HUBUNGAN ASUPAN MAKANAN ANAK DAN STATUS EKONOMI KELUARGA
DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA SEKOLAH DI KELURAHAN TUGU KECAMATAN CIMANGGIS KOTA DEPOK
Rina Nur Hidayati
Prodi S1 Keperawatan STIKes Bina Sehat PPNI Mojokerto
Abstrak
Anak usia sekolah pada masa pertumbuhan dan perkembangannya sering mengalami masalah gizi. Masalah gizi terutama gizi kurang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak usia sekolah. Gizi yang optimal sangat diperlukan pada anak usia sekolah, karena dampaknya secara langsung berkaitan dengan pencapaian sumber daya manusia yang berkualitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan asupan makanan anak dan status ekonomi keluarga dengan status gizi anak usia sekolah. Penelitian ini menggunakan deskriptif korelasional, pendekatan cross sectional dengan 109 sampel yang diambil secara proportional cluster sampling. Uji Chi Square ditemukan adanya hubungan yang bermakna pada asupan makanan anak (p 0,000) dengan status gizi anak usia sekolah. Upaya penanganan masalah gizi anak usia sekolah perlu menekankan pada asupan makanan anak usia sekolah. Peran Dinas Kesehatan sangat diperlukan dalam meningkatkan pemberdayaan masyarakat melalui KADARZI melalui optimalisasi peran perawat dalam pembinaan keluarga. dan advokat dengan .Dinas Pendidikan dalam pengeloaan UKS khususnya dalam pencegahan gizi kurang pada anak usia sekolah.
Kata Kunci: asupan makanan, status ekonomi, status gizi, anak usia sekolah
Abstract
School-age children during growth and development often experience nutritional problems. Nutritional problems, especially malnutrition can inhibit the growth and development of school-age children. Optimal nutrition is necessary in school age children, because the impact is directly related to the achievement of qualified human resources. This study aimed to determine the relationship of food intake of children and the economic status of families with the nutritional status of school-age children. This study used a descriptive correlational, cross-sectional approach with 109 samples taken are
proportional cluster sampling. Chi Square test found a significant correlation child food intake (p 0.000) with the nutritional status of school-age children. Efforts to address nutrition problems
school age children need on food intake of school-age children. The role of the Department of Health is indispensable in improving community empowerment through KADARZI through the optimization of the role of nurses in family coaching and advocates with. Department of Education in the management of UKS particularly in prevention to malnutrition in school age children.
Keywords: food intake, economic status, nutritional status, school-age children
PENDAHULUAN Anak usia sekolah adalah kelompok anak
pada masa perkembangannya sering mengalami masalah gizi. Masalah gizi terutama gizi kurang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak usia sekolah (Edelman & Mandle, 2010; Hitchock, Schubert & Thomas, 1999).
Gizi yang optimal sangat diperlukan pada anak usia sekolah karena dampaknya secara langsung berkaitan dengan pencapaian sumber daya manusia yang berkualitas. Gizi yang berkualitas sangat penting karena pada usia tersebut anak mengalami tumbuh kembang yang pesat. Selain itu anak usia sekolah dapat dijadikan media pembawa perubahan (agent of change) bagi pembentukan perilaku gizi bagi diri sendiri dan keluarganya (Depkes, 2005).
Word Food Program/WFP dan
UNESCO (2007) menemukan anak usia sekolah dasar di seluruh dunia sekitar 72 juta tidak sekolah, dan 60% mengalami gizi kurang (WFP, 2008). Gambaran status gizi anak usia sekolah di Indonesia dapat diketahui dari hasil Riskesdas tahun 2007, yang mengidentifikasi prevalensi nasional gizi kurang/anak kurus 12,1% dan prevalensi anak kurus di provinsi Jawa Barat mencapai 11% (Depkes RI, 2008). Sedangkan masalah gizi anak usia sekolah di Kota Depok khususnya Puskesmas Tugu belum ditetapkan. Hal ini karena program gizi lebih difokuskan pada balita (Profil Depok, 2009).
