• Tidak ada hasil yang ditemukan

SIDANG TUGAS AKHIR BIDANG STUDY METALLURGY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SIDANG TUGAS AKHIR BIDANG STUDY METALLURGY"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

SIDANG TUGAS AKHIR

BIDANG STUDY METALLURGY

“Studi Eksperimental Fenomena Kapilaritas pada Beton Bertulang Sehubungan

dengan Serangan Korosi Baja Tulangan”

Oleh :

Bernad M.S.

NRP. 2106100134

JURUSAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

INSTIUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

2009

(2)

Latar Belakang

Penelitian Wirawan - pengaruh fly ash terhadap beton di

lingkungan khlorida (Tesis Teknik Mesin ITS, 2009)

Gambar Cairan yang keluar dari permukaan beton yang

tidak tercelup dari penelitian saudara Wirawan setelah hari ke-10

(3)

Latar Belakang

Percobaan Gunanto Widyasaputra - pengaruh penambahan inhibitor

terhadap ketahanan korosi beton bertulang (Tugas akhir Teknik Mesin

ITS, 2009)

Gambar Cairan yang keluar dari permukaan beton yang tidak tercelup dari

penelitian saudara Gunanto setelah hari ke-3

(4)

Latar Belakang

Kedua penelitian tersebut menggunakan beton dengan

dimensi, tinggi perendaman (terendam ½ atau 60

mm), elektrolit dan komposisi bahan penyusun

beton bertulang yang sama.

(5)

Latar Belakang

Penelitian Hasan Ass-shiddiqi - pengaruh metode curing

terhadap ketahanan korosi beton bertulang (Tugas akhir Teknik

Mesin ITS, 2009)

Penelitian ini mulai mencoba membahas tentang fenomena

keluarnya elektrolit dari interface baja tulangan dengan beton

Penelitian menggunakan dimensi beton, bahan penyusun

beton dan jenis elektrolit yang sama. Beton hanya terendam

1/8 bagian (15 mm) saja.

Dari penelitian ini tidak ada elektrolit yang keluar dari interface

baja tulangan dengan beton. Bahkan sampai hari ke 120 beton

hanya basah dibagian luar saja. Dan baja tulangan di dalam

beton hanya terkorosi sedikit saja.

(6)

Latar Belakang

(a)

(b)

Gambar (a) Beton yang telah terendam selama 40 hari (b) beton yang

telah terendam selama 120 hari

(7)

Latar Belakang

Gambar baja tulangan setelah dilakukan perendaman 120 hari dan dibongkar dari

beton

(8)

Latar Belakang

Penelitian Bagus Cahyo Utomo – Studi Eksperimental Pengaruh

Kapilaritas pada mekanisme korosi Hoseline Submarine di Lingkungan

Khlorida dan Amoniak (Tugas akhir Teknik Mesin ITS, 2009).

Mulai meneliti secara khusus pengaruh kapilaritas terhadap terjadinya

korosi.

(9)

Latar Belakang

(a)

(b)

Gambar (a) Spesimen Hoseline sebelum direndam (b) Hoseline yang direndam di

dalam larutan Khlorida+Amoniak

(10)

Latar Belakang

Gambar baja penguat yang telah dibongkar dari karet setelah dilakukan perendaman selama 30 hari.

Dari sini mulai terlihat bahwa memang benar korosi yang terjadi pada baja penguat

diakibatkan karena pengaruh daya kapilaritas.

Elektrolit seolah-olah tersedot ke dalam celah antara karet dengan baja penguat

yang tidak ikut terendam. Dari sini akan timbul stagnasi elektrolit dan terjadi korosi

pada permukaan baja penguat

(11)

Perumusan Masalah

Bagaimana mekanisme masuknya air ke dalam beton.

Bagaimana fenomena kapilaritas pada interface baja tulangan

dengan beton yang memfasilitasi korosi pada baja tulangan.

Apakah fenomena kapilaritas pada beton dapat dituangkan

(12)

Tujuan Penelitian

Mempelajari mekanisme masuknya air ke dalam beton.

Mempelajari fenomena kapilaritas pada interface baja tulangan

dengan beton yang memfasilitasi korosi pada baja tulangan.

Menyatakan

suatu

hubungan

matematis

yang

dapat

(13)

Batasan Masalah

Semua spesimen diasumsikan memiliki komposisi campuran

beton yang sama persis satu sama lain.

