• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kasanah kesustraan Arab terdapat banyak pengarang fenomenal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Dalam kasanah kesustraan Arab terdapat banyak pengarang fenomenal"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Dalam kasanah kesustraan Arab terdapat banyak pengarang fenomenal yang melahirkan novel yang mendunia. Salah satu sastrawan Arab yang fenomenal dan telah diakui sebagai sastrawan dunia dengan ditandai dengan penganugerahan nobel sastra dari akademi nobel Swedia pada tahun 1988 adalah .

„A u Az z I r Pasya, lahir di Distrik Gamalia daerah pinggiran kota Kairo, Mesir pada tanggal 15 Desember 1911. Keluarganya tergolong keluarga miskin dan tidak mngenyam pendidikan yang memadai. Ayahnya adalah seorang pegawai rendahan yang kemudian beralih profesi sebagai pedagang. Ia mempunyai enam saudara; dua laki-laki dan empat perempuan. Keenam saudaranya telah mendahului menghadap Yang Maha Kuasa, saat mereka masih usia balita. J r - u u masih enam tahun, ia dan keluarganya tidak lagi menghirup suasana pinggiran Kairo yang tergolong kumuh dan tertinggal. Oleh sebab itu, keluarganya membawa Najib Mah indah ke daerah pinggiran kota Abbasiyah yang lebih bersih dan lebih modern dan pada saat itu, ia dimasukan ke Sekolah Dasar (SD). Tahun 1924, di usia tiga belas tahun, ia melanjutkan Sekolah M Fu‟ I

(2)

2 Kemudian pada tahun 1930, ia melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi di jurusan Filsafat Islam Universitas Kairo. Hal ini seiring dengan kondisi perekonomian keluarganya yang relatif membaik. Pada tahun 1934, ia mengantongi ijazah sarjana Filsafat (Fathoni, 2007:119).

Setelah lulus Sar d (NM) mendapat tawaran dari Mustafa Kamal Abdul Razaq, seorang Guru Besar Universitas Kairo untuk menempuh program doktoral dalam bidang Filsafat dan Mistik Islam, tetapi tawaran itu ia tolak. Kesenjangan sosial yang dialaminya sejak kecil, serta penderitaan kaum kecil yang tertindas oleh kekuasaan birokrasi Mesir, membuat rasa solidaritasnya bangkit. Ia memilih jalur pekerjaan di almamaternya dan menekuni bidang tulis menulis. Kesenangan NM dalam menekuni dunia tulis menulis ini ternyata tidak mendapat dukungan dari keluarganya mengingat latar belakang keluarganya bukanlah dari golongan keluarga yang mengenyam pendidikan tinggi. Akan tetapi, hal ini tidak menjadi penghalang bagi NM untuk terus berkarya dengan meluangkan waktu kerjanya (Fathoni, 2007:119).

Sejak pertengahan 1936-1939, ia mengabdi di almamaternya sebagai staf sekretaris universitas. Selepas dari pekerjaan sebagai staf, karirnya menanjak secara perlahan. Ia ditugaskan pada Departemen Agama dan Urusan Wakaf. Pekerjaan ini ditekuninnya hingga tahun 1964 (Fathoni, 2007:119). Menurut beberapa pengamat, pekerjaannya di kementrian ini mempunyai dampak yang besar dalam penulisannya di kemudian hari, karena disana ia

(3)

3 menemukan banyak aspek kehidupan masyarakat. NM akhimya menyadari bahwa banyak sekali pegawai pemerintah yang sangat ambisi akan kekuasaan dan melakukan tindak korupsi (Basalamah, 2008).

Pada tahun 1954 terjadi perubahan besar dalam kehidupan NM. la meninggalkan Kementeriaan Agama dan menerima penunjukannya sebagai Direktur Pengawasan Seni di bawah naungan Kementrian Kebudayaan. Akhirnya NM menjadi Direktur Lembaga Perfilman Nasional Mesir. Dua jabatan terakhir itulah yang membawanya kepuncak reputasi di bidang penulisan karya sastra. Pada tahun 1954 NM melepaskan masa lajangnya, waktu itu ia tengah berumur empat puluh dua tahun, suatu masa yang bagi masyarakat Mesir sudah cukup terlambat untuk melangsungkan pernikahan. Pada tahun 1957 ia mendapatkan hadiah Nasional di bidang kesusasteraan (Basalamah, 2008).

