jamu. Angka ini menunjukkan peningkatan penggunaan

jamu atau obat tradisional secara

bermakna. Ternyata 93.76% masyarakat yang pernah meminum jamu menyatakan meminum jamu memberikan manfaat bagi tubuh (Aditama, 2015). Perilaku penjual yang sekaligus pembuat jamu gendong dalam mengolah jamu gendong masih

kurang memperhatikan faktor higiene, sebagai indikatornya adalah masih adanya cemaran mikroba pada jamu gendong.

Menurut penelitian Sholichah (2012

)tentang kualitas mikrobiologi jamu

gendong jenis kunir asem yang

diproduksi di Kelurahan Merbung,

Kecamatan Klaten Selatan, Kabupaten Klatenmenyatakan bahwa dari 16 jamu gendong yang diperiksa 81,2% tidak memenuhi syarat untuk jumlah Total bakteri (≥ 105 kol/ml), 62,5% tidak

memenuhi syarat untuk Total Coliform (≥ 3/ml) dan sebesar 50% mengandung bakteri patogen Escherichia coli. Hasil penelitian Nurrahman,Mifbakhuddin dan Purnamasari (2010) tentang pemeriksaan Total mikroba dan total Coliform jamu gendong dari 12 sampel jamu gendong yang diperiksa 10( 83,3% ) tidak

memenuhi syarat batas maksimum

cemaran mikroba.

Jamu gendong yang ada di Bali banyak di jual dipasar-pasar maupun keliling dari rumah kerumah, jamu gendong yang biasa dijual seperti kunir asem, beras kencur, pahitan dan jamu sirih. Penjaja jamu sekaligus pembuat jamu gendong rata-rata berasal dari luar pulau Bali, para pendatang ini biasanya hidup di kos-kosan atau bedeng-bedeng yang kumuh. Pengawasan pembuatan jamu sangat minim sekali bahkan tidak

(3)

ada kontrol dari dinas yang berwenang karena penyebaran para pembuat jamu tersebut. Hal ini sangat mempengaruhi higien pembuatan jamu gendong karena tempat produksi jamu gendong masih belum memenuhi syarat, hasil penelitian

Jayanthi (2012) tentang Tinjauan

bakteriologis jamu beras kencur di Desa Batubulan Kecamatan Sukowati, Gianyar dari 16 sampel yang diambil 14 sampel (81%) jamu tidak memenuhi persyaratan dan 3 sampel (19%) yang memenuhi persyaratan mikrobiologis.Hal ini sangat membahayakan masyarakat apalagi jamu dikonsumsi oleh semua kalangan baik yang dewasa maupun anak –anak. Untuk itu pemeriksaan jamu sangat penting untuk mengetahui kualitas jamu yang beredar di masyarakat. Desa Pemecutan Kelod memiliki 16 banjar adat diantaranya adalah Banjar Tenten yang terdapat pembuat jamu sekaligus pedagang jamu yang paling banyak. Di banjar tenten terdapat 15 produsen jamu. Produsen jamu di Banjar Tenten merupakan Industri

Rumahan dimana produsen jamu

mendistribusikan hasil produksinya untuk dijajakan sendiri. Ditinjau dari kondisinya tempat produksi jamu kurang terjaga

higiene sanitasinya karena tempat

produksi padat penduduk dengan bangunan semi permanen yang kumuh. Hal ini berdasarkan hasil inspeksi sarana industri rumah tangga (IRT) produsen jamu di Desa Pemecutan Kelod Denpasar

Barat termasuk dalam kategori level 4 dengan jumlah penyimpangan minor NA (tidak relevan ), Mayor NA ( tidak relevan), Serius ≥ 5, Kritis ≥ 1, sehingga produksi jamu di Desa Pemecutan Kelod Denpasar Barat harus melakukan audit internal dengan pengawasan setiap hari dari petugas yang berwenang tetapi selama ini belum pernah ada pengawasan baik dari puskesmas ataupun pihak yang terkait tentang jamu gendong.

METODE

Penelitian ini menggunakan metode

kualitatif dengan desain penelitian

deskriptif cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Produsen Jamu gendong di Banjar Tenten Desa

Pemecutan Kelod Denpasar Barat

sebanyak 15 Orang dengan mengambil 2 jenis jamu yaitu Kunyit Asem dan Beras Kencur. Pengambilan sampel dengan

menggunakan metode purposive

sampling, dengan mengambil seluruh

populasi sebagai sampel yaitu 15 sampel.