Asupan makanan yang tidak seimbang bisa mempangaruhi status gizi anak usia sekolah. Kebiasaan hanya menyukai satu atau dua jenis makanan tertentu, jarang sarapan pagi, anak menjadilebih suka jajan, kurang konsumsi makanan berserat seperti sayur maupun buah, dan anak lebih cenderung mengkonsumsi makanan cepat saji atau instan merupakan kebiasaan tidak sehat yang sering dilakukan oleh anak (Soekirman, 2006; Kurniasih, 2010) . Akibatnya, anak tidak memiliki asupan makanan dengan gizi seimbang sehingga berdampak pada masalah kesehatan dan gizi anak (McMurray, 2003; Hitchcock, Schubert & Thomas, 1999).
Faktor sosial ekonomi khususnya kemiskinan merupakan faktor terbesar yang mempengaruhi gizi anak. Anak yang berasal dari keluarga miskin cenderung rentan terhadap masalah gizi. Hal ini berkaitan dengan faktor ketersediaaan makanan, keterbatasan akses makanan, pendidikan yang kurang dari orang tua, pilihan gaya hidup yang tidak sehat, dan kurangnya informasi (Hitchock, Schubert & Thomas, 1999).
Masalah gizi kurang pada anak usia sekolah akan berkelanjutan pada masa remaja, khususnya anak perempuan yang tumbuh menjadi remaja putri. Hal ini kalau berlangsung sampai usia subur, maka akan melahirkan anak dengan risiko BBLR, dan berdampak langsung pada meningkatnya
angka kematian ibu dan bayi (Kurniasih, 2010).
Berdasarkan fenomena diatas, peneliti mengajukan pertanyaan penelitian yaitu “Apakah ada hubungan asupan makanan anak dan penghasilan keluarga dengan status gizi anak usia sekolah di Kelurahan Tugu Kecamatan Cimanggis Kota Depok, Tahun 2011? ”.
METODE PENELITIAN
Desain penelitian deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Instrumen yang digunakan dalam penelitian menggunakan kuesioner asupan makanan dan penghasilan keluarga yang dikembangkan peneliti sendiri. Uji coba kuesioner dilakukan, dan instrumen dinyatakan valid dan reliabel.
Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Tugu pada bulan Oktober – November 2010 dengan 109 sampel yang diambil secara proportional cluster sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan door to door dan pada kegiatan dimana anak usia sekolah berkumpul baik secara formal maupun informal.
.
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah status gizi anak usia sekolah, sedangkan variabel independen adalah asupan makanan anak dan status ekonomi keluarga. Analisa
univariat menggunakan prosentase dan frekuensi. Uji Chi Square dilakukan untuk analisis bivariat.
HASIL PENELITIAN
1. Status gizi anak usia sekolah
Tabel 1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan status gizi anak usia sekolah No Status gizi anak
usia sekolah Frekuensi (f) Prosentase 1. Kurang baik 31 28,4 2. Baik 78 71,6 Jumlah 109 100
Status gizi anak usia sekolah menunjukkan sebagian besar dengan gizi baik (-2 SD s.d 2 SD) yaitu 71,6%.
2. Asupan makanan anak
Tabel 2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan asupan makanan anak usia
sekolah No Asupan makanan Frekuensi (f) Prosentase 1. Kurang baik 33 30,3 2. Baik 76 69,7 Jumlah 109 100
Asupan makan anak diperoleh sebagian besar dengan asupan makanan yang baik (69,7%).
3. Status Ekonomi Keluarga
Tabel 3. Distribusi frekuensi responden
berdasarkan status ekonomi keluarga
Status ekonomi keluarga anak usia sekolah diperoleh sebagian besar adalah tinggi (> UMK) yaitu 76,1%
4. Hubungan asupan makanan anak dengan status gizi anak usia sekolah
Tabel 4. Hubungan asupan makanan anak dan status gizi anak usia sekolah
Hasil analisis diperoleh Hasil uji statistik diperoleh nilai p 0,000 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara asupan
makanan anak dengan status gizi anak usia sekolah.
