• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pengembangan Agribisnis Sapi Perah di Jawa Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Pengembangan Agribisnis Sapi Perah di Jawa Timur"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Penelitian Unggulan

Departemen Agribisnis

Bogor, 27 - 28 Desember 2012

EDITOR :

Rita Nurmalina Netti Tinaprilla

(3)

Prosiding Seminar

Penelitian Unggulan Departemen Agribisnis

Bogor, 27 - 28 Desember 2012

Tim Penyusun

Pengarah :

 Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS (Ketua Departemen Agribisnis)  Dr. Ir. Dwi Rachmina, MS (Sekretaris Departemen Agribisnis)  Dr. Ir. Anna Fariyanti, MS (Gugus Kendali Mutu FEM - IPB)

Editor :

 Ketua : Prof. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS  Anggota : - Dr. Ir. Netti Tinaprilla, MM

- Dr. Amzul Rifin, SP., MA - Tintin Sarianti, SP., MM

- Yanti N. Muflikh, SP., M.Agribuss

Tim Teknis :

 Nia Rosiana, SP., M.Si

Desain dan Tata Letak :

 Hamid Jamaludin M., AMd

Diterbitkan Oleh :

Departemen Agribisnis

Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

Jl. Kamper Wing 4 Level 5 Kampus IPB Dramaga Bogor 16680 Telp/Fax : 0251-8629654

e-mail : depagribisnis@yahoo.com, dep-agribisnis@ipb.ac.id Website : http://agribisnis.fem.ipb.ac.id

(4)

penelitian. Dalam rangka mendukung kegiatan penelitian bagi para dosen, Departemen Agribisnis telah melakukan kegiatan Penelitian Unggulan Departemen (PUD) yang dimulai sejak tahun 2011. Kegiatan tersebut bertujuan untuk memberikan motivasi bagi dosen Departemen Agribisnis untuk melakukan kegiatan penelitian sehingga dapat meningkatkan kompetensi di bidangnya masing-masing. Kegiatan PUD tersebut dimulai dari penilaian proposal yang akan didanai dan ditutup oleh kegiatan seminar. Selanjutnya untuk memaksimumkan manfaat dari kegiatan penelitian tersebut, hasil penelitian perlu didiseminasi dan digunakan oleh masyarakat luas. Salah satu cara untuk mendiseminasikan hasil-hasil penelitian tersebut adalah dengan menerbtikan prosiding ini.

Prosiding ini berhasil merangkum sebanyak 23 makalah PUD yang telah diseminarkan pada tanggal 27-28 Desember 2012. Secara umum makalah-makalah tersebut dapat dibagi menjadi tiga bidang kajian, yaitu kajian Bisnis (9 makalah), Kewirausahaan (3 makalah), dan Kebijakan (11 makalah). Bidang kajian tersebut sesuai dengan Bagian yang ada di Departemen Agribisnis, yaitu Bagian Bisnis dan Kewirausahaan serta Bagian Kebijakan Agribisnis. Dilihat dari metode analisis yang digunakan, makalah yang terangkum dalam prosiding ini sebagian besar menggunakan analisis kuantitatif. Pesatnya perkembangan teknologi komputasi dan ketersediaan software metode kuantitatif mendorong para peneliti untuk memilih metode analisis tersebut. Ke depan metode analisis kajian bidang Agribisnis perlu diimbangi dengan metode analisis kualitatif.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir Rita Nurmalina, MS sebagai ketua tim PUD dan sekaligus sebagai Editor Prosiding ini beserta tim lainnya. Besar harapan kami prosiding ini dapat digunakan dan bermanfaat bukan saja di lingkungan kampus tapi juga bagi masyarakat luas.

Bogor, 1 Februari 2013

Ketua Departemen Agribisnis FEM IPB

(5)
(6)

K A J I A N B I S N I S

Analisis Sikap Petani Terhadap Atribut Benih Unggul Jagung Hibrida

di Sulawesi Selatan ... 1

Rita Nurmalina, Harmini, Asrul Koes, dan Nia Rosiana

Analisis Usaha Sayuran Indigenous Kemangi di Kabupaten Bogor ... 23

Anna Fariyanti

Analisis Kelayakan Usahaternak Sapi Perah Rakyat dan Pemasaran Susu di Jawa Timur (Studi Kasus Peternakan Sapi Perah di Kecamatan Pujon,

Malang - Jawa Timur) ... 41

Harmini, Ratna Winandi Asmarantaka, Dwi Rachmina, dan Feryanto

Kelayakan Usaha Peternakan Sapi Perah dalam Menunjang Swasembada Susu di Indonesia ... 61

Juniar Atmakusuma

Kajian Sistem Pemasaran Produk Pertanian Organik dalam Rangka Menunjang Ketahanan Pangan dan Menuju Perdagangan Berkesetaraan (Fair Trade) ... 75

Tintin Sarianti, Juniar Atmakusuma, Heny Kuswanti Daryanto, Siti Jahroh, dan Febriantina Dewi

Pendapatan Usahatani dan Sistem Pemasaran Cabai Rawit Merah

(Capsicum frutescens) di Kecamatan Cigedug Kabupaten Garut ... 97

Rita Nurmalina, Asmayanti, dan Tubagus Fazlurrahman

Kelayakan Usaha Pembibitan Domba Melalui Program Kemitraan dan Inkubasi Bisnis dalam Rangka Pemberdayaan Masyarakat di Kabupaten Bogor ... 117

Popong Nurhayati

Analisis Faktor dan Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Beras Organik

Serta Analisis Pendapatan dan Risiko Produksi Padi Organik ... 137

Tintin Sarianti

Supply Chain Management Jambu Kristal pada

Agribusiness Development Center-University Farm (ADC-UF) IPB ... 157

Yanti Nuraeni Muflikh

K A J I A N KE W I R A U S A H A A N

Analisis Faktor-Faktor Determinan Kewirausahaan Pertanian Padi Organik ... 177

Rachmat Pambudy, Burhanuddin, Arif Karyadi Uswandi, Yeka Hendra Fatika, Nia Rosiana, dan Triana Gita Dewi

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Negosiasi Wirausaha Mahasiswa

Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor ... 199

(7)

iv Prosiding Seminar Penelitian Unggulan Departemen Agribisnis 2012

Metode Belajar Kewirausahaan di Institut Pertanian Bogor ... 215

Burhanuddin, dan Nia Rosiana

K A J I A N KE B I J A K AN

Analisis Keberlanjutan Lembaga Keuangan Mikro ... 235

Dwi Rachmina

Analisis Pengaruh Penerapan Bea Keluar pada Daya Saing Ekspor

Kakao Indonesia ... 257

Amzul Rifin

Strategi Pengembangan Agribisnis Sapi Perah di Jawa Timur ... 273

Lukman Mohammad Baga

Kajian Stok Pangan Beras di Provinsi Jawa Timur dan Sulawesi Selatan ... 295

Andriyono Kilat Adhi, Netti Tinaprilla, dan Maryono

Advokasi Program Ketahanan Pangan di Kabupaten Bogor ... 313

Yusalina, Anna Fariyanti, Nunung Kusnadi, dan Yanti Nuraeni Muflikh

Peranan dan Analisis Pendapatan Koperasi Susu di Jawa Timur

(Kasus Koperasi Peternak Sapi Perah SAE Pujon) ... 331

Ratna Winandi Asmarantaka

Analisis Pengaruh Pertumbuhan Pengguna Telepon Seluler

Terhadap Pertumbuhan Sektor Pertanian ... 347

Rachmat Pambudy, dan Arif Karyadi Uswandi

Prospek Ekspor Produk Perikanan dan Kelautan ke Uni Eropa ... 357

Andriyono Kilat Adhi

Pengaruh Penerapan Teknologi Organik SRI (System Rice Intensification) Terhadap Penggunaan Sumber Modal Eksternal