Setelah delapan tahun ia mengabdi pada Lembaga Perfilman Nasional Mesir, ia di tetapkan sebagai anggota Dewan Tinggi Perlindungan Seni dan Satra pada tahun 1965. Setelah menjadi Penasihat Menteri Kebudayaan Mesir pada tahun 1971, ia memutuskan untuk pensiun dari kepegawaian dan fokus menekuni kembali minatnya dalam tulis menulis, yakni sebagai editor sastra pada surat kabar al-A , sebuah surat kabar harian yang terdepan di Mesir. Harian al-A menerbitkan karya NM secara rutin sehingga karya-karya NM cepat populer dan mendapatkan tanggapan yang beragam dari masyarakat Mesir maupun masyarakat Internasional (Fathoni, 2007:119).

(4)

4 NM selama hidupnya telah menulis sekitar 70 cerita pendek, 46 karya fiksi, serta sekitar 30 karya drama. Karya pertama NM diterbitkan pada tahun 1932, saat usianya 21 tahun, dengan judul - - mah (Fathoni, 2007:119). Kemudian salah satu karya NM yang populer dan mendapat tanggapan luas dari masyarakat Internasional adalah novel al-Karnak.

Dalam novel al-Karnak NM selain sebagai pengarang juga berperan u v u “ A u” tokoh-tokoh atau kelompok lain yang sejalan dengan pandangan NM yang diartikan sebagai subjek kolektif. Menurut Faruk (2012:63) Subjek kolektif merupakan kelompok kekerabatan, kelompok sekerja, kelompok teritorial, dan sebagainnya.

Novel al-Karnak adalah karya memorial tentang situasi mesir akhir 1960-an. Kala itu, penduduk negeri piramid ini dirudung kekacauan dan kecemasan, terutama akibat kalah perang melawan Israel pada 1967. Pengkhiatan, saling tuduh dan curiga, serta balas dendam menjadi bagian dari kehidupan sosial. Karya ini juga mengungkap ketidakyamanan politik warga Mesir akibat sikap otoriter pemerintah. Dalam novel ini sosok Hilmi Hamada, Ismail al-Syeikh, dan Zainab Diyab menjadi potret penderitaan masyarakat Mesir. Lantaran berbeda faham dan keyakinan politik dengan pemerintah, mereka diberangus kehidupannya. Menariknya, novel ini tak melulu menuturkan prahara politik. Di tengah-tengah kekusutan sosial-politik di negeri para raja kala itu, terpapar pula kisah cinta

(5)

5 Qurunfula, mantan penari legendaris berparas ayu, pemilik sekaligus daya pikat Kafe Karnak (Susanto: 2008).

Novel ini menceritakan bagaimana keadaan masyarakat Mesir pada masa tahun 1960an. Tepatnya adalah pasca Revolusi 1952 (Sebelum dan sesudah perang enam hari antara Mesir dan Arab). NM menceritakan memalui pandangan dunianya tentang keadaan masyarakat dengan struktur-struktur masyarakat, perjolakan politik, pendidikan, kebebsan berpendapat, keadaan sosial budaya.

Novel al-Karnak menggambarkan struktur masyarakat Mesir di Kairo yang bisa dikatakan tidak aman dan tidak kondusif. Dikatakan tidak kondusif karena penguasa dengan segala power yang ia miliki sewenang-wenang menangkap para aktivis yang dicurigai kontra revolusi. Atas nama keberlangsungan misi revolusi, pemerintah menggunakan segala cara untuk membelenggu orang-orang yang memancarkan sinyal kontra revolusi. Sinyal tersebut antara lain berupa gagasan dan ide yang diutarakan dalam sebuah diskusi harian di Karnak Kafe.

