• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebaran spasial tata guna lahan mengakibatkan timbulnya kebutuhan akan pergerakan dari suatu lokasi tata guna lahan dengan lokasi tata guna lahan lainnya. Pesatnya pertambahan jumlah penduduk berdampak terhadap peningkatan aktivitas dan perekonomian masyarakat perkotaan di Indonesia. Akibatnya, kebutuhan akan penyediaan sarana dan prasarana transportasi pun semakin bertambah.

Masyarakat pengguna jasa transportasi di perkotaan terdiri dari dua kelompok yaitu kelompok choice dan kelompok captive. Kelompok choice adalah kelompok masyarakat yang mempunyai pilihan dalam memenuhi kebutuhan mobilitasnya, yaitu mampu memilih menggunakan kendaraan pribadi atau angkutan umum. Sedangkan kelompok captive adalah kelompok masyarakat yang karena alasan tertentu hanya memiliki satu pilihan yaitu menggunakan angkutan umum.

Sebagai negara berkembang maka sebagian besar penduduk perkotaan di Indonesia termasuk ke dalam kelompok captive. Oleh karena itu ketergantungan masyarakat perkotaan akan pelayanan angkutan umum relatif tinggi.

Angkutan umum perkotaan adalah salah satu kebutuhan pokok masyarakat kota dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan kota pada umumnya. Angkutan ini merupakan komponen yang sangat signifikan, dan apabila tidak ditangani secara baik dan benar merupakan masalah bagi kehidupan kota.

Pada umumnya kondisi angkutan umum perkotaan di Indonesia belum memadai dan memprihatinkan. Hal ini menyebabkan penggunaan angkutan umum dirasakan kurang menarik dibandingkan dengan kendaraan pribadi. Faktor ketidaktertarikan terhadap penggunaan angkutan umum adalah dari segi waktu, jarak tempuh, kenyamanan, keamanan, biaya transportasi dan lain-lain. Dilain pihak pesatnya penggunaan kendaraan pribadi hampir tidak rasionil dan berdampak negatif terhadap kondisi sebuah kota, begitu juga di Kota Banda Aceh.

(2)

Sebagai ibukota administratif dan pintu gerbang Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), maka Kota Banda Aceh yang memiliki luas wilayah 61,359 Km2, dengan 9 kecamatan dan 89 kelurahan, berfungsi sebagai pusat berbagai kegiatan perkotaan. Oleh karena itu pemenuhan kebutuhan terhadap sarana dan prasarana transportasi kota yang memadai dirasakan semakin mendesak

Dalam kurun tiga tahun pasca tsunami, bantuan pembangunan yang terus mengalir (terutama pembangunan sarana dan prasarana kota) telah menumbuhkan pusat-pusat aktivitas baru yang berpengaruh terhadap pertumbuhan kegiatan perekonomian (seperti kegiatan perdagangan dan jasa). Hal ini ditunjukkan dengan angka pertumbuhan ekonomi Kota Banda Aceh sebesar 5,6 % per tahun, jauh di atas pertumbuhan sebelum tsunami yang hanya 1,36 % per tahun. (Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Banda Aceh, Tahun 2007).

Dengan meningkatnya aktivitas dan perekonomian masyarakat Kota Banda Aceh, maka dibutuhkan penyediaan sarana angkutan umum perkotaan yang dapat mengimbangi pesatnya pertumbuhan kegiatan perkotaan tersebut.

Saat ini, pelayanan angkutan umum penumpang di Kota Banda Aceh difasilitasi dengan menggunakan Bus Damri, labi-labi, taksi, dan becak bermotor. Secara keseluruhan jumlah angkutan umum penumpang pada tahun 2006 sebesar 1.012 unit. Kendaraan umum terbanyak di Kota Banda Aceh didominasi oleh labi-labi (angkutan kota) dengan jumlah 771 unit atau sebesar 76,19 % (Sumber: Dinas Perhubungan Kota Banda Aceh, Tahun 2007).