(Kasus Petani Padi di Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi) ... 377

Netti Tinaprilla

Dayasaing Usahaternak Sapi Perah Rakyat di Kecamatan Pujon

Kabupaten Malang, Jawa Timur ... 403

Harmini dan Feryanto

Pengaruh Realisasi APBD Bidang Pertanian Terhadap Pertumbuhan

Sektor Pertanian di Kabupaten Bogor ... 425

(8)

STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAPI PERAH

DI JAWA TIMUR

Oleh:

Lukman Mohammad Baga

Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB lukmanmb@yahoo.com

ABSTRACT

This study aims to: (1) Determine the condition of dairy farm business in East Java by analyzing entire variable that has been identified; (2) Formulate an appropriate strategy to be applied in development dairy farm in East Java province. Formulation of strategy is done using SWOT analysis and strategic arcitecture. Study location in Malang district, East Java Province. Determination of study location conducted by purposive. The results showed in internal analysis, the factors become strengths in agribusiness dairy farms in East Java is the organization of work that goes well, good cooperative services, good capital cooperative, and the availability of infrastructure. While the weakness factors is the low level of education of members, production capacity of milk per day, limited good dairy calves and waste production are not managed properly. In the external analysis, the opportunity factors are the milk prices tend to rise, increases in population and increase in public awareness of nutrition, geographical area and the role of secondary dairy cooperatives. While the threat factors are weather conditions, feed prices, IPS (Milk Processing Industry-MPI) with strong bargaining position, and local cow's milk substitute products (vegetable and imported milk). The policy implications of this study is development of agribusiness in East Java dairy cows should not only focus on the amount of milk production, but also consider the availability of forage feed especially during dry season and and alternative markets for milk products.

Keywords : milk, breeder, strategy, internal-external factor, SWOT analysis

ABSTRAK

(9)

Strategi Pengembangan Agribisnis Sapi Perah di Jawa Timur Lukman Mohammad Baga

274 Prosiding Seminar Penelitian Unggulan Departemen Agribisnis 2012

memperhatikan ketersediaan pakan khususnya hijaun terutama di saat-saat musim kemarau dan pasar-pasar alternatif untuk produk susunya.

Kata kunci :susu, peternak, strategi, faktor internal-eksternal, analisis SWOT

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan perekonomian nasional dan patut menjadi sektor andalan dan mesin penggerak pertumbuhan ekonomi karena sektor pertanian menjadi tumpuan hidup (pekerjaan primer) bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Salah satu subsektor yang potensial untuk dikembangkan adalah subsektor peternakan. Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian yang memiliki nilai strategis, antara lain dalam memenuhi kebutuhan pangan yang terus meningkat akibat bertambahnya jumlah penduduk, peningkatan rata-rata pendapatan penduduk, dan penciptaan lapangan pekerjaan.

Salah satu komoditi yang penting dalam subsektor peternakan adalah susu. Keberadaan komoditi susu segar di masyarakat sangat dibutuhkan sebagai salah satu sumber energi dan protein potensial yang berasal dari hewani. Susu disebut sebagai makanan yang hampir sempurna karena mengandung protein, karbohidrat, lemak, mineral, enzim-enzim, serta vitamin. Hal ini yang menjadi pemikiran dasar bahwa masyarakat berhak mengkonsumsi susu segar sebagai asupan yang bergizi dan sehat. Kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi susu mengakibatkan permintaan susu terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Akan tetapi, peningkatan konsumsi tersebut belum mampu dimbangi dengan penyediaan kebutuhan susu dalam negeri. Produksi susu nasional belum mampu mencukupi kebutuhan konsumsi masyarakat Indonesia. Produksi susu segar dalam negeri masih jauh dari jumlah yang dapat memenuhi konsumsi di pasar domestik, dimana pada tahun 2008 susu segar dalam negeri hanya mampu memenuhi kebutuhan konsumsi susu domestik sebesar 23,4 persen.Sedangkan sisanya sebesar 76,6 persen dipenuhi pemerintah dengan melakukan impor (Kementerian Perindustrian, 2009).

(10)

1.2. Perumusan Masalah

Kondisi geografis, ekologi, dan kesuburan lahan di beberapa wilayah Indonesia memiliki karakteristik yang cocok untuk pengembangan usaha ternak sapi perah, seperti Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat. Hal tersebut menyebabkan pulau jawa terus menjadi wilayah utama peternakan sapi perah di Indonesia, mencakup 97 persen dari produksi susu nasional (Heriyanto, 2009).Salah satu provinsi sebagai penghasil susu di Indonesia adalah Jawa Timur. Bahkan Jawa Timur merupakan provinsi penghasil susu terbesar di Indonesia. Berdasarkan data Direktorat Jendral Peternakan (2010), produksi susu di Jawa Timur mencapai 531.797 ton lebih tinggi dibandingkan dengan Jawa Barat yaitu sebesar 270.616 ton dan Jawa Tengah sebesar 106.040 ton.Dibandingkan dengan provinsi lain, agribisnis sapi perah di Jawa Timur dapat dikatakan maju mengingat besarnya susu yang dihasilkan. Meskipun begitu, bukan berarti tidak ada masalah dalam pengembangan agribisnis sapi perah di provinsi tersebut. Dalam usahatani sapi perah, permasalahan yang dijumpai antara lain adalah peternakan sapi perah masih menghadapi permasalahan antara lain tingkat populasi masih rendah, skala kepemilikan sapi belum ekonomis (empat ekor per kepala keluarga) dan akses peternak ke lembaga perbankan masih rendah. Kondisi tersebut mengakibatkan sejumlah IPS di Jawa Timur melakukan impor bahan baku dari beberapa negara (Chevny, 2011). Selain itu, dibeberapa daerah masih mengalami masalah ketersediaan pakan baik konsentrat maupun hijauan yang selama ini juga masih dipasok oleh pembeli khususnya di saat musim kemarau. Kondisi ini tentu saja kurang menguntungkan bagi peternak karena harga susu tidak bisa optimal. (Sofyan, 2011). Masalah lain yang dihadapi peternak adalah masalah pemasaran susu. Sebagaimana diketahui bahwa struktur pasar susu segar di Jawa Timur dapat dikatakan monopsoni dimana PT. Nestle Indonesia adalah pelaku dominan (Ismanto, 2005; Wisnubrata, 2011).

Ketergantungan peternak Jawa Timur pada PT Nestle Indonesia yang sangat tinggi menyebabkan posisi tawar para peternak sangat rendah dalam penentuan harga, penentuan persyaratan transaksi, maupun persyaratan kualitas (Iwantono, 2007). Berdasarkan beberapa permasalahan yang diungkapkan sebelumnya, maka perlu diketahui, bagaimana kondisi usaha peternakan sapi perah di Provinsi Jawa Timur saat ini? Bagaimana rumusan strategi yang sesuai diterapkan dalam upaya pengembangan peternakan sapi perah di Provinsi Jawa Timur?.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui kondisi usaha peternakan sapi perah di Provinsi Jawa Timur dengan menganalisis keseluruhan variabel yang telah diidentifikasi.

