• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR LEMPAR LEMBING MELALUI PENDEKATAN BERMAIN PADA SISWA KELAS VII SMP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR LEMPAR LEMBING MELALUI PENDEKATAN BERMAIN PADA SISWA KELAS VII SMP"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR LEMPAR LEMBING MELALUI PENDEKATAN BERMAIN PADA SISWA KELAS VII SMP

AHMAD ALMUNAWAR

Prodi PendidikanJasmani Kesehatan Dan Rekreasi

Stok Bina Guna Medan ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peningkatan hasil belajar Lempar Lembing dengan menggunakan penerapan Pendekatan Bermain pada siswa kelas VIII SMP SWASTAGKPS 1 PEMATANG RAYA tahun ajaran 2015/2016. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan September 2015.

Berdasarkan hasil belajar siswa pada siklus I setelah tes hasil belajar I dapat dilihat bahwa kemampuan awal siswa dalam melakukan teknik lempar lembing masih rendah. Dari 25 orang siswa terdapat 10 orang (40%) yang telah mencapai ketuntasan belajar, sedangkan 15 orang (60%) belum mencapai ketuntasan belajar. Dengan nilai rata-rata hasil belajar siswa adalah 60,97. Sedangkan pada siklus II dapat dilihat bahwa kemampuan siswa dalam melakukan tes hasil belajar secara klasikal sudah meningkat. Dari 25 orang siswa terdapat 22 orang (88%) yang telah mencapai ketuntasan belajar, sedangkan 3 orang (12%) belum mencapai ketuntasan belajar. Dengan nilai rata-rata hasil belajar siswa adalah 80,16. Berdasarkan hal itu maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran melalui Penerapan pendekatan bermain dapat meningkatkan hasil belajar Lempar Lembing pada siswa kelas VIII SMP SWASTAGKPS 1 PEMATANG RAYA KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN AJARAN 2015/2016.

KATA KUNCI : Hasil belajar Lempar Lembing, Pendekatan Bermain

PENDAHULUAN

Pendidikan jasmani merupakan wahana pendidikan, yang memberikan kesempatan bagi anak untuk mempelajari beberapa hal-hal yang penting. Oleh karena itu, pelajaran pendidikan jasmani tidak kalah penting dibandingkan dengan pelajaran lain seperti : matematika, bahasa, IPA, IPS dan lainnya. Sekolahadalah sebagai lembaga formal dalam system pendidikan tidak telepas dari usaha-usaha

peningkatan prestasi belajar dan prestasi dibidang yang lain buat anak didik terutapa pendidikan jasmani. Yang dalam kegiatannya ada proses pembelajaran yang merupakan kegiatan pokok dalam kesuluruhan kegiatan pendidikan disekolah. Hal ini berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan dalam bentuk terjadinya perubahan tingkah laku, pengetahuan, maupun keterampilan siswa tergantung pada bagaimana proses

(2)

pembelajaran yang dialami oleh siswa sebagai anak didik.

Namun demikian tidak semua guru terutama guru pendidikan jasmani menyadari hal tersebut, sehingga banyak anggapan bahwa pendidikan jasmani boleh dilaksanakan secara asal-asalan atau tidak terprogram. Hal ini tercermin dari berbagai hal negatif tentang pelajaran pendidikan jasmani, mulai dari kelemahan dari proses penetap, misalnya membiarkan anak bermain sendiri hingga rendahnya mutu hasil pelajaran dan kebugaran jasmani yang sangat rendah.

Pendidikan jasmani bagian terpenting dari sebuah proses pendidikan. Melalui pendidikan jasmani yang diarahkan dengan baik, anak-anak akan mengembangkan keterampilan yang berguna bagi pengisian waktu senggang, terlibat dalam aktivitas yang kondusif untuk mengembangkan hidup sehat, berkembang secara social, dan menyumbang pada kesehatan fisik dan mentalnya.

Pendidikan jasmani merupakan mata pelajaran yang diajarkan mulai pendidkan dasar sampai pendidikan menengah atau kejuruan. Melalui proses pendidikan jasmani, olahraga, kesehatan diharapkan dapat mendorong pertumbuhan fisik, keterampilan motorik serta pengetahuan.

