• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENYUSUN RPP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENYUSUN RPP"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Volume VI Nomor 2 Juni 2016 ISSN 2088-2092

90

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENYUSUN RPP

Lilik Tahmidatien

PPPPTK PKN & IPS, Kementerian Pendidikan & Kebudayaan RI liek_pppg@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini mengkaji tentang penerapan model pembelajaran kontekstual pada pembelajaran mata diklat Penyusunan RPP Sesuai Kurikulum 2013. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji penerapan model pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan kemampuan guru SMA mata pelajaran Sosiologi dalam menyusun RPP. Penelitian dilaksanakan di PPPPTK PKN & IPS dengan subyek penelitian peserta Competence Based Training Guru SMA Tahun 2015 yang berjumlah 40 orang guru SMA Mata pelajaran Sosiologi yang berasal dari berbagai propinsi di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Metode pengambilan data menggunakan metode observasi dengan instrumen berupa lembar observasidan menggunakan metode analisis dokumen dengan instrumen pedoman penilaian dokumen RPP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara proses, penerapan model pembelajaran kontekstual dengan pembelajaran langsung telah berhasil dilaksanakan sesuai langkah dan prosedur dengan kualifikasi Baik. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kontekstual dengan pembelajaran langsung pada mata diklat Penyusunan RPP Sesuai Kurikulum 2013, mampu meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun RPP yang ditandai dengan meningkatnya kualitas RPP yang disusun peserta diklat.

Kata Kunci: menyusun RPP, pembelajaran kontekstual, diklat CBT

PENDAHULUAN

Mutu pendidik atau profesionalisme pendidik kini menjadi tuntutan banyak pihak dan hal ini tidak lepas dari proses pembinaan pendidik baik pembinaan langsung oleh kepala sekolah dan pengawas atau juga oleh Pusat-pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (P4TK). Membahas profesionalisme pendidik juga tidak akan lepas dari pembahasan tentang kompetensi pendidik, sebab kompetensi pendidik menjadi instrumen yang sangat penting guna menentukan keprofesionalan seorang pendidik. Standar Nasional Pendidikan menentukan standar profesi pendidik professional yakni wajib memenuhi atau memiliki 4 kompetensi yaitu kompetensi pedagogic, personal, professional dan social. Jika seorang pendidik telah memiliki empat kompetensi tersebut di atas, maka pendidik tersebut telah memiliki hak profesional.

Lebih lanjut dijelaskan di Standar Nasional Pendidikan pasal 28 ayat 3 butir a bahwa seorang pendidik dikatakan memiliki kompetensi pedagogik jika ia mampu mengelola pembelajaran dan peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan

pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Berdasarkan penjelasan tersebut maka karakteristik seorang pendidik professional salah satunya adalah memiliki kompetensi yang baik dalam merancang pembelajaran yang diimplementasikan dalam penyusunan RPP. Pada prakteknya RPP yang disusun lengkap, sistematis dan mengacu pada standar proses akan sangat menentukan keberhasilan pendidik dalam pengelolaan pembelajaran. RPP yang disusun dengan baik oleh pendidik akan berpengaruh baik pula pada pengelolaan pembelajaran di kelas. Sebab RPP yang baik dan inovatif akan memandu dan memudahkan pendidik dalam melaksanakan pembelajaran. Selain itu RPP sebagai penjabaran dari silabus yang disusun dengan baik akan mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar.

Berdasarkan data dan pengamatan peneliti di setiap kegiatan diklat guru khususnya saat peneliti memberikan materi diklat penyusunan RPP, para peserta diklat khususnya guru mata pelajaran Sosiologi belum memiliki pemahaman dan pemaknaan

(2)

secara utuh tentang RPP. Padahal penyusunan RPP merupakan aktivitas yang wajib mereka lakukan di setiap awal semester. Berdasar data hasil analisis awal yang dilakukan peneliti pada RPP-RPP milik peserta diklat yang wajib diserahkan sebelum mengikuti diklat guru Sosiologi SMA di P4TK PKN dan IPS khususnya mata diklat Penyusunan RPP, menunjukkan bahwa RPP yang mereka bawa dari sekolah masing-masing sebagian besar belum memenuhi standar proses penyusunan RPP.