Data diperoleh dengan melakukan

Observasi dan Pemeriksaan Laboratorium

Angka Lempeng Total, Coliform dan Esherichia Coli. Kemudian data diolah dan

dianalisis secara Deskriptif yaitu dalam bentuk tabel dan narasi.

HASIL

Hasil Penelitian diperoleh 15 (100%) responden menggunakan sumur sebagai sumber air pembuatan jamu. untuk

(4)

kualitas bahan baku 14 (93.3%) reponden memiliki kategori baik, untuk cara pembuatan jamu 15 (100%) memiliki kategori baik, Alat penghalus bahan baku 13 (86.7%) memiliki kategori baik, Alat penuang jamu kedalam botol 9 (60%)

memiliki kategori baik, wadah

penyimpanan jamu gendong 11(73.3%) responden memiliki kategori baik, untuk higine perorangan 12 (80%) responden memiliki kategori baik, sedangkan untuk Sanitasi Lingkungan 8 (53.3% ) responden memiliki kategori buruk.

Untuk Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Kandungan bakteri coliform dan

Escherichia Coli dapat dilihat pada tabel 1

berikut:

Tabel 1 Hasil Pemeriksaan Laboratorium Coliform dan Esherichia Coli

Responden Kunyit Asem Hasil Pemeriksaan Beras Kencur Coliform E.

Coli Coliform Coli E.

Responden A 12 + 6.7 - Responden B 10 + 2.2 - Responden C 6.7 - 10 + Responden D 38 + 20 + Responden E 2.2 - 6.7 - Responden F 0 - 0 - Responden G 12 - 16 + Responden H 96 + 27 + Responden I 0 - 2.2 - Responden J 12 - 20 - Responden K 7.5 + 10 + Responden L 0 - 2.2 - Responden M 4.4 - 6.7 - Responden N <240 + 16 + Responden O 2.2 - 6.7 -

Berdasarkan tabel 5.16 , dapat diketahui sebagian besar jamu berbahan dasar kunyit di Desa Pemecutan Kelod Denpasar Barat 13 ( 86,7 % ) mengandung bakteri

coliform dan 6 ( 40% ) positif bakteri

Escherichia coli, sedangkan untuk jamu

berbahan dasar beras kencur 14 (93.3 %) mengandung bakteri coliform dan 6 (40%) positif Escherichia coli

Tabel 2 Hasil Pemeriksaan Laboratorium Angka Lempeng

Responden HAsil Pemeriksaan Angka Lempeng Total ( Koloni/ml)

MAX Kol/ml

Kunyi Asem Beras Kencur

Responden A 4.1 x 106 3.0 x 106 <106 Responden B 2.5 x 106 1.4 x 106 Responden C 4.2 x 106 4.7 x 106 Responden D 10 x 108 2.2 x 106 Responden E 84 x 103 4.3 x 102 Responden F 52 x 104 2.8 x 101 Responden G 36 x 104 2 x 106 Responden H 9.9 x 107 4.6 x 106 Responden I 10 x 102 8 x 108 Responden J 6 x 103 2.5 x 103 Responden K 2.3 x 106 1.4 x 107 Responden L 2.8 x 101 18 x 101 Responden M 9.0 x 102 16 x 106 Responden N 6 x 106 3.0 x 106 Responden O 1.2 x 105 6.6 x102

Berdasarkan tabel 5.17 dapat

diketahuipemeriksaan Jumlah Angka

Lempeng Total jamu gendongberbahan dasar kunyit di Desa Pemecutan Kelod Denpasar Barat 7 ( 46.7 % ) memiliki nilai angka lempeng toatal melebihi batas

maksimum yang diperbolehkan ,

sedangkan untuk jamu berbahan dasar Beras Kencur 10 (66.7 % ) melebihi batas maksimum cemaran.

DISKUSI

Bakteri Coliform, Escherichia coli

merupakan satu bakteri yang tidak boleh terdapat dalam minuman berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Repulik Indonesia Nomor 492 / Menkes / PER / IV

(5)

/2010 Tentang persyaratan air minum, sedangkan untuk Angka Lempeng Total Berdasarkan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Tahun 2014 tentng persyaratan obat tradisional yang memberikan batasan dan persyaratan untuk obat tradisional cairan obat dalam adalah ≤ 106 Kol/ ml. Bakteri Coliform,

E.Coli dan Angka Lempeng Total (ALT)

sebagai indikator pencemaran,

keberadaanya dalam produk olahan

makanan dan minuman

mengindentifikasikan adanya kontaminasi dari feses manuasia atau hewan melalui air yang digunakan untuk pembuatan jamu. (Fardiaz, 2002 ).

