• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyaknya orang yang menggunakan sistem on-line di dalam. saling terhubung yang menjangkau seluruh dunia.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. semakin banyaknya orang yang menggunakan sistem on-line di dalam. saling terhubung yang menjangkau seluruh dunia."

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemajuan di dalam hal teknologi akhir-akhir ini mampu merubah sistem yang ada di dalam dunia bisnis. Hal ini dapat kita lihat dengan semakin banyaknya orang yang menggunakan sistem on-line di dalam berbisnis dan berbelanja. Sistem on-line berkaitan dengan adanya internet.

Internet atau international network adalah sebuah sebuah jaringan komputer yang sangat besar yang terdiri dari jaringan-jaringan kecil yang saling terhubung yang menjangkau seluruh dunia.1 Dengan adanya

internet ini memberikan kemudahan-kemudahan di dalam kehidupan manusia, sehingga sekarang banyak orang yang membutuhkan internet.

Internet dapat kita akses tidak hanya dengan menggunakan PC (personal computer) atau laptop saja, melainkan dapat digunakan dengan menggunakan smartphone seperti blackberry, handphone-handphone

android dan tablets yang banyak beredar di masyarakat. Kemudahan yang dapat diperoleh oleh masyarakat dengan menggunakan internet adalah dengan didukungnya provider-provider telekomunikasi yang memberikan tarif yang murah untuk berinternet.

Budi Sutedjo, 2002, Perspektif E-business Tinjauan Teknis, Manajerial dan Strategi, Andi

Offset, Yogyakarta.

(2)

Internet memberikan dampak yang positif sekaligus dampak yang negatif. Dampak positif dari adanya internet adalah memberikan kemudahan di dalam mendapatkan informasi, baik informasi yang terjadi di dalam negeri maupun di luar negeri. Internet juga dapat membantu di bidang kesehatan, pendidikan, kebudayaan. Internet menjadikan sarana komunikasi menjadi sangat cepat, seperti dapat bertukar informasi dengan menggunakan elektronik mail (e-mail). Kemudahan di dalam bertransaksi dan berbisnis tanpa harus mendatangi ke tempat orang yang menjual barang. Dampak negatif adanya internet adalah pornografi, penipuan, sumber daya manusia yang semakin sedikit untuk dipekerjakan, karena dengan adanya komputerisasi membuat jumlah tenaga kerja yang digunakan di dalam suatu perusahaan juga semakin sedikit. Selain itu, dampak negatif tersebut banyaknya tindakan kriminal yang terjadi di dunia maya atau yang sering kita kenal dengan cyber crime.2 Kejahatan yang terjadi di masyarakat juga mengikuti perkembangan teknologi. Kemajuan teknologi yang semakin canggih juga akan mempengaruhi tingkat kriminalitas. Selain itu dengan adanya internet membuat seseorang kurang bersosialisasi, karena mereka asyik dengan teman-teman yang ada di dunia maya, sehingga jarang melakukan komunikasi dengan orang-orang yang secara nyata ada di sebelah mereka.

2 http://tourworldinfo.blogspot.com/2011/10/apa-manfaat-internet-dampak-negatif.html diakses pada hari Selasa, 19 Juni 2012 pukul 21:00 WIB.

(3)

Penggunaan internet merubah sistem penjualan yang semula menggunakan cara konvensional kemudian sekarang berubah menjadi sistem on-line. Begitu juga di dalam berbisnis, dimana dahulu orang-orang memulai bisnisnya dengan menggunakan nama sendiri dan modal sendiri dan sekarang beralih ke sistem waralaba. Pengertian waralaba berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2007 yang diatur di dalam Pasal 1 adalah hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang dan atau jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat dimanfaatkan dan atau digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba.

Sistem di dalam waralaba memiliki kelebihan terutama berkaitan dengan hal-hal yang menyangkut mengenai pendanaan, sumber daya manusia (SDM) dan manajemen. Konsep bisnis waralaba menjadi salah satu bentuk terobosan pengembangan usaha. Usaha-usaha yang diwaralabakan biasanya usaha-usaha yang telah teruji dan sukses di bidangnya, sehingga dianggap dapat “menjamin” mendatangkan keuntungan. Faktor ini yang kemudian menjadi “magnet” untuk menarik animo masyarakat. Melalui konsep waralaba, seseorang tidak perlu memulai usaha dari nol, karena telah ada sistem yang terpadu dalam waralaba, yang memungkinkan seorang penerima waralaba menjalankan usaha dengan baik.

