• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I. Pengantar. manusia itu fitrahnya menjunjung tinggi akan nilai kebersihan, maka kehadiran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I. Pengantar. manusia itu fitrahnya menjunjung tinggi akan nilai kebersihan, maka kehadiran"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I Pengantar

A. Latar Belakang

Sam pah m erupakan salah satu m asa lah yang ada di dalam ke hidupan m anusia se jak zam an dahulu. M asalah sam pah m em ang tida k dapat dihindari dan sudah pa sti ada di dalam setiap peradaban m anusia. Karena sesungguhnya m anusia itu fitrahnya m enjunjung tinggi akan nilai kebersihan, m aka kehadiran sam pah sudah tentu tidak dapat ditoleransi dan harus dita ngani denga n tepa t. Dalam era m odern seperti sekarang, perm asalaha n sam pah m enja di be gitu pelik m enginga t tingka t pertum buhan populasi m anusia sem akin m eningkat se tiap tahun, sehingga pertum buhan produksi sam pah pun berba nding lurus de ngan bertam bahnya popula si m anusia. Perubahan pola konsum si m asyarakat sa ngat m em beri andil akan sem akin m eningka tnya volum e sam pah.

M odernisasi yang m eram bah berbagai daerah di belahan dunia m em pengaruhi pola konsum si m asyarakat tersebut. Peralatan produksi industri yang sem akin canggih m em uda hkan m anusia da lam m enciptaka n produk kebutuhan da lam jum lah yang banya k serta dalam waktu yang sanga t singka t. M em ang proses m odernisa si m em bantu m anusia dalam m em enuhi berbagai kebutuhannya, akan tetapi di sisi lain m encipta kan m asyarakat ya ng berperilaku konsum tif. Bila tidak dibarengi dengan tindakan ya ng bersifa t preventif, dikha watirka n hal ini akan m enim bulkan kerugian ba gi m anusia itu sendiri.

(2)

2 Khususnya m asalah sam pah, penanganan ya ng tidak te pat tentu akan m engancam derajat kesehatan m asyarakat serta kualitas lingkungan.

Organisa si Bank Dunia m elaporkan bahwa saat ini popula si dunia m enghasilkan sekitar 1,3 m iliar ton sam pah setiap ta hunnya. Angka pertum buhan sam pah akan m enga lam i peningkatan se banyak dua ka li lipa t dalam 20 tahun ke depan di ne gara-negara berpenghasilan rendah.1 Hal ini a kan berdam pa k pada biaya pena nganan sam pah yang juga aka n sem akin tinggi. Peningka tan biaya ini akan terjadi secara signifikan terutam a di negara -negara berkem bang. Tingkat urbanisasi yang sem akin bertam bah setiap tahunnya m erangsang berkem bangnya populasi penduduk perkotaan yang m enjalankan gaya hidup m odern dim ana konsum si produk instan m enjadi suatu ke biasaan.

Pada sebuah wila yah urban, produksi sam pah am at sangat besar dikarenakan populasi m asyarakatnya yang be gitu banyak. Kota se bagai pusat kegiatan e konom i, industri, dan pem ukim an se hingga m em pengaruhi produksi sam pah dalam jum lah yang besar. Ha l ini berbeda jika dibandingkan de ngan kawasan rural yang m engha silkan jum la h sam pah lebih rendah karena jum lah penduduk ya ng lebih sedikit. Hadirnya produk-produk barang insta n da n da lam kem asan selain sa ngat m em pengaruhi volum e tim buna n sam pah, juga m em pengaruhi kebijaka n dalam m enangani sam pah-sam pah yang ada. Perlakuan khusus da lam penanganan sam pah diperlukan terutam a pada sam pah -sam pah dari produksi industri yang sulit untuk diurai oleh proses alam iah, m isalnya sam pah plastik ataupun sam pah kaca.

1

Hoornweg, Daniel and Bhada -Tata, Perinaz, W hat a W aste : A Global Review of Solid W aste M anagement, W orld Bank, W ashington, 2012, hal. 8

(3)

3 Di Indonesia sendiri pertam baha n volum e sam pah terjadi secara signifikan. Data persam pahan yang dipublikasikan Kem entrian L ingkungan Hidup Indonesia pada tahun 2008 m encatat, ada 43.213.557 m eter kubik yang tim bul setiap ta hunnya. Penyum bang jum la h sam pah terbesar berasa l dari pulau Jawa yang m enghasilkan 29.413.366 m eter kubik sam pah per tahun. Estim asi total tim bulan sam pah Indone sia berada di angka 38,5 juta ton per tahun dan akan m eningka t setiap tahunnya.2

Kawasan rural yang berjum la h penduduk sedikit pun akan m erasakan dam pak negatif dari lim bah apabila tidak ada penangana n yang tepa t. Arus m odernisasi dan teknologi yang begitu deras saa t ini m em pengaruhi gaya hidup m anusia di daerah m anapun. Bergantungnya m asyarakat pada produk -produk industri m odern yang m enyediaka n keperluan sehari-hari m em bua t produksi sam pah sem akin hari sem akin banyak, sehingga m au tidak m au sam pah -sam pah yang diha silkan perlu ditangani secara tanggap dan tepa t. Penggunaan kem asan produk berbahan plastik yang banya k diguna kan ka langan industri dewa sa ini m enjadi sesuatu ya ng dilem atis. D i satu sisi pla stik m enjadi sarana kem asan yang praktis, nam un di sisi lain m endatangkan m asalah dalam penanga nannya karena m aterialnya yang sulit diurai oleh alam .