Rute resmi angkutan umum labi-labi di Kota Banda Aceh umumnya hanya melintasi jalan-jalan utama dalam kota, dimasa mendatang pengembangan pelayanan angkutan umum ke kawasan-kawasan permukiman perlu menjadi salah satu prioritas sebagai upaya peningkatan pelayanan sistem interaksi perkotaan.

Sedangkan rute Bus Damri hanya terdiri dari empat rute yaitu Keudah – Darussalam, Keudah – Batoh, Keudah – Lampeuneurut, dan rute Bandara Sultan Iskandar Muda – Kota Banda Aceh

Secara teoritis, penyediaan angkutan umum perkotaan idealnya memenuhi dua kepentingan yang berbeda yaitu user dan operator. Di satu sisi user memperoleh tingkat pelayanan (level of service) yang sebaik-baiknya, di sisi lain

(3)

Namun pada pelaksanaannya, pengguna jasa angkutan umum di Kota Banda Aceh, masih belum terfasilitasi dengan tingkat pelayanan yang baik. Satu persoalan mendasar yang dihadapi oleh angkutan umum khususnya labi-labi di Kota Banda Aceh adalah belum dipatuhinya rute trayek resmi yang ditetapkan oleh pemerintah Kota Banda Aceh. Para pengemudi angkutan umum labi-labi cenderung beroperasi berubah-ubah arah tergantung pola pergerakan penumpang dari waktu ke waktu. Hal ini mengakibatkan kerugian bagi pengguna jasa dari segi waktu, jarak tempuh, kenyamanan, dan biaya transportasi.

Keterbatasan pelayanan angkutan umum di Kota Banda Aceh, menyebabkan masyarakat berusaha untuk memfasilitasi pergerakannya sendiri dengan kendaraan pribadi. Dalam beraktifitas masyarakat Kota Banda Aceh cenderung menggunakan kendaraan pribadi dengan proporsi 82 % dan hanya 18 % masyarakat yang menggunakan angkutan umum. (Sumber: Survey Home Interview, Dinas Perhubungan Kota Banda Aceh, Tahun 2007).

Hal ini menjadi salah satu pemicu tingginya permintaan masyarakat terhadap kepemilikan kendaraan pribadi (sepeda motor dan mobil pribadi). Kondisi ini ditunjukkan dengan peningkatan secara signifikan jumlah pemilikan kendaraan bermotor dan permohonan mutasi kendaraan dari daerah lain yang mencapai sekitar tujuh ribu kendaraan di tahun 2006/2007. (Sumber : Dinas Pendapatan Daerah NAD Tahun 2007).

Secara langsung peningkatan penggunaan moda angkutan pribadi pada saat ini akan mengurangi penggunaan angkutan umum penumpang di Kota Banda Aceh. Selain itu, persepsi masyarakat Kota Banda Aceh turut pula mendukung kurangnya minat masyarakat menggunakan angkutan umum khususnya labi-labi. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi lapangan, diketahui bahwa pengguna angkutan umum labi-labi cenderung didominasi oleh kaum perempuan. Hal ini dikarenakan telah terbentuknya persepsi masyarakat bahwa penggunaan labi-labi tidaklah sesuai dengan kaum laki-laki. Masyarakat lebih mengganggap bahwa penggunaan becak bermotor lebih prestisius dibandingkan labi-labi. Padahal jika kita lihat dari jumlah penduduk Kota Banda Aceh tahun 2007 lebih didominasi oleh laki-laki sebesar 118.558 jiwa atau 53 % dari total penduduk (Badan Pusat Statistik, 2008).

(4)

Akibatnya terjadi “over supply” pada sebagian besar rute trayek di Kota Banda Aceh. Penyediaan jumlah armada angkutan umum khususnya labi-labi pada beberapa rute trayek telah jauh melebihi kebutuhan.

