• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF MODEL 4D PADA PEMBELAJARAN IPA DI SMP NEGERI 3 SINGARAJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF MODEL 4D PADA PEMBELAJARAN IPA DI SMP NEGERI 3 SINGARAJA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF MODEL 4D

PADA PEMBELAJARAN IPA DI SMP NEGERI 3 SINGARAJA

Dadek Arywiantari

1

, A. A. Gede Agung

2

, I Dewa Kade Tastra

3

1,2,3

Jurusan Teknologi Pendidikan

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: {dadekarywiantari@yahoo.com

1

, agung2056@yahoo.co.id

2

,

dk-tastra@undiksha.ac.id

3

}

Abstrak

Permasalahan yang ditemukan di SMP Negeri 3 Singaraja adalah minimnya media pembelajaran yang memfasilitasi guru dalam proses pembelajaran IPA pada kelas VII semester II, sehingga dilaksanakanlah penelitian yang bertujuan menghasilkan produk multimedia interaktif. Secara operasional tujuan tersebut dirinci kedalam tiga tahapan kerja yang berkaitan, yaitu mendeskripsikan rancang bangun pembelajaran multimedia interaktif; mendeskripsikan kualitas hasil pengembangan multimedia interaktif pada pembelajaran IPA; dan mendeskripsikan efektifitas penggunaan multimedia interaktif terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan, dengan menggunakan model pengembangan 4D. Subjek uji coba terdiri dari uji ahli isi, ahli desain, ahli media, uji perorangan, uji kelompok kecil dan uji lapangan diperoleh dengan menggunakan angket. Data yang diperoleh tersebut dianalisis secara deskriptif kualitatif, analisis deskriptif kuantitatif dan analisis statistik inferensial uji-t. Hasil penelitian menunjukkan rancang bangun multimedia interaktif dengan model 4D meliputi empat tahap sebagai berikut: (a) pendefinisian, (b) perancangan, (c) pengimplementasian, dan (d) penyebaran. Uji ahli isi mata pelajaran IPA berada pada kualifikasi sangat baik yaitu 94,28%; uji ahli desain pembelajaran berada pada kualifikasi sangat baik yaitu 90,77%; uji ahli media pembelajaran berada pada kualifikasi sangat baik yaitu 90%; uji coba perorangan berada pada kualifikasi sangat baik yaitu 93,07%; uji coba kelompok kecil berada pada kualifikasi sangat baik yaitu 92,64% dan uji coba lapangan berada pada kualifikasi sangat baik yaitu 97,65%. Penghitungan hasil belajar secara manual diperoleh hasil t hitung sebesar 27,746. Harga t tabel taraf signifikansi 5% adalah 2,021. Jadi harga t hitung lebih besar dari pada harga t tabel sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Berarti nilai rerata atau mean posttest yang lebih besar dari nilai rerata atau mean pretest, dapat dikatakan bahwa multimedia interaktif pada mata pelajaran IPA secara efektif dapat meningkatkan hasil belajar IPA

.

Kata kunci: Multimedia Interaktif, IPA, dan Hasil Belajar.

Abstract

Problems were found in SMP Negeri 3 Singaraja is the lack of media that facilitates learning in the learning process of teacher’s science in class VII grade of second half, so it has been conducted research aimed at producing interactive multimedia. Operationally these objectives elaborated into three stages of work-related, which described the design of interactive multimedia learning; described the quality of the development of interactive multimedia in teaching science; and describe the effective used of interactive multimedia on learning outcomes of students in learning science. This type of the study is research and development which used the model of development of 4D. Subject test consisted of test content expert, design experts, media experts, individual test, small groups of test and field test was obtained by using a questionnaire. The data obtained were analyzed by descriptive qualitative, quantitative descriptive analysis and inferential statistical analysis t-test. The results showed the design of interactive multimedia 4D model includes four stages as follows: (a) define, (b) design, (c) develop, and (d) disseminate. Test content expert in the science subjects are excellent

(2)

2

qualifications is 94.28%; test instructional design experts are on excellent qualifications is 90.77%; test learning media experts are at a very good qualification is 90%; individual testing are at a very good qualification is 93.07%; small group trial is the excellent qualifications, namely 92.64%, and field trials are in excellent qualifications is 97.65%. The calculation of learning outcomes manually is 27.746 t. T table price of significance level of 5% is 2,021. So the price of t is bigger than t table price. So that H0 was rejected and H1 was accepted. Means that, the mean of posttest value bigger than the mean of pretest value, so it can be concluded that the interactive multimedia in science subjects can improve the learning outcomes of science effectively.

Keywords: Interactive Multimedia, Science, and Learning Outcomes.

PENDAHULUAN

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan hampir pada semua aspek kehidupan manusia. Berbagai permasalahan yang muncul dapat dipecahkan dengan upaya penguasaan dan peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain manfaat bagi kehidupan manusia, di satu sisi perubahan tersebut juga telah membawa manusia ke dalam era persaingan global yang semakin ketat. Oleh sebab itu, peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan kenyataan yang harus dilakukan secara terencana, terarah, intensif, efektif dan efisien dalam proses pembangunan. Penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia antara lain adalah masalah efektifitas, efisiensi dan standardisasi pengajaran. Pendidikan yang efektif adalah suatu pendidikan yang memungkinkan peserta didik untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan dan dapat tercapai tujuan sesuai dengan yang diharapkan. Dengan demikian, pendidik (dosen, guru, instruktur, dan trainer) dituntut untuk dapat meningkatkan keefektifan pembelajaran agar pembelajaran tersebut dapat berguna.