(11)

Strategi Pengembangan Agribisnis Sapi Perah di Jawa Timur Lukman Mohammad Baga

276 Prosiding Seminar Penelitian Unggulan Departemen Agribisnis 2012

1.4. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai bahan rekomendasi sekaligus menjadi bahan acuan bagi pengambil keputusan atau kebijakan dalam upaya pengembangan peternakan sapi perah di Provinsi Jawa Timur.

II. KERANGKA PENELITIAN

Provinsi Jawa Timur merupakan sentra pengusahaan sapi perah terbesar di Indonesia. Meskipun begitu, bukan berarti tidak ada masalah dalam pengembangan agribisnis sapi perah di provinsi tersebut. Dalam usahatani sapi perah, permasalahan yang dijumpai antara lain adalah peternakan sapi perah masih menghadapi permasalahan seperti tingkat populasi masih rendah, skala kepemilikan sapi belum ekonomis dan akses peternak ke lembaga perbankan masih rendah. Kondisi tersebut mengakibatkan sejumlah IPS di Jawa Timur melakukan impor bahan baku dari beberapa negara. Selain itu, di beberapa daerah masih mengalami masalah ketersediaan pakan baik konsentrat maupun hijauan yang selama ini juga masih dipasok oleh pembeli khususnya di saat musim kemarau. Masalah lain yang dihadapi peternak adalah ketergantungan peternak yang tinggi pada IPS yang menyebabkan posisi tawar para peternak sangat rendah dalam penentuan harga, penentuan persyaratan transaksi, maupun persyaratan kualitas

Berdasarkan pada permasalahan-permasalahan sebagaimana diungkapkan sebelumnya, maka diperlukan suatu metode analisis yang mampu memberikan beberapa alternatif strategi yang bisa dilakukan. Dalam merumuskan strategi pengembangan yang dilakukan, peneliti menggunakan landasan teori yang dikemukakan oleh David (2006) yaitu terdapat tiga tahapan analisis yang bisa dilakukan dalam mengembangkan strategi. Tahapan tersebut meliputi tahap input, tahap pencocokan, dan tahap pengambilan keputusan.

Tahap input merupakan tahapan dengan menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengembangan agribisnis sapi perah. Faktor-faktor tersebut meliputi faktor internal dan eksternal.Analisis faktor internal meliputi faktor-faktor yang mempengaruhi dari dalam berupa kekuatan dan kelemahan. Faktor eksternal merupakan faktor-faktor dari luar yang mempengaruhi pengembangan agribisnis sapi perah. Hasil analisis terhadap faktor eksternal kemudian diidentifikasi mana yang termasuk ancaman dan peluang.

(12)

maupun eksternal. Langkah terakhir adalah merumuskan alternatif-alternatif strategi dalam bentuk arsitektur strategik sehingga alternatif-alternatif stratategi tersebut bisa dilaksanakan secara simultan sesuai dengan periode waktu yang ditetapkan (tahapan pengambilan keputusan).

III. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Provinsi Jawa Timur. Pemilihan Provinsi Jawa Timur dilakukan secara purposive dengan pertimbangan bahwa Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu daerah pemasok susu sapi terbesar di Indonesia (Ditjennak Kementan, 2010).

Kabupaten yang dipilih sebagai tempat penelitian adalah Kabupaten Malang. Pemilihan kabupaten tersebut berdasarkan pertimbangan (purposive) bahwa kabupaten tersebut merupakan penghasil susu terbesar di Provinsi Jawa Timur yaitu 174.176 ton pada tahun 2010 (Disnak Jatim, 2011). Penelitian dilakukan pada bulan Mei sampai November 2012.

3.2. Data dan Sumber Data

Data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data Primer dalam penelitian ini adalah data-data berkaitan dengan sikap dan pandangan peternak serta para pemangku kebijakan terkait dengan agribisnis sapi perah (internal dan eksternal). Data primer bersumber dari observasi dan wawancara langsung dengan responden dan pakar yang terlibat dalam penelitian ini. Sedangkan data sekunder berasal dari BPS, BPS Kabupaten Malang, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Malang, Kementerian Pertanian dan literature-literatur yang terkait dengan penelitian.

3.3. Sampel dan Metode Pengambilan Sampel

Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 31 responden, yang terdiri dari 30 responden dari peternak, 1 responden dari pejabat Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Malang. Sampel peternak yang diambil adalah peternak di wilayah Pujon. Hal ini karena Kecamatan Pujon merupakan penghasil susu terbesar di wilayah Kabupaten Malang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode judgemental sampling berdasarkan petunjuk dari ketua kelompok. Pengambilan data dilakukan dengan observasi dan wawancara dipandu dengan kuesioner.

3.4. Analisis dan Pengolahan Data

(13)

Strategi Pengembangan Agribisnis Sapi Perah di Jawa Timur Lukman Mohammad Baga

278 Prosiding Seminar Penelitian Unggulan Departemen Agribisnis 2012

adalah peternak dan kelembagaan koperasi. Selain dari itu akan terkategori sebagai pihak eksternal. Gambar 1 menjelaskan pengklasifikasian berbagai faktor dan pemangku kepentingan (stakeholder) yang menjadi pihak internal dan eksternal, di mana pihak internal yang dimaksudkan adalah yang terkategori pada lingkungan mikro, sementara lingkungan meso dan makro terkategori sebagai lingkungan eksternal.

Gambar 1. Lingkungan Mikro, Meso dan Makro yang Terkait dengan Lingkungan Internal dan Eksternal yang Digunakan Sebagai Basis Analisis

SWOT

Hasil analisis baik data primer dan data sekunder tersebut kemudian digabungkan dengan menggunakan matriks SWOT dan dipetakan pada diagram matriks SWOT untuk merumuskan alternatif strategi pengembangan agribisnis sapi perah di Provinsi Jawa Timur (Gambar 2).

Geografis Lingkungan Sosial

Lingkungan Fisik

Ekonomi Sosial Budaya Hankam

Teknologi Politik

SDA Agroklimat

IPS Masyarakat

Pemerintah Gerakan

Koperasi Peternak Koperasi Peternak

Lingkungan Makro

Lingkungan Meso

Lingkungan Mikro

(14)

Gambar 2. Diagram Matriks SWOT

Hasil pemetaan dengan menggunakan diagram sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2 menghasilkan empat komponen strategi yaitu : (1) Strategi Strengths- Oppurtunities (SO), strategi yang menggunakan kekuatan internal untuk memperoleh profit dari peluang yang ada, pada umumnya strategi yang dijalankan adalah strategi agresif. (2) Strategi Weakness-Opportunities (WO), merupakan strategi untuk memperoleh keuntungan dari peluang yang ada dalam mengatasi kelemahan, strategi yang ditawarkan adalah strategi turn-arrround. (3) Strategi Strenghts-Threats (ST) adalah strategi yang memanfaatkan kekuatan yang ada untuk menghindari ancaman, strategi yang direkomendasikan pada bagian ini adalah strategi diversifikasi. (4) Strategi Weakness-Threats (WT), merupakan strategi yang berusaha meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman, strategi yang direkomendasikan pada kondisi ini adalah strategi bertahan/defensif.

Langkah selanjutnya setelah merumuskan alternatif-alternatif strategi adalah memasukkan alternatif setrategi tersebut ke dalam arsitektur setrategik. Arsitektur strategik adalah suata gambar rancangan arsitektur yang bermanfaat bagi perusahaan untuk merumuskan strateginya ke dalam kanvas rencana perusahaan untuk meraih visi dan misinya (Yoshida, 2004).