Hal tersebut menjadi sebuah permasalahan yang kemudian mendorong peneliti melakukan evaluasi dalam penyampaian materi mata diklat Penyusunan RPP Mata Pelajaran Sosiologi, apakah karena metode dan strategi penyampaiannya, apakah karena bahan ajarnya atau apakah karena alokasi waktunya sehingga penyampaian kurang komprehensif. Dari analisis sementara, peneiliti menduga bahwa ada yang kurang sesuai dengan metode dan srategi yang dilakukan oleh widyaiswara dalam menyampaikan mata diklat Penyusunan RPP Mata Pelajaran Sosiologi. Model pembelajaran konvensional yang selama ini widyaiswara terapkan adalah mengajarkan konsep penyusunan RPP tanpa mengkaitkan dengan kondisi dan situasi nyata para pendidik Sosiologi SMA. Penyampaian materi belum mampu memfasilitasi peserta diklat untuk merefleksi RPP yang selama ini dibuat, materi disampaikan dengan lebih menekankan pada konsep dan prosedur bukan menekankan pada aplikasi. Selain itu, aktivitas pembelajaran terfokus pada penyampaian konsep dan prosedur serta kurang memberi kesempatan

peserta diklat untuk membangun

pemahamannya tentang RPP yang sesuai dengan situasi dan kondisi di masing-masing sekolah.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti beranggapan bahwa penerapan model pembelajaran kontekstual cocok diterapkan guna meningkatkan kemampuan peserta diklat mata diklat Penyusunan RPP Mata pelajaran Sosiologi. Johnson dalam Rusman (2011) menjelaskan bahwa pembelajaran kontekstual

memungkinkan peserta didik

menguhubungkan apa yang dipelajarinya dengan konteks kehidupan sehari-harinya untuk menemukan makna, selain itu pembelajaran kontekstual memperluas konteks pribadi secara lebih lanjut melalui pemberian pengalaman belajar yang aplikatif sehingga

merangsang otak untuk menghubungkan pengalaman lamanya dengan pengalaman baru sehingga menemukan makna baru. Dalam prakteknya, pembelajaran kontekstual ini mengarahkan pada proses pembelajaran yang bersifat konstruktif, menemukaan, bertanya, membangun masyarakat belajar, memunculkan pemodelan, melakukan refleksi dan melakukan penilaian berdasarkan hal yang sebenarnya atau bukti nyata (authentic).

Peneliti beranggapan bahwa kajian tentang upaya meningkatkan kemampuan menyusun RPP menjadi salah satu hal yang penting dan mendesak mengingat kemampuan adalah kemampuan yang vital bagi seorang pendidik, sebab bagaimana seorang pendidik mampu melaksanakan pembelajaran yang baik sementara ia tidak mampu membuat RPP yang baik. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengkaji permasalahan ini dengan melakukan penelitian diskriptif kualitatif.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Penelitian ini berlandaskan atas definisi oleh Bogdan dan Taylor (dalam Ulfatin, 2004) bahwa metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. penelitian deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat, mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Dalam penelitian deskriptif cenderung tidak perlu mencari atau menerangkan saling hubungan dan menguji hipotesis (Zuriah, 2009). Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif yang menekankan deskripsi tentang proses, yaitu untuk melihat bagaimana kecenderungan penyebaran suatu gejala dilakukan dan bagaimana hubungan antar gejala itu terjadi.

