1) Staf Pengajar Fakultas Teknologi Industri - Jurusan Teknik Fisika – Program Studi DIII Instrumentasi - Institut Teknologi Sepuluh Nopember - Surabaya
PEMBUATAN ALAT TUNING PENGENDALI PID
Roekmono1), Totok R. Biyanto1)E-mail : [email protected]
ABSTRAK
Proses di industri mempunyai karakteristik yang sangat beranekaragam. Hal ini memerlukan algoritma pengendali yang sesuai. Pengendali yang paling banyak dipakai adalah PID, yang memerlukan tuning agar menghasilkan respon yang sesuai dengan keinginan atau setpoint. Dalam rangka membantu para operator dan engineer dalam mentuning PID secara kasar dan dapat disempurnakan menggunakan fine tuning secara intuitif. Hasil pengujian alat tuning dibandingkan dengan perhitungan secara manual menunjukkan bahwa terdapat sedikit perbedaan yang masih dapat diterima untuk tuning secara kasar.
Kata Kunci : Alat tuning, Proporsional Integral Derivatif, Portable
PENDAHULUAN
Hakikat utama sistem pengendalian adalah menjaga atau mengendalikan variabel proses agar selalu sama dengan set
point. Untuk itu, sistem perlu diset agar
tidak berosilasi pada semua kondisi operasi atau dengan kata lain sistem dalam keadaan stabil. Pengesetan inilah yang disebut sebagai tuning [5].
Sistem pengendalian yang banyak dipakai di industri adalah sistem pengendalian dengan algoritma On/Off dan PID. Performansi pengendalian PID sangat tergantung pada ketepatan parameter tuning PB, Ti, dan Td.[2,4]
Tuning di lapangan/pabrik biasanya
bersifat coba-coba, karena para
operator/enginer terkadang tidak begitu mengerti tentang tuning proses, juga menghindari perhitungan yang rumit.
Padahal setiap plant mempunyai
karakteristik variabel proses yang berbeda-beda, [1] yang berarti mempergunakan parameter tuning yang berbeda pula.[3] Sehingga perlu dikembangkan suatu alat
tuning portable yang dapat membantu
operator untuk memberikan parameter
tuning yang sesuai dengan karakteristik
variabel proses yang dikendalikan.
Alat tuning portable terdiri dari mikrokontroler dan asesoris lain sepeti LCD dan software, sehingga sistem tuning dapat berjalan secara otomatis. Permasalahan yang dihadapi adalah bagaimana merancang alat
tuning tersebut secara portable, dengan
tujuan merancang dan membuat alat tuning
pengendalian PID secara portable yang diharapkan dapat membantu dan memberi kemudahan kepada para operator/enginer dalam men-tuning suatu pengendalian PID di dunia industri.
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem Pengendali Proporsional Integral Diferensial ( PID )
Sistem pengendalian PID memiliki ketiga sifat yang ada pada unsur P, I, dan D yang masing-masing berturut-turut berguna untuk mempercepat reaksi sistem, menghilangkan offset, dan mendapatkan energi ekstra di saat awal-awal perubahan
load. Namun semua kelebihan pada
pengendali PID tidak dapat dipakai untuk mengendalikan semua variabel proses. Kemudian dengan menyetel PB, Ti, dan Td, ketiga unsur tersebut dapat dibuat lebih menonjol dari yang lain. Unsur yang menonjol itulah yang kemudian yang akan membawa pengaruh pada response sistem pada keseluruhan Gc R T 1 GC e.dt + B GCTD dt de
1) Staf Pengajar Fakultas Teknologi Industri - Jurusan Teknik Fisika – Program Studi DIII Instrumentasi - Institut Teknologi Sepuluh Nopember - Surabaya
Diagram pengendali PID akan merupakan bentuk paralel dari ketiga unit kontrol seperti pada Gambar 1.