Saat ini m asih banya k penanganan m asalah sam pah ya ng belum m em perhatikan asas berke lanjutan. Sam pah hanya dibuang begitu saja tanpa peduli m engenai akiba t yang akan ditim bulkan dari penum pukan sam pah tersebut. M asyarakat banya k yang belum m enyadari efek dom ino yang akan ditim bulka n dari penangana n m asalah sam pah yang tidak dilakukan secara kom prehensif.

2

Statistik Persampahan Indonesia Tahun 2008 , Kementrian Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia (KNLH), Jakarta, 2008, hal. 4-5

(4)

4 Untuk pem erintah sendiri, penanganan sam pah yang buruk akan m endatangka n kerugian ekonom i yang sanga t besar karena dam pak beruntun yang ditim bulkan. Biaya yang harus di tanggung pem erintah aka n jauh lebih besar untuk m engatasi dam pak globa l kerusakan lingkungan akibat sam pah dibandingkan biaya pengadaan sarana prasarana pengelolaan sam pah yang m aksim al.

Pem erintah sebagai pem angku kebijakan te lah m engeluarkan Undang -Undang Nom or 18 Tahun 2008 Tentang Penge lolaan Sam pah untuk m engatur m asalah persam pahan di Indonesia. Undang -Unda ng yang dike luarkan pada tangga l 7 M ei 2008 tersebut m enim bang bahwa pertam bahan penduduk dan perubahan pola konsum si m asyarakat m enim bulka n bertam bahnya volum e, jenis, dan karakteristik sam pah yang beragam , dan pe ngelolaan sam pah selam a ini belum sesua i dengan m etode dan teknik yang berwawa san lingkunga n.

Sam pah m erupakan m asalah nasional sehingga pem bagian kewena ngan penanganannya harus terstruktur dengan baik. Selain itu pem erinta h juga m engeluarkan Peraturan Pem erinta h N om or 81 tahun 2012 tentang Pengelolaan Sam pah Rum ah Tangga. Peraturan ini diharapkan dapat m engurangi produksi sam pah sejak dari sum bernya dengan m engedepanka n asas 3R ( reduce, reuse,

recycle). Dikeluarkannya regula si ini m engindikasikan bahwa pem erinta h sudah

m enyadari pentingnya penanga nan m asalah sam pah.

Nam un perhatian dari pem erintah tersebut tida k akan terlaksana secara m aksim al apabila tidak ada dukunga n dari m asyarakat. Perm asalahan sam pah sesungguhnya m em iliki tingkat kom ple ksitas yang tinggi sehingga m engharuskan pem erintah untuk berkola borasi dengan aktor lainnya ya ng berada di luar negara.

(5)

5 Salah satu bentuk partisipasi dari m asyarakat yang m ulai m unc ul belakangan ini adalah adanya penge lolaan sam pah m andiri.

Contoh dari keberhasilan penge lolaan sam pah m andiri bisa dilihat di Dusun Sukunan, sebuah dusun yang terletak di Kecam atan Gam ping Y ogya karta. Usaha yang dirintis se jak ta hun 2004 tersebut se karang sudah m ulai terlihat hasilnya. Selain berdam pak pada kualitas lingkungan, pengelolaan sam pah m andiri ini juga m enda tangka n keuntungan secara ekonom i pada warga dusun. Bentuk pe ngelolaan sam pah lainnya ada pula yang berbentuk bank sam pa h. Sistem bank sam pa h ini bisa ditem ukan di pe dukuhan Badegan Kabupate n Bantul. Dengan sistem terse but warga dipacu untuk m eningka tkan kepedulian akan m asalah sam pah, nam un dengan cara yang lebih m enarik perhatia n m ereka.

Partisipasi m asyarakat da lam penanganan sam pah sejak dari sum bernya ini m enarik perhatian penulis untuk m em bahas pengelolaan sam pah berbasis m asyarakat. Pada skripsi ini penulis m em bahas tentang pengelolaan sam pah yang dilakukan di dusun Serut, Kabupaten Bantul Yogyakarta. Jum lah penduduk Yogyakarta yang populasinya terus m eningkat setiap tahun dan diestim asi akan berjum lah 3.694.700 jiwa pa da tahun 2021 tentu akan m em pengaruhi tingkat produksi sam pah setiap tahunnya.3 Selain itu gelar Yogya karta sebagai tujuan pendidika n dan wisata juga m em pengaruhi laju pertam bahan pe nduduk yang akan berbanding lurus dengan produksi sam pah. Dikhawatirkan akan terjadi penum pukan volum e sam pah di TP A sehingga dapa t m engurangi m asa pakai dari TPA itu sen diri. Karena itu setia p daerah di Yogyakarta perlu m elakukan langkah konkret da lam m engurangi sam pa h sejak dari sum bernya.