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengembangan sistem agribisnis sapi perah perlu didasarkan atas pemahaman yang mendalam mengenai kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang ada di lapangan. Berikut adalah hasil analisis atas temuan empiris di lapangan, yang dilakukan dengan metode wawancara, diskusi dan penelusuran data-data sekunder terhadap literatur, kebijakan-kebijakan yang terkait, laporan tahunan dan hasil-hasil kajian terdahulu.

I Strategi SO (Aggressive Strategies)

II Strategi ST (Diversification Strategies) III

Strategi WO (Turn-Around Strategies)

IV (Strategi WT) (Defensive Strategies)

Peluang

Ancaman

(15)

Strategi Pengembangan Agribisnis Sapi Perah di Jawa Timur Lukman Mohammad Baga

280 Prosiding Seminar Penelitian Unggulan Departemen Agribisnis 2012

4.1. Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan

Faktor-faktor yang menjadi kekuatan usahatani ternak sapi perah yaitu:

1. Pengorganisasian kerja berjalan dengan baik

Pengorganisasian kerja yang dilakukan oleh koperasitelah berjalan dengan baik. Baiknya pengelolaan organisasi ini tercermin dari adanya struktur organisasi serta pembagian kerja yang jelas pada masing-masing elemen pembentukoganisasi yang menjadi tanggungjawabnya.

2. Pelayanan koperasi yang baik

Pelayanan yang ditawarkan merupakan faktor utama para anggota memiliki keinginan bergabung untuk bekerjasama melaksanakan usaha yang dikelola koperasi. Koperasi yang mengalami kemajuan adalah koperasi yang berorientasi pada kebutuhan anggota dan menyediakan pelayanan, penyuluhan sebagai upaya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan anggota, apalagi pasar sangat menuntut susu yang berkualitas tinggi (Nurlina, 2005). Dengan pelayanan-pelayanan tersebutanggota mampu memperoleh manfaat yang diharapkannya. Unit-unit usaha untuk mendukung pelayanan anggota antara lain unit persusuan, unit peternakan, unit rearing, unit pakan ternak, unit teknis dan transportasi, dan unit BP/RB (kesehatan), unit simpan pinjam dan waserda. Selain itu, untuk mempermudah para peternak meyetorkan hasil susunya maka dibangun pos-pos untuk penyetoran susu sebelum dibawa ke koperasi dan disetorkan ke IPS.

3. Permodalan koperasi yang baik

Ketersediaan modal yang terjamin merupakan kekuatan finansial bagi suatu organisasi. Koperasi(Koperasi SAE pujon yang terdapat di wilayah penelitian) merupakan koperasi dengan sumber permodalan yang baik. Sumber permodalan koperasi berasal dari modal sendiri dan modal pinjaman. Modal sendiri diperoleh dari simpanan pokok, simpanan wajib, dana cadangan dan hibah. Sedangkan modal pinjaman dapat berasal dari anggota, koperasi lainnya dan/atau anggotanya, bank dan lembaga keuangan lainnya yang sah. Hal ini menunjukan permodalan koperasi yang tidak bergantung terhadap pihak lain, dan kondisi tersebut menjadi suatu kekuatan organisasi dalam menjalankan usahanya. Permodalan koperasi yang baik juga menunjang usaha ternak yang dijalankan oleh anggotanya. Dengan permodalan yang baik, koperasi mampu memberikan pinjaman bagi para pernak baik pinjaman untuk mengganti ternak dengan yang lebih produktif, sarana produksi yang lebih baik, maupun pinjaman untuk kebutuhan sehari-hari.

4. Sarana dan prasarana

(16)

Faktor-faktor yang menjadi kelemahan usahatani ternak sapi perah yaitu:

1. Masih rendahnya tingkat pendidikan peternak

Peternak sebagai sumberdaya pengelola ternak sapi perah sangat menentukan cepat lambatnya perkembangan usaha yang dilakukannya, dan tingkat pendidikan yang baik akan berdampak pada kualitas peternak serta responnya dalam menghadapi perkembangan.Mulyadi (2003) sebagaimana di acu dalam Mastuti dan Hidayat (2011) menyatakan kualitas pekerja yang akan dicerminkan oleh tingkat pendidikan yang semakin baik, yang akan memberikan dampak posistif terhadap produktifitas tenaga kerja.Hasil analisis data primer mununjukkan bahwa 80 persen responden berpendidikan SD dan SMP atau masih berpendidikan rendah. Hal ini berdampak pada sukarnya peternak dalam memahami dan merespon perubahan yang terjadi, khususnya dalam perkembangan pola beternak dan penggunaan teknologi pendukung.

2. Rendahnya kapasitas produksi susu per hari

Kapasitas produksi susu yang dihasilkan oleh para peternak di Kecamatan Pujon dan yang diserap oleh koperasi mencapai 110 ton perhari. Besarnya produksi susu ini menjadikan koperasi sebagai penghasil susu terbesar di Jawa Timur bahkan mungkin di Indonesia. Meskipun begitu, jika dilihat dari hasil produksi per ekor, rata-rata produksi susu tingkat peternak masih rendah yaitu 10-12 liter per ekor. Rendahnya produktivitas ini salah satunya akibat rendahnya manajemen pemeliharaan.

3. Terbatasnya bibit unggul sapi perah

Salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas ternak sapi perah adalah melalui penyediaan bibit ternak unggul. Dalam hal pengadaan bibit, para peternak merasakan sulitnya memperoleh bibit sapi perah yang bermutu. Ketersediaan sapi perah dara berkualitas sebagai pengganti sapi perah induk (sapidara pengganti) dalam kondisi usahaternak sapi perah rakyat dirasakan masih kurang,sehingga masih harus dipenuhi dengan cara impor sapi perah. Berdasarkanpengalaman penggunaan sapi perah eks-impor sebagai sapi dara pengganti tidak selalumenguntungkan, terutama yang diternakkan di daerah dataran rendah beriklim kering. Selain itu upaya melalui impor sapi perah juga belum mampumemenuhi kebutuhan bibit sebagai sapi dara pengganti yang berkualitas. Permasalahan lain adalah masih tingginya persentase pedet-pedet betina turunan indukberkemampuan produksi tinggi (induk elite) yang dijual oleh peternaknya ke belantik-belantikdi daerah-daerah sentra usahaternak sapi perah di Jawa Timur, sehingga tidakdapat ditelusuri keberadaan berikutnya. Dengan tidakterkonservasinya pedet-pedet betina turunan induk elite tersebut, maka berakibatrendahnya ketersediaan sapi dara pengganti yang berkualitas dalam usahaternak sapiperah rakyat di Jawa Timur (Yusran et al, 1998).

4. Limbah produksi yang belum terkelola dengan baik

(17)

Strategi Pengembangan Agribisnis Sapi Perah di Jawa Timur Lukman Mohammad Baga

282 Prosiding Seminar Penelitian Unggulan Departemen Agribisnis 2012

seringkali kotoran yang dihasilkan menjadi permasalahan lingkungan akibat pencemarannya serta berdampak pada timbulnya penyakit yang dialami oleh ternak. Sebagian besar peternak hanya membuang kotoran sapi perahnya begitu saja di kali atau sungai. Hanya sebagian kecil peternak yang memanfaatkan kotoran sapi perahnya untuk pupuk dan biogas.