Pendidikan jasmani sebagai komponen pendidikan secara keseluruhan telah disadari oleh semua kalangan.Namun, pelaksanaannya pendidikan jasmani berjalan belum efektif seperti yang diharapkan.Peran pendidikan jasmani sangat penting, yakni memberikan kesempatan kepada siswa terlibat langsung dalam aneka gerak pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani.Hal tersebut merupakan media untuk mendorong perkembangan keterampilan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan dan penalaran, penghayaan nilai-nilai (sikap mental, emosional, spiritual dan sosial), serta membiasakan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan yang seimbang.

Keunikan pendidikan jasmani adalah terletak pada proses pengajarannya yang menekankan aktifitas siswanya, dan memenafaatkan aktifitas jasmani sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Karena tujuannya bersifat menyeluruh dan lengkap yang mencakup perkembangan total, berupa : fisik, intelektual, emosional, sosial, moral dan spiritual.

Pendidikan jasmani dapat dipandang sebagai bagian yang integral dari pendidikan menyeluruh yang memberikan kontribusi kepada perkembangan individu melalaui medium gerak manusia.Adapun gerak manusiayang dimanfaatkan oleh pendidikan jasmani itu

(3)

bukanlah sembarang gerak.Gerakan-gerakan itu yang sudah dikemas dalam paket-paket tertentu berupa berbagai cabang olahraga dan permainan.

Melalui pembelajaran pendidikan jasmani peserta didik akan memperoleh pengalaman yang erat kaitannya dengan kesan pribadi yang menyenangkan berbagai ungkapan kreatif, inovatif, keterampilan gerak, kesegaran jasmani, pola hidup sehat, pengetahuan dan pemehaman terhadap gerak manusia, juga akan membentuk kepribadian yang positif.

Proses belajar mengajar (PMB) merupakan intekrasi berkelanjutan antara prilaku guru dan peserta didik. Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar pendidikan jasmani keempat faktor ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain, yaitu : tujuan, materi, metoda, dan evaluasi. Salah satu prinsip penting dalampendidikan jasmani adakah pastisipasi peserta didik secara penuh dan merata.Oleh karena itu, guru pendidikan jasmani harus memperhatikan kepentingan setiap peserta didik.

Pembelajaran pendidikan jasmani dilaksanakan melalaui aktifitas jasmani.Namun hal ini, masih banyak pihak yang salah kaprah tentang pendidikan jasmani, dikarenakan pendidikan ini menggunakan gerak atau aktivitas jasmani sebagai sarana

pembelajaran, maka dianggap pendidikan ini hanyalah sebagai pelengkap karena diperuntukkan bagi kebutuhan jasmani saja. Melalaui aktivitas jasmani akan disusun secara sistematik dan terencana untuk menuju manusia Indonesia yang seutuhnya.

Berdasarkan observasi Lempar Lembing siswa Swasta Gkps 1 Pematang Raya Kabupaten Simalungun , masih banyak di temukan siswa yang mengalami kesulitan pada teknik dasar lempar lembing, hal ini terbukti banyak siswa yang belum memahami cara memegang lembig yang benar, sikap awal dan akhir siswa pada saat melempar lembing juga kurang tepat. Hal ini disebabkan karena guru kurang memberikan metode pembelajaran yang optimal guru tidak menggunakan media atau alat yang membantu agar siswa dapat memahami dan melakukan pembelajaran secara baik dan benar.

Informasi yang diperoleh dari guru penjas dari 25 siswa yang ada di kelas VIII2 hanya ada 5 siswa yang tuntas (20%) dan 20 siswa yang tidak tuntas (80%) siswa yang paham tentang teknik lempar lembing dengan KKM adalah 75. Berarti dari data tersebut sekurangnya hanya sekitar 32% dari jumlah siswa yang ada, yang berhasil memahami tentang cara memegang lembing, melempar lembing,

(4)

sikap badan saat melempar dan sikap badan setelah melempar lembing.

Namun nilai itu belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal secara klasikal yang ditetapkan sekolah yaitu sekitar 85% dari keseluruhan siswa. Melihat kondisi belajar tersebut ada beberapa upaya yang dapat dilakukan salah satunya adalah pembelajaran dengan menerapkan pendekatan bermain.

