BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori 1. Hasil belajar
a. Pengertian Belajar
Belajar adalah kegiatan individu untuk memperoleh pengetahuan,perilaku dan keterampilan dengan cara mengolah bahan belajar ( Sagala, 2010: 12). Menurut Hamalik, ( 2011: 27) belajar adalah memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latian melainkanpengubahan kelakuan.Menurut Gage dalam Sagala ( 2010 :13) belajar adalah suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman.
Menurut pengertian di atas belajar dapat disimpulkan sebagai usaha seseorang untuk meningkatkan ilmu, perilaku, dan keterampilan yang dimiliki oleh manusia dan dapat diperoleh dimana saja sebagai bekal pengalaman yang dapat berguna untuk dirinya dan lingkungan sekitarnya. Keberhasilan suatu proses belajar dapat di tentukan oleh siswa itu sendiri.
b. Pengertian Hasil Belajar
Menurut Sudjana ( 2010: 22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Menurut Suprijono ( 2013: 5) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan-keterampilan. Menurut Benyamin Bloom dalam Sudjana ( 2010:22) hasil
belajar menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor.
1. Ranah kognitif
Ranah kognitif berdasarkan taksonomi Bloom dalam Sudjana ( 2010: 23) berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni:
a) Knowledge /Pengetahuan adalah tingkat belajar pengetahuan yang paling rendah tetapi sebagai prasarat bagi tipe hasil belajar berikutnya. Hafal menjadi prasarat bagi pemahaman.
b) Comprehension /Pemahaman adalah kemampuan untuk menangkap suatu makna dalam suatu konsep. c) Application / Aplikasi adalah penggunaan abstraksi
(ide, teori, atau petujuk teksnis) pada situasi kongkret atau situasi khusus.
d) Analysis / Analisis adalah usaha memilih suatu integritas menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya dan atau susunanya.
e) Synthesis / Sintesis adalah pernyataan unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam bentuk menyeluruh.
f) Evaluation / Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin di lihat dari segi tujuan, gagasan, cara kerja, pemecahan, metode, materil, dll sehingga diperlukan suatu kriteria atau standar tertentu. Dalam penelitian ini akan ditekankan pada aspek pengetahuan, pemahaman, dan penerapan.
Proses kognitif tidak boleh dianggap aspek sekunder dalam usaha untuk memahami belajar dan pengajaran Matematika dikelas. Menurut pandangan Vgotsky dalam Santrock (2011: 60):
a) Keahlian kognitif anak dapat dipahami apabila dianalisis dan diinterpretasikan secara develop mental. b) Kemampuan kognitif dimediasi dengan kata, bahasa,
dan bentuk yang berfungsi sebagai alat psikologi untuk membantu dan mentafsirkan aktivitas mental.
c) Kemampuan kognitif berasal dari relasi sosial dan dipengaruhi oleh latar belakang kontektual.
2. Ranah Afektif
Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Menurut Sudjana ( 2010: 29) sikap seseorang dapat diramalkan perubahanya bila seseorang telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi. Penilaian ranah afektif tidak mendapat perhatian dari guru tetapi hasil belajar ranah afektif akan tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku. Ranah afektif berdasarkan taksonomi Kratwohl dalam Winkel (1999: 247) terdiri dari lima aspek yakni :
a) Reciving / penerimaan
Mencakup kepekaan akan adanya suatu perangsang dan kesediaan untuk memperhatikan rangsangan itu, seperti buku pelajaran atau penjelasan yang diberikan oleh guru. b) Characterization by evalue or calue complex /
Internalisasi nilai
Mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan sedemikian rupa sehingga menjadi pribadi (internalisasi) dan menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kehidupanya sendiri.
c) Valuing /Penilaian
Mencakup kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesaui dengan penilaian itu. Mulai dibentuk suatu sikap: menerima,
menolak, atau mengabaikan; sikap itu dinyatakan dalam tingkah laku yang sesuai dan konsisten dengan sikap batin.
d) Organization / Organisasi
Mencakup kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan. Nilai-nilai yang diakui dan diterima ditempatkan pada suatu sekala nilai: mana yang pokok dan selalu harus diperjuangkan, mana yang tidak begitu penting.
e) Responding / Partisipasi
Mencakup kerelaan untuk memperhatikan secara aktif dan berpartisipasi dalam kegiatan.Kesediaan itu dinyatakan dalam memberikan suatu reaksi terhadap rangsangan yang disajikan.