Transfer function pengendali PID ini
adalah sebagai berikut : O = GC(e + Ti 1 e.dt + Td dt de ) + B (1) dimana GC, Ti, dan Td masing-masing adalah gain (100%/Pb) , integral time, dan
derivative time. Jika pada input pengendali
PID diberi sinyal mendadak (fungsi step),
output-nya (O) merupakan jumlah dari output step pengendali P, output ramp
pengendali I, dan output pulsa pengendali D seperti pada Gambar 1. Pengaruh PB, Ti, dan Td pada respon dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. PB yang kecil akan membuat
pengendali menjadi sensitif dan cenderung membawa loop berosilasi. Sedangkan PB yang besar akan meninggalkan offset yang besar juga. b. Ti yang kecil akan bermanfaat untuk menghilangkan offset, tetapi juga cenderung membawa sistem menjadi lebih sensitif dan lebih mudah berosilasi. Sedangkan Ti yang besar belum tentu efektif menghilangkan
offset dan cenderung membuat
respon menjadi lambat.
c. Td yang besar akan membawa unsur D menjadi lebih menonjol sehingga respon cenderung cepat. Sedangkan Td yang kecil kurang memberi ekstra di saat-saat awal. Tidak seperti pengendali elektronik, dimana unsur D bisa dimatikan sama sekali, unsur D pada pengendali pneumatik hanya bisa dibuat minimum. Dengan demikian pengendali PID pneumatik tidak pernah dipakai untuk proses
variabel yang mengandung
gelombang atau riak (noise) walaupun Td dibuat sekecil mungkin.
Tuning Pengendalian Metode Kurva Reaksi
Ada dua metode yang disebut sebagai metode tuning Ziegler-Nichols. Metode pertama
yaitu metode kurva reaksi dan metode kedua yaitu metode osilasi. Dalam penelitian ini yang digunakan adalah metode kurva reaksi.
Kurva reaksi dikenal dengan istilah
reaction curve atau reaction rate [5]. Metode ini
masih sangat populer sampai sekarang karena sifatnya yang praktis dan tidak membahayakan kepentingan proses seperti pada metode osilasi. Metode ini mudah untuk dijalankan, meskipun metode ini tidak umum namun metode ini memberikan model yang mencukupi untuk berbagai aplikasi.
Metode kurva reaksi proses terdiri dari empat aksi sebagai berikut :
Mengkondisikan proses untuk mencapai kondisi steady
Memberikan perubahan step pada variabel input
Merekam respon input dan output sampai proses mencapai keadaan steady Kembali menjalankan perhitungan
dengan metode kurva reaksi proses Perhitungan secara grafis didefinisikan oleh persamaan model First-Order-Plus-Death-Time (FOPDT) yang dituliskan dengan :
(2) Dimana :
X(s) = input Y(s) = output
τ = waktu konstan (time konstan) Φ = waktu mati (dead time)
1) Staf Pengajar Fakultas Teknologi Industri - Jurusan Teknik Fisika – Program Studi DIII Instrumentasi - Institut Teknologi Sepuluh Nopember - Surabaya
Ada dua teknik yang berbeda dalam mencari parameter FOPDT di atas. Metode yang pertama diadaptasi oleh Ziegler dan Nichols yang ditunjukkan pada Gambar 2.
Perubahan yang terjadi pada output sebesar Δ akibat perubahan input sebesar δ. Nilai yang diplot dalam grafik berhubungan dengan parameter model yang berdasarkan pada persamaan berikut:
Y’(t) = Kp δ [1 - e –(t-θ)/τ ] (3)
Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk memperoleh kurva reaksi antara lain :
Mula-mula sistem closed loop harus dirubah menjadi sistem open loop dengan memindahkan kontroler ke posisi manual. Kemudian naikkan bukaan control valve
secara mendadak sebesar 5% sampai 10%. Rekam kenaikan measured variable atau
process variable dengan recorder yang
cepat..
Gambar hasil pencatatan itu pada kertas grafik. Secara umum akan didapat kurva “S” seperti pada Gambar 2.
Gambar garis singgung (slope), usahakan securam mungkin tetapi masih tetap berhimpitan dengan bagian tengah dari kurva S.
Cari besarnya reaction rate (R) dengan :
R = B / A (4)
Bagi R dengan persentasi kenaikan bukaan
control valve di langkah 1, sehingga
didapat unit reaction rate (R1) :
) ( R R1 MV e BukaanValv (5)
Garis potong antara slope dan sumbu waktu menghasilkan dead time atau lazim disebut
effective lag yang ditandai dengan L.