Dalam pendekatan kualitatif peneliti bertindak sebagai instrumen kunci dan sekaligus pengumpul data penelitian. Lokasi penelitian berada di P4TK PKN & IPS Kota Batu, lebih tepatnya di kelas pembelajaran Diklat CBT Guru Mata Pelajaran Sosiologi mata diklat Penyusunan RPP. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode observasi dengan instrumen berupa check list dan sebagai observer peneliti meminta rekan sejawat sebanyak 2 orang.Observasi dilakukan sebagai pengamatan dan pecatatan secara

(3)

sistematik terhadap gejala yang tampak pada subjek penelitian (Nawawi, 1990). Melalui teknik ini peneliti mendapatkan data dan deskripsi tentang pelaksanaan pembelajaran yang menerapkan model kontekstual dengan pembelajaran langsung. Selain itu peneliti juga menggunakan metode analisis dokumen dengan instrumen berupa pedoman penilaian dokumen RPP yang telah disusun peserta diklat sebagai hasil pembelajaran mata diklat Penyusunan RPP mata pelajaran Sosiologi. Analisis dokumen ini dilakukan untuk mendapat data dan informasi tentang kemampuan guru dalam menyusun RPP yang sesuai dengan Kurikulum 2013. Data yang didapatkan dari dua metode pengumpulan data tersebut lalu dianalisis.

Indikator keberhasilan penerapan model pembelajaran ini akan disimpulkan berdasarkan: 1) data observasi proses pembelajaran yang kemudian dikategorikan menjadi tingkat keberhasilan seperti yang dikategorikan Djamarah (2006) yakni Baik (75%-100%), Cukup (60%-75%), Kurang (<20%). 2) data analisis dokumen RPP yang kemudian dinilai dan dikategorikan menjadi Baik (skor 80-100), Cukup (60-80) dan Kurang (<60). Setelah didapatkan data kemudian dianalisis. Aktivitas dalam analisis data meliputi: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Reduksi berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Kemudian menyajikan data dalam bentuk teks narasi, grafik dan bagan sesuai dengan aspek-aspek penelitian. Langkah selanjutnya ialah menarik kesimpulan.

HASIL & PEMBAHASAN

Penilaian Awal Terhadap RPP Peserta Diklat

Setiap peserta diklat CBT Guru Sosiologi SMA diwajibkan membawa RPP yang telah mereka buat dan selama ini telah diterapkan untuk dijadikan bahan pembahasan saat mengikuti mata diklat penyusunan RPP. Sebelum mulai mengajar, peneliti selaku widyaiswara yang mengampu mata diklat tersebut telah menilai RPP para peserta diklat sebagai entry point dalam pelaksanaan pembelajaran mata diklat Penyusunan RPP. Hasil penilaian tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 1. Hasil Penilaian RPP Awal Rentang Nilai Kategori Jumlah (peserta) % 80 – 100 Baik 9 22,5 60-80 Cukup 13 32,5 < 60 Buruk 18 45 Jumlah 40 100

Data tersebut menunjukkan bahwa sebanyak 77,5% peserta diklat belum memiliki kemampuan yang baik dalam menyusun RPP mata pelajaran sosiologi sesuai Kurikulum 2013. Rata-rata penilaian awal RPP ini adalah 52,5 atau berkategori Kurang. Penilaian tersebut dilakukan peneliti sekaligus widyaiswara dengan komponen dan indikator penilaian seperti dalam tabel berikut.

Tabel 2. Komponen Penilaian RPP

1.Rumusan KI dan KD a Kejelasan rumusan

b Kelengkapan cakupan rumusan

c Kesesuaian indikator dengan kompetensi dasar

2. Pemilihan dan pengorganisasian materi ajar

a Kesesuaian materi dengan kompetensi b Kesesuaiannya dengan karakter peserta

didik

c Keruntutan dan sistematika/organisasi materi

d Kesesuaian materi dengan alokasi waktu 3. Pemilihan sumber belajar/media

pembelajaran

a Kesesuaian sumber belajar/media pembelajaran dengan kompetensi b Kesesuaian sumber belajar/media

