• Tidak ada hasil yang ditemukan

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia. 1, 2,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia. 1, 2,"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL

PROJECT BASED LEARNING

UNTUK

MENINGKATKAN PENGETAHUAN PROSEDURAL DAN

PENGUASAAN KOMPETENSI PENGETAHUAN IPA

TEMA CITA-CITAKU SISWA KELAS IVA

SDN 1 PEMECUTAN

TAHUN 2016

Ni Wayan Wirantini

1

, I Gst Agung Oka Negara

2

, I.B Surya Manuaba

3 1,2,3

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

E-mail :

tiniewiranthini@yahoo.com1, okanegaragustiagung@gmail.com2, manuabasurya@yahoo.com3

Abstrak

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk (1) meningkatkan pengetahuan prosedural melalui penerapan model project based learning tema cita-citaku siswa kelas IVA SDN 1 Pemecutan tahun 2016 dan (2) meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA melalui penerapan model project based learning tema cita-citaku siswa kelas IVA SDN 1 Pemecutan tahun 2016. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IVA SDN 1 Pemecutan yang berjumlah 34 siswa. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tes. Data pengetahuan prosedural dikumpulkan dengan menggunakan tes subjektif (essay) sedangkan data penguasaan kompetensi pengetahuan IPA dikumpulkan dengan menggunakan tes objektif pilihan ganda biasa. Selanjutnya data tersebut dianalisis dengan teknik analisis statistik deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) skor rata-rata pengetahuan prosedural meningkat 0,21 dari rata 3,11 pada siklus I menjadi rata-rata 3,32 pada siklus II. Ketercapaian pada siklus I mencapai 47,05% siswa yang mendapat nilai minimal 3,18 (B+) kemudian meningkat pada siklus II menjadi 85,29%. (2) skor rata-rata penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa pada siklus I diperoleh rata-rata 3,16, kemudian meningkat 0,31 menjadi rata-rata 3,47 pada siklus II. Ketercapaian pada siklus I 52,94% siswa yang mendapat nilai minimal 3,18 (B+) kemudian mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 88,23%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan model project based learning

dapat meningkatkan pengetahuan prosedural dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA pada tema cita-citaku siswa kelas IVA SDN 1 Pemecutan.

Kata Kunci: model project based learning, pengetahuan prosedural, penguasaan kompetensi pengetahuan IPA

Abstract

This classroom action research aims to (1) improve procedural knowledge through the application of the model project based learning on student’s goals in grader IVA SDN 1 Pemecutan 2016 and (2) improve the mastery of competencies knowledge of science through the application of the model project based learning on student’s goals in grade IVA grade SDN 1 Pemecutan 2016. Subjects in this study were 34 students at SDN 1 Pemecutan in grade IVA. Data collection methods used in this study is the test method. Data was collected using a procedural knowledge of the subjective test (essay) while the data of IPA knowledge mastery of competencies collected using the usual multiple choice objective test. Furthermore, the data were analyzed by using descriptive statistical analysis and quantitative descriptive analysis. The results of this study indicate that (1)

(2)

the average score of procedural knowledge increased to 0.21 from an average of 3.11 in the first cycle to an average of 3.32 in the second cycle. Achievement of the first cycle reaches 47.05% of students who received a minimum value of 3.18 (B +) increased in the second cycle into 85.29%. (2) The average score of students' science knowledge mastery of competencies in the cycle I gained an average of 3.16, 0.31 and then increased to an average of 3.47 in the second cycle. Achievement of 52.94% on the first cycle students who scored a minimum of 3.18 (B +) and then increased in the second cycle into 88.23%. Based on these results it can be concluded that the application of the model project based learning can improve procedural knowledge and mastery of competencies IPA knowledge on the theme of my ideals IVA grade students at SDN 1 Pemecutan.

Key words: project-based learning model, procedural knowledge, competency mastery of knowledge.

PENDAHULUAN

Pendidikan adalah aspek yang penting dalam kehidupan manusia, karena merupakan sarana utama dalam pengembangan kualitas dan potensi sumber daya manusia. Syam (dalam Ahmadi, 2014:37) mendefinisikan pendidikan sebagai aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya, yaitu rohani (karsa, rasa, cipta, dan budi nurani) dan jasmani (panca indra serta keterampilan-keterampilan). Pendidikan diperoleh manusia dari jenjang pendidikan formal dan non formal hingga pada kehidupan bermasyarakat.