Berdasarkan R1 dan L, nilai PB, Ti, dan Td dapat disetel sesuai dengan Tabel 1 berikut agar didapat respon dengan quarter-amplitude decay.
Tabel 1 Metode I Tuning ZN Kurva Reaksi Pengendali P PI PID PB R1.L R1.L / 0,9 R1.L / 1,2
Ti 3,33 L 2 L
Td 0,5 L
Teknik yang kedua, menggunakan perhitungan grafik seperti yang tertera pada Gambar 3.
Gambar 3 Kurva reaksi proses metode II Perubahan nilai output steady state Δ yang disebabkan oleh perubahan step nilai
input δ; waktu saat output mencapai 63%
dari nilai akhir dan 28% dari nilai akhir. Sembarang nilai daRi dua waktu dapat dipilih untuk menentukan parameter yang tidak diketahui, τ dan θ. Kedua waktu tersebut dipilih saat respon transient mengalami perubahan yang benar. Sehingga parameter model tersebut dapat ditentukan dengan akurat. Persamaannya adalah :
Y(θ+τ)=(1-e)=0,632 (4)
Y(θ+τ/3)=(1-e)=0,283 (5)
Nilai dari waktu saat output mencapai 28,3 dan 63,2 persen dari nilai akhir digunakan untuk menghitung parameter model.
t28% = θ + τ/3
τ = 1.5 ( t63% - t28%) (6)
t63% = θ + τ θ = t63% - τ
Tabel 2.Metode II Tuning ZN Kurva Reaksi
Pengendali Kc Ti Td P K T PI K T 9 . 0 3 . 0 PID K T 3 4 5 . 0 5 . 0
1) Staf Pengajar Fakultas Teknologi Industri - Jurusan Teknik Fisika – Program Studi DIII Instrumentasi - Institut Teknologi Sepuluh Nopember - Surabaya
Mikrokontroler
Mikrokontroler merupakan sebuah
chip yang berfungsi sebagai pengontrol
rangkaian elektronik dan umumnya dapat menyimpan program di dalamnya. Ada perbedaan penting antara mikroprosesor dengan mikrokontroler. Perbandingan ROM dan RAM yang besar, artinya program kontrol disimpan dalam ROM (bisa Masked ROM atau Flash PEROM) yang ukurannya relatif lebih besar, RAM digunakan sebagai tempat penyimpan sementara, termasuk register-register yang digunakan pada mikrokontroler yang bersangkutan .
Selain itu, beberapa jenis mikrokontroler juga mempunyai unit pendukung seperti Analog-to-Digital Converter (ADC) yang sudah terintegrasi di
dalamnya. Sedangkan mikroprosesor memiliki sistem yang terdiri dari : CPU
(Central Processing Unit), memory chips
(RAM dan ROM), address decoder chip,
input and output interface chips (PIO dan
UART), serta struktur bus.
Mikrokontroler ATmega 8535
ATmega8535 adalah mikrokontroler 8-bit yang telah terintegrasi dengan ADC. Perangkat-perangkat yang tersedia dalam ATmega8535 adalah sebagai berikut : 8 Kbyte PEROM yang dapat diprogram
hingga 10.000 kali. 512 Kbyte EEPROM 512 Kbyte SRAM internal 32 Input/Output
8 channel internal ADC dengan akurasi hingga 10 bit
2 Timer/Counter 8 bit 1 Timer/Counter 10 bit
beroperasi pada kecepatan 0-16 MHz tegangan operasi 4,5-5,5 V
Pada gambar di bawah ini dapat dilihat konfigurasi pin ATmega8535, berikut penjelasan mengenai konfigurasi pin-pin tersebut:
Pin 10 berfungsi sebagai sumber VCC Pin 11 merupakan GND (ground)
Port A (pin 33-40) merupakan port 8-bit dua arah. Selain itu port A juga dapat
difungsikan sebagai input untuk internal ADC 8 channel.
Port B (pin1-8) dan port C (pin 21-29) adalah port input 8 bit dua arah.
Port D (pin 14-20) juga merupakan port 8 bit dua arah namun seperti halnya port A.
