• Tidak ada hasil yang ditemukan

Investasi Industri Perbenihan Kentang Menguntungkan (naskah ini disalin sesuai aslinya untuk kemudahan navigasi)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Investasi Industri Perbenihan Kentang Menguntungkan (naskah ini disalin sesuai aslinya untuk kemudahan navigasi)"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Investasi Industri Perbenihan Kentang Menguntungkan

(naskah ini disalin sesuai aslinya untuk kemudahan navigasi)

(sumber : SINAR TANI Edisi 14-20 Juni 2006)

Keuntungan produksi benih kentang varietas granola sebesar Rp 66,5 juta/ha atau 1,73 kali lipat dibandingkan usaha kentang konsumsi. Kebutuhan benih kentang nasional (2005) mencapai 114.894 ton dan baru bisa dipenuhi 5.508 ton (4,79 persen) dari dalam negeri. Oleh karena itu, prospek dari industri perbenihan kentang cukup menjanjikan," kata Direktur Perbenihan dan Sarana Produksi Ditjen Hortikultura Nana Laksana Ranu kepada Sinar Tani pada acara Promosi Investasi Industri Perbenihan Kentang di Indonesia.

Ditambahkannya, di samping produksi benih kentang di Indonesia masih kecil, juga sekitar 95%-nya masih berasal dari benih asalan yang tidak diketahui asal usulnya. "Inilah salahsatu penyebab mengapa dari waktu ke waktu produktifitas kentang petani kita mengalami degradasi atau penurunan yang signifikan," tambahnya.

Varietas yang dominan beredar di pasaran adalah Granola L. Menurut deskripsinya dalam SK Mentan No 444/ Kpts/TP240/6/1993 produktivitasnya 26,5 ton/ha, akan tetapi sekarang ini dari hasil pengamatan di lapangan produktifitas rata-rata hanva 15 ton/ha. Menyikapi hal tersebut, mulai tahun 1991 sampai 2003 telah dibangun sebuah kerjasama dengan JICA dalam hat pengaturan sistem perbenihan kentang dan distribusinya untuk mengantisipasi terjadinya penurunan produktifitasnya, terutama yang diakibatkan oleh adanya serangan virus. Kerjasama ini telah menghasilkan: standar minimum virus dan sistem perbanyakan benih kentang secara bertahap mulai dari plantet/hasil kultur jaringan, G-0, G-1, G-2, G-3 dan G-4. Sampai sekarang ketentuan-ketentuan tersebut masih berlaku dengan tujuan untuk menjamin kualitas dan produksinya yang baik. Hanya saja, kenyataannya di lapangan, penyediaan benih sumber berupa G-0 masih sangat terbatas. Dalam sistem perbenihan kentang dan distribusinya hasil kerjasama dengan JICA tersebut, telah pula dihasilkan pedoman untuk melaksanakan kaidah-kaidah yang terkait dengan penangkaran benih kentang di lapangan. Bagi wilayah sentra pengembangan benih kentang di Indonesia yaitu Sumatera Utara, Jambi, Sumatera Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara; sampai saat ini memberlakukan pedoman penangkaran benih kentang dimaksud secara seksama.

(2)

Sebaran benih kentang bersertifikat seperti yang tersebut di Tabel 1 adalah merupakan sekitar 5%nya dari kebutuhan nasional. Bila kita tinjau kebutuhan benih di setiap wilayah sentra, diilustrasikan dari luas pengembangan lahan pertanaman kentang (Tabel 2.) maka dapatlah dipahami segmen pemasaran benihnya. Kemudian bila kita padukan dengan ketersediaan benih kentang (Tabet 1) maka kelas benih kentang apa yang menjadi kebutuhan di setiap wilayah sentra pengembangan kentang dapat pula kita telusuri secara cermat. Oleh karenanya prospek dari industri perbenihan kentang cukup menjanjikan sebagai agribisnis yang mempunyai pasar spesifik dan terbuka luas. Bahkan apabila kita tinjau pula kebutuhan kentang bagi pemenuhan pasar restaurant siap saji yang kini terus berkembang maka segmen pasar benih kentang akan lebih luas lagi.

Analisis usaha

Bagi pebisnis pemula usaha henih kentang mungkin dianggap sesuatu yang beresiko tinggi karena modal investasi untuk memproduksi benih kentang kelas G-4 misalnya bisa mencapai Rp. 35-50 juta/ha. Tetapi kalau metihat keuntungan dari analisa usahanya sangatlah besar.

Sebagai itustrasi, benih sumber G-3 adatah benih kentang yang dipergunakan untuk memproduksi G-4; saat ini harganya mencapai Rp. 11.000,/kg atau bita kebutuhan benih G-3 per hektarnya adalah 1.500 kg maka biaya untuk benih sumber mencapai Rp. 16.500.000,-/ha. Kemudian kebutuhan saprodi, sertifikasi benih dan pendukung penangkaran benih kentang lainnya yaitu sebesar Rp. 33.500.000,-/ha maka prosentase modal untuk benih G-3 sebesar 33%.

(3)

Marilah kita tinjau ratio penangkaran benih kentang, dari 1 (satu) butir benih G-3 yang berpotensi untuk dapat dipanen 5-6 umbi kentang sebagai benih G-4. Bila nilai jual benih G-4 di lapangan mencapai Rp. 7.500,-/ kg maka bita produksi industri benih G-4 mencapai 15 ton/ha (hitungan pesimis), berarti output dari penangkaran benih G-4 mencapai Rp. 112.500.000,-/ha.