Kondisi ini dapat mengakibatkan memburuknya performansi operator dan secara langsung akan terus menurunkan kualitas pelayanan kepada user. Jika hal ini tidak diantisipasi maka penyediaan angkutan umum hanya akan memberikan kerugian bagi kedua sisi. Dengan demikian, sangatlah penting mengetahui berapa kebutuhan jumlah armada optimal berdasarkan pengguna eksisting dan persepsi pengguna jasa serta moda apakah yang cocok diterapkan di Kota Banda Aceh di masa mendatang.

Berdasarkan uraian diatas, maka dipandang perlu adanya suatu studi kebutuhan angkutan umum di Kota Banda Aceh, yang berkaitan dengan jumlah armada optimal dan moda yang diinginkan oleh masyarakat Kota Banda Aceh. Oleh karena itu, penulis akan melakukan penelitian pada salah satu rute di Kota Banda Aceh yaitu Keudah – Darussalam, dengan beberapa alasan yaitu :

1. Merupakan rute utama yang menghubungkan pusat Kota Banda Aceh dengan kawasan pendidikan khususnya perguruan tinggi negeri yaitu Universitas Syiah Kuala dan IAIN Ar-Raniry di Darussalam.

2. Sepanjang rute ini merupakan kawasan dengan penggunaan lahan yang berpengaruh terhadap bangkitan lalu lintas, antara lain:

 Kawasan dengan dominasi kegiatan perkantoran, pelayanan umum, dan fasilitas sosial yang terdapat pada Jl. Tgk. Daud Beureueh, Jl. T. Nyak Arif, Jl. T.P. Nyak Makam, Jl. Syiah Kuala.

 Kawasan perdagangan dan jasa (Simpang Lima, Simpang Jambo Tapee, Darussalam, Jl. T. Nyak Arif).

3. Rute yang dianggap potensial, sehingga operator menyediakan jumlah armada operasi labi-labi dan damri eksisting terbanyak dari seluruh rute yang ada.

Dengan demikian diharapkan penyediaan angkutan umum di Kota Banda khususnya Rute Keudah – Darussalam akan terpenuhi dengan lebih baik dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat Kota Banda Aceh dimasa datang.

(5)

1.2 Perumusan Masalah

Kondisi performansi angkutan umum rute Keudah –Darussalam, Kota Banda Aceh mempengaruhi jumlah penumpang terangkut pada rute tersebut. Keterbatasan angkutan umum di Kota Banda Aceh, menyebabkan masyarakat berusaha memfasilitasi pergerakan dengan kendaraan pribadi.

Akibatnya terjadi “over supply” khususnya pada labi-labi di sebagian besar rute trayek Kota Banda Aceh. Kondisi ini mengakibatkan memburuknya performansi operator dan secara langsung terus menurunkan kualitas pelayanan kepada user. Jika hal ini tidak diantisipasi maka penyediaan angkutan umum hanya akan memberikan kerugian bagi kedua sisi.

Yang menjadi pertanyaan pada persoalan diatas yaitu :

1. Bagaimanakah kondisi performansi angkutan umum rute Keudah – Darussalam Kota Banda Aceh pada saat ini?

2. Berapakah jumlah penumpang angkutan umum terangkut, Rute Keudah – Darussalam Kota Banda Aceh, dengan kondisi performansi saat ini?

3. Berapakah kebutuhan jumlah armada optimal angkutan umum, Rute Keudah – Darussalam Kota Banda Aceh pada saat ini, berdasarkan jumlah penumpang terangkut dan persepsi pengguna jasa?

4. Berdasarkan preferensi masyarakat pengguna jasa, moda angkutan umum apakah yang cocok diterapkan pada Rute Keudah – Darussalam Kota Banda Aceh di masa mendatang?