Berdasarkan hasil pemeriksaan terdapat 6 (40%) sampel jamu berbahan kunyit dan Beras Kencur positif Escherichia coli, hampir semua sampel jamu mengandung bakteri coliform, hal ini disebabkan sumber air jamu yang berasal dari sumur tidak direbus sampai mendidih, karena kondisi hangat sudah dirasa cukup untuk produk

jamu gendong. Dari pemeriksaan

laboratorium sumber air Pada suhu 1000C

suhu mendidih air dapat membunuh sel vegetatif setelah pemanasan cukup lama, tetapi tidak membunuh spora sehingga

dapat dipastikan bakteri coliform,

Esherichia coli akan mati

(Purwowarsito,2011). Selain itu,

berdasarkan penelitian bahan baku

rimpang yang yang digunakan untuk membuat jamu masih dalam keadaan tidak

bersih. Menurut suharmiati (2003),

pencuacian yang tidak benar

menyebabkan kotoran masih tertinggal dan biasa menjadi sumber pencemar. Tidak dilakukanya pengupasan pada rimpang bisa menjadi sumber kontaminasi bakteri/ mikroba pada jamu gendong. Berdasarkan penelitian Angka Lempeng Total pada produk jamu gendong di Desa Pemcutan Kelod Denpasar Barat yang berbahan dasar kunyit asem 7 ( 46.7 % ) sedangkan yang berbahan dasar beras kencur 10 ( 66.7%) Angka Lempeng Total melebihi batas maksimum cemaran yang diperbolehkan, hal dapat disebabkan berbagai hal diantaranya masih terdapat peralatan yang kurang bersih dan wadah penyimpanan jamu masih ada yang tidak bersih.Proses pengolahan jamu yang sederhana dengan menggunakan alat yang

sederhana dengan menggiling dan

menumbuk merupakan tradisi turun

temurun yang diikuti para pedagang jamu dari para pendahulunya. Peralatan yang digunakan selama proses pengolahan

makanan/minuman harus selalu

dibersihkan.. Peralatan yang digunakan dapat menyebabkan kontaminasi oleh mikroba jika alat-alat tersebut tidak dicuci secara baik (Zulaikhah, 2005).

Adanya bakteri coliform,Escherichia coli dan Angka Lempeng Total pada produk

jamu dikarenakan masih terdapat

(6)

dan yang buruk, yaitu pada proses pembuatan jamu gendong masih terdapat responden menggunakan perhiasan seperti cincin gelang dan kalung, memiliki kuku dalam keadaan tidak bersih, tidak memotong kuku sampai pendek dan tidak mencuci tangan dengan sabun dan air bersihsebelum membuat jamu. Menurut Purnawijayanti (2001) Perhiasan dan akesories dimungkinkan menjadi tempat menempelnya kotoran atau kuman dari luar lingkungan pengolahan makanandan

ditakutkan dapat mengkontaminasi

makanan. Tangan yang kotor atau terkontaminasidapat memindahkan bakteri dan mikroba patogen dari tubuhatau sumber lain ke dalam jamu.

Berdasarkan observasi kategori sanitasi lingkungan berkategori buruk karena masih ada responden yang tidak memiliki tempat sampah, jika memilki tempat

sampah model tempat sampah

terbuka,masih adanya hewan penggangu seperti kecoa yang terlihat, masih ada sebagian responden yang pengolahan jamunya berhuungan langsung dengan jamban atau kamar mandi. Hal tersebut tidak sesui dengan menurut Departemen Kesehatan RI Nomer 715 Tahun 1998, sanitasi yang baik harus jauh dari sumber-sumber pencemar, kondisi ruangan harus selalu dijaga kebersihanya, lantai harus bersih, tidak licin dan tidak terdapat genangan air, tempat pengolahan tidak boleh berhubungan langsung dengan

jamban dan kamar mandi serta terdapat tempat sampah yang cukup dan dalam keadaan yang tertutup sehingga tidak mencemari makanan.