4.2. Identifikasi Peluang dan Ancaman

Faktor-faktor yang menjadi peluang usahatani ternak sapi perah yaitu:

1. Perkembangan harga susu yang cenderung naik

Perkembangan harga susu saat ini mengalami tren yang meningkat, sehingga berdampak pada tingkat harga susu lokal yang semakin baik. Hal ini dibuktikan dengan dengan tren penerimaan harga rata-rata susu ditingkat peternak yang mengalami peningkatan setiap tahunnya. Berdasarkan Laporan Tahunan Dinas Peternakan dan Kesehatan Kabupaten Malang 2007-2011, harga susu yang diterima oleh peternak rata-rata mengalami kenaikan Rp. 350 atau 17 persen pertahun untuk kurun waktu 2007 sampai dengan 2011. Sedangkan harga susu yang diterima oleh koperasi dari IPS rata-rata mengalami kenaikan Rp. 250 atau 11 persen pertahun. Perkembangan harga susu ini diharapkan mampu menjadi pemacu perkembangan usaha ternak sapi perah khususnya di daerah Malang sekaligus sebagai insentif bagi peternak dalam meningkatkan jumlah produksi susu yang dihasilkan.

2. Perkembangan jumlah penduduk dan peningkatan kesadaran gizi

masyarakat

Perkembangan jumlah penduduk yang mengalami peningkatan setiap tahunnya. Berdasarkan data BPS tahun 2011, jumlah penduduk Indonesia tahun 2010 mencapai 237.641.326 jiwa dengan laju pertumbuhan 1,49 persen pertahun. Peningkatan jumlah penduduk ini diharapkan mampu meningkatkan permintaan produk pangan khususnya susu sehingga mendukung perkembangan usaha sapi perah dalam meningkatkan kapasitas produksi susunya.

Jumlah penduduk yang besar dan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi dan ditambah dengan kesadaran masyarakat akan pentingnya minum susu merupakan peluang yang besar untuk meningkatkan pengembangan usaha ternak sapi perah. Salah satu program dari pemerintah untuk meningkatkan kesadaran minum susu adalah Hari Susu Nasional yang diperingati setiap tanggal 1 Juni berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 2182/KPTS/PD.420/5/2009. Dengan adanya gerakan nasional tersebut diharapkan persepsi masyarakat terhadap komoditas susu yang cenderung mahal dan mewah dapat diubah.

3. Kondisi geografis daerah

(18)

berkembangnya usaha budidaya, karena sapi perah Fries Holland (FH) di dataran rendah masih mampu menghasilkan susu 8-10 kg/ekor/hari, demikian pula sapi-sapi Bos indicus dan persilangannya dengan sapi FH dapat menghasilkan susu 4-8 kg/ekor/hari (Setiawati, 2010). Kabupaten Malang khususnya kecamatan Pujon yang memiliki ketinggian rata-rata 1.100 m dengan bentuk topografi pegunungan sangat cocok untuk usaha peternakan sapi perah.

4. Adanya peran koperasi sekunder

Koperasi sekunder yang dimaksud dalam hal ini adalah Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI). GKSI mempunyai peran yang sangat besar dalam menentukan produksi dan distribusi susu segar (Yusdja dan Iqbal, 2000). Selain itu, GKSI Jawa Timur khususnya juga memungkinkan sebagai IPS alternatif dengan membangun pengolah susu di Pasuruan bersama dengan koperasi-koperasi primer yang ada di bawahnya yaitu PKIS Sekar Tanjung. Koperasi-koperasi pendiri PKIS Sekar Tanjung adalah KPSP Setiakawan, KUTT Suka Makmur, KUD Dadi Jaya, KUD Sembada, KUD Dau dan Koperasi SAE.

Faktor-faktor yang menjadi ancaman usahatani ternak sapi perah yaitu:

1. Kondisi cuaca

Kondisi cuaca Indonesia saat ini yang sukar diprediksi dan tidak menentu berdampak pada risiko ketidakpastian pada bidang pertanian yang salah satunya adalah peternakan. Cuaca mempengaruhi kondisi ternak, khususnya dalam menghasilkan susu baik pada sisi kualitas dan kuantitas. Saat ini cuaca yang terjadi cenderung menunjukan tingkat intensitas curah hujan yang rendah dan ini berdampak pada jumlah susu yang dihasilkan. Pada musim kemarau, pakan khususnya hijauan sangat sulit didapatkan peternak sehingga hasil susu yang dihasilkan cenderung turun dibandingkan saat hijauan tersedia dalam jumlah yang mencukupi.

2. Perkembangan harga pakan (konsentrat dan hijauan)

Pakan merupakan faktor penentu keberhasilan usaha peternakan. Kontribusinya kurang lebih 70 persen sedangkan 30 persen keberhasilan peternakan ditentukan oleh faktor lain seperti bibit, penyakit dan lingkungan. Sehingga untuk meningkatkan populasi dan produktivitas ternak sebagai tolok ukur keberhasilan usaha peternakan diperlukan tersedianya pakan yang cukup. Pakan juga merupakan biaya terbesar dalam usaha budidaya sapi perah, yaitu sebesar 60-80 persen (Setiawati, 2010).

(19)

Strategi Pengembangan Agribisnis Sapi Perah di Jawa Timur Lukman Mohammad Baga

284 Prosiding Seminar Penelitian Unggulan Departemen Agribisnis 2012

koperasi ke peternak (saeprofit) Rp 2.200 per kilogram dan harga hijauan rata-rata Rp 1.250 per kilogram, maka seharusnya harga susu yang diterima peternak sebesar Rp 7.245 per liter. Sedangkan harga susu yang diterima oleh peternak pada saat dilakukan penelitian rata-rata Rp3.300 perliter.

3. Kebijakan tataniaga susu

Beberapa instrumen kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah selama ini adalah adanya (a) rasio impor bahan baku susu yang dikaitkan dengan keharusan serap susu segar domestik, atau yang lebih dikenal dengan rasio BUSEP, dan (b) penerapan tarif impor untuk bahan baku susu impor maupun produk susu (susu bubuk, keju dan mentega). Kebijakan rasio impor bahan baku susu yang dikaitkan dengan keharusan serap susu segar domestik merupakan kebijakan pemerintah yang dikeluarkan melalui Surat Keputusan Bersama (SKB) tiga Menteri, yakni Menteri Koperasi, Menteri Pertanian dan Menteri Perindustrian dan Perdagangan yang selanjutnya dikukuhkan dengan Inpres Nomor 2 Tahun 1985 mengatur tentang pemasaran susu segar dari peternak ke IPS. Dalam hal ini IPS wajib menerima susu segar dalam negeri (SSDN) dan bukti serap (BUSEP) sebagai pengaman harga SSDN dan harga bahan baku impor.

Namun, sejak ditandatanganinya kesepakatan antara Pemerintah RI dengan IMF pada bulan Januari 1998 tentang penghapusan tataniaga SSDN, maka sejak saat itu sistem rasio BUSEP juga telah dihapus. Hal ini berarti bahwa komoditas susu telah memasuki pasar bebas, sehingga harus memiliki daya saing kuat untuk mengantisipasi masuknya bahan baku susu impor. Oleh karenanya harga SSDN yang berlaku harus merupakan harga pasar yang kompetitif, terutama jika dipertimbangkan ancaman dari produsen susu tingkat dunia dari negara tetangga seperti Australia dan New Zealand. Selain itu besarnya tarif impor untuk susuIndonesia masih tergolong rendah hanya berkisar 0-5 persen. Rendahnya tarif impor tersebut menyebabkan semakin tingginya jumlah impor yang dilakukan IPS. Hal tersebut akan mendorong semakin rendahnya daya saing dari produsen susu dalam negeri (Priyanti et al, 2005).