5. Berapakah kebutuhan jumlah armada optimal angkutan umum, Rute Keudah – Darussalam Kota Banda Aceh, berdasarkan preferensi terhadap moda yang diinginkan?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui kondisi performansi angkutan umum, rute Keudah – Darussalam Kota Banda Aceh pada saat ini.

2. Mengetahui jumlah penumpang terangkut angkutan umum, rute Keudah – Darussalam Kota Banda Aceh pada saat ini.

(6)

3. Mengetahui kebutuhan jumlah armada optimal angkutan umum rute Keudah – Darussalam Kota Banda Aceh berdasarkan jumlah penumpang terangkut dan persepsi pengguna jasa.

4. Mengetahui moda angkutan umum yang cocok diterapkan pada Rute Keudah – Darussalam Kota Banda Aceh, berdasarkan preferensi masyarakat.

5. Mengetahui kebutuhan jumlah armada optimal angkutan umum rute Keudah – Darussalam Kota Banda Aceh berdasarkan preferensi terhadap moda yang diinginkan

Sejalan dengan tujuan di atas, maka manfaat yang ingin dicapai dalam kegiatan penelitian ini diantaranya adalah :

1. Sebagai bahan masukan bagi pihak operator angkutan umum rute Keudah – Darussalam Kota Banda Aceh.

2. Memberi pertimbangan mengenai perbaikan performansi angkutan umum rute Keudah – Darussalam Kota Banda Aceh.

3. Masukan bagi pemerintah daerah dalam merencanakan kebijakan angkutan umum rute Keudah – Darussalam Kota Banda Aceh.

1.4 Asumsi dan Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini dapat terarah dan tidak bias maka perlu dilakukan asumsi dan pembatasan terhadap permasalahan yang ditinjau. Asumsi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :

1. Pengukuran tingkat pelayanan angkutan umum rute Keudah – Darussalam Kota Banda Aceh dibedakan menjadi tiga hari yaitu Hari Senin (hari kerja), hari Jumat (setengah hari kerja), dan Hari Minggu (hari libur).

2. Dalam melakukan analisis diasumsikan hal-hal sebagai berikut :

a. Lintasan/Rute trayek angkutan umum labi-labi dan damri rute Keudah – Darussalam Kota Banda Aceh, dianggap sebagai variabel given dan tidak berubah selama penelitian berlangsung.

b. Studi kebutuhan angkutan ini, dilakukan ketika jalan lingkar luar yang saat ini sedang dalam proses konstruksi, belum terealisasi dan belum mempengaruhi jumlah pergerakan.

(7)

c. Struktur dan besaran tarif yang digunakan dalam analisis adalah struktur dan besaran tarif resmi eksisting dan dianggap tidak berubah.

d. Angkutan umum labi-labi dan damri rute Keudah – Darussalam Kota Banda Aceh dianggap beroperasi sesuai rute trayek formalnya masing-masing.

e. Jumlah armada operasi eksisting labi-labi dan damri rute Keudah – Darussalam Kota Banda Aceh, mengacu pada hasil rata-rata survey statis, dimana diasumsikan tidak terdapat penambahan jumlah armada selama penelitian.

f. Zona lokasi naik/turunnya penumpang ditentukan dari hasil survey dinamis yang disimplifikasi berdasarkan lokasi penumpang biasanya naik/turun. Karena luasnya bidang permasalahan maka penelitian, maka penelitian dibatasi sebagai berikut :

1. Penelitian ini hanya membahas tingkat pelayanan angkutan umum, kebutuhan jumlah armada dan moda yang cocok digunakan pada rute Keudah – Darussalam Kota Banda Aceh.

2. Angkutan umum yang menjadi obyek penelitian dalam menentukan preferensi pemilihan moda hanyalah angkutan tetap berjadwal jenis labi-labi tipe Suzuki Carry Pick Up 1.5 yang dimodifikasi dan Bus Damri.

3. Trayek yang ditinjau adalah angkutan umum rute Keudah – Darussalam Kota Banda Aceh.

4. Penentuan kebutuhan jumlah armada operasi hanya berdasarkan jumlah penumpang terangkut eksisting dan persepsi pengguna jasa.