Suatu produk jamu yang baik adalah suatu produk jamu yang menyehatkan tubuhdan tidak berbahaya bila dikonsumsi. Suatu pengolahan jamu yang sederhana dan berdistribusi yang kurang higienis akan

menyebabkan kontaminasi mikroba

(Pratiwi, 2005). Jamu yang terkontaminasi oleh mikroba akan menurunkan kualitas yang dikandung oleh jamu, misalnya baunya tidak sedap, terdapat lendir, serta warna yang tidak sesui dengan warna bahan yang dikandungnya ( Fardiaz, 2003). Dalam proses penyiapan jamu masih menggunakan peralatan yang sederhana dan tingkat sanitasi serta hygiene yang kurang memadai. Proses penyiapan jamu gendong yang seadanya tersebut merupakan faktor penyebab turunya mutu jamu yang dihasilkan dan tentunya ini dapat bedampak terhadap mutu mikrobiologis jamu gendong yang dihasilkan ( Ardianyah, 2006 ).

SIMPULAN

Berdasarkan uraian hasil dan pembahasan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Cara pembuatan jamu kunyit asen dan

beras kencur masih dilakukan dengan cara tradisional yaitu dengan cara memilih bahan baku rimpang, mengiris bahan baku, mencuci, menggiling dan

(7)

mencampur bahan baku dengan air

yang sudah direbus,kemudian

ditambahakan bahan lain sebagai penambah citarasa.

2. Angka Lempeng Total Jamu Kunyit Asem 7 (46.7%) dan Beras Kencur 10

(66.7%) melebihi ambang batas

cemaran yang diperbolehkan

3. Kualitas Jamu Gendong Kunyit asem 13 ( 86,7 % ) mengandung bakteri

coliform dan jamu Beras kencur 14

(93.3 %) mengandung bakteri coliform 4. Kualitas bakteriologi Jamu Gendong

Kunyit asem dan beras kencur 6 (40%) positif mengandung Escherichia coli.

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini, peneliti ingin mengucapkan terimakasih Para Responden Pedagang Jamu di Desa Pemecutan Kelod Yang bersedia membantu penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

1. Afiyanti.2014. Metodologi Penelitian

dalam Riset Keperawatan. Depok :

Rajagrafindo Persada

2. Aditama .T.Y. 2015. Jamu dan

Kesehatan . Jogyakarta: Jogja

Mediatama.

3. Aspan. R. 2008. Taksonomi Koleksi

Tanaman Obat Kebun Tanaman Obat.

Jakarta: BPOM

4. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2014. Buku I Pokok-pokok

hasil Riskesdas Indonesia. Jakarta:

Badan Litbangkes.

5. Badan Pengawas Obat dan Makanan.

2014. Persyaratan Mutu Obat

Tradisional. Jakarta: BPOM

6. Departemen Kesehatan. 1994.

Pedoman pembinaan makanan

jajanan. Jakarta. Departemen

Kesehatan

7. Departemen Kesehatan. 1998.

Persyaratan Higiene Tata Boga.

Jakarta. Departemen Kesehatan

8. Departemen Kesehatan. 2012.

Peraturan menteri kesehatan no. 006

tentang industri dan usaha obat

tradisional. Jakarta: Departemen

Kesehatan.

9. Chandra, B. 2007. Pengantar

Kesehatan Lingkungan. Jakarta :

Kedokteran EGC

10. Fardiaz (2002). Mikobiologi Pangan I. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. 11. Fardiaz (2003). Analisis Mikobiologi

Pangan . Jakarta : PT. Raja Grafindo

Persada.

12. Hastuti.W.P. 2005. Faktor produksi yang berhubungan dengan terjadinya kontaminasi Escherichia oli pada jamu

gendong (studi kasus dikota

semarang). Jurnal Kesmas. 2 (2): 455-464.

13. Jayanthi.D.J. 2012. Tinjauan

bakterologis jamu beras kencur didesa

Batubulan Kec.Sukowati Gianyar.

Karya Tulis Ilmiah. Poltekkes

(8)

14. Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia No.

942/MenKes/SK/VII/2003. Pedoman

persyaratan Hygiene sanitasi makanan

dan minuman jajanan.Jakarta.

Kemenkes RI.

15. Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia. 2010. Riset Kesehatan

Dasar . Jakarta : Kemenkes RI.

16. KementerianKesehatan Republik

Indonesia. 2010. Peraturan No.

492/Menkes/PER/IV/2010 tentang

persyaratan air minum. Jakarta:

Kemenkes RI.

17. Mukono, H.J. 2004. Prinsip Dasar

Kesehatan Lingkungan. Surabaya:

Airlangga University Press.

18. Mukono, H.J. 2005. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Edisi Kedua. Penerbit Airlangga University Press. Surabaya.

