PERLAKUAN AKUNTANSI DANA PESERTA PRODUK TAKAFUL PENDIDIKAN PADA PT. ASURANSI TAKAFUL KELUARGA CABANG BANJARMASIN
SKRIPSI
DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU PERSYARATAN UNTUK MENYELESAIKAN PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA SAINS TERAPAN
(DIPLOMA IV)
PROGRAM STUDI AKUNTANSI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH JURUSAN AKUNTANSI
POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN
OLEH :
BARKAH HAYATI A04140008
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI POLITEKNIK NEGERI BANJARMASIN
JURUSAN AKUNTANSI 2018
iv
Tempat dan Tanggal Lahir : Banjarmasin, 27 Februari 1996
Agama : Islam
Alamat : Jalan AMD Komplek Buana Permai Blok D No 7
Rt 24, 70126, Banjarmasin Utara
Nama Orang Tua (Ayah) : Asmuni
(Ibu) : Alm Kartasiah
Email : barkahhayati227@gmail.con
Riwayat pendidikan : TK Puspa Kencana (2002)
SDN Alalak Tengah 4 (2008)
SMPN 13 Banjarmasin (2011)
v
Miracle Happen” Family Is Everything
My Happy Family My Father Is The Best Hero
viii
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, serta tidak lupa shalawat dan salam atas
junjungan Nabi besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan pengikutnya
hingga akhir zaman. Alhamdulillah atas anugerah dan izin-Nya skripsi ini dapat
selesai tepat waktu.
Penulis menyadari dalam pembuatan skripsi ini banyak sekali mendapat
masukan baik berupa dukungan moril dan pikiran maupun bimbingan yang
bersifat menunjang. Untuk itu pada kesempatan kali ini, dengan segala
kerendahan hati dan tulus ikhlas penulis menyampaikan rasa terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Allah SWT dan Rasul-Nya yang telah memberikan Hidayah dan Taufik-Nya
dalam kedamaian Islam serta kesehatan untuk kelancaran penyelesaian tugas
skripsi ini.
2. Orang tua Ayah serta seluruh anggota keluarga penulis yang senantiasa
mendidik dengan penuh kesabaran, tulus dalam mendo’akan serta kasih
sayang yang tak pernah henti diberikan kepada saya, dan memberikan
dukungan moril maupun material dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak H. Edi Yohanes, ST, MT selaku Direktur Politeknik Negeri
Banjarmasin,
4. Ibu Andriani, SE, MM, M.Sc selaku Ketua Jurusan Akuntansi Politeknik
ix
pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan saran, masukan dan
bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
7. Bapak dan Ibu Dosen/Staf Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Banjarmasin,
8. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Akuntansi Lembaga Keuangan Syariah
(ALKS),
9. Ibu Rita Hariati selaku ketua pimpinan PT. Asuransi Takaful Keluarga Cabang
Banjarmasin yang telah memberikan kesempatan pada saya untuk melakukan
penelitian di PT. Asuransi Takaful Keluarga Cabang Banjarmasin.
10. Teman-teman D4 Akuntansi Lembaga Keuangan Syariah (ALKS) angkatan
tahun 2014.
11. Serta semua pihak yang selaku memberikan motivasi, bantuan dan saran
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari akan keterbatasan ilmu pengetahuan yang dimiliki,
sehingga skripsi ini terdapat kekurangan, oleh sebab itu kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan, sangat penulis harapkan.
Demikianlah skripsi ini disusun, semoga dapat bermanfaat bagi penulis,
maupun bagi pembaca ataupun pihak yang memerlukannya.
Banjarmasin, Juli 2018
x
PERSETUJUAN SKRIPSI ... ii
PENGESAHAN SKRIPSI ... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP……….. .. iv
MOTTO………. v
SURAT PERNYATAAN……….…. vii
KATA PENGANTAR….………. viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL... xii
DAFTAR GAMBAR……….. xiii
DAFTAR BAGAN... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv ABSTRAK... xvi ABSTRACT... xvii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 4 C. Batasan Masalah... 4 D. Tujuan Penelitian... 4 E. Kegunaan Penelitian... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 6
A. Landasan Teori ... . 6
xi
5. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Syariah 108... 22
6. Dana Peserta Dalam Asuransi Syariah... . 28
7. Akuntansi Dana Peserta... 30
8. Perlakuan Akuntansi Asuransi Pendidikan... 39
B. Hasil Penelitian Terdahulu ... 41
BAB III METODE PENELITIAN... 44
A. Identifikasi dan Pemberian Definisi Operasional Variabel……… 44
B. Jenis Penelitian……… 45
C. Jenis dan Sumber Data ... 46
D. Teknik Pengumpulan Data... 47
E. Teknik Analisis Data... 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN... 50
A. Hasil Penelitian... 50
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 63
BAB V PENUTUP A. Simpulan... 132
B. Saran... 134
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xii
Tabel 3 Kebijakan Klaim produk Takaful Pendidikan Fulnadi... 68
Tabel 4 Kebijakan Dana Tabarru’ produk Takaful Pendidikan Fulnadi... 71
Tabel 5 Kebijakan Premi produk Takafulink Salam Cendekia...73
Tabel 6 Kebijakan Bagi Hasil produk Takafulink Salam Cendekia... 75
Tabel 7 Kebijakan Klaim produk Takafulink Salam Cendekia... 77
Tabel 8 Kebijakan Dana Tabarru’ produk Takafulink Salam Cendekia... 79
Tabel 9 Neraca Saldo Tahun Pertama Takaful Pendidikan Fulnadi……...117
Tabel 10 Neraca Saldo Tahun Kedua Takaful Pendidikan Fulnadi...…...118
Tabel 11 Neraca Saldo Tahun Pertama Takafulink Salam Cendekia……...119
xv
1. Surat Balasan Keterangan Ijin Penelitian PT. Asuransi Takaful Kelaurga
Cabang Banjarmasin
2. Denah dan Gambar PT. Asuransi Takaful Kelaurga Cabang Banjarmasin
3. Laporan Keuangan PT. Asuransi Takaful Keluarga Tahun 2016/2017
4. Lembar Bimbingan Skripsi
xvi
Bank / Asuransi Syariah / PT Asuransi Takaful Keluarga Cabang Banjarmasin
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kebijakan dan perlakuan akuntansi dana peserta produk Takaful Pendidikan.
Takaful Pendidikan merupakan salah satu produk dari Takaful Keluarga yang mengandung unsur saving sehingga akad yang digunakan adalah akad wakalah bil ujrah, mudharbah musyarakah, dan tabarru’. Selain itu kebijakan unsur preminya terdiri dari rekening tabungan peserta dan rekening dana tabarru’, kebijakan bagi hasilnya dilakukan sesuai skim bagi hasil, kebijakan klaim yang dapat diajukan oleh peserta pada produk Takaful Pendidikan terdiri dari klaim nilai tunai, klaim meninggal dunia, klaim habis kontrak, dan klaim tahpan manfaat, dan kebijakan pengelolaan dana tabarru’ bertujuan untuk saling membantu dan saling tolong-menolong antar peserta asuransi serta dibayarkan bila terjadi hal.
Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa produk Takaful Pendidiksn merupakan produk yang menawarkan tahapan manfaat pendidikan bagi penerima hibah (anak) mulai saat masuk TK, SD, SMP, SMA sampai dengan Perguruan Tinggi. Perlakuan akuntansi pada produk Takaful Pendidikan untuk premi dana peserta dialokasikan pada rekening dana pemegang polis unit link (tabungan peserta) dan rekening kewajiban manfaat polis masa depan (dana tabarru’), untuk bagi hasil dibagikan sesuai dengan skim bagi hasil dan dicatat dalam rekening dana pemegang polis unit link (bagi hasil), untuk klaim pengakuan dua tahun hanya terdiri dari klaim nilai tunai dan klaim meninggal dunia, dimana masing-masing jenis klaim tersebut akan mempengaruhi tahapan manfaat yang akan diterima peserta, dan untuk pengelolaan dana tabarru’ dialokasikan pada rekening kewajiban manfaat polis masa depan (dana tabarru’).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Asuransi syariah merupakan usaha saling melindungi dan
tolong-menolong diantara sejumlah pihak melalui dana investasi dalam bentuk aset atau tabarru’, menjalankan aktivitas usahanya berdasarkan pada prinsip syariah. Dalam memberikan perlindungan tersebut asuransi syariah melarang adanya riba,
gharar, dan maysir.
Asuransi syariah merupakan alternatif dalam memberikan perlindungan
kepada masyarakat sebagai pemakai jasa asuransi terhadap kemungkinan
timbulnya kerugian atas suatu peristiwa yang tidak dapat diketahui datangnya,
seperti kecalakaan atau meninggal dunia.