Gambar 4 Mikrokontroler ATmega8535
PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT
Alat tuning ini terdiri dari hardware yaitu : mikrokontroler ATmega8535 dengan internal ADC , rangkaian I/V, LCD karakter, dan keypad 3x4, dengan struktur sebagai berikut :
Gambar 5. Diagram Bbok peralatan tuning Input dari pengendali
(MV dan PV)
I/V converter
ADC
Mikrokontroler
1) Staf Pengajar Fakultas Teknologi Industri - Jurusan Teknik Fisika – Program Studi DIII Instrumentasi - Institut Teknologi Sepuluh Nopember - Surabaya
Adapun prinsip kerja alat tuning ini adalah sebagai berikut :
Pasang konektor antara pengendali dan alat
tuning, kemudian alat dinyalakan, maka
mikrokontroler akan membaca input dari ADC yang berupa MV dan PV.
Setelah itu mikrokontroler memulai proses pencatatan sinyal-sinyal yang masuk. Sinyal-sinyal yang masuk tersebut merupakan sinyal yang dihasilkan dari proses pengendalian yang dilakukan pada
plant dan pengendali. Proses itu berjalan
selama jangka waktu tertentu hingga didapatkan PV steady state. Bila telah didapatkan steady state, maka mikrokontroler akan memulai proses penghitungan hingga hasil penghitungan yang berupa nilai PB, Ti, Td muncul di layar.
Minimum Sistem ATmega8535
Rangkaian minimum system untuk mikrokontroler menggunakan
komponen-komponen sebagai berikut : IC
ATmega8535, kristal 12 MHz, dua buah kapasitor masing-masing 33 pF, dan rangkaian downloader-nya. Sedangkan perancangan input dan output pada mikrokontroler ATmega8535 dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.
Tabel 3. Perancangan I/O
PORT Keterangan
Port A, pin 6 dan pin 7 Input dari pengendali
Port B Output ke LCD
Port C -
Port D -
I/V Converter
Sinyal analog yang dihasilkan dari
plant dan pengendali berupa arus. Sinyal
inilah yang dijadikan sebagai parameter yang nantinya diolah dalam mikrokontroler sehingga menghasilkan data-data yang dibutuhkan. Sementara sinyal yang bekerja dalam mokrokontroler merupakan sinyal digital, yang dalam hal ini berupa tegangan, maka sinyal output dari pengendali tersebut harus diubah yaitu melalui sebuah rangkaian
current to voltage converter atau yang biasa
disebut I/V converter. Rangkaian I/V yang
dipakai dalam alat ini seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut ini.
Gambar 6 Rangkaian I/V converter
Akuisisi Data
Sinyal yang dihasilkan oleh rangkaian I/V masih merupakan sinyal analog, karena dalam rangkaian I/V sinyal hanya diubah dari arus ke bentuk tegangan. Sedangkan sinyal yang dapat diproses di dalam mikrokontroler berupa sinyal digital. Oleh karena itu, diperlukan ADC. ADC yang digunakan di sini adalah internal ADC yang ada dalam mikrokontroler ATmega8535. ADC ini hampir sama dengan ADC-ADC yang lainnya yang mempunyai tegangan referensi dan 8 input channel. Namun
channel-channel input tersebut menjadi satu
dengan input channel mikrokontroler.
Display
Untuk menampilkan output hasil proses tuning yang berupa PB, TR, dan TD, maka diperlukan display (layar). Display yang digunakan adalah LCD 16 x 2. Dimana data-data dari mikrokontroler dikirimkan ke LCD melalui data bus-data bus mulai dari DB0 sampai dengan DB7 sebagaimana gambar berikut :
+5 V +5V $80h $8Fh $0C0h $0CFh 100 K RS R/W E D0D1D2 D3D4D5 D6D7 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 P2.6 P2.7 P0.0 P0.1P0.2 P0.3 P0.4 P0.5 P0.6 P0.7 1N 4002 Gambar 7 LCD 16 x 2 Keterangan : 1. Vss 5. R/W 9. DB2 13. DB6
1) Staf Pengajar Fakultas Teknologi Industri - Jurusan Teknik Fisika – Program Studi DIII Instrumentasi - Institut Teknologi Sepuluh Nopember - Surabaya
2. Vdd 6. E 10.DB3 14. DB7 3. Vee 7. DB0 11.DB4 15. A 4. RS 8. DB1 12.DB5 16. K
Perancangan Perangkat Lunak
Perangkat lunak atau yang biasa disebut software ini dibuat dengan menyesuaikan bahasa pemrograman yang dapat diterima oleh mikrokontroler. Selain bahasa assembly, ATmega8535 juga dapat diprogram dengan bahasa C, yang dalam hal ini adalah C Compiler. Tampilan software yang dapat digunakan dalam memprogram ATmega8535 dengan C Compiler seperti ditunjukkan dalam Gambar 8.