Spesimen beton bertulang dan beton tanpa tulangan memiliki

(14)

Dasar Teori

Penetrasi media korosi di dalam beton

Korosi pada baja tulangan akibat penetrasi

(15)

Penetrasi Media korosi di dalam Beton

Diffusi

Transfer cairan dari daerah

yang berkonsentrasi tinggi ke daerah

berkonsentrasi rendah

Permeasi

Permeasi adalah proses penetrasi suatu zat (cair, gas, dan

uap) ke dalam zat padat sehubungan dengan permeabilitas

intrinsik zat padat tersebut.

Capillary suction

Pergerakan cairan sepanjang celah kapiler pada benda

padat diakibatkan karena tarik menarik antar molekul

cairan dengan zat padat.

(16)
(17)
(18)
(19)

Spesifikasi Beton Bertulang

Tipe Semen

: Portland Pozzolan Cement (sesuai SNI 15-2049-04, semen yang digunakan untuk

bangunan umum dan mempunyai kegunaan khusus yaitu untuk bangunan yang memerlukan ketahanan

terhadap garam laut dan sulfat dengan panas hidrasi sedang).

Perbandingan unsur-unsur penyusun beton :

semen : pasir : kerikil : air = 1,73 : 2,3 : 3,46 : 1

Dimensi Beton Bertulang

Bentuk

: Silinder pejal

Panjang

: 120 mm

Diameter

: 50,8 mm (2 inch)

Keterangan

: Cetakan terbuat dari PVC diameter 2 inch

Dimensi baja tulangan

Tipe

: Polos

Diameter

: 12 mm (SNI 07-0065-2002, Diameter Nominal 12 ± 0,4 mm)

-

Panjang

: 120 mm

(20)
(21)

Pembuatan Beton bertulang

Langkah-langkah pembuatan beton

- Pengadukan

- Penuangan

- Pelepasan dari Cetakan

- Curing/Perawatan Beton

(22)

Pengujian Karakteristik Beton

Uji Kuat tekan

- Standard Pengujian : ASTM C 39-86

- Standard Spesimen : ASTM C 42

Rumus yang digunakan untuk perhitungan kuat tekan beton

(23)

Pengujian Karakteristik Beton

Pengujian Porositas Beton

Standard Pengujian : ASTM C 642-90

Pengujian porositas beton bertujuan untuk mendapatkan

prosentase rongga udara di dalam beton dimana nilai

porositas

merupakan

salah

satu

parameter

yang

menunjukkan kemampuan suatu beton untuk melewatkan

zat cair/permeabilitas beton

(24)

Rumus yang digunakan untuk menghitung porositas

beton:

Air Void =[(C – A) / ( C – D)] x 100% *

Keterangan :

A = Berat spesimen setelah di oven (Kg)

C = Berat spesimen kondisi jenuh air ditimbang di udara (Kg)

D = Berat spesimen kondisi jenuh air ditimbang di air (Kg)

*Lamond, F., Joseph, and Klieger, Paul, 1994, “Significance of tests and properties of

concrete and concrete-making materials”, ASTM International.

(25)

Pengkondisian spesimen

Spesimen dikondisikan di dalam larutan NaCl 12,5 %.

Perendaman sebagian pada spesimen. Spesimen terendam 45

mm di sebuah kontainer terbuka.

Penopangan dilakukan agar bagian bawah spesimen uji tidak

terdapat stagnasi elektrolit.

Pengambilan data pada tiga buah spesimen uji dilakukan

(26)
(27)

Pengamatan visual

Sebelum pembongkaran beton

Pada pengamatan sebelum pembongkaran beton

(28)

Pengujian Beton setelah pengkondisian

Pengujian Kandungan Khlorida di selimut beton

Beton di bor pada 4 kedalaman (di permukaan, kedalaman 6 mm,

kedalaman 12 mm, dan kedalaman 18 mm) dengan ketinggian titik

uji 20 mm, 45 mm, dan pada setiap kenaikan air di eksterior beton.

(29)

Gambar Lokasi Pengambilan Sampel Untuk

Test Kandungan Ion Cl

Keterangan:

X

n

Dimana

X = kenaikan air pada

eksterior beton saat

pengukuran ke n.

n = Pengukuran ke – (1

(30)

Foto Pengambilan Sampel Untuk Test Kandungan

Khlor

(31)

Pengamatan visual

Sesudah pembongkaran beton

Sesudah beton dibongkar,dilakukan pengamatan terhadap baja

tulangan beton. Korosi yang terjadi pada baja tulangan menjadi acuan

ketinggian air yang sudah masuk ke dalam interface baja tulangan

dengan beton.

