• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH CITRA TOKO TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN HYPERMARKET CARREFOUR ITC SURABAYA MEGA GROSIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PENGARUH CITRA TOKO TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN HYPERMARKET CARREFOUR ITC SURABAYA MEGA GROSIR"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH CITRA TOKO TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN HYPERMARKET CARREFOUR ITC

SURABAYA MEGA GROSIR Sri Wahjuni Astuti dan Freddy Setiawan

Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga dan Alumni Program MagM Universitas Airlangga

ABSTRAK

Pusat perbelanjaan mulai menjamur di kota Surabaya dan kota besar lain di Indonesia. Bersamaan dengan hal tersebut, perilaku belanja konsumen juga mengalami pergeseran; yang semula berbelanja kebutuhan terencana dengan waktu seefisien mungkin, sekarang berbelanja adalah suatu kesenangan, mencari hiburan dan perilaku belanja tanpa rencana (unplanned behavior). Makin maraknya persaingan toko dan pusat perbelanjaan serta makin banyak konsumen menikmati tempat perbelanjaan sebagai tempat belanja yang nyaman, setiap tempat perbelanjaan mendapatkan citranya masing-masing. Citra positif yang makin melekat pada suatu toko dan disetujui oleh pelanggannya, akan membuat pelanggan makin loyal dengan positive word-of-mouth dan citra positif makin menyebar.

Kata-kata kunci : citra toko, loyalitas pelanggan.

1. PENDAHULUAN

Sekarang ini telah terjadi perubahan cara pandang konsumen terhadap bisnis ritel. Bisnis ritel yang semula dipandang sebagai penyedia barang dan jasa, telah bergeser fungsinya dan dianggap sebagai tempat rekreasi dan bermasyarakat. Di sisi lain bisnis ritel yang semula hanya dikelola secara tradisional berubah menjadi bisnis yang semakin inovatif, dinamis,  dan  kompetitif.  Para  pebisnis  ritel  mencoba  memberikan  kemudahan  bagi konsumen untuk mendapatkan barang kebutuhan sehari-hari dengan waktu yang singkat dan  cepat.  Kotler  et al.  (2006:  524)  mengatakan  bahwa  perdagangan  eceran  adalah semua aktivitas yang dilakukan untuk menjual barang atau jasa secara langsung kepada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi, dan bukan untuk bisnis. Beberapa tipe bisnis ritel  adalah:  specialty store  (toko  khusus);  department store  (toko  serba  ada); supermarket (pasar swalayan); convenience store (toko yang menjual kebutuhan sehari-hari); discount store (toko diskon); off-price retailer (pengecer murah) yang terdiri dari factory outlet  (outlet  pabrik),  independent off-price retailers (pengecer  independen dengan  harga  murah),  dan  warehouse clubs  (klub  gudang/klub  pedagang  besar); superstore (toko swalayan super) yang terdiri dari combination stores (toko kombinasi) dan hypermarkets; catalog showroom (ruang pamer katalog). Salah satu tipe usaha ritel yang saat ini berkembang di Indonesia adalah hypermarket.  Hypermarket adalah toko

(2)

yang  sangat  besar  dengan  luas  antara  80.000  dan  200.000  kaki  persegi,  merupakan kombinasi pasar swalayan, toko diskon, dan pengecer gudang (Kotler, 2003: 536). Produk yang  dijual  meliputi  produk  makanan  dan  kebutuhan  sehari-hari,  mebel,  peralatan, pakaian, dan barang lainnya. Hypermarket mengutamakan display barang dalam jumlah dan  variasi dengan penanganan  minimum oleh personel toko.

Peter  dan  Olson  (2002:  485)  menyatakan  citra  toko  sebagai  apa  yang  dipikirkan, dipersepsi  dan  disikapi  oleh  konsumen  atas  suatu  toko.  Citra  toko  didasarkan  pada pengalaman konsumen saat mengunjungi toko. Reardon et al. (1995) mengatakan bahwa citra toko merupakan strategic tool yang bisa digunakan dalam iklim persaingan bisnis ritel yang sangat ketat. Steenkamp dan Wedel dalam Reardon et al. (1995) mengatakan bahwa citra  toko merupakan  salah satu dari aset berharga yang dimiliki oleh retailer. Sementara itu bagi konsumen, citra toko merupakan salah satu elemen yang digunakan untuk  menentukan  seberapa  sesuai  “kepribadian”  mereka  dengan  toko  tertentu. Martineau dalam Chang dan Tu (2005) menyatakan bahwa “kepribadian toko atau citra toko”  merupakan  kekuatan  yang  mampu  mempengaruhi  pengambilan  keputusan pelanggan. Citra toko yang dimaksud tidak hanya pada kualitas fungsional saja, tetapi juga pada atribut psikologis. Lindquist dalam Chang dan Tu (2005) menyatakan bahwa kualitas fungsional meliputi banyaknya pilihan barang dagangan yang disajikan, rentang harga, cara pembayaran dan penataan barang dagangannya. Citra mempengaruhi perilaku berbelanja  dan  pilihan  toko  untuk  berbelanja.  Citra  toko  mempengaruhi  loyalitas konsumen pada suatu toko. Chang dan Tu (2005)  menyatakan bahwa citra toko bagi suatu ritel   hypermarket terinci dalam 4 unsur terpadu, yaitu: fasilitas, layanan toko, aktivitas toko, dan kemudahan.