Karnak merupakan sebuah nama Kafe yang terletak di ujung jalan raya kota Kairo. Kafe ini merupakan tempat favorit NM dan teman-temannya baik dari kalangan muda, mahasiswa maupun dari generasi tua, untuk berdiskusi dan menyampaikan gagasan-gagasannya perihal kondisi Mesir terkini. Setiap hari, kafe tersebut dipadati oleh pengunjung, namun tiba-tiba keadaan kafe menjadi sepi. Hal ini menjadi pertanyaan besar bagi Qurunfula -pemilik kafe-, ada apa

(6)

6 dibalik semua ini?. Setelah di telusuri ternyata ada penangkapan besar-besaran yang dilakukan polisi Mesir terhadap aktivis yang diduga kontra revolusi.

Struktur-stuktur yang dibangun dalam novel al-Karnak ini juga menceritakan perihal keadaan struktur sosial masyarakat yang meliputi, politik, pendidikan, sosio-budaya, dan status masyarakat. Struktur masyarakat Mesir merupakan fakta kemunusiaan yang sangat berarti dalam novel tersebut. Dalam strukturalisme genetik, menganggap bahwa semua fakta kemanusiaan merupakan suatu struktur yang berarti.

Struktur novel al-Karnak juga menceritakan tentang struktur pemerintahan pada saat itu. Diantaranya adalah sikap otoriter yang diperlihatkan penguasa kepada rakyatnya, misalnya adalah penangkapan terhadap aktivis Karnak Kafe yaitu, Ismail, Zainab, dan Hilmi Amada dengan sewenang-wenang yaitu tidak melalui standar operasional prosedur yang jelas dan tanpa adanya surat perintah penangkapan dari otoritas kepolisian. Kemudian, mereka dipenjara tanpa melalui siding di Pengadilan. Hal ini menunjukan bahwa pemerintah sangat arogan dan tidak mengedepankan praduga tak bersalah.

Dalam penelitian ini untuk menganalisis struktur dan pandangan dunia dalam novel al-Karnak r d penulis menggunakan teori strukturalisme genetik Lucien Goldman. Dalam strukturalisme genetik Goldmann mensyaratkan untuk menganalisis karya sastra yang besar, bahkan suprakarya. Karya sastra yang besar merupakan produk strukturalisasi dari subjek kolektif

(7)

7 (Faruk, 2012:71). Karya sastra yang besar juga merupakan hasil aktivitas yang objeknya sekaligus alam semesta dan kelompok manusia, artinya adalah karya sastra yang besar berbicara tentang alam semesta dan hukum-hukumnya dan persoalan-persoalan yang tumbuh darinya (Goldmann dalam Faruk, 2012:63). Hal yang sama diungkapkan oleh Damono (2009:58-59) bahwa pendekatan sosiologis yang shahih hanya bisa dilaksanakan terhadap karya sastra besar. Sehingga karya sastra itu memiliki ciri kepaduan internal yang menyebabkannya mampu mengekspresikan kondisi manusia yang universal dan dasar. Pengarang picisan hanya mencerminkan periode historis, dan karyanya hanya memiliki nilai dokumenter. Tetapi sastra besar menggarap masalah besar pula, dan ia mampu mencapai inner coherence „ u u ‟; r u r - pujangga besar- yang mampu mengidentifikasikan dirinya dengan kecenderungan-kecenderungan sosial yang penting pada zamannya sehingga ia bisa mencapai ekspresi yang padu tentang kenyataan.

Kebesaran karya sastra menjadi syarat pertama dalam penelitian dengan pendekatan strukturalisme genetik Goldmann, sedangkan syarat yang kedua yaitu karya sastra tersebut merupakan produk sastra masa lampau.

Berpijak dari penjelasan diatas dapat diuraikan bahwa peneliti akan secara bebas bisa memasuki wilayah kehidupan, ruang-ruang kosong yang disajikan oleh pengarangnya hanya dapat dilakukan pada karya sastra yang besar. Sebaliknya, Peneliti hanya menemukan unsur-unsur yang terbatas baik kualitas maupun

(8)

8 kuantitasnya yang menyebabkan peneliti tidak mungkin dapat menyajikan masalah-masalah kehidupan secara maksimal apabila karya sastranya tidak bermutu. Oleh karena itu, koherensi suatu pandangan dunia tertentu hanya dapat dipahami dalam karya yang besar.