(32)

Pengamatan penampang baja tulangan

Serangan korosi dilihat dari profil korosi yang tampak dari

potongan Longitudinal Baja tulangan.

Baja tulangan dipotong longitudinal untuk mengetahui profil korosi

yang terbentuk pada baja tulangan.

Dari profil korosi tersebut dapat digunakan untuk mengukur

(33)

Gambar Potongan vertikal baja tulangan dan

hipotesa pegurangan tebal produk korosi

Hipotesa pengurangan

ketebalan yang akan

terjadi pada baja

tulangan

(34)

Sesudah pembongkaran beton

Serangan Korosi Dilihat Dari Ketebalan Produk Korosi

yang Tampak dari Potongan Melintang Baja Tulangan.

Untuk melihat ketebalan produk korosi, selain dengan potongan

longitudinal,

juga

dengan potongan melintang. Potongan

melintang ini dilakukan untuk mengamati bahwa serangan korosi

yang terjadi merata pada semua bagian di sekeliling baja

tulangan.

(35)

Gambar Potongan melintang baja tulangan

dan hipotesa serangan korosi yang merata

(36)

DATA DAN ANALISA

Karakteristik beton

Pengamatan visual eksterior beton

Distribusi Khlor di dalam beton

Pengamatan visual baja tulangan beton

Pengamatan visual penampang melintang

baja tulangan

Pengamatan visual penampang longitudinal

(37)

Karakteristik beton

Kuat tekan

Porositas

Replika ke -

Kuat Tekan

(Kg/cm

2

)

Kuat Tekan Rata-Rata

(Kg/cm

2

)

1

185,3856

2

198,2491

3

190,3799

191,3382

Replika Ke-

A

(gram)

C

(gram)

D

(gram)

Air Void

(%)

Air Void

rata-rata (%)

1

486

522

298

16,1

2

497

537

306

17,3

3

485

518

295

14,8

(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)

Distribusi Khlor di dalam beton

Batas Perendaman

Dari data prosentase khlor akan dibuat 2 grafik

1. Grafik Prosentase Khlor VS kedalaman titik uji

2. Grafik prosentase Khlor VS waktu perendaman

(44)

Grafik Prosentase Khlor VS kedalaman titik uji

Grafik Prosentasi CL VS kedalaman titik uji hari ke-10

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1

1,2

1,4

1,6

0

5

10

15

20

Ke dalam an titik uji (m m )

%

C

l

(%

)

ketingian beton 20 mm ketingian beton 45 mm ketingian beton 55 mm y = -0,0002x3 + 0,0078x2 - 0,1324x + 1,37 y = -0,0005x3 + 0,0176x2 - 0,2159x + 1,29 y = -0,0003x3 + 0,0115x2 - 0,1282x + 0,907

Grafik Prosentasi CL VS kedalaman titik uji hari ke-20

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6 1,8 2 0 5 10 15 20

Ke dalam an titik uji (m m )

% C l (% ) ketingian beton 20 mm ketingian beton 45 mm ketingian beton 55 mm ketingian beton 65 mm y = -1E-05x3 - 0,0007x2 - 0,0366x + 1,816 y = 2E-05x3 - 0,0011x2 - 0,0258x + 1,66 y = 0,0002x3 - 0,0053x2 - 0,0003x + 1,48 y = -7E-05x3 + 0,0012x2 - 0,0382x + 1,37

(45)

Grafik Prosentase Khlor VS kedalaman titik uji

Grafik Prosentasi CL VS kedalaman titik uji hari ke-30

0

0,5

1

1,5

2

2,5

0

5

10

15

20

Ke dalam an titik uji (m m )

%

C

l

(%

)

ketingian beton 20 mm ketingian beton 45 mm ketingian beton 55 mm ketingian beton 65 mm ketingian beton 70 mm y = -0,0002x3 + 0,0033x2 - 0,0449x + 1,975 y = 0,0001x3 - 0,0018x2 - 0,0347x + 1,93 y = -4E-05x3 + 0,0015x2 - 0,0494x + 1,87 y = -0,0004x3 + 0,0086x2 - 0,0592x + 1,67 y = -0,0007x3 + 0,0162x2 - 0,1122x + 1,62