pembelajaran dengan materi pembelajaran c Kesesuaian sumber belajar/media

pembelajaran dengan karakter peserta didik 4.Strategi pembelajaran

a Kesesuaian strategi dan metode pembelajaran dengan kompetensi b Kesesuaian strategi dan metode

pembelajaran dengan materi pembelajaran c Kesesuaian strategi dan metode

pembelajaran dengan karakter peserta didik d Kesesuaian penerapan strategi pembelajaran

dengan alokasi waktu 5.Penilaian hasil belajar

a Kesesuaian teknik penilaian dengan kompetensi

b Kesesuaian item soal dengan indikator c Kejelasan prosedur penilaian

(4)

Penerapan Model Pembelajaran Konteks-tual Dengan Pembelajaran Langsung Pada Pembelajaran Mata Diklat Penyusunan RPP

Berdasarkan penilaian awal, maka peneliti sekaligus widyaiswara memulai aktivitas pembelajaran di kelas mengikuti sintaks model pembelajaran kontekstual dengan pembelajaran langsung seperti yang telah diuraikan pada kerangka konseptual. Berdasarkan data obeservasi dari dua orang observer didapat data bahwa proses penerapan model pembelajaran kontekstual dengan pembelajaran langsung termasuk kategori berhasil. Semua langkah-langkah telah dijalankan dengan kualifikasi Baik.

Adapun langkah-langkah yang diterapkan yaitu: Pertama, widyaiswara menyampaikan tujuan & mempersiapkan peserta diklat, kedua, widyaiswara menjelaskan tujuan & kompetensi yang ingin dicapai, informasi latar belakang, garis besar materi penyusunan RPP, pentingnya RPP, dan mempersiapkan peserta diklat untuk mengikuti seluruh rangkaian kegiatan belajar. Ketiga, Widyaiswara mendemonstrasikan contoh-contoh penyusu-nan RPP sesuai dengan Kurikulum 2013. Keempat, widyaiswara mendemonstrasikan tahap demi tahap proses penyusunan RPP sesuai dengan kurikulum 2013. Kelima, widyaiswara membimbing peserta didik untuk menyusun RPP sesuai Kurukulum 2013. Keenam, melalui kegiatan tanya jawab dan diskusi widyaiswara mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik tentang pemahaman peserta didik dalam menyusun RPP sesuai kurikulum 2013 dan Ketujuh widyaiswara benar benar memberikan kesempatan pesert diklat untuk menyusun RPP sesuai Kurikulum 2013 mata pelajaran Sosiologi.

Data tersebut juga menunjukkan bahwa pembelajaran mata diklat Penyusunan RPP telah menerapkan model pembelajaran kontekstual dengan pembelajaran langsung. Pengetahuan awal yang dimiliki oleh peserta diklat tentang RPP dimanfaatkan oleh widyaiswara (peneliti) untuk mendorong peserta diklat untuk membangun (construct) pemahaman mereka sendiri tentang pengalaman baru yakni menyusun RPP sesuai Kurikulum 2013. Dalam proses pembelajaran peserta diklat didorong untuk menemukan hal yang berbeda (inquiry) dan menggunakan ketrampilan berpikir kritis (questioning) dalam mengidentifikasi RPP Kurikulum 2013.

Melalui kegiatan pembahasan bersama baik pada saat mengevaluasi RPP awal peserta diklat, saat mengevaluasi RPP hasil akhir ataupun saat diskusi dan brainstorming selama proses pembelajaran, maka widyaiswara telah mendorong peserta didik membentuk sebuah komunitas belajar di kelas. Peserta diklat diberi kesempatan untuk saling belajar, memberikan masukan dan saran dalam komunitas tersebut. Selanjutnya, dalam proses pembelajaran, widyaiswara memberikan contoh-contoh konkret RPP yang disususun berdasarkan kurikulum 2013, dalam hal ini contoh-contoh tersebut dijadikan pemodelan bagi peserta diklat untuk menjadi pedoman dan panduan dalam menyusun RPP nya masing-masing.