PT Asuransi Takaful Keluarga merupakan perusahaan operasional PT
Syarikat Takaful Indonesia yang didirikan pada tahun 1994 yang menjalankan
aktivitas usahanya berdasarkan prinsip syariah.
Asuransi pendidikan adalah salah satu produk utama dari PT Asuransi
Takaful Keluarga. Asuransi pendidikan pada PT Asuransi Takaful Keluarga
disebut juga dengan Takaful Pendidikan. Takaful Pendidikan merupakan salah
satu produk individual yang mengandung unsur saving (tabungan) dan merupakan
produk yang menawarkan tahapan manfaat pendidikan bagi penerima hibah
(anak) mulai dini hinga dewasa (perguruan tinggi). PT Asuransi Takaful Keluarga
memiliki 2 jenis produk Takaful Pendidikan yaitu takafulink salam cendekia dan
takaful pendidikan fulnandi. Takafulink salam cendekia merupakan produk
modern dana pendidikan yang fleksibel melalui program investasi, dan takaful
pendidikan fulnandi merupakan dana pendidikan yang terjadwal tidak melalui
program investasi. (www.takaful.co.id)
Dana peserta dalam produk takaful pendidikan akan kedalam dua
rekening, yaitu rekening dana pemegang polis unit link (tabungan peserta) dan
rekening kewajiban manfaat polis masa depan (dana tabarru). Dana peserta
diinvestasikan ke lembaga-lembaga syariah dan hasil investasinya akan dibagi
sesuai dengan skim bagi hasil (mudharabah) antara peserta dan pihak asuransi
sesuai dengan kesepakatan bersama. Dana ysng terkumpul dari peserta merupakan
milik peserta, pihak asuransi hanya sebagai pemegang amanah (mudharib) dalam
mengelola dana tersebut sedangkan untuk rekening kewajiban manfaat polis masa
depan (dana tabarru’) akan digunakan sebagai sumber untuk pembayaran klaim
apabila diantara peserta ada yang mengalami musibah, dan dari dana peserta juga
akan digunakan untuk membayar biaya pengelolaan kepada pihak asuransi.
Berdasarkan PSAK No. 108 tentang asuransi syariah dana peserta adalah
semua dana milik peserta secara individual dan kolektif berupa dana tabarru’ dan
dana investasi. Dana Peserta dalam Asuransi Syariah merupakan kumpulan dana
dari setiap premi yang dibayarkan oleh para peserta. Dana ini diperuntukkan
untuk dana tolong-menolong dan juga diinvestasikan untuk pengembangan
kumpulan dana peserta. (Abdul Ghoni:2007).
Akuntansi dana peserta sangat dibutuhkan terutama dalam
menginformasikan setiap transaksi yang berkaitan dengan dana peserta, informasi
keputusan. Guna untuk memenuhi tujuan tersebut maka pencatatan akuntansi dan
penyajian laporan keuangan harus disusun dan disajikan sesuai dengan standar
akuntansi yang berlaku umum.
Sejak tahun 2015 terjadi perubahan kebijakan transaksi dana peserta
terkait biaya administrasi yang pada sebelumnya tidak terdapat pembayaran
administrasi bulanan pada produk Takaful Pendidikan Fulnadi, sehingga sekarang
terkait regulasi OJK tentang Asuransi Syariah kebijakan baru yang ditetapkan
pada tahun 2015 oleh pihak Takaful Keluarga sehingga terdapat biaya
administrasi bulanan polis yang berpengaruh mengurangi pada premi/kontribusi
peserta bayarkan.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis mencoba untuk
melakukan penelaahan lebih lanjut melalui penelitian dengan judul “Perlakuan
Akuntansi Dana Peserta Produk Takaful Pendidikan Pada PT Asuransi Takaful
Keluarga Cabang Banjarmasin”.
B. Permasalahan
Berdasarkan Uraian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka
permasalahan yang ingin diteliti adalah :
1. Bagaimana Kebijakan Dana Peserta Produk Takaful Pendidikan pada PT
Asuransi Takaful Keluarga Cabang Banjarmasin.
2. Bagaimana Perlakuan Akuntansi Dana Peserta Produk Takaful Pendidikan
pada PT Asuransi Takaful Keluarga Cabang Banjarmasin.
C. Batasan Masalah
Agar pembahasan tidak meluas, maka penulis membatasi masalah hanya
pada regulasi OJK tentang asuransi syariah terkait kebijakan premi, kebijakan
bagi hasil, kebijakan klaim, dan kebijakan pengelolaan dana tabarru’ dan
akuntansi dana peserta yang meliputi pengakuan, pengukuran, penyajiannya
dalam laporan keuangan tahun 2016 dan 2017.
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui kebijakan tranksaksi dana peserta produk Takaful
Pendidikan pada PT Asuransi Takaful Keluarga Cabang Banjarmasin.
2. Untuk mengetahui perlakuan akuntansi dana peserta produk Takaful
E. Kegunaan Penelitian
Kegunaan yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah :
1. Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan penulis mengenai
perlakuan akuntansi transaksi dana peserta produk Takaful Pendidikan, dapat
menambah pengetahuan-pengetahuan istilah-istilah dalam asuransi syariah
serta mempraktekkan ilmu yang diperoleh selama kuliah..
2. Dapat menjadi referensi dan informasi tambahan tentang transaksi dana
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian Akuntansi Syariah
Sofniyah Ghufron (2005: 53) dalam buku Konsep Implementasi
Bank Syariah menjelaskan :
“Akuntansi syariah adalah suatu kegiatan identifikasi, klarifikasi,
pendataan, dan pelaporan melalui proses perhitungan yang terkait
dengan tranksaksi keuangan sebagai bahan informasi dalam
mengambil keputusan ekonomi berdasarkan prinsip akad-akad syariah,
yaitu tidak mengandung zhulum (kezaliman), riba, maysir, gharar, barang yang diharamkan dan membahayakan”.
Muhammad (2005: 268) dalam buku Pengantar Akuntansi Syariah
menjelaskan bahwa :
“Akuntansi Syariah adalah akuntansi yang dikembangkan bukan hanya
dengan cara menambahkan apa yang kurang dalam akuntansi
konvensional, akan tetapi merupakan pengembangan filosofis terhadap
nilai-nilai Al-Qu’an yang diturunkan ke dalam pemikiran teoritis dan teknis akuntansi”.
Dalam buku A Statement of Basic Accounting Theori (AICPA)
menjelakan bahwa:
“Akuntansi adalah proses mengidentifikasi, mengukur, dan
menyampaikan informasi ekonomi sebagai bahan informasi dalam hal
pertimbingan untuk mengambil kesimpulan oleh para pemakainya”.
Muhammad Syakir Sula (2004: 385)
Dalam buku A Statement of Basic Accounting Theori (AICPA)
menjelakan bahwa:
“Akuntansi adalah seni mencatat, mengklasifikasi, dan meringkas
dengan cara-cara tertentu dan dalam ukuran moneter, transaksi, dan
kejadian-kejadian yang umumnya bersifat keuangan dan termasuk
penafsiran hasil-hasilnya”. Muhammad Syakir Sula (2004: 385)
2. Prinsip-prinsip Akuntansi Syariah
Konsep Sistem Operasional menjelaskan bahwa prinsip dasar dan
utama yang menjadi pegangan dalam akuntansi syariah adalah prinsip
adil, transparan, dan jujur. Prinsip-prinsip ini dapat mencegah
terjadinya rekayasa dan kecurangan serta penzaliman terhadap hak-hak
peserta. (Muhammad Syakir Sula, 2004:30)
Selain itu ada beberapa prinsip dasar yang harus menjadi pegangan
bagi seorang akuntan terutama dalam menyusun laporan keuangan.
Prinsip-prinsip tersebut yaitu :
a. Amanah, yaitu dalam menyiapkan laporan hitungan akhir dan
neraca keuangan sesorang harus bersifat amanah dalam semua
informasi dan keterangan yang diungkapkannya.
b. Mishdaqiah, yaitu sesuai dengan realitas.
c. Diqqah, yaitu cermat dan sempurna.
e. Adil dan netral, yaitu dalam meyiapkan laporan keuangan haruslah
bersikap adil atas prinsip kebenaran, kejujuran, dan kemaslahatan.
f. Tibyan, yaitu transparansi dalam penyajian data-data yang jelas
dan akurat.
Muhammad (2005: 268) dalam buku Pengantar Akuntansi Syariah
menjelaskan bahwa akuntansi syariah juga memiliki tiga prinsip dasar
yang universal dalam operasionalnya, yaitu ; prinsip
pertanggungjawaban, prinsip keadilan, dan prinsip kebenaran.
