BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian yang bersifat analitik dengan pendekatan desain cross sectional, yaitu penelitian yang dilakukan pada satu waktu dan satu kali untuk mencari pengaruh antara variabel independen (faktor resiko) dengan variabel dependen (efek). Secara analitik dimaksudkan untuk melihat apakah ada pengaruh antara variabel independen (pengalaman mengemudi, kemampuan mengemudi, kondisi fisik tubuh, kondisi kendaraan, kondisi jalan, dan kondisi cuaca) dengan variabel dependen (potensi kecelakaan kerja).
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari, Belawan Tahun 2015 dengan alasan :
1. Belum pernah dilakukannya penelitian tentang faktor-faktor yang memengaruhi potensi kecelakaan kerja pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari Tahun 2015.
2. Adanya kemudahan dan dukungan dari pihak perusahaan untuk melakukan penelitian pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tersebut. 3.2.2 Waktu Penelitian
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011). Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah pengemudi truk PT BerkatNugraha SinarLestari yang bekerja pada tahun 2015 yaitu 94 orang.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2011). Sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive sampling atau judgemental sampling, yaitu yang memenuhi kriteria sebuah sampel dalam penelitian. Dalam hal ini proses pengambilan sampel dilakukan melalui mekanisme penentuan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Kriteria inklusi adalah pengemudi yang bekerja dengan sistem trucking (BelawanPorseaBelawan), sebab pengemudi ini yang melakukan sistem trip/perjalanan. Kriteria eksklusi adalah pengemudi yang bekerja dengan sistem langsir dan pengemudi yang bekerja di cabang Porsea. Berdasarkan kriteria diatas, maka didapat 39 orang yang memenuhi kriteria sampel penelitian.
3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer
Data primer diperoleh dari hasil pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner yang dibagikan kepada pengemudi truk yang meliputi faktor pekerja
37
(pengalaman mengemudi, kemampuan mengemudi, kondisi fisik tubuh) dan faktor lingkungan kerja (kondisi kendaraan, kondisi jalan dan kondisi cuaca).
Kuesioner yang digunakan berdasarkan pedoman dari Direktorat Lalu Lintas Polisi Republik Indonesia.
3.4.2 Data Sekunder
Sedangkan data sekunder diperoleh dari pihak PT BerkatNugraha SinarLestari mengenai dokumen maupun informasi yang terkait dengan penelitian ini dan mengenai jumlah pengemudi sebagai bahan penentuan sampel.
3.4.3 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data primer dilakukan langsung oleh peneliti dengan menggunakan kuesioner lembar checklist dan pertanyaan tertutup sesuai dengan variabel. Peneliti datang ke lokasi responden. Sebelum responden mengisi kuesioner terlebih dahulu peneliti menjelaskan cara mengisi kuesioner, kemudian memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya. Kemudian responden mengisi informat consent, dan mengisi sendiri kuesioner penelitian. Setelah selesai di isi, kuesioner dikumpulkan oleh peneliti dan diperiksa kembali.
3.5 Definisi Operasional
1. Pengalaman mengemudi adalah keadaan responden dalam pengalamannya sebagai pengemudi dan pengalaman dalam mengatasi situasi ataupun kondisi di jalan yang dapat memengaruhi potensi kecelakaan kerja.
2. Kemampuan mengemudi adalah keadaan responden dalam penguasaan mengemudikan kendaraan truk meliputi tata cara berlalu lintas yang dapat memengaruhi potensi kecelakaan kerja.
3. Kondisi fisik tubuh adalah keadaan dari responden saat mengemudikan kendaraan truk meliputi kesehatan fisik, lelah, mengantuk dan mabuk yang dapat memengaruhi potensi kecelakaan kerja.
4. Kondisi kendaraan adalah keadaan meliputi rem, ban, lampu kendaraan, mesin dan kapasitas beban yang dapat memengaruhi potensi kecelakaan kerja.
5. Kondisi jalan adalah keadaan yang meliputi jalan berlubang, jalan rusak, jalan sepi, jalan gelap, turunan-tanjakan, jalan licin, dan tikungan yang dapat memengaruhi potensi kecelakaan kerja.
6. Kondisi cuaca adalah keadaan yang meliputi hujan dan kabut yang dapat memengaruhi potensi kecelakaan kerja.
7. Potensi kecelakaan kerja adalah suatu keadaan yang memungkinkan terjadinya kecelakaan kerja yang dialami oleh pengemudi secara tidak terduga dalam hubungan kerja yang dipengaruhi oleh sesuatu.
39
Tabel 3.1 Aspek Pengukuran Variabel Penelitian
Variabel Alat
Ukur
Hasil Ukur Skala
Ukur Variabel
Independen 1. Pengalaman
Mengemudi
Kuesioner 1.Baik jika ≥50% dari total skor
2.Tidak baik jika <50% dari total skor
Ordinal
2. Kemampuan Mengemudi
Kuesioner 1.Baik jika ≥50% dari total skor
2.Tidak baik jika <50% dari total skor
Ordinal
3. Kondisi Fisik Tubuh
Kuesioner 1.Baik jika ≥50% dari total skor
2.Tidak baik jika <50% dari total skor
Ordinal
4. Kondisi Kendaraan Kuesioner 1.Baik jika ≥50% dari total skor
2.Tidak baik jika <50% dari total skor
Ordinal
5. Kondisi Jalan Kuesioner 1.Baik jika ≥50% dari total skor
2. Tidak baik jika <50%
dari total skor
6. Kondisi Cuaca Kuesioner 1.Baik jika ≥50% dari total skor
2.Tidak baik jika <50% dari total skor
Ordinal
Variabel Dependen 7. Potensi Kecelakaan Kerja
Kuesioner 1.Pernah Kecelakaan Kerja
2.Tidak Pernah Kecelakaan Kerja
Nominal
3.6 Aspek Pengukuran
Pengukuran dilakukan dengan cara kuesioner. Aspek pengukuran dalam penelitian ini berdasarkan masing-masing variabel penelitian yaitu :
1. Pengalaman mengemudi
Pengukuran ini dapat menggunakan skala Guttman karena memerlukan jawaban yang bersifat tegas (ringan) dan konsisten. Pengalaman mengemudi diukur berdasarkan 10 pertanyaan dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Untuk pertanyaan positif (pertanyaan nomor 1, 5, 6, 7, 8, 9, 10) diberi nilai: 1. Ya : 1
2. Tidak : 0
41
1. Ya : 0 2. Tidak : 1
Dengan demikian, total skor tertinggi adalah 10 dan skor terendah adalah 0. Skala pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi potensi kecelakaan kerja yaitu pengalaman mengemudi dalam hal ini dibagi dalam 2 kategori sebagai berikut :
a. Baik apabila subjek mampu menjawab dengan benar ≥50% dari seluruh pertanyaan.
b. Tidak baik apabila subjek mampu menjawab dengan benar <50% dari seluruh pertanyaan.