5. Kebutuhan jumlah armada optimal angkutan umum hanya untuk perencanaan jangka pendek.

6. Permintaan jasa angkutan umum berdasarkan jumlah penumpang terangkut di setiap zona kajian.

7. Analisis pemilihan moda hanya bertujuan untuk mengetahui moda yang diinginkan oleh pengguna jasa.

8. Kelompok calon penumpang yang ditinjau adalah seluruh pengguna angkutan umum rute Keudah-Darusssalam yang berusia 7 tahun ke atas.

(8)

1.5 Lingkup Studi

Cakupan wilayah penelitian studi angkutan umum Kota Banda Aceh difokuskan pada rute Keudah – Darussalam Kota Banda Aceh. Dengan rincian lintasan sebagai berikut :

1. Rute Labi-Labi

 Masuk : Darussalam – Jl. T Nyak Arif – Jl. Tgk Daud Beureueh – Jl. SR Safiatuddin – Jl. Jend A Yani – Jl. Supratman – Jl. Tentara Pelajar – Masuk Terminal APK Keudah.

 Keluar : Terminal APK Keudah – Jl. Cut Mutia – Jl. Supratman – Jl. TP Polem – Jl. Tgk Daud Beureueh – Jl. T Nyak Arif – Darussalam.

Sedangkan zona pemberhentian naik/turunnya penumpang labi-labi terdiri dari 18 zona :

ZONA 1 : Keudah (Pintu Keluar)

Rute Pergi

ZONA 2 : Pizza Hut (Simpang 5)

ZONA 3 : Simpang Jambo Tapee

ZONA 4 : Tugu Ratu Safiatuddin

ZONA 5 : Simpang Gubernur

ZONA 6 : Simpang Mesra

ZONA 7 : Pasar Buah

ZONA 8 : Lab School Unsyiah

ZONA 9 : Kedokteran Unsyiah

ZONA 10 : Pasar Buah

Rute Pulang

ZONA 11 : Simpang Mesra

ZONA 12 : Simpang Gubernur

ZONA 13 : Tugu Ratu Safiatuddin

ZONA 14 : Simpang Jambo Tapee

ZONA 15 : Pizza Hut (Simpang 5)

ZONA 16 : Jl Ahmad Yani

ZONA 17 : Jl. Tentara Pelajar

ZONA 18 : Keudah (Pintu Masuk)

2. Rute Bus Damri

 Masuk : Darussalam – Jl. T Nyak Arif – Jl. Tgk Daud Beureueh – Simpang Lima – Jl. Pante Pirak – Jl. Diponegoro (depan Simbun Sibreh) – Jl. Tgk Chik Ditiro – Jl Mohd Jam – Jl KHA Dahlan – Jl. Tentara Pelajar (samping Apotik Merduati).

 Keluar : Jl. Tentara Pelajar (samping Apotik Merduati) –– Jl. Supratman – Jl. TP Polem – Simpang Lima – Jl. Tgk Daud Beureueh – Jl. T Nyak Arif – Darussalam.

(9)

Sedangkan zona pemberhentian naik/turunnya penumpang Bus Damri terdiri dari 14 zona :

ZONA 1 : Apotek Merduati

Rute Pergi

ZONA 2 : Paparon

ZONA 3 : Simpang Jambo Tape

ZONA 4 : Tugu Datuk Safiatuddin

ZONA 5 : Simpang Mesra

ZONA 6 : Wisma Unsyiah

ZONA 7 : Gerbang Darussalam

ZONA 8 : Gerbang Darussalam

Rute Pulang

ZONA 9 : Simpang Mesra

ZONA 10 : T. Nya Arif

ZONA 11 : Kantor Gubernur

ZONA 12 : Apotik Cahaya

ZONA 13 : Simpang 5

ZONA 14 : PLN (Apotek Merduati)

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar I.1 dan I.2 yaitu Peta Angkutan Umum Rute Keudah – Darussalam Kota Banda Aceh, serta Gambar I.3, mengenai Zona Pemberhentian Labi-Labi rute Keudah – Darussalam.