3. Konsep Umum Asuransi Syariah
a) Praktik Awal Asuransi Syariah
Menurut Billah (2010) praktik asuransi sudah dikenal
sebelum lahirnya Nabi Muhammad SAW. Banyak aspek dalam
syariah Islam yang sesungguhnya menunjukan kebutuhan umat
terhadap adanya asuransi, bahkan hal ini secara lebih jelas
tergambar pula konstitusi pertama Madinah yang disusun oleh
Nabi Muhammad SAW. Tidak lama setelah hijrah pada tahun 622
Masehi. Konstitusi yag dikenal sebagai Piagam Madinah ini
diperuntukan bagi seluruh penduduk Madinah, baik Muslim
Muhajirin, Ansar, yang mana Nabi Muhhamad SAW,
memperkenalkan konsep asuransi sosial yang tercermin dalam
beberapa pasal berikut:
Praktik al-diyah sebagaimana terdapat pada Pasal 3 Piagam Madinah yang menyatakan bahwa: “Kaum Muhajirin dari Suku
Quraisy akan bertanggung jawab atas perkataan mereka dan akan membayar uang darah dalam bentuk kerjasama mereka”. Demikian pula kelompok Bani Auf, Bani Harits, dan beberapa
suku lainnya yang hidup di Madinah memiliki kewajiban yang
sama.
Pelaksanaan asuransi sosial seperti yang tercantum pada Pasal 4-20a bahwa: “Masyarakat bertanggung jawab untuk membentuk
sebuah usaha bersama melalui prinsip saling kesepahaman dalam menyediakan bantuan dan pertolongan yang diperlukan bagi orang-orang yang membutuhkan, sakit, dan miskin.” Khalifah Umar bin Khattab pada periode kepemimipinannya juga
mendorong konsep aqilah secara nasional.
Banyak berpendapat bahwa konsep awal asuransi pada
jaman Rasulullah SAW ditandai dengan adanya sistem aqialah.
Sistem aqilah merupakan sistem menghimpun anggota untuk
menyumbang dalam suatu tabungan bersama yang dikenal sebagai “kunz”, tabungan ini bertujuan untuk memberikan pertolongan
kepada keluarga korban yang terbunuh secara tidak sengaja dan
juga untuk membebaskan hamba sahaya. (Sulaeman Faruk, S.Hi,
Sejarah, Hukum, dan Perkembangan Lembaga Asuransi)
Pada abad ke-19, Ibn Abidin mendiskusikan ide asuransi
dan dasar hukumnya. Beliau melihat asuransi sebagai lembaga
muslim untuk mendirikan perusahaan asuransi sendiri dan tidak
hanya membelinya dari perusahaan asing. Pada abad ke-20,
Muhammad Abduh mengeluarkan dua fatwa di antara tahun
1900-1901 M yang melegalkan praktik asuransi. Beliau menggunakan
akad mudharbah sebagai landasannya dan melegitimasi model
transaksi yang sama dengan wakaf asuransi jiwa. Ai Nur Bayinah
et.al (2017:21)
b) Pengertian Asuransi Syariah
Fatwa Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia
(DSN-MUI) menjelaskan bahwa :
Asuransi syariah sebagai ta’min, takaful, dan tadhamun, yaitu
usaha saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan/atau tabarru’
yang memberikan pola pengembalian untuk menhadapi risiko
tertentu melalui akad (perikatan) yang seseuai dengan syariah.
Muhammad Syakir Sula (2004: 30)
Pengertian asuransi dalam konteks perusahaan asuransi
menurut syariah atau asuransi Islam secara umum sebenarnya tidak
jauh berbeda dengan asuransi konvensional, karena mempunyai
persamaan yaitu perusahaan asuransi hanya berfungsi sebagai
fasilitator hubungan struktural antara peserta penyetor premi
(penanggung) dengan peserta penerima pembayaran klaim
dengan takaful dapat digambarkan sebagai asuransi yang prinsip
operasionalnya didasarkan pada syariat Islam dengan mengacu
kepada Al-Qur’an dan As-Sunah. (Gemala Dewi, 2007:137)
c) Aktivitas Utama Asuransi Syariah
Suatu akad dalam berasuransi syariah harus memenuhi
ketentuan terkait hak dan kewajiban antara peserta dan perusahaan,
cara dan waktu pembayaran kontribusi, jenis akad, serta kerjasama
antara pengelolaan akad yang bersifat hibah (tabarru’) sdan
komersial (tijari). Dalam hal mekanisme asuransi syariah
mencakup underwriting, polis asuransi, premi (kontribusi) yang
terdiri dari tabungan, tabarru’, dan biaya, pengelolaan dana
asuransi dan investasinya, klaim, dan penutupan asuransi. Ai Nur
Bayinah et.al (2017:23)
Semenetara secra teknis menurut Billah (2010) dalam
model asuransi jiwa dalam Islam, pihak tertanggung tidaklah
dianggap sebgai penerimana mutlak melainkan sebagai pihak yang
diserahi amanat sesuai ketentuan dalam polis dan menyerahkannya
kepada ahli waris resmi sesuai dengan prinsip waris dalam Islam
an wasiat sebelumnya.
Takaful beroperasional bukan hanya untuk memastikan kemungkinan keuntungan dari risiko dari kumpulan dana yang
diinvestasikan. Tugasnya adalah memastikan untuk membayar
karena kematian atau musibah lainnya. Komponen inti dari takaful
adalah kontrak penggantian kerugian. Ai Nur Bayinah et.al
(2017:24)
Berdasarkan PMK No. 18/PMK.010/2010 prinsip dasar
penyelenggaraan usaha asuransi diantaranya; adanya kesepakatan
tolong-menolong (ta’awun) dan saling menanggung (takaful)
diantara para peserta, perusahaan bertindak sebagai pengelolaan
dana tabarru’, dan dipenuhi prinsip keadilam, dapat dipercaya,
keseimbangan, kemaslahatan, dan keuniversalan.
d) Fungsi dan Tujuan Asuransi Syariah
Muhammad Syakir Sula (2004: 321-326) dalam buku
Asuransi Syariah (Life and General): Konsep dan Sistem
Operasional menjelaskan bahwa perkembangan ekonomi dan
asuransi syariah mengemban visi dan misi antara lain :
1) Misi Aqidah
Kegiatan yang berhubungan dengan asuransi seperti cara
memperoleh dana bahkan memanfaatkannya harus dilakukan
dengan prinsip dan tujuan ilahi.
2) Misi Ibadah (Ta’awun)
Merupakan asuransi yang bertumpu pada konsep tolong
(at-ta’min), juga menjadikan semua peserta sebagai keluarga
besar yang saling menanggung.
3) Misi Iqhtishodi (Ekonomi)
Merupakan konsep ekonomi syari’ah umumnya dan konsep
asuransi syari’ah secara khususnya adalah konsep ekonomi
yang berkeadilan dan tidak menzalimi satu terhadap yang
lainnya.
4) Misi Pemberdayaan Umat (Sosial)
Sebagaimana misi yang diemban asuransi umumnya, pada asuransi syari’ah misi mengemban beban sosial terasa lebih
melekat pada dirinya, melalui produk-produk yang khusus
dirancang untuk lebih mengarah kepada kepentingan sosial dan
pemberdayaan umat dari pada kepentingan komersial.
4. Sistem Operasional Asuransi Syariah
a) Akad
Akad dalam bahasa Arab yang disebut al’aqd yang berarti
perikatan, perjanjian, dan pemufakatan al-ittifaq. Akad yang sesuai
dengan syariah adalah yang tidak mengandung gharar
(ketidakjelasan), maysir (perjudian), riba, zhulm (penganiayaan),
risywah (suap), barang haram dan masksiat. Muhammad Syakir Sula (2004: 38)
Abdul Ghoni (2007: 5-6) dalam buku Akuntansi Asuransi
Syariah Antara Teori dan Praktik menjelaskan bahwa akad yang
bisa digunakan dalam asuransi syariah ada dua, yaitu :
1) Akad Tabarru’
Akad tabarru’ adalah semua bentuk akad yang dilakukan
dengan tujuan kebaikan dan tolong-menolong, bukan semata
untuk tujuan komersial, berarti peserta asuransi telah
melakukan persetujuan dan perjanjian dengan perusahaan
asuransi (sebagai lembaga pengelola) dimana peserta
menyerahkan sejumlah dana premi ke perusahaan agar dikelola
dan manfaatkan untuk membantu peserta lain yang mengalami
musibah.