2. Kemampuan Mengemudi
Pengukuran ini dapat menggunakan skala Guttman karena memerlukan jawaban yang bersifat tegas (ringan) dan konsisten. Kemampuan mengemudi diukur berdasarkan 20 pertanyaan dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Untuk pertanyaan positif (pertanyaan nomor 1, 2, 3, 5, 8, 9, 10, 11, 12, 14, 15, 19, 20) diberi nilai:
1. Ya : 1 2. Tidak : 0
b. Untuk pertanyaan negatif (pertanyaan nomor 4, 6, 7, 13, 16, 17,18) diberi nilai:
1. Ya : 0 2. Tidak : 1
Dengan demikian, total skor tertinggi adalah 20 dan skor terendah adalah 0. Skala pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi potensi kecelakaan kerja yaitu kemampuan mengemudi dalam hal ini dibagi dalam 2 kategori sebagai berikut :
a. Baik apabila subjek mampu menjawab dengan benar ≥50% dari seluruh pertanyaan.
b. Tidak baik apabila subjek mampu menjawab dengan benar <50% dari seluruh pertanyaan.
3. Kondisi Fisik Tubuh
Pengukuran ini dapat menggunakan skala Guttman karena memerlukan jawaban yang bersifat tegas (ringan) dan konsisten. Kondisi fisik tubuh diukur berdasarkan 14 pertanyaan dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Untuk pertanyaan positif (pertanyaan nomor 1, 4, 6, 7, 10, 11, 12, 13, 14) diberi nilai :
1. Ya : 1 2. Tidak : 0
b. Untuk pertanyaan negatif (pertanyaan nomor 2, 3, 5, 8, 9) diberi nilai : 1. Ya : 0
2. Tidak : 1
Dengan demikian, total skor tertinggi adalah 14 dan skor terendah adalah 0. Skala pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi potensi kecelakaan kerja yaitu kondisi fisik tubuh dalam hal ini dibagi dalam 2 kategori sebagai berikut :
43
a. Baik apabila subjek mampu menjawab dengan benar ≥50% dari seluruh pertanyaan.
b. Tidak baik apabila subjek mampu menjawab dengan benar <50% dari seluruh pertanyaan.
4. Kondisi kendaraan
Pengukuran ini dapat menggunakan skala Guttman karena memerlukan jawaban yang bersifat tegas (ringan) dan konsisten . Kondisi kendaraan diukur berdasarkan 13 pertanyaan dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Untuk pertanyaan positif (pertanyaan nomor 1, 2, 4, 5, 6, 9, 10, 11, 12) diberi nilai:
1. Ya : 1 2. Tidak : 0
b. Untuk pertanyaan negatif (pertanyaan nomor 3,7,8,13) diberi nilai : 1. Ya : 0
2. Tidak : 1
Dengan demikian, total skor tertinggi adalah 13 dan skor terendah adalah 0. Skala pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi potensi kecelakaan kerja yaitu kondisi fisik tubuh dalam hal ini dibagi dalam 2 kategori sebagai berikut :
a. Baik apabila subjek mampu menjawab dengan benar ≥50% dari seluruh pertanyaan.
b. Tidak baik apabila subjek mampu menjawab dengan benar <50% dari seluruh pertanyaan.
5. Kondisi jalan
Pengukuran ini dapat menggunakan skala Guttman karena memerlukan jawaban yang bersifat tegas (ringan) dan konsisten. Kondisi jalan diukur berdasarkan 11 pertanyaan dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Untuk pertanyaan positif (pertanyaan nomor 1, 3, 7, 9, 10, 11) diberi nilai 1. Ya : 1
2. Tidak : 0
b. Untuk pertanyaan negatif (pertanyaan nomor 2, 4, 5, 6, 8) diberi nilai 1. Ya : 0
2. Tidak : 1
Dengan demikian, total skor tertinggi adalah 11 dan skor terendah adalah 0. Skala pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi potensi kecelakaan kerja yaitu kondisi jalan dalam hal ini dibagi dalam 2 kategori sebagai berikut :
a. Baik apabila subjek mampu menjawab dengan benar ≥50% dari seluruh pertanyaan.
b. Tidak baik apabila subjek mampu menjawab dengan benar <50% dari seluruh pertanyaan.
6. Kondisi cuaca
Pengukuran ini dapat menggunakan skala Guttman karena memerlukan jawaban yang bersifat tegas (ringan) dan konsisten. Kondisi cuaca diukur berdasarkan 7 pertanyaan dengan ketentuan sebagai berikut :
45
a. Untuk pertanyaan positif (pertanyaan nomor 2, 3, 5, 6, 7) diberi nilai : 1. Ya : 1
2. Tidak : 0
b. Untuk pertanyaan negatif (pertanyaan nomor 1, 3) diberi nilai : 1. Ya : 0
2. Tidak : 1
Dengan demikian, total skor tertinggi adalah 7 dan skor terendah adalah 0. Skala pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi potensi kecelakaan kerja yaitu kondisi cuaca dalam hal ini dibagi dalam 2 kategori sebagai berikut :
a. Baik apabila subjek mampu menjawab dengan benar ≥50% dari seluruh pertanyaan.
b. Tidak baik apabila subjek mampu menjawab dengan benar <50% dari seluruh pertanyaan.
3.7 Pengolahan dan Analisis Data 3.7.1 Pengolahan Data
Data yang telah terkumpul diolah dengan cara komputer dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Pengeditan (Editing)
Editing merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuesioner. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul.
Proses coding yaitu dengan membuat kode dalam rangka mempermudah perhitungan.
c. Pemasukan Data (Entering)
Entering merupakan kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam master tabel atau database komputer.
d. Pembersihan Data (Cleaning)
Pembersihan data merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dimasukkan kedalam komputer apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan tersebut dimungkinkan terjadi pada saat memindahkan data kedalam komputer. Apabila ada data yang salah maka dilakukan editing data.
e. Pentabulasian (Tabulating)
Penyusunan data sedemikian rupa agar mempermudah analisa data dan pengolahan data serta pengambilan kesimpulan untuk dimasukkan kedalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
3.7.2 Analisa Data 1. Analisis univariat
Analisis univariat merupakan analisis yang menggambarkan secara tunggal variabel-variabel independen dan dependen dalam bentuk distribusi frekuensi. Data ini merupakan data primer yang dikumpulkan melalui pengisian kuesioner yang rencananya dilakukan terhadap 39 responden. Data univariat ini terdiri atas variabel independen meliputi pengalaman mengemudi, kemampuan mengemudi, kondisi fisik tubuh, kondisi kendaraan, kondisi jalan, dan kondisi cuaca serta variabel dependen yaitu potensi kecelakaan kerja.