Penyelenggaraan pendidikan jasmani di sekolah menengah pertama berpotensi untuk mengembangkan peserta didik ke arah yang lebih optimal, karena dengan pendidikan jasmani peserta didik akan memperoleh tempat yang paling tepat untuk mengungkapkan kesan pribadi, ungkapan yang kreatif, serta memiliki pengetahuan dan pemahaman terhadap gerak manusia. Tujuan utama pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah menengah pertama adalah memantau peserta didik agar meningkatkan keterampilan gerak mereka, disamping agar mereka merasa senang dan mau berpartisipasi dalam berbagai aktivitas.

Khusus dalam mata pelajaran pendidikan jasmani,olahraga dan kesehatan, guru pendidikan jasmani di SMP tidak menampilkan pembelajaran yang menarik sehingga disini perlu dibuat model pembelajaran yang menarik dan terprogram dengan baik.

Salah satu prinsip penting pelajaran pendidikan jasmani harus menekankan berpartisipasi aktif dan merata serta berpusat pada anak didik, artinya adalah bahwa seorang guru pendidikan jasmani harus menyajikan materi sesuai dengan tingkat kemampuan anak didik. Materinya meliputi gerak sehari-hari, mulai dari : merayap, merangkak, melempar, berjalan, berlari, melompat, meloncat, memanjat, berayun, berguling, berjingkat, menggendong, melempar, menangkap, memukul, mengangkat, menahan, mendorong, menekan, menarik dan seterusnya.

Menurut Yusuf A. Sasmita (1992:96), Lempar lembing adalah merupakan salah satu nomor yang diperlombakan dalam cabang olahraga atletik dan merupakan kelompok field (lapangan), lempar lembing juga termasuk dalam kelompok nomor-nomor lempar.

Kemampuan lempar lembing yang maksimal didukung oleh kondisi fisik dan kemampuan fisik seperti kekuatan, kelincahan daya ledak, koordinasi, kemampuan fisik yang dimiliki individu sebagai hasil belajar dan latihan akan tampak kalau memiliki bakat dasar berupa karakteristik individu. Adapun lapangan lembing dapat dilihat dari gambar dibawah ini:

(5)

Gambar 2.I. Ukuran Lapangan Lembing Sumber :http//Tunas63.wonderpress.com

Teknik dalam olahraga lempar lembing meliputi: cara memegang, lemparan dari sikap berdiri, dan lemparan dengan tiga atau lima langkah.

a. Lembing

Menurut Roji. (2006:94) Ukuran Lembing Putra dan Putri yang berukuran sebagai berikut : Untuk Putra Untuk Putri • Berat Lembing 700- 850 gram • Panjang 260 -270 cm • Panjang Lilitan Untuk Pegangan 15 – 16 cm • Berat Lembing 600 gram • Panjang 220 -230 cm • Panjang Lilitan Untuk Pegangan 14 – 15 cm

Kontruksi: Lembing terdiri dari 3 bagian : (1) mata lembing, (2) badan lembing dan (3) tali pegangan. Badan lembing dibuat dari metal dan pada ujung depan terpasang kokoh sebuah mata lembing yang runcing. Tali pegangan

(melilit pada badan lembing) berada di titik pusat gravitasi dan tidak melebihi garis tengah badan lembing dari 8 mm. Lilitan tali pegangan lembing harus sama tebal dan bergerigi, tanpa sabuk atau benjolan.

Gambar 2.II : Ukuran Lembing Sumber : Adi Winendra (2008 : 69)

b. Cara Memegang Lembing

Menurut Roji (2006:95) “Untuk melempar lembing yang sesungguhnya diperlukan cara memegang dan membawa lembing dengan baik dan benar, yakni:

Gambar 2.3 : Cara memegang Lembing

Sumber : Roji. 2006. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Cara Memegang Lembing Dibagi 3 cara yaitu cara amerika,cara filandia dan cara pengangan tang, namun peneliti

(6)

menggunakan cara amerika yag sesuai dengan karakter peserta didik di SMP cara amerika adalah sebagai berikut:

1. Cara Amerika

Adapun cara pegangan amerika adalah:

• Lembing di pegang pada bagian belakang lilitan tali

• Kelima jari dilatakkan pada lilitan tali

• Jari tengah dan ibu jari menggenggam lilitan tali pada lembing

• Jari telunjuk menempel pada lembing, hingga posisilembing tepat berada pada garis tengah telapak tangan.