Berdasarkan PMK No. 18/PMK.010/2010 yaitu, akad tabarru’ tidak dapat diubah menjadi akad tijarah. Akad ini wajib memuat sekurang-kurangnya; hak dan kewajiban peserta
secara kolektif dalam kelompok, cara dan waktu pembayaran
kontribusi dan santunan/klaim, ketentuan terkait boleh atau
tidaknya kontribusi ditarik kembali oleh peserta apabila terjadi
pembatalan oleh peserta, ketentuan terkait alternatif dan
persentase pembagian surplus underwriting, dan
2) Akad Tijarah
Akad tijarah adalah semua bentuk akad yang dilakukan
untuk tujuan komersial. Yang dimaksud dengan akad tijarah
disini adalah akad mudharabah. Akad mudharabah dalam
asuransi syariah adalah akad kerjasama antara dua pihak
dimana pihak pertama, yaitu peserta bertindak sebagai shahibul
maal (pemilik dana) sedangkan pihak kedua, yaitu pihak asuransi bertindak sebagai mudharib (pengelola).
b) Konsep Tabarru’ Dalam Asuransi Syariah
Tabarru’ berasal dari kata tabarra`a, yatabarra`u, tabarru`an, artinya sumbangan, hibah, dana kebajikan atau derma. Orang yang memberi sumbangan disebut mutabarri` (dermawan).
Tabarru` (hibah) merupakan pemberian sukarela seseorang kepada
orang lain, tanpa ganti rugi, yang mengakibatkan berpindahnya
pemilikan harta itu dari pemberi kepada orang yang diberi. Jumhur ulama mendefinisikan tabarru` (hibah/pemberian) dengan: “Akad
yang mengakibatkan pemilikan harta, tanpa ganti rugi, yang
dilakukan seseorang dalam keadaan hidup kepada orang lain secara
sukarela. (Nurul Huda, 2010:64)
Nilai tabarru’ (dana kebajikan) dalam akad asuransi
syariah adalah alternatif uang sah yang dibenarkan oleh syara`
dalam melepaskan diri dari praktek gharar yang diharamkan oleh
saling tolong menolong (ta’awuni) dan melindungi (takaful) di
antara para peserta melalui pembentukan kumpulan dana (Dana Tabarru’) yang dikelola sesuai prinsip syariah untuk menghadapi
resiko tertentu. (Nurul Huda, 2010:64)
Beberapa hal yang dapat digaris bawahi berkaitan dengan
definisi takaful di atas adalah : a) Usaha saling tolong menolong
dan saling melindungi di antara para peserta takaful, b) Para
peserta takaful melakukan pembentukan kumpulan dana yang
disebut dengan dana tabarru’, c) dana tabarru dikelola sesuai
dengan prinsip syariah, d) Pengelolaan dana tabarru dimaksudkan
untuk persiapan apabila terjadi risiko diantara para peserta takaful.
Ai Nur Bayinah et.al (2017:32) dalam buku Akuntansi
Asuransi Syariah menjelaskan: Tabarru’ secara bahasa berarti
bersedekah, dalam arti yang lebih luas yaitu melakukan kebaikan berupa syarat. Adapun secara istilah, tabarru’ diartikan
mengerahkan segala upaya untuk memberikan harta atau manfaat
kepada orang lain, baik secara langsung maupun nanti dimasa
depan yang akan datang tanpa adanya kompensasi dengan tujuan
kebaikan dan perbuatan ihsan (Fiqh al Muamalah, Al-Shakhr). Tujuan tolong menolong dalam akad tabarru’ ini sangat
dianjurkan dalam syariat Islam sebagaimana firman Allah SWT. Yang artinya. “ Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh)
serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada
tiap tiap butir terdapat seratus biji. Allah melipat gandakan
(ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Allah Maha Luas
(karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (Al-Baqarah ayat 261)
Ketinggian martabat orang yang membantu
saudara-saudaranya digambarkan dalam hadist Rasulullah SAW yang artinya “Barangsiapa yang memenuhi hajat saudaranya, Allah akan
memeuhi hajatnya.” (HR. Bukhari, Muslim, dan Abu Dawud).
Dalam akad tabarru’ yang merupakan akad hibah berlaku
ketentuan sebagai berikut. Ai Nur Bayinah et.al (2017:32)
1) Akad tabarru’ tidak mensyaratkan adanya “kepastian” dalam
waktu pembayaran, jumlah pembayaran, dan objek yang
ditransaksikan.
2) Akad tabarru’ tidak mensyaratkan kepastian mendapatkan
manfaat, ketidakpastian tentang terjadi atau tidak terjadi
musibah yang menjadi risiko peserta asuransi, tidak
menjadikan akad tabarru’ mengandung ghara,, sebagaimana
jika terjadi di akad tabaduli.
Dengan akad tabarru’ maka kondisi ketidakpastian yang
sifatnya melekat dalam asuransi tidak dibenturkan dengan syarat
dari akadnya yang menyebabkan rusak atau batalnya akad itu
sendiri secara hukum. Oleh karena tabarru’ menjadi alternatif dari
tabarru’ telah mengatur hal tersebut sedemikian rupa, sehingga akad tabarru’ merupakan akad yang harus melekat pada semua
produk asuransi, yaitu asuransi jiwa, asuransi kerugian, dan
reasuransi. Akad tabarru’ pada asuransi adalah semua bentuk akad
yang dilakukan antarpeserta atau pemegang polis dan dilakukan
dalam bentuk hibah dengan tujuan kebajikan dan tolong-menolong
antarpeserta, bukan untuk tujuan komersial. (Ai Nur Bayinah et.al,
2017:32)
c) Mekanisme Pengelola Risiko
Sebagaimana dijelaskan bahwa asuransi merupakan cara
mengelola risiko yaitu segala bentuk kerugian yang tidak
diharapkan, yang bertujuan untuk mengendalikan kemungkinan
kejadian buruk di masa depan.
Dalam sistem operasional asuransi syariah yang berpijak
pada akad tabarru’, premi asuransi tetap menjadi milik peserta
asuransi bukan milik perusahaan asuransi, sehingga tidak ada
perpindahan risiko dari peserta ke perusahaan asuransi (transfer of
risk) sebagaimana yang berlaku dalam sistem operasional asuransi konvensional. Dalam asuransi syariah, peserta asuransi secara
perseorangan mengikatkan diri dengan peserta lainnya untuk saling
menanggung risiko kerugian (sharing of risk) dan para peserta
perusahaan asuransi syariah untuk mengelola dana premi milik
peserta. Ai Nur Bayinah et.al (2017:33)
Untuk memperoleh kejelasan dalam pengelolaan dana
premi asuransi, maka premi peserta asuransi syariah
diklasifikasikan berdasarkan peruntukannya, yaitu dana tabarru’
dan dana tijari (komersial). Dana tabarru’ yang merupakan dana
untuk tolong-menolong di antara peserta asuransi dibukukan dalam
rekening khusus dana tabarru’ dan hanya boleh dugunakan untuk
hal-hal yang berkaitan dengan kepantingan nasabah, seperti klaim,
cadangan dana tabarru’, dan reasuransi syariah. Sementara dana
tijari digunakan untuk membiayai operasional perusahaan asuransi syariah. Ai Nur Bayinah et.al (2017:33)
Konsep tabarru’ dalam asuransi syariah mengatur bahwa
dana tabarru’ tidak dapat diubah menjadi dana tijari, misalnya
untuk biaya operasional perusahaan atau diakui sebagai
keuntungan perusahaan. Kedua jenis dana ini harus dikelola secara
terpisah karena ketidakjelasan dalam pengelolaan dana akan
berdampak pada rusak dan batalnya akad dalam berasuransi.
Pengelolaan risiko dengan dana tabarru’ dapat diperluas
terkait risiko yang dikelola perusahaan asuransi yang melebihi
kapasitasnya, yaitu dengan membagi risiko kepada perusahaan
reasuransi syariah atau retakaful, sehingga risiko yang dikelola
tabarru’ yang dikelola perusahaan asuransi dapat juga dialokasikan keperusahaan reasuransi syariah. Dengan penerapan sharing of risk
dan pembagian dana premi asuransi kedalam dana tabarru’ dan
dana tijari, maka transaksi asuransi syariah terhindar dari unsur
maisir atau perjudian karena tidak ada satu pihak yang diuntungkan dengan merugikan pihak lain. (Ai Nur Bayinah et.al,
2017:34)
d) Mekanisme Pengelola Dana
Ai Nur Bayinah et.al (2017:35) dalam buku Akuntansi
Asuransi Syariah menjelaskan bahwa:
Mekanisme pengelolaan dana pada asuransi syariah, yaitu
dalam asuransi syariah para peserta asurasnsi merupakan kelompok
yang menjadi pemilik sepenuhnya dana premi (shohibul mal),
sementara perusahaan asuransi berperan sebagai pemegang amanah
(mudharib) yang mengelola dana peserta asuransi dengan pembagian keuntungan berdasarkan nisbah bagi hasil yang
disepakati.mekanisme seperti ini lebih dekat kepada unsur keadilan
yang sangat dianjurkan dalam sistem syariah. Mekanisme
pengelolaan dana pada asuransi syariah terbagi menjadi dua yaitu
sistem pada produk yang mengandur unsur tabungan dan sistem
pada produk yang tidak mengandung unsur tabungan.
