• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM PENGOLAHAN DATA PENJUALAN KAYU SECARA LANGSUNG DI PERUM PERHUTANI KPH PEMALANG. Naskah Publikasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SISTEM PENGOLAHAN DATA PENJUALAN KAYU SECARA LANGSUNG DI PERUM PERHUTANI KPH PEMALANG. Naskah Publikasi"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM PENGOLAHAN DATA PENJUALAN KAYU SECARA LANGSUNG DI PERUM PERHUTANI KPH PEMALANG

Naskah Publikasi

Diajukan oleh

Eki Yulian Dwi Nanda 02.02.4151

Kepada

JURUSAN MANAJEMEN INFORMATIKA

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM

YOGYAKARTA 2008

(2)
(3)

Data Processing System Wood Selling In The KPH Forestry Department Of Pemalang

Sistem Data Penjualan Kayu Secara Langsung Di Perum Perhutani KPH Pemalang

Eki Yulian Dwi Nanda Jurusan Manajemen Informatika

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

ABSTRACT

Today's computer technology continues to support human life, especially in the medical world. Various diseases can infect humans, including cikungunya disease, but still much less ordinary people who understand the types of diseases and how to handle it so difficult to take action treatment of this disease.

To help overcome this, the author tries to analyze the points of discussion and the results are intended to build an expert-based information systems to detect disease cikungunya. This expert system uses forward chaining method, the inference process to start the search from the premise to conclusion.

Software used to build an expert system application program is Windows based Visual Basic 6.0 with SQL Server 2000 database processing.

(4)

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Penghasilan Perum Perhutani yang hampir 90 % berasal dari hutan berupa kayu yang merupakan komoditas utama bagi Perum Perhutani, maka dari itu diperlukan suatu sistem penjualan dengan baik dan tepat. Bagi Perum Perhutani sebagai BUMN.

Di dalam kegiatannya Perum Perhutani memperoleh pendapatan dari hasil hutan, salah satunya penjualan kayu baik yang dijual melalui eksport maupun penjualan lokal. Perum Perhutani dalam mengadakan penjualan dilakukan dengan beberapa cara yaitu :

1. Penjualan dengan cara lelang (lelang besar dan lelang kecil). 2. Penjualan secara langsung (kontrak, SPP, SIP).

Lelang besar yaitu lelang yang diikuti calon pembeli atau pengusaha dari berbagai kota dalam wilayah satu propinsi yaitu Unit I Jawa Tengah, biasanya lelang besar diikuti dari perwakilan dari tiap-tiap KKPH se-Jawa Tengah. Dan pembelian kayu tidak dibatasi atau di atas 500 kubik.

Lelang kecil yaitu lelang yang diikuti calon pembeli atau pengusaha dan diikuti dari perwakilan KKPH yang ditunjuk (misalnya : KPH Jepara, Pati, Pekalongan, Pemalang, Balapulang). Lelang kecil ini untuk pembelian dibatasi kurang dari 500 kubik.

Di dalam penjualan kayu baik secara langsung maupun secara lelang masalah yang selalu timbul dan perlu mendapatkan perhatian adalah keseimbangan antara kayu yang dijual Perum Perhutani dengan permintaan konsumen atau masyarakat.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang sebagaimana tersebut di atas, yang penulis ajukan sebagai permasalahan adalah:

(5)

a. Bagaimana cara meningkatkan pengolahan data yang dilakukan secara manual yang membutuhkan waktu dan tenaga yang tidak sedikit ?

b. Apa hasil yang telah dicapai dengan adanya sistem komputerisasi pada Perum Perhutani ?

1.3 Batasan Masalah

Dalam penelitian ini agar tidak keluar dari masalah dan dapat mencapai hasil dan tujuan yang diharapkan, maka penulis hanya membatasi pada pengolahan data penjualan dan membutuhkan data yang meliputi stok barang, transaksi penjualan, pembelian dan pembuatan laporan. Untuk mengatasi kendala dalam pemprosesan data diperelukan suatu program aplikasi yang dapat membantu mempelancar dan meningkatkan efektivitas kerja dalam pengolahan data itu, adapun software yang digunakan dalam program aplikasi ini yaitu menggunakan aplikasi Visual Basic 6.0.

1.4. Tujuan Penelitian

Tugas akhir ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan Program Diploma III (D3) pada Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer AMIKOM Yogyakarta.

Selain itu mempunyai tujuan bagi mahasiswa dan Perum Perhutani : 1. Bagi Mahasiswa

a. Untuk menerapkan ilmu yang telah diperoleh di bangku kuliah. b. Untuk mendapatkan wawasan yang diperoleh.