Peneliti memilih untuk cara memegang dengan cara Amerika, karena cara ini lebih mudah dimengerti siswa sehingga lembing mudah dikuasai dan mudah untuk untuk dimengerti pembelajaran meskipun seluruh pembelajaran lembing akan dikenakan kepada siswa tapi penelitian menyatakan agar siswa dapat menggunakan cara Amerika dalam proses pembelajaran.

c. Cara Amerika Membawa Lembing

Menurut Muhajir (2006:123) “Cara Membawa Lembing perlu diperhatikan dengan benar agar pada saat merentangkan lembing tidak kaku”.

Gambar 2.4 : Cara membawa Lembing

Sumber : Roji. 2006. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Cara Membawa Lembing dibagi 2 :

1. Mata Lembing Serong Ke Bawah a. Diawali sikap berdiri tegak

b. Lembing dipegang, kemudian diangkat setinggi telinga dengan sikut ditekuk

c. Mata lembing mengarah ke depan serong ke bawah

2. Mata Lembing Serong Ke Atas a. Diawali sikap berdiri tegak

b. Lembing dipegang, kemudian diangkat setinggi telinga dengan sikut ditekuk

c. Mata lembing mengarah ke depan serong ke atas

d. Cara Melakukan Awalan Lempar Lembing

Teknik melakukan awalan dalam melempar lembing pada dasarnya dilakukan dengan dua cara, yaitu menggunakan awalan langkah jingkat dan awalan langkah silang besar. Dalam penelitian ini, peneliti hanya menggunakan

(7)

awalan langkah jingkat. Awalan langkah jingkat sangat mudah dilakukan karena tidak membutuhkan posisi tubuh yang menyulitkan bagi pemula dan pelajar. Pada awalan langkah jingkat ini hanya tinggal melakukan lemparan dengan awalan lari menjingkat.

Seperti yang dikemukakan oleh Roji. (2006:96) cara melakukan awalan Langkah jingkat ini adalah sebagai berikut :

1. Berdiri menghadap arah gerakan lemparan)

2. Lembing dipengang dan diangkat setinggi telinga dengan sikut ditekuk

3. Mata lembing serong ke atas 4. Lari dengan cepat kearah lemparan

Gambar 2.4: Cara melakukan awalan lempar lembing

Sumber : Roji. 2006. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan

e. Cara Melempar Lembing Menurut Roji. (2006:96) cara melempar lembing adalah sebagai berikut :

1. Berdiri menghadap arah lemparan, lakukan awalan lari dengan cepat kearah lemparan.

2. Pada saat kaki kanan sampai pada tanda yang telah ditentukan, tangan kanan mulai diluruskan ke belakang, Pada saat kaki kiri melangkah ke depan dan mendarat, lakukan gerak berjingkat (hop) menggunakan kaki kanan.

3. Setelah kaki kanan berakhir melakukan gerak jingkat (hop)/mendarat, langkah kaki kiri selebar/sejauh mungkin ke kiri, Pada saat kaki mendarat, pindahkan berat badan pada kaki kanan hingga lututnya rendah dan lengan kanan lurus ke belakang serong bawah. 4. Dengan didahului sikut menekuk,

lembing dibawa ke depan melalui atas bahu bersamaan kaki kanan lurus, diikuti dengan majunya kaki kiri dan tangan kanan mangayun lembing serong atas, lepaskan lembing dari pegangan tangan setelah lengan posisi lurus.

(8)

Gambar 2.5 : Cara melakukan lempar lembing

Sumber : Muhajir. 2006. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan f. Gerakan Badan Setelah

Melempar Lembing

Saat melakukan teknik lempar lembing, kekuatan lemparn tidak hanya bertumpu pada tangan, namun dorongan koordinasi kaki dan badan pun turut menentukan akhir dari sebuah lemparan.