Dalam asuransi syariah, premi yang dibayarkan oleh peserta
asuransi untuk produk asuransi yang memiliki unsur tabungan
dikelompokan ke dalam 2 rekening yang berbeda, yaitu :
a) Rekening tabungan yang merupakan milik peserta dan
dibayarkan apabila perjanjian berakhir, peserta
mengundurkan diri atau peserta meninggal dunia.
b) Rekening tabarru’, yaitu kumpulan dana yang dimaksudkan
untuk saling membantu dan saling menanggung di antara
peserta dan dibayarkan apabila peserta meninggal dunia
atau perjanjian telah berakhir (yaitu bila terdapat surplus
dana tabarru’).
Sistem ini merupakan implementasi dari akad takaful dan
akad mudharabah yang menghindarkan asuransi syariah dari
unsur gharar dan maisir. Dana milik peserta ini selanjutnya
diinvestasikan ke dalam instrumen investasi yang sesuai
dengan syariah dan hasil investasi setelah dikurangi beban
klaim asuransi dan premi reasuransi akan dibagi menurut
prinsip mudharabah antara peserta dan perusahaan asuransi.
2) Sistem pada Produk Non Saving (tidak terdapat unsur tabungan)
Pada produk yang tidak memiliki unsur tabungan, premi
yang diterima dari peserta asuransi dimasukkan kedalam
rekening tabarru’ dan dibayarkan apabila peserta meninggal
surplus dana. Perusahaan asurasi dapat mengelola dana tabarru’ dan dana tabungan milik peserta berdasarkan konsep bagi hasil dengan menempatkan dana-dana tersebut pada
instrumen investasi berbasis syariah. Beberapa pilihan investasi
syariah diantaranya ada di Bank Syariah, Obligasi Syariah,
Pasar Modal Syariah, Leasing Syariah, dan instrumen bisnis
syariah lainnya yang sesuai dengan akad-akad syariah. Dengan
demikian diharapkan dana tabarru’ dan dana tabungan peserta
bertambah dan mencukupi untuk pembayaran klaim dari
peserta. Selain itu dana peserta juga diharapkan berkembang
sesuai dengan perencanaan investasinya.
5. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Syariah (PSAK) 108
a. Ruang lingkup dalam PSAK 108 ini mencakup :
1) Diterapkan untuk transaksi asuransi syariah, yaitu transaksi
yang terkait dengan kontribusi peserta, alokasi surplus atau
defisit underwriting, penyisihan teknis, dan cadangan dana tabarru’.
2) Diterapkan untuk entitas asuransi syariah sesuai ketentuan
perundang-undangan yang berlaku, terdiri dari asuransi umum
syariah, asuransi jiwa syariah, reasuransi syariah, dan unit
usaha syariah dari entitas asuransi dan reasuransi konvensional.
b. Berikut hal-hal yang berlaku terkait pengakuan awal berdasarkan
1) Kontribusi dari peserta diakui sebagai bagian dana tabarru’
dalam dana peserta.
2) Bagian pembayaran dari peserta untuk investasi diakui sebagai:
(1) Dana syirkah temporer jika menggunakan aka mudharabah
atau mudharabah musytarakah dan (2) Kewajiban jika
menggunakan akad wakalah.
3) Pada saat entitas pengelolaan menyalurkan dana investasi yang
menggunakan akad wakalah bil ujrah.
4) Bagian kontribusi untuk fee (ujrah) diakui sebagai pendapatan
dalam laporan laba rugi dan menjadi beban dalam laporan
surplus defisit underwriting dana tabarru’
c. Pengukuran Setelah Pengakuan Awal
1) Surplus defisit underwriting dana tabarru’
Penetapan besarnya pembagian suplus underwriting dana tabarru’ dalam PSAK 108 sama dengan yang tertera dalam PMK No. 18/PMK.010/2010, yakni: (a) seluruh surplus sebagai
cadangan dana tabarru’, (b) sebagian sebagai cadangan dana tabarru’, dan sebaian lainnya didistribusikan ke peserta, (c) sebagian sebagai cadangan dana tabarru’, sebagian
didistribusikan ke peserta, sementara sebagian laiinya
didistribusikan ke entitas pengelola.
Bagian suplus underwriting dana tabarru’ yang
dana tabarru’ yang didistribusikan ke entitas pengelola diakui
sebagai pengurang surplus dalam laporan perubahan dana tabarru’. Surplus underwriting dana tabarru’ yang diterima entitas pengelola diakui sebagai pendapatan dalam laporan laba
rugi dan surplus underwriting dana tabarru’ yang
didistribusikan kepeserta diakui sebagai liabilitas dalam
laporan posisi keuangan.
Apabila terjadi defisit underwriting dana tabarru’, maka
entitas pengelola wajib menutupi kekurangan tersebut dalam
bentuk pinjaman (qardh). Pengembalian qardh tersebut ke
entitas pengelola berasal dari surpkus dana tabarru’ periode
yang akan datang. Pinjaman qardh dalam laporan posisi
keuangan dan pendapatan dalam laporan surplus underwriting
dana tabarru’ diakui pada saat entitas pengelola menyalurkan
dana talangan sebesar jumlah yang disalurkan.
2) Penyisihan teknis (technical provision)
Penyisahan teknis diakui pada saat akhir periode pelaporan
sebagai beban dalam laporan surplus underwriting dana tabarru’. Penyisihan teknis diukur dengan: (a) penyisihan kontribusi yang belum menjadi hak, yang dihitung
menggunakan metode yang berlaku dalam industri
perasuransian, (b) klaim yang masih dalam proses diukur
entitas pengelola. Jumlah estimasi tersebut harus memadai agar
mampu memenuhi klaim yang terjadi dan dilaporkan sampai
dengan akhir periode pelaporan, setelah mengurangkan bagian
reasuransi dan klaim yang telah dibayarkan, (c) klaim yang
terjadi tetapi belum dilaporkan diukur sebesar jumlah estimasi
klaim yang diekspektasikan akan dibayarkan pada tanggal
neraca berdasarkan pengalaman masa lalu yang terkait dengan
klaim paling kini yang dilaporkan dan metode statistik.
3) Cadangan dana tabarru’
Cadangan dana tabarru’ digunakan untuk menutup defisit yang
mungkin akan terjadi di periode mendatang.
Cadangan dana tabarru’ diakui pada saat dibentuk sebesar
jumlah yang dianggap mencerminkan kehati-hatian agar
mencapai tujuan pembentukannya yang mana bersumber dari
surplus underwriting dana tabarru’. Pada akhir periode
pelaporan, jumlah yang diperlukan untuk mencapai saldo
cadangan dana tabarru’ diperlukan sebagai penyesuaian atas
surplus underwriting dana tabarru’.
d. Penyajian
Dalam penyajiannya, PSAK 108 mengatur:
1) Bagian surplus underwriting dana tabarru’ yang
didistribusikan kepeserta disajikan secara terpisah pada pos-pos
ke peserta dan bagian surplus yang didistribusikan ke entitas pengelola disajikan secara terpisah pada pos “bagian surpuls
underwriting dan dana tabarru’ yang didistribusikan ke pengelola” dalam laporan perubahan dana tabarru’.
2) Penyisihan teknis disajikan secara terpisah pada liabilitas
dalam laporan posisi keuangan.
3) Dana tabarru’ disajikan sebagai dana peserta yang terpisah dari
liabilitas dan ekuitas dalam laporan posisi keuangan.
4) Cadangan dana tabarru’ disajikan secara terpisah pada laporan
perubahan dana tabarru’.
e. Pengungkapan
Dalam pengungkapannya, PSAK 108 mengatur:
1) Entitas pengelola mengungkapkan terkait kontribusi, mencakup
tetapi tidak terbatas pada :
a) Kebijakan akuntansi : kontribusi yang diterima dan
perubahannya dan pembatalan polis asuransi dan
konsekuensinya.
b) Piutang kontribusi dari peserta, entitas asuransi, dan
reasuransi.
c) Rincian kontribusi berdasarkan jenis asuransi.
d) Jumlah dana persentase komponen kontribusi untuk bagian
e) Kebijakan perlakuan surplus atau defisit underwriting dana tabarru’.
f) Jumlah pinjaman (qardh) untuk menutup defisit
underwriting (jika ada).