Baik di awal maupun di akhir pembelajaran, peserta diklat diarahkan untuk membuat refleksi tentang RPP hasil karyanya masing-masing sehingga mereka benar-benar diberi kesempatan untuk mengevaluasi RPP yang selama ini mereka susun. Terakhir widyaiswara melakukan penilaian berupa penilaian autentik yakni pendekatan dan instrumen penilaian yang memberikan kesempatan luas kepada peserta diklat untuk menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang sudah dimilikinya dalam bentuk tugas menyusun RPP mata pelajaran sosiologi sesuai dengan Kurikulum 2013. Dengan demikian secara komprehensif melalui penilaian autentik ini widyaiswara memiliki data perkembangan kemampuan peserta diklat dalam hal menyusun RPP.

Data penelitian menunjukkan bahwa RPP yang disusun peserta diklat sebagai hasil pembelajaran mata diklat Penyusunan RPP mengalami peningkatan kualitasnya.

Tabel 3. Hasil Penilaian RPP Akhir Rentang Nilai Kategori Jumlah (peserta) % 80 – 100 Baik 17 42,5 60-80 Cukup 15 40,0 < 60 Buruk 7 17,5 Jumlah 40 100

Data tersebut menunjukkan bahwa sebanyak 82,5% peserta diklat sudah memiliki kemampuan yang baik dalam menyusun RPP mata pelajaran sosiologi sesuai Kurikulum

2013. Dimana sebelum mengikuti

pembelajaran mata diklat Penyusunan RPP hanya 22,5% saja peserta diklat yang memiliki kemampuan baik dalam menyusun RPP mata pelajaran sosiologi sesuai Kurikulum 2013.

(5)

Dengan demikian terjadi peningkatan kemampuan peserta diklat dalam menyusun RPP mata pelajaran sosiologi sesuai Kurikulum 2013.

Namun demikian, model pembelajaran kontekstual dengan pembelajaran langsung yang peneliti terapkan belum mampu meningkatkan secara keseluruhan kemampuan peserta diklat dalam menyusun RPP mata pelajaran Sosiologi sesuai Kurikulum 2013. Data penelitian menunjukkan masih ada 7,5% peserta diklat yang memiliki kemampuan berkategori buruk. Mereka yang belum memuaskan tersebut sebenarnya secara sistematika sudah sesuai dengan format dalam kurikulum 2013, akan tetapi secara kontens isi dan scenario pembelajaran masih menggunakan model pembelajaran tekstual dimana guru masih mempunyai sudut pandang bahwa kegiatan pembelajaran hanya menuntaskan bab dan sub bab dalam buku pelajaran. Sehingga belum menunjukkan RPP yang betul-betul sesuai dengan model pembelajaran dalam kurikulum 2013.

Banyak faktor yang menyebabkan hal ini terjadi pada sebagian peserta diklat CBT ini, diantaranya pemahaman secara komprehensif tentang kurikulum 2013 secara keseluruhan masih kurang sehingga masih kesulitan ketika harus diimplementasikan dalam penyusunan RPP. Selain itu struktur program diklat yang membedakan materi keilmuan sosiologi dibuat terpisah dengan materi pedagogic, sehingga peserta diklat sulit mengintegrasikan materi pembelajaran keilmuan dengan materi pedagogic dimana integrasi itu seharusnya akan terlihat dalam RPP yang disusun peserta diklat.

KESIMPULAN & SARAN

Berdasar data dan kajian dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa secara proses, penerapan model pembelajaran kontekstual dengan pembelajaran langsung telah berhasil dilaksanakan sesuai langkah dan prosedur dengan kualifikasi Baik. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kontekstual dengan pembelajaran langsung pada mata diklat Penyusunan RPP Sesuai Kurikulum 2013, mampu meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun RPP yang ditandai dengan meningkatnya kualitas RPP yang disusun peserta diklat.