Novel al-Karnak merupakan salah satu novel terbesar yang diciptakan oleh Najib. Novel ini diterbitkan pertama kali pada tahun 1974 dan setahun berikutnya yaitu pada tahun 1975, novel tersebut dijadikan sebuah film dengan judul yang sama yaitu al-Karnak F r u r u r „A r Su‟ Hu r r r r I berperan sebagai Zainab Diyab 20 0 Su‟ Hu i meninggal di London dengan keadaan yang tragis. Novel al-Karnak telah diterjemahkan ke berbagai bahasa Dunia yaitu Inggris, Perancis, Jerman, Itali dan Indonesia. Awal mula teks novel al-Karnak di terjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Roger Allen1 pada tahun 2007. Kemudian diterjemahkan dalam bahasa Itali, dan diterbitkan oleh penerbit Newton Compton pada tahun 2008 di Roma. Pada November 2010 novel tersebut di terbitkan dalam bahasa Jerman oleh penerbit Union Publishing dengan penerjemah Doris Kilias. Pada bulan November 2010, novel al-Karnak juga di terbitkan dalam bahasa Prancis dengan penerjemah France Meyer. Sedangkan pada

1

Roger Allen (Dr. Roger Michael Ashley Allen) adalah seorang Profesor bahasa dan sastra Arab di Universitas Pennsylvania di Philadelphia. Allen menjabat sebagai Profesor bahasa Arab dan sastra banding di Department of Near Eastern Languages & Civilizations selama 43 tahun dan pada tahun 2005-11 ia menjabat sebagai kepala departemen tersebut. Pada tahun 2008 ia terpilih sebagai Presiden Middle East Studies Association of North America (MESA). dan menjabat sebagai presiden asosiasi pada tahun 2009-2010. Sumber : http://philae.sas.upenn.edu/~rallen/.

(9)

9

edisi bahasa Indonesia novel al-Karnak di terjemahkan oleh Happy Susanto dan di terbitkan oleh Pustaka Alvabet Jakarta pada Februari 2008.

Goldmann menyebutkan bahwa karya sastra merupakan sebuah struktur. Akan tetapi, struktur itu, bukanlah sesuatu yang statis, melainkan merupakan produk dari proses sejarah yang berlangsung, proses strukturasi dan destrukturasi yang hidup dan dihayati oleh masyarakat karya sastra yang bersangkutan. Terdapat enam konsep dasar yang membangun teori strukturalisme genetik, yaitu fakta kemanusiaan, subjek kolektif, strukturasi, pandangan dunia, pemahaman dan penjelasan (Faruk, 2012:56).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang dikemukakan pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah adalah sebagai berikut.

a. Bagaimana struktur novel al-Karnak berhomologi dengan struktur sosial? b. Bagaimana pandangan dunia dalam novel al-Karnak?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah pertama, untuk mengetahui struktur novel al-Karnak. Kedua, untuk mengetahui pandangan dunia yang terdapat dalam novel al-Karnak karya .

(10)

10 1.4 Tinjauan Pustaka

Dewasa ini penelitian mengenai strukturalisme genetik Lucien Goldmann sudah mulai banyak dilakukan baik dalam bentuk artikel, buku, skripsi, tesis maupun disertasi. Penelitan tentang novel al-Karnak karya pernah dilakukan oleh Hamdan (2003) dalam skripsinya berjudul “ il Berbentuk Mufrad dalam - ”

Ia menyimpulkan bahwa berbentuk mufrad terutama dari u addi memiliki penggunaan yang berkaitan dengan waktu. Kemudian dalam Novel - berbentuk mufrad yang ber- memiliki makna u (Present), dan yang di- -kan memiliki makna (Past), sedangkan yang ber-al memiliki makna .