Grafik Prosentasi CL VS kedalaman titik uji hari ke-40

0

0,5

1

1,5

2

2,5

0

5

10

15

20

Ke dalam an titik uji (m m )

%

C

l

(%

)

ketingian beton 20 mm ketingian beton 45 mm ketingian beton 55 mm ketingian beton 65 mm ketingian beton 70 mm y = 0,0001x3 - 0,0053x2 + 0,0219x + 2,04 y = 0,0005x3 - 0,0146x2 + 0,0619x + 1,97 y = 0,0005x3 - 0,0143x2 + 0,0872x + 1,69 y = -0,0004x3 + 0,0067x2 - 0,0489x + 1,71 y = -0,0005x3 + 0,0108x2 - 0,0675x + 1,66

(46)

Grafik Prosentase Khlor VS kedalaman titik uji

Grafik Prosentasi CL VS kedalaman titik uji hari ke-50

0

0,5

1

1,5

2

2,5

0

5

10

15

20

Ke dalam an titik uji (m m )

%

C

l

(%

)

ketingian beton 20 mm ketingian beton 45 mm ketingian beton 55 mm ketingian beton 65 mm ketingian beton 70 mm ketingian beton 75 mm y = 0,0001x3 - 0,0053x2 + 0,0219x + 2,04 y = 0,0005x3 - 0,0146x2 + 0,0619x + 1,97 y = 0,0005x3 - 0,0143x2 + 0,0872x + 1,69 y = -0,0004x3 + 0,0067x2 - 0,0489x + 1,71 y = -0,0004x3 + 0,0097x2 - 0,0983x + 2,01 y = -0,0014x3 + 0,0401x2 - 0,3581x + 1,9

Grafik Prosentasi CL VS kedalaman titik uji hari ke-60

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

4

4,5

0

5

10

15

20

Ke dalam an titik uji (m m )

%

C

l

(%

)

ketingian beton 20 mm ketingian beton 45 mm ketingian beton 55 mm ketingian beton 65 mm ketingian beton 70 mm ketingian beton 75 mm y = -0,0012x3 + 0,041x2 - 0,4767x + 3,91 y = -0,0011x3 + 0,035x2 - 0,3608x + 3,26 y = -0,0013x3 + 0,0381x2 - 0,3556x + 2,97 y = -0,0006x3 + 0,0167x2 - 0,1483x + 2,29 y = -0,0002x3 + 0,0049x2 - 0,0664x + 2 y = -0,0004x3 + 0,0174x2 - 0,2492x + 2,17

(47)

Grafik prosentase Khlor VS waktu perendaman

Grafik %Cl VS Lama Perendaman untuk ketinggian titik uji

20 mm

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

4

4,5

0

20

40

60

80

Lam a Pe re ndam an (Hari)

%

C

l

(%

)

permukaan Kedalaman 6 mm Kedalaman 12 mm Kedalaman 18 mm y = 8E-05x3 - 0,0072x2 + 0,2156x - 0,168 y = 2E-05x3 - 0,003x2 + 0,1403x - 0,286 y = 2E-05x3 - 0,0029x2 + 0,1356x - 0,4567 y = -9E-08x3 - 0,0003x2 + 0,0444x + 0,1793

Grafik %Cl VS Lama Perendaman untuk ketinggian titik uji

45 mm

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

0

20

40

60

80

Lam a Pere ndam an (Hari)

%

C

l

(%

)

permukaan Kedalaman 6 mm Kedalaman 12 mm Kedalaman 18 mm y = 5E-05x3 - 0,0049x2 + 0,1579x + 0,1233 y = 3E-05x3 - 0,0036x2 + 0,1697x - 0,8087 y = 4E-05x3 - 0,0051x2 + 0,1987x - 1,084 y = 2E-05x3 - 0,0028x2 + 0,1331x - 0,7093

(48)

Grafik prosentase Khlor VS waktu perendaman

Grafik %Cl VS Lama Perendaman untuk ketinggian titik uji

55 mm

3

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

3,5

0

20

40

60

80

Lam a Pe re ndam an (Hari)

%

C

l

(%

)

permukaan Kedalaman 6 mm Kedalaman 12 mm Kedalaman 18 mm y = 6E-05x3 - 0,0064x2 + 0,2168x - 0,7047 y = 3E-05x3 - 0,0041x2 + 0,1831x - 0,9613 y = 3E-05x3 - 0,004x2 + 0,1622x - 0,803 y = 9E-06x3 - 0,0016x2 + 0,0895x - 0,302