Gambar 8 Tampilan Software C Compiler
Gambar 9 Diagram alir proses perangkat lunak
Gambar 10 Bentuk alat tuning tampak depan
PENGUJIAN DAN ANALISA ALAT
Pengujian pada alat tuning PID ini dilakukan pada plant pengendalian level dengan pengulangan lima kali diperoleh hasil PV dan MV yang hampir sama pada setiap ulangan, seperti pada Gambar 11.
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 1 /0 /1 9 0 0 1 /1 4 /1 9 0 0 1 /2 8 /1 9 0 0 2 /1 1 /1 9 0 0
waktu (de tik)
te g a n g a n t e r u k u r ( V o lt ) PV (I) PV (II) PV (III) PV (IV) PV (V) MV (I) MV (II) MV (III) MV (IV) MV (V)
Gambar 11 Hasil pengukuran PV dan MV
Grafik hasil pengukuran di atas dibandingkan dengan perhitungan secara manual dengan proses sebagai berikut : Δ PV = B = PVmax – PVawal = 3,16 – 0 = 3,16 Δ MV = MVmax – MVawal = 0,8 – 0 = 0,8 PV63% = 0,63 . B = 0,63 . 3,16 = 1,99
(pada grafik angka tersebut terletak pada detik ke 26 sehingga t63% = 26)
PV28% = 0,28 . B = 0,28 .3,16 = 0,88
(pada grafik angka tersebut terletak pada detik ke 18 sehingga t28% = 18)
Baca input ADC
Tampilkan ke LCD PVmax didapat?
mulai
selesai Hitung dengan metode
kurva reaksi ZN Inisialisasi ADC dan LCD
1) Staf Pengajar Fakultas Teknologi Industri - Jurusan Teknik Fisika – Program Studi DIII Instrumentasi - Institut Teknologi Sepuluh Nopember - Surabaya
A = t100% – t28% = 45 – 18 = 27 R = B / A = 3,16 / 27 = 0,12 R1 = R / ΔMV = 0,12 / 0,8 = 0,15 L = t28% = 18
Perhitungan diatas dimasukkan ke Tabel 2 diperoleh nilai tuning pada pengujian pertamaseperti pada Tabel 4.
Tabel 4 Hasil tuning dengan manual Pengendal i P PI PID PB 3.74 4.15 3.12 Ti - 56.61 34 Td - - 8.5
Tabel 5 Hasil tuning menggunakan alat Pengendali P PI PID PB 3,2 3,56 2,67
Ti - 56,61 34
Td - - 8,5
Dari hasil tuning dengan perhitungan maupun dengan alat tuning, terdapat sedikit perbedaan disebabkan perbedaan pendekatan penentuan setling time, time konstan dan dead
tme pada PV, namun masih dalam batas
toleransi untuk tuning secara kasar.
KESIMPULAN
Telah dibuat alat tuning PID yang
portable, memudahkan operator / engineer
mentuning dengan tepat, cepat dan akurat. Walaupun terdapat perbedaan antra perhitungan alat dan manual namun masih dalam batas toleransi untuk tuning secara kasar.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Biyanto, TR., 2005, “Internal Model Control – Neural Network Gain Scheduling”, Journal Electrical Vol. 5 No 2, Engineering - Kristen Petra University
[2] Luyben, W.L., 1990, “Process
Modeling, Simulation, and Control for Chemical Engineers”, McGraw-Hill Inc.
Singapore
[3] Luyben M, Luyben W, 1997, “Essential
of Process Control”, McGraw-Hill
Chemical Engineering Series
[4] Morari, M. and E. Zafirou ,1989,
“Robust Process Control”,
Prentice-Hall, Englewood Cliffs, NJ
[5] Ogata, Katsuhiko, 1997, “Modern
Control Engineering”, Prentice Hall Inc,