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan dengan salah satu guru yang mengampu mata pelajaran IPA kelas VII semester II di sekolah SMP Negeri 3 Singaraja dan melihat dari hasil rata-rata nilai siswa yakni 61,69 (daftar nilai IPA kelas VII tahun pelajaran 2014/2015), bahkan kurang dari standar nilai ketuntasan untuk mata pelajaran IPA di SMP Negeri 3 Singaraja yaitu 67. Sejalan dengan uraian di atas, untuk mewujudkan kegiatan pembelajaran IPA yang optimal dan efektif pada kelas Kelas VII semester II SMP Negeri 3 Singaraja diperlukan

suatu media pembelajaran yang mampu mengaktifkan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran serta siswa tidak akan merasa bosan dalam mengikuti proses pembelajaran. Media pembelajaran yang dimaksud yaitu pengembangan multimedia interaktif. Media Pembelajaran berbasis Multimedia untuk mata pelajaran IPA adalah media yang belum ada dan perlu dikembangkan di SMP Negeri 3 Singaraja. Dengan menggunakan Media Pembelajaran berbasis Multimedia interaktif diharapkan mampu menarik minat siswa, membangkitkan gairah siswa untuk mempelajari kembali materi yang disajikan melalui kombinasi atau gabungan antara teks, citra, audio, dan video yang sangat menarik. Berdasarkan paparan tersebut, maka dilakukan penelitian pengembangan dengan judul Pengembangan Multimedia Pembelajaran Interaktif Model 4D pada Pembelajaran IPA Kelas VII Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015 di SMP Negeri 3 Singaraja.

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut: (1)

Bagaimanakah rancang bangun

Multimedia Interaktif pada Pembelajaran IPA Kelas VII semester II Tahun Pelajaran 2014/2015 SMP Negeri 3 Singaraja; (2)

Bagaimanakah kualitas hasil

pengembangan Multimedia Interaktif menurut uji ahli, uji perorangan, ujii kelompok kecil dan uji lapangan?. (3) Bagaimanakah efektivitas multimedia pembelajaran terhadap hasil belajar IPA siswa kelas VII semester II tahun pelajaran 2014/2015 di SMP Negeri 3 Singaraja?.

Berdasarkan rumusan masalah, adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu: (1) Untuk mengetahui rancang bangun Media Multimedia Interaktif pada Pembelajaran IPA Kelas VII

(3)

3 Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015 SMP Negeri 3 Singaraja. (2) Untuk mengetahui kualitas hasil pengembangan Multimedia Interaktif menurut uji ahli, ujii perorangan, uji kelompok kecil, dan ujii lapangan. (3) Mengetahui efektivitas multimedia pembelajaran terhadap hasil belajar IPA kelas VII semester II tahun pelajaran 2014/2015 di SMP Negeri 3 Singaraja.

METODE

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model pengembangan model 4D (Define, Design, Develop, dan

Disseminate). Model 4D merupakan salah

satu model desain pembelajaran sistematik (Trianto, 2010). Pemilihan model ini didasari atas pertimbangan secara sistematis dan berpijak pada landasan teoritis suatu pembelajaran. Model ini tersusun secara terprogram dengan urutan-urutan kegiatan yang sistematis dalam upaya pemecahan masalah belajar yang berkaitan dengan suatu sumber belajar yang disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik pebelajar yang dalam hal ini adalah peserta didik SMP Negeri 3 Singaraja. Salah satu kelebihan 4D yaitu lebih tepat digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan perangkat pembelajaran bukan untuk mengembangkan sistem pembelajaran.

Penelitian ini menggunakan tiga metode pengumpulan data untuk menjawab permasalahan mengenai rancangan desain pengembangan multimedia interaktif, kualitas hasil multimedia interaktif serta efektivitas pengembangan produk yaitu metode pencatatan dokumen, kuesioner dan tes. Adapun penjabaran dari masing-masing metode adalah sebagai berikut.

Metode pencatatan dokumen merupakan cara memperoleh data dengan cara mengumpulkan segala macam dokumen dan melakukan pencatatan secara sistematis. Metode ini digunakan dalam penelitian untuk mengumpulkan data serta mendeskripsikan laporan rancang bangun perkembangan produk multimedia pembelajaran interaktif. Pencatatan dokumen ini dimulai pada

tahap analisis di SMP Negeri 3 Singaraja. Dokumen yang dikumpulkan adalah rekapan nilai KKM siswa kelas VII untuk mata pelajaran IPA, silabus, buku paket serta LKS yang dipakai dalam proses pembelajaran dan catatan hasil wawancara serta observasi yang dilakukan.