4. Kuatnya posisi tawar IPS

(20)

5. Adanya produk subtitusi susu sapi lokal (susu nabati dan impor)

Tingginya harga susu sapi memungkinkan munculnya susu dari bahan nabati. Salah satu susu nabati yang mampu menjadi pengganti susu sapi adalah susu kedalai. Mutu protein dalam susu kedelai hampir sama dengan mutu protein susu sapi (Koswara, 2005). Selain susu nabati, susu impor merupakan produk substitusi dari susu lokal untuk memenuhi kebutuhan nasional. Keberadaan susu impor tersebut tentunya menjadi ancaman para pelaku usaha ternak sapi perah lokal dalam bersaing dengan susu impor baik pada sisi kualitas dan kuantitas guna memenuhi kebutuhan susu nasional dan IPS (Nugroho et al, 2011).

4.3. Perumusan Strategi Pengembangan Agribisnis Sapi Perah Jawa Timur

Dari hasil matriks SWOT dapat diperolehstrategi pengembangan yang terbagi dalam empat kelompok yaitu:Strategi Strengths- Oppurtunities (SO), Strategi Weakness-Opputunities (WO),Strategi Strenghts-Threats (ST) dan Strategi Weakness-Threats (WT). Alternatif-alternatif strategi yang dirumuskan dalam keempat kelompok strategi tersebut, akan dijelaskan lebih lanjut berikut:

1. Strategi Strenghts-Oppurtunities (S-O)

Strategi pertama yaitu memberikan dorongan kepada koperasi untuk mengembangkan unit usaha divesifikasi susu. Strategi ini diharapkan dapat memberikan alternatif serapan produk primer susu terutama terkait serapan pada level kualitas yang rendah. Untuk kualitas rendah yang cenderung mempunyai harga yang rendah mempunyai alternatif untuk diolah agar memberi nilai tambah produk. Strategi ini akan efektif apabila strategi pemasaran berjalan baik. Dorongan ini bisa dengan memberikan bantuan sarana dan prasarana pengolah produk turunan susu kepada kelompok peternak anggota koperasi

Strategi kedua yang dirumuskan pada strategi SO ini adalah meningkatkan kegiatan promosi bersama pentingnya konsumsi susu sehat pemantapan sistem manajemen pemasaran susu dan turunannya, untuk memenuhi permintaan konsumen lokal dunia. Untuk mendukung upaya tersebut, maka diajukan beberapa program untuk menerapkan dan membangun fasilitas dan penunjang agroindustri. Hal ini perlu dilakukan agar pasokan dan produksi turunan susutetap terjaga melalui program pengembangan hasil dan pengolahan susu dengan baik. Program lain adalah dengan menggalakaan program minum susu segar di Jawa Timur khususnya untuk pelajar.

2. Strategi Weaknesses-Opportunities (W-O)

(21)

Strategi Pengembangan Agribisnis Sapi Perah di Jawa Timur Lukman Mohammad Baga

286 Prosiding Seminar Penelitian Unggulan Departemen Agribisnis 2012

Strategi kedua adalah pemberian subsidi input dan outputpada peternak dan koperasi.Subsidi yang dapat diberikan antara lain: (1) subsidi input khususnya konsentrat, (2) kredit lunak untuk mendapatkan bibit sapi unggul, (3) subsidi output untuk produk-produk turunan susu hasil olahan koperasi untuk mendukung program gerakan minum susu sehingga harganya terjangkau.

Strategi yang ketiga adalah pelatihan manajemen peternak menuju peternakan sapi perah modern. Program pelatihan yang didakan meliputi pembuatan kandang yang baik, penentuan masa kawin ternak, penanganan susu, pemeliharaan ternak, manajemen pakan dan lain-lain. Manajemen pakan dalam hal ini menjadi penting untuk mengurangi ketergantungan peternak pada pakan konsentrat. Pengurangan ketergantungan terhadap konsentrat bisa dilakukan dengan penyediaan pakan ternak berbasis sumberdaya lokal.

3. Strategi Strenghts-Threats (S-T)

Strategi S-T merupakan strategi yang diajukan dengan menggunakan kekuatan untuk menghindari ancaman bagi dalam upaya pengembangan agribisnis sapi perah. Strategi S-T pertaman yang diusulkan adalah peningkatan posisi tawar koperasi susu melalui dukungan dan kebijakan pemerintah yang mampu menempatkan posisi tawar koperasi lebih seimbang dengan posisi IPS sebagai pembeli utama susu segar produksi dari koperasi susu. Peran pemerintah sangat diperlukan dalam melaksanakan sistem perdagangan yang adil dan meningkatkan posisi daya tawar peternak dan koperasi itu sendiri agar terjadi alokasi kesejahteraan ditingkat peternak.Program untuk mendukung startegi ini adalah meninjau kembali kebijakan tarif impor susu 5 persen yang cenderung masih merugikan peternak dan mengaktifkan kembali kewajiban serap bagi IPS terhadap produk susu peternak sesuai dengan standar kualitas yang telah ditetapkan (SNI).

Strategi S-T yang kedua adalah peningkatan usaha/unit pengolahan susu skala menengah sebagai alternatif selain IPS, strategi ini sebagai upaya memberikan pasar alternatif bagi produk susu segar dengan skala usaha kecil dan menengah. Produk dari usaha ini dapat dipasarkan secara lokal atau sinergi dengan program pemerintah sebagai pasar alternatif bagi produk susu segar berskala usaha kecil dan menengah. Program untuk mendukung startegi ini adalah dengan mengembangkan kapasitas produksi PKIS Sekar Tanjung yang merupakan konsorsium 6 koperasi di Jawa Timur.

4. Strategi Weaknesses-Threats (W-T)

(22)

Hijauan Makanan ternak (HMT) seperti hasil pertanian lainnya bersifat mudah rusak, maka HMT yang berlebih pada musim hujan harus dilakukan pengolahan/ penyimpanan untuk memenuhi kebutuhan HMT pada musim kemarau. Pengolahan HMT dapat dilakukan dalam dua cara yaitu dalam bentuk basah atau silase atau dalam bentuk olahan berupa bahan kering dan bahan padatan (hay).

Alternatif-alternatif strategi yang dirumuskan berdasarkan analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dilihat dalam matriks SWOT pada Tabel 1.

Tabel 1. Matriks SWOT

Kekuatan(strengths):

1. Pengorganisasian kerja yang berjalan dengan baik 2. Pelayanan koperasi yang Baik 3. Permodalan koperasi yang baik 4. Ketersediaan sarana dan

prasarana

Kelemahan(weaknesses): 1. Masih rendahnya tingkat

pendidikan peternak 2. Rendahnya kapasitas

produksi susu per hari 3. Terbatasnya bibit sapi

perah

4. Limbah produksi yang belum terkelola dengan baik

Peluang(opportunities): a. Perkembangan harga susu

yang cenderung naik b. Perkembangan jumlah

penduduk dan peningkatan kesadaran gizi masyarakat c. Kondisi geografis daerah d. Adanya peran koperasi

sekunder

1. Memberikan dorongan kepada koperasi untuk mengembangkan unit usaha divesifikasi susu (S1, S2,S5,OA,OC,OD,OE,OF) 2. Meningkatkan kegiatan promosi

bersama pentingnya konsumsi susu sehat pemantapan sistem manajemen pemasaran susu dan turunannya, untuk memenuhi permintaan konsumen lokal dan dunia (S1, S2, S3, S4,OB,OD)

1. Membangun dan

mengembangkan unit pasca panen pengolahan susu yang dikelola langsung oleh koperasi (W1, W4, W6,W7,W8,W9, OA, OB, OC, OD).