Salah satu jaringan hypermarket terkenal yang ada di kota Surabaya adalah Carrefour. Carrefour  merupakan  suatu  jaringan  hypermarket  yang  bertaraf  internasional  dan berpusat di Perancis. Salah satu cabang dari jaringan hypermarket Carrefour di Surabaya adalah Carrefour ITC Surabaya Mega Grosir.

Dalam  rangka  membangun loyalitas  pelanggan  perlu  bagi manajemen  Carrefour  ITC Mega Grosir Surabaya mengetahui dan membuktikan bahwa citra toko memang menjadi alat strategis untuk membangun loyalitas pelanggan.

1.1. Rumusan Masalah

Berdasarkan  latar  belakang  yang  dikemukakan  di  atas,  masalah  penelitian    dapat dirumuskan sebagai berikut : Apakah citra toko berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan Carrefour ITC Surabaya Mega Grosir?

1.2. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan membuktikan pengaruh citra toko terhadap loyalitas pelanggan Carrefour ITC Surabaya Mega Grosir.

(3)

2. TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Perdagangan Eceran (Retailing)

Kotler dan Keller (2006: 466) mengatakan bahwa perdagangan eceran (retailing) adalah aktivitas  menjual  barang  atau  jasa  secara  langsung  kepada  konsumen  akhir  untuk penggunaan  pribadi, dan bukan  untuk bisnis. Tipe retailer meliputi  :   Specialty store (toko  khusus),  Department store  (toko  serba  ada),  Supermarket  (pasar  swalayan), Convenience store  (toko  barang  sehari-hari),  Discount store  (toko  diskon),  Off-price retailer (pengecer murah), terdiri dari  factory outlets (outlet pabrik), independent off-price retailers  (pengecer  murah  independen),  dan  warehouse clubs  (klub  gudang), Catalog showroom  (ruang  pamer  katalog),  Superstore, combination store, dan hypermarket. Hypermarket adalah toko dengan ukuran yang luas, menggabungkan pasar swalayan, toko diskon, dan pengecer gudang. Selain menjual produk makanan, toko ini juga menjual meubel, peralatan rumah tangga, pakaian, produk elektronik, dan produk-produk lainnya.

Tugas utama peritel (retailer) adalah penyajian nilai (value delivery) kepada pengguna akhir.  Peritel  bertugas  melakukan  kontak  langsung  dengan  pelanggan.  Mereka  ini memainkan  peran  kritis  di  garis  paling  depan,  ujung  jembatan  untuk  sampai  pada penggunanya.  Oleh  karena  itu  kemampuan  dan  kompetensi  mereka  ikut  menentukan suksesnya bisnis manufaktur dan wholesaling yang terkait. Atas  dasar fungsi penting tersebut, bagi bisnis retail abad 21, konsep paling tepat yang sudah seharusnya digunakan adalah Holistic marketing concept (Kotler et al., 2006: 18). Dasar berpikir konsep ini, masih menganggap penting untuk mendengarkan “suara konsumen”, tanpa mengabaikan masalah etika berbisnis dan pelayanan kepada pelanggan, serta bermitra dalam bentuk jejaring (networks) dan menjalin ikatan (hubungan) jangka panjang dengan pelanggan dan mitra bisnis.

Sarana (alat) pemasaran terpadu yang digunakan pada perusahaan ritel disebut dengan retailing mix. Retailing mix ini meliputi location and physical facilities, merchandising, pricing, promotion, services, dan organizational personnel.

2.2. Citra Toko

Kotler  (1997:  607)  menyatakan  bahwa  definisi  citra  adalah  seperangkat  keyakinan, ide,  dan  kesan yang  dimiliki  oleh  seseorang  terhadap  suatu obyek.  Sedangkan Assael (1998: 233) mengatakan bahwa citra adalah semua persepsi atas objek yang dibentuk oleh konsumen dengan cara memproses informasi dari berbagai sumber sepanjang waktu. Zimmer dan  Golden (1988) mengatakan bahwa sebagian besar dari definisi citra toko yang  telah  disebutkan  di  atas    didasarkan  pada  persepsi  konsumen  atas  karakteristik toko.

Martineau dalam Chang dan Tu (2005) mengaplikasikan ide mengenai citra ke dalam bidang  perdagangan  eceran.  Citra  toko  menggambarkan  kepribadian  toko,    sebagai

(4)

kekuatan  yang  mampu  mempengaruhi  pengambilan  keputusan  pelanggan.  Konsumen menilai citra toko tidak hanya berdasarkan kualitas fungsional saja, tetapi juga didasarkan pada atribut psikologis/kejiwaan yang dicerminkan oleh toko tersebut. Lindquist dalam Chang dan Tu (2005: 198) menyatakan kualitas fungsional  meliputi pilihan komoditi/ barang dagangan, cakupan harga, kebijakan kredit, dan layout/penataan barang. Atribut psikologis/kejiwaan  meliputi  rasa  memiliki,  keramahan,  atau  perasaan  yang  gembira yang ditimbulkannya bagi konsumen yang datang ke toko ritel tersebut.