47
2. Analisis bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel independen yaitu pengalaman mengemudi, kemampuan mengemudi, kondisi fisik tubuh, kondisi kendaraan, kondisi jalan, dan kondisi cuaca serta variabel dependen yaitu potensi kecelakaan kerja.
Uji statistik yang digunakan adalah Chi-square. Derajat kepercayaan yang digunakan adalah 95% (α=0,05). Jika p-value lebih kecil dari α (ρ<0,05), artinya terdapat hubungan yang bermakna (signifikan) dari kedua variabel yang diteliti. Bila ρ-value lebih besar dari α (ρ>0,05), artinya tidak terdapat hubungan bermakna antara kedua variabel yang diteliti. Apabila pada hasil uji statistik terdapat lebih dari 0 cells maka ρ value yang digunakan adalah Exact Fisher Test. 3. Analisis Multivariat
Analisis multivariat yang digunakan adalah uji regresi logistik berganda (multiple logistic regression) yang bertujuan untuk mengetahui variabel mana yang paling signifikan berhubungan dengan variabel dependen (potensi kecelakaan kerja) dengan metode Backward Stepwise (Notoadmodjo, 2010).
Langkah-langkah pemodelan regresi logistik adalah sebagai berikut (Yasril dan Kasjono, 2009) :
1. Melakukan pemilihan variabel yang berpotensi dimasukkan dalam model yaitu variabel yang memenuhi syarat dengan nilai p-value ≤0,25 pada analisis bivariat.
2. Dalam analisis multivariat digunakan metode backward stepwise dimana variabel dengan nilai p-value >0,05 dilakukan secara bertahap oleh komputer.
3. Pada hasil regresi logistik berganda yang diperoleh variabel p-value <0,05 dan p-value <0,25 berarti ada pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
4. Selanjutnya hasil variabel yang berpengaruh dimasukkan kedalam model persamaan logistik berganda p-value <0,05 untuk mengidentifikasi variabel yang paling berpengaruh.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Perusahaan
Berkat Transport didirikan pada tahun 1993 di Belawan, Sumatera Utara sebagai perusahaan jasa untuk mendukung perusahaan jasa Group RGMI, menangani CPO, inti sawit dan pengangkutan umum. Kantor operasional berada di Kampung Salam di Jalan Belawan, kantor operasional termasuk gudang dan bengkel untuk perawatan truk. Luas wilayah Berkat Transport adalah 25.000m2.
Berkat Transport adalah sebuah perusahaan jasa untuk Group RGMI dan perusahaan diluar Group RGMI dengan pelayanan truk, pergudangan, penyaluran dan bongkar-muat, saat ini Berkat Transport berada dibawah manajemen dan pengawasan dari PT Pec-Tech Services Indonesia.
Strategi perusahaan adalah memperkuat perusahaan dengan penanganan kargo yang tepat, pengiriman tepat waktu, perekrutan dan pelatihan terbaik untuk supir dan memberikan keunggulan kompetitif.
Berkat Transport mengoperasikan 60 unit truk yang terdiri dari truk kargo dan semi trailer untuk memastikan semua kargo disampaikan ke gudang atau ke perkebunan. Beberapa truk telah disediakan dengan sistem nagivasi GPS untuk real-time posisi truk dan mengikuti jalan. Supir yang mengoperasikan truk sudah mengikuti pelatihan mengemudi dengan keterampilan teknis dan juga mengemudi dengan defensif sebelum menjadi supir. Hal ini sesuai dengan peraturan OSHE (Occupational Safety Health Environment) dan kebijakan perusahaan.
Berkat Transport juga mengoperasikan sebuah gudang di Pelabuhan Belawan dengan luas wilayah 10.000m2 terdiri dari zona 5.000m2 yang disimpan dalam gudang dan zona 5.000m2 yang tidak disimpan dalam gudang. Sebagian besar penanganan kargo adalah produk hutan mulai dari bale pulp, karet di palet, gula dan juga pupuk dalam jumlah besar. Penanganan termasuk menerima/mengirim di pergudangan, penyimpanan dan pengisian termasuk pengiriman ke pelabuhan atau ke gudang. Crane dan forklift tersedia untuk mendukung operasional dan juga kru manual jika diperlukan.
Sebagai bagian dari pelayanan, Berkat Transport juga memberikan pelayanan untuk pemuatan/pembongkaran kargo di Pelabuhan Belawan untuk memastikan pelayanan yang terbaik bagi pelanggan perusahaan. Pupuk dalam jumlah besar adalah penanganan kargo utama yang tidak memiliki klaim atas kekurangan/kerusakan yang menjadi wewenang perusahaan.
Berkat Transport memiliki 61 karyawan officer, 14 karyawan harian dan 96 driver yang terbagi di 2 (dua) tempat yakni :
1. PT BerkatNugraha SinarLestari, Belawan = 48 driver
a. Sistem Trucking (Belawan Porsea Belawan) = 39 orang b. Sistem Langsir (Belawan Belawan) = 9 orang
2. PT BerkatNugraha SinarLestari, Porsea = 46 driver
Berkat Transport juga ikut mendukung dari beberapa perusahaan berikut : 1. PT Toba Pulp Lestari
2. PT Pec-Tech Services Indonesia 3. PT Sasco Indonesia
51
4. PT Makro Chemindo 5. PT Asia Kimindo Prima 6. Badan Urusan Logistik 7. Group Asian Agri Abadi 8. Riau Andalan Pulp & Paper 4.2 Deskripsi Hasil Penelitian 4.2.1 Analisis Univariat
Analisis Univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi yang meliputi : Umur, Pendidikan Terakhir, Pengalaman Bekerja, Masa Kerja, Pengalaman Mengemudi, Kemampuan Mengemudi, Kondisi Fisik Tubuh, Kondisi Kendaraan, Kondisi Jalan, Kondisi Cuaca dan Potensi Kecelakaan Kerja. 4.2.1.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur
Pengukuran usia pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari dilakukan untuk mengetahui berapa orang usia yang paling dominan bekerja sebagai pengemudi sehingga dikategorikan menjadi umur ≤30 tahun, 31-50 tahun dan >50 tahun. Hasil pengukuran tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Distribusi responden berdasarkan kelompok umur pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari, Belawan tahun 2015 Umur (tahun) N % ≤30 tahun 7 17,9 31-50 tahun 27 69,2 >50 tahun 5 12,8 Total 39 100
Berdasarkan tabel 4.1dapat dilihat dari total responden (pengemudi truk) sebanyak 39 orang, sebagian besar berada pada kelompok umur 31-50 tahun yaitu
sebanyak 27 orang (69,2%) dan kelompok umur >50 tahun yaitu sebanyak 5 orang (12,8%).