Grafik %Cl VS Lama Perendaman untuk ketinggian titik uji

65 mm

0

0,5

1

1,5

2

2,5

0

20

40

60

80

Lam a Pe re ndam an (Hari)

%

C

l

(%

)

permukaan Kedalaman 6 mm Kedalaman 12 mm Kedalaman 18 mm y = 3E-18x3 + 7E-05x2 + 0,0173x + 1,014 y = 2E-05x3 - 0,003x2 + 0,1374x - 0,564 y = 6E-05x3 - 0,0069x2 + 0,2842x - 2,402 y = -2E-07x3 + 7E-05x2 + 0,0096x + 0,4704

(49)

Grafik prosentase Khlor VS waktu perendaman

Grafik %Cl VS Lama Perendaman untuk ketinggian titik uji

70 mm

0 0,5 1 1,5 2 2,5 0 20 40 60 80

Lam a Pe re ndam an (Hari)

% C l (% ) permuk aan Kedalaman 6 mm Kedalaman 12 mm Kedalaman 18 mm y = -0,0001x3 + 0,015x2 - 0,6293x + 10,06 y = -2E-05x3 + 0,0018x2 - 0,051x + 1,73 y = 2E-05x3 - 0,0038x2 + 0,187x - 1,59 y = 5E-05x3 - 0,007x2 + 0,3462x - 4,89

Grafik %Cl VS Lama Perendaman untuk ketinggian titik uji

75 mm

0

0,5

1

1,5

2

2,5

45

50

55

60

65

Lam a Pe rendam an (Hari)

%

C

l

(%

)

permukaan Kedalaman 6 mm Kedalaman 12 mm Kedalaman 18 mm y = 0,005x + 1,65 y = 0,031x - 0,65 y = -0,005x + 1,26 y = 0,043x - 1,7

(50)
(51)
(52)
(53)
(54)

Pengamatan visual baja tulangan beton

Grafik ketinggian air pada interface baja tulangan

dengan beton fungsi w aktu

y = -0,0007x

3

+ 0,0541x

2

+ 0,7604x - 3,1081

-10

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

0

10

20

30

40

50

60

70

W aktu Perendaman (Hari)

K

e

ti

n

g

g

ia

n

(

m

m

)

(55)

Pengamatan visual penampang melintang baja

tulangan sebelum pengkondisian

(56)

Pengamatan visual penampang melintang

baja tulangan setelah 40 hari pengkondisian

(57)

Pengamatan visual penampang melintang

baja tulangan setelah 60 hari pengkondisian

(58)

Pengamatan visual penampang melintang

baja tulangan

Dari gambar tersebut tampak bahwa serangan korosi pada baja

tulangan terjadi secara merata dan tidak terkonsentrasi pada satu

permukaan saja. Korosi yang merata ini disebabkan beton yang

berbentuk silinder, sehingga air memasuki beton secara merata

dengan kecepatan yang sama dari selimut beton menuju baja

tulangan.

(59)

Pengamatan visual penampang Longitudinal

baja tulangan sebelum pengkondisian

(60)

Pengamatan visual penampang Longitudinal

baja tulangan setelah pengkondisian 30 hari

(61)

Pengamatan visual penampang Longitudinal

baja tulangan setelah pengkondisian 60 hari

(62)

Pengamatan visual penampang

Longitudinal baja tulangan

Grafik Tebal Baja tulangan dari titik tengah ke bagian terjauh baja

tulangan VS Lam a w aktu perendam an

5400

5420

5440

5460

5480

5500

5520

5540

5560

0

20

40

60

80

Lam a perendam an (hari)

T

e

b

a

l

b

a

ja

t

u

la

n

g

a

n

d

a

ri

t

it

ik

te

n

g

a

h

k

e

k

ir

i

(

µ

m

)

Ketinggian 0 mm

Ketinggian 10 mm

Ketinggian 20 mm

Ketinggian 30 mm

Ketinggian 40 mm

Ketinggian 50 mm

Ketinggian 60 mm

Profil serangan korosi yang terjadi pada baja tulangan

beton. Semakin ke atas pengurangan ketebalan baja

tulangan semakin berkurang.