3. Ranah Psikomotor
Ranah psikomotor menurut klasifikasi Simpson dalam Winkel ( 1999: 249) tingkatan keterampilan yaitu sebagai berikut:
a) Perception / Persepsi
Mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat antara dua perangsang atau lebih, berdasarkan pembedaan anatara ciri-ciri fisik yang khas pada masing-masing rangsangan.
b) Set / Kesiapan
Mencakup kemempuan untuk menempatkan dirinya dalam keadaan akan memulai suatu gerakan atau rangkaian gerakan.Kemampuan ini dinyatakan dalam bentuk kesiapan jasmani dan mental.
c) Guided response / Gerakan terbimbing
Mencakup kemampuan untuk melakaukan suatu
rangkaian gerak-gerik, sesuai dengan contoh yang diberikan (imitasi).Kemampuan ini dinyatakan dalam
gerakan anggota tubuh menurut contoh yang
diperlihatkan atau diperdengarkan.
d) Mechanical response / Gerakan yang terbiasa
Mencakup kemampuan untuk melakukan suatu
rangkaian gerak-gerik dengan lancar, karena sudah dilatih secukupnya, tanpa memperhatikan lagi contoh yang diberikan.
e) Complex response /Gerakan kompleks
Mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu keterampilan, yang terdiri atas beberapa komponen, dengan lancar, tepat, dan efisien. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam suatu rangkaian perbuatan beruntun dan menggabungkan beberapa sub keterampilan menjadi suatu keseluruhan gerak-gerak yang teratur.
f) Adjustment /Penyesuaian pola gerakan
Mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan dan menyesuaikan pola gerak-gerik dengan kondisi setempat atau dengan menunjukan suatu taraf keterampilan yang telah mencapai kemahiran.
g) Creativity /Kreativitas
Mencakup kemampuan untuk melahirkan pola-pola gerak-gerik yang baru, seluruhnya atas dasar prakarsa dan inisiatif sendiri.
Penilaian yang ingin dicapai pada penelitian ini terdiri dari tiga aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor dengan menggunkan pendekatan Matematika realistik. Kisi-kisi dari penilaian ketiga aspek tersebut adalah sebagai berikut:
1. Ranah kognitif a. Pengetahuan
1) Siswa dapat mengidentifikasi bentuk-bentuk bangun ruang.
2) Siswa dapat mengetahui ciri-ciri dari jaring-jaring kubus dan balok
b. Pemahaman
1) Siswa dapat menjelaskan sifat-sifat bangun ruang.
2) Siswa dapat menyebutkan bagian-bagian dari bangun ruang.
3) Siswa dapat membedakan jaring-jaring kubus dan balok.
c. Penerapan
1) Siswa dapat menetukan nama dari bangun ruang berdasarkan cirri-cirinya.
2) Siswa dapat menggambar dan menunjukan jaring-jaring kubus dan balok.
3) Siswa dapat menjelaskan sifat-sifat bangun ruang. 2. Ranah Afektif
a. Penerimaan
Siswa mengikuti proses pembelajaran dengan baik dan tertib.
b. Internalisasi Nilai
Siswa aktif bertanya kepada guru mengenai hal yang belum diketahui.
c. Penilaian
Siswa dapat memberikan pendapat dalam berdiskusi dalam kelompok atau kelas.
d. Organisasi
Siswa bekerjasama dalam suatu kelompok.
e. Partisipasi
Siswa dapat menyampaikan hasil dari diskusi kelompok. 3. Ranah Psikomotor
a. Persepsi
Siswa memahami sifat-sifat dan jaring-jaring bangun ruang dengan memperhatikan media yang digunakan.
b. Kesiapan
Siswa dapat membuat bentuk bangun ruang dengan menggambar bangun ruang dan membuat jaring-jaring kubus dan balok.
c. Gerakan terbiasa
Siswa dapat melakukan aktivitas menyelasaikan masalah konstekstual yang diberikan disetiap awal kegiatan.