Metode kuisioner adalah metode yang digunakan untuk mengetahui kualitas produk dengan menguji validitas produk pada pengembangan multimedia interaktif. “Metode kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya” (Sugiyono, 2009:199). Instrumen yang digunakan untuk metode kuesioner dalam penelitian pengembangan ini adalah kuesioner.

Kuesioner digunakan untuk

mengumpulkan data hasil review dari ahli isi bidang studi atau ahli mata pelajaran, ahli desain dan ahli media pembelajaran, siswa saat uji coba perorangan, kelompok kecil, dan saat uji lapangan.

Metode tes yang digunakan pada penelitian ini ialah tes hasil belajar yaitu tes objektif atau pilihan ganda. Tes objektif atau pilihan ganda ini digunakan pada uji efektifitas produk hasil belajar siswa.

Dalam penelitian pengembangan ini digunakan tiga teknik analisis data, yaitu teknik analisis deskriptif kualitatif, teknik analisis deskriptif kuantitatif dan Metode Analisis Statistik Inferensial/Induktif.

Analisis deskriptif kualitatif

merupakan suatu teknik yang

menggambarkan dan menginterpretasikan arti data-data yang telah terkumpul dengan memberikan perhatian dan merekam sebanyak mungkin aspek situasi yang diteliti pada saat itu sehingga memperoleh gambaran secara umum dan menyeluruh tentang keadaan sebenarnya. Menurut Agung (2012:67) “analisis deskriptif kualitatif yaitu suatu cara analisis atau pengolahan data dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk kalimat/kata-kata, kategori-kategori mengenai suatu subjek (benda, gejala, variabel tertentu), sehingga akhirnya diperoleh kesimpulan umum”. Teknik analisis deskriptif kualitatif ini digunakan

(4)

4

Presentase = (F : N)

untuk mengolah data hasil review ahli isi

mata pelajaran, ahli desain pembelajaran, ahli media pembelajaran dan uji coba siswa. Teknik analisis data ini dilakukan dengan mengelompokkan informasi dari data kualitatif yang berupa masukan, tanggapan, kritik dan saran perbaikan yang terdapat pada angket. Hasil analisis ini kemudian digunakan untuk merevisi produk yang dikembangkan.

Analisis deskriptif kuantitatif adalah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka atau persentase, mengenai suatu objek yang diteliti, sehingga diperoleh kesimpulan umum” Agung (2012:67). Dalam penelitian ini, analisis deskriptif kuantitatif digunakan untuk mengolah data yang diperoleh melalui angket dalam bentuk skor. Rumus yang digunakan untuk menghitung prosentase dari masing-masing subjek adalah sebagai berikut.

𝑃𝑟𝑜𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒

= 𝐽𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 × 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑝𝑖𝑙𝑖ℎ𝑎𝑛 𝑛 × 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 × 100%

(Tegeh dan Kirna, 2010:101) Keterangan:

∑ = jumlah

n = jumlah seluruh item angket

Selanjutnya, untuk menghitung prosentase keseluruhan subjek digunakan rumus:

Keterangan: F = jumlah presentase Keseluruhan subyek N = banyak subjek

Untuk dapat memberikan makna dan pengambilan keputusan digunakan ketetapan terhadap hasil validasi dan uji coba produk sebagai berikut.

Tabel 1.Konversi PAP Tingkat Pencapaian dengan skala 5

Tingkat Pencapaian % Kualifikasi Keterangan

90-100 Sangat baik Tidak perlu direvisi

75-89 Baik Tidak perlu direvisi

65-74 Cukup Direvisi

55-64 Kurang Direvisi

0-54 Sangat Kurang Direvisi

Sumber : Tegeh dan Kirna (2010:101) Analisis Statistik inferensial. Analisis

ini digunakan untuk mengetahui tingkat efektivitas produk terhadap hasil belajar siswa pada siswa SMP Negeri 3 Singaraja di kelas VII I sebelum dan sesudah menggunakan produk pengembangan multimedia pembelajaran interaktif. Data uji coba kelompok sasaran dikumpulkan dengan menggunakan pre-test dan

post-test terhadap materi pokok yang diuji

cobakan.

Hasil pre-test dan post-test

kemudian dianalisis menggunakan uji-t untuk mengetahui perbedan antara hasil

pre-test dan post-test. Sebelum melakukan uji hipotesis (uji-t berkorelasi)

dilakukan uji prasyarat (normalitas dan homogenitas). Rumus untuk menghitung uji prasyarat dan uji hipotesis (uji-t berkorelasi) adalah sebagai berikut.

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran skor pada setiap variabel berdistribusi normal atau tidak, untuk itu dapat digunakan rumus Chi-Kuadrat. Adapun rumusnya sebagai berikut.

        fe fe fo 2 2

(Koyan, 2012:90)

(5)

5 Keterangan : 2

= chi – kuadrat fo = frekuensi observasi fe = frekuensi harapan

Kriteria pengujian : data berdistribusi normal jika

2hitung

2tabel pada taraf

signifikansi α = 0,05 dengan derajat kebebasan k-1.

Uji homogenitas ini dilakukan untuk mencari tingkat kehomogenan secara dua pihak yang diambil dari kelompok-kelompok terpisah dari satu populasi yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Untuk menguji homogenitas varians untuk kedua kelompok digunakan uji Fisher (F), sebagai berikut.

