BUMN: Profit, Publik, atau
Politik?
J. Danang Widoyoko
Outline presentasi
• Data dan metodologi
• Transparansi informasi BUMN • Kinerja keuangan BUMN
Data dan metodologi
• Data keuangan 115 BUMN menggunakan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) tahun 2019. Ada beberapa perbedaan data, terutama pada
BUMN Tbk terkait dengan waktu audit, dan perhitungan subsidi pemerintah. • Perbedaan jumlah BUMN dengan analisis atau kajian lain karena ada BUMN
yang tidak aktif (Merpati, IGLAS dll), perubahan status dari BUMN menjadi anak karena pembentukan holding.
• Penelusuran baru sebatas BUMN, belum mencakup anak perusahaan maupun joint venture dan investasi lain.
• Data Komisaris dan Direksi didapat dengan menelusuri informasi publik yang disediakan BUMN. Hanya tersedia informasi 106 BUMN. Data komisaris
Transparansi informasi
BUMN
Keterbatasan informasi
• Situs Kementerian BUMN tidak menyediakan informasi lengkap seluruh BUMN
yang dikelolanya. Bahkan laporan audit (lampiran LKPP) kini tidak disediakan lagi.
• Dari 116 BUMN, 8 BUMN tidak memiliki website, atau ada website tetapi tidak
menyediakan informasi apa pun. Sebagian karena tidak beroperasi lagi
1. PT Energy Management Indonesia 2. PT Kertas Kraft Aceh
3. PT Kertas Leces
4. PT Merpati Nusantara Airlines 5. PT Sang Hyang Seri
6. PT Survai Udara Penas
7. PT Bahana Pembinaan Usaha 8. PT Industri Gelas (IGLAS)
Laporan tahunan
Dari 116 BUMN, 88
BUMN mempublikasikan
laporan tahunan. 23
BUMN tidak
mempublikasikannya.
Dari 88 BUMN, 17 tidak
mempublikasikan
laporan tahunan terbaru
23 BUMN tidak
publikasi
laporan
tahunan
17 BUMN
menyediakan
laporan tahunan,
tetapi bukan yang
Laporan keuangan
• 15 BUMN menyediakan informasi laporan keuangan, tetapi tidak update.
20 BUMN tidak
menyediakan
informasi laporan
keuangan
Kinerja keuangan
BUMN
Penyertaan
Modal Negara
untuk BUMN
2015 – 2020
(triliun rupiah)
Sumber: diolah dari liputan media massa, Nota Keuangan APBN, LKPP. 65,5 51,9 9,2 3,6 30,3 17,8 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Trend asset BUMN
50 BUMN
dengan aset
terbesar
Laba BUMN
50 BUMN dengan keuntungan
terbesar
(tahun berjalan)
• 15 BUMN menyumbang 90,20% total laba yang dicetak BUMN pada 2019.
Trend BUMN merugi dan
total kerugian
2014 2015 2016 2017 2018 2019 Jumlah BUMN rugi 52 18 26 19 21 27 Total kerugian (triliun) -8,04 -4,28 -5,20 -8,84 -43,06 -21,47
-50,00 -45,00 -40,00 -35,00 -30,00 -25,00 -20,00 -15,00 -10,00 -5,00 -0 10 20 30 40 50 60 Sumber: LKPP 2014-2019
BUMN dengan
kerugian
terbesar
(tahun
berjalan)
Sumber: LKPP 2019BUMN dengan
kerugian
terbesar
(komprehensif)
Total liabilitas
dan liabilitas
jangka pendek
BUMN
Sumber: LKPP 2014-2019 612,39 2.718,88 2.815,95 742,07 3.738,33 3.904,03 3.488,81 3.767,56 4.216,13 4.823,84 5.604,39 6.070,10 2014 2015 2016 2017 2018 2019 Liabilitas Jk Pendek Total LiabilitasLiabilitas Jangka
Pendek Terbesar 20
BUMN
(juta rupiah)• Jika perbankan dan keuangan dikeluarkan, maka liabilitas jangka pendek terbesar ada di sektor energi dan
infrastruktur.