2. Pembelajaran Matematika a. Pengertian Matematika
Suwangsih dan Tiurlina ( 2006: 3) mengungkapkan bahwa istilah Matematika berasal dari bahasa yunani, mathematike yang berarti mempelajari. Menurut Russel dalam Hamzah dan Masri (2009: 108) Matematika sebagai suatu bidang studi yang dimulai dari pengkajian bagian-bagian yang sangat dikenal menuju arah yang tidak dikenal.
Matematika adalah suatu bidang ilmu yang merupakan alat pikir, berkomunikasi, alat untuk memecahkan berbagai persoalan
praktis, yang unsur-unsurnya logika dan intuisi, analisis dan kontruksi, generalitas dan individualitas, dan mempunyai cabang-cabang antara lain aritmatika, aljabar, geometri, dan analisis.
Berikut ini beberapa pendapat ahli mengenai Matematika dalam Suwangsih dan Tiurlina ( 2006: 4) :
1. Resys dkk mengungkapkan bahwa Matematika merupakan telaah tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat.
2. Johnson dan Rising mengungkapkan bahwa Matematika merupakan pola berpikir, pola mengorganisasian pembuktian logika, pengetahuan tersetruktur yang terorganisasi memuat: sifat-sifat, teori-teori, dibuat secara deduktif berdasarkan unsur yang tidak didefinisikan, aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan kebenaranya. 3. Kline mengungkapkan matematika itu bukan pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasi permasalahan social, ekonomi, dan alam.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Matematika merupakan ilmu yang mempelajari konsep, struktur konsep dan mencari hubungan antar konsep. Dalam hal ini guru harus tahu bagaimana cara mengajarkan
suatu konsep yang sederhana sampai yang kompleks kepada siswa sehingga sasaran yang diinginkan dapt tercapi secara maksimal.
b. Karakteristik Pembelajaran Matematika
Pembelajaran pada suatu mata pelajaranakan lebih bermakana apabila guru dapat mengetahui ciri khas yang ada pada pembelajaran tersebut sehingga dalam pembelajaranya dapat diberi variasi seperti model yang pas sesuai dengan materi yang sedang diajarkan. Begitu halnya dengan pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar, guru harus mengerti ciri khas yang ada pada pembelajaran Matematika tersebut sehingga mudah untuk menyampaikanya kepada peserta didik.
Menurut Nasher dalam Hamzah dan Masri ( 2009: 109) karakteristik Matematika terletak pada kekhususanya dalam mengkomunikasikan ide Matematika melalui bahasa numerik. Dengan bahasa numerik, memudahkan seseorang dapat melakukan pengukuran secara kuatitatif dari Matematika tersebut, dapat memudahkan seseorang dalam menyikapi suatu masalah karena ilmu Matematika memberikan alasan secara logis dan sistematis.
Menurut Hamzah dan Masri ( 2009: 110) hakikat belajar Matematika adalah suatu aktivitas mental untuk memahami arti dan hubungan-hubungan serta simbol-simbol, kemudian
diterapkanya pada situasi yang nyata. Menurut Gage dalam Hamzah dan Masri ( 2009: 110-111) mengemukakan delapan tipe belajar yang dilakukan secara prosedural dan hierarki dalam belajar Matematika yaitu (1) belajar sinyal (signal learaning), (2) belajar stimulus respons (stimulus-response learning), (3) belajar merangkai tingkah laku (behavior chaining learning), (4) belajar asosiasi verbal (verbal chaining learning), (5) belajar diskriminasi (discrimination learning), (6) belajar konsep
(consept learning), (7) belajar aturan (rule learning), (8) belajar
memecahkan masalah (problem solving learning).
Tujuan Pendidikan Matematika menurut Mathematical
Sciences Education Board-National Research Council dalam
Wijaya ( 2012: 7) adalah sebagai berikut: 1. Tujuan praktis (practical goal)
Berkaitan dengan pengembangan kemampuan siswa untuk menggunakan Matematika untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
2. Tujuan kemasyarakatan ( civic goal )
Tujuan ini berorientasi pada kemampuan siswa untuk beradaptasi secara aktif dan cerdas dalam hubungan kemasyarakatan.