19. Naira.V. 2005. Higiene Sanitasi

Makanan dan Minuman Jajanan di

Komplek USU Medan. Jurnal

Universitas Sumatera Utara.

1(2).118-126.

20. Nurrahman, Mifbakhuddin &

Purnamasari. 2010. Hubungan sanitasi dengan total mikroba dan total coliform pada jamu gendong di RT1.RW2. kelurahan kedung mundu kecamatan Tembalang Kota Semarang.

Jurnal Kesehatan. 3(1).6-13.

21. Permata.H. 2007. Tanaman Obat

Tradisional. Jakarta: Titian Ilmu.

22. Purnawijayanti (2008). Sanitasi

Higeine dan Keselamatan Kerja dalam

Pengolahan Makanan. Yogyakarta:

Kanisius.

23. Putriana.F.Herdini.Sugoro (2012).

Analisis cemaran pada sedian jamu gendong disekitar terminal lebak bulus wilayah jakarta selatan. Proseding seminar Nasional Matematikam, sains dan Teknologi. Institus Sains dan

Teknoogi Nasional .B46-B50.

24. Purbowarsito, H.2011. Uji Bakteriologi

Air Sumur di Kecamatansemampir Surabaya. Skripsi. Departemen Biologi,

Fakultas Sain dan Tekonologi.

Universaitas Airlangga.

25. Pratiwi, S.T. 2008. Mikrobiologi

Farmasi. Yogyakarta: Erlangga.

26. Sholichah. V. 2012. Kualitas

mikrobiologi Jamu gendong jenis kunir asem yang diproduksi di kelurahan Merbung Kecamatan Klaten Selatan

Kab. Klaten. Jurnal Kesehatan

Masyarakat.1(2): 504-513.

27. Suharmiati. 2003. Menguak Tabir dan Potensi Jamu Gendong. Jakarta : PT Agromedia Pustaka.

28. Suharmiati.Handayani, L. 2005. Cara

Benar Meracik Obat Tradisional.

Jakarta : PT Agromedia Pustaka

29. Sunardi. 2014. Pemeriksaan Most

Probable Number ( MPN ) Bakteri Coliform dan Coli Tinja pada Jamu gendong yang diual dipasar Besar Kota Palangkaraya. Karya Tulis Ilmiah.

(9)

Universitas Muhammadiyah Palangkaraya.

30. Sugiyono. 2014. Metode Penelitian

Kuantitaf, Kualitatif dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

31. Syamsul.E.K.2011. Tumbuhan Obat

Berkhasiat. Jogyakarta: Jogja

Mediautama.

32. Waluyo.L. 2007 . Mikrobiologi Umum,

Cetakan Ketiga. Jakarta: UMM Press.

33. Zulaikhah.S.T.2005. Analisis Faktor-Faktor yang berhubungan dengan

pencemaran mikroba pada jamu

gendong di Kota Semarang. Jurnal

Gambar

Tabel  1    Hasil  Pemeriksaan    Laboratorium  Coliform  dan Esherichia Coli

Referensi

Dokumen terkait

Kecuali jurnal yang ke-5 yang berjudul evaluasi keandalan sistem tenaga listrik pada jaringan distribusi primer tipe radial gardu induk belimbing yang isi dalam jurnalnya

Buku panduan ini menjelaskan kebijakan dan mekanisme pengelolaan kegiatan Produk Teknologi yang Didiseminasikan ke Masyarakat (PTDM) bagi Lembaga Litbang (PT, LPNK dan LPK

Jika Anda berencana untuk tidak menggunakan pemurni air untuk waktu lebih dari 24 jam, Anda perlu menguras kosong perangkat ini termasuk Wadah Transparan, Wadah Pembersih

Dengan perkembangan teknologi saat ini maka dapat dibuat sistem aplikasi untuk mempermudah dalam perencanaan produksi yang bertujuan untuk memudahkan penghitungan dan

Pengelolaan keberlanjutan bibit lobster yang dapat diberlakukan untuk memperkaya Permen No 1/2015 tanpa harus merusak lingkungan dan meningkatkan taraf hidup masyarakat pesisir

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan responden pada khususnya mengenai hubungan tekanan eksternal, komitmen manajemen dan sistem

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, penelitian ini diharapkan memberikan kegunaan teoritis yaitu penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih

DATA gramatikal s ual muncul pengelom (1) lomok mem KBBI bera da yang dap dsb (KBBI n supir ten (2) seperti afiks sebagai a pokkan ter miliki arti arti berlumu pat mengoto