(10)

Gambar I.1

(11)
(12)

Gambar I.2

(13)
(14)

Gambar I.3 Zona Pemberhentian

(15)

ZONA 3 dan ZONA 14

Simpang Jambo Tapee

ZONA 4 dan ZONA 13

Tugu Ratu Safiatuddin

ZONA 2 dan ZONA 15

Pizza Hut (Simpang 5)

ZONA 6 dan ZONA 11

Simpang Mesra

ZONA 7 dan ZONA 10

Pasar Buah

ZONA 8

Lab School Unsyiah

ZONA 9

Kedokteran Unsyiah

ZONA 17

Jl. Tentara Pelajar

ZONA 18

Keudah (Pintu Masuk)

ZONA 5 dan ZONA 12

Simpang Gubernur Gambar I.3

Zona-Zona Pemberhentian Labi-Labi Rute Keudah-Darusalam

Keterangan : Jalur Pergi Jalur Pulang

(16)

1.6 Definisi Operasional

1. Zona, adalah suatu bagian dari daerah pelayanan rute trayek sebagai tempat nai/turunnya penumpang.

2. Zona asal, adalah lokasi tempat seseorang menaiki angkutan umum rute trayek tertentu, untuk memulai perjalanan baik ketika berangkat maupun ketika kembali.

3. Zona tujuan. adalah lokasi tempat seseorang turun dari angkutan umum rute trayek tertentu, untuk mengakhiri perjalanannya baik ketika berangkat maupun ketika kembali.

4. Permintaan angkutan umum (demand), adalah jumlah penumpang terangkut yang membutuhkan pelayanan angkutan umum untuk melaksanakan aktivitasnya sehari-hari terutama untuk maksud sekolah, bekerja dan berbelanja.

5. Labi-labi adalah bahasa Aceh dari angkutan umum, atau yang biasa disebut dengan angkot. Merupakan angkutan khas di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, dengan ciri-ciri sebagai berikut :

 Pintu masuk dari bagian belakang mobil.

 Antara penumpang yang berada di belakang dengan sang sopir dibatasi oleh kaca. Sebagian besar labi-labi di kota ini dilapisi pula oleh kaca film yang tebal.

 Tarif jauh dekat sama, Rp 2.000.

 Merk Suzuki Carry Pick Up 1.5 yang dimodifikasi

 Kapasitas angkut secara teknis sebanyak 8 orang penumpang.

(17)

6. Operator, adalah pihak swasta yang mengadakan dan memberikan pelayanan angkutan kota yang terdiri dan pemilik kendaraan dan pengemudi.

7. Penumpang terangkut, adalah jumlah penumpang yang dapat terangkut dalam setiap rit perjalanan, mulai dari Terminal Keudah sampai kembali ke Terminal Keudah.

8. Rit Perjalanan Kendaraan, adalah perjalanan kendaraan pulang pergi mulai dari Terminal Keudah sampai kembali ke Terminal Keudah.

10. Tarif, adalah ongkos nyata yang bersifat legal yang harus dikeluarkan seseorang untuk dibayarkan kepada pengemudi angkutan kota atas pelayanan yang dinikmatinya.

11. Tarif persepsi, adalah besarnya tarif per penumpang mengacu kepada keinginan pengguna jasa sesuai hasil survey persepsi pengguna jasa.

12. Performansi User, adalah tingkat pelayanan angkutan umum yang akan dinikmati pengguna jasa yang tercipta sebagai hasil interaksi dari suatu tingkat demand dan supply angkutan umum tertentu.