F =𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙

(Koyan, 2012:34) Kriteria pengujian H0 diterima jika Fhitung< Ftabel yang berarti sample homogen. Uji dilakukan pada taraf signifikan 5% dengan derajat kebebasan untuk pembilang n1 – 1 dan derajat kebebasan untuk penyebut n2 – 1.

Uji hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan Analisis Uji-t, karena penelitian ini merupakan penelitian dengan membandingkan hasil pretest dan hasil posttes. Hipotesis yang diambil yaitu sebagai berikut.

H0 :

μA

1

μA

2 H1 :

μA

1

μA

2 Keterangan:

1

μA

= rata-rata hasil belajar siswa sebelum mengikuti pembelajaran dengan multimedia pembelajaran

2

μA

= rata-rata hasil belajar siswa sesudah mengikuti pembelajaran dengan multimedia pembelajaran.

H0 :

μA

1

μA

2: Tidak terdapat perbedaan hasil belajar siswa setelah

mengikuti pembelajaran menggunakan multimedia pembelajaran.

H1 :

μA

1

μA

2 : Terdapat perbedaan hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran menggunakan multimedia pembelajaran. Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini, yaitu menggunakan analisis uji-t sampel berkorelasi, dengan rumus sebagai berikut. 𝑡 = X − X1 2 s12 n1+ 𝑠2 2 𝑛2− 2𝑟 𝑛1𝑠1 𝑛2𝑠2 (Koyan, 2012:29) Keterangan: 𝑋1 = Rata-rata sampel 1 𝑋2 = Rata-rata sampel 2 𝑆1 = Simpangan baku sampel 𝑆2 = Simpangan baku sampel 𝑆12 = Varians sampel 1

𝑆22 = Varians sampel 2

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian dibahas enam hal pokok yaitu, yaitu (1) Rancang bangun pengembangan produk multimedia (2) Kualitas hasil pengembangan produk, (3) Revisi produk pengembangan (4) Uji coba instrument tes hasil belajar (5) Uji prasyarat analisis data dan (6) Uji Hipotesis.

Dalam pengembangan media

pembelajaran ini, prosedur

pengembangan yang dilakukan terdiri atas empat tahap. Berikut dijelaskan keempat tahapan pengembangan multimedia interaktif dengan model 4D. Tahap Pendefinisian dilakukan sebagai tahapan awal dalam mengembangkan multimedia pembelajaran interaktif, pada tahap ini melewati beberapa langkah yakni analisis awal akhir, pada langkah ini dilakukan wawancara dan observasi pada salah satu guru mata pelajaran IPA, ditemukan masalah dalam pembelajaran diantaranya hasil belajar siswa relatif rendah. Hal ini dikarenakan pembelajaran IPA merupakan ilmu yang bersifat menghafal sehingga

(6)

6 siswa cenderung merasa bosan dan jenuh dalam pembelajaran. Selain itu guru belum dapat mengembangkan media pembelajaran yang efektif. Sehingga dirasa perlu untuk mengembangkan multimedia pembelajaran pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam sehingga akan menciptakan pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang dan memotivasi. Fasilitas pembelajaran di SMP Negeri 3 Singaraja sangat memadai dilihat dari ruang kelas yang sudah terdapat LCD Proyektor permanen, papan tulis white board, dan ruang laboratorium multimedia yang sangat mendukung pengembangan multimedia pembelajaran. Langkah selanjutnya yakni melakukan analisis siswa, ditemukan karakteristik gaya belajar siswa di SMP Negeri 3 Singaraja berbeda-beda baik berupa visual, audio maupun kinestetis. Selain itu, ditinjau dari hasil belajar ilmu pengetahuan alam siswa belum memuaskan dan belum mencapai KKM. Setelah itu langkah yang dilakukan

yakni analisis tugas, dalam

pengembangan multimedia pembelajaran ini materi yang ditetapkan ialah ekosistem. Selanjutnya melakukan analisis konsep, konsep dalam pembelajaran ilmu pengetahuan alam mempelajari tentang menentukan ekosistem dan saling hubungan antar komponen ekositem. Setelah melakukan analisis konsep kemudian menentukan spesifikasi tujuan pembelajaran, tujuan pada pembelajaran ialah peserta didik mampu: (a)

Menjelaskan komponen-komponen

ekosistem, (b) Mengidentifikasikan satuan-satuan dalam ekosistem, dan (c) Menggambarkan dalam bentuk diagram rantai makanan dan jaring-jaring kehidupan berdasarkan hasil pengamatan suatu ekosistem.

Tahap Perancangan dilakukan dengan beberapa langkah yaitu

penyusunan instrumen berupa

angket/kuesioner. Penyusunan instrumen kuesioner yaitu untuk review para ahli diantaranya review ahli isi pembelajaran,

review ahli desain pembelajaran, dan review ahli media pembelajaran serta uji

coba perorangan, uji coba kelompok kecil dan uji coba lapangan. Kemudian

dilanjutkan dengan pemilihan media. Pemilihan media dilakukan dengan pemetaan materi sesuai dengan media yang tepat berdasarkan komponen-komponen grafik, teks, suara, video dan animasi. Langkah selanjutnya dilakukan pemilihan format dan dapat ditentukan format atau jenis media yang dikembangkan ialah multimedia pembelajaran. Selain itu, kemudian dilakukan penggambaran rancangan awal multimedia pembelajaran.