Dalam kegiatan pembelajaran, peran guru dengan siswa sangat penting. Karena itu, pembelajaran merupakan kegiatan belajar siswa dalam mencapai suatu tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran akan dapat tercapai apabila siswa berusaha secara aktif untuk mencapainya, baik dari aspek kognitif, afektif dan psikomotor di dalam menerima pelajaran sedangkan guru sebagai fasilitator. Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan bagian dari strategi meningkatkan pencapaian pendidikan. Orientasi kurikulum 2013 adalah terjadinya peningkatan dan keseimbangan antara kompetensi spiritual, sikap (attitude), pengetahuan (knowledge), dan keterampilan (skill). Hal ini sejalan dengan amanat UU No. 20 Tahun 2003 sebagaimana tersurat dalam penjelasan pasal 35: kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan

keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati. Sejumlah hal yang menjadi alasan pengembangan kurikulum 2013 adalah (a) Perubahan proses pembelajaran (dari siswa diberi tahu menjadi siswa mencari tahu) dan proses penilaian (dari berbasis output menjadi berbasis proses dan output) memerlukan penambahan jam pelajaran; (b) kecendrungan akhir-akhir ini banyak Negara menambah jam pelajaran; (c) Perbandingan dengan Negara-negara lain menunjukkan jam pelajaran di Indonesia relative lebih singkat, dan (d) Walaupun pembelajaran relative singkat, tetapi didukung dengan pembelajaran tutorial (Daryanto, 2014:1).

Kurikulum 2013 yang mulai berlaku secara bertahap dari tahun 2013 ini menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan saintifik/ilmiah. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati, merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum, atau prinsip yang “ditemukan’ (Kurniasih, 2014: 29).

Di dalam proses pembelajaran pada kurikulum 2013 terdapat tiga aspek, yaitu afektif (sikap), kognitif (pengetahuan) dan psikomotor (keterampilan). Ketiga aspek tersebut dinyatakan di dalam rumusan

(3)

kompetensi inti yang terdapat dalam kurikulum 2013 diantaranya KI-1 untuk kompetensi inti sikap spiritual, KI-2 untuk kompetensi inti sikap sosial, KI-3 untuk kompetensi inti pengetahuan dan KI-4 untuk kompetensi inti keterampilan. Keempat kompetensi inti tersebut sangat berpengaruh terhadap hasil belajar. Kompetensi dengan hasil belajar saling berkaiatan sehingga kompetensi dikatakan sebagai kemampuan untuk mencapai standar lulusan yang harus dimiliki oleh siswa.

Saat ini telah berkembang berbagai strategi, model dan media pembelajaran yang inovatif untuk diterapkan dalam pendekatan saintifik. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah model pembelajaran berbasis proyek

(Project Based Learning). Daryanto

(2014:172), mengemukakan Project Based

Learning merupakan strategi belajar

mengajar yang melibatkan siswa untuk mengerjakan sebuah proyek yang bermanfaat untuk menyelesaikan permasalahan masyarakat atau lingkungan. Permasalahan yang dikaji merupakan permasalahan yang kompleks dan membutuhkan penguasaan berbagai konsep atau materi pelajaran dalam upaya penyelesaiannya. Pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk mengembangkan kreativitasnya dalam merancang dan membuat proyek yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi permasalahan. Pembelajaran berbasis proyek didasarkan pada teori kontruktivisme dan merupakan pembelajaran siswa aktif (student centered

learning). Proses pembelajaran Project

Based Learning memungkinkan guru untuk

”belajar dari siswa” dan “belajar bersama siswa”.Trianto (2014:48) juga memaparkan, project based learning adalah penggerak yang unggul untuk membantu siswa belajar melakukan tugas-tugas autentik dan multidisipliner, menggunakan sumber yang terbatas secara efektif dan bekerja dengan orang lain. Pengalaman dilapangan baik dari guru maupun siswa bahwa project based learning menguntungkan dan efektif sebagai pembelajaran, selain itu memiliki nilai tinggi dalam peningkatan kualitas belajar siswa.

Pendekatan saintifik juga diharapkan untuk dapat mengarahkan peserta didik dalam menganalisa suatu masalah berdasarkan langkah-langkah atau prosedur-prosedur penyelesaian masalah. Maka dari itu, peserta didik dituntut untuk memiliki pengetahuan prosedural. Menurut Alex dkk (dalam Anderson & Kharthwohl, 2010:77), pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang cara melakukan sesuatu. Pengetahuan ini mencakup pengetahuan tentang keterampilan, algoritme, teknik, dan metode yang semuanya disebut sebagai prosedur.