(4)

Waralaba atau dalam Bahasa Inggris dikenal dengan franchise

berasal dari Bahasa Latin yaitu francorum rex yang memiliki arti bebas dari ikatan, yang mengacu pada kebebasan untuk memiliki hak usaha. Pengertian franchising (pewaralabaan) adalah perikatan dimana salah satu pihak diberikan hak untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki pihak lain dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan dalam rangka penyediaan dan atau penjualan barang atau jasa. Pasal 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2007 tentang Waralaba mengatur pengertian waralaba adalah hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang dan atau jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat dimanfaatkan dan atau digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba. Kriteria waralaba diatur di dalam Pasal 3, yaitu Hak Atas Kekayaan Intelektual yang telah terdaftar. Yang dimaksud dengan Hak Atas Kekayaan Intelektual yang telah terdaftar adalah Hak Atas Kekayaan Intelektual yang terkait dengan usaha seperti merek, hak cipta, hak paten dan rahasia dagang, sudah didaftarkan dan mempunyai sertifikat atau sedang dalam proses pendaftaran di instansi yang berwenang.

Pertumbuhan waralaba lokal saat ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan waralaba asing di Indonesia. Hal ini disebabkan

(5)

karena pewaralaba lokal memberikan berbagai kemudahan dalam persyaratan pembelian waralaba mereka.

Waralaba berkaitan dengan Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) yang dimiliki oleh seseorang. Hak Atas Kekayaan Intelektual tersebut dapat berupa hak cipta, merek, hak paten, rahasia dagang. Di dalam waralaba, terdapat perjanjian waralaba. Perjanjian waralaba ini untuk memberikan perlindungan kepada pemilik Hak Atas Kekayaan Intelektual untuk mendapatkan hak-hak yang diperolehnya. Perjanjian waralaba ini untuk menghindari adanya plagiat. Hak Atas Kekayaan Intelektual yang dimiliki oleh seseorang ini sebelumnya harus didaftarkan terlebih dahulu agar dapat dilindungi. Apabila seseorang memiliki Hak Atas Kekayaan Intelektual tersebut tidak mendaftarkannya, maka Hak Atas Kekayaan Intelektualnya tidak dapat dilindungi.

Dalam perkembangan sistem ekonomi Indonesia, persaingan usaha menjadi salah satu instrumen ekonomi sejak saat reformasi digulirkan. Hal ini ditunjukkan melalui terbitnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Undang-Undang ini pada dasarnya berisi larangan terhadap perjanjian, kegiatan, posisi dominan yang bertentangan dengan prinsip persaingan usaha tidak sehat. Berlakunya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang larangan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat sebagai tindak lanjut hasil Sidang Istimewa MPR-RI yang digariskan dalam Ketetapan MPR-RI No. X/MPR/1998 tentang Pokok-Pokok

(6)

Reformasi Pembangunan Dalam Rangka Penyelamatan dan Normalisasi Kehidupan Nasional, maka Indonesia memasuki babak baru pengorganisasian ekonomi yang berorientasi pasar. Undang-Undang Nomor 5 Tahun1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat juga memberikan beberapa pengecualian dalam pengaturan pasal-pasalnya. Pengecualian diberikan kepada pelaku usaha tertentu, kegiatan usaha tertentu serta perjanjian tertentu, termasuk didalamnya perjanjian waralaba.

Proyeksi tren bisnis waralaba di Indonesia yang semakin menjanjikan dan keinginan untuk menambah jaringan perusahaan mendorong PT. Barama Intercity Treducasindo yang bergerak di bidang penjualan produk dan jasa pariwisata memasuki bisnis waralaba. Perjanjian waralaba pada PT. Barama Intercity Treducasindo adalah penggunaan nama dari perusahaan yang merupakan Merk Dagang yang telah didaftarkan pada Direktorat Jenderal Hak Atas Kekayaan Intelektual pada tanggal 13 Juli 2009.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada latar belakang di atas, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah perjanjian waralaba yang dibuat PT. Barama Intercity Treducasindo termasuk dalam kategori sebagai perjanjian yang dikecualikan dalam Pasal 50 huruf b Undang-Undang Nomor 5

(7)

Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat?

2. Apakah perjanjian waralaba yang dibuat oleh PT. Barama Intercity Treducasindo memiliki potensi melanggar Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui alasan-alasan mengapa perjanjian waralaba di PT. Barama Intercity Treducasindo sebagai perjanjian yang dikecualikan di dalam Pasal 50 huruf b Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

2. Untuk mengetahui apakah perjanjian waralaba yang dibuat oleh PT. Barama Intercity Treducasindo memiliki potensi melanggar Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

D. Manfaat Penelitian

(8)

Bagi perkembangan ilmu hukum pada umumnya dan khususnya pada magister hukum bisnis dan hukum perjanjian waralaba.