(63)

Pembahasan Data Pengamatan Visual

Pembahasan Data Pengamatan Visual

Eksterior Beton dengan Pengamatan

Eksterior Beton dengan Pengamatan

Visual Baja Tulangan Beton.

Visual Baja Tulangan Beton.

Grafik ketinggian air fungsi w aktu perendam an

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

0

20

40

60

80

Waktu Perendam an (Hari)

K

e

ti

n

g

g

ia

n

(

m

m

)

Interface

Eksterior beton

(64)

Pembahasan Data Pengamatan Visual

Pembahasan Data Pengamatan Visual

Beton Sehubungan dengan Perubahan

Beton Sehubungan dengan Perubahan

Prosentase Khlor.

Prosentase Khlor.

Grafik % Cl VS Waktu perendam an pada titik uji 18 m m dari

perm ukaan

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1

1,2

1,4

1,6

1,8

2

0

20

40

60

80

Waktu perendam an (hari)

%

C

l

(%

)

ketinggian 20 mm

ketinggian 45 mm

ketinggian 55 mm

ketinggian 65 mm

ketinggian 70 mm

ketinggian 75 mm

(65)

Kesimpulan

Kesimpulan

Air memasuki beton dengan cara permeasi dan difusi menuju dua ar

Air memasuki beton dengan cara permeasi dan difusi menuju dua ar

ah

ah

yaitu ke arah vertikal dan ke arah radial.

yaitu ke arah vertikal dan ke arah radial.

Permeasi dan difusi ke arah vertikal membuat air naik dari batas

Permeasi dan difusi ke arah vertikal membuat air naik dari batas

perendaman ke atas sehingga eksterior beton yang tidak terendam

perendaman ke atas sehingga eksterior beton yang tidak terendam

akan

akan

ikut basah. Hal ini akan tampak dari peningkatan ketinggian air

ikut basah. Hal ini akan tampak dari peningkatan ketinggian air

pada

pada

eksterior beton fungsi waktu dimana dengan semakin bertambahnya

eksterior beton fungsi waktu dimana dengan semakin bertambahnya

waktu ketinggian air pada eksterior beton akan semakin bertambah

waktu ketinggian air pada eksterior beton akan semakin bertambah

.

.

Permeasi dan difusi ke arah radial membuat air masuk dari selimu

Permeasi dan difusi ke arah radial membuat air masuk dari selimu

t beton

t beton

menuju ke

menuju ke

interface

interface

baja tulangan dengan beton dimana hal ini terlihat

baja tulangan dengan beton dimana hal ini terlihat

dari perubahan prosentase khlor di dalam beton. Prosentase khlor

dari perubahan prosentase khlor di dalam beton. Prosentase khlor

akan

akan

menurun secara gradual dari permukaan hingga ke dalam beton.

(66)

Kesimpulan

Kesimpulan

Permeasi dan difusi pada beton baik secara radial maupun vertik

Permeasi dan difusi pada beton baik secara radial maupun vertik

al

al

terjadi secara kontinyu selama proses perendaman. Dari grafik

terjadi secara kontinyu selama proses perendaman. Dari grafik

prosentase khlor fungsi waktu terlihat bahwa prosentase khlor ak

prosentase khlor fungsi waktu terlihat bahwa prosentase khlor ak

an terus

an terus

meningkat dengan semakin lamanya waktu perendaman.

meningkat dengan semakin lamanya waktu perendaman.

Air yang berada pada

Air yang berada pada

interface

interface

baja tulangan dengan beton akibat

baja tulangan dengan beton akibat

proses difusi akan membuat baja tulangan terkorosi sehingga

proses difusi akan membuat baja tulangan terkorosi sehingga

menimbulkan terbukanya celah di dalam

menimbulkan terbukanya celah di dalam

interface

interface

dan memungkinkan

dan memungkinkan

terjadinya penyerapan kapiler sehingga air di dalam

terjadinya penyerapan kapiler sehingga air di dalam

interface

interface

baja

baja

tulangan dengan beton dapat bergerak ke atas. Pergerakan air ke

tulangan dengan beton dapat bergerak ke atas. Pergerakan air ke

atas

atas

ini terlihat dari korosi pada baja tulangan, dimana ketinggian k

ini terlihat dari korosi pada baja tulangan, dimana ketinggian k

orosi akan

orosi akan

terus meningkat dengan bertambahnya waktu perendaman.