Dalam penelitian ini hasil belajar yang akan difokuskan yaitu penguasaan kompetensi pengetahuan (KI-3) pada bidang IPA. IPA merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk pada jenjang sekolah dasar. Menurut Trianto (2012:141), secara umum IPA dipahami sebagai ilmu yang lahir dan berkembang lewat langkah-langkah observasi, perumusan masalah, penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis melalui eksperimen, penarikan kesimpulan serta penemuan teori dan konsep. IPA merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala melalui serangkaian proses yang dikenal dengan proses ilmiah yang dibangun atas dasar sikap ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah yang tersusun atas tiga komponen berupa konsep, prinsip, dan teori yang berlaku secara universal. Muatan pelajaran IPA merupakan mata pelajaran yang dianggap sulit oleh sebagian besar peserta didik, mulai dari jenjang sekolah dasar sampai sekolah menengah. Anggapan sebagian besar peserta didik yang menyatakan bahwa pelajaran IPA ini sulit adalah benar terbukti dari hasil perolehan Ujian Akhir Sekolah (UAS) yang dilaporkan oleh Depdiknas masih sangat jauh dari standar yang diharapkan (Susanto, 2014:165). Untuk mengetahui tingkat ketercapaian penguasaan kompetensi pengetahuan siswa pada akhir pembelajaran diadakan evaluasi atau penilaian yang bertujuan untuk mengukur tingkat penguasaan siswa, sudah tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran yang diharapkan.

(4)

. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di SDN 1 Pemecutan pada tanggal 20 November 2015, ditemukan permasalahan hasil belajar pengetahuan prosedural mengenai langkah-langkah atau prosedur yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan masalah IPA dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA pada siswa kelas IVA SDN 1 Pemecutan. Hal tersebut dapat dilihat dari data tentang pengetahuan prosedural siswa saat menyelesaikan permasalahan IPA yang diperoleh dari rekap nilai ulangan, yaitu dari 34 siswa terdapat 2 siswa yang mendapatkan nilai A-, 4 siswa mendapat nilai B+, 3 siswa mendapat nilai B, 20 siswa mendapat nilai B-, 2 siswa mendapat nilai C+ dan 3 siswa mendapat nilai C. Sementara itu untuk penguasaan kompetensi pengetahuan IPA data yang diperoleh terdapat 3 siswa yang mendapat nilai A-, 4 siswa mendapat nilai B+, 5 siswa mendapat nilai B dan 16 siswa mendapat nilai B-, 4 siswa mendapat nilai C+ dan 2 siswa mendapat niali C.

Dari permasalahan tersebut perlu solusi perbaikan pengetahuan prosedural dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa sehingga dapat meningkatkan pengetahuan prosedural yang dimiliki siswa dilihat dari kebiasaan belajar siswa saat menyelesaikan permasalahan agar menjadi lebih sistematis dan sesuai dengan prosedur penyelesaian masalah, karena pegetahuan prosedural juga sangat berpengaruh terhadap penguasaan kompetensi penguatahuan IPA saat siswa menyelesaikan suatu permasalahan dalam pembelajaran IPA. Berdasarkan uraian tersebut, maka dilaksanakan penelitian yang berjudul ”Penerapan Model Project

Based Learning Untuk Meningkatkan

Pengetahuan Prosedural dan Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPA Tema Cita-citaku Siswa Kelas IVA SDN 1 Pemecutan Tahun 2016”. Dari latar belakang yang telah dipaparkan, adapun masalah yang telah dirumuskan yaitu (1) Apakah penerapan model Project Based Learning dapat meningkatkan pengetahuan prosedural Tema Cita-citaku siswa kelas IVA SDN 1 Pemecutan tahun 2016? (2) Apakah penerapan model Project Based Learning dapat meningkatkan penguasaan

kompetensi pengetahuan IPA Tema Cita-citaku siswa kelas IVA SDN 1 Pemecutan tahun 2016?

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut 1) Untuk meningkatkan pengetahuan prosedural melalui penerapan model Project Based Learning Tema Cita-citaku siswa kelas IVA SDN 1 Pemecutan tahun 2016. 2) Untuk meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA melalui penerapan model project based

learning Tema Cita-citaku siswa kelas IVA

SDN 1 Pemecutan tahun 2016.

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan dalam muatan pelajaran IPA terutama pada peningkatan mutu dan kualitas muatan pembelajaran IPA di sekolah dasar sebagai bahan kajian lebih lanjut untuk mendapatkan hasil penelitian yang akurat khususnya dalam pengembangan penerapan model project

based learning di sekolah dasar.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK), maka dari itu penelitian ini dirancang untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam menerima pelajaran di kelas. Menurut Muhadi (2011:54), Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan bentuk penelitian tindakan yang diterapkan dalam aktivitas pembelajaran di kelas. Suharsimi dkk (2010:3), juga mendefinisikan bahwa penelitian tindakan kelas (PTK) adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi di sebuah kelas bersama. Penelitian tindakan kelas ini disesuaikan dengan model rancangan Suharsimi. Penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi/evaluasi, dan refleksi. Setiap siklus terdiri dari empat kali pertemuan dengan tiga kali pelaksanaan dan satu kali tes pada setiap akhir siklus.