2. Pemberian subsidi input dan output

(W3,W4,OA,OB,OC,OD) 3. Pelatihan manajemen peternak

menuju peternakan sapi perah modern (W1,OD)

Ancaman (threats): a. Kondisi cuaca

b. Perkembangan harga pakan (konsentrat dan hijauan) c. Kebijakan tataniaga susu d. Kuatnya posisi tawar IPS e. Adanya produk subtitusi

susu sapi lokal (susu nabati dan impor)

1. Peningkatan posisi tawar koperasi susu melalui dukungan dan kebijakan pemerintah yang mampu menempatkan posisi tawar koperasi lebih seimbang dengan posisi IPS sebagai pembeli utama susu segar produksi dari koperasi susu. (S1, S2,S3, S5, TD, TE).

2. Peningkatan usaha/unit pengolahan susu skala menengah sebagai alternatif selain IPS (S1, S3,S4, TC,TD,TE)

1. Manjemen Hijauan Makanan Ternak (HMT) dengan model integrasi tanaman – ternak, pembuatan HMT dalam bentuk basah (silase) atau padat kering (hay) dibawah koordinasi koperasi (W2, TB)

4.4. Rancangan Arsitektur Strategik Pengembangan Agribisnis Sapi Perah di

Jawa Timur

(23)

Strategi Pengembangan Agribisnis Sapi Perah di Jawa Timur Lukman Mohammad Baga

288 Prosiding Seminar Penelitian Unggulan Departemen Agribisnis 2012

Tahapan pencapaian sasaran peningkatan daya saing susu peternak Jawa Timur dilalui dengan pelaksanaan program secara bertahap dengan tiga periode waktu.

Tabel 2. Strategi Pengembangan Agribisnis Sapi Perah di Jawa Timur

Strategi Program Penanggungjawab

1. Memberikan dorongan kepada koperasi untuk mengembangkan unit usaha divesifikasi susu

1. Memberikan bantuan sarana dan prasarana pengolah produk turunan susu kepada kelompok peternak anggota koperasi

Peternak, Koperasi Primer, Dinas Koperasi dan UKM

2. Meningkatkan kegiatan promosi bersama pentingnya konsumsi susu sehat pemantapan sistem manajemen pemasaran susu dan turunannya, untuk memenuhi permintaan konsumen lokal dan dunia

1. Menerapkan dan membangun fasilitas dan penunjang agroindustri

2. Menggalakaan program minum susu segar di Jawa Timur khususnya untuk para pelajar 3. Manjemen Hijauan Makanan Ternak

(HMT) dengan model integrasi tanaman – ternak, pembuatan HMT dalam bentuk basah (silase) atau padat kering (hay) dibawah koordinasi koperasi

1. Budidaya HMT dapat dilakukan oleh kelompok peternak dimana petani langsung menyediakan lahan, melakukan budidaya, pengolahan dibawah

4. Membangun dan mengembangkan unit pasca panen pengolahan susu yang dikelola langsung oleh koperasi

1. Melakukan pelatihan pembuatan produk olahan turunan susu kepada peternak 2. Pengembangan unit-unit pengolahan susu mikro yang menghasilkan produk susu pasteurisasi, keju ataupun coklat putih, yogurt dan lain-lain yang dikerjakan oleh peternak-peternak

5. Pemberian subsidi input dan output 1. Pemberian subsidi input khususnya konsentrat

2. Pemberian kredit lunak untuk mendapatkan bibit sapi unggul 3. Pemberian subsidi output untuk

produk-produk turunan susu hasil olahan koperasi untuk mendukung program gerakan minum susu

Pemerintah pusat, Dinas Koperasi dan UKM

6. Pelatihan manajemen peternak menuju peternakan sapi perah modern

1. Pelatihan manajemen peternak menuju peternakan sapi perah modern seperti pembuatan kandang, penentuan masa kawian ternak, penangan susu, pemeliharaan ternak, manajemen pakan dan lain-lain

Koperasi sekunder, koperasi primer, Dekopin, Dinas Koperasi dan UKM

7. Peningkatan posisi tawar koperasi susu melalui dukungan dan kebijakan pemerintah yang mampu menempatkan posisi tawar koperasi lebih seimbang dengan posisi IPS sebagai pembeli utama susu segar produksi dari koperasi susu

1. Meninjau kembali kebijakan tarif impor susu 5 persen yang cenderung masih merugikan peternak

2. Mengaktifkan kembali kewajiban serap bagi IPS terhadap produk susu peternak sesuai dengan standar kualitas yang telah ditetapkan (SNI)

Pemerintah Pusat, Kementerian Perdagangan,

8. Peningkatan usaha/unit pengolahan susu skala menengah sebagai alternatif selain IPS

1. Mengembangkan kapasitas produksi PKIS Sekar Tanjung yang merupakan konsursium 6 koperasi di Jawa Timur

(24)
(25)

Strategi Pengembangan Agribisnis Sapi Perah di Jawa Timur Lukman Mohammad Baga

290 Prosiding Seminar Penelitian Unggulan Departemen Agribisnis 2012

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Pada analisis internal, faktor-faktor yang menjadi kekuatan adalah pengorganisasian kerja yang berjalan dengan baik, pelayanan koperasi yang baik, permodalan koperasi yang baik, dan ketersediaan sarana-prasarana. Sedangkan faktor-faktor yang menjadi kelemahan adalah rendahnya tingkat pendidikan peternak, terbatasnya bibit sapi perah unggul dan limbah produksi yang belum terkelola dengan baik. Pada analisis eksternal, faktor-faktor yang menjadi peluang adalahperkembangan harga susu yang cenderung naik, perkembangan jumlah penduduk dan peningkatan kesadaran gizi masyarakat, kondisi geografis daerah dan peran koperasi sekunder. Sedangkan faktor-faktor yang menjadi ancaman adalahkondisi cuaca, perkembangan harga pakan, kebijakan tataniaga susu, kuatnya posisi tawar IPS dan adanya produk subtitusi susu sapi lokal (susu nabati dan susu impor).

2. Alternatif-alternatif strategi yang dirumuskan dalam penelitian ini adalahmemberikan dorongan kepada koperasi untuk mengembangkan unit usaha diversifikasi susu,meningkatkan kegiatan promosi bersama pentingnya konsumsi susu sehat, pemantapan sistem manajemen pemasaran susu dan turunannya untuk memenuhi permintaan konsumen lokal dan dunia, manajemen Hijauan Makanan Ternak (HMT) dengan model integrasi tanaman - ternak, pembuatan HMT dalam bentuk basah (silase) atau padat kering (hay) dibawah koordinasi koperasi, membangun dan mengembangkan unit pasca panen pengolahan susu yang dikelola langsung oleh koperasi, pemberian subsidi input dan output,peningkatan posisi tawar koperasi susu melalui dukungan dan kebijakan pemerintah yang mampu menempatkan posisi tawar koperasi lebih seimbang dengan posisi IPS sebagai pembeli utama susu segar produksi dari koperasi susu, peningkatan usaha/unit pengolahan susu skala menengah sebagai alternatif selain IPS.

5.2. Saran

(26)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2011. Produk Domestik Bruto Sektor Pertanian Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Subsektor Tahun 2004 – 2009. Badan Pusat Statistik, Jakarta.