2. Bagi Perum Perhutani

a. Mendapatkan system yang baru yang bersifat komputerisasi. b. Membandingkan pengolahan data secara manual dengan

(6)

2. LANDASAN TEORI 2.1. Kecerdasan Buatan

Kecerdasan buatan merupakan ilmu komputer yang mempelajari kemampuan komputer untuk bertindak dan memiliki kecerdasan seperti manusia (Minsky, 1989). Kecerdasan buatan dapat didefenisikan sebagai kawasan penelitian, aplikasi dan instruksi yang terkait dengan pemrograman komputer untuk melakukan sesuatu hal yang cerdas (Simon, 1987). Kecerdasan buatan termasuk dalam sub-bidang pengetahuan komputer yang khusus ditujukan untuk membuat software dan hardware yang sepenuhnya bisa menirukan beberapa fungsi otak manusia.

Dalam ilmu komputer, banyak ahli yang berkonsentrasi pada pengembangan kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI), karena, kecerdasan buatan dapat melakukan penalaran terhadap data yang tidak komplit. Hal ini sangat tidak mungkin dilakukan oleh pemrograman konvensional. Kemampuan penalaran dan penjelasan terhadap setiap langkah dalam pengambilan keputusan menjadi kelebihan dari kecerdasan buatan (Turban, 1995).

Ada tiga tujuan kecerdasan buatan(Wingston dan Prendergast, 1994), yaitu: membuat komputer lebih cerdas, mengerti tentang kecerdasan dan membuat mesin lebih berguna. Yang dimaksud dengan kecerdasan adalah kemampuan untuk mengerti dari pengalaman, memahami pesan kontradiktif dan ambigu, menanggapi dengan cepat dan baik terhadap situasi yang baru, menggunakan penalaran dalam memecahkan masalah serta menyelesaikannya dengan efektif.

Kecerdasan buatan berbeda dengan program konfensional. Pemrograman konfensional berbasis pada algoritma yang mendefinisikan setiap langkah dalam

penyelesaian masalah. Pemrograman konvensional dapat menggunakan rumus matematika untuk menghasilkan solusi. Lain halnya dengan

(7)

pemrograman dalam kecerdasan buatan yang berbasis pada representasi simbol dan manipulasi (Kusrini, 2006).

Seorang ahli kecerdasan buatan bertanggung jawab untuk menerapkan pengetahuannya dalam pembuatan program yang efektif dan cerdas.

3. TINJAUAN UMUM

3.1. SEJARAH SINGKAT PERUM PERHUTANI

Negara Indonesia adalah negara yang memiliki banyak sumber kekayaan alam yang meliputi tanah, air dan udara (Pasal 33 UUD 1945). Salah satu kekayaan alam yang kita miliki adalah hutan. Secara fisik hutan adalah suatu lapangan tempat tumbuhnya pohon-pohon yang secara keseluruhan merupakan persekutuan hidup akan hayati lingkungan.

Menurut Undang Undang No. 5 Tahun 1957, tentang ketentuan pokok kehutanan menyebutkan bahwa :

1. Hutan adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa yang sebagai kekayaan alam yang memberi manfaat serba guna yang mutlak dibutuhkan oleh umat manusia sepanjang masa.

2. Hutan di Indonesia sebagai sumber kekayaan alam dan salah satu unsur basis pertahanan nasional yang harus dilindungi dan dimanfaatkan guna kesejahteraan rakyat.

Perum Perhutani dalam perkembangannya mengelola hutan mengalami dua periode, yaitu :

3.1.1. Periode Sebelum Kemerdekaan

Sebelum tahun 1602 disebut masa feodal, pada masa itu hutan yang ada di Indonesia masih dikuasai oleh para raja dan ratu. Tahun 1602 – 1842, disebut masa Kolonial Belanda. Akibat politik Devide et Impera, hutan yang semula dikuasai raja dan

(8)

ratu berangsur-angsur pindah ke tangan belanda. Tahun 1808, Gubernur Jendral Daendels mengeluarkan peraturan, instruksi dan perjanjian yang mengatur tentang penguasaan hutan. Selain itu dibentuk pula badan pelaksana khusus yang terdiri dari Inspektorat Jendral, Lembaga Administrasi Hutan atau Kelayakan dan Komisariat Hutan, tahun 1849 dibentuk Dients Van Het Bosch Wezen sebagai usaha untuk merintis jalan untuk ke arah pengurusan hutan. Kemudian disusul dengan Undang Undang Kehutanan pada tahun 1847.