Perencanaan merupakan langkah pertama dalam setiap kegiatan dan akan menjadi acuan dalam melaksanakan tindakan. Adapun rencana tindakan yang dilaksanakan dalam tahap ini, yaitu, melakukan pendekatan ke sekolah tempat

(5)

pelaksanaan penelitian, melakukan observasi awal terhadap proses pembelajaran IPA, menganalisis silabus, membuat rencana pelaksanaan pembelajaran, menyiapkan materi pelajaran dan menyiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan. Pada tahap pelaksanaan tindakan dilakukan dalam empat kali pertemuan dengan tiga pertemuan pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan model project based learning dan satu kali pelaksanaan tes akhir siklus. Kemudian mengadakan analisis terhadap hasil belajar siswa serta mengadakan refleksi. Pada tahap observasi dan evaluasi dilakukan observasi atau pengamatan dan evaluasi siklus yang menyangkut hal-hal sebagai berikut: 1) Mengobservasi secara langsung kegiatan pembelajaran di kelas dengan cara mengamati pelaksanaan pembelajaran apakah sudahsesuai dengan perencanaan tindakan di awal. 2) Mengevaluasi proses pembelajaran dengan penerapan model project based learning yang meliputi tes hasil belajar untuk mengetahui pengetahuan prosedural dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa terhadap materi yang diberikan setelah penerapan model project based

learning. Tahap refleksi merupakan

kegiatan yang sangat penting. Mengingat kegiatan penelitian ini dilakukan dalam dua siklus, maka pada akhir siklus pertama dilakukan refleksi terhadap hal-hal yang dianggap kurang maksimal, selanjutnya diadakan perbaikan dan hasilnya dikembangkan agar pelaksanaan kegiatan penelitian tindakan pada siklus kedua manjadi lebih maksimal.

Penelitian ini dilaksanakan di SDN 1 Pemecutan berada di kecamatan Denpasar Barat, Kota Denpasar. Pada penelitian ini, yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas IVA SDN 1 Pemecutan tahun ajaran 2015/2016 yang berjumlah 34 siswa dengan 17 siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan. Siswa kelas IVA ini, dipilih sebagai subjek penelitian karena siswa di kelas IVA mengalami permasalahan dalam pengetahuan prosedural dan penguasaan kompetensi pengtahuan IPA. Sementara, objek penelitian ini adalah pengetahuan prosedural dan penguasaan kompetensi

pengetahuan IPA setelah penerapan model

Project based Learning.

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data mengenai pengetahuan prosedural dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa. Metode pengumpulan Data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode Tes. Menurut Suharsimi (2013:67) tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Agung (2010:59) menyatakan metode tes dalam kaitannya dengan penelitian ialah cara memperoleh data yang berbentuk suatu tugas yang dilakukan atau dikerjakan oleh seseorang atau sekelompok orang yang dites (testee), dan dari tes tersebut dapat menghasilkan suatu data berupa skor.Tes dalam Penelitian ini digunakan Untuk mengukur pengetahuan prosedural dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes evaluasi. Tes yang digunakan untuk mengetahui pengetahuan prosedural siswa adalah tes subjektif (essay). Sedangkan tes yang digunakan untuk mengetahui penguasaan kompetensi pengetahuan IPA adalah tes objektif bentuk pilihan ganda. Dalam kaitanya dengan penelitian ini, instrument dikonsultasikan kepada dosen ahli (expert) dalam bidang IPA untuk melihat kevalidan dan juga memanfaatkan sumber yang berbeda. Dalam menganalisis data digunakan teknik analisis data yaitu analisis statistik deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif.

Data hasil penelitian dianalisis untuk memperoleh tingkatan hasil pengetahuan prosedural dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa. Hasil ini diinterpretasikan dan disimpulkan untuk digunakan dalam menjawab permasalahan yang telah dirumuskan. Data pengetahuan prosedural dianalisis dengan cara menentukan nilai individu siswa, setelah itu menentukan nilai mean, median dan modus kemudian mengkonversikannya ke dalam table konversi dan menyajikannya dalam grafik polygon untuk menentukan letak mean, median dan modus dalam kurva. Untuk data penguasaan kompetensi

(6)

pengetahuan IPA siswa dianalisis dengan cara menentukan nilai individu siswa, setelah itu menentukan nilai mean, median dan modus kemudian mengkonversikannya ke dalam table konversi dan menyajikannya dalam grafik polygon untuk menentukan letak mean, median dan modus dalam kurva.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data mengenai pengetahuan prosedural dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa dengan penerapan model project based learning pada tema cita-citaku. Selanjutnya data yang telah dikumpulkan dianalisis sesuai dengan teknik analisis data yang telah ditetapkan sebelumnya. Dari data pengetahuan prosedural siklus I analisis mengenai skor rata-rata pengetahuan prosedural pada

siklus I diperoleh skor rata-rata 3,11 dan ketercapaiannya sebesar 47,05%. Skor rata-rata yang diperoleh dikonversikan pada tabel konversi dan berada pada predikat B, hanya 16 siswa yang mendapat skor ≥ 3,18 (B+). Dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA, diperoleh data pada siklus I rata-rata nilainya yaitu 3,16, dan ketercapaiannya sebesar 52,94%. Skor rata-rata yang diperoleh dikonversikan pada tabel konversi dan berada pada predikat B, hanya 18 siswa yang mendapat skor ≥ 3,18 (B+).