4.2.1.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Pengukuran pendidikan terakhir pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari dilakukan untuk mengetahui pendidikan terakhir apa yang paling banyak bekerja sebagai pengemudi truk sehingga dikategorikan menjadi SD, SMP, dan SMA/SMK. Hasil pengukuran tersebut dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2 Distribusi responden berdasarkan pendidikan terakhir pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015
Pendidikan Terakhir N %
SD 8 20,5
SMP 6 15,4
SMA/SMK 25 64,1
Total 39 100
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa dari total responden (pengemudi truk) yaitu 39 orang, sebagian besar memiliki ijazah pendidikan terakhir SMA/SMK yaitu sebanyak 25 orang (64,1%) dan memiliki ijazah pendidikan terakhir SMP yaitu sebanyak 6 orang (15,4%).
4.2.1.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengalaman Bekerja Pengukuran pengalaman bekerja pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari dilakukan untuk mengetahui berapa lama pengalaman bekerja sebagai pengemudi truk sehingga dikategorikan menjadi ≤5 tahun, 6-10 tahun dan >10 tahun. Hasil pengukuran tersebut dapat dilihat pada tabel 4.3.
53
Tabel 4.3 Distribusi responden berdasarkan pengalaman bekerja pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015 Pengalaman Bekerja (tahun) N % ≤5 tahun 11 28,2 6-10 tahun 11 28,2 >10 tahun 17 43,6 Total 39 100
Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa dari total responden (pengemudi truk) sebanyak 39 orang, sebagian besar memiliki pengalaman bekerja >10 tahun yaitu sebanyak 17 orang (43,6%) dan pengalaman bekerja ≤5 tahun dan 6-10 tahun yaitu sebanyak 11 orang (28,2%).
4.2.1.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Masa Kerja
Pengukuran masa kerja pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari dilakukan untuk mengetahui berapa lama pekerja bekerja sebagai pengemudi truk di PT BerkatNugraha Sinar Lestari sehingga dikategorikan menjadi ≤5 tahun, 6-10 tahun dan >10 tahun. Hasil pengukuran tersebut dapat dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.4 Distribusi responden berdasarkan masa kerja pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015
Masa Kerja (tahun) N %
≤5 tahun 11 28,2
6-10 tahun 11 28,2
>10 tahun 17 43,6
Total 39 100
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa dari total responden (pengemudi truk) sebanyak 39 orang, sebagian besar memilki masa kerja >10 tahun yaitu 17 orang (43,6%) dan masa kerja ≤5 tahun dan 6-10 tahun yaitu sebanyak 11 orang (28,2%).
4.2.1.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Potensi Kecelakaan Kerja
Pengukuran potensi kecelakaan kerja pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari dilakukan untuk mengetahui berapa pekerja yang mengalami kecelakaan kerja selama bekerja sebagai pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari sehingga dikategorikan menjadi pernah dan tidak pernah. Hasil pengukuran tersebut dapat dilihat pada tabel 4.5.
Tabel 4.5 Distribusi responden berdasarkan potensi kecelakaan kerja pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015
Potensi Kecelakaan Kerja N %
Pernah 14 35,9
Tidak Pernah 25 64,1
Total 39 100
Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat dari total responden (pengemudi truk) sebanyak 39 orang, sebanyak 14 orang (35,9%) pernah mengalami kecelakaan kerja dan selebihnya sebanyak 25 orang (64,1%) tidak pernah mengalami kecelakaan kerja.
4.2.1.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengalaman Mengemudi
Pengukuran pengalaman mengemudi pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari dilakukan untuk mengetahui gambaran pengalaman mengemudi sebagai pengemudi truk sehingga dikategorikan menjadi baik dan tidak baik. Hasil pengukuran tersebut dapat dilihat pada tabel 4.6 dan tabel 4.7. Tabel 4.6 Distribusi responden berdasarkan pengalaman mengemudi pada
pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015
No Pengalaman Mengemudi Ya Tidak
N % N %
1 Pengalaman mengemudi membantu responden menghindari kecelakaan kerja
55
responden bertindak sesuka hati di jalanan 3 Responden tidak takut terjadi kecelakaan
karena pengalaman mengemudi sudah banyak
18 46,2 21 53,8
4 Lamanya bekerja sebagai pengemudi, responden percaya diri tidak akan terkena kecelakaan
14 35,9 25 64,1
5 Responden akan berhati-hati saat mengemudi karena tahu resiko yang akan timbul ketika tidak tertib di jalan raya
36 92,3 3 7,7
6 Responden akan berhati-hati saat mengemudi untuk menghindari situasi bahaya sedini mungkin
35 89,7 4 10,3
7 Responden dan kenek wajib menggunakan sabuk pengaman
37 94,9 2 5,1 8 Responden wajib mematuhi ketertiban dan
keselamatan di jalan raya
39 100 0 0
9 Responden memilih sabar dalam mengemudikan truk untuk menjaga keselamatan di jalan raya
35 89,7 4 10,3
10 Lama bekerja sebagai pengemudi membuat responden tahu bagaimana mengatasi situasi maupun kondisi yang ada di jalan raya
30 76,9 9 23,1
Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat bahwa responden memiliki kategori pengalaman mengemudi yang baik mengenai : wajib mematuhi ketertiban dan keselamatan di jalan raya sebanyak 39 orang (100%) menjawab dengan benar dan responden dan kenek wajib mengenakan sabuk pengaman sebanyak 37 orang (94,9%).
Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat bahwa responden memiliki kategori pengalaman mengemudi yang tidak baik mengenai : tidak takut terjadi kecelakaan karena pengalaman mengemudi sudah banyak sebanyak 18 orang (46,2%) menjawab dengan salah dan lamanya bekerja sebagai pengemudi, responden percaya diri tidak akan terkena kecelakaan sebanyak 14 orang (35,9%) menjawab dengan salah.
Tabel 4.7 Distribusi responden berdasarkan kategori pengalaman mengemudi pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015
Pengalaman Mengemudi N %
Baik (≥50%) 35 89,7
Tidak Baik (<50%) 4 10,3
Total 39 100
Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat dari total responden (pengemudi truk) sebanyak 39 orang, sebagian besar responden memiliki pengalaman mengemudi yang baik yaitu sebanyak 35 orang (89,7%) dan selebihnya memiliki pengalaman mengemudi yang tidak baik sebanyak 4 orang (10,3%).