2) Entitas pengelola mengungkapkan terkait dengan dana
investasi, mencakup tetapi tidak terbatas pada:
a) Kebijakan akuntansi untuk pengelolaan dana investasi yang
berasal dari peserta.
b) Rincian jumlah dana investasi berdasarkan akad yang
digunakan dalam pengumpulan dan pengelolaan dana
investasi.
3) Entitas pengelola mengungkapkan terkait penyisihan teknis
mencakup tetapi tidak terbatas pada : Jenis penyisihan teknis
(saldo awal, jumlah yang ditambahkan, dan digunakan selama
periode berjalan, dan saldo akhir).
4) Entitas asuransi syariah mengungkapkan terkait cadangan dana tabarru’, mencakup tetapi tidak terbatas pada :
a) Dasar yag digunakan dalam penentuan dan pengukuran
cadangan dana tabarru’.
b) Perubahan cadangan dana tabarru’ per jenis tujuan
pencadangannya (saldo awal, jumlah yang ditambahkan,
c) Pihak yang menerima pengalihan saldo cadangan dana tabarru’ jika terjadi likuidasi atas produk atau entitas. d) Jumlah yang dijadikan sebagai dasar penentuan distribusi
surplus underwriting.
5) Entitas pengelola mengungkapkan aset dan liabilitas terkait
dana tabarru’.
6. Pengertian Dana Peserta Dalam Asuransi Syariah
Dana peserta dalam asuransi syariah merupakan kumpulan
dana dari setiap premi yang dibayarkan oleh para peserta asuransi
syariah. Dana ini diperuntukan untuk dana tolong-menolong dan
juga diinvestasikan untuk pengembangan kumpulan dana peserta.
Dan dari bagian dana peserta tersebut juga akan digunakan untuk
membayar biaya pengelolaan kepada pihak asuransi. Secara umum
transaksi yang berkaitan dengan dana peserta terdiri dari saat
penerimaan premi dari peserta, bagi hasil kepada peserta, dan
pembayaran klaim kepada peserta. Abdul Ghoni (2007: 79-98)
Berdasarkan PSAK No. 108 dana peserta adalah semua
dana milik peserta secara individual dan kolektif berupa dana tabarru’ dan dana investasi. Dana peserta dalam asuransi syariah
terdiri dari rekening dana tabarru’ dan rekening tabungan peserta
untuk produk yang mengandung unsur saving serta hanya terdiri
dari rekening dana tabarru’ saja untuk produk yang mengandung
oleh pihak asuransi untuk diinvestasikan ke lembaga-lembaga
syariah, hasil investasi yang diperoleh tersebut akan dibagi sesuai
dengan skim bagi hasil (mudharabah) yang telah disepakati diawal
perjanjian, yaitu antara pihak asuransi dengan peserta. Dana
peserta adalah semua dana milik peserta secara individual dan
kolektif berupa dana tabarru’ dan dana investasi.
Bedasarkan Fatwa No. 21/DSN-MUI/X/2001, dana peserta
adalah kumpulan dana kontribusi dari para peserta yang
diperuntukkan sebagai dana tolong-menolong sesama peserta.
Kontribusi adalah istilah untuk premi yang dibayarkan oleh
peserta/nasabah ke perusahaan asuransi syariah sebagai pengelola.
Kontribusi yang dibayarkan mencakup dana tabarru’ (dana sosial)
dan dana fee (ujrah) yang diberikan ke perusahaan untuk
mengelola dana dan risiko dari kumpulan dana nasbah. Dalam
produk asuransi jiw syariah dengan produk tabungan (saving),
selain dana tabarru’ dan dana fee (ujrah), dana kontribusi tersebut
juga dapat mencakup dana tabungan atau dana investasi. Dana tabarru’ merupakan komponen utama kontribusi yang dibayarkan nasabah, yang selanjutnya akan dikelola perusahaan sebagai dana
tolong-menolong antarsesama nasabah. Pembayarannya ke nasabah
yang tertimpa musibah diwakilkan oleh perusahaan. Dana peserta
reasuransi, fee (ujrah) untuk pengelola, dan penyisihan teknik. (Ai
Nur Bayinah et.al, 2017:94)
7. Akuntansi Dana Peserta
Ai Nur Bayinah et.al (2017: 98-108) dalam buku Akuntansi
Asuransi Syariah menjelaskan :
a. Transaksi Dana Peserta
Transaksi dana peserta adalah seluruh transaksi yang terkait
dengan dana kontribusi yang telah dibayarkan oleh peserta dan
dianggap sebagai transaksi dana peserta karena transaksi-transaki
yang dimaksud akan memengaruhi kumpulan dana peserta dalam
satu periode. Hal yang perlu diperhatikan kalau peserta secara
kolektif bukan peserta secara individu. Dalam transaksi normal,
berikut transaksi-transaki yang dikategorikan sebagai dana peserta,
yaitu; Kontribusi, tabarru’, investasi, fee (ujrah) yang dibayarkan,
kontribusi reasuransi, fee (ujrah) reasuransi yang diterima, surplus
reasuransi, klaim, klaim reasuransi, penyisihan teknik, hasil
investasi dan bagi hasil dana peserta, surplus (defisit) dana peserta,
cadangan ekuitas dana peserta (reserves), distribusi surplus
underwriting.
b. Transaksi Kontribusi
Berdasarkan PSAK 108 dan FAS No. 19, kontribusi adalah
jumlah bruto yang menjadi kewajiban peserta untuk mendapatkan
Kontribusi adalah premi dalam istilah asuransi konvensional.
Jumlah dana yang dibayarkan diperuntukkan bagi pengelolaan
risiko dan fee (ujrah) untuk pengelola (perusahaan) sebagai
kompensasi upaya pengelolaan risiko. Bagian pengelolaan risiko
atau disebut juga dana tabarru’ (dana sosial) digunakan untuk
pembayaran klaim, pembayaran biaya reasuransi, dan
pembentukan penyisihan. Sementara fee (ujrah) akan diakui
sebagai pendapatan oleh perusahaan untuk mendanai aktivitas
operasional perlakuan akuntansi untuk transaksi kontribusi diatur
dalam PSAK 108, FAS No. 19, dan Fatwa DSN No 21, 52, dan 53.
1) Pengakuan dan Pengukuran
Kontribusi secara sederhana dapat berupa dana tabarru’ dan
dana fee (ujrah). Berdasarkan PSAK 108 paragraf 14 disebutkan bahwa “kontribusi dari peserta diakui sebagai
bagian dari dana tabarru’ dalam dana peserta.” Paragraf ini
menjelaskan kalau kontribusi atau premi bukanlah pendapatan
atau milik pengelola seperti dalam asuransi konvensional, akan
tetapi kontribusi adalah milik peserta secara kolektif yang mana
salah satu bagian/komponen utamanya adalah dana tabarru’.
Akumulasi dana tabarru’ milik peserta secara kolektif tersebut
juga dapat bertambah dari hasil investasi dana tabarru’ yang
dari akumulasi cadangan surplus underwriting dana tabarru’ di
akhir periode.
2) Penyajian
Penerimaan kontribusi dana tabarru’ disajikan dalam Laporan
Surplus Defisit Underwriting, sementara dana tabarru’ dan
bagian kontribusi untuk fee (ujrah) masing-masing disajikan
dalam laporan surplus defisit underwriting dan laporan laba
rugi.
c. Transaksi Tabarru’
Dana tabarru’ merupakan dana yang menjadi bagian dari
kontribusi/premi untuk risiko. Dana tabarru’ adalah komponen
utama kontribusi yang mencerminkan karakteristik transaksi
asuransi syariah. Dana tabarru’ merupakan bagian dari dana sosial
yang dihibahkan oleh setiap peserta/nasabah untuk dana
tolong-menolong dalam aktivitas pembagian risiko (sharing of risk)
antarsesama peserta/nasabah. Akumulasi dana tabarru’ ini akan
dipergunakan sebagai sumber dana utama pembayaran klaim. “sederhanya, dana tabarru’ adalah kontribusi setelah dikurangi fee
(ujrah).
d. Transaksi Investasi
Investasi sebagai transaksi dana peserta adalah bagian dana
investasi (tabungan) dari dana kontribusi yang dibayarkan nasabah.
kepeserta ditambah dengan bagi hasil dari keuntungan investasi.