Bloemer dan Ruyter (1998) mengatakan bahwa citra toko adalah kesan konsumen atas atribut  toko  yang  menonjol,  yang  dievaluasi  dan  dipertimbangkan  oleh  konsumen sebelum berbelanja di suatu toko. Peter dan Olson (2002: 485) menyatakan citra toko sebagai apa  yang dipikirkan dan dirasakan konsumen pada  suatu toko, yaitu persepsi dan sikap yang didasarkan pada pengalaman saat mengunjungi toko yang memberikan sensasi/rangsangan pada panca indera konsumen. Chang dan Tu (2005) menyusun suatu kerangka konseptual dan mengatakan bahwa citra toko pada hypermarket terdiri dari 4 dimensi, yaitu: fasilitas, layanan toko, aktivitas toko, dan kemudahan. Keempat dimensi tersebut secara bersama membangun sikap konsumen pada toko tersebut.

2.3. Loyalitas Pelanggan pada Toko

East dan Sinclair (2000: 286) menyatakan bahwa loyalitas pelanggan merupakan tujuan utama  yang  ingin  dicapai  pemasar  melalui  produk,  merek,  atau  pelayanan  mereka. Loyalitas  adalah  suatu  pola  pemilihan  yang  diamati  dalam  periode  tertentu  yang mengindikasikan bahwa konsumen memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi terhadap suatu  subyek.  Sejalan  dengan  pendapat  Sutisna  (2001:  41)  yang  menyatakan  bahwa loyalitas merupakan suatu sikap senang terhadap  suatu merek yang direpresentasikan dalam  pembelian  yang  konsisten  terhadap  merek  itu  sepanjang  waktu  serta  adanya positive word-of-mouth.

Jones dan Sasser dalam Chang dan Tu (2005) menyatakan bahwa loyalitas pelanggan adalah minat kunjungan ulang atau  berbelanja ulang oleh pelanggan atas produk atau jasa tertentu di masa yang akan  datang. Bowen  dan Shoemaker  dalam Chang dan Tu (2005) mengatakan bahwa loyalitas pelanggan toko merupakan kemungkinan kunjungan yang  dilakukan pelanggan  sekali  lagi dan  ingin  berpartisipasi  dalam perusahaan  atau toko  (sebagai  pelanggan  setia).  Loyalitas pelanggan  toko  merupakan  suatu  aset  yang tak ternilai harganya bagi toko tersebut. Pelanggan yang loyal akan memberikan margin keuntungan  yang  lebih  baik  ke  toko.  Pada  kenyataannya,  program  untuk  membuat pelanggan  menjadi  loyal  biayanya  lebih  murah  dibandingkan  dengan  membidik pelanggan baru yang biasanya menuntut keberadaan promosi yang agresif dengan biaya yang  pasti  mahal.  Oleh  karena  itu,  memiliki  pelanggan  yang  loyal  menjadi  prioritas dan strategi terdepan para pemasar. Loyalitas yang dimaksud bukan sekedar melakukan kunjungan  berulang/berbelanja ulang,  namun juga  melakukan referal  (mereferensikan ke  orang  lain),  memberitahukan  pada  orang  lain  tentang  hal-hal  positif  yang  dimiliki

(5)

toko tersebut (positive word-of-mouth) dan menjadi advokator bagi hypermarket yang dikunjunginya.

2.4. Keterkaitan Citra Toko dan Loyalitas

Reardon  et al.  (1995)  mengatakan  bahwa  citra  toko  merupakan  strategic tool  yang digunakan ketika iklim persaingan bisnis ritel sangat ketat. Steenkamp dan Wedel dalam Reardon  et al.  (1995)  mengatakan  bahwa  citra  toko  merupakan  salah  satu  dari  aset berharga yang dimiliki oleh retailer. Citra merupakan salah satu dasar yang digunakan oleh  konsumen  untuk  menentukan  seberapa  cocok  (sesuai)  kepribadian  mereka (konsumen) dengan citra toko tertentu. Citra mempengaruhi perilaku belanja dan pilihan toko  yang akan  dipilih  sebagai tempat  belanja. Dengan  kata  lain citra  mempengaruhi loyalitas konsumen  pada toko tertentu.

Garton (1995) mengatakan bahwa loyalitas pelanggan diupayakan melalui kesesuaian antara citra diri mereka dengan citra yang ingin ditampilkan oleh hypermarket. Bloemer dan Ruyter dalam Mo Koo (2003) mengatakan bahwa citra toko dapat mempengaruhi loyalitas  pelanggan.  Citra  toko  dihasilkan  (disimpulkan)  dari  penilaian  sekelompok konsumen,  sehingga  citra  toko  merupakan  nilai  dari  suatu  toko  dari  hasil  evaluasi kelompok.