Tahap pengembangan, setelah tahap pendefinisian dan perancangan

selanjutnya dilakukan tahap

pengembangan, dalam tahap

pengembangan yang dilakukan adalah penyusunan flowchart dan storyboard. Setelah selesai dengan penyusunan

flowchart dan storyboard, dilanjutkan

dengan tahap produksi pengembangan media. Seluruh materi dan aspek pendukung digabungkan dalam satu produk media pembelajaran yang utuh menggunakan Macromedia Flash 8, Adobe Phototshop Cs, Nero Expres, Microsoft Office Word, dan software

pendukung lainnya. Kemudian dilanjutkan dengan tahap validasi ahli dan uji pengembangan. Validasi ahli meliputi

review para ahli diantaranya review ahli isi

pembelajaran, review ahli desain pembelajaran, dan review ahli media pembelajaran. Uji pengembangan meliputi uji coba perorangan, uji coba kelompok kecil dan uji coba lapangan.

Tahap penyebaran, pada tahap ini yang dilakukan uji validitas yakni penggunaan perangkat yang telah dikembangkan pada skala yang lebih luas misalnya di kelas lain, di sekolah lain, oleh guru yang lain. Kemudian dilanjutkan pada tahap pengemasan, pada tahap ini dilakukan proses burn atau proses pemindahan data ke dalam keping CD dan pembuatan cover dan label CD. Selanjutnya tahap penyebaran dan pengadopsian produk yang dilakukan pada siswa VII dan guru mata pelajaran ilmu pengetahuan alam di SMP Negeri 3 Singaraja sehingga produk hasil pengembangan dapat dipergunakan dan dimanfaatkan secara maksimal dalam penunjang pembelajaran.

(7)

7 Kualitas hasil pengembangan produk. Dalam hal ini akan dipaparkan enam hal pokok, yaitu Uji Ahli Isi Mata Pelajaran, Uji Ahli Desain Pembelajaran, Uji Ahli Media Pembelajaran, Uji Coba Perorangan, Uji Coba Kelompok Kecil dan Uji Coba Lapangan. Keenam data tersebut akan disajikan secara berturut-turut sesuai dengan hasil yang diperoleh dari masing-masing tahapan uji coba.

Uji Ahli Isi Mata Pelajaran, Produk ini dinilai oleh seorang ahli isi sekaligus sebagai guru mata pelajaran IPA di SMP Negeri 3 Singaraja atas nama Nanuk Rabiah, S.Pd. Instrumen yang digunakan untuk uji coba ahli isi mata pelajaran ini adalah angket/kuisioner. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah metode kuisioner. Berdasarkan hasil penilaian dari ahli isi mata pelajaran, setelah dikonversikan dengan tabel

konversi, persentase tingkat

pencapaiannya sebesar 94,28% berada pada kualifikasi sangat baik, sehingga dari segi isi/substansi materi yang disajikan dalam multimedia interaktif ini tidak perlu direvisi.

Uji Ahli Desain Pembelajaran, Produk media pembelajaran berbasis multimedia ini diujicobakan kepada seorang ahli desain pembelajaran atas nama Dr. I Made Tegeh, M.Pd. Berdasarkan hasil penilaian dari ahli

desain pembelajaran, Setelah

dikonversikan dengan tabel konversi, persentase tingkat pencapaiannya sebesar 90,77% berada pada kualifikasi sangat baik, sehingga dari segi media pembelajaran dalam multimedia interaktif ini tidak perlu direvisi.

Uji Ahli Media Pembelajaran. Media pembelajaran diujicobakan kepada seorang ahli media pembelajaran bernama Dr. Desak Putu Parmiti, M.S. Berdasarkan hasil penilaian dari ahli

media pembelajaran, Setelah

dikonversikan dengan tabel konversi, persentase tingkat pencapaiannya sebesar 90% berada pada kualifikasi sangat baik, sehingga dari segi isi/substansi materi yang disajikan dalam multimedia interaktif ini tidak perlu direvisi. Uji Coba Perorangan, Sebagai subjek dari uji coba perorangan ini adalah

siswa kelas VII B SMP Negeri 3 Singaraja berjumlah 6 (enam) orang. Keenam orang tersebut terdiri dari dua orang siswa dengan prestasi belajar tinggi, dua orang siswa dengan prestasi belajar sedang, dan dua orang siswa dengan prestasi belajar rendah. Berdasarkan hasil penilaian Rerata persentase = 558,4: 6 = 93,07 %. Rerata persentasenya sebesar 93,07 % berada pada kualifikasi sangat baik, sehingga media yang dikembangkan tidak perlu direvisi.