Menurut Roji. (2006:97) posisi badan setelah melempar lembing adalah sebagai berikut :

1. Langkahkan kaki kanan ke depan dan kaki kiri ditarik ke belakang badan

2. Sikap kaki kiri tergantung rileks di belakang badan

3. Posisi badan menyamping arah lemparan

4. Keluar melalui samping garis perpanjangan diameter garis pinggir.

Gambar 2.6: serangkaian gerakan badan setelah melempar lembing

PEMBAHASAN

Penelitian ini dilaksanakan di lapangan SMP Swasta Gkps 1 Pematang Raya Kabupaten Simalungun. Sebelum penelitian dilakukan, terlebih dahulu peneliti melakukan observasi dan mendapatkan data awal yang bertujuan untuk melihat dan merumuskan masalah yang diperoleh dari hasil data awal yang dilakukan.

Tabel 4.1

Deskripsi Data Awal Lempar Lembing

No Hasil Tes Jumlah Siswa Persentase 1 < 70 (Tidak tuntas) 20 80% 2 ≥ 70 (Tuntas) 5 20%

Berdasarkan tabel deskripsi Data Awal Lempar Lembing dapat dilihat bahwa kemampuan siswa dalam pembelajaran Lempar Lembing belum mencapai nilai KKM yang ditentukan.

(9)

Dari 25 siswa yang menjadi Sabjek dalam penelitian ini, ternyata hanya 5 siswa (20%) yang memiliki ketuntasan belajar, sedangkan selebihnya 20 orang siswa (80%) belum memiliki ketuntasan belajar. Dengan nilai rata-rata hasil belajar siswa adalah 63,8.

Peningkatan sebanyak 22 siswa yang lulus atau 88% dari jumlah keseluruhan siswa menunjukkan terjadinya Kemajuan siswa dalam mengikuti pembelajaran Lempar Lembing dengan gaya Mengajar pendekatan bermain peneliti dan kolaborator telah menemukan jawaban yang menjadi bahan penelitian, yaitu penerapan pendekatan bermain dapat meningkatkan hasil belajar Lempar Lembing.

Tabel. 3 Hasil penilaian Lempar Lembing No Kategori Nilai kelulusan Siklus 1 Siklus 2 F % F % 1. Lulus > 70 15 60 22 88 2. Tidak lulus < 70 10 40 3 22 3. ∑ 25 100 25 100

Dilihat dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pada pada siklus 1 bahwa siswa yang lulus 15 (60%) siswa dan yang tidak lulus 10 (40%) siswa, pada siklus 2 terlihat peningkatan yang signifikan bahwa siswa yang lulus berjumlah 22 (88%) dan yang tidak lulus berjumlah 3 (22%), jadi dapat disimpulkan

bahwa ada peningkatan hasil belajar Lempar Lembingdi lihat dari siklus 1 dibandingkan dengan siklus 2. Lebih jelasnya dapat dilihat dari diagram histogram berikut ini:

Gambar 4. Histogram hasil belajar Lempar Lembing

Menurut peneliti dan kolaborator, penelitian berhenti sampai disini dan tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya, karena permasalahannya sudah terjawab yaitu melalui penelitian penerapan pembelajaran pendekatan bermain terhadap proses belajar mengajar.

Penelitian ini dianggap berhasil jika terjadi peningkatan hasil belajar siswa. Hal inilah yang menjadi indikator keberhasilan penelitian yang dilakukan. Hasil penelitian menunjukan bahwa melalui pendekatan bermain mengalami peningkatan dari sebelumnya.

Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti telah melakukan observasi awal terhadap kemampuan hasil belajar Lempar Lembing. Observasi awal dilakukan

10

3 15

22

Siklus I Siklus II

(10)

sebagai acuan dalam merancang bentuk pembelajaran, yang diharapkan dapat menjadi salah satu solusi dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar Lempar Lembing.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan, secara umum dapat disimpulkan bahwa:

Adanya peningkatan hasil belajar siswa melalui pendekatan bermain pembelajaran pendidikan jasmani Lempar Lembing pada siswa kelas VII Swasta Gkps 1 Pematang Raya. Pada siklus I siswa cukup antusias dalam mengikuti pembelajaran Lempar Lembing Sesuai dengan refleksi, dengan nilai rata-rata kelas pembelajaran Lempar Lembing adalah 70 dengan persentase ketuntasan 60% siswa yang lulus dan hasil belajar siswa pada siklus kedua adalah 80 dengan persentase ketuntasan 88% dapat disimpulkan adanya peningkatan yang signifikan hasil belajar pada siklus II.