(67)

Kesimpulan

Kesimpulan

Pada akhirnya kenaikan air pada

Pada akhirnya kenaikan air pada

interface

interface

baja tulangan dengan beton

baja tulangan dengan beton

tidak bergantung pada proses permeasi dan difusi air dari selimu

tidak bergantung pada proses permeasi dan difusi air dari selimu

t beton

t beton

menuju

menuju

interface

interface

. Air naik lebih cepat di dalam

. Air naik lebih cepat di dalam

interface

interface

baja tulangan

baja tulangan

dengan beton dibandingkan dengan difusi air dari selimut beton k

dengan beton dibandingkan dengan difusi air dari selimut beton k

e dalam

e dalam

interface

interface

baja tulangan dengan beton.

baja tulangan dengan beton.

Serangan korosi pada baja tulangan dimulai dari dasar baja tulan

Serangan korosi pada baja tulangan dimulai dari dasar baja tulan

gan

gan

menuju ke atas. Dasar baja tulangan terkorosi lebih dahulu karen

menuju ke atas. Dasar baja tulangan terkorosi lebih dahulu karen

a

a

mengalami kontak dengan media korosi lebih cepat. Hal ini yang

mengalami kontak dengan media korosi lebih cepat. Hal ini yang

menyebabkan pengurangan ketebalan baja tulangan di dasar lebih c

menyebabkan pengurangan ketebalan baja tulangan di dasar lebih c

epat

epat

dibandingkan dengan pengurangan ketebalan baja tulangan di titik

dibandingkan dengan pengurangan ketebalan baja tulangan di titik

obervasi yang lebih tinggi.

(68)

Kesimpulan

Kesimpulan

Fenomena kapilaritas pada

Fenomena kapilaritas pada

interface

interface

baja tulangan dengan beton dapat

baja tulangan dengan beton dapat

dimodelkan dalam suatu persamaan polinomial tingkat tiga yaitu y

dimodelkan dalam suatu persamaan polinomial tingkat tiga yaitu y

=

=

-

-0,0007x3 + 0,0541x2 + 0,7604x + 3,1081.

(69)

Sekian

Sekian

Terima

Terima

Kasih

Kasih

Mohon

Mohon

Saran

Saran

dan

dan

Kritik

Kritik

Demi

Demi

Kesempurnaan

Kesempurnaan

Sidang

Sidang

Tugas

Gambar

Gambar Cairan yang keluar dari permukaan beton yang  tidak tercelup  dari penelitian saudara Wirawan setelah hari ke-10
Gambar Cairan yang keluar dari permukaan beton yang tidak tercelup dari penelitian saudara Gunanto setelah hari ke-3
Gambar baja tulangan setelah dilakukan perendaman 120 hari dan dibongkar dari beton
Gambar baja penguat yang telah dibongkar dari karet setelah dilakukan perendaman selama 30 hari.
+7

Referensi

Dokumen terkait

A kereslet-visszaesés időszakában a vállalkozók munkaerő-felvételének szűkülését a leggyakrabban a fiatalabb korosztályok szenvedik meg, ami Magyarország esetében

adanya tindakan yang tidak perlu dilakukan pada pasien mengam"il porsi "iaya yang cukup  "esar dari paket yang telah ditetapkan 'umah sakit yang untung dalam era

Skenario Pembangunan Prioritas Infrastruktur – Bidang PU/Cipta Karya Strategi/Skenario pengembangan sektor Bidang Cipta Karya di wilayah Kabupaten Barito Timur mencakup beberapa

Tujuan: Tujuan penelitian ini untuk memastikan penggunaan kinesiotape selama tiga hari tidak berbeda dengan perekat plasebo dalam mengurangi resiko cedera berulang dan

Dalam Indeks KPI Terpilih tersebut ditentukan sejumlah KPI yang menjadi tolok ukur ITS untuk bisa menuju universitas riset bereputasi internasional. Antara lain: 1) Rasio

Tetapi, tidak seperti biasanya di- mana logaritma senantiasa melibatkan bilangan basis, seperti: log a b, fungsi L(x) memper- lihatkan perilaku yang serupa dengan fungsi

Decision Table Testing dilakukan ketika sistem memiliki berbagai variasi nilai input yang berbeda yang tidak bisa diuji melakukan metode boundary value analysis,

Medical Benefit, Medical Benefit 9, dan Medical Benefit Premier merupakan produk pertanggungan tambahan yang memberikan manfaat penggantian biaya sesungguhnya