5. Hubungan status ekonomi keluarga dengan status gizi anak usia sekolah
Tabel 5. Hubungan status ekonomi keluarga dengan status gizi anak usia sekolah
Hasil uji statistik diperoleh nilai p 0,582 maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara
status ekonomi keluarga dengan status gizi anak usia sekolah.
PEMBAHASAN
1. Status gizi anak usia sekolah No Status ekonomi keluarga Frekuensi (f) Prosentase 1. Rendah (≤ UMK) 26 23,9 2. Tinggi (> UMK) 83 76,1 Jumlah 109 100 Asupan makanan anak Status gizi Total P value Kurang baik Baik
n % n % n % Kurang baik 31 93,9 2 6,1 33 100 0,000 Baik 0 0 76 100 76 100 Jumlah 31 28,4 78 71,6 109 100 Status ekonomi keluarga Status gizi Total P value Kurang baik Baik
n % n % n %
Kurang baik 9 34,6 17 65,4 26 100
0,582
Baik 22 26,5 61 73,5 83 100
Proporsi status gizi kurang baik (gizi kurang dan gizi lebih) pada anak usia sekolah menunjukkan lebih tinggi dari prevalensi gizi nasional berdasarkan hasil Riskesdas 2008. Menurut peneliti, hal ini dipengaruhi karena program gizi pada pemerintah lebih difokuskan pada balita, sedangkan program gizi untuk anak usia sekolah kurang mendapatkan perhatian khusus. Masalah gizi pada anak usia sekolah seperti fenomena gunung es dan sering kali tidak tercacat/terlaporkan, karena kurangnya pendekatan multidisiplin seperti dinas kesehatan, dinas pendidikan dan masyarakat. Hal ini sesuai dengan pendapat Depkes RI (2008) yang mengungkapkan dalam menghadapi masalah gizi pada anak diperlukan pendekatan yang komprehensif dan multidisiplin. Peran serta seluruh komponen seperti pemerintah, masyarakat, tenaga profesional, media dan keluarga sangat menentukan dalam pencapaian keberhasilan dalam penanganan masalah gizi.
2. Asupan makanan anak
Asupan makan anak usia sekolah diperoleh sebagian besar dengan asupan makanan yang baik (69,7%). Hal ini karena asupan makanan sehari-hari pada anak usia sekolah di Kelurahan Tugu sebagian besar
sudah bergizi seimbang dan telah memenuhi kebutuhan gizi anak 6-12 tahun yang terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, sayur, dan buah. Hitchock, Schubert dan Thomas (1999) menyebutkan asupan makanan yang baik merupakan dampak dari ketersediaan makanan yang baik. Asupan makanan secara kualitas dan kuantitas sangat penting karena dapat mempengaruhi status gizi anak yang meliputi diet seimbang, perencanaan dan pengaturan keuangan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi.
3. Status ekonomi keluarga
Status ekonomi keluarga anak usia sekolah diperoleh sebagian besar diatas adalah tinggi (> UMK) yaitu 76,1%. Soekirman (2006) mengemukakan pencegahan gizi kurang akan sulit karena menyangkut status ekonomi yaitu penghasilan yang kurang (kemiskinan). Kemiskinan menyebabkan orang tua tidak bisa memberikan makanan yang bergizi seimbang. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Ariningsih (2009) pada kelompok rumah tangga berpendapatan rendah didapatkan konsumsi energi dan proteinnya masih di bawah stándar mínimum kecukupan energi maupun protein.
4. Hubungan status ekonomi keluarga dengan status gizi anak usia sekolah Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara status ekonomi keluarga dengan status gizi anak usia sekolah. Hal ini sesuai dengan pendapat Sudirman (2008) yang mengungkapkan bahwa terkadang faktor pendidikan dan pengetahuan gizi menjadi lebih penting daripada masalah pendapatan. Meskipun pendapatan relatif rendah, tetapi bila didasari oleh pengetahuan gizi yang memadai; bahan makanan yang memenuhi kebutuhan gizi masih mungkin didapatkan atau dibeli.