Saran

Peneliti dapat memberikan saran-saran sebagi berikut :

1. Guru pendidikan jasmani harus kreatif dalam menyikapi kekurangan sarana dan prasarana pembelajaran yang ada di sekolahnya.

2. Guru hendaknya memiliki dan mendesain berbagai macam model-model pembelajran, agar siswa tidak

jenuh.

3. Penerapan teknologi dalam pendidikan jasmani juga diperlukan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran

4. Penyampaian pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan keadaan siswa di masing-masing sekolah, supaya siswa dapat mengerti serta menguasai apa yang disampaikan oleh guru.

5. Guru dapat menerapkan metode pembelajaran pendidikan jasmani dengan pola Penerapan Pendekatan Bermain sebagai salah satu pendekatan dalam mengajar, agar siswa tidak bosan, dan lebih aktif dalam proses pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Winendra.(2008).Seni Olahraga Atletik. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.

Agung, Sunarno. (2005). Evaluasi Hasil Belajar Pendidikan Jasmani.Diktat perkuliahan FIK Universitas Negeri Medan. Agus, Kristiyanto, (2010) Penelitian

Tindakan Kelas Dalam Pendidikan Jasmani dan

(11)

Kepelatihan Olahraga : UNS Press.

Arikunto. S, (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta. Arsyad,A. (1997). Media Pengajara, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Djamara, SB. Dan Aswan Zain, (2006). Strategi Belajar Mengajar, Rineka Cipta, Jakarta.

Endang Mulyatiningsih (2011. Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan. : Alfabeta, Bandung Husdarta dan Yudha M. Saputra (2000).

Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Erlangga.

Muhajir. (2006). Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Yudistira ; Jakarta ;.

Purwanto, Ngalim.(2000). Psikologi Pendidikan. Bandung Remaja Rosdakarya.

Roji, (2006). Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Jakarta ; Erlangga

Slameto, 2003. Belajar & Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta; Rineka Cipta.

Sudjana, Nana. (2009). Penelitian Hasil dan Proses Belajar Mengajar. Jakarta, Remaja Rosdakarya.

Sutikno, Sobry (2009). Belajar dan Pembelajaran. Bandung ; Prospect

Suryabrata, S, (2005). Psikologi Pendidikan, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Suryosubroto (1997). Proses Belajar Mengajar, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Syah, Muhibbin. (2003). Psikologi Belajar. Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada.

(12)

Gambar

Gambar 2.3 : Cara memegang  Lembing
Gambar 2.4 : Cara membawa  Lembing
Gambar 2.4: Cara melakukan awalan  lempar lembing
Gambar 2.5 : Cara melakukan lempar  lembing
+2

Referensi

Dokumen terkait

: Mengarrgl&lt;a[ I(epala (J.-isan Surbbag Rumah 'fangga Biro umum. dal I(cr-rangar-r UniversiLas Neger-i Malaurg (UM)

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPS materi jual beli dengan metode complete sentence pada siswa kelas III SDN Cluntang Musuk

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui perbedaan kemampuan membaca pemahaman yang signifikan antara siswa yang mendapatkan pembelajaran membaca pemahaman menggunakan

[r]

Pada proses pengemasan ini yang seringkali mengalami keterlambatan adalah pada bagian memasukkan biskuit ke dalam cup dan memasukkan cup ke dalam tray , hal ini mungkun

Hipotesis yang diajukan yaitu ada perbedaan sikap kerja antara karyawan di bawah pemimpin wanita dan di bawah pemimpin pria. Subjek dalam penelitian ini adalah karyawan

Bentuk onomatope tiga silabel atau lebih (multisilabel) seperti tiruan bunyi hehehe, wakakakakkakakakaka, huhuhuhu, xixixixi, dll. Fungsi onomatope dalam novel

Perlakuan fage litik FR38 efektif dalam menurunkan cemaran Salmonella P38 pada susu bila dikaji berdasarkan total mikroba dan kandungan nutrisi susu seperti lemak,