Berdasarkan PSAK 108 pargaraf 17 disebutkan bahwa bagian
pembayran dari peserta untuk investasi diakui sebagai; (a) dana
syirkah temporer, jika menggunakan akad mudharabah atau
mudhrabah musytarakah dana atau (b) kewajiban, jika
menggunakan akad wakalah. Pargaraf ini menjelaskan bahwa
bagian investasi dalam kontribusi dapat menggunakan salah satu
dari dua akad, yaitu akad bagi hasil seperti mudhrabah dan
mudharabah musytarakah, serta akad wakalah (perwakilan). Jikan
menggunakan akad bagi hasil, maka bagian investasi tersebut
diakui dalam transaksi dana peserta sebagaimana syikah temporer.
Dana syirkah temporer adalah bagian dari akumulasi dana peserta
di laporan posisi keuangan.
e. Transaksi Fee (Ujrah) Yang Dibayarkan
Fee (ujrah) yang dibayarkan dapat disebut juga sebagai beban fee (ujrah), yaitu bagian kontribusi yang akan dibayarkan ke pengelola dalam bentuk fee. Pembayaran ujrah ini akan menjadi
bebean ujrah bagi akun Dana Peserta dan akan mengurangi nilai
kontribusi. Dalam fatwa DSN disebutkan kalau fee (ujrah) yang dibayarkan adalah “biaya yang dibebankan dari dana peserta
sebagai fee pengelolaan digunakan untuk biaya operesional, komisi, dan lain sebaginya.”
Dalam PSAK 108 Paragraf 20 disebutkan kalau “bagian
kontribusi untuk fee (ujrah) diakui sebagai pendapatan (bagi
pengelola) dalam laporan laba rugi dan beban (bagi peserta) dalam
laporan surplus defisit underwriting.”
f. Transaksi Klaim
Klaim adalah nilai pertanggungan yang diberikan
kepeserta/nasabah atas kerugian yang dialaminya. Pembayaran
klaim dilakukan oleh pengelola berdasarkan klausul yang
disepakati dalam polis dan hasil penyelidikan yang dilakukan atas
kerugian tersebut. Klaim diakui sebagai beban sebesar jumlah yang
diputuskan untuk dibayarkan kepeserta/nasabah setelah proses
penyelidikan klaim selesai dilakukan.
g. Transaksi Hasil Investasi dan Bagi Hasil Dana Peserta
Hasil investasi adalah hasil yang diperoleh dari dana
peserta berupa dana tabarru’ dan tabungan yang dikelola oleh
perusahaan asuransi sebagai pengelola. Dalam hal ini,
peserta/nasabah adalah pemilik dana dan perusahaan asuransi
adalah mudharib (pengelola dana). Hasil investasi dana peserta ini
akan menambah saldo akun dana peserta di laporan surplus defisit
underwriting sebelum dikurangi dengan hak pengelola sebagai mudharib.
Hasil investasi ini merupakan jumlah bruto sebelum
pengelola atas hasil investasi diukur berdasarkan bagi hasil
(nisbah) yang telah disepakati dan diakui sebagai pengurang hasil
investasi. Hak pengelola atas hasil investasi disajikan dalam
laporan surplus defisit underwrting sebagai bagian pengelola atas
hasil investasi.
h. Transaksi Surplus (Defisit) Dana Peserta
Surplus (defisit) dana peserta disebut juga sebagai surplus (defisit) underwriting. Surplus (defisit) diperoleh dari dana tabarru’ diperiode berjalan dikurangi dengan beban asuransi dan ditambah dengan hasil investasi di akhir periode berjalan.
Sederhanya, surplus (defisit) sama seperti laba bersih pada laporan
laba rugi.
i. Transaksi Distribusi Suplus Underwriting
Bagian surplus underwriting untuk peserta dan pengelola
ini akan mengurangi surplus underwriting itu sendiri dan menjadi
beban bagi akun Dana Peserta. Bagian pengelola atas surplus
underwriting merupakan beban yang mengurangi dana peserta. Sebaliknya, transaksi ini juga diakui pada saat bersamaan sebagai
pendapatan surplu underwriting oleh pengelola di dana pengelola
dan disajikan di Laporan Laba Rugi. Transaksi ini adalah salah
satu transaksi yang melibatkan kedua belah pihak, yakni diakui
sebagai dalam dana peserta dan diakui sebagai pendapatan dalam
8. Asuransi Pendidikan
a. Pengertian Asuransi Pendidikan
Muhammad Syakir Sula (2004: 321-326) dalam buku
Asuransi Syariah (Life and General): Konsep dan Sistem
Operasional menjelaskan bahwa asuransi pendidikan merupakan
salah satu produk individual yang mengandung unsur saving
(tabungan), artinya premi yang disetorkan akan dibagi kedalam dua
rekening, yaitu rekening tabungan peserta dan rekening dana tabarru’.
b. Sistem Operasional Dalam Asuransi Pendidikan
1) Akad
Muhammad Syakir Sula (2004: 321-326) dalam buku
Asuransi Syariah (Life and General): Konsep dan Sistem
Operasional menyatakan bahwa akad yang digunakan untuk
produk-produk yang mengandung unsur saving (salah satunya
asuransi pendidikan) terdiri dari 3, yaitu :
a) Akad wakalah bil ujrah
Yaitu peserta memberikan amanah kepada pihak asuransi
untuk mengelola premi yang disetorkannya menjadi rekening tabungan peserta dan rekening dana tabarru’.
Peserta juga bersedia untuk memberikan jasa tersebut akan
mengurangi dana di rekening tabungan peserta.
Yaitu peserta memberikan amanah kepada pihak asuransi
untuk menempatkan dana yang dibayarkannya dalam
program investasi dab peserta juga setuju untuk membagi
hasil investasi sesuai dengan skim bagi hasil (mudharabah)
yang telah disepakati bersama.
c) Akad tabarru’
Yaitu peserta memberikan sebagian atau seluruh premi
yang disetorkannya sebagai dana tabarru’ yang besarnya
sesuai dengan ketentuan dari pihak asuransi. Dana ini untuk
tujuan tolong-menolong diantara sesama peserta apabila
ada yang mengalami musibah.
c. Mekanisme transaksi dana peserta dalam asuransi pendidikan
1. Premi
Muhammad Syakir Sula (2004: 321-326) dalam buku
Asuransi Syariah (Life and General): Konsep dan Sistem
Operasional menjelaskan bahwa asuransi pendidikan
merupakan produk asuransi yang mengandung unsur saving
(tabungan) sehingga setiap premi yang dibayarkan oleh peserta
ke dalam perusahaan asuransi syariah langsung dibagikan ke
dalam dua rekening, yaitu : rekening tabungan peserta, rekening dana tabarru’.
Rekening tabungan peserta adalah kumpulan dana yang
merupkan milik peserta dan dibayarkan bila terjadi hal-hal
sebagai berikut; (1) perjanjian berakhir, (2) peserta
mengundurkan diri, (3) peserta meninggal dunia.
b) Rekening dana tabarru’
Adalah kumpulan dana yang diniatkan oleh peserta sebagai
dan kebajikan (tabarru’) untuk tujuan saling membantu dan
dibayarkan bila terjadi hal, yaitu apabila diantara peserta
ada yang mengalami musibah. Seluruh dana premi asuransi
dari peserta baik itu rekening tabungan peserta maupun
rekening dana tabarru’ akan disatukan ke dalam kumpulan
dana peserta yang selanjutnya diinvestasikan secara
syariah, keuntungan yang diperoleh akan dibagikan sesuai
dengan perjanjian bagi hasil yang telah disepakati bersama
antara peserta dengan pihak asuransi, yaitu seperti bagi
hasil 70% dari keuntungan untuk peserta dan 30% untuk
pihak asuransi.
2. Bagi hasil
Konsep dan Sistem Operasional menjelaskan bahwa bagi
hasil pada asuransi pendidikan diperoleh dari hasil investasi
yang dilakukan melalui instrumen investasi yang dibenarkan
secara syariah. Bagi hasil (mudharabah) dilakukan sesuai
peserta dengan pihak asuransi. Besarnya bagi hasil sangat
tergantung pada kondisi perusahaan. Semakin sehat dan besar
keuntungan investasi yang diperoleh perusahaan, maka
semakin besar pula bagi hasil yang diberikan kepada peserta.
Muhammad Syakir Sula (2004: 321-326)
3. Klaim
Amir (2007: 69-70) dalam jurnal Intekna Dasar Teori dan
Perlakuan Akuntansi Asuransi Syariah Mubarakah menjelaskan
bahwa klaim adalah hak peserta asuransi yang wajib diberikan
oleh pihak asuransi sesuai dengan kesepakatan dalam akad.
Didalam asuransi pendidikan, klaim yang dapat diajukan oleh
peserta terdiri dari, yaitu klaim nilai tunai dan klaim meninggal
dunia, klaim habis kontrak, dan klaim tahapan manfaat.