A A u r (2008) u u “Penokohan dan Latar Al- Karnak ( )”. Penelitian tersebut dalam bentuk artikel dengan menyimpulkan bahwa penokohan dalam novel al-Karnak menggunakan metode analitik, yaitu peran pengarang digantikan oleh tokoh “A u” r r T u a digambarkan memiliki watak bulat (round character) sedangkan tokoh bawahan dilukiskan mempunyai watak datar (flat character). Adapun latar tempat yaitu di Mesir, sedangkan waktunya yaitu setelah revolusi Juli, dan lingkungan sekitar masa revolusi diliputi suasana yang lebih di dominasi kesedihan. Sementara tata cara kehidupannya adalah kehidupan yang liberal sekular.

(11)

11 S L Z r (20 2) r u u “Pencerita dan Teknik Penceritaan dalam N ” J r : Universitas Indonesia. Zahra mengatakan bahwa ada hubungan antara pencerita dengan pengarang. Pengarang seperti merefleksikan dirinya dalam cerita tersebut r u “A u” i pemandangan dan adegan yang terjadi dan menceritakan pengalaman-pengalaman hidupnya menjadi seorang pengunjung kemudian menceritakan ulang untuk para pembaca agar lebih menarik dan mudah dipahami. Kemudian teknik penceritaan tokoh Qurunfula, Zainab, dan Khalid Safwan diceritakan dengan cara tidak langsung atau dramatik. Penceritaan tokoh Ismail al-Syeikh dengan cara langsung dari tokohnya atau analitik. Kemudian teknik selanjutnya yang juga cukup banyak digunakan pengarang adalah teknik asosiasi, terlihat dari penceritaan empat tokoh utama yang banyak menggunakan tautan-tautan tertentu untuk menghubungkan kisah satu dengan lainnya.

u A Sur ( 0) r u u “Al-Karnak L ” Yogyakarta: Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah

Mada. Dalam skripsi tersebut Muhammad Surya Aji menyimpulkan bahwa novel al-karnak menceritakan kehidupan politik Mesir pasca revolusi yang dibalut dengan problematika cinta. Penokohan dalam novel al-Karnak menggunakan metode analitik yaitu r r “A u”

(12)

12 narator. Latar yang mendukung hidupnya cerita meliputi tempat yaitu di Mesir, waktu yaitu setelah revolusi Juli 1952.

Pada penelitian ini, berbeda dengan penelitian-penelitian di atas yaitu penulis akan meneliti tentang struktur karya sastra dan struktur masyarakat melalui pandangan dunia yang tumbuh dan berkembang sehingga ditemukan homolog antara kedua struktur tersebut.

1.5 Landasan Teori Struktur Karya Sastra

Goldmann menyebutkan bahwa karya sastra merupakan sebuah struktur. Akan tetapi, struktur itu, bukanlah sesuatu yang statis, melainkan merupakan produk dari proses sejarah yang berlangsung, proses strukturasi dan destrukturasi yang hidup dan dihayati oleh masyarakat karya sastra yang bersangkutan (Faruk, 2012:56).

Strukturalisme genetik atau disebut dengan strukturalisme historis merupakan pendekatan yang menganggap teks yang dianalisis itu khas dari segi historis dan beranggapan bahwa teks sastra dapat dianalisis dari struktur maupun dari segi eksternalnya seperti lingkungan sosial, ekonomi, dan politik yang menghasilkannya. Sehingga ia menempatkan karya sastra sebagai suatu sistem makna yang berlapis-lapis yang merupakan suatu totalitas yang tidak dapat dipisah-pisahkan dan mempunyai hubungan yang erat dengan faktor-faktor

(13)

13 eksternal, tetapi tidak sepenuhnya di bawah pengaruh faktor-faktor tersebut (Damono, 2009:55).