4.2.1.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kemampuan Mengemudi
Pengukuran kemampuan mengemudi pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari dilakukan untuk mengetahui gambaran kemampuan mengemudi sebagai pengemudi truk sehingga dikategorikan menjadi baik dan tidak baik. Hasil pengukuran tersebut dapat dilihat pada tabel 4.8 dan tabel 4.9. Tabel 4.8 Distribusi responden berdasarkan kemampuan mengemudi pada
pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari Tahun 2015
No Kemampuan Mengemudi Ya Tidak
N % N %
1 Responden melihat kaca spion sebelum melewati kendaraan lain
39 100 0 0 2 Responden memberikan tanda (signal) saat akan
melewati mobil didepannya
39 100 0 0 3 Responden memberikan ruang gerak yang
cukup disebelah kanan kendaraan untuk kendaraan lain dari arah berlawanan pada jalan dua arah
34 87,2 5 12,8
4 Responden menyalip kendaraan lain menggunakan bahu jalan (sisi kiri jalan)
4 10,3 35 89,7 5 Responden tidak memberikan kesempatan pada
kendaraan yang memberikan tanda/signal untuk mengambil jalur kiri
25 64,1 14 35,9
57
jarak yang dekat
7 Responden melewati kendaraan didepannya ketika berada dekat dipersimpangan
0 0 39 100
8 Responden memperlambat laju kendaraan ketika akan melewati kendaraan bermotor umum yang sedang menurunkan dan menaikkan penumpang
36 92,3 3 7,7
9 Responden mengurangi laju kendaraan truk ketika memasuki kawasan pemukiman atau pusat kegiatan masyarakat
39 100 0 0
10 Konsentrasi terganggu apabila berbincang-bincang cukup lama dengan kenek ketika mengemudi
19 48,7 20 51,3
11 Konsentrasi terganggu apabila menerima telephone saat mengemudi
13 66,7 26 33,3 12 Konsentrasi terganggu apabila menggunakan
satu tangan sedang tangan lainnya memegang makanan/minuman saat mengemudi
26 66,7 13 33,3
13 Responden melaju menerobos lampu merah yang sedang menyala
3 7,7 36 92,3 14 Konsentrasi terganggu apabila mendengarkan
musik saat mengemudi
13 33,3 26 66,7 15 Konsentrasi terganggu apabila merokok saat
mengemudi
21 53,8 18 46,2 16 Konsentrasi tidak akan terganggu apabila
minum bir atau alkohol meskipun dalam jumlah yang sedikit
5 12,8 34 87,2
17 Responden tidak perlu menggunakan sabuk pengaman karna jarak tempuh yang tidak jauh
4 10,3 35 89,7 18 Walaupun jarak tempuh jauh, responden tidak
menggunakan sabuk pengaman karena akan mengganggu konsentrasi
9 23,1 30 76,9
19 Memarkirkan kendaraan truk di jalan secara sejajar atau serong menurut arah lalu lintas
36 7,7 3 92,3 20 Memberikan hak utama kepada kendaraan yang
lebih dahulu melintasi rel ketika berada pada perlintasan antara jalur kereta api dan jalan
34 87,2 5 12,8
Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat bahwa responden memiliki kategori kemampuan mengemudi yang baik mengenai : melihat kaca spion sebelum melewati kendaraan lain sebanyak 39 orang (100%) menjawab dengan benar, memberikan tanda (signal) saat akan melewati mobil didepannya sebanyak 39
orang (100%) menjawab dengan benar, mengurangi laju kendaraan truk ketika memasuki kawasan pemukiman atau pusat kegiatan masyarakat sebanyak 39 orang (100%) menjawab dengan benar, melewati mobil didepannya ketika mobil dari arah berlawanan sudah berada dalam jarak yang dekat sebanyak 39 orang (100%) menjawab dengan benar dan melewati kendaraan didepannya ketika berada dekat dipersimpangan sebanyak 39 orang (100%) menjawab dengan benar.
Berdasarkan tabel 4.8 dapat dilihat bahwa responden memiliki kategori kemampuan mengemudi yang tidak baik mengenai : konsentrasi terganggu apabila menerima telephone saat mengemudi sebanyak 26 orang (33,3%) menjawab dengan salah dan konsentrasi terganggu apabila mendengarkan musik saat mengemudi sebanyak 26 orang (33,3%) menjawab dengan salah.
Tabel 4.9 Distribusi responden berdasarkan kategori kemampuan mengemudi pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015
Kemampuan Mengemudi N %
Baik (≥50%) 33 84,6
Tidak Baik (<50%) 6 15,4
Total 39 100
Berdasarkan tabel 4.9 dapat dilihat dari total responden (pengemudi truk) sebanyak 39 orang, sebagian besar memiliki kemampuan mengemudi yang baik yaitu sebanyak 33 orang (84,6%) dan memiliki kemampuan mengemudi yang tidak baik sebanyak 6 orang (15,4%).
4.2.1.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kondisi Fisik Tubuh Pengukuran kondisi fisik tubuh pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari dilakukan untuk mengetahui gambaran kondisi fisik
59
tubuh yang dialami oleh responden, sehingga dikategorikan menjadi baik dan tidak baik. Hasil pengukuran tersebut dapat dilihat pada tabel 4.10 dan tabel 4.11. Tabel 4.10 Distribusi responden berdasarkan kondisi fisik tubuh pada
pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015
No Kondisi Fisik Tubuh Ya Tidak
N % N %
1 Ketika kondisi tubuh tidak sehat maka akan mempengaruhi responden saat mengemudi
28 71,8 11 28,2 2 Ketika mengantuk, responden tetap
mengemudikan truk
12 69,2 27 30,8 3 Konsentrasi terganggu ketika mengantuk,
sehingga responden tetap melanjutkan perjalanan
14 35,9 25 64,1
4 Responden berhenti sebentar/beristirahat untuk menghilangkan rasa kantuk
28 71,8 11 28,2 5 Walaupun responden merasa lelah, tidak
perlu beristirahat/berhenti sebentar dan tetap melanjutkan perjalanan
12 30,8 27 69,2
6 Responden berhenti sebentar/beristirahat ketika sudah merasa lelah
29 74,4 10 25,6 7 Responden dilarang mengemudikan truk
ketika sedang dibawah pengaruh minuman keras
36 92,3 3 7,7
8 Walaupun sedang dibawah pengaruh minuman keras, responden tetap mengemudikan truk
2 5,1 37 94,9
9 Responden pernah/sedang mengkomsumsi obat-obatan terlarang atau minuman beralkohol saat bekerja
0 0 39 100
10 Jika responden sedang dibawah pengaruh obat-obatan terlarang, tidak boleh mengemudikan truk karena akan mengakibatkan terjadinya kecelakaan
39 100 0 0
11 Responden berhenti/beristirahat untuk memulihkan fisik ketika bahu terasa kaku saat mengemudi
22 43,6 17 56,4
12 Responden berhenti/beristirahat ketika kepala terasa berat saat mengemudi
28 71,8 11 28,2 13 Responden tidak mengemudikan truk
ketika sedang tertimpa masalah
(keluarga/teman seprofesi) karena akan mengganggu konsentrasi
14 Setelah mengemudi selama 4 (empat) jam berturut-turut wajib beristirahat paling singkat setengah jam
22 65,4 17 43,6
Berdasarkan tabel 4.10 dapat dilihat bahwa responden memiliki kategori kondisi fisik tubuh yang baik mengenai : jika responden sedang dibawah pengaruh obat-obatan terlarang, tidak boleh mengemudikan truk karena akan mengakibatkan terjadinya kecelakaan sebanyak 39 orang (100%) menjawab dengan benar, pernah/sedang mengkomsumsi obat-obatan terlarang atau minuman beralkohol saat bekerja sebanyak 39 orang (100%) menjawab dengan benar dan dilarang mengemudikan truk ketika sedang dibawah pengaruh minuman keras sebanyak 36 orang (92,3%) menjawab dengan benar.