Berdasarkan hasil analisis tersebut, diperoleh data hasil belajar pengetahuan prosedural dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas IVA SD N 11 Peguyangan pada siklus I sebagai berikut.

Tabel.01. Rekapitulasi Skor pada Siklus I

No Variabel terikat Siklus I Ketercapaian Indikator Keberhasila

n Mean Median Modus

1 Pengetahuan prosedural 3,11 2,51 2,93 47,05% 80 % 2 Penguasaan kompetensi pengetahuan IPA 3,16 3,59 3,00 52,94% 80 %

Kemudian dari pengetahuan prosedural pada siklus II analisis mengenai skor rata-rata pengetahuan prosedural pada siklus II diperoleh skor rata-rata 3,32. Skor rata-rata yang diperoleh dikonversikan pada tabel konversi dan berada pada predikat B+ dengan ketercapaiannya sebesar 85,29%, yang menunjukkan 29 orang mendapat skor ≥ 3,18 (B+). Dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA, diperoleh data pada siklus II rata skor yaitu 3,47. Skor

rata-rata yang diperoleh dikonversikan pada tabel konversi dan berada pada predikat B+, yang menunjukkan 30 siswa mendapat skor ≥ 3,18 (B+) atau 88,23% yang mendapat skor ≥ 3,18 (B+).

Berdasarkan hasil analisis tersebut, diperoleh data hasil belajar pengetahuan prosedural dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas IVA SD N 11 Peguyangan pada siklus II sebagai berikut.

Tabel 03 Tabel Rekapitulasi Skor pada Siklus II

No Variabel terikat Siklus II Ketercapaian Indikator keberhasila

n Mean Median Modus

1 Pengetahuan prosedural 3,32 3,00 3,20 85,29% 80 % 2 Penguasaan kompetensi pengetahuan IPA 3,47 3,19 3,20 88,23% 80 %

(7)

Hasil yang diperoleh pada siklus II menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan prosedural dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA dari siklus I ke siklus II yang dapat dilihat pada tabel rekapitulasi berikut.

Tabel 03 Tabel Rekapitulasi Skor Pengetahuan Prosedural dan Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPA Siswa Kelas IVA SDN 1 Pemecutan Siklus I dan Siklus II

No Variabel terikat Siklus I Ketercapai an Siklus II Ketercap aian Indikator keberhasi lan M Mdn Mo M Mdn Mo 1 Pengetahuan Prosedural 3,11 2,45 2,93 47,05% 3,32 3,00 3,20 85,29% 80 % 2 Penguasaan kompetensi pengetahuan IPA 3,16 3,59 3,00 52,94% 3,47 3,19 3,20 88,23% 80 % Keterangan M = Mean Mdn = Median Mo = Modus

Dari tabel tersebut, rata-rata skor pengetahuan prosedural yang diperoleh pada siklus I yaitu 3.11, berada pada kriteria B. Pada siklus II rata-rata pengetahuan prosedural siswa mencapai 3,32 dan berada pada predikat B+. Ini berarti terjadi peningkatan nilai pengetahuan prosedural siswa dari siklus I ke siklus II sebesar 0,21. Sementara pada ketercapaian pengetahuan prosedural siswa pada siklus I sebesar 47,05%, sedangkan pada siklus II sebesar 85,29% yang menunjukkan 29 dari 34 siswa memperoleh skor ≥ 3,18 (B+). Ini berarti terjadi peningkatan pengetahuan prosedural siswa dari siklus I ke siklus II sebesar 38,24%.

Sedangkan, rata-rata skor penguasaan kompetensi pengetahuan IPA yang diperoleh pada siklus I yaitu 3.16, berada pada kriteria B. Pada siklus II rata-rata penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa mencapai 3,47 dan berada pada predikat B+. Ini berarti terjadi peningkatan skor penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa dari siklus I ke siklus II sebesar 0,31. Sementara pada ketercapaian penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa pada siklus I sebesar 52,94%, sedangkan pada siklus II sebesar 88,23%

yang menunjukkan 30 dari 34 siswa memperoleh skor ≥ 3,18 (B+). Ini berarti terjadi peningkatan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa dari siklus I ke siklus II sebesar 35,29%.