Di samping biaya pengelolaannya di lapangan, dalam proses industri perbenihan kentang memerlukan tahapan masa "dormancy" selama 4-5 bulan dimana pada periode ini dibutuhkan sejumlah biaya modal sebesar Rp 880.000,-/ton benih atau berarti bila kita kompilasikan biaya produksi benih kentang G-4 sampai siap jual mencapai Rp 46.000.000,-/ha sehingga keuntungan produksi benih kentang Varietas Granola sebesar Rp. 66.500.000.

Marilah kita bandingkan bila berusahatani kentang konsumsi. Potensi produksi kentang konsumsi adalah 25 ton/ha dengan harga Rp 2.500./kg atau output usahatani kentang konsumsi adalah Rp. 62.500.000,-/ha dari modal Rp 37.128.000,-/ha. Profit dari usahatani kentang konsumsi adatah Rp. 25.372.000,-/ha. Sedangkan bila kita berusahatani benih kentang (industri benih kentang) maka potensi produksi benih G-4 sebesar 10 ton/ha dimana nilai jual benih G-4 saat ini adalah mencapai Rp. 9.000,-/kg maka output industri benih G-4 mencapai Rp. 90.000.000,-/ha dari modal sebesar Rp. 46.000.000,-/ha. Dengan demikian nilai tambah yang bisa diraih dari industri perbenihan kentang G-4 adalah Rp. 44.000.000,-/Ha atau 1,73 kali lipat bila dibandingkan usaha kentang konsumsi.

Dari analisis investasi usaha benih kentang G-4 tersebut di atas, mempunyai ketergantungan terhadap ketersediaan benih sumber dari kelas benih yang lebih tinggi yaitu benih G¬3nya, begitupun usaha benih G-3 sangat tergantung dari benih sumber G-2 nya dan seterusnya sehingga sampai kepada ketersediaan plantet dan G-0 adalah kunci dari keberhasilan penangkaran benih selanjutnya. Semakin tinggi kelas benih semakin

(4)

mahal harganya karena jumlah ketersediaannya secara kuantitas masih terbatas dan penangkarannya membutuhkan sarana £t prasarana serta SDM yang memenuhi standar dan teknologi yang sudah ditetapkan akan tetapi mempunyai nilai tambah yang lebih besar dengan segmen pasar yang lebih luas pula.

Dengan merujuk surat dari Direktur Perbenihan No. 434/TU.210/ 02/12006, tanggal 11 Januari 2006 tentang Sertifikasi dan Peredaran Benih Hortikultura maka selain Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) di Lembang, Jawa Barat; baik lembaga atau perorangan yang mampu memproduksi sumber benih kentang untuk semua jenis kelas benih diberi kesempatan untuk memproduksinya dengan tetap ada verifikasi dan validasi kebenaran benihnya dari lembaga yang kompeten yang terakreditasi oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN) - Komite Akreditasi Nasional (KAN) dimana tetap ada pengamatan/supervisi dari pemulianya.

Dengan demikian selain analisis usaha dan prospek pasarnya, dukungan investasi terhadap industri benih kentang merupakan kontribusi yang sangat bermanfaat bagi ketersediaan benih kentang secara swasembada.

Pembatasan impor kentang dan benih kentang akan dilakukan sepanjang ketersediaannya di dalam negeri memadai. Beberapa waktu lalu telah dilakukan pembatasan impor kentang dengan penerapan kenaikan bea masuk dari 5 % menjadi sebesar 25 % melalui Surat Keputusan Bea dan Cukai No. 376. Hs 0701.90.00.00.00 tentang kentang segar atau dingin yang diberlakukan sejak 1 Januari 2005.

Saat ini oteh karena masih terbatasnya benih bersertifikat di dalam negeri, impor benih kentang masih diijinkan yaitu antara lain berasal dari Canada sebanyak 1.000 ton, Scotlandia sebanyak 350 ton dan Australia Barat sebanyak 176 ton, jumlah total impor benih kentang saat ini masih relatif kecil yaitu 2.129 ton (Realisasi Impor 2005).

(5)

Prospektifnya industri benih kentang dapatlah dipahami dari adanya prospek pasar yang cukup potensial yaitu selain segmen pasar dalam negeri yang masih luas, jumlah impor masih relatif terbatas dan adanya kepedulian pemerintah yang semakin tinggi melalui upaya-upaya menuju swasembada benih kentang yang diperkirakan dapat dicapai pada tahun 2012.

Menurut Nana pemberdayaan investasi dalam negeri merupakan prioritas di mana networking pembinaan, bimbingan dan pengawasannya akan terus ditingkatkan melalui kerjasama dan komitmen yang kuat antara Pemerintah Pusat dan Daerah dalam pengembangan perbenihan kentang.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Topik Skripsi Program Studi Teknik Informatika Menggunakan Metode Simple Additive Weighting menjelaskan Metode

Identifikasi permasalahan berdasarkan tugas dan fungsi Biro Kesra ini dilakukan dengan menggunakan metode analisis SWOT, untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang

6. Perangkat ke empat tambahkan air panas hingga suhu air menjadi hangat sekitar 400C 7. Perangkat ke lima diletakkan di tempat teduh yang tidak terkena cahaya langsung 8.

Sesuai dengan judulnya, maka penulis akan membahas mengenai komponen- komponen utama mesin yang digunakan, cara merancang dan menganalisa perhitungan kapasitas roda baja, daya

 Siswa berdiskusi dengan teman (4 orang dalam satu kelompok) untuk mendiskusikan pertanyaan-pertayaan dalam ekxplorasi dan sharing tentang membandingkan

tidak terbatas gender, usia, maupun batas geografis. Wota juga mempunyai merchandise favorit untuk dikoleksi sebagai tanda bahwa sudah seharusnya fans mendukung

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Struktur pasar Ikan Mas di Kelompok Pembudidaya “Mina Sampan Kayu” adalah pasar persaingan tidak sempurna ( imperfect competitive market )