3. Tujuan professional ( professional goal )
Pendidikan Matematika harus bisa mempersiapkan siswa untuk terjun kedalam dunia kerja.
4. Tujuan budaya ( cultural goal )
Pendidikan merupakan suatu bentuk dan sekaligus produk
budaya sehingga pendidikan Matematika perlu
menempatkan Matematika sebagai hasil kebudayaan manusia dan sebagai suatu proses untuk mengembangkan suatu kebudayaan.
c. Langkah pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
Menurut Heurman ( 2007: 2) konsep pada kurikulum Matematika SD dapat dibagi menjadi tiga besar kelompok besar, yaitu :
1. Penanaman Konsep Dasar
Pembelajaran suatu konsep baru Matematika, ketika siswa belum pernah mempelajari konsep tersebut.Pembelajaran penanaman
konsep dasar merupakan jembatan yang harus dapat
menghubungkan kemempuan kognitif siswa yang kongkret dengan konsep baru matematika yang abstrak.Dalam penanaman konsep dasar ini, media diharapkan dapat digunakan untuk membantu kemampuan pola pikir siswa.
2. Pemahaman Konsep
Pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep, yang bertujuan
agar siswa lebih memahami suatu konsep
Matematika.Pemahaman konsep terdiri dari dua pengertian.Pertama, merupakan kelanjutan dari penanaman konsep dalam satu pertemuan.Sedangkan kedua, pembelajaran pemahaman konsep dilakukan pada pertemuan berbeda, tetapi masih merupakn lanjutan dari penanaman konsep.
3. Pembinaan Keterampilan
Pembelajaran pembinaan keterampilan bertujuan agar siswa lebih
terampil dalam menggunakan berbagai konsep
Matematika.Pembinaan keterampilan juga terdiri dari dua pengertian.Pertama, merupakan suatu kelanjutan dari pembelajaran penanaman konsep dan pemahaman konsep dari saru pertemuan.Sedangkan kedua, pembelajaran pembinaan keterampilan dilakukan pada pertemuan yang berbeda, tapi masih merupakan lanjutan dari penanaman dan pemahaman konsep.
d. Media Pembelajaran
Menurut Anitah ( 2009: 1) kata media berasal dari bahasa latin, yang merupakan bentuk jamak dari medium yang berarti sesuatu yang terletak di tengah atau suatu alat. Media juga dapat diartikan sebagai atau perantara atau penghubung antara dua pihak antara sumber pesan dengan penerima pesan dalam hal ini guru dengan siswa.Media pembelajaran dalah setiap orang, bahan, alat, atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memugkinkan pembelajar menerima pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Menurut Arsyad ( 2007: 15)
fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.
Menurut Hamalik dalam Arsyad (2007: 15) pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.
Media atau alat peraga sangat penting peranannya dalam suatu pembelajaran.Penggunaan media dapat membantu guru dalam menyampaikan materi yang akan disampaikan kepada siswa. Alat peraga dalam pembelajaran hakekatnya merupakan suatu alat yang digunakan untuk menjelaskan sesuatu yang ril sehingga memperjelas pengertian pembelajaran( Anitah, 2009:4). Peneliti akan menggunakan alat bantu pembelajaran berupa benda benda yang berbentuk kubus, balok, kerucut, dan bola yang biasa dilihat oleh siswa pada kehidupan nyata. Penggunaan alat bantu ini diharapkan siswa dapat lebih mudah dalam memahami konsep dari materi bangun ruang.
e. Materi Bangun ruang mata pelajaran Matematika
Materi Matematika yang akan digunakan dalam penelitian adalah materi operasi hitung bangun ruang dengan SK dan KD seperti yang ada pada tabel 2.1
Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar kelas IV
Mata Pelajaran Matematika
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
8. Memahami sifat bangun ruang sederhana dan hubungan antar bangun datar
8.1. Menentukan sifat-sifat bangun ruang sederhana. 8.2. menentukan jaring-jaring
balok dan kubus.
a. Sifat-Sifat Bangun Ruang sederhana
Dalam bangun ruang dikenal istilah sisi, rusuk, dan titik sudut. Mari kita perhatikan bangun ruang berikut ini.