Berdasarkan tabel 4.10 dapat dilihat bahwa responden memiliki kategori kondisi fisik tubuh yang tidak baik mengenai : tidak mengemudikan truk ketika sedang tertimpa masalah (keluarga/teman seprofesi) karena akan mengganggu konsentrasi sebanyak 27 orang (69,2%) menjawab dengan salah.
Tabel 4.11 Distribusi responden berdasarkan kategori kondisi fisik tubuh pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015
Kondisi Fisik Tubuh N %
Baik (≥50%) 29 74,4
Tidak Baik (<50%) 10 25,6
Total 39 100
Berdasarkan tabel 4.11 dapat dilihat dari total responden (pengemudi truk) sebanyak 39 orang, sebagian besar menyatakan kondisi fisik tubuh yang baik yaitu sebanyak yaitu 29 orang (74,4%) dan selebihnya menyatakan kondisi fisik tubuh yang tidak baik sebanyak 10 orang (25,6%).
61
4.2.1.9 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kondisi Kendaraan Pengukuran kondisi kendaraan pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari dilakukan untuk mengetahui gambaran kondisi kendaraan yang dialami oleh responden, sehingga dikategorikan menjadi baik dan tidak baik. Hasil pengukuran tersebut dapat dilihat pada tabel 4.12 dan tabel 4.13.
Tabel 4.12 Distribusi responden berdasarkan kondisi kendaraan pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015
No Kondisi Kendaraan Ya Tidak
N % N %
1 Sebelum digunakan kendaraan sebaiknya dipanaskan 20 menit terlebih dahulu
37 94,9 2 5,1 2 Pengukuran tekanan ban sebaiknya
dilakukan ketika ban dalam keadaan dingin
35 89,7 4 10,3 3 Ketika truk penuh dengan barang bawaan
sehingga tidak perlu membawa ban cadangan dan tool kit
8 20,5 31 79,5
4 Kondisi rem akan diperiksa sebelum dan sesudah penggunaan
26 66,7 13 33,3 5 Kondisi lampu sen dan lampu rem akan
diperiksa sebelum dan sesudah penggunaan
23 59,0 16 41,0 6 Responden selalu memeriksa keadaan
mesin truk sebelum menggunakannnya
26 66,7 13 33,3 7 Walaupun truk melebihi batas barang
bawaan yang diperbolehkan, responden tetap menambah kecepatan kendaraan karena mengejar waktu sampai
0 0 39 100
8 Walaupun truk melebihi batas barang bawaan, responden tetap melanjutkan perjalanan
7 17,9 32 82,1
9 Responden akan menyalakan lampu kendaraan pada saat malam hari
39 100 0 0
10 Responden akan memasang segitiga pengaman saat berhenti atau parkir karena ban kempes
25 64,1 14 35,9
11 Pada saat berkendara di jalanan, responden membawa segitiga pengaman, dongkrak dan pembuka roda
30 76,9 9 23,1
12 Responden akan memulai perjalanan apabila merasa keadaan truk sedang baik
39 100 0 0
Berdasarkan tabel 4.12 dapat dilihat bahwa responden memiliki kategori kondisi kendaraan yang baik mengenai : akan menyalakan lampu kendaraan pada saat malam hari sebanyak 39 orang (100%) menjawab dengan benar, akan memulai perjalanan apabila merasa keadaan truk sedang baik sebanyak 39 orang (100%) menjawab dengan benar dan walaupun truk melebihi batas barang bawaan yang diperbolehkan, responden tetap menambah kecepatan kendaraan karena mengejar waktu sampai sebanyak 39 orang (100%) menjawab dengan benar.
Berdasarkan tabel 4.12 dapat dilihat bahwa responden memiliki kategori kondisi kendaraan yang tidak baik mengenai : kondisi lampu sen dan lampu rem akan diperiksa sebelum dan sesudah penggunaan sebanyak 16 orang (41%) menjawab dengan salah dan akan memasang segitiga pengaman saat berhenti atau parkir karena ban kempes sebanyak 14 orang (35,9%) menjawab dengan salah. . Tabel 4.13 Distribusi responden berdasarkan kategori kondisi kendaraan
pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015
Kondisi Kendaraan N %
Baik (≥50%) 34 87,2
Tidak Baik (<50%) 5 12,8
Total 39 100
Berdasarkan tabel 4.13 dapat dilihat dari total responden (pengemudi truk) sebanyak 39 orang, sebagian besar menyatakan kondisi kendaraan yang baik sebanyak yaitu 34 orang (87,2%) dan selebihnya menyatakan kondisi kendaraan yang tidak baik sebanyak 5 orang (12,8%).
4.2.1.10 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kondisi Jalan
Pengukuran kondisi jalan pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari dilakukan untuk mengetahui gambaran kondisi jalan yang dialami
63
oleh responden, sehingga dikategorikan menjadi baik dan tidak baik. Hasil pengukuran tersebut dapat dilihat pada tabel 4.14 dan tabel 4.15.
Tabel 4.14 Distribusi responden berdasarkan kondisi jalan pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015
No Kondisi Jalan Ya Tidak
N % N %
1 Responden akan mengurangi kecepatan kendaraan saat melewati jalan berlubang walaupun sepi
26 66,7 13 33,3
2 Responden akan menambah kecepatan kendaraan saat melewati jalan berlubang walaupun sepi
10 89,7 29 10,3
3 Responden akan mengurangi kecepatan kendaraan saat melewati jalan rusak atau belum diaspal walaupun jalanan sepi
22 56,4 17 43,6
4 Responden akan menambah kecepatan kendaraan saat melewati jalan rusak atau belum diaspal walaupun jalanan sepi
16 41,0 23 59,0
5 Saat jalanan sepi atau lengang, responden mengemudikan truk dengan kecepatan yg melebihi batas
17 43,6 22 56,4
6 Saat kondisi jalanan gelap, responden tetap menyalakan lampu jauh walaupun ada kendaraan lain yang berlawanan arah
0 0 39 100
7 Saat kondisi jalanan gelap dan sepi, responden memilih untuk tidak melewati kendaraan yang ada di depan
20 51,3 19 48,7
8 Saat kondisi jalanan gelap, responden mempercepat kendaraan walaupun jalanan sepi
17 43,6 22 56,4
9 Responden akan mengurangi kecepatan kendaraan saat melewati jalanan licin walaupun jalanan sepi
29 74,4 10 25,6
10 Pada jalanan tanjakan atau menurun yang tidak memungkinkan bagi kendaraan untuk saling berpapasan, pengemudi kendaraan yang arahnya turun harus memberi kesempatan jalan kepada yang menanjak
39 100 0 0
11 Responden akan mengurangi kecepatan kendaraan saat melewati jalan menikung
39 100 0 0
menyalakan lampu jauh walaupun ada kendaraan lain yang berlawanan arah sebanyak 39 orang (100%) menjawab dengan benars, akan mengurangi kecepatan kendaraan saat melewati jalan menikung sebanyak 39 orang (100%) menjawab dengan benar dan pada jalanan tanjakan atau menurun yang tidak memungkinkan bagi kendaraan untuk saling berpapasan, pengemudi kendaraan yang arahnya turun harus memberi kesempatan jalan kepada yang menanjak sebanyak 39 orang (100%) menjawab dengan benar.