3

http://yog yakarta.bps.go.id/index.php?r=site/page&view=sosduk.tabel.3 -1-2, diakses pada tanggal 26 M aret 2014

(6)

6 Fenom ena yang terjadi di Dusun Serut m erupakan contoh dari partisipasi m asyarakat dalam pengelolaan sam pah. Program pengelolaan sam pa h ini m erupakan salah satu program yang dilakukan di dusun Serut disam ping program -program pem berdayaan m asyarakat lainnya, dim ana sem ua -program tersebut berada di bawah na ungan organisasi Posdaya E delwys. Posdaya ya ng m em iliki kepanjangan Pos Pem berdayaan Ke luarga ini adalah sebua h wada h bagi warga dusun Serut untuk m em berdayaka n diri m ereka. Setiap kegiatan dari Posdaya Edelwys m elibatkan warga m ulai dari perencanaan hingga pela ksanaan kegiatan.

Program pengelolaan sam pah di dusun Serut m erupakan program pengelolaan sam pah yang berbasis m asyarakat, dim ana warga diajak untuk aktif berpartisipasi dalam m enjaga kebersihan lingkungan dusun. Keberhasilan dari pelaksanaan penge lolaan sam pah ini suda h m endapatkan pe ngakua n dan penghargaan. Dusun Serut m enjadi contoh keberhasilan te ntang sebuah dusun yang berhasil m engelola aspek lingkungannya.

Dusun Serut bisa dikataka n seba gai se buah kom unita s di da lam m asyarakat yang m engeksploitasi potensinya untuk m enyele saikan m asala h yang m ereka hadapi. Upaya yang dila kuka n dusun Serut m encerm inkan bagaim ana sebuah kom unitas yang m am pu m enganalisa m asalah bersam a dan m encoba m engatasinya pula secara bersam a. Kultur m asyarakat desa yang m asih m enjunjung tinggi nila i kem asyarakatan m enjadi sebuah faktor pendukung keberhasilan.

Dengan adanya pengelolaan sam pah secara m andiri, pem erintah pun m enjadi ikut terbantu da lam m engatasi m asa lah sam pah. T ingkat efektifita s dan efisiensi pem erintah dalam pe nanganan sam pah tentu sem akin m eningka t. Akan

(7)

7 tetapi dengan ada nya pengelolaan sam pa h m andiri ini buka n berarti pe m erintah m engendurkan kerjanya da n m enyerahkan seba gian tugas da lam m enangani sam pah kepada m asyarakat. Pem erintah justru perlu m elakukan pe ndam pingan secara intensif kepada m asyarakat. Dengan kata la in m asyarakat dan pem erint ah harus bersinergi agar penge lolaan sam pah yang dilakukan dapa t dilaksanakan secara m aksim al.

Penelitia n ini ingin m elihat sejauh m ana partisipasi yang dilakukan kom unitas pada urusan pengelolaan sam pah dusun Serut. Apa saja cara-cara yang dipaka i untuk m endukung realisasi program pengelolaan sam pah dan bagaim ana pula langkah nyatanya. Dalam kerangka pem berdayaan m asyarakat, tentu kom unitas dusun Serut m enggunakan nilai-nila i kem asyarakatan da lam m ewujudkan tujua nnya. N ilai-nila i kem asyaraka tan te sebut yang m enjadi fokus utam a pada peneitia n ini.

W alau progam pengelolaan sam pah m erupakan inisia tif dari m asyarakat dusun Serut, tetapi pada tahap pelaksanaannya tentu tidak terlepa s dari adanya peran dari piha k lain. Untuk itu peran aktor lainnya m enja di penting untuk dilihat karena hal ini erat ka itannya pa da partisipasi m ewujudkan keberha sila n program pengelolaan sam pah yang ada di dusun Serut, khususnya peran negara di da lam m em bantu kebutuhan kom unita s. Aktor-aktor terse but akan diliha t pada koridor

agent yang turut berkontribusi pada isu pengelolaan sam pah terse but.

B. Rumusan M asalah

(8)

8

Bagaimanakah pem anfaatan modal sosial pada progam pengelolaan sampah mandiri dusun Serut?

C. Tujuan Penelitian

Penelitia n ini m em iliki tujuan untuk:

1. M engetahui penggunaan m odal sosia l ole h m asyarakat dusun Serut pada kegiatan pe ngelolaan sam pah

2. M engetahui partisipasi aktor lain da lam m endukung program pengelolaan sam pah dusun Serut

D. Landasan Teori

D.1. M odal Sosial

Sosiolog P ierre Bourdieu berpandangan bahwa m odal sosia l adalah jum lah sum ber daya, aktual a tau m aya, yang berkum pul pada seorang individu atau kelom pok karena m em iliki jaringan tahan lam a berupa hubungan tim ba l balik perkenalan da n penga kuan ya ng sedikit ba nyak terinstitusiona lisa sika n. (Bourdieu dan W acquant, 1992).4Berbeda dengan B ourdie u, Jam es Colem an m em aknai m odal sosial se bagai nilai hubungan bagi sem ua aktor, individu, dan

4

(9)

9 kolektif, ba ik yang berkeduduka n istim ewa m aupun yang kedudukannya tidak m enguntungkan.