5. Hubungan asupan makanan anak dengan status gizi anak usia sekolah
Hasil penelitian di peroleh ada hubungan yang bermakna asupan makanan anak dengan status gizi anak usia sekolah. Hal ini sesuai dengan UNICEF (1998) mengemukakan salah satu penyebab langsung masalah gizi karena asupan makanan yang tidak seimbang. Anak dengan asupan gizi kurang akan mengalami penurunan daya tahan tubuh, sehingga anak rentan terhadap penyakiti dan masalah gizi. Penelitian Daryono (2003) pada anak sekolah dasar juga mengemukakan faktor dominan yang mempengaruhi prevalensi gizi lebih (39,3%) berhubungan dengan pola makan.
PENUTUP
SIMPULAN
1. Proporsi masalah gizi (gizi kurang dan gizi lebih) pada anak usia sekolah di Kelurahan Tugu melebihi prevalensi nasional.
2. Asupan makanan anak usia sekolah sebagian besar adalah baik
3. Status ekonomi keluarga sebagian besar adalah tinggi (diatas UMK)
4. Tidak ada hubungan antara status ekonomi keluarga dengan status gizi anak usia sekolah.
5. Ada hubungan yang signifikan antara asupan makanan anak dengan status gizi anak usia sekolah.
SARAN
1. Dinas Kesehatan Kota Depok hendaknya meningkatkan jumlah tenaga kesehatan terlatih dan alokasi pendanaan serta meningkatkan pemberdayaan masyarakat melalui KADARZI dalam pencegahan dan penanggulangan masalah gizi anak usia sekolah. Selain itu Dinas Kesehatan Kota Depok hendaknya melakukan advokasi dengan Dinas Pendidikan dalam pengelolaan UKS dan pemberdayaaan kader kesehatan sekolah/dokter kecil khususnya dalam pengelolaan gizi kurang pada anak usia sekolah.
2. Pihak puskesmas/perawat perlu mengoptimalkan pembinaan keluarga anak usia sekolah yang berisiko masalah gizi secara rutin dan berkelanjutan, serta melibatkan institusi pendidikan keperawatan.
3. Keluarga hendaknya memberikan makanan yang bervariasi setiap harinya pada anak sesuai prinsip gizi seimbang.
DAFTAR RUJUKAN
Allender & Spradley. (2005). Commmunity health nursing: Concept and practice. (5 th
ed). Philadelhia: Lippincott.
Ariningsih. (2009). Konsumsi dan kecukupan energi dan protein rumah tangga di Indonesia: analisis data Susenas 1999, 2002, 2007. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Journal Info Pangan dan Gizi. Volume XIX. No 2: 23-29. 2010
Daryono. (2003). Hubungan antara konsumsi makanan, kebiasaan makan dan faktor lain dengan status gizi pada anak sekolah di Kota Jambi. Tesis. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia. Depkes, RI.(2008). Laporan nasional riset
kesehatan dasar tahun 2007.
http://www.litbang.depkes.go.id/.
Dinkes Kota Depok. (2010). Profil kesehatan
kota Depok 2009. Depok: Tidak
dipublikasikan.
Edelman.C., & Mandle, C. (2006). Health
promotion thoughout the life span. (6 th
rd). St Louis. Missoury: Mosby.
Hitchock, J., Schubert, P., & Thomas,S., (1999). Community health nursing: caring in action. Delmar Publishers. International Thomson Publishing Company.
Kurniasih, dkk. (2010). Sehat dan bugar berkat gizi seimbang. Jakarta: PT Gramedia. McMurray, A. (2003). Community health and
wellness: a socioecological approach. (2 th
ed). St. Louis USA: Mosby Year Company.
Muhammad, A., Hadi, H., dan Boediman, D. (2009). Pola asuh, asupan zat gizi dan hubungannya dengan status gizi anak balita masyarakat Suku Nuaulu di Kecamatan Amahai Kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku. Jurnal Gizi Klinik Indonesia, 2009, 6 (2): 84-94. Soekirman, et.al (2006). Hidup sehat gizi
seimbang dalam siklus kehidupan
manusia. Jakarta: PT. Gramedia pustaka. UNICEF. (1998). The world children. .
http://www.unicef.org/publications/files /pub_sowc98_en.pdf