3.1.2. Periode Sesudah Kemerdekaan

Dengan diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia tahun 1945, Ringyo Tyuo Zumusjo diambil alih oleh pemerintah Republik Indonesia dan dijadikan Djawatan Kehutanan. Djawatan ini bersifat sentralis dan keduanya di bawah Kementrian Pertanian.

Dengan adanya Peraturan Pemerintah No. 64 Tahun 1957, terjadilah perubahan struktur dari bentuk Djawatan Kehutanan menjadi Dinas Kehutanan yang berada di bawah kekuasaan Pemerintah Daerah sebagai perencanaan tetap diatur oleh pusat. Dalam perkembangan Dinas Kehutanan kenudian dirubah menjadi Perusahaan Negara berdasarkan atas Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 1961 dengan nama Badan Umum Kehutanan Negara. Atas dasar Pasal 23 UUD 1945 kemudian pemerintah mengeluarkan Undang Undang No. 5 Tahun 1967, tentang ketentuan – ketentuan pokok Kehutanan yang di dalamnya menetapkan, mengatur perencanaan, peruntukan, penyediaan, dan penggunaan hutan sesuai dengan fungsinya dalam memberikan manfaat bagi rakyat dan negara.

(9)

Untuk menindak lanjuti Undang Undang No. 5 Tahun 1967 kemudian didirikan atas dasar Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 1972 L.N 1972 No. 2 LN meliputi Unit I Perum Perhutani Jawa Tengah, Unit II Perum Perhutani Jawa Timur. Kemudiaan dikeluarkan peraturan baru yaitu peraturan pemerintah No. 2 Tahun 1978 L.N. 1978 No. 2 tentang penambahan Unit Produksi Perum Perhutani (Unit III Perum Perhutani Jawa Barat). Unit I Perum Perhutani Jawa Tengah berkedudukan di Semarang, dengan wilayah kerja Direksi PN Perum Perhutani Jawa Tengah.

3.2. WILAYAH HUTAN PERUM PERHUTANI KPH PEMALANG

Perum Perhutani KPH Pemalang mempunyai 3 (tiga) wilayah hutan yang meliputi :

1. Wilayah Jatinegaran 2. Wilayah Bantarbolang 3. Wilayah Comal

Luas wilayah bagian hutan adalah luas kawasan hutan ditambah dengan luas kawasan di luar hutan yang masuk ke dalam daerah kring atau keamanan bagian hutan yang bersangkutan.

Luas wilayah bagian hutan pada perum perhutani adalah sebagai berikut :

1) Kawasan Wilayah Jatinegara ± 8.500,41 ha a. Luas Hutan = ± 8.407,50ha

b. Alur = ± 93,41 ha

2) Kawasan Wilayah Bantarbolang ± 7.858,46 ha a. Luas Hutan = ± 7754,20 ha

b. Alur = ± 104,66 ha

3) Kawasan Wilayah Comal ± 8.064,06 ha a. Luas Hutan = ± 7953,70 ha

(10)

b. Alur = ± 110 ha

Areal Hutan KPH Pemalang mempunyai luas ± 24.423,43 ha

3.5 Sistem Yang Sedang Berjalan

Yang dimaksud sistem yang sedang berjalan adalah suatu kegiatan yang menggambarkan prosedur kerja pada sistem yang sekarang berjalan di Perusahaan Umum (PERUM) Perhutani KPH Pemalang.

3.6.1. Flowchat Sistem Yang Ada

Data Pembeli Input Data Penjualan Data Kayu Pengolahan Data Penjualan Pembuatan Laporan Laporan Penjualan

Gambar 3.1 Flowchart Sistem Yang Ada

Berdasarkan flowchart sistem yang ada, sistem pengolahan data penjualan masih sebagian besar menggunakan sistem manual, hal ini dapat dilihat ketika proses pemasukan data pembeli dan data kayu kedalam proses transaksi penjualan yang masih menggunakan sistem manual. Hal ini menyebabkan terhambatnya proses pendataan para pembeli dan data persediaan kayu yang ada di Perum Perhutani KPH Pemalang.

(11)

4. PEMBAHASAN MASALAH

4.1. Flowchart Sistem Yang Diusulkan

Flowchart sistem adalah suatu model logika yang digunakan untuk menggambarkan sistem secara fisik, menunjukkan arus dari suatu proses dari dalam program.