• Penugasan pemerintah mendorong BUMN untuk mencari hutang, termasuk hutang jangka pendek
yang beresiko
50 BUMN non
keuangan
dengan
liabilitas
terbesar
(juta rupiah)NO BUMN TOTAL LIABILITAS NO BUMN TOTAL LIABILITAS
1 PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) 655.674.600 26 Perum Perumnas 7.465.561
2 PT Pertamina (Persero) 498.586.153 27 PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) 7.244.171 3 PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk 103.958.000 28 PT Merpati Nusantara Airlines (Persero) 7.002.208
4 PT Waskita Karya (Persero) Tbk 93.470.790 29 PT PAL Indonesia (Persero) 6.176.283
5 PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) 93.052.254 30 PT LEN Industri (Persero) 5.814.101 6 PT Perkebunan Nusantara III (Persero) 82.551.964 31 PT Industri Kereta Api (Persero) 5.785.678
7 PT Jasa Marga (Persero) Tbk 76.493.833 32 PT Jasa Raharja (Persero) 5.507.166
8 PT Hutama Karya (Persero) 68.689.084 33 PT Pindad (Persero) 5.426.695
9 PT Pupuk Indonesia (Persero) 63.801.877 34 PT Pos Indonesia (Persero) 5.380.889
10 PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk 52.940.627 35 Perum Perhutani 5.089.489
11 PT Semen Indonesia (Persero) Tbk 45.915.143 36 PT Brantas Abipraya (Persero) 4.481.918
12 PT Wijaya Karya (Persero) Tbk 42.895.114 37 PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero) 4.332.820
13 PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk 41.839.415 38 PT PANN (Persero) 4.165.914
14 PT Krakatau Steel (Persero) Tbk 39.506.737 39 PT Dok dan Perkapalan Kodja Bahari (Persero) 3.677.574 15 PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) 33.914.389 40 PT Barata Indonesia (Persero) 3.675.327 16 PT Adhi Karya (Persero) Tbk 29.681.536 41 Perum Percetakan Uang Republik Indonesia 2.998.827
17 Perum Bulog 26.951.925 42 PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (Persero) 2.919.145
18 PT Angkasa Pura I (Persero) 26.806.044 43 PT Sang Hyang Seri (Persero) 2.114.753
19 PT Kereta Api Indonesia (Persero) 25.099.923 44 PT Semen Baturaja (Persero) Tbk 2.088.977 20 PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) 19.709.051 45 PT Kertas Kraft Aceh (Persero) 1.878.939
21 PT Angkasa Pura II (Persero) 19.555.222 46 PT BioFarma (Persero) 1.792.156
22 PT Kimia Farma (Persero) Tbk 10.939.950 47 PT Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero) 1.661.979
23 PT Pelabuhan Indonesia I (Persero) 10.004.248 48 PT Kertas Leces (Persero) 1.316.467
24 PT Dirgantara Indonesia (Persero) 9.486.223 49 PT Iglas (Persero) 1.275.712
25 PT Perusahaan Pengelola Aset (Persero) 8.991.888 50 PT Hotel Indonesia Natour (Persero) 1.223.570
Managemen BUMN
• BUMN tidak bisa dilepaskan dari politik. Bahkan dalam sejarahnya, BUMN menjadi instrumen untuk membangun patronase.
• Komisaris menjadi instrumen paling mudah bagi pemegang kekuasaan untuk membangun, memperbesar, dan memelihara dukungan politik.
• Besarnya kepentingan-kepentingan lain membuat meritokrasi dalam pemilihan komisaris dan direksi BUMN sulit dilakukan.
• Manager BUMN kehilangan fokus: mencetak keuntungan, melayani kepentingan publik, atau melayani kepentingan elit politik?
Komposisi komisaris
• Latar belakang komisaris secara umum: birokrasi, aparatur negara, politisi dan profesional.
• Aparatur negara meliputi aparat penegak hukum dan militer. Aparat penegak hukum (APH) meliputi polisi dan jaksa.
• Politisi meliputi aktivis partai politik, ormas dan relawan pendukung pemegang kekuasaan.
• Birokrasi adalah pejabat pemerintah, baik di Kementerian/lembaga maupun pemerintah daerah (provinsi/kota/kabupaten).
• Profesional terdiri dari mereka dengan latar belakang privat (pengusaha atau profesional swasta), BUMN, akademisi.
Latar belakang komisaris BUMN
• Total 482 komisaris dan pengawas dari 106 BUMN.
• Hanya 17,63% komisaris diangkat dari kalangan profesional, sisanya 82,37% diangkat berdasarkan pertimbangan politis. • Jabatan strategis meliputi eks menteri,
pejabat tinggi negara dan anggota badan/lembaga negara.
• APH terdiri dari 12 polisi dan 16 jaksa. Politisi meliputi 44 relawan, 9 ormas dan 18 aktivis partai politik.
APH; 5,81% Birokrasi; 51,66% Politisi; 14,73% Profesional; 17,63% Jabatan strategis; 4,15% Militer; 6,02%
Komisaris
dari birokrasi
44 40 19 14 9 9 8 7 7 7 7 6 6 5 5 5 5 4 4 4 3 3 28 Keme nkeu KBUM N PUPR Keme nhub Bapp enas BPKP Keme nperi n Setne g Keme ndag Keme nko P ereko nomi an Pemd a Seska b BKPM ATR/ BPN ESDM Keme nkum ham Keme nko M arinv es Keme nhan Keme nriste k Keme nsos Keme ntan Keme npan RB Lain-l ainKonflik kepentingan komisaris dari birokrasi
• Problem pada sistem penggajian, posisi komisaris untuk tambahan penghasilan (double salary).
• Potensi konflik kepentingan
Ø BPKP – konflik kepentingan auditor
Ø PUPR – independensi dalam tender dan proyek infrastruktur Ø Kementerian BUMN – pengawasan BUMN tidak efektif.
Ø Aparat penegak hukum (jaksa dan polisi) – independensi lembaga peradilan?
Komisaris dari politisi 44 7 5 4 4 3 2 2
Rekomendasi
• Transparansi dan akuntabilitas BUMN, publikasi laporan tahunan dan laporan keuangan.
• Membenahi tata kelola BUMN untuk mencegah korupsi, memerangi praktik memburu rente dan menekan inefisiensi. Pemilihan komisaris non-profesional menempatkan BUMN rawan politisasi dan menjadi sapi perah bagi berbagai kepentingan lain.
• Menetapkan kriteria dan standar profesional untuk rekrutment komisaris non-profesional.
• Akar persoalan pada birokrasi ada pada sistem penggajian. Pemerintah harus membuat single salary.
Rekomendasi
• Akar persoalan pada komisaris dari politisi adalah pendanaan politik yang tidak diatur dengan baik. Politisi, baik relawan non-parpol
maupun aktivis parpol harus mencari dana untuk mendanai kegiatan politik.
• Komisaris dari APH merefleksikan persoalan dalam penegakan hukum, terutama judicial corruption.
• Komisaris dari militer adalah bentuk akomodasi kepentingan TNI. Reformasi sektor pertahanan masih menjadi pekerjaan rumah.