Berdasarkan tabel 4.14 dapat dilihat bahwa responden memiliki kategori kondisi jalan yang tidak baik mengenai : saat kondisi jalanan gelap dan sepi, responden memilih untuk tidak melewati kendaraan yang ada di depan sebanyak 19 orang (48,7%) menjawab dengan salah, saat jalanan sepi atau lengang, responden mengemudikan truk dengan kecepatan yg melebihi batas sebanyak 17 orang (43,6%) menjawab dengan salah dan saat kondisi jalanan gelap, responden mempercepat kendaraan walaupun jalanan sepi sebanyak 17 orang (43,6%) menjawab dengan salah.
Tabel 4.15 Distribusi responden berdasarkan kategori kondisi jalan pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015
Kondisi Jalan N %
Baik (≥50%) 33 84,6
Tidak Baik (<50%) 6 15,4
Total 39 100
Berdasarkan tabel 4.15 dapat dilihat dari total responden (pengemudi truk) sebanyak 39 orang, sebagian besar menyatakan kondisi jalan baik yaitu sebanyak 33 orang (84,6%) dan yang menyatakan kondisi jalan yang tidak baik sebanyak 6 orang (15,4%).
65
4.2.1.11 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kondisi Cuaca
Pengukuran kondisi cuaca pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari dilakukan untuk mengetahui gambaran kondisi cuaca yang dialami oleh responden, sehingga dikategorikan menjadi baik dan tidak baik. Hasil pengukuran tersebut dapat dilihat pada tabel 4.16 dan tabel 4.17.
Tabel 4.16 Distribusi responden berdasarkan kondisi cuaca pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015
No Kondisi Cuaca Ya Tidak
N % N %
1 Jika mendesak, responden tidak akan mengurangi kecepatan kendaraan anda walaupun kondisi cuaca berkabut
7 17,9 32 82,1
2 Responden akan berhati-hati jika mengemudi pada saat hujan walaupun jalanan sepi
35 89,7 4 10,3
3 Pada kondisi jalan yang kabut, responden akan mengurangi kecepatan kendaraan walaupun jalanan sepi
38 97,4 1 2,6
4 Jika mendesak, responden akan menambah kecepatan kendaraan walaupun kondisi saat itu hujan
4 10,3 35 89,7
5 Pada kondisi jalan yang kabut, responden akan menghidupkan lampu kendaraan walaupun jalanan sepi
36 92,3 3 7,7
6 Pada kondisi hujan, responden akan menghidupkan lampu kendaraan walaupun jalanan sepi
35 89,7 4 10,3
7 Pada kondisi permukaan jalan basah/genangan air akibat hujan responden akan mengurangi kecepatan kendaraan
32 82,1 7 17,9
Berdasarkan tabel 4.16 dapat dilihat bahwa responden memiliki kategori kondisi cuaca yang baik mengenai : pada kondisi jalan yang kabut, responden akan mengurangi kecepatan kendaraan walaupun jalanan sepi sebanyak 38 orang (97,4%) menjawab dengan benar dan pada kondisi jalan yang kabut, responden
akan menghidupkan lampu kendaraan walaupun jalanan sepi sebanyak 36 orang (92,3%) menjawab dengan benar.
Berdasarkan tabel 4.16 dapat dilihat bahwa responden memiliki kategori kondisi cuaca yang tidak baik mengenai : jika mendesak, responden tidak akan mengurangi kecepatan kendaraan walaupun kondisi cuaca berkabut sebanyak 7 orang (17,9%) menjawab dengan salah dan pada kondisi permukaan jalan basah/genangan air akibat hujan responden akan mengurangi kecepatan kendaraan sebanyak 7 orang (17,9%) menjawab dengan salah.
Tabel 4.17 Distribusi responden berdasarkan kategori kondisi cuaca pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015
Kondisi Cuaca N %
Baik (≥50%) 34 87,2
Tidak Baik (<50%) 5 12,8
Total 39 100
Berdasarkan tabel 4.17 dapat dilihat dari total responden (pengemudi truk) sebanyak 39 orang, sebagian besar menyatakan kondisi cuaca yang baik yaitu sebanyak 34 orang (87,2%) dan yang menyatakan kondisi cuaca yang tidak baik sebanyak 5 orang (12,8%).
4.2.2 Analisis Bivariat
Untuk mengetahui hubungan antara pengalaman mengemudi, kemampuan mengemudi, kondisi fisik tubuh, kondisi kendaraan, kondisi jalan dan kondisi cuaca terhadap potensi kecelakaan kerja dengan menggunakan exact fisher.
67
4.2.2. Hubungan Pengalaman Mengemudi dengan Potensi Kecelakaan Kerja Hubungan antara pengalaman mengemudi dengan potensi kecelakaan kerja dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.18 Hasil uji exact fisher pengalaman pengemudi dengan potensi kecelakaan kerja pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015
No Pengalaman Mengemudi
Potensi Kecelakaan Kerja
Sig (ρ) Pernah Tidak Pernah Total N % N % N % 1 Baik (≥50%) 12 30,8 23 59,0 35 89,7 0,609 2 Tidak Baik (<50%) 2 5,1 2 5,1 4 10,3 Total 14 35,9 25 64,1 39 100
Berdasarkan tabel 4.18 diketahui bahwa dari 35 responden menyatakan pengalaman mengemudi yang baik, lebih banyak responden tidak pernah mengalami kecelakaan kerja sebanyak 23 orang (59,0%) dan dari 4 responden menyatakan pengalaman mengemudi yang tidak baik, pernah mengalami kecelakaan kerja sebanyak 2 orang (5,1%).
Hasil uji exact fisher antara pengalaman mengemudi dengan potensi kecelakaan kerja menunjukkan nilai ρ = 0,609 (ρ>0,05) yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara pengalaman mengemudi dengan potensi kecelakaan kerja pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari Tahun 2015.