PEMBAHASAN

Penerapan model Project Based

Learning pada tema cita-citaku di SDN 1

Pemecutan yang diterapkan pada siswa kelas IVA yang berjumlah 34 siswa sudah berjalan dengan baik dan sesuai dengan yang direncanakan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan prosedural dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri dari empat kali pertemuan. Pertemuan pertama sampai dengan pertemuan ketiga merupakan proses pembelajaran dengan menerapkan model Project Based Learning dan pertemuan keempat merupakan tes hasil belajar.

Berdasarkan data yang diperoleh, terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II. Hal ini dapat dilihat pada analisis data siklus I diperoleh skor rata-rata pengetahuan prosedural 3,11. Skor rata-rata pengetahuan prosedural siswa masih belum memenuhi indikator keberhasilan yang ditetapkan. Ketercapaian nilai pengetahuan prosedural pada siklus I yaitu 47,05%, hanya 16 dari 34 siswa yang mendapatkan skor minimal 3,18 (B+) sementara indikator keberhasilan yang

(8)

ditetapkan 80% sehingga dari analisis data siklus I belum memenuhi indikator keberhasilan yang ditetapkan.

Skor rata-rata penguasan kompetensi pengetahuan IPA siswa pada siklus I diperoleh rata-rata 3,16, dari 34 siswa hanya 18 siswa yang mendapat skor minimal 3,18 (B+), ketercapaian skor penguasaan kompetensi pengetahuan IPA pada siklus I yaitu 52,94% yang mendapat skor minimal 3,18 (B+), sementara indikator keberhasilan yang ditetapkan 80% sehingga dari hasil analisis data pada siklus I belum memenuhi indikator keberhasilan yang ditetapkan.

Pada siklus I hasil yang diperoleh belum optimal dan belum memenuhi kriteria yang ditetapkan. Untuk itu dilanjutkan pada siklus II sebagai upaya meningkatkan pengetahuan prosedural dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa agar mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan. Sebelum melakukan tindakan pada siklus II, dilakukan refleksi terhadap kegiatan pada siklus I.

Dalam pelakasanaan siklus I masih terdapat beberapa kendala dalam proses pembelajaran. Kendala tersebut diantaranya, siswa belum terbiasa dan masih terlihat bingung mengenai model pembelajaran berbasis proyek (Project

Based Larning) yang telah diterapkan,

karena siswa belum pernah melakukan kegiatan percobaan atau proyek sebelumnya. Siswa juga belum terbiasa melakukan kegiatan sesuai dengan prosedur atau langkah-langkah yang telah ditentukan. Dan siswa masih ragu-ragu dalam mengajukan pendapat atau menjawab pertanyaan yang diajukan guru. Kesempatan bertanya yang diberikan kepada siswa untuk bertanya mengenai materi pelajaran yang belum dimengerti dan tidak dimanfaatkan dengan baik. Berdasarkan kendala dalam pelaksanaan tindakan siklus I yang menyebabkan belum tercapainya indikator keberhasilan yang ditetapkan, selanjutnya penelitian dilanjutkan dengan pelaksanaan penelitian tindakan pada siklus II. Pada pelaksanaan siklus II ini menerapkan solusi untuk dapat memperbaiki kendala pada siklus I yaitu dengan memberikan penjelasan dan informasi secara lebih mendalam serta

mengarahkan siswa sesuai dengan karakteristik model pembelajaran berbasis proyek (project based learning) yang sedang diterapkan, mengarahkan siswa agar terbiasa melakukan kegiatan sesuai dengan prosedur atau langkah-langkah yang telah ditentukan dan memberikan motivasi kepada siswa agar mereka memiliki keberanian untuk mengajukan pendapat ataupun menjawab pertanyaan dari guru.

Refleksi yang dilakukan pada siklus I memberikan dampak yang baik pada siklus II, siswa sudah terbiasa melakukan kegiatan percobaan atau proyek sesuai dengan langkah-langkah dan prosedur yang telah ditentukan, serta mengajukan pertanyaan atau mengemukakan pendapatnya.

Upaya perbaikan yang dilakukan telah membuahkan hasil yang baik, pengetahuan prosedural dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa pada silkus II mengalami peningkatan. Nilai rata-rata pengetahuan prosedural siswa kelas IVA SDN 1 Pemecutan pada siklus I rata-ratanya 3,11, kemudian meningkat 0,21 pada siklus II menjadi rata-rata 3,32. Ketercapaian pada siklus I mencapai 47,05% siswa yang mendapat skor minimal 3,18 (B+) kemudian mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 85,29%. Dapat dikatakan bahwa dari 34 siswa 29 sudah mendapatkan skor ≥ 3,18 (B+). Dilihat dari indikator keberhasilan yang telah ditetapkan dalam penelitian ini, skor pengetahuan prosedural siswa telah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu 85,29% dari jumlah siswa kelas IVA SDN 1 Pemecutan yang telah mendapat skor minimal 3,18 (B+), walaupun masih ada 5 siswa yang belum mendapat skor minimal 3,18(B+). Kelima siswa yang belum mendapat skor yang ditetapkan dalam penelitian direkomendasikan kepada guru kelas untuk melanjutkan melakukan pembinaan agar mendapat skor minimal 3,18 (B+)

Sedangkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa juga telah mengalami peningkatan. Skor rata-rata penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas IVA SDN 1 Pemecutan pada siklus I diperoleh rata-rata 3,16, kemudian

(9)

meningkat 0,31 menjadi rata-rata 3,47 pada siklus II. Ketercapaian pada siklus I 52,94% siswa yang mendapat skor ≥ 3,18 (B+) kemudian mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 88,23%. Dapat dikatakan dari indikator keberhasilan yang telah ditetapkan dalam penelitian ini, skor penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa telah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu 80% dari jumlah siswa kelas IVA SDN 1 Pemecutan yang telah mendapat skor ≥ 3,18 (B+), walaupun masih ada 4 siswa yang belum mendapat skor ≥ 3,18 (B+). Keempat siswa yang belum mendapatkan skor yang ditetapkan dalam penelitian direkomendasikan kepada guru kelas untuk melanjutkan melakukan pembinaan agar siswa mendapat skor ≥3,18 (B+). Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II mengalami perkembangan lebih baik, refleksi dari siklus II menunjukkan bahwa melalui model project based learning siswa menjadi bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran juga sudah mengalami peningkatan dan dapat menjawab soal atau permasalahan yang diberikan dengan baik dan benar.

Berdasarkan data yang diperoleh pada siklus II kriteria yang diharapkan dalam penelitian ini sudah terpenuhi. Hal ini terlihat dari data yang diperoleh yakni 85,29% siswa sudah mendapatkan skor ≥ 3,18 (B+) untuk pengetahuan prosedural dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA sudah mencapai 88,23% siswa yang mendapat skor ≥ 3,18 (B+). Data tersebut menunjukkan bahwa indikator keberhasilan yang ditetapkan sudah tercapai.

Tercapainya indikator keberhasilan dalam penelitian ini disebabkan karena model project based learning memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar, berdiskusi, serta saling berbagi informasi dengan teman sebayanya. Selain itu siswa juga memiliki tanggung jawab baik tanggung jawab kepada kelompoknya maupun tanggung jawab kepada dirinya sendiri dalam mengerjakan proyek yang telah yang diberikan oleh guru.

Hal ini digukung oleh pendapat Ngalimun (2014:189) menyatakan, “Project

based learning memiliki potensi yang besar

untuk membuat pengalaman belajar yang menarik dan bermakna”. Trianto (2014:48) juga memaparkan, project based learning adalah penggerak yang unggul untuk membantu siswa belajar melakukan tugas-tugas autentik dan multidisipliner, menggunakan sumber yang terbatas secara efektif dan bekerja dengan orang lain. Pengalaman dilapangan baik dari guru maupun siswa bahwa project based

learning menguntungkan dan efektif

sebagai pembelajaran, selain itu memiliki nilai tinggi dalam peningkatan kualitas belajar siswa.

Meskipun terdapat kendala-kendala yang terjadi dalam proses pembelajaran pada siklus I dan siklus II yang disebabkan oleh karakteristik siswa yang beranekaragam, dalam hal ini guru memiliki peran yang sangat penting yaitu mencari alternatif yang sesuai dengan karakteristik siswa sehingga dapat memaksimalkan hasil dari penerapan model project based

leraning dalam proses pembelajaran dapat

menimbukan rasa semangat dan motivasi siswa. Penelitian ini telah membuktikan bahwa dengan meningkatnya pengetahuan prosedural dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA dengan penerapan model

project based learning.

Berdasarkan paparan tersebut telah mampu menjawab rumusan masalah yang diajukan. Hasil penelitian melalui penerapan penerapan model project based

learning pada pengetahuan prosedural dan

penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas IVA SDN 1 Pemecutan telah berhasil dan penelitian ini dapat dihentikan karena indikator keberhasilan dan tujuan yang diharapkan sudah tercapai yaitu pengetahuan prosedural dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa tahun ajaran 2015/2016 telah meningkat.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebagaimana disajikan dalam bab IV, maka dapat disimpulkan sebagai berikut, (1) Penerapan model project based

learning dapat meningkatkan pengetahuan

prosedural siswa kelas IVA SDN 1 Pemecutan tema Cita-citaku tahun 2016. Skor rata-rata pengetahuan prosedural siswa meningkat 0,21 dari rata-rata 3,11

(10)

pada siklus I menjadi rata-rata 3,32 pada siklus II. Ketercapaian pada siklus I mencapai 47,05% siswa yang mendapat nilai minimal 3,18 (B+) kemudian meningkat pada siklus II menjadi 85,29%. (2) Penerapan model project based learning dapat meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas IVA SDN 1 Pemecutan tema Cita-citaku tahun 2016. Skor rata-rata penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa meningkat 0,31 dari rata-rata 3,16 pada siklus I menjadi rata-rata 3,47 pada siklus II. Ketercapaian pada siklus I 52,94% siswa yang mendapat nilai minimal 3,18 (B+) kemudian mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 88,23%.