9. Perlakuan Akuntansi Asuransi Pendidikan
Muhammad Syakir Sula (2004: 316) dalam buku Asuransi Syariah
(Life and General): Konsep dan Sistem Operasional menjelaskan
bahwa pencatatan akuntansi pada asuransi syariah lebih cenderung
menganut cash basis dari pada accrual basis dengan
pertimbangan-pertimbangan syari’i. Juga menjelaskan bahwa ada tiga hal yang
mendasari asuransi syariah tidak menggunakan accrual basis, dan
menggunakan cash basis dalam pencatatannya, yaitu :
a. Mengandung unsur gharar, karena disana terjadi prinsip
b. Pengakuan terhadap pendapatan yang belum diterima. Cenderung
kepada sikap takabur. Memastikan sesuatu yang kepastiannya
masih meragukan.
c. Berpotensi mengurangi prinsip kehati-hatian yang berakibat pula
pada pelanggaran prinsip amanah dalam bermuamalah.
Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
108 tentang Akuntansi Transaksi Asuransi Syariah, di dalam
PSAK tersebut mengatur tentang hal-hal yang berkaitan asuransi
jiwa (keluarga) syariah. Tetapi untuk beberapa ketentuan, asuransi
syariah bisa menggunakan Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) No. 28 Tahun 2010 tentang akuntansi kontrak
asuransi kerugian dan No. 36 Tahun 2010 tentang akuntansi
kontrak asuransi jiwa. Asuransi Pendidikan merupakan salah satu
produk dari asuransi jiwa (keluarga) sehingga perlakuan akuntansi
mengacu pada PSAK 108 khususnya yang berkaitan dengan
B. Hasil Penelitian Terdahulu
Terdapat penelitian terdahulu yang berkenan dengan transaksi dana
peserta produk Takaful Pendidikan pada PT Asuransi Takaful Keluarga :
Identifikasi Peneliti/Aspek
Nama : Ines Saraswati Machfiroh Nim : A04070124
Perguruang tinggi : Politeknik Negeri Banjarmasin
1. Judul Perlakuan Akuntansi Tranksaksi Dana Peserta Produk Takaful Pendidikan pada PT Asuransi Takaful Keluarga Cabang Banjarmasin 2. Permasalahan 1. Bagaimana kebijakan transaksi dana peserta
produk Takaful Pendidikan pada PT Asuransi Takaful Keluarga Cabang Banjarmasin
2. Bagaimana perlakuan akuntansi transaksi dana peserta produk Takaful Pendidikan pada PT Asuransi Takaful Keluarga Cabang Banjarmasin 3. Tujuan penelitian 1. Untuk mengetahui kebijakan transaksi dana
peserta produk Takaful Pendidikan pada PT Asuransi Takaful Keluarga Cabang Banjarmasin. 2. Untuk mengetahui perlakuan akuntansi transaksi dana peserta produk Takaful Pendidikan pada PT Asuransi Takaful Keluarga Cabang Banjarmasin.
4. Metode Penelitian Jenis dan sumber data : data kualitatif dan data kuantitatif.
Sumber data : Data Primer dan Data Sekunder Teknik Pengumpulan Data : Wawancara, dokumentasi, dan studi pustaka.
Teknik analisis data : dianalisis dengan metode deskriptif
Hasil Penelitian Hasil penelitian dengan metode analisis deskriptif menunjukan bahwa dana peserta pada produk Takaful Pendidikan Fulnadi sebaiknya
menyajikan pada laporan perubahan dana tabarru’ sebagaimana PSAK No. 101 khususnya untuk entitas asuransi syariah hal ini dilakukan agar transparan dan tidak menimbulkan gharar dalam mengelola dana tabarru’. Saran untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat meneliti tentang pencatatan akuntansi dari setiap tahapan manfaat serta pengelolaan dana tabarru’.
Perbedaan antara penelitian terdahulu dan penelitian sekarang yaitu
pada penelitian terdahulu pencatatan akuntansinya meliputi saat
penerimaan premi, penentuan bagi hasil kepada peserta serta penentuan
klaim yang dibayar peserta pada produk Takaful Pendidikan Fulnadi yang
Data akuntansinya hanya didasarkan pada pengakuan tahun pertama yaitu
laporan keuangan tahun 2011.
Sedangkan penelitian sekarang pencatatan akuntansi nya meliputi
kebijakan premi, kebijakan bagi hasil, kebijakan klaim dan kebijakan
pengelolaan dana tabarru’ pada produk Takaful Pendidikan Fulnadi untuk
data akuntansi nya pengakuan dua tahun yaitu pada laporan keuangan
tahun 2016 dan 2017 dan Takafulink Salam Cendekian data akuntansi nya
untuk pengakuan tahun pertama yaitu pada laporan keuangan tahun 2017.
Perbedaan selanjutnya yaitu penelitian terdahulu pada tahun 2012
kebijakan transaksi minimal pembayaran premi peserta pada produk
Takaful Pendidikan Fulnadi sebesar Rp 100.000,00 per bulan dan tidak
ada pembayaran biaya administrasi bulanan polis.
Pada penelitian sekarang sejak tahun 2015 telah ditetapkan
kebijakan baru oleh pihak PT Takaful Keluarga produk Takaful
Pendidikan Fulnadi meliputi minimal nya pembayaran premi/kontribusi
peserta sebesar Rp 200.000,00 per bulan. Sejak tahun 2015 ditetapkan juga
kebijakan baru terkait regulasi OJK terdapat adanya biaya administrasi
bulanan polis sebesar Rp 15.000, per bulan yang dibebankan pada
Perbedaan selanjutnya pada penelitian terdahulu dalam produk
Takaful Pendidikan Fulnadi untuk bagi hasil investasi peserta berbanding
70%;30%. Sedangkan penelitian sekarang telah ditetapkan kebijakan baru
oleh pihak PT Takaful Keluarga bagi hasil investasi untuk peserta
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Identifikasi dan Pemberian Definisi Operasional Variabel
Adapun beberapa variabel yang terdapat dalam penelitian ini, sebagai
berikut :
1. Perlakuan Akuntansi transaksi dana peserta produk Takaful
Pendidikan pada PT Asuransi Takaful Keluarga, meliputi ketentuan
tentang pengakuan, pengukuran, penysajian, dan pengungkapan
mengenai transaksi dana peserta produk Takaful Pendidikan pada PT
Asuransi Takaful Keluarga. Dana peserta meliputi premi, biaya polis,
biaya administrasi, biaya pengelolaan, bagi hasil investasi serta dana tabarru’.
2. Dana peserta produk Takaful Penididikan pada PT Asuransi Takaful
Keluarga Cabang Banjarmasin merupakan kumpulan dana dari setiap
premi yang dibayarkan oleh para peserta produk Takaful Pendidikan
merupakan salah satu produk individual yang mengandung unsur
saving (tabungan) sehingga dana pesertanya akan dibagi ke dalam dua rekening, yaitu rekening dana pemegang polis unit link (tabungan
peserta) dan rekeking kewajiban manfaat polis masa depan (dana tabarru’) ini diperuntukan untuk dana tolong-menolong diantara sesama peserta. Selain itu dari bagian dana peserta tersebut juga akan
digunakan untuk membayar biaya pengelolaan kepada pihak Takaful
Keluarga.
B. Studi Kasus
Dalam penelitian ini dilakukan pendekatan studi kasus pada PT
Asuransi Takaful Keluarga Cabang Banjarmasin, dimana lebih
menekankan pada kebijakan transaksi dana peserta berupa kebijakan
premi, kebijakan bagi hasil, kebijakan klaim, serta kebijakan pengelolaan
dana tabarru’dan pada perlakuan akuntansi. Penyajian laporana
keuangannya hanya menampilkan sebagian dari Neraca dan Laporan Laba
Rugi terutama menyajikan nama-nama akun yang berkaitan dengan
pencatatan akuntansi diatas dalam produk Takaful Pendidikan pada PT
Asuransi Takaful Keluarga Cabang Banjarmasin.
Data akuntansi didasarkan pada ilustrasi ril data transaksi satu
peserta pada tahun pertama dan tahun kedua yaitu pada tanggal 28
Februari 2017 untuk produk Takaful Pendidikan Fulnadi sementara untuk
Takafulink Salam Cendikia hanya pengakuan tahun pertama saja yaitu
pada tanggal 30 Juni 2017
C. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah dekriptif kualitatif. Yang mana tujuan dari
penelitian ini untuk mendeskripsikan bagaimana kebijakan dana peserta
produk Takaful Pendidikan dan perlakuan akuntansi dana peserta pada PT.