Uji Coba Kelompok Kecil. Dalam uji coba kelompok kecil, subjek coba dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII B SMP Negeri 3 Singaraja sebanyak 12 (dua belas orang). Keduabelas orang siswa tersebut terdiri dari empat orang siswa berprestasi belajar tinggi, empat orang siswa berprestasi belajar sedang, dan empat orang siswa berprestasi belajar rendah. Berdasarkan hasil penilaian Rerata Persentase = 1111,7 : 12 = 92,64 %. Rerata persentase 92,64 % berada pada kualifikasi sangat baik, sehingga media yang dikembangkan tidak perlu direvisi.

Uji Coba Lapangan. Sebagai subjek coba dalam uji coba lapangan yaitu kepada kelas VII A dengan jumlah siswa sebanyak 30 orang siswa SMP Negeri 3 Singaraja. Keseluruhan siswa tersebut sudah termasuk siswa yang memiliki prestasi belajar tinggi, sedang, dan rendah. Berdasarkan hasil penilaian Rerata persentase = 2911,6 : 30 = 97,65 %. Rerata persentase sebesar 97,65 % berada pada kualifikasi sangat baik, sehingga media yang dikembangkan tidak perlu direvisi.

Revisi pengembangan produk. Dalam pengembangan produk multimedia pembelajaran ini melalui enam tahapan yaitu uji ahli isi mata pelajaran, uji ahli desain pembelajaran, uji ahli media pembelajaran, uji coba perorangan, uji coba kelompok kecil, dan uji coba lapangan. Dalam tahapan ke enam tersebut tidak ada berarti yang perlu direvisi namun hanya ada beberapa tambahan dan masukan dari para ahli dan subjek uji coba.

Uji coba instrument tes hasil belajar melalui empat tahapan yaitu (1) Uji

(8)

8 validitas dilakukan pada kelas VIII E diperoleh dari 40 butir tes objektif yang diujikan, terdapat 30 butir tes yang valid dan 10 butir tes yang tidak valid (gugur). Sebanyak 30 butir tes yang valid akan digunakan pada uji efektivitas. (2) Uji reliabilitas intrumen ini dianalisis 30 butir soal valid yang di peroleh melalui uji validitas. Dari hasil perhitungan yang dilakukan dapat diperoleh bahwa instrumen tes hasil belajar memiliki koefisien reliabilitas tes sebesar 0,81 dengan kriteria sangat tinggi. (3) Uji taraf kesukaran tes, berdasarkan hasil analisis yang dilakukan diperoleh bahwa instrumen hasil belajar memiliki tingkat kesukaran perangkat tes (Pp) sebesar 0,62. Hasil tersebut jika dilihat dari kriteria tingkat kesukaran (P) maka berada di rentangan sedang. Fernandes (dalam Koyan, 2011:140) menyatakan tes yang baik adalah tes yang memiliki taraf kesukaran antara (0,25-0,75)”. Maka dari itu dilihat dari pernyataan Fernandes tersebut maka taraf kesukaran test tersebut adalah baik. Selain itu, hasil uji taraf kesukaran tes diperoleh dua kategori soal yakni soal dengan taraf kesukaran mudah dan sedang. Terdapat 5 soal dengan taraf kesukaran mudah, 25 dengan taraf kesukaran sedang. (4) Uji daya beda, dari hasil perhitungan yang dilakukan diperoleh bahwa tes memiliki daya beda tes (Dp) sebesar 0,48. Hasil tersebut jika dilihat dari kriteria daya beda tes (D) maka berada direntangan baik. Hasil dari uji daya beda diperoleh bahwa tes termasuk ke dalam tiga kategori yakni sangat baik, baik, dan cukup baik. Terdapat 4 soal yang memiliki kategori daya beda sangat baik. 13 soal memiliki kategori daya beda baik, dan 13 soal memiliki kategori daya beda cukup baik. Soal dengan kategori sangat baik, baik, dan cukup baik akan digunakan untuk uji efektivitas.

Prasyarat Analisis Data. Pada sub bab uji prasyarat analisis data penggunaan produk media pembelajaran multimedia interaktif ini melalui dua tahapan sebelum tahap uji hitoptes yaitu, uji normalitas sebaran data dan homogenitas varian dari hasil pretest dan

posttet yang telah dilakukan. Adapun

penjelasan dari hal tersebut adalah sebagai berikut.

Uji normalitas dilakukan untuk menguji suatu distribusi empirik mengikuti ciri-ciri distribusi normal atau untuk menyelidiki fo (frekuensi observasi) dari gejala yang diselidiki tidak menyimpang secara signifikan dari fe (frekuensi harapan) dalam distribusi normal. Uji normalitas data dilakukan terhadap data hasil belajar IPA siswa yang terdiri dari dua kelompok yaitu (1) hasil belajar IPA siswa yang mengikuti pembelajaran tanpa menggunakan Multimedia Interaktif (pretest), dan (2) hasil belajar IPA siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan Multimedia Interaktif (posttest). Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus chi-kuadrat, menunjukkan data pretest normal, yang ditunjukan dari

χ

2hutung =3,01 <

χ

2tabel

=5,591. Sedangkan data posttest juga normal, ditunjukan dari

χ

2hutung =3,89 <

tabel

2

χ

=5,591. Dengan demikian semua data skor hasil belajar IPA siswa berdistribusi normal.