Secara definitif strukturalisme genetik adalah analisis struktur dengan memberikan perhatian terhadap asal-usul karya. Secara ringkas berarti bahwa strukturalisme genetik sekaligus memberikan perhatian terhadapan analistik intrinsik dan ekstrinsik. Menurut Godlmann terdapat enam konsep dasar yang membangun teori strukturalisme genetik, yaitu fakta kemanusiaan, subjek kolektif, strukturasi, pandangan dunia, pemahaman dan penjelasan. Keenam konsep tersebut jadi nilai lebih dan tidak dimiliki oleh teori sosiologi sastra yang lain (Faruk, 2012:56).

Pandangan Dunia

Pandangan dunia bagi strukturalisme genetik bukanlah hanya seperangkat gagasan abstrak dan suatu kelas atau kasta tentang kehidupan umat manusia serta dunia dimana manusia itu berpijak, berada serta berdiam, melainkan juga merupakan sebuah cara atau gaya serta kebiasaan hidup yang dapat menyatukan anggota suatu kelas dengan anggota yang lainnya dalam kelas atau kasta yang sama dan membedakan dari anggota masyarakat yang lain (Goldman; 1977: 66).

Pandangan dunia menurut Goldmann bukanlah sebuah fakta empiris yang langsung, tetapi lebih merupakan struktur gagasan, aspirasi, ide-ide, gagasan, perasaan, pikiran, yang dapat dipertentangkan dengan kelompok sosial yang lainnya

(14)

14 (1977: 44). Dengan demikian, pandangan dunia merupakan perwakilan dari gagasan serta ide juga pikiran dari pandangan dunia pengarang yang menciptakannya. Ide dan pikiran serta gagasannya tersebut dapat dituangkan dalam bentuk karya sastra tentang keadaan dunia yang dilihatnya, lingkungan, masyarakat, dan budayanya. Hal tersebut melahirkan sebuah padangan individual dari kesadaran individual pengarang tentang dunianya dalam bentuk abstraksi untuk tujuan tertentu, bahkan untuk kelas sosial tertentu.

Damono mengatakan bahwa pandangan dunia dapat diartikan suatu struktur global yang bermakna, suatu pemahaman total terhadap dunia yang mencoba menangkap maknanya dengan segala kerumitan dan keutuhannya. Pandangan dunia sebagai suatu bentuk kesadaran kelompok kolektif yang menyatukan individu-individu menjadi suatu kelompok yang memiliki identitas kolektif. Pandangan dunia bukan hanya merupakan ekspresi kelompok sosial, tetapi juga kelas sosial. Seorang pengarang adalah anggota kelas sosial, sebab lewat suatu kelaslah ia berhubungan dengan perubahan sosial dan politik yang besar (Damono, 2009:57-58).

Pertentangan (oposisi) yang dihadirkan dalam novel al karnak ini adalah oposisi biner (binary oposisition) atau oposisi berpasangan yang juga dicetuskan oleh Lotman. Lotman (dalam Faruk, 2002:27) mengatakan bahwa dalam teks narrative terdapat pertentanagn/oposisi berpasangan yang ditemukan. Oposisi dalam al karnak yang akan dijumpai, misalnya kaya dan miskin.

(15)

15 Goldman mengemukakan dua pendapat mengenai karya sastra pada umumnya. Pertama, bahwa karya sastra adalah sebuah ekspresi pandangan dunia secara imajiner. Kedua, bahwa dalam usahanya mengekspresikan pandangan dunia itu pengarang menciptakan semesta tokoh-tokoh, obyek-obyek, relasi-relasi secara imajiner (1977: 62).

Subjek Transindividual

Menurut Faruk, subjek transindividual adalah subjek yang mengatasi individu, yang di dalamnya individu hanya merupakan bagian. Subjek transindividual bukanlah kumpulan individu-individu yang berdiri sendiri, melainkan merupakan satu kesatuan, satu kolektivitas. Meskipun demikian, subjek transindividual merupakan konsep yang masih kabur. Subjek transindividual itu dapat kelompok kekerabatan, kelompok sekerja, kelompok teritorial, dan sebagainya. Goldmann menspesifikasikannya sebagai kelas sosial dalam pengertian Marxis sebab baginya kelompok itulah yang terbukti dalam sejarah sebagai keompok yang telah menciptakan suatu pandangan yang lengkap dan menyeluruh mengenai kehidupan dan yang telah mempengaruhi perkembangan sejarah umat manusia. Dalam strukturalisme genetik, subjek transindividual merupakan energi untuk membangun pandangan dunia (Faruk, 2012: 63).