Sisi adalah bidang atau permukaan yang membatasi bangunruang.Rusuk adalah garis yang merupakan pertemuan dari duasisi bangun ruang.Titik sudut adalah titik pertemuan dari tigabuah rusuk pada bangun ruang.
1. Sifat-Sifat Kubus
Untuk mengetahui sifat-sifat bangun ruang kubus, mari kitaperhatikan gambar di bawah ini.
Mari menyebutkan sisi, rusuk, dan titik sudut pada kubus
a) Sisi-sisi pada kubus ABCD.EFGH adalah:
• sisi ABCD • sisi EFGH
• sisi ABFE • sisi DCGH
• sisi ADHE • sisi BCGF
Jadi, ada 6 sisi pada bangun ruang kubus.
Sisi-sisi kubus tersebut berbentuk persegi (bujur sangkar) yang berukuran sama.
b) Rusuk-rusuk pada kubus ABCD.EFGH adalah: • rusuk AB • rusuk BC • rusuk AE • rusuk EF • rusuk FG • rusuk BF • rusuk HG • rusuk EH • rusuk CG
• rusuk DC • rusuk AD • rusuk DH
Jadi, ada 12 rusuk pada bangun ruang kubus.
Rusuk-rusuk kubus tersebut mempunyai panjang yang sama.
c) Titik-titik sudut pada kubus ABCD.EFGH adalah: • Titik sudut A • Titik sudut E
• Titik sudut B • Titik sudut F • Titik sudut C • Titik sudut G • Titik sudut D • Titik sudut H Jadi, ada 8 titik sudut pada bangun ruang kubus.
Dari uraian di atas, dapat kita tuliskan pengertian bangun ruang kubus sebagai berikut:
Kubus adalah sebuah benda ruang yang dibatasi oleh
enambuah persegi yang berukuran sama.
2. Sifat-Sifat Balok
Untuk mengetahui sifat-sifat bangun ruang balok, mari kitaperhatikan gambar di bawah ini.
Mari menyebutkan sisi, rusuk, dan titik sudut pada kubus a) Sisi-sisi pada balok ABCD.EFGH adalah:
• sisi ABCD • sisi EFGH
• sisi ABFE • sisi DCGH
• sisi ADHE • sisi BCGF
Jadi, ada 6 sisi pada bangun ruang balok.
Sisi ABCD = sisi EFGH Sisi BCFG = sisi ADHE Sisi ABFE = sisi EFGH
b) Rusuk-rusuk pada balok ABCD.EFGH adalah: • rusuk AB • rusuk BC • rusuk AE • rusuk EF • rusuk FG • rusuk BF • rusuk HG • rusuk EH • rusuk CG • rusuk DC • rusuk AD • rusuk DH Jadi, ada 12 rusuk pada bangun ruang kubus. Rusuk AB = rusuk EF = rusuk HG = rusuk DC Rusuk BC = rusuk FG = rusuk EH = rusuk AD Rusuk AE = rusuk BF = rusuk CG = rusuk DH c) Titik-titik sudut pada balok ABCD.EFGH adalah:
• Titik sudut A • Titik sudut E • Titik sudut B • Titik sudut F • Titik sudut C • Titik sudut G • Titik sudut D • Titik sudut H
Dari uraian di atas, dapat kita tuliskan pengertian bangun ruang kubus sebagai berikut:
Balok adalah sebuah benda ruang yang dibatasi oleh tigapasang
(enam buah) persegi panjang dimana setiap pasangpersegi panjang saling sejajar (berhadapan) dan berukuransama.
3. Sifat-sifat Tabung
Bangun ruang tabung mempunyai 3 buah sisi, yaitu sisi lengkung, sisi atas, dan sisi bawah.Tabung mempunyai 2 buah rusuk, tetapi tidak mempunyai titik sudut.
4. Sifat-sifat Kerucut
Bangun ruang kerucut mempunyai dua buah sisi, yaitu sisi alas dan sisi lengkung.Kerucut hanya mempunyai sebuah rusuk dan sebuah titik sudut yang biasa disebut titik puncak.