Gambar 4.1 Flowchart Sistem Yang Diusulkan 4.2. Data Flow Diagram

Data flow diagram yang diusulkan tidak tergantung pada hardware, software, struktur data atau organisasi file, tetapi tergantung pada kebutuhan instansi yang bersangkutan. Data flow diagram bertujuan untuk memudahkan pemakai dalam memahami dan mempelajari arus data dari suatu sistem sebagai peralatan komunikasi akhir. Data flow diagram merupakan titik awal untuk merancang suatu sistem.

(12)

Gambar 4.2 Data Flow Diagram Yang Diusulkan 5. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan pembuatan laporan yang telah dibuat dari bab 1 sampai bab 4, laporan yang berjudul system pengolahan data penjualan kayu secara langsung di Perum Perhutani KPH Pemalang dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. System baru jauh lebih baik dari system lama, dalam hal ini efisiensi. 2. System yang baru tidak merubah proses bisnis yang ada di Perum

Perhutani KPH Pemalang tetapi hanya mengganti system manual ke system computer pada bagian KG. TPK dengan cara konversi parallel. 3. System yang baru tidak memerlukan karyawan yang baru yang

mengetahui tentang computer tetapi hanya memberikan pelatihan dan pengetahuan secukupnya terhadap karyawan yang menangani bagian penjualan yang ada di Perum Perhutani KPH Pemalang

4. Dengan menggunakan system yang baru informasi yang dapat diperoleh dengan cepat, tepat dan akurat

(13)

5. Penanganan system yang baru ternyata dapat mengurangi kesalahan-kesalahan yang serinng muncul pada system manual.

6. Pembuattan laporan dilakukan dengan cepat.

Daftar Pustaka

Anonim, 1994, Pedoman Penjualan Dalam Negeri, Perum Perhutani, Jakarta.

Anonim, 1992, Sejarah Data Perum Perhutani KPH Pemalang, PHT 87 Seri Produksi 64, Jakarta.

Anonim, 1974, Keputusan Direksi Perum Perhutani, PHT 6 Seri Pemasaran 1, Jakarta.

Hani Handoko, t, 1980, Manajemen, BPFEE, Yogyakarta.

Jogianto II.M, 1995, Analisis dan Desain, Andi Offset, Yogyakarta. Faried Irmansyah, Pengantar Database, Kuliah Umum Ilmu Komputer. Fathansyah Ir, Basis Data, Edisi Keempat, Informatika, Bandung.

Wayne S.Freeze, Visual Basic 6 Data Base Programming Bible, ID6 Books Wordwide.

Ario Suryo Kusumo Drs, Buku latihan Microsoft Visual Basic 6.0.

Longkutoy John J, 1995, Pengenalan Komputer, Mutiara Sumber Widya, Jakarta.

Gambar

Gambar 3.1 Flowchart Sistem Yang Ada
Gambar 4.1 Flowchart Sistem Yang Diusulkan  4.2.  Data Flow Diagram
Gambar 4.2 Data Flow Diagram Yang Diusulkan  5.  PENUTUP

Referensi

Dokumen terkait

Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh kebisingan terhadap kelelahan pada tenaga kerja Industri Pengolahan Kayu Brumbung Perum Perhutani

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pendugaan Nilai Tegakan dan Analisis Nilai Tambah Jati ( Tectona grandis L. f .) di KPH Pemalang Perum Perhutani Unit 1

Dengan adanya pembuatan desain tersebut maka getah pinus mampu mendapat jaminan telah berasal dari hutan yang dikelola secara lestari dan KPH Banyuwangi Utara Perum Perhutani Unit

Prestasi Kerja dan Analisis Biaya Penyaradan Kayu Pinus dengan Skyline System di BKPH Cadasngampar, KPH Sumedang, Perum Perhutani Unit i l l Jawa Barat.. (Dibawah

Saran dari penelitian ini yaitu : (1) Kepada Perum Perhutani KPH Pemalang hendaknya meningkatkan intensitas kerjasama dengan masyarakat dan pemerintah daerah setempat

Saran dari penelitian ini yaitu : (1) Kepada Perum Perhutani KPH Pemalang hendaknya meningkatkan intensitas kerjasama dengan masyarakat dan pemerintah daerah setempat

5.20 Hasil Residual risk Pekerjaan Merencek Pohon yang Sudah Ditebang di Unit Penebangan Kayu Hutan Produksi Perum Perhutani KPH Madiun Pada Bulan Agustus Tahun

Berdasarkan keterangan Wahyu Setyawan Sutikto selaku Staf pelaksana Hukum Kepatuhan,Tenurial &Agraria, Manajemen Resiko Perum Perhutani KPH Pemalang menjelaskan