13. Tingkat Pelayanan, adalah aspek/atribut pelayanan angkutan yang dibutuhkan pengguna jasa. Dalam konteks penelitian ini dibatasi pada aspek frekuensi, headway angkutan umum dalam satu arah, waktu tempuh, waktu tunggu penumpang rata-rata, load factor, dan tarif.

14. Jumlah Fleet Optimal, adalah jumlah armada yang dapat memenuhi kriteria dimana kepentingan operator dan pengguna jasa dapat terpenuhi.

15. Kebutuhan Jumlah Armada adalah jumlah armada yang dibutuhkan berdasarkan persepsi pengguna jasa dan jumlah pengguna angkutan umum eksisting.

16. Preferensi adalah hak untuk didahulukan dan diutamakan daripada yang lain, prioritas, pilihan, kecenderungan, atau kesukaan (Kamus Bahasa Indonesia, 1992). Dalam studi ini diartikan sebagai keterlibatan, pikiran dan perasaan untuk memberikan sumbangan/masukan mengenai keinginan, sikap, pendapat masyarakat pengguna angkutan umum dalam melakukan pergerakan.

(18)

1.7 Organisasi Penulisan

Agar mempermudah pemahaman dan pemecahan masalah maka organisasi penulisan dalam tesis ini akan dirinci dalam beberapa bab dengan susunan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini dijelaskan lain belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, asumsi dan pembatasan penelitian, lingkup penelitian, definisi operasional serta sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini diuraikan teori-teori yang terkait dengan penelitian dan studi terdahulu yang sudah pernah dilakukan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini dijelaskan kerangka pemecahan masalah dan metodologi yang digunakan dalam menentukan kebutuhan angkutan umum Rute Keudah – Darussalam Kota Banda Aceh.

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Pada bab ini diuraikan proses pengumpulan dan pengolahan data yang digunakan dalam penelitian.

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Dengan menggunakan data hasil pengolahan pada bab IV, maka pada bab ini akan menguraikan hasil analisis mengenai kondisi sesungguhnya dari permasalahan, berdasarkan penilaian kuantitatif dan kualitatif. Informasi ini dapat dijadikan dasar untuk mengusulkan langkah-langkah perbaikan terhadap masalah yang dihadapi.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini dikemukakan tentang kesimpulan hasil penelitian secara keseluruhan dan beberapa saran yang dapat diusulkan sebagai

Gambar

Gambar I.3  Zona Pemberhentian

Referensi

Dokumen terkait

Makalah dalam seminar tentang “Pengaturan dan Akibat Hukum Pengangkatan Anak” (Depok: Auditorium FHUI, 29 November 2006) hal 6.. beberapa generasi keturunan yang menyangkut

anita usia subur - cakupan yang tinggi untuk semua kelompok sasaran sulit dicapai ;aksinasi rnasai bnntuk - cukup potensial menghambat h-ansmisi - rnenyisakan kelompok

REKAPITULASI DOKUMEN PELAKSANAAN PERUBAHAN ANGGARAN BELANJA DAERAH MENURUT PROGRAM DAN KEGIATAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH. URAIAN

Walaupun saranan-saranan yang dikemukakan berkenaan pendekatan yang boleh digunakan untuk meningkatkan tahap integriti dalam kalangan anggota polis kelihatan mudah

Kelompok perlakuan pemberian senyawa kimia berupa obat glibenklamid bekerja lebih baik menurunkan kerusakan membran sel dibandingkan dengan pemberian senyawa alami

Berdasarkan analisis tersebut maka ditetapkan program rancangan awal rencana kerja yang meliputi Program Administrasi Perkantoran, Program Peningkatan Sarana dan Prasarana

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengetahui pengaruh model Role Playing terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa. 2) mengetahui aktivitas belajar siswa

Struktur yang digunakan dalam perencanaan Museum Tertutup Trowulan menggunakan Struktur Rangka Pemikul Momen Khusus hal ini dilakukan agar struktur bangunan