2.5. Hipotesis

Citra  toko  berpengaruh  terhadap  loyalitas  pelanggan  Carrefour  ITC  Surabaya  Mega Grosir.

2.6. Model Analisis

(6)

Model analisis dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar model di atas,  yaitu citra sebagai toko dengan produk lengkap, dengan harga murah, toko yang bersih dan terang, toko  dengan  pelayanan  yang  baik,  toko  yang  melakukan  beragam  promosi  dan  toko yang memberikan kemudahan  untuk menemukan  barang yang ingin dibeli.

3. METODE PENELITIAN

Penelitian  ini  menggunakan  pendekatan  penelitian  kuantitatif,  explanatif,  dengan melakukan  pengujian  hipotesis.  Penelitian  eksploratif  dilakukan  sebagai  langkah penelitian  pendahuluan,  untuk  mendapatkan  informasi  dari  lapangan  tentang  elemen citra toko pada hypermarket Carrefour ITC Mega Grosir Surabaya. Hasil dari penelitian ini kemudian dijadikan dasar untuk melakukan penelitian konklusif, yaitu menjelaskan hubungan  antar  variabel  yang  diteliti.  Penelitian  ini  dilakukan  dalam  bentuk  survey, dengan data cross-section. 3.1. Identifikasi Variabel Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri : Variabel bebas dalam penelitian ini terdiri dari: X1 = Citra sebagai toko dengan produk lengkap X2 = Citra sebagai toko dengan harga murah X3 = Citra sebagai toko yang bersih dan terang X4 = Citra sebagai toko dengan pelayanan yang baik X5 = Citra sebagai toko yang melakukan beragam promosi X6 = Citra sebagai toko yang memberikan kemudahan Variabel tergantung  : loyalitas pembelanja  (Y).

3.2. Definisi Operasional Variabel Variabel bebas :

Citra  toko.  Citra  toko  yang  dimaksud  dalam  penelitian  ini  adalah  tingkat  kesetujuan pembelanja atas pencitraan Carrefour ITC Surabaya Mega Grosir yang diberikan oleh sekelompok  orang  atau  masyarakat  secara  umum  atau  citra  yang  berkembang  di masyarakat saat ini. Carrefour ITC Surabaya Mega Grosir dicitrakan sebagai : 1.1 Toko (hypermarket) dengan penyediaan produk yang lengkap, 1.2 Toko (hypermarket) dengan harga jual yang murah, 1.3 Toko (hypermarket) yang bersih dan terang, 1.4 Toko (hypermarket) yang memberikan pelayanan yang baik, 1.5 Toko (hypermarket) yang melakukan berbagai promosi yang beragam,

1.6 Toko  (hypermarket)  yang  memberikan  kemudahan  bagi  pelanggan  untuk menemukan  barang yang  ingin  dibelinya.

Variabel tergantung  :

Loyalitas pembelanja. Loyalitas pembelanja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah niat  (intention)  pembelanja  untuk  berperilaku  loyal,  yang  ditunjukkan  oleh  beberapa

(7)

kemungkinan tindakan yang akan dilakukan setelah berbelanja. Niat berperilaku loyal tersebut terdiri dari : (a) minat untuk berbelanja kembali pada waktu yang akan datang saat mereka membutuhkan produk dan merek yang disajikan pada toko (hypermarket) tersebut,  (b)  mengatakan  hal-hal  positif  pada  orang  lain,  dan  (c)  merekomendasikan pada orang lain untuk belanja di Carrefour ITC Surabaya Mega Grosir. Variabel loyalitas diukur  dengan  tingkat  kesetujuan  responden  atas  pernyataan  tentang  kemungkinan dilakukannya tiga tindakan di atas.

Semua variabel penelitian ini diukur dengan menggunakan skala Likert, dengan rentang skala  1  (sangat  tidak  setuju)  sampai  dengan  5  (sangat  setuju)  pada  pernyataan  yang disampaikan dalam daftar pertanyaan (kuisioner)  penelitian.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi  dalam  penelitian  ini  adalah  para  pembelanja  yang  sedang  berbelanja  di Carrefour ITC Surabaya Mega Grosir, dan mereka pernah mendengar citra hypermarket ini sebagai toko dengan enam karakter yang disebutkan di atas (pada identifikasi variabel bebas). Oleh karena populasi penelitian jumlahnya tidak terbatas, maka sampel penelitian diambil  dengan  menggunakan  teknik  pengambilan  sampel  non-random  yaitu  dengan teknik accidental sampling. Jumlah sampel sebanyak 200 orang pembelanja.

3.4. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer  diperoleh  melalui  pengumpulan  data  lapangan  dalam  bentuk  survey,  yang diperoleh  dari  jawaban  atau  respon  dari  responden  (sampel)  atas  kwisioner  yang disampaikan kepada mereka. Data sekunder berupa data dan informasi pendukung yang diperoleh dari perusahaan dan kepustakaan.

3.5. Teknik Analisis

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini meliputi dua tahap, yaitu pengujian alat  ukur  (sebelum  digunakan  untuk  mengumpulkan  data  survey),  dengan  melakukan uji reliabilitas dan validitas, dan uji hipotesis setelah dilakukan pengumpulan data dan pembersihan  data.

3.6. Validitas dan Reliabilitas Alat ukur

Uji validitas instrumen penelitian atau alat ukur data digunakan teknik korelasi product moment Pearson. Reliabilitas alat ukur dilihat dari nilai koefisien Alpha Cronbach. 3.7 Uji Hipotesis

Teknik analisis yang digunakan untuk uji hipotesis adalah teknik analisis regresi linear ganda. Model persamaannya dinyatakan sebagai berikut :

(8)

Y = bo + b1X1 + b2X2 + ... + b6X6 + ei

Dalam  penelitian  ini,  tingkat  signifikansi dilihat  dari  nilai  probabilitas  (nilai  p),

jika nilai p 

 0,05, dinyatakan pengaruhnya signifikan.

4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis

Berdasarkan jenis kelamin, responden dalam penelitian ini sebanyak 63,5%  responden perempuan dan  36,5% responden laki-laki,

Hasil Analisis Regresi Linear Berganda

Tabel 1

Ringkasan Hasil Analisis Regresi Linear Berganda

Berdasarkan  hasil  analisis  regresi  linear  ganda  yang  telah  dilakukan  dapat  diketahui bahwa koefisien korelasinya adalah R = 0,766. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada hubungan kausal antara variabel X1 sampai X6 dengan variabel Y. Namun, hal ini tidak cukup untuk menjelaskan bahwa X1 sampai X6 benar-benar berpengaruh terhadap Y  sehingga  perlu  dilakukan  pembuktian  tentang  signifikasi  hubungan  tersebut. Pembuktian  tentang  signifikasi  hubungan  ini  sekaligus  merupakan  pengujian  atas hipotesis  penelitian.

Berdasarkan hasil perhitungan seperti tampak pada Tabel di atas, F hitung yang diperoleh adalah  45,732  dengan  tingkat  signifikansi  0,000.  Dengan  demikian  dapat  dikatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel citra sebagai toko dengan produk lengkap (X1), citra sebagai toko dengan harga murah (X2), citra sebagai toko yang bersih dan terang (X3), citra sebagai toko dengan pelayanan yang baik (X4), citra sebagai toko

(Constant) Produk Lengkap (X1) Harga Murah (X2) Bersih dan Terang (X3) Pelayanan yang Baik (X4) Melakukan Beragam Promosi (X5) Memberikan Kemudahan (X6)   Multiple R R Square F Hitung Sig. N 0,766 0,587 45,732 0,000 200

B t Hitung Nilai p R  Partial -0,278 0,500 0,659 0,305 0,553 0,489 0,625 -0,389 3,737 5,041 1,858 3,464 3,698 4,541 0,698 0,000 0,000 0,065 0,001 0,000 0,000   0,260 0,341 0,133 0,242 0,257 0,311 Sumber: Data diolah

(9)

yang  melakukan  beragam  promosi  (X5)  dan  citra  sebagai  toko  yang  memberikan kemudahan (X6) secara bersama-sama terhadap variabel loyalitas pembelanja Carrefour ITC Surabaya Mega Grosir (Y). Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda yang dilakukan dengan bantuan program SPSS for Windows versi 13.0 diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: Y= -0,278 + 0,500X1 + 0,659X2 + 0,305X3 + 0,553X4 + 0,489X5 + 0,625X6 Keterangan  : Y = Loyalitas pembelanja Carrefour ITC Surabaya Mega Grosir a = Konstanta b = Koefisien regresi X1 = Citra sebagai toko dengan produk lengkap X2 = Citra sebagai toko dengan harga murah X3 = Citra sebagai toko yang bersih dan terang X4 = Citra sebagai toko dengan pelayanan yang baik X5 = Citra sebagai toko yang melakukan beragam promosi X6 = Citra sebagai toko yang memberikan kemudahan

Sesuai  dengan  persamaan  garis  regresi  yang  diperoleh,  maka  model  regresi  tersebut dapat diinterpretasikan sebagai berikut:

1. Nilai koefisien konstanta adalah negatif, yaitu -0,278. Hal ini berarti bahwa apabila nilai dari variabel citra = 0 atau dengan kata  lain Carrefour ITC Surabaya  Mega Grosir  tidak  mempunyai  citra,  maka  besarnya  variabel  loyalitas  pembelanja Carrefour ITC Surabaya Mega Grosir (Y) adalah sebesar -0,278 satuan nilai. 2. Nilai koefisien b1 = 0,500. Hal ini berarti bahwa apabila variabel citra sebagai toko

dengan produk  lengkap (X1) mengalami  peningkatan sebesar 1  satuan, sementara variabel  independen  lainnya  bersifat  tetap,  maka  loyalitas  pembelanja  Carrefour ITC  Surabaya  Mega  Grosir  (Y)  akan  meningkat  sebesar  0,500  satuan,  demikian pula sebaliknya.

3. Nilai koefisien b2 = 0,659. Hal ini berarti bahwa apabila variabel citra sebagai toko dengan  harga  murah  (X2)  mengalami  peningkatan  sebesar  1  satuan,  sementara variabel  independen  lainnya  bersifat  tetap,  maka  loyalitas  pembelanja  Carrefour ITC  Surabaya  Mega  Grosir  (Y)  akan  meningkat  sebesar  0,659  satuan,  demikian pula sebaliknya.

4. Nilai koefisien b3 = 0,305. Hal ini berarti bahwa apabila variabel citra sebagai toko yang  bersih  dan  terang  (X3)  mengalami  peningkatan  sebesar  1  satuan,  sementara variabel  independen  lainnya  bersifat  tetap,  maka  loyalitas  pembelanja  Carrefour ITC  Surabaya  Mega  Grosir  (Y)  akan  meningkat  sebesar  0,305  satuan,  demikian pula sebaliknya.

5. Nilai koefisien b4 = 0,553. Hal ini berarti bahwa apabila variabel citra sebagai toko dengan  pelayanan  yang  baik  (X4)  mengalami  peningkatan  sebesar  1  satuan, sementara  variabel  independen  lainnya  bersifat  tetap,  maka  loyalitas  pembelanja

(10)

Carrefour ITC Surabaya Mega Grosir (Y) akan meningkat sebesar 0,553 satuan, demikian  pula  sebaliknya.

6. Nilai koefisien b5 = 0,489. Hal ini berarti bahwa apabila variabel citra sebagai toko yang melakukan beragam promosi (X5) mengalami peningkatan  sebesar 1 satuan, sementara  variabel  independen  lainnya  bersifat  tetap,  maka  loyalitas  pembelanja Carrefour ITC Surabaya Mega Grosir (Y) akan meningkat sebesar 0,489 satuan, demikian  pula  sebaliknya.

7. Nilai koefisien b6 = 0,625. Hal ini berarti bahwa apabila variabel citra sebagai toko yang  memberikan  kemudahan  (X6)  mengalami  peningkatan  sebesar  1  satuan, sementara  variabel  independen  lainnya  bersifat  tetap,  maka  loyalitas  pembelanja Carrefour ITC Surabaya Mega Grosir (Y) akan meningkat sebesar 0,625 satuan, demikian  pula  sebaliknya.

Hasil analisis (yang dapat dilihat pada tabel di atas) menunjukkan bahwa nilai koefisien R  Square  (koefisien  determinasi)  sebesar  0,587.  Hal  ini  menunjukkan  bahwa kemampuan  variabel  independen  (citra  toko  :  X1,    X2,  X3,    X4,  X5  dan  X6)  untuk menjelaskan  perubahan  pada  variabel  dependen  (loyalitas  pembelanja  Carrefour  ITC Surabaya  Mega  Grosir  :  Y)  sebesar  58,7%;  41,3%  dijelaskan  oleh  faktor  lain  yang tidak dijelaskan pada model  dalam penelitian  ini.

Berdasarkan  hasil  perhitungan  yang  disajikan  pada  tabel  di  atas,  tampak  bahwa  ada satu variabel independen dengan nilai p > 0,05, yaitu variabel citra sebagai toko yang bersih dan terang (X3) yang berpengaruh tidak signifikan. Variabel independen lainnya memiliki  nilai  p  <  0,05,  dengan  demikian  variabel  citra  sebagai  toko  dengan  produk lengkap (X1), sebagai toko dengan  harga murah (X2), sebagai  toko dengan  pelayanan yang baik (X4), sebagai toko yang melakukan beragam promosi (X5) dan sebagai toko yang memberikan kemudahan (X6) berpengaruh signifikan terhadap variabel loyalitas pembelanja Carrefour ITC Surabaya Mega Grosir (Y). Variabel bebas yang menunjukkan nilai koefisien regresi paling tinggi dan signifikan adalah variabel X2. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh paling kuat terhadap loyalitas pembelanja ada pada toko (hypermarket Carrefour ITC Mega Grosir) terletak pada citra sebagai toko dengan harga murah.

4.2. Uji Asumsi Klasik Uji  Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dimaksudkan untuk menguji ada tidaknya korelasi antar variabel independen. Hasil  pengolahan data menunjukkan bahwa nilai VIF (Variance Inflation Factor) untuk 6 variabel bebas berada di sekitar angka 1 dan angka Tolerance mendekati 1. Hal ini menunjukkan bahwa pada model regresi yang digunakan tidak terdapat problem multikolinearitas. 4.3 Pembahasan Tingkat kesetujuan responden terhadap citra toko yang berkembang di masyarakat pada umumnya membuktikan bahwa citra toko yang dikembangkan dalam variabel penelitian

(11)

ini  benar.  Kesetujuan  para  pelanggan  pada  citra  positif  yang  terbentuk  makin meningkatkan keyakinan pelanggan akan kebenaran penilaiannya pada atribut toko yang dicitrakan.  Hal ini penting artinya bagi pelanggan sebagai faktor yang  mempengaruhi dan  membangun  loyalitas mereka.

Kelengkapan produk merupakan faktor yang penting bagi hypermarket, dengan demikian para  pembelanja  tidak  perlu  mengunjungi  banyak  toko  untuk  membeli  barang  yang mereka inginkan dan butuhkan. Hypermarket dengan kelengkapan produk memberikan manfaat kepada para pembelanja dalam bentuk penghematan biaya, waktu, dan tenaga. Tersedianya  produk  yang  lengkap  akan  memberikan  rasa  nyaman  dan  senang  ketika banyak pilihan tersedia saat para pembelanja memutuskan dan menetapkan satu pilihan untuk dibeli; bahkan memungkinkan minat berbelanja ke toko (hypermarket) yang sama pada waktu yang akan datang.

Setting penelitian ini adalah toko – hypermarket Carrefour ITC Mega Grosir Surabaya. Pada nama hypermarket ini, terselip kata “grosir”. Perdagangan grosir pada dasarnya adalah  perdagangan  pada  tingkat  wholesaler,  di  mana  pembelinya  adalah  pengecer. Pengecer  adalah  pasar  (pembeli)  yang  membeli  untuk  dijual  kembali,  dengan  tingkat keuntungan  yang  diharapkan.  Sebagai  pasar  bisnis,  volume  pembeliannya  dalam kuantitas yang besar dengan harga yang lebih rendah daripada pembelian dalam satuan (yang  dibeli  oleh  pengguna).  Sistem  pembelian  seperti  perlakuan  pada  perdagangan grosir inilah (meskipun volume pembelian tidak sebanyak retailer) yang membuat harga dirasakan  menjadi  murah  jika  dihitung  harga  beli  satuan.  Hal  inilah  yang  kemudian menjadi penentu  utama loyalitas  pelanggan.

Memiliki citra sebagai toko yang bersih dan terang menunjukkan nilai positif di  mata masyarakat  pada  umumnya  dan  pelanggan  khususnya.  Namun  kebersihan  dan penerangan yang baik menjadi faktor yang tidak berarti (signifikan) pengaruhnya pada loyalitas pelanggan. Citra sebagai toko dengan pelayanan yang baik bagi hypermarket ITC  Mega Grosir Surabaya masih disetujui oleh pelanggan. Kesamaan penilaian  atas pelayanan yang baik dari pencitraan yang  diberikan masyarakat dan pelanggan masih cukup berarti untuk membentuk loyalitas pelanggan

Kesetujuan responden atas citra sebagai toko yang melakukan beragam promosi yang diberikan  oleh  masyarakat,  menunjukkan  bahwa  hypermarket  Carrefour  ITC  Mega Grosir memang menjalankan komunikasi pemasaran dengan beragam promosi. Dengan demikian  ikatan jangka  panjang dengan  pelanggan  dijalin  melalui komunikasi  kepada khalayak dengan menggunakan sarana dan media komunikasi yang beragam. Promosi yang  disediakan  dalam  bentuk  brosur  yang  disebarkan  ke  rumah-rumah,  juga  yang disediakan di pintu masuk, informasi dalam bentuk point-of-purchase melalui pengeras suara maupun pajangan, komunikasi personil melalui  meja informasi di pintu masuk, semuanya  membuat  para  pembelanja  terinformasi  adanya  berbagai  macam  produk, merek, ukuran, dan  variasi lainnya. Dengan promosi yang  beragam, para pembelanja

(12)

yakin bahwa setiap kali kedatangannya ke sana akan selalu terinformasi segala sesuatu yang disediakan toko pada saat itu. Hal ini membuat para pembelanja dengan informasi minimal  tentang  produk  yang  dibutuhkannya  pada  suatu  saat,  akan  tetap  datang  ke hypermarket  tersebut,  karena  keyakinannya  bahwa  nanti  di  dalam  toko  pasti  akan diperoleh  dengan  mudah  informasi  tentang  produk,  merek  dan  variannya  yang  akan dipilihnya.  Karena  itu  citra  sebagai  toko  yang  melakukan  beragam  promosi  menjadi faktor  penentu loyalitas  pembelanja.

Kesetujuan responden terhadap citra hypermarket Carrefour ITC Mega Grosir sebagai toko  yang  memberikan  kemudahan  membuktikan  bahwa  kenyataannya  hypermarket tersebut  masih  berada  pada  kondisi  seperti  yang  dicitrakan  oleh  masyarakat,  yaitu memberikan  kemudahan  kepada  para  pembelanja  untuk  mendapatkan  barang  yang dibutuhkan dan akan dibeli. Dengan kemudahan tersebut akan membuat para pembelanja merasa senang untuk berbelanja kembali ke sana dan bahkan akan merekomendasi rekan untuk berbelanja ke sana.