Sedangkan Bourdieu m em andang bahwa m oda l sosial hanya digunakan oleh individu-individu istim ewa ya ng berkone ksi dengan orang yang berkedudukan istim ewa lainnya untuk m em pertahankan posisi m ereka atau pun m ewujudkan tujuan m ereka. M enurut Colem an m odal sosial m erepresentasikan sum ber daya karena hal ini m eliba tkan harapaan aka n resiprositas, dan m elam paui individu m anapun sehingga m elibatkan jaringan ya ng lebih luas yang hubungan-hubungannya diatur oleh tingginya tingka t kepercayaan dan nilai-nilai bersam a.5

Bagi Colem an, m odal sosia l m erupakan sum ber yang berm anfaat yang tersedia bagi aktor m elalui hubungan sosialnya.6 Di tem pat lain, ilm uwa n politik Robert Putnam m endefinisikan m odal sosial sebaga i bag ian dari ke hidupan sosial— jaringan, norm a dan kepercayaan— yang m endorong partisipan bertindak bersam a secara lebih efektif untuk m encapai tujuan -tujua n bersam a. (Putnam , 1996) Putnam m em bedakan m odal sosial ke dalam dua bentuk dasar, yakni m odal sosial m enjem batani (inklusif) dan m odal sosial m engikat (eksklusif). M ichael W oolcock m em perjelas ini dengan m enam bah satu la gi bentuk m odal sosial, yaitu m odal sosial yang m enghubungkan. (W oolcock, 2001).

M odal sosial yang m engikat cenderung m em pertahankan hom ogen itas karena sifatnya yang eksklusif. D i sini m odal sosial m enjadi perekat identitas yang spesifik dan juga m em bentuk kesetiaan yang kuat. Nam un dikhawatirkan sifat tersebut da pat m enghadirkan sisi ge lap dari m oda l sosial apa bila

5

Ibid, hal. 32

6

(10)

10 dim anfaatkan de ngan cara yang tida k etis untuk m em pertahankan se suatu, se perti m isalnya budaya korupsi. Bentuk inklusif dari m odal sosial cenderung m enyatukan orang dari beragam rana h sosia l dan dapat m enghubungkan aset eksternal. (Putnam , 2000) Sifatnya yang m enjem ba tani m em unculka n resiprositas yang lebih luas, sehingga cocok bagi kom unitas he terogen. Dan m odal sosial yang m enghubungkan m enjangkau orang -orang yang sepenuhnya berada di luar kom unitas, sehingga m endorong anggotanya m em anfaatkan banyak sum ber daya daripada yang terse dia di dalam kom unitas.

Ciri penting dari m odal sosial yang m em bedakan dengan bentuk m odal lainnya yaitu asal usulnya yang bersifat sosial, yaitu relasi sosia l.7 M odal Sosial dapat berupa jaringan sosial yang m enghubungkan individu -individu ke da lam perasaan sim pati da n kesam aan. Kesam aan ini dapat berbentuk berbaga i m acam hal, seperti kesam aan suku, agam a, m aupun ideologi da n pendangan hidup. Dalam pelaksa naannya, m odal sosial da pat dibagi ke dalam tiga aspek, yaitu nilai, institusi, dan m ekanism e.8

7

Pratikno dkk., Penyusunan Konsep Perumusan Pengembangan Kebijakan Pelestarian Nilai -Nilai Kemasyarakatan (Social Capital) Untuk Integrasi Sosial , Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM , Yogyakarta, 2001, hal. 8

8

(11)

11 Pratikno dkk (2001)

Pada tingka tan nilai, kultur, dan persepsi, m odal sosia l dilihat m elalui perilaku aktor yang m enunjukkan perasaan sim pati dan kooperatif antar sesam a anggota kom unita s. Nila i tersebut pada hakikatnya berm uatan e nergi positif bagi keberlangsungan dan kem ajuan sebuah perkum pulan. Nilai-nilai tersebut m enjadi alat yang dipakai untuk m erealisasikan tujuan bersam a.

Pada tingka tan institu si, pola m oda l sosial dilihat dalam bentuk perilaku m elem baga, organisasi, m aupun jaringan sosial yang dibangun a ktor. M enurut Uphoff, ada tiga kategor i institusi dan organisasi, yang ia sebutka n yaitu ― a.

Organization that are not institutions b. Insitutions that are not organizations and c. Organizations that are institutions (or v ice versa, institutions that are organizations).‖

Di kategori pertama, lem baga ya ng bukan institusi artinya lem baga sudah m em punyai aturan untuk m encapai tujua n teta pi ke lakuan orang dan hubungan

Institusi:

Civic engagement institutional rites, asosiasi, network

Nilai, K ultur, Persepsi:

Sympathy, sense of obligation, trust, resiprositas, mutual acquaintance and recognition

M ekanism e:

(12)

12 sosial di dalam nya tida k terbentuk m enurut ketentuan ya ng ada. Aturan lem baga hanya peraturan tertulis yang tida k m em berikan dam pak pada tindaka n, sedangka n tindakan kelom pok terbentuk oleh sebua h nila i tersendiri. Dalam kategori kedua, institusi yang bukan atau tidak terikat dengan lem baga. Institusi ini berkem bang berdasarkan kebia saan yang berkem bang dalam perga ulan hidup berm asyarakat.

Yang ketiga, yaitu lem baga se kaligus institusi, ataupun sebaliknya institusi yang berlem baga, yakni lem baga atau institusi m em iliki struktur dan pem bagian kerja yang jelas antara para anggotanya serta m em punyai aturan -aturan dan nilai-nilai ya ng ditaati anggota-anggotanya.9

Pada tataran ruang lingkupnya, institusi da pat berupa local institutions apabila berbicara dalam konteks m asyarakat pe desaan. Pem berdayaan m asyarakat dalam kom unitas pedesaan bergantung pada peran institusi lokal ya ng m ana m em punyai kapasitas untuk m endefinisika n kebutuhan anggotanya. Secara historis sejak dahulu institusi-institusi lokal telah a da dan berfungsi secara efektif di m asyaraka t pede san, contohnya seperti sem angat gotong royong da n forum rem bug desa.10 Bagi Uphoff, pada isu pem banguna n di tingka t lokal pun terdapat hubungan yang sinergis da n sejajar antara pem erintah , m asyarakat sipil, dan pasar. Terkait ha l tersebut, terda pat 3 alternatif pende katan pa da pem bangunan tingkat lokal, yaitu bure aucratic structures, v oluntary associations, da n m arket

interactions.