4.2.2.2 Hubungan Kemampuan Mengemudi dengan Potensi Kecelakaan Kerja
Hubungan antara kemampuan mengemudi dengan potensi kecelakaan kerja dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.19 Hasil uji exact fisher kemampuan mengemudi dengan potensi kecelakaan kerja pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015
No Kemampuan Mengemudi
Potensi Kecelakaan Kerja
Sig (ρ) Pernah Tidak Pernah Total N % N % N % 1 Baik (≥50%) 11 28,2 22 56,4 33 84,6 0,647 2 Tidak Baik (<50%) 3 7,7 3 7,7 6 15,4 Total 14 35,9 25 64,1 39 100
Berdasarkan tabel 4.19 diketahui bahwa dari 33 responden menyatakan kemampuan mengemudi yang baik, lebih banyak responden tidak pernah mengalami kecelakaan kerja sebanyak 22 orang (56,4%) dan dari 6 responden menyatakan kemampuan mengemudi yang tidak baik, pernah mengalami kecelakaan kerja sebanyak 3 orang (7,7%).
Hasil uji exact fisher antara kemampuan mengemudi dengan potensi kecelakaan kerja menunjukkan nilai ρ = 0,647 (ρ>0,05) yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara kemampuan mengemudi dengan potensi kecelakaan kerja pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari Tahun 2015.
4.2.2.3 Hubungan Kondisi Fisik Tubuh dan Potensi Kecelakaan Kerja
Hubungan antara kondisi fisik tubuh dengan potensi kecelakaan kerja dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
69
Tabel 4.20 Hasil uji exact fisher kondisi fisik tubuh dengan potensi kecelakaan kerja pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015
No Kondisi Fisik Tubuh
Potensi Kecelakaan Kerja
Sig (ρ) Pernah Tidak Pernah Total N % N % N % 1 Baik (≥50%) 6 15,4 23 59,0 29 74,4 0,001 2 Tidak Baik (<50%) 8 20,5 2 5,1 10 25,6 Total 14 35,9 25 64,1 39 100
Berdasarkan tabel 4.20 diketahui bahwa dari 29 responden menyatakan kondisi fisik tubuh yang baik, lebih banyak responden tidak pernah mengalami kecelakaan kerja sebanyak 23 orang (59%) dan dari 10 responden menyatakan kondisi fisik tubuh yang tidak baik, lebih banyak pernah mengalami kecelakaan kerja sebanyak 8 orang (20,5%).
Hasil uji exact fisher antara kondisi fisik tubuh dengan potensi kecelakaan kerja menunjukkan nilai ρ = 0,001 (ρ<0,05) yang berarti ada hubungan yang bermakna antara kondisi fisik tubuh dengan potensi kecelakaan kerja pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari Tahun 2015.
4.2.2.4 Hubungan Kondisi Kendaraan dan Potensi Kecelakaan Kerja
Hubungan antara kondisi kendaraan dengan potensi kecelakaan kerja dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.21 Hasil uji exact fisher kondisi kendaraan dengan potensi kecelakaan kerja pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015
No Kondisi Kendaraan
Potensi Kecelakaan Kerja
Sig (ρ) Pernah Tidak Pernah Total N % N % N % 1 Baik (≥50%) 10 25,6 24 61,5 34 87,2 0,047 2 Tidak Baik (<50%) 4 10,3 1 2,6 5 12,8 Total 14 35,9 25 64,1 39 100
Berdasarkan tabel 4.21 diketahui bahwa dari 34 responden menyatakan kondisi kendaraan yang baik, lebih banyak responden tidak pernah mengalami kecelakaan kerja sebanyak 24 orang (61,5%) dan dari 5 responden menyatakan kondisi kendaraan yang tidak baik, lebih banyak pernah mengalami kecelakaan kerja sebanyak 4 orang (10,3%).
Hasil uji exact fisher antara kondisi kendaraan dengan potensi kecelakaan kerja menunjukkan nilai ρ = 0,047 (ρ<0,05) yang berarti ada hubungan yang bermakna antara kondisi kendaraan dengan potensi kecelakaan kerja pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari Tahun 2015.
4.2.2.5 Hubungan Kondisi Jalan dan Potensi Kecelakaan Kerja
Hubungan antara kondisi jalan dengan potensi kecelakaan kerja dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.22 Hasil uji exact fisher kondisi jalan dengan potensi kecelakaan kerja pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015
No Kondisi Jalan
Potensi Kecelakaan Kerja
Sig (ρ) Pernah Tidak Pernah Total N % N % N % 1 Baik (≥50%) 9 23,1 24 61,5 33 84,6 0,016 2 Tidak Baik (<50%) 5 12,8 1 2,6 6 15,4 Total 14 35,9 25 64,1 39 100
Berdasarkan tabel 4.22 diketahui bahwa dari 33 responden menyatakan kondisi jalan yang baik, lebih banyak responden tidak pernah mengalami kecelakaan kerja sebanyak 24 orang (61,5%) dan dari 6 responden menyatakan kondisi jalan yang tidak baik, lebih banyak pernah mengalami kecelakaan kerja sebanyak 5 orang (12,8%).
71
Hasil uji exact fisher antara kondisi jalan dengan potensi kecelakaan kerja menunjukkan nilai ρ = 0,016 (ρ<0,05) yang berarti ada hubungan yang bermakna antara kondisi jalan dengan potensi kecelakaan kerja pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari Tahun 2015.
4.2.2.6 Hubungan Kondisi Cuaca dan Potensi Kecelakaan Kerja
Hubungan antara kondisi cuaca dengan potensi kecelakaan kerja dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.23 Hasil uji exact fisher kondisi cuaca dengan potensi kecelakaan kerja pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015
No Kondisi Cuaca
Potensi Kecelakaan Kerja
Sig (ρ) Pernah Tidak Pernah Total N % N % N % 1 Baik (≥50%) 11 28,2 23 59,0 34 87,2 0,329 2 Tidak Baik (<50%) 3 7,7 2 5,1 5 12,8 Total 14 35,9 25 64,1 39 100
Berdasarkan tabel 4.23 diketahui bahwa dari 34 responden menyatakan kondisi cuaca yang baik, lebih banyak responden tidak pernah mengalami kecelakaan kerja sebanyak 23 orang (59%) dan dari 5 responden menyatakan kondisi cuaca yang tidak baik, lebih banyak pernah mengalami kecelakaan kerja sebanyak 3 orang (7,7%).
Hasil uji exact fisher antara kondisi cuaca dengan potensi kecelakaan kerja menunjukkan nilai ρ = 0,329 (p>0,05) yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara kondisi cuaca dengan potensi kecelakaan kerja pada pengemudi truk di PT BerkatNugraha SinarLestari Tahun 2015.
Tabel 4.24 Hasil analisis bivariat hubungan variabel independen dengan variabel dependen dