SEMINAR HASIL TUGAS AKHIR
Analisis Model Log Linier untuk Mengetahui Kecenderungan
Perilaku Anak Jalanan Binaan di Surabaya
(Kasus Khusus Yayasan Arek Lintang-ALIT)
Oleh :
Silvira Ayu Rosalia
(1309 105 017)
Pembimbing :
Ir. Sri Pingit Wulandari, M.Si
JURUSAN STATISTIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
Masalah kependudukan yang timbul di kota-kota besar, salah satunya berasal lonjakan jumlah penduduk yang datang
2007 2008 2009 32685
50300 70995
Peningkatan jumlah penduduk datang di
Surabaya, dari data BPS pada tahun 2007-2009
Memunculkan fenomena anak-anak jalanan
Upaya penanganan
anak jalanan
Faktor penyebab munculnya anak jalanan
Faktor kemiskinan yang dipicu oleh angka pengangguran yang tinggi, ketidakharmonisan rumah tangga dan juga adanya kemalasan yaitu kurangnya tanggung jawab orang tua terhadap keluarga.
Studi yang dilakukan Depsos Pusat dan Unika Atma Jaya Jakarta (1999) di Surabaya yang mewawancarai 889 anak jalanan menemukan bahwa alasan anak memilih hidup di jalanan adalah karena kurang biaya sekolah (28,2%) dan membantu pekerjaan orang tua (28,6%).
Penelitian tentang kecenderungan perilaku anak jalanan binaan dihubungkan dengan karakteristik anak jalanan berdasarkan faktor sosial ekonomi, dengan menggunakan
pemodelan log linear
Bagaimana
karakteristik
dan
perilaku
anak
jalanan
binaan
berdasarkan faktor sosial dan
ekonomi ?
Bagaimana hubungan antara
faktor
sosial
dan
ekonomi
dengan perilaku anak jalanan
binaan ?
Mengetahui
karakteristik
dan
perilaku
anak
jalanan
binaan
berdasarkan faktor sosial dan
ekonomi.
Mengkaji
hubungan
antara
faktor
sosial
dan
ekonomi
dengan perilaku anak jalanan
binaan.
Objek penelitian yaitu anak jalanan usia 7-18
tahun yang selanjutnya disebut anak dan
belum menikah.
Anak jalanan yang diteliti adalah anak binaan
Yayasan
Arek
Lintang
(ALIT)
yang
mengakses rumah singgah (shelter) atau di
ALIT disebut Save Play Area (SPA)
Variabel yang diteliti adalah faktor sosial
ekonomi dan kecenderungan perilaku pada
anak jalanan binaan.
1. Sebagai informasi bagi pihak terkait yang bergerak dalam bidang
pemberdayaan
anak
jalanan
dalam
mengembangkan
program
pembinaan yang dapat membawa perubahan perilaku anak jalanan ke
arah yang lebih baik.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan
perilaku anak jalanan binaan di Surabaya.
3. Sebagai bahan kajian bagi pemerintah Kota Surabaya agar dapat
dilakukan upaya intervensi untuk mencegah dan mengatasi masalah
anak jalanan.
1. Tabel Kontingensi Dua Dimensi
Analisis tabel kontingensi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lainnya.
Tabel kontingensi dua dimensi merupakan tabel silang (cross tabulation) antara dua variabel yang bersifat kategori, dimana setiap variabel tersebut terdiri dari beberapa level atau kategori.
Syarat yang harus dipenuhi pada masing-masing kategori : 1. Homogen
2. Mutually Exclusive dan Mutually Exhaustive 3. Skala pengukuran nominal atau ordinal
Bentuk tabel kontingensi dua dimensi dengan variabel X terdiri dari i kategori (i buah baris) dan variabel Y terdiri dari j kategori (j buah kolom), yaitu :
Y1 Y2 .... Yj Total X1 n11 n12 ... n1j n1+ X2 n21 n22 ... n2j n2+ Xi ni1 ni2 ... nij ni+ Total n+1 n+2 ... n+j n++ dimana :
nij = jumlah pengamatan pada baris ke-i kolom ke-j
ni+ = jumlah pengamatan pada baris ke-i, n+j = jumlah pengamatan pada kolom ke-j
2. Uji Independensi
Uji independensi digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antar dua varibel yang telah ditetapkan.
Hipotesis :
H0 : kedua variabel saling independen H1 : kedua variabel saling dependen
Uji yang sesuai untuk hipotesis tersebut adalah Pearson Chi-Square (χ2),
dimana untuk taksiran nilai harapannya adalah
n n n mˆij i j
Statistik ujinya adalah
J j ij ij ij I i m m n 1 2 1 2 ˆ ) ˆ (
Hasil statistik uji tersebut dibandingkan dengan nilai distribusi Chi-Square dengan derajat bebas db = (I-1) (J-1) serta dengan kriteria penolakan H0 adalah χ2
hitung >
χ2 (db,α)
3. Model Log Linier
Model log linier adalah suatu model yang menyatakan hubungan antar variabel dengan data yang bersifat kualitatif (skala nominal atau ordinal). Dengan menggunakan pendekatan log linier bisa diketahui model matematikanya secara pasti serta level kelas mana yang cenderung menimbulkan adanya hubungan atau dependensi.
Pada tabel kontingensi dua dimensi terdiri dari 2 faktor, yaitu faktor I sebagai faktor baris dan faktor J sebagai faktor kolom. Jika kedua faktor ini independen, maka peluang pengamatan πij= πi+. π+j.
Didapatkan model Log Linier Independen yaitu (Agresti,1996). Dalam model tersebut μ menunjukkan efek rata-rata secara umum, menunjukkan efek utama kategori ke-i variabel X dan menunjukkan efek utama kategori ke-j variabel Y.
Jika ada dependensi antara kedua variabel, dengan nilai mij> 0 maka modelnya menjadi
sebagai berikut : , model tersebut disebut model jenuh.
Selajutnya dicari nilai derajat bebas, yaitu banyaknya sel dikurangi dengan banyaknya parameter yang diestimasi. Untuk model independen, merupakan kasus khusus dari model jenuh, dimana . Jumlah parameter yang diestimasi = I + (I-1) + (J-1). Sehingga untuk model independen, mempunyai derajat bebas (db) yaitu :
db = (IJ-1) – [(I-1) + (J-1)] = IJ-1-J+1 = (I-1) (J-1) y j x i ij Logm x i
y j
xy ij y j x i ij Logm 4. Uji Goodness of Fit
Manfaat dari Goodness of Fit Statistisc adalah untuk membandingkan atau menentukan ada atau tidaknya jarak antara observasi dan model. Untuk menguji hipotesis pada tiap model digunakan uji Pearson Chi Square (χ2) atau Likelihood
Ratio Test (G2) sebagai berikut :
Uji Pearson Chi Square (χ2) dapat dicari dengan rumus.
Uji Likelihood Ratio Test (G2) dapat dicari dengan rumus.
J j ij ij ij I i m n n G 1 1 2 ˆ log 25. Uji K-Way
1. Pengujian interaksi pada derajat K atau lebih sama dengan nol (Test that K-Way
and higher order effect are zero)
Uji ini didasarkan pada hipotesis bahwa efek order ke-K dan yang lebih tinggi sama dengan nol. Pada model log linear hipotesisnya sebagai berikut.
Untuk K = 2 H0 : Efek order ke-2 = 0 H1 : Efek order ke-2 ≠ 0
Untuk K = 1 H0 : Efek order ke-1 dan yang lebih tinggi = 0 H1 : Efek order ke-1 dan yang lebih tinggi ≠ 0
2. Pengujian interaksi pada derajat K sama dengan nol (Test that K-Way effect are
zero)
Uji ini didasarkan pada hipotesis bahwa efek order ke-K sama dengan nol. Pada model log linear hipotesisnya sebagai berikut.
Untuk K = 1 H0 : Efek order ke-1 = 0 H1 : Efek order ke-1 ≠ 0 Untuk K = 2 H0 : Efek order ke-2 = 0 H1 : Efek order ke-2 ≠ 0
Statistik uji yang digunakan adalah Likelihood Ratio Test (G2)
Kriteria penolakan G2 > χ2
6. Uji Asosiasi Parsial
Pengujian ini mempunyai tujuan untuk menguji semua parameter yang mungkin dari suatu model lengkap baik untuk satu variabel yang bebas maupun untuk hubungan ketergantungan beberapa variabel yang merupakan parsial dari suatu model lengkap. Hipotesisnya adalah sebagai berikut.
H0 : Efek interaksi antara variabel 1 dan variabel 2 = 0 H1 :
H0 : Efek variabel 1 = 0 H1 :
H0 : Efek variabel 2 = 0 H1 :
Statistik uji yang digunakan adalah Partial Chi Square Kriteria penolakan Partial Chi Square > χ2
7. Seleksi Model
Metode Backward Elimination, pada dasarnya menyelesaikan model dengan menggunakan prinsip hierarki, yaitu dengan melihat model terlengkap sampai dengan model yang sederhana. Langkah-langkah yang dilakukan adalah
1. Anggap model (0) yaitu model XY sebagai model terbaik.
2. Keluarkan efek interaksi dua faktor sehingga modelnya menjadi (X, Y) yang disebut model (1).
3. Bandingkan model (0) dengan model (1) dengan hipotesis sebagai berikut. H0 : Model (1) = model terbaik
H1 : Model (0) = model terbaik
Statistik uji yang digunakan adalah Likelihood Ratio Test (G2)
Kriteria penolakan G2> χ2
(db;α) maka tolak H0
4. Jika H0 ditolak, maka dinyatakan bahwa model (0) adalah model terbaik. Tetapi jika gagal tolak H0, maka bandingkan model (1) tersebut dengan model (0). Kemudian salah satu interaksi dua faktor dikeluarkan dari model.
5. Untuk menentukan interaksi mana yang dikeluarkan terlebih dahulu maka dipilih nilai G2 terkecil.
8. Anak Jalanan
Anak jalanan menurut PBB adalah anak yang menghabiskan sebagian besar waktunya di jalanan untuk bekerja, bermain atau beraktifitas lain. Umumnya anak jalanan bekerja sebagai pengasong, pemulung, tukang semir, pelacur anak, pengais sampah dan lain lain.
Departemen Sosial RI mendefinisikan anak jalanan yaitu anak berusia dibawah 18 tahun yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalanan atau tempat-tempat umum.
Depsos membedakan anak jalanan dalam tiga kategori, yaitu :
1. Anak yang hidup atau tinggal di jalanan, yakni anak yang berpartisipasi penuh di jalanan, baik secara sosial maupun ekonomi dan tidak ada hubungan dengan keluarganya karena adanya kekerasan atau masalah dalam keluarga yang menyebabkan lari atau pergi dari rumah (children of the street)
2. Anak yang bekerja di jalanan, anak-anak tersebut mempunyai kegiatan ekonomi (sebagai pekerja anak) di jalan dan masih berhubungan dengan keluarganya yakni pulang ke rumah secara periodik (children on the street)
3. Anak yang mempunyai resiko tinggi menjadi anak jalanan, mereka belum menjadi anak jalanan murni dan masih tinggal dengan orang tuanya, kerentanan menjadi anak jalanan dapat dilihat dari kondisi ekonomi orang tua yang hidup di lingkungan kemiskinan absolut, sehingga suatu saat bisa menjadi anak jalanan (children from families of the street)
1. Data primer : data hasil survey menggunakan kuisioner pada objek
penelitian
yaitu
anak
jalanan
yang
mendapatkan
pembinaan
dan
pendampingan
di
rumah
singgah
Yayasan Arek Lintang (ALIT)
2. Data sekunder : data dari Dinas Sosial dan database Yayasan ALIT
mengenai faktor demografi anak jalanan
Berdasarkan data dari ALIT jumlah seluruh anak jalanan yang dibina di
rumah singgah ada 127 anak berusia 7-18 tahun dan akan dijadikan
sebagai objek penelitian.
Faktor Sosial dan Ekonomi
Pendidikan
Anak Kegiatan Anak di Jalan
Lama Menjadi
Anak Jalanan Pendidikan orang tua
Pekerjaan orang tua
Sikap orang tua terhadap anak terjun ke jalan Hubungan Sosial dalam Keluarga Kekerasan yang pernah dialami Frekuensi bertemu dengan orang tua Faktor penyebab Jumlah penghasilan anak/hari Penggunaan penghasilan Kondisi lingkungan tempat tinggal
Faktor Perilaku Anak Jalanan Binaan
Frekuensi kunjungan ke rumah singgah Jenis pembinaan yang disukai Lama mendapatkan pembinaan Interaksi dengan masyarakat sekitar tempat tinggal Kegiatan yang sering dilakukan di rumah singgah Kepedulian terhadap nasib teman Interaksi dengan masyarakat sekitar rumah singgah Keterlibatan konflik dengan masyarakat sekitar Keterlibatan konflik dengan aparat pemerintahan Harapan terhadap pemerintahMelakukan deskripsi data untuk mengetahui karakteristik dan perilaku anak jalanan binaan berdasarkan faktor sosial ekonomi
Membuat tabel tabulasi silang dua dimensi antara variabel pada faktor sosial ekonomi dan faktor perilaku anak jalanan binaan
Melakukan uji independensi dengan menggunakan uji chi-square melalui analisa tabel tabulasi silang antara variabel pada faktor sosial ekonomi dan faktor perilaku anak jalanan binaan
Menyusun model log linier dengan langkah :
- Menentukan variabel yang memiliki kategori dependen - Membentuk model log linear dari tabel dua dimensi
- Melakukan uji goodness of fit untuk mengetahui kesesuaian model - Melakukan seleksi model terbaik dengan metode eliminasi backward
Variabel Kategori Frek % Kegiatan anak di jalan Asongan 31 24,4 Pengamen 58 19 Pemulung 22 17,3 Bermain 16 12,6 Lama di jalan < 3 tahun 56 44,1 3-5 tahun 61 48,0 > 5 tahun 10 7,9 Pendidikan anak SD 60 47,2 SMP 39 30,7 SMA 28 22,0 Pekerjaan orang tua Pemulung 27 21,3 Buruh 32 25,2 Tukang becak 26 20,5 Pedagang 42 33,1 Pendidikan orang tua SD 42 33,1 SMP 73 57,5 SMA 12 9,4 Frekuensi bertemu orang tua Setiap hari 85 66,9 Kadang-kadang 27 21,3 Jarang 15 11,8 Hubungan sosial dlm keluarga Mendukung/menyuruh 77 60,6 Melarang 18 14,2
Biasa (tidak peduli) 32 25,2
Variabel Kategori Frek %
Kekerasan yang pernah dialami Dipukuli/dikeroyok 27 21,3 Diperas/dipalak 16 12,6 Digaruk/ditangkap 36 28,3 Terserempet/tertabrak 48 37,8 Hubungan sosial dalam keluarga
Sering terjadi kekerasan 38 29,9 Keluarga tidak peduli 14 11,0
Komunikasi kurang baik 44 34,6
Baik-baik saja 31 24,4 Faktor penyebab menjadi anak jalanan Keluarga 68 53,5 Teman 12 9,4 Lingkungan tinggal 47 37,0 Kondisi lingkungan tempat tingal Perkampungan 46 36,2 Pinggiran sungai 56 44,1
Lahan bekas makam 25 19,7 Jumlah penghasilan/h ari < Rp 30,000 38 29,9 Rp 30.000 - Rp 50.000 52 40,9 > Rp 50.000 37 29,1 Penggunaan penghasilan Kebutuhan pribadi 17 13,4 Kebutuhan keluarga 79 62,2
Perilaku orang tua 31 24,4
2. Perilaku Anak Jalanan Binaan
Variabel Kategori Frek %
Frekuensi kunjungan ke rumah singgah Setiap hari 23 18,1 Sering 46 36,2 Kadang-kadang 31 24,4 Jarang 27 21,3 Lama mendapatkan pembinaan < 3 tahun 41 32,3 3-5 tahun 55 43,3 > 5 tahun 31 24,4 Kegiatan yang sering dilakukan di rumah singgah Bermain 44 34,6 Belajar 30 23,6 Sharing/curhat 42 33,1 Lainnya 11 8,7 Jenis pembinaan yang disukai dan bermanfaat Pelatihan keterampilan 52 40,9 Bimbingan belajar 24 18,9 Bimbingan konseling 37 29,1 Intervensi pendidikan dasar 14 11,0
Interaksi dengan Baik 41 32,3
Variabel Kategori Frek %
Interaksi dengan masyarakat sekitar tempat tinggal Baik 60 47,2 Cukup 67 52,8 Keterlibatan konflik dengan masyarakat Ya 46 36,2 Tidak 81 63,8 Keterlibatan konflik dengan aparat pemerintah Ya 52 40,9 Tidak 75 59,1 Kepedulian terhadap nasib teman Menolong seadanya 86 67,6 Menolong sampai tuntas 41 32,3 Harapan terhadap Pembinaan 5 3,9 Beasiswa 102 80,3
No. Variabel 𝝌2
hit P_value
1 Kegiatan anak di jalan*Keterlibatan konflik dengan
aparat pemerintah 11,384 0,010
2 Kegiatan anak di jalan*Kepedulian terhadap nasib
teman 9,414 0,024
3 Lama menjadi anak jalanan*Keterlibatan konflik
dengan masyarakat 6,182 0,045
4 Lama menjadi anak jalanan*Harapan terhadap
pemerintah 24,465 0,000
5 Pendidikan orang tua*Kepedulian terhadap nasib
teman 39,929 0,000
6 Pekerjaan orang tua*Kepedulian terhadap nasib teman 13,864 0,003 7 Sikap orang tua terhadap anak terjun ke jalan
*Kepedulian terhadap nasib teman 17,432 0,000 8 Pendidikan anak*Interaksi dengan masyarakat sekitar
tempat tinggal 6,689 0,035
9 Hubungan sosial dlm keluarga*Frekuensi kunjungan
ke rumah singgah 19,577 0,021
10 Faktor penyebab menjadi anak jalanan*Keterlibatan
konflik dengan masyarakat 11,960 0,003
11 Kondisi lingkungan tempat tinggal*Frekuensi
kunjungan ke rumah singgah 14,172 0,028
12 Kondisi lingkungan tempat tinggal*Jenis pembinaan
yang disukai dan bermanfaat 16,128 0,013
13 Jumlah penghasilan anak/hari*Kepedulian terhadap
nasib teman 7,194 0,027
Hipotesis yang digunakan adalah : H0 : Variabel A dan B independen
H1 : Variabel A dan B dependen (ada hubungan)
Diketahui terdapat tiga belas variabel faktor sosial ekonomi dan perilaku anak jalanan binaan yang saling dependen karena memiliki nilai χ2 lebih besar dari
nilai χ2
(df,5%) dan nilai P_value kurang
dari α = 0,05.
Kemudian dari variabel yang saling dependen tersebut dilakukan analisis model log linier untuk mengetahui level atau kelas mana yang cenderung menimbulkan adanya hubungan atau dependensi antar variabel.
1. Hubungan Kegiatan Anak di Jalan dengan Keterlibatan
Konflik dengan Aparat Pemerintah
Model log linier untuk hubungan antara kedua variabel tersebut adalah :
Interpretasi dari model adalah adanya hubungan antara variabel kegiatan anak di jalan dengan variabel keterlibatan konflik dengan aparat pemerintah.
Kegiatan anak di jalan Keterlibatan konflik dengan aparat pemerintah Ya Tidak Asongan Koefisien 0,478 -0,478 Z-value 2,774 -2,774 Pengamen Koefisien -0,023 0,023 Z-value -0,151 0,151 Pemulung Koefisien 0,168 -0,168 Z-value 0,897 -0,897
Diketahui bahwa anak jalanan yang
memiliki kegiatan sebagai penjual asongan cenderung memiliki keterlibatan konflik dengan aparat pemerintah. Kemudian anak jalanan yang memiliki kegiatan di jalan bermain cenderung tidak memiliki keterlibatan konflik dengan aparat.
2. Hubungan Kegiatan Anak di Jalan dengan Kepedulian
Terhadap Nasib Teman
Model log linier untuk hubungan antara kedua variabel tersebut adalah :
Interpretasi dari model adalah adanya hubungan antara variabel kegiatan anak di jalan dengan variabel kepedulian terhadap nasib teman.
Kegiatan anak di jalan Kepedulian terhadap Nasib Teman Menolong Seadanya Menolong Sampai Tuntas Asongan Koefisien 0,018 -0,018 Z-value 0,108 -0,108 Pengamen Koefisien -0,166 0,166 Z-value -1,114 1,114 Pemulung Koefisien -0,400 0,400 Z-value -1,859 1,859 Bermain Koefisien -0,548 0,548 Z-value -2,865 2,865
Diketahui bahwa anak jalanan yang memiliki kegiatan di jalan bermain
cenderung memiliki kepedulian terhadap nasib teman menolong sampai tuntas.
3. Hubungan Lama Menjadi Anak Jalanan dengan Keterlibatan
Konflik dengan Masyarakat Sekitar
Model log linier untuk hubungan antara kedua variabel tersebut adalah :
Interpretasi dari model adalah adanya hubungan antara variabel lama menjadi anak jalanan dengan variabel keterlibatan konflik dengan masyarakat sekitar.
Diketahui bahwa anak jalanan yang memiliki lama di jalanan kurang dari 3 tahun cenderung memiliki keterlibatan konflik dengan masyarakat sekitar Lama Menjadi Anak
Jalanan Keterlibatan Konflik dengan Masyarakat Sekitar Ya Tidak < 3 tahun Koefisien 0,391 -0,391 Z-value 2,206 -2,206 3-5 tahun Koefisien 0,071 -0,071 Z-value 0,401 -0,401 > 5 tahun Koefisien -0,320 0,320 Z-value -1,805 1,805
4. Hubungan Lama Menjadi Anak Jalanan dengan Harapan
terhadap Pemerintah
Model log linier untuk hubungan antara kedua variabel tersebut adalah :
Interpretasi dari model adalah adanya hubungan antara variabel lama menjadi anak jalanan dengan variabel harapan terhadap pemerintah.
Diketahui bahwa anak jalanan yang memiliki lama di jalanan kurang dari 3 tahun dan antara 3-5 tahun cenderung memiliki harapan terhadap pemerintah untuk mendapatkan beasiswa dan pembinaan.
Lama Menjadi Anak Jalanan Harapan terhadap Pemerintah Beasiswa dan pembinaan Tempat tinggal dan pemenuhan kebutuhan < 3 tahun Koefisien 0,566 -0,566 Z-value 2,912 -2,912 3-5 tahun Koefisien 0,367 -0,367 Z-value 2,042 -2,042 > 5 tahun Koefisien -0,199 0,199 Z-value -0,870 0,870
5. Hubungan Pendidikan Orang Tua dengan Kepedulian
terhadap Nasib Teman
Model log linier untuk hubungan antara kedua variabel tersebut adalah :
Interpretasi dari model adalah adanya hubungan antara variabel pendidikan orang tua dengan variabel kepedulian terhadap nasib teman.
Diketahui bahwa anak jalanan yang pendidikan orang tuanya SMP cenderung memiliki kepedulian terhadap nasib teman menolong seadanya. Kemudian anak jalanan yang pendidikan orang tuanya SMA cenderung memiliki kepedulian terhadap nasib teman menolong sampai tuntas. Pendidikan Orang Tua Kepedulian terhadap Nasib Teman Menolog seadanya Menolong sampai tuntas SD Koefisien 0,299 -0,299 Z-value 1,119 -1,119 SMP Koefisien 1,105 -1,105 Z-value 4,099 -4,099 SMA Koefisien -1,404 1,404
6. Hubungan Pekerjaan Orang Tua dengan Kepedulian
terhadap Nasib Teman
Model log linier untuk hubungan antara kedua variabel tersebut adalah :
Interpretasi dari model adalah adanya hubungan antara variabel pekerjaan orang tua dengan variabel kepedulian terhadap nasib teman.
Diketahui bahwa anak jalanan yang pekerjaan orang tuanya buruh cenderung memiliki kepedulian terhadap nasib teman menolong seadanya.
Pekerjaan Orang Tua
Kepedulian terhadap Nasib Teman Menolog seadanya Menolong sampai tuntas Pemulung Koefisien -0,031 0,031 Z-value -0,174 0,174 Buruh Koefisien 0,619 -0,619 Z-value 2,727 -2,727 Tukang becak Koefisien -0,141 0,141 Z-value -0,790 0,790 Pedagang Koefisien 0,447 -0,447 Z-value 1,763 -1,763
Pada analisis log linier menunjukkan adanya hubungan antara variabel kegiatan anak di jalan dengan variabel keterlibatan konflik dengan aparat pemerintah, variabel kegiatan anak di jalan dengan variabel kepedulian terhadap nasib teman, variabel lama menjadi anak jalanan dengan variabel keterlibatan konflik dengan masyarakat sekitar, variabel lama menjadi anak jalanan dengan variabel harapan terhadap pemerintah, variabel pendidikan orang tua dengan variabel kepedulian terhadap nasib teman, variabel pekerjaan orang tua dengan variabel kepedulian terhadap nasib teman, variabel sikap orang tua terhadap anak terjun ke jalan dengan variabel kepedulian terhadap nasib teman, pendidikan anak dengan variabel interaksi dengan msyarakat sekitar tempat tinggal, variabel hubungan sosial dalam keluarga dengan variabel frekuensi kunjungan ke rumah singgah, variabel faktor penyebab menjadi anak jalanan dengan variabel keterlibatan konflik dengan masyarakat, variabel kondisi lingkungan tempat tinggal dengan variabel frekuensi ke rumah singgah, variabel kondisi lingkungan tempat tinggal dengan variabel jenis pembinaan yang disukai dan
1. Penelitian selanjutnya sebaiknya menambahkan variabel yang lebih dapat menjelaskan perilaku anak jalanan binaan, serta dapat menggunakan metode statistik lain untuk mengetahui pengaruh antar variabel.
2. Program pembinaan di rumah singgah diharapkan lebih dapat memberikan perubahan perilaku anak jalanan binaan menjadi lebih baik yang disesuaikan dengan karakteristik anak jalanan tersebut.
3. Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat dikembangkan penelitian lebih lanjut mengenai perilaku anak jalanan binaan, sehingga dapat diperoleh program pembinaan yang sesuai untuk anak jalanan.