Saran yang dapat diberikan adalah perlu model pembelajaran yang bervairiasi dan

sesuai untuk mengajarkan penyusunan RPP pada guru-guru. Selain itu pengintegrasian materi keilmuan sosiologi dengan materi pedagogi dalam kurikulum 2013 menjadi penting dalam pelaksanaan DIKLAT CBT guru. Adanya pengintegrasian tersebut akan mendorong peserta diklat dapat langsung mengaplikasikan pembelajaran ke dalam RPP kurikulum 2013 sekaligus sesuai materi keilmuan atau kompetensi dasar yang akan diajarkan. Dengan demikian, berdasarkan RPP yang telah disesuaikan dengan kurikulum 2013 tersebut, peserta diklat akan mampu mengaplikasikan dalam kegiatan pembelajaran di tempat mengajar masing-masing.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta Bloom, Benjamin S. (1982). Taxonomy of

Educational Objectives, Cognitive Domain, Book I, New York : Logman. Djamarah , dkk. 2006. Strategi Belajar

Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Greenberg, John and Robert A. Baron. (1995). Behavior in Organization, New York: Prentice Hall International, Inc.

Hensey, Paul, Kenneth H. Blounchald and

Downey E. Johnson. (1996).

Management of Organizational Behavior, New York: Prentice Hall International, Inc.

Joyce, B. & Weil, M. 1996. Models of Teaching, 5th Edition. Boston : Allyn & Bacon.

Kardi, S. & Nur, M. 2000. Pengajaran Langsung. Surabaya: Unesa-University Press.

Kemdikbud. 2013. Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Sosiologi. Jakarta: Kemdikbud

Nawawi. 1990. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press

Rusman, 20110. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Rajagrafindo Persada

Trianto, 2010. Model Pembelajaran Terpadu, Jakarta: Bumi Aksara.

Ulfatin, N. 2004. Penelitian Kualitatif. Malang:

UM FIP Jurusan Administrasi

Pendidikan.

Zuriah, N. 2009. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan: Teori-Aplikasi. Jakarta: Bumi Aksara.

Referensi

Dokumen terkait

6LPSXODQ SHQHOLWLDQ LQL PHQXQMXNNDQ DGDQ\D SHUEHGDDQ GDUL NRQVHS WHRULWLN VHEHOXP\D GLPDQD NRPSHWHQVL LGHDOQ\D PHPLOLNL SHQJDUXK \DQJ OHELK WLQJJL GLEDQGLQJNDQ GHQJDQ PRWLYDVL

IMPLEMENTASI PROGRAM PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS MASYARAKAT DI SATUAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR SE-KECAMATAN SEYEGAN KABUPATEN SLEMAN Petunjuk Pengisian: Mohon memberi

Tumpuan perbincangan terhadap konflik-konflik dalam drama yang dikaji merangkumi tiga aspek iaitu kekuasaan, kemasyarakatan dan status atau kedudukan berasaskan faktor konflik

Yang bertanda tangan dibawah ini saya, Dyah Puspa Arumningtyas, menyatakan bahwa skripsi dengan judul : PENGARUH SPESIALISASI INDUSTRI AUDITOR, REPUTASI AUDITOR,

Tidak adanya Kejadian Nyaris Cidera (KNC) dalam Pemberian Obat oleh perawat Angka kejadian pasien, penunggu pasien dan karyawan jatuh di pelayanan rumah

Permintaan konsumen yang terus meningkat, dikombinasikan dengan peningkatan efisiensi perusahaan elektronik, akan meningkatkan profitabilitas industri dalam lima tahun

Seleksi in vitro dalam Media Mengandung PEG Untuk mengevaluasi pengaruh PEG terhadap pembentukan ES jagung, ES jagung dari kelima genotipe jagung yang diuji yang berumur satu

Dimensi perencanaan berkaitan dengan proses perencanaan dengan indikator antara lain: adanya organisasi yang melakukan perencanaan TIK, adanya sistem perencanaan