5. Sifat-sifat Bola
Bangun ruang bola hanya memiliki sebuah sisi lengkung yang menutupi seluruh bagian ruangnya.
b. Jaring-Jaring Kubus dan Balok 1. Jaring-jaring kubus
Bangun ruang kubus terbentuk dari beberapa bangun datar persegi.Gabungan dari beberapa persegi yang membentuk kubus disebut jaring-jaring kubus.Kubus mempunyai lebih dari satu jaring-jaring. Beberapa di antaranya yaitu sebagai berikut:
2. Jaring-jaring balok
Bangun ruang balok terbentuk dari beberapabangun datar persegi panjang.Gabungan dari beberapa persegi panjang yang membentuk balok disebut jaring-jaring balok.Balok mempunyai lebih dari satu jaring-jaring. Beberapa di antaranya yaitu sebagai berikut:
3. Pendekatan Matematika Realistik
a. Matematika Realistik
Psikologi pendidikan Matematika saat ini adalah kontruktivisme. Pendekatan Matematika realistik akan selalu mencantumkan kontruktivisme sebagai psikologi dasar. Menurut Gredler ( 2011: 26) guru matematika kontruktivis menciptakan situasi yang mungkin bermakna secara pribadi bagi siswa pada level konseptual yang berbeda. Anak-anak dalam kelompok
maupun dalam pasangan mengembangkan sendiri cara
memecahkan soal. Persyaratan belajar dikelas juga mencakup: (a) anak diminta menjelaskan dan menjustifikasi pendekatan mereka dalam memecahkan masalah; (b) aktif mendengar dan mencoba memahami penjelasan sesama teman; dan (c) berlatih mengungkapkan kesepakatan, ketidak sepahaman, atau kegagalan untuk memahami penjelasan orang lain. Dengan cara ini, siswa berpartisipasi dan berkontribusi dalam latihan matematika bersama.
Pendekatan Matematika realistik sebagai salah satu paradigma dalam pembelajaran Matematika yang dikembangkan di Belanda.Teori ini berasal dari pendapat fruedental bahwa Matematika tidak dapat dipisahkan dari dunia nyata. Dalam praktek pembelajaran Matematika dikelas, pendekatan realistik sangat memperhatikan aspek-aspek informal dan kemudian mencari jembatan untuk menghantarkan pemahaman siswa pada aspek formal (Suwangsih dan Tiurlina, 2006:134).
Menurut Treffers dan Goffree dalam Suwangsih dan Tiurlina ( 2006: 134) dalam proses pematikaan kita membedakan
dua komponen proses matematisasi yaitu horizontal
mathematization dan vertical mathematization. Menurutnya
bahwa “mula-mula kita dapat mengidentifikasikan bagian-bagian dari matematisasi bertujuan untuk mentransfer suatu masalah ke dalam masalah yang dinyatakan secara Matematika.Menurut Supinah ( 2008: 15) Pendekatan Matematika realistik secara garis besar adalah suatu teori pembelajaran yang telah dikembangkan khusus untuk Matematika.
b. Karakteristik Matematika realistik
Karakteristik pendekatan Matematika realistik menurut Van Den Heuvel-Panhuizen dalam supinah ( 2008: 19) adalah sebagai berikut:
1. Prinsip aktivitas yaitu Matematika adalah aktivitas manusia. Si pembelajar harus aktif baik secara mental maupun fisik dalam pembelajaran Matematika.
2. Prinsip realitas yaitu pembelajaran seyogyanya dimulai dengan masalah-masalah yang realistik atau dapat dibayangkan oleh siswa.
3. Prinsip berjenjang artinya dalam belajar Matematika siswa melewati berbagai jenjang pemahaman, yaitu dari mampu menemukan solusi suatu masalah kontekstual atau realistik
secara informal, melalui skematisasi memperoleh pengetahuan tentang hal-hal yang mendasar samapai mampu menemukan solusi suatu masalah matematis secara formal.
4. Prinsip jalinan artinya berbagai aspek atau topik dalam Matematika jangan dipandang dan dipelajari sebagai bagian-bagian yang terpisah, tetapi terjalin satu sama lain sehingga siswa dapat melihat hubungan antara materi-materi itu secara baik.