9

Kriscahyaningsih, M .M ., Skripsi Pertanian Organik: Pemberdayaan M asyarakat Petani di Kecamatan Sawangan Kabupaten M agelang , Fisipol UGM Jurusan Ilmu Sosiatri, Yogyakarta, 2004, hal. 15

10

Sunartiningsih, Agnes, Pemberdayaan M asyarakat Desa M elalui Institusi Lokal , Ad itya M edia, Yogyakarta, 2004, hal. 57

(13)

13

Voluntary assoc iations seba gai be ntuk institusi lokal peranannya da lam

pem banguna n begitu terasa karena m uncul dari keinginan da n kebutuhan m asyarakat (bottom-up), sehingga keputusan-keputusan ya ng m ereka am bil selalu disesuaikan dengan kebutuhan riil dan dida sarkan aturan m ain ya ng telah dibuat dan disepakati bersam a. Sedangkan cara kerja beraucratic structures cenderung struktural, selalu m engacu pada aturan yang te lah dibuat di tingkat a tas ( top

down). Lain lagi dengan m arket inte ractions yang dilakukan pelaku pasar, dim ana

m ereka cenderung bersifat individua listik untuk se lalu m ela kukan efisiensi b agi peningkatan ke untungan ya ng sebesar-be sarnya.11

Lebih lanjut, U phoff m enya takan bahwa ada tiga kategori orga nisa si lokal. Yang pertama, orga nisa si lokal dengan cam pur tanga n pem erintah. Hal ini terjadi pada asosiasi pem ba ngunan lokal yang ke beradaannya a tas inisia tif pem erintah sehingga m enja di kepanjangan tangan pem erintah di tingkat lokal. De ngan kewenangan dari pem erintah m aka orga nisa si ini m em peroleh anggaran dari pem erintah pula. Yang kedua adala h koperasi, yang berorientasi pada peningkatan kesejahteraan anggotanya di bida ng perekonom ia n. M eski koperasi m em peroleh sum ber daya dari anggotanya, te tapi pada ke nyataannya ada pula yang m em peroleh subsidi dari pem erintah. Ketiga yaitu kelom pok kepentingan, dim ana kelom pok ini dibe ntuk atas inisiatif lokal berda sarkan kepentingan, kebutuha n, dan kesepakata n m asyarakat di tingkat lokal.12

Pada tingkatan mekanisme, m odal sosial berw ujud kerja sam a yang dilakukan aktor untuk m encapai tujua n. Dalam penyelesa ian konflik, tingkatan

11

Ibid, hal. 63

12

(14)

14 m ekanism e digunakan sebagai la ngkah koordinasi tingkah laku pada pihak yang berkonflik. M ekanism e juga bisa m erupakan cara kerja pada sebuah organisasi.

Konsep tiga tingka tan m odal sosial dari Pratikno dkk ini akan dipakai penulis untuk m elihat bentuk-be ntuk partisipasi m asyarakat pada pengelolaan sam pah di dusun Serut. Konsep tersebut m em bantu m elacak nila i inform al yang dipaka i warga seperti nila i, budaya, kebiasaan m elem b aga, jaringan sosia l, kerjasam a, dan lain-la in yang berkaitan denga n kontribusi m ewujudkan program pengelolaan sam pah yang baik dan berke lanjutan.

D.2. K onsep Agent Pada Teori Strukturasi

Teori strukturasi m erupa kan gagasan Anthony Giddens sebaga i respon untuk m enengahi perbedaan pa ndanga n atas paham strukturalism e dan sosiologi interpreta tif. M enurut teori strukturasi, dom ain da sar kajia n ilm u -ilm u sosial bukanlah penga lam an m asing-m asing aktor ataupun keberadaan setiap bentuk totalitas kem asyarakatan, m elainkan praktik -praktik sosia l yang terjadi di sepanjang ruang da n waktu. A ktivitas sosial m anusia saling terkait sa tu sam a lain. M aksudnya, aktivitas sosial terse but tida k dihadirka n oleh para aktor sosia l, m elainkan terus m enerus diciptaka n oleh m ereka m elalui sarana -sarana pengungkapa n diri m ereka sebagai aktor. Di dalam dan m elalui aktivitas -aktivitas m ereka, para agen m ereproduksi kondisi-kondisi yang m em ungkinkan keberadaan aktivitas-aktivita s itu.13

13

Giddens, Anthony, Teori Strukturasi: Dasar -Dasar Pembentukan Struktur Sosial M asyarakat, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2010, hal. 3

(15)

15 Struktur dipahami sebagai suatu ‗penciptaan pola‘ relasi-relasi sosial atau fenom ena-fenom ena sosial. Bagi kaum fungsionalis, struktur tam pil sebagai ‗sesuatu yan berada di luar‘ tindakan manusia, sebagai sumber pengekang inisiatif bebas subjek ya ng m andiri. Dalam analisis sosial, struktur m erujuk pada kelengka pan-kelengkapan yang m em ungkinkan ‗pengika tan‘ waktu -ruang da lam sistem -sistem sosial. Struktur m engacu tidak hanya pada aturan -a turan (rules) yang dilibatka n dalam produksi dan reproduksi sistem -sistem sosial, nam un juga pada sum ber daya-sum ber daya (resources). Jadi struktur m erupakan perangkat aturan dan sum ber daya ya ng teroganisasikan secara rutin, berada di luar ruang dan waktu, tersim pan dalam koordinasi da n instansia sinya da lam bentuk jejak-jejak ingatan, dan ditandai dengan ‗ketidakhadiran si subjek‘.

Pada suatu sistem sosial, peran agent sam a pentingnya dengan struktur. Agen adalah aktor konkrit yang terliba t pada penciptaan struktur. M anusia sebagai agen m em iliki refleksivitas. Bentuk refle ksif da ya pengeta huan para agen m anusialah ya ng terutam a paling banyak terlibat dalam penataan rekursif praktik -praktik sosial. Refleksivitas tidak dipaham i sem ata -m ata sebagai ‗kesa daran diri‘, m elainkan sebagai sifat terkendali arus kehidupan sosial yang tia da pernah berhenti. M enjadi seorang m anusia berarti m enja di seorang agen denga n tindakan disengaja, m em iliki ala san-alasan atas aktivitas-a ktivitasnya dan m am pu m engelaborasi secara diskursif alasan-alasa n itu.

Agen m em iliki tiga tingkatan ke sadaran, yaitu:

1. Kesadaran diskursif (discursive consciousne ss), ya itu kem am puan a ktor secara verbal m enjelaskan m aksud-m aksud dan alasan m ereka saat sedang m elakukan sua tu tindakan.

(16)

16 2. Kesadaran praktis (practical consciousne ss), yaitu segala sesuatu yang diketahui dengan jelas oleh para aktor tentang bagaimana ‗terus bertindak‘ dalam konteks ke hidupan sosial tanpa m ereka m am pu m em berikan ungka pan diskursif terhadap se gala sesuatu itu. Perbedaannya pada keadaan ketidaksa daran (unconscious) ada lah tidak a da penghalang berupa represi pada kesadaran praktis.

3. M otif atau kognisi tidak sadar (unconscious motives/cognition). M otif m engacu pada potensi tindakan age n, dan bukan pada cara tindaka n. M otif cenderung m em iliki hubungan langsung denga n tin dakan hanya da lam keadaan-keadaan ya ng rela tif tidak lazim , situasi-situasi ya ng terputus dari rutinitas. Sebagia n besar tindakan age n sehari-hari tida k didasarkan pada suatu m otivasi.

Terdapat hubungan yang m endasar antara agensi dengan kekuasaan. M enjadi seorang agen berarti harus m am pu m enggunakan se deret kekuasaan kausal, term asuk m em engaruhi ke kuasaan ya ng dijalankan oleh orang lain. Seorang agen tida k lagi m am pu berperan jika dia kehilanga n kem am puan untuk ‗memengaruhi‘, yaitu menggunakan suatu jenis kekuasaan. Kekuasaan sendiri bukanlah m erupakan suatu sum ber daya. Sum ber daya m erupakan kelengkapan -kelengka pan terstruktur dari sistem -sistem sosial, yang diproduksi dan direproduksi oleh para agen pintar selam a terjadinya interaksi. Selain itu sum ber daya m erupakan sarana penggunaan kekua saan. Kekuasaan dalam sistem sosial yang m em iliki suatu kontinuitas di sepa njang ruang da n waktu m enganda ikan rutinisasi relasi-relasi kem andirian dan ke tergantungan di antara para aktor da lam

(17)

17 konte ks-konteks interaksi sosia l. Sem ua bentuk ketergantungan m enawarkan sejum lah sum ber daya yang m em berikan kem am puan bagi para bawahan untuk bisa m em engaruhi aktivitas para atasan m ereka.

E. Definisi K onseptual

E.1. M odal Sosial

M odal sosia l m erupaka n nilai yang bereksistensi pada relasi antar individu m aupun kelom pok dalam suatu hubungan sosia l, m engandung resiprositas, serta m enjadi sum ber daya bagi aktor untuk m encapai tujuan.

E.2. Agen

Agen m erupakan aktor baik individu m aupun kelom pok yang ada pada suatu sistem sosia l.

F. Definisi O perasional

F.1. M odal Sosial

Penggunaan m odal sosial akan terlihat m elalui kegiatan pengelolaan sam pah dusun Serut di lapangan. Pelacakan m odal sosial tesebut akan dilihat m elalui indika tor 3 tingka tan m odal sosia l, yaitu:

1) Tingkatan nilai, kultur, dan persepsi

Nilai yakni norm a m aupun buda ya positif dari m asyarakat yang berm anfaat untuk kom unitas, contohnya seperti trust, rasa berkewajiba n, resiprositas

(18)

18 2) Tingkatan institusi

Yang dim aksud institusi di sini adala h berupa be ntuk -bentuk organisasi ya ng digunakan m asyarakat dusun Serut untuk m endukung program pengelolaan sam pah, baik yang bersifat form al m aupun non form al.

3) Tingkatan m ekanism e

M ekanism e adalah cara-cara yang digunakan m asyarakat dusun Serut dalam m elakukan koordinasi, seperti tindakan sinergi dan m engandung tingkah laku kerjasam a.

F.2. Agen

Selain peran m asyarakat, kesuksesan program penge lolaan sam pa h juga ternyata m elibatkan aktor lain. Aktor-aktor tersebut a dalah a gen yang berfungsi sebagai perantara dalam m enguatkan pendaya gunaan m oda l sosial di dusun Serut. Agen ya ng dim aksud di sini a dalah aktor pendukung struktur m odal sosial. Agen yang ditelusuri perannya di sini ya itu:

1. Kepala dusun Serut

2. Badan Lingkungan Hidup (BLH)

G . M etode Penelitian

G .1. Jenis Penelitian

Pada penelitian ini penulis m enggunakan m etode pene litian kuali tatif dengan m odel studi kasus. Teknik ini m em bantu pe nulis dalam m engana lisa

(19)

19 pem anfaatan m odal sosial pada program pengelolaan sam pah m andiri dusun Serut. Selain itu pula penulis ingin m engeta hui bagaim ana pela ksanaan pengelolaan sam pah partisipatif terse but.

Studi kasus m engarahkan penulis da lam m encari jawa ban a tas pertanyaan yang ada denga n seksam a dan m endalam . Dalam proses pencarian data, inform asi yang diperoleh berasal dari banya k responden. Ini m en gakibatkan data yang diperoleh tersaji secara kom prehensif. Banyaknya jum lah data tersebut m em butuhka n kem am puan penulis m enginterpreta sika n atas fakta -fakta yang telah ditem ukan.

Pada situasi tersebut penulis dituntut untuk m enentuka n kecenderungan pada data yang te lah diperoleh. De ngan keberpihakan atas data yang diperole h, penulis m engutam akan data-da ta yang m endukung untuk m em bentuk argum en yang je las pada pe nelitian ini. Karena itu di sini dipilih bukti-bukti yang paling penting saja dalam rangka m endukung argum en utam a dari penulis.

Penelitia n ini bertujuan untuk m enge tahui pem anfaatan m odal sosial pada program pengelolaan sam pah partisipatif dusun Serut serta keterliba tan aktor lain dalam m enguatkan m oda l sosia l. Bagaim ana peran m asyarakat serta cam pur tangan a gen m enciptakan pengelolan sam pah dusun Serut yang berha sil. Proses analisa dilakukan dengan m enggali secara m endalam kegia tan yang m eliba tkan warga dusun dan juga aktor yang terka it. Dari berbagai da ta yang ditem ukan dilakukan proses cross check untuk m enge tahui gam baran yang jelas tentang peristiwa yang diteliti.

(20)

20 Penelitia n ini ingin m engeta hui baga im ana peran m odal sosial dan dukungan a ktor-aktor la in terhadap ke berhasilan pengelolaan sam pah di dusun Serut. Penjabaran dia wali dengan m engungkap perbedaan ya ng terjadi sebelum dan sesudah program penge lolaan sam pah di dusun Serut berjala n. Selanjutnya akan disajikan da ta tentang keterlibatan warga dusun d an pem erintah m endukung program tersebut. Data-data tesebut m enuntun penulis m em aham i hubunga n yang terjadi di dalam m asyaraka t dusun Serut serta peran aktor lain yang turut m endukung pelaksa naan program pengelolaan sam pah . Selanjutnya da ta sekunder m engenai m asalah persam pahan m em bantu pe nulis dalam m enarik kesim pula n.

G .3. Teknik Pengumpulan Data a. O bservasi

M elalui observasi penulis dapat m elihat bagaim ana realitas yang terjadi di lapangan terkait pengelolaan sam pah yang dilakukan dusun Serut. Dengan begitu penulis bisa m engam ati kondisi lingkungan yang riil para narasum ber serta kegiatan yang biasa m ereka la kukan dalam m engelola sam pah. Teknik ini pada akhirnya m em bantu penulis m engukur perkem banga n program pengelolaan sam pah yang terjadi sem enjak awa l hingga kondisi terkini.

b. Teknik W awancara

Pengum pulan data dilakukan m elalui wawancara yang open-ended, dim ana pen ulis bertanya kepada responden kunci tenta ng peristiwa di sam ping opini m ereka m engenai peristiwa yang ada. W awancara dilakuka n dengan car a

indepth interview , yakni wawancara yang m endalam kepada narasum ber terkait

(21)

21 dim ana narasum ber pertam a akan m enginform asikan ke pada penulis tentang narasum ber la innya yang m em iliki hubungan dan kom pete nsi terhada p fenom ena yang diteliti.

Narasum ber yang diwawancara yakni :

a. Rahm at Tobadiya na sebagai kepala dusun Serut sekaligus pem bina Posdaya Bidang Lingkungan H idup

b. Suyoto, ketua program pengelolaan sam pah dusun Serut c. Suradi, anggota pengelola sam pah organik

d. Ibu Handoko, ketua pengelola sam pah anorganik UPPKS Azola e. Sam budi, petuga s pengum pul sam pah dusun Serut

f. Sri Rahayu, Kasubid Pengem bangan Kapasitas BLH Bantul

g. Drs. Jito, Kasubid Pengem ba ngan SDM dan Ke lem bagaan BLH DI Yogyakarta

h. Eko Purwanto, staf BLH DI Yogyakarta i. Siswanto, staf BLH DI Yogya karta

Pengum pulan da ta wawancara ini dilakukan denga n m enggunaka n m edia perekam suara untuk lebih m em udahkan pe nulis dalam m endapa tkan se tiap de tail data yang diutarakan narasum ber. Selain itu penulis m elakukan pencatatan secara tertulis terhada p setiap poin penting yang diberikan narasum ber.

Data sekunder dikum pulkan dari berbaga i sum ber berupa dokum entasi, baik dari yang berbentuk buku dan literatur m aupun yang berbentuk m edia baik m edia elektronik ataupun m edia cetak. Dokum entasi berupa buku m erupakan

(22)

22 tulisan-tulisan yang m em uat berbagai hal tentang pem berda yaan m asyarakat dusun Serut terutam a sektor pengelolaan lingkungan.

Data m edia elektronik diam bil dari interne t yang terdiri dari data -data statistik te ntang dusun Serut serta laporan yang m em bahas kegia tan di sana. Data m edia cetak berasal dari beberapa surat kabar yang m eliput prestasi dus un Serut. Data-data ini ada lah sebagai pe lengkap bagi da ta prim er dan juga pendukung argum en penulis.

G .4. Teknis Analisis D ata

Langkah awal ya ng dila kukan pen ulis da lam m enganalisis data adalah m em buat transkrip wawancara yang berasal dari berbaga i narasu m ber. Kem udian dikum pulkan juga intisari data wawancara yang suda h ditulis dan berbentuk catatan. Pada kedua bentuk data tersebut lalu dilakukan proses cross c heck untuk m enguji tingkat validitasnya.

Selanjutnya data prim er tersebut dibaca berulang -ula ng secara seksam a agar data yang diperoleh tersebut dapa t dipaham i oleh penulis dengan baik. Setelah prose s pem aham an, data sekunder yang sudah ada lalu dipela jari dan kem udian dika itka n dengan da ta prim er. Data sekunder m enjadi pe lengka p data prim er dan pend ukung argum en penulis. Kem udian data yang tela h terkum pul tersebut akan diana lisis dan diinterpreta sika n sesuai dengan teori yang digunakan sebagai pisau analisis.

Di tahap ini penulis m engana lisa fenom ena yang terjadi dengan m erujuk pada definisi operasional yang m erupakan rincian spesifik dari landasan teori yang digunakan. Ana lisa data dilakukan secara konsisten denga n m engikuti poin

(23)

-23 poin dari definisi operasional yang diuraikan dalam bab I. Proses analisa data ini dilakukan pen ulis denga n m engedepanka n aspek validitas dan relia bilitas.

H . Sistematika Penulisan

Penulisan hasil penelitia n ini dibagi m enjadi lim a bab. Bab pertam a sebagai penga ntar yang berisi tentang latar bela kang, rum usan m asalah, tujuan penelitian, dan landasan teori ya ng digunakan untuk m enganalisis data. Bab kedua berisi tentang penjabaran m engena i program pengelolaan sam pah dusun Serut. Fakta tenta ng dinam ika yang terjadi pa da pro ses pe ngelolaan sam pah akan ditem uka n pada bagian ini.

Bab ketiga m endiskusikan pe nerapan m oda l sosial oleh warga dusun Serut dalam m engendalikan produksi sam pah. Pem baca bisa m elihat kontribusi yang m uncul dari m asyaraka t m enyukseskan pengelolaan sam pa h. Bab keem pat m em aparkan bagaim ana kontribusi aktor-aktor lain se bagai age n yang turut m enguatkan m odal sosia l di dusun Serut. Pada bab ke tiga dan keem pat fenom ena di lapanga n yang terjadi akan dibaha s dengan dibantu oleh la ndasan teori yang sudah dipa parkan pada bab pertam a. Sedangkan bab terakhir yakni bab kelim a berisi ke sim pulan yang aka n dikerangkai berdasarka n data -data yang telah dikum pulkan dan analisis yang tela h dila kukan .

Referensi

Dokumen terkait

Dalam mempelajari gizi masyarakat ada berbagai aspek penting yang berhubungan dengan gizi diantaranya sifat sosial, budaya dan psikologis dari

periode gelombang terbadap stabilitas dari batu lindung dalam kondisi overtopping. (Jensen,

Pengujian dengan data IKONOS memperlihatkan bahwa batas permukaan air danau dengan memperhatikan sebaran vegetasi air menggunakan komposit RGB (Red: NIR+SWIR, Green: NIR,

Perkembangan gejala penyakit pada daun kakao yang diperlakukan dengan formula fungisida yang diuji bervariasi berdasarkan jumlah bercak yang terlihat, tetapi berdasarkan

Aborsi buatan/ sengaja/ Abortus Provocatus Criminalis adalah pengakhiran kehamilan sebelum usia kandungan 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram sebagai suatu akibat

Puncak sumbangan dunia Arab-islam dalam perkembangan farmasi dapat dikatakan ketika adanya suatu panduan praktek kefarmasian pada tahun 1260 yang disusun oleh seorang ahli

Menurut Hasibuan (2013) kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan orang mentaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Disiplin yang baik

Dalam hal ini penulis menyarankan untuk melakukan penelitian dari bambu betung dan buah bintaro agar diperoleh nilai kalor yang lebih tinggi, sehingga briket arang yang