(16)

16 Goldmann menyatakan bahwa dalam suatu karya diperlukan adanya pemahaman. Menurutnya, pemahaman adalah suatu usaha untuk mendeskripsikan atau menggambarkan struktur objek yang dipelajari, sedangkan penjelasan adalah usaha menggabungkan kedalam sebuah struktur yang lebih besar. Dengan kata lain, pemahaman adalah usaha untuk mengerti identitas bagian, sedangkan penjelasan adalah usaha untuk mengerti makna bagian itu dengan menempatkannya ke dalam bentuk keseluruhan yang lebih besar (dalam Faruk, 2012: 78-79).

Novel al-Karnak merupakan karya sastra fiksi, dimana NM menghadirkan Ismail sebagai tokoh utama sekaligus seorang hero problematik. Goldmann mengatakan bahwa novel sebagai cerita mengenai pencarian yang terdegradasi akan nilai-nilai yang otentik dalam dunia yang juga terdegradasi. Pencarian itu dilakukan oleh seorang hero yang problematik. Sedangkan nilai-nilai otentik adalah totalitas yang secara tersirat muncul dalam novel, nilai-nilai yang mengorganisasi sesuai dengan mode dunia sebagai totalitas, dengan pengertian tersebut, nilai-nilai otentik itu hanya dapat dilihat dari kecenderungan terdegradasinya dunia dan problematikannya sang hero. Karena itu, nilai-nilai tersebut hanya ada dalam kesadaran penulis atau novelis dengan bentuk yang konseptual dan abstrak (Faruk, 2012:73-74).

(17)

17 1.6 Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan strukturalisme genetik Goldmann. Padangan dunia (world vision) merupakan salah satu fokus dalam analisis strukturalisme genetik. Memalui pandangan dunia dapat dijelaskan hubungan antara struktur karya sastra dengan sosio-budaya tempat karya tersebut di ciptakan. Oleh karena itu, hal ini tidak terlepas dari pencipta karya sastra. Dalam penelitian sastra dengan pendekatan strukturalisme genetik ketiga elemen tersebut tidak dapat berdiri sendiri tetapi harus saling berkaitan dan berhubungan.

Untuk menemukan ketiga elemen di atas, peneliti menggunakan metode dialektik yang dikembangkan oleh Goldmann dalam strukturalisme genetik. Metode dialektik merupakan metode yang dikembangkan Goldmann dalam analisis strukturalisme genetik. Menurut Faruk metode dialektik adalah metode yang titik awal dan titik akhrinya terletak pada teks sastra dengan menaruh perhatian pada makna yang koheren (1988:103).

Metode dialektik yang dikembangkan Goldmann ini, menurutnya berbeda dengan metode positivistik, intuistik, dan biologis yang bersifat psikologis. Metode dialektih jika dilihat dari cara kerjanya sama dengan metode positivistik, yang dimulai dan diakhiri pada teks pula, tetapi metode dialektik ini menawarkan peneliti untuk memahami teks secara koheren pada pemaknaan. Sementara itu, metode potitivistik tidak melakukannya (Goldmann. 1977:8).

(18)

18 Sudut pandang dialektik mengukuhkan perihal tidak pernah adanya titik awal yang secara mutlak valid, tidak adanya persoalan yang secara final dan pasti terpecahkan. Oleh karena itu, dalam sudut pandang tersebut pikiran tidak pernah bergerak seperti garis lurus. Setiap fakta atau gagasan individual mempunyai arti hanya jika ditempatkan dalam keseluruhan. Sebaliknya, keseluruhan hanya dapat dipahami dengan pengetahuan yang bertambah mengenai fakta-fakta parsial atau yang tidak menyeluruh yang membangun keseluruhan itu (Goldmann. 1977:5).