Uji Homogenitas. Homogenitas data dianalisis dengan uji-F, dengan kriteria data homogen jika

F

hit

F

tab, dan data tidak homogen jika

F

hit

F

tab. Berdasarkan hasil pengujian diperoleh Fhitung = 1,18 sedangkan Ftabel= 1,94 dengan taraf signifikansi 5% . Jadi dapat disimpulkan Fhitung < Ftabel sehingga kedua data tersebut memiliki persebaran data yang homogen.

Uji Hipotesis. Setelah melakukan perhitungan uji normalitas dan uji homogenitas didapat data berdistribusi normal dan homogen, kemudian dilanjutkan dengan uji t-test. Berdasarkan hal tersebut, maka akan dilanjutkan pada pengujian hipotesis penelitian (H1). Dari hasil uji-t diperoleh thitung = 27,746 dan ttabel = 2,021 untuk db = 58 dari taraf signifikansi 5%. Hal ini berarti thitung > ttabel, sehingga H0 ditolak dan H1diterima. Berdasarkan Kriteria pengujian, H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya terdapat perbedaan hasil belajar siswa sebelum menggunakan multimedia pembelajaran dan sesudah menggunakan multimedia pembelajaran pada siswa kelas VII

(9)

9 semester II mata pelajaran IPA SMP Negeri 3 Singaraja tahun ajaran 2014/2015.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan rumusan masalah, hasil analisis data dan pembahasan pada penelitian ini, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut.

Pertama, Rancang bangun media pembelajaran multimedia interaktif dikembangkan melalui beberapa tahap yaitu dari tahap pendefinisian, tahap perancangan, tahap pengembangan, hingga tahap penyebaran. Multimedia interaktif ini dirancang dengan sederhana yang bertujuan untuk menciptakan kemudahan dalam penggunaannya.

Flowchart disusun dengan jelas, sederhana dan tidak menyisipkan objek atau gambar yang tidak perlu.. Storyboard juga disusun dengan sederhana dan jelas. Pada setiap halaman, menu-menu yang tersedia konsisten ditempatkan pada suatu titik dengan tujuan agar siswa tidak bingung mencari menu yang ada. Pemilihan tema yang digunakan disesuaikan dengan karakteristik materi pelajaran dan karakteristik pengguna/user dalam hal ini siswa kelas VII SMP Negeri 3 Singaraja.

Kedua, kualitas pengembangan multimedia. Penelitian ini telah menghasilkan produk pengembangan berupa multimedia interaktif pada mata pelajaran IPA di SMP Negeri 3 Singaraja pada kelas VII yang layak pakai, sesuai dengan kebutuhan dan mengikuti aturan yang ada serta mampu memberikan daya tarik agar siswa mampu menyerap isi materi pembelajaran lebih maksimal. Multimedia Interaktif yang telah melalui tahap analisis kebutuhan, desain pembelajaran, produksi multimedia, validasi ahli, revisi, dan uji coba produk. Berdasarkan validasi ahli dan uji coba produk multimedia interaktif ini berada pada kualifikasi sangat baik dari ahli isi mata pelajaran, kualifikasi sangat baik dari ahli media pembelajaran, kualifikasi sangat baik dari ahli desain pembelajaran, kualifikasi sangat baik dari uji coba perorangan, kualifikasi sangat baik dari uji

coba kelompok kecil dan kualifikasi sangat baik dari uji coba lapangan.

Ketiga, efektivitas hasil pengembangan media. Rata-rata nilai

pretest adalah 18,97 (SMI = 30) atau

setara dengan nilai 63,23 (SMI = 100) dan rata-rata nilai posttest adalah 23,77 (SMI = 30) atau setara dengan nilai 79,23 (SMI = 100). Setelah dilakukan penghitungan secara manual diperoleh harga t hitung sebesar 27,746. Kemudian harga t hitung dibandingkan dengan harga t pada tabel dengan db = n1 + n2 – 2 = 30 + 30 – 2 = 58. Harga t tabel untuk db 58 dan dengan taraf signifikansi 5% (α = 0,05) adalah 2,021. Dengan demikian, harga t hitung lebih besar daripada harga t tabel sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Ini berarti, terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA siswa antara sebelum dan sesudah menggunakan multimedia interaktif.

Dilihat dari konversi hasil belajar di kelas VII E SMP Negeri 3 Singaraja, nilai rata-rata posttest peserta didik 23,77 setara dengan nilai 79,23 (SMI = 100) berada pada kualifikasi “Baik”, dan berada di atas nilai KKM mata pelajaran IPA sebesar 67. Melihat nilai rerata atau mean

posttest yang lebih besar dari nilai rerata

atau mean pretest, dapat dikatakan bahwa multimedia interaktif pada mata pelajaran IPA secara efektif dapat meningkatkan hasil belajar IPA.