Chevny, Adam. 2011. Jawa Timur kekurangan sapi perah. http://www.bisnis.com/-articles/jawa-timur-kekurangan-sapi-perah. Diakses 15 Mei 2012.

David, F.R. 2006. Strategic Management. Edisi 10. Salemba Empat, Jakarta.

Direktorat Jenderal Peternakan [Ditjennak]. 2010. Statistik Peternakan 2010. Kementerian Pertanian. Jakarta.

Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur. 2011. Statistik Produksi Ternak Jawa Timur. http://disnak.jatimprov.go.id/web/statistik_produksi_detail.php. Diakses 14 MeI 2012.

Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Malang. 2007. Laporan Tahunan 2007. Dinas Peternakan dam Kesehatan Kabupaten Malang, Malang.

________________________________________________. 2008. Laporan Tahunan 2008. Dinas Peternakan dam Kesehatan Kabupaten Malang, Malang.

________________________________________________. 2009. Laporan Tahunan 2009. Dinas Peternakan dam Kesehatan Kabupaten Malang, Malang.

________________________________________________. 2010. Laporan Tahunan 2010. Dinas Peternakan dam Kesehatan Kabupaten Malang, Malang.

________________________________________________. 2011. Laporan Tahunan 2011. Dinas Peternakan dam Kesehatan Kabupaten Malang, Malang.

Heriyanto. 2009. Analisis Pendapatan dan Faktor yang Mempengaruhi Produksi Susu Sapi Perah di Tingkat Peternak (Kasus Anggota Koperasi Serba Usaha ‘Karya Nugraha’ Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa Barat). [Skripsi]. Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Ismanto, Nur. 2005. Strategi Penyehatan Keuangan Koperasi Susu Anggota Gabungan Koperasi Susu Indonesia Derah Jawa Timur.[Tesis]. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Iwantono, Sutrisno. 2007. Konsentrasi Industri dan Pasar Tidak Sempurna di Sektor

Pertanian.http://www.perhepi.org/images/stories/publikasi/konpernas/-sutrisno.pdf. Diakses 15 Mei 2012.

Kementerian Perindustrian. 2009. Roadmap Industri Susu. Direktorat Jenderal Industri Agro dan Kimia. Kementerian Perindustrian, Jakarta.

(27)

Strategi Pengembangan Agribisnis Sapi Perah di Jawa Timur Lukman Mohammad Baga

292 Prosiding Seminar Penelitian Unggulan Departemen Agribisnis 2012

Nurlina, Lilis. 2005. Pemberdayaan Peternakan Melalui Pengembangan Koperasi Agribisnis Peternak. Artikel Ilmiah. Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran, Bandung.http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/-2009/12/ pemberdayaan_peternak.pdf.Diakses 16 November 2012.

Nugroho, Susatyo, Darminto Pudjotomo, Terzi Khoirina Tifani. 2011. Analisa Penyebab Penurunan Daya Saing Produk Sapi Dalam Negeri Terhadap Susu Impor Pada Industri Pengolahan Susu (IPS) Dengan Metode Fault Tree Analysis dan Barrier Analysis. J@TI Undip, IV (2).

Rusdiana, S dan Wahyuning K. Setya. 2009. Upaya Pengembangan Agribisnis Sapi Perah dan Peningkatan Produksi Susu Melalui Pemberdayaan Susu. Jurnam Forum Penelitian Agro Ekonomi, 27 (1): 43-51

Setiawati, Tati. 2010. Revitalisasi Agribisnis Sapi Perah yang Berdaya Saing dan Ramah Lingkungan dalam Semiloka Nasional Prospek Industri Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas – 2020. Direktorat Jenderal Peternakan Kementerian Pertanian.http://peternakan.litbang.deptan.go.id/fullteks/-lokakarya/loksp08-3.pdf. Diakses 16 Novmeber 2012.

Sofyan, Aliyudin. 2011. Budidaya Sapi Perah Terkendala Pemasaran. http://nasional.-jurnas.com/halaman/16/2011-06-20/173695. Diakses 15 Mei 2012.

Soejono. 2012. Peternak sapi perah di Malang harapkan subsidi pemerintah. www.antaranews.com/.../peternak-sapi-perah-di-malang-harapkan-su.Diakses 15 Novermber 2012.

Sudono, A. Rosdiana dan B. S. Setiawan. 2003. Beternak Sapi Perah Secara Intensif. Agromedia Pustaka, Bogor.

Koswara, Sutrisno. 1998. Susu Kedelai Tak Kalah Dengan Susu Sapi. http://web.ipb.ac.id/~tpg/de/pubde_tknprcss_susukedelai.php. Diakses 5 November 2012.

Priyanti, A.L. Hardi Prasetyo, E. Winarti, Y.C. Rahardjo, B. Bramantyo, Indraningsih, Sri Usmiyati. 2005. Laporan Penelitian Demand Driving. PusatPenelitian dan Pengembangan Peternakan.Badan Litbang Pertanian. KementerianPertanian, Bogor.

Wisnubrata. 2011. Banyak Sapi Bunting, Produksi Susu Turun http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2011/07/07/13201798/Banyak Sapi Bunting Produksi Susu Turun. Diakses 15 Mei 2012.

Yusdja, Y. 2005. Kebijakan Ekonomi Industri Agribisnis Sapi Perah di Indonesia. Analisis Kebijakan Pertanian, 3 ( 3).

(28)

Yusran, M. Ali et al. 1998. Kajian Hambatan dalam Penyediaan Bibit Sapi Perah Secara Swadaya dalam Peternakan Rakyat. Prosiding Seminar Hasil Penelitian/Pengkajian 1996/97. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Karangploso, 520-530.

(29)

Strategi Pengembangan Agribisnis Sapi Perah di Jawa Timur Lukman Mohammad Baga

(30)

Gambar

Gambar 1. Lingkungan Mikro, Meso dan Makro yang Terkait dengan
Gambar 2. Diagram Matriks SWOT
Tabel 1. Matriks SWOT
Tabel 2. Strategi Pengembangan Agribisnis Sapi Perah di Jawa Timur
+2

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dengan analisis statistk dapat diketahui bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan kepercayaan diri dan kemandirian belajar dengan

Proses yang dapat dilak ukan untuk mengurangi logam tersebut adalah adsorpsi dengan menggunakan biomaterial sebagai adsorben, salah satunya adalah daun jambu

Hingga saat ini beberapa penelitian telah menyajikan hasil aplikasi berbasis internet untuk perawatan klinis dalam keperawatan jiwa dengan perangkat atau media

Hasil analisis multivariat dengan regresi logistik menunjukkan 3 variabel yang dinyatakan sebagai faktor risiko kejadian malaria (kebiasaan tidur tidak menggunakan

Sementara itu, usaha mikro secara umum memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih relatif terbatas dan dalam perjalanannya sangat sedikit yang dapat berkembang

Ruang terbuka hijau aktif memiliki peran yang sangat penting dalam lingkungan perkotaan dan merupakan bagian penting dari struktur pembentuk kota, dimana memiliki

12.1 Tempoh tanggungan kecacatan bagi kerja sebutharga ini adalah selama enam (6) bulan dari tarikh kerja diperakukan siap. 12.2 Kontraktor dipertanggungjawabkan untuk

Di MTs Muslimat NU Palangka Raya bahwa strategi pembelajaran Make A Match (mencari pasangan) pada materi sifat – sifat allah swt sudah dilaksanakan. Strategi