Dialektika pemahaman dan penjelasan adalah sepasang konsep yang merupakan bagian dari cara kerja metode dialektika. Pemahaman adalah usaha mendiskripsikan struktur objek yang dipelajari, sedangkan penjelasan adalah usaha penemuan makna struktur itu dengan menggabungkannya ke dalam struktur yang lebih besar (Faruk, 1988:106). Maka, setelah menemukan unit analisis dari novel al-Karnak akan didiskripsikan struktur objek tersebut secara pemahaman, dan kemudian menjelaskan unit analisis tersebut untuk menemukan makna dengan menggabungkannya ked ala struktur yang lebih besar dari sekedar unit analisis

Menurut Goldmann (dalam Faruk. 1988:107), teknik pelaksanaan metode dialektik yang melingkar serupa itu berlangsung sebagai berikut. Pertama, peneliti

membangun sebuah model yang dianggapnya memberikan tingkat probalititas tertentu atas dasar bagian. Kedua, ia melakukan pengecekan terhadap model itu

(19)

19 dengan membandingkannya dengan keseluruhan dengan cara menentukan (1) Sejauh mana setiap unit yang dianalisis tergabungkan dalam hipotesis menyeluruh, (2) daftar elemen-elemen dan hubungan-hubungan baru yang tidak diperlengkapi dalam model semula, (3) frekuensi elemen-elemen dan hubungan-hubungan yang diperlengkapinya dalam model yang sudak dicek tersebut.

1.6.1 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini, yaitu dengan cara mengumpulkan unit data analisis dari struktur novel al-Karnak sebagai data primer untuk melihat relasi-relasi dalam karya sastra. Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini dengan melihat kondisi eksternal kemudian akan diperoleh data tentang pandangan sosial kelompok untuk menghasilkan abstraksi pandangan dunia.

1.6.2 Metode Analisis Data

Selanjutnya, secara metode analisis data yang ditempuh dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Menentukan struktur intrinsik karya sastra.

2. Menentukan oposisi biner dari hubungan antar tokoh dengan objek dan lingkungan.

(20)

20 4. Menghubungkan data struktur karya sastra dengan kondidi eksternal karya sastra, yaitu hubungan antar struktur karya sastra dengan struktur sosial budaya dan kesejarahan, kemudian dihubungkan dengan mental yang berhubungan dengan pandangan dunia pengarang melalui konsep homolog antara struktur karya sastra dan struktur masyarakat.

5. Penarikan kesimpulan.

1.6.3 Sistematika Penyajian

Penulisan laporan penelitian terhadap novel al-Karnak karya disusun dengan menggunakan sistematika sebagai berikut.

Bab I berupa pengantar yang tediri atas latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penyajian.

Bab II Struktur novel al-Karnak dan struktur sosial.

Bab III Padangan dunia dalam novel al-Karnak karya . Bab IV Merupakan penutup yang berisi kesimpulan.

Referensi

Dokumen terkait

Karena derajat disosiasi asam lemah kecil, maka berdasarkan persamaan kimia dari reaksi ionisasi asam lemah tersebut diketahui bahwa konsentrasi ion hidrogen sama dengan

UPTD PUSKESMAS PANUMBANGAN UPTD PUSKESMAS

Kami telah melaksanakan prosedur yang diuraikan berikut ini, yang telah disepakati oleh Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Madina sesuai dengan Prosedur Audit atas Laporan Dana

Dikarenakan ada data yang tidak berdistribusi normal, maka digunakan uji korelasi statistik non parameterik yaitu Korelasi Spearman untuk mengetahui apakah

Buku Murung Raya Dalam Angka Tahun 2015 merupakan publikasi yang memuat informasi daerah yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Murung Raya bekerja

Evaluasi dalam model DDD-E dilakukan pada setiap tahap pengembangan. Tidak hanya pada produk akhir, evaluasi dilakukan mulai tahap decide, design dan develop. Pada tahap decide

(3) Kepala Biro Umum melakukan pembayaran Program Insentif kepada unit kerja, setelah menerima penetapan penerima Program Insentif sebagaimana dimaksud pada ayat