2. Subyektif

a. Bermanfaat bagi masyarakat yang pada umumnya belum mengetahui secara pasti penerapan serta pengaruh perjanjian waralaba

b. Bermanfaat bagi rekan-rekan yang akan membahas atau ingin mempelajari hakekat sebenarnya penerapan serta pengaruh Perjanjian Waralaba Sebagai Perjanjian yang dikecualikan dalam Pasal 50 huruf b Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan hasil penelusuran dan pengamatan penulis dalam studi pustaka di lingkungan Universitas Gadjah Mada berkaitan dengan penelitian tentang Perjanjian Waralaba Sebagai Perjanjian yang dikecualikan dalam Pasal 50 huruf b Undang-Undang Nomor 50 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, maka penulis mendapatkan beberapa penelitian sebelumnya, yaitu :

(9)

1. Adesia Adilman, 2010, melakukan penelitian dengan judul “Perlindungan Hukum Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) Dalam Perjanjian Waralaba”. Berupa penulisan tesis Magister Kenotariatan Universitas Diponegoro. Rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :

a. Bagaimanakah perlindungan hukum Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) bagi pemberi waralaba dan penerima waralaba dalam perjanjian waralaba?

b. Apakah hambatan-hambatan yang timbul dari perlindungan hukum Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) dalam perjanjian waralaba?

2. Aris Tri Widianto, 2009, melakukan penelitian dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap Penerima Waralaba yang Belum Terdaftar di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta”. Berupa penulisan tesis Magister Hukum Bisnis Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Rumusan masalahnya berupa :

a. Bagaimanakah perlindungan hukum bagi para francshise

terhadap merk waralaba yang belum terdaftar?

b. Bagaimanakah penyelesaian sengketa yang dilakukan sebagai akibat dari belum didaftarkannya merk waralaba yang franchisor?

(10)

Penelitian tersebut ada kesamaannya, yaitu penelitian yang dilakukan dengan penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya sama-sama meneliti mengenai hal yang berkaitan dengan perjanjian waralaba

Perbedaan antara penelitian yang telah dilakukan dengan penelitian yang lain yang telah dipublikasikan sebelumnya dengan yang dilakukan dengan penulis, adalah :

1. Pada penelitian yang dilakukan oleh Adesia Adilman, penelitiannya mengkaji mengenai perlindungan hukum bagi penerima dan pemberi perjanjian waralaba.

2. Pada penelitian yang dilakukan oleh Aris Tri Widianto, penelitiannya mengkaji mengenai penyelesaian sengketa apabila merk dari perjanjian waralaba tersebut belum didaftarkan.

Perbedaannya adalah penelitian yang dilakukan oleh penulis lebih menitik beratkan pada pengecualian perjanjian waralaba berkaitan dengan Pasal 50 huruf b Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Obyek penelitian yang dilakukan adalah pada PT. Bharama Intercity Treducasindo yang berlokasi di Yogyakarta.

Berdasarkan perbedaan judul dan obyek penelitian, penulis menjamin keaslian penelitian. Dengan demikian, penelitian ini asli.

Referensi

Dokumen terkait

Maka dari itu, hipotesis dalam penelitian ini dapat diterima, artinya media komik strip dianggap efektif digunakan dalam meningkatkan keterampilan menulis paragraf

Maka dari itu penelitian ini di fokuskan pada Strategi Pengembangan Prasarana Dan sarana Objek Wisata Bahari Pulau Sembilan di Kabupaten Sinjai yang juga di maksudkan agar

Menyelesaikan Soal Matematika Materi Garis dan Sudut pada Siswa Kelas VII A. MTsN 2 Tulungagung Tahun

Sebelum plesteran dilakukan terlebih dahulu dinding dibersihkan dari semua kotoran, kemudian dinding dibasahi dengan air dan permukaan beton yang akan diplester dibuat kasar agar

The results of this study showed that the estimated value which was generated by using the indirect estimation had a smaller value when it was compared with the predicted value

Mahasiswa memiliki kesadaran kritis dalam menggunakan dan menganalisa serta bersikap terhadap pesan – pesan yang ada di media sosial, dan mampu menyaring isi pesan-pesan yang

resepsi Jauss yang memahami sebuah teks atau kejadian meliputi proses mediasi terus- menerus antara kini dan masa lampau, informasi yang diberikan oleh simbol

In engineering product application, Virtual Prototyping is supported by CAD software (Computer Aided Design) for representing geometric information, and CAE