5. Prinsip interaksi yaitu Matematika dipandang sebagai aktivitas sosial.
6. Prinsip bimbingan yaitu siswa perlu diberi kesempatan terbimbing untuk menemukan pengetahuan Matematika.
c. Prinsip-prinsip Pembelajaran Matematika Realistik
Menurut Suwangsih dan Tiurlina ( 2006: 135) terdapat lima strategi dalam ‘kurukulum’ Matematika realistik:
1. Didominasi oleh masalah-masalah dalam konteks, melayani dua hal yaitu sebagai sumber dan sebagai terapan konsep Matematika.
2. Perhatian diberikan pada pengembangan model-model, situasi, skema, dan simbol-simbol.
3. Sumbangan dari para siswa, sehingga siswa dapat membuat pelajaran menjadi konstruktif dan produktif, artinya sisiwa memproduksi sendiri dan mengkonstruksi sendiri sehingga dapat membimbing para siswa dari level Metematika informal menuju Matematika formal.
4. Interaktif sebagai karakteristik dari proses pembelajaran Matematikaan.
5. Membuat jalinan antar topik atau antara pokok bahasan.
Dikaitkan dengan prinsip-prinsip pembelajaran dalam pendekatan Matematika realistik berikut ini merupakan rambu-rambu penerapannya :
1. Bagaimana “guru” menyampaikan Matematika kontekstual sebagai starting pada pembelajaran.
2. Bagaimana “guru” menstimulasi, membimbing, dan memfasilitasi agar proses algoritma, simbol, skema dan model yang akan dibuat oleh siswa mengarahkan mereka untuk sampai kepada Matematika formal.
3. Bagaimana “guru” memberi atau mengarahkan kelas,
kelompok, maupun individu untuk mencapai free
production, menciptakan caranya sendiri dalam menyelesaikan soal.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh Tesi Tanjung Sari pada tahun 2011 dengan judul meningkatkan hasil belajar Matematika materi operasi hitung bilangan bulat melalui pembelajaran Matematika realistik di kelas IV SD N 2 Notog meperoleh kesimpulan :
a. Pada ranah kognitif, siklus I menunjukan rata-rata nilai yang diperoleh siswa adalah 63,07 dengan ketuntasan 60%. Sedangkan pada siklus II menunjukan nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah 78,7 dengan ketuntasan 90%.
b. Pada ranah afektif menunjukan siklus I menunjukan persentase 66,85% dan meningkat pada siklus II yaitu 85,06%.
c. Pada ranah psikomotor menunjukan siklus I yaitu dengan persentase 63,21% dan meningkat pada siklus II yaitu 85,29%.
Berdasarkan kesimpulan pada penelitian sebelumnya dengan menggunakan pendekatan Matematika realistik dapat menigkatkan hasil belajar siswa baik pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Peneliti berharap penelitian tindakan kelas ini akan berhasil dengan menggunakan pendekatan Matematika realistik yang pernah digunakan dalam penelitian sebelumnya tetapi dengan materi, kondisi, dan objek yang berbeda.
C. Kerangka Berpikir
Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh berbagi macam hal baik yang berhubungan dengan siswa maupun di luar siswa.Pembenahan harus dilakukan agar hasil belajar siswa meningkat.Masalah ini terjadi pada
siswa kelas IV SD N 1 Sidakangen.Masih rendahnya hasil belajar siswa di SD N 1 Sidakangen sehingga dibutuhkan suatu tindakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa salah satunya dengan menggunakan model pembelajaran.Penerapan pendekatan Matematika realistik, merupakan salah satu penerapan yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa di SD N 1 Sidakangen.Penerapan Matematika realistik adalah suatu penerapan dalam pembelajaran dimana materi pelajaran dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari yang dilakukan oleh siswa. Hal ini sangat efektif dimana karakteristik siswa SD yang masih berpikir secara kongkret sehingga materi Matematika yang diajarkan dikaitkan dengan kehidupan nyata dengan harapan siswa akan lebih cepat memahami karena mengalami sendiri hal tersebut. Penggunaan model penerapan Matematika realistik ini diharapkan dapat menigkatkan hasil belajar siswa baik pada ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Gambaran dari penelitian tindakan kelas yang akan dilakuan adalah sebai berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas dapat dirumuskan hipotesis penelitian yaitu melalui pendekatan Matematika realistik dapat menigkatkan hasil belajar pada mata pelajaran Matematika materi bangun ruang di kelas IV SD Negeri 1 Sidakangen.