Dari pokok bahasan  di atas, dapat  disimpulkan bahwa kebenaran adanya citra positif yang berkembang di masyarakat, membuat para pelanggan yakin pilihannya benar. Salah satu akibat  penting yang  ditimbulkan oleh  situasi  seperti  ini adalah  bahwa keyakinan dari para pelanggan membuatnya bersikap loyal. Mereka  akan membicarakan tentang hal-hal positif tentang toko tersebut, merekomendasi orang, rekan dan keluarganya untuk berbelanja  ke  sana,  dan  di  waktu  yang  akan  datang  akan  berbelanja  kembali  saat membutuhkan.

5. SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan :

citra sebagai toko dengan produk lengkap, citra sebagai toko dengan harga murah, citra sebagai toko  yang bersih  dan terang, citra  sebagai toko  dengan pelayanan  yang baik, citra  sebagai  toko  yang  melakukan  beragam  promosi    dan  citra  sebagai  toko  yang memberikan  kemudahan    berpengaruh  signifikan  terhadap  loyalitas  pembelanja Carrefour ITC Surabaya Mega Grosir.

5.2. Saran

Berdasarkan simpulan yang telah dijelaskan di atas maka saran yang dapat disampaikan kepa da  mana jemen  adalah  dengan  mempertahankan  citra  toko,  terutama mempertahankan citranya sebagai toko dengan harga murah, “harga grosir”.

(13)

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Assael,  Henry.  1998.  Consumer Behavior and Marketing Action.  Sixth  Edition. Cincinnati,  Ohio:  International Thomson  Publishing.

Bloemer,  Josee  and  Ko  de  Ruyter.  1998.  On  the  Relationship  between  Store  Image, Store Satisfaction and Store Loyalty. European Journal of Marketing, Bradford. (Vol. 32, No. 5/6): 499-509.

Chang, Chih-Hon and Chia-Yu Tu. 2005. Exploring Store Image, Customer Satisfaction, and  Customer  Loyalty  Relationship:  Evidence  from  Taiwanese  Hypermarket Industry. Journal of American Academy of Business, Cambridge. September (Vol. 7, No.2): 197-202.

East,  Robert  and  Julie  Sinclair.  2000.  Loyalty: Definition and Explanation. Anzmac 2000 Visionary Marketing for the 21st Century: Facing The Challenge.

Garton, A. Philip. 1995. Store Loyal? A View of Differential Congruence. International Journal of Retail and Distribution Management. Vol. 23. No. 12 : 29-36. Kotler, Philip. 1997. Marketing Management: Analysis, Planning, Implementation, and

Control.  Ninth  Edition.  Upper  Saddle  River,  New  Jersey:  Prentice  Hall International,  Inc.

————————.  2003.  Marketing Management.  Eleventh  Edition.  Upper  Saddle River, New Jersey: Pearson Education, Inc.

Kotler,  Philip,  Kevin L.  Keller,  Swee  Hoon Ang,  Siew  Meng  Leong, and  Chin Tiong Tan.  2006.  Marketing Management, An Asian Perspective.  Fourth  Edition. Pearson Education South Asia Pte Ltd, Jurong, Songapore.

Mo Koo, Dong. 2003. Inter-relationships among Store Images, Store Satisfaction, and Store Loyalty among Korea  Discount Retail Patrons. Asia Pacific Journal of Marketing and Logistics. (Vol. 15, No. 4): 42-71.

Peter, J. Paul and Jerry C. Olson. 2002. Consumer Behavior and Marketing Strategy. Sixth Edition. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc.

Reardon, James, Chip E. Miller and Barbara Coe. 1995. Applied Scale Development: Measurement of Store Image. Journal of Applied Business Research. (Vol. 11 No. 4): 85-86.

Sutisna. 2001. Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Zimmer, Mary R. and Linda L. Golden. 1988. Impressions Of Retail Stores: A Content Analysis Of Consumer Images. Journal of Retailing. (Fall): 265-293.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari bagaimana peningkatan kemampuan mengenal bentuk geometri anak kelompok B di PAUD Nurul Iman melalui permainan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa program kerja KKN Posdaya yang berkaitan dengan keterampilan boga yaitu bidang ekonomi dengan persentase 36,67%,

[r]

Ekstrak metanol pasak bumi ( E. longifolia Jack) meningkatkan aktivitas proliferasi limfosit limpa mencit galur Balb/c betina yang diinfeksi L. Dosis 200 mg/kg

Dari hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat diketahui bahwa sebenarnya factor-faktor yang mempengaruhi kebosanan kerja pada roomboy di Purnama Hotel and Resort Batu Malang yang

Sasaran program strategi pencapaian target RPJMN tahun 2015 – 2019 antara lain adalah meningkatnya kompetensi guru dilihat dari Subject Knowledge dan Pedagogical

Perkembangan Bank syariah yang sangat pesat sudah terlihat dari data statistik Bank Indonesia dari tahun 1998 sampai dengan tahun 2013 yang sangat singnifikan, jika pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang semakin.. meningkat, seperti pada tahun 2012 Sektor industri dasar dan kimia