Berdasarkan simpulan yang diperoleh dalam penelitian tindakan kelas ini diajukan saran-saran sebagai berikut. (1) Bagi siswa disarankan agar dapat meningkatkan pengalaman belajarnya dan melatih keterampilan bekerjasama dalam kehidupan sehari-harinya dengan mengikuti pembelajaran yang menggunakan model

project based learning. (2) Bagi guru

disarankan agar dapat

mengimplementasikan model project based

learning untuk meningkatkan pengetahuan

prosedural dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa. (3) Bagi sekolah

disarankan agar dapat

mengimplementasikan model project based

learning untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran disekolah. (3) Bagi peneliti disarankan untuk dapat mengembangkan model project based learning dengan menyempurnakan aspek-aspek yang belum terjangkau dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Agung, A.A Gede, 2010. Penelitian Tindakan Kelas (Teori dan Analisis

Data dalam PTK). Singaraja:

Universitas Pendidikan Ganesha Ahmadi,Rulam.2014.Pengantar

Pendidikan.Yogyakarta:AR-Ruzz

Media.

Anderson, W. Lorin dan David R. Krathwol (Ed).2010. Kerangka Landasan Untuk

Pembelajaran, Pengajaran dan

Asesmen.Terjemahan Agung

Prihantoro, A Taxonomy for learning, teaching, and assessing: a Revision of Bloom taxonomy a education

objectives. 2001. Yogyakarta:

Pustaka Belajar.

Daryanto. 2014. Pembelajaran Tematik,

Terpadu, Terintegrasi (Kurikulum

2013). Yogyakarta: Gava Media.

_________2014.Pendekatan Pembelajaran

Saintifik Kurikulum

2013.Yogyakarta:Gava Media.

Depdikbud.2014. Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 104 tahun 2014 tentang Penilaian Hasil Belajar Oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar

dan Pendidikan Menengah. Tersedia

pada

akhmadsudrajat.files,wordpress.com (diakses pada tanggal 25 Januari 2016)

Kurniasih, Imas. Sani, Berlin. 2014. Sukses Mengimplementasikan Kurikulum

2013.Jakarta : Kata Pena

Muhadi. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Shira Media.

Ngalimun. 2014. Strategi dan Model

Pembelajaran. Banjarmasin: Aswaja

Pressindo

Suharsimi, Arikunto dkk. 2010. Penelitian

Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi

Aksara

---.2013. Dasar-dasar Evaluasi

Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Susanto, Ahmad.2014. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana

Trianto.2014. Model Pembelajaran

Gambar

Tabel 03 Tabel Rekapitulasi Skor pada Siklus II

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian tentang Analisis Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) dan Kadar Debu Pada Daun Angsana di Kota Banda Aceh, kesimpulan yang dapat

Yang perlu Anda lakukan adalah memperbaiki sistem pencatatan stock segera. Jangan sampai kehabisan stock barang yang justru seharusnya menjadikan perusahaan

Nilai-nilai seni dan budaya tradisi serta agama dijelmakan sebagai lambang kepada Melayu menerusi karya-karya seni catan jenis dekoratif oleh seniman wanita tempatan.. Kajian

Dalam proses pendidikan perlu dilaksanakan manajemen kurikulum untuk memberikan hasil kurikulum yang lebih efektif, efesien dan optimal dalam memberdayakan berbagai

Pada roti tawar yang bermerek dan tidak bermerek yang dijual di Kelurahan Padang Bulan tidak ada satupun roti tawar yang menggunakan boraks sebagai pengawet,

Epoksidasi kariofilena dengan oksigen menghasilkan 84,1% kariofilena oksida; esterefikasi kariofilena oksida dengan asam format menghasilkan 67,8% klovanadil format;

Keberhasilan partisipasi dapat diukur atau dapat dinilai dengan baik, bilamana adanya suatu bentuk atau proses komunikasi tatap muka anatara pemimpin dalam hal

Kelas-kelas yang didapatkan sebagai hasil dari lapisan kompetitif ini hanya tergantung pada jarak antara vektor input dengan vektor bobot dari masing- masing kelas dan vektor