Saran-saran yang disampaikan berkenaan dengan pengembangan multimedia interaktif ini dikelompokan menjadi empat, yaitu: (1) Kepada siswa disarankan agar dalam kegiatan belajar baik di sekolah maupun di rumah supaya mengoptimalkan multimedia interaktif sebagai media pembelajaran sehingga ekosistem akan menjadi lebih optimal tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu. (2) Kepada guru disarankan agar lebih intens menggunakan media pembelajaran multimedia interaktif dalam proses pembelajaran, mengingat fasilitas lingkungan sekolah dan siswa sangat mendukung serta untuk mengatasi keterbatasan ruang dan waktu dalam penyampaian dan penyerapan materi dalam pembelajaran IPA kepada siswa. Selain itu guru juga harus kreatif dalam

(10)

10 mengemas pembelajaran dan mentransfer ilmunya kepada siswa sehingga siswa menjadi senang mengikuti pembelajaran IPA yang diberikan. (3) Kepada sekolah disarankan agar membuat kebijakan yang mengarahkan pembelajaran secara

intensif menggunakan media

pembelajaran yang berbasis multimedia interaktif sehingga dalam proses pembelajaran tidak akan mengenal batas ruang dan waktu. (4) Teknolog pembelajaran disarankan agar dari hasil melakukan penelitian yang bersifat pengembangan dapat dijadikan referensi dalam pengembangan produk sejenis yang dapat diterapkan pada mata pelajaran IPA dengan bahasan yang berbeda maupun pada mata pelajaran lainnya sehingga perkembangan teknologi pendidikan semakin maju.

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam proses pembuatan skripsi ini, sangat banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini diucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya dan setulus-tulusnya kepada yang terhormat :

1)

Dr. I Nyoman Jampel, M.Pd., selaku Rektor Universitas Pendidikan Ganesha (UNDIKSHA) yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan pada Jurusan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan.

2)

Drs. Ketut Pudjawan, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah banyak memberikan bimbingan, petunjuk, dan saran dalam penyelesaian skripsi ini.

3)

Drs. I Dewa Kade Tastra, M.Pd., Ketua Jurusan Teknologi Pendidikan dan selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan baik dalam perkuliahan maupun penyusunan skripsi ini.

4)

Prof. Dr. A. A. Gede Agung, M.Pd.

Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan selama penyusunan skripsi ini.

5)

I Kadek Suartama, S.Pd., M.Pd, sekretaris Jurusan Teknologi pendidikan.

6)

Dr. I Made Tegeh, M.Pd. ahli desain

pembelajaran yang telah

mereview/menialai dan memberikan masukan untuk media yang dikembangkan.

7)

Dr. Desak Putu Parmiti, M.S., ahli media pembelajaran yang telah mereview/menialai dan memberikan masukan untuk media yang dikembangkan.

8)

Bapak serta ibu dosen di Jurusan Teknologi Pendidikan, yang telah banyak membimbing selama kuliah sampai selesainya skripsi ini.

9)

I Gede Sumatra Jaya S.Pd., Kepala SMP Negeri 3 Singaraja yang telah memberikan ijin untuk melakukan

penelitian dan membantu

pelaksanaan uji coba media pembelajaran.

10)

Nanuk Rabiah, S.Pd., ahli isi

pembelajaran yang telah

mereview/menialai dan memberikan masukan untuk media yang dikembangkan.

11)

Semua siswa kelas VIII E, VII A, VII B dan VII E SMP Negeri 3 Singaraja yang telah secara aktif mengikuti penelitian ini.

12)

Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah banyak

memberikan dukungan dan

bantuannya dalam pelaksanaan penelitian ini.

13)

Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan penelitian dan penyelesaian skripsi ini.

DAFTAR PUSTAKA

Agung, A. A. G. 2012. Metodologi

Penelitian; Suatu Pengantar.

Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha. Koyan, I W. 2011. Asesmen dalam

Pendidikan. Singaraja: Undiksha Press.

Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:ALFABETA.

Tegeh, I Made dan I Made Kirna. 2010.

Metode Penelitian Pengembangan Pendidikan. Singaraja: Undiksha.

(11)

11 Trianto, 2010. Model Pembelajaran

(12)

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk multimedia pembelajaran pada mata pelajaran IPA materi Berbagai Bentuk Energi dan Penggunaanya yang layak digunakan untuk siswa

Multimedia interaktif pembelajaran IPA pada materi alat optik di SMP perlu untuk dikembangkan untuk mengurangi mis-interpretasi belajar siswa Penelitian pengembangan

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui seberapa jauh dalam pembelajaran IPA kelas IX SMP, guru menerapkan Media Pembelajaran dengan multimedia interaktif

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa media pembelajaran berupa modul interaktif yang dikembangkan pada mata pelajaran IPA Terpadu Kelas VIII sudah layak untuk

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa media pembelajaran berupa modul interaktif yang dikembangkan pada mata pelajaran IPA Terpadu Kelas VIII sudah layak untuk

Tahap 4 adalah tahap Penyebaran (disseminate). Pada tahap ini, multimedia pem-belajaran interaktif mempromosikan produk pengembangan agar bisa diterima pengguna, baik

Adapun hasil dari penelitian pengembangan ini adalah sebuah produk multimedia interaktif IPA untuk SMP kelas VII semester II dimana proses rancang bangun yang

Rumusan masalah dalam penelitian ini diantaranya sebagai berikut: 1 Bagaimana kevalidan pengembangan multimedia interaktif pembelajaran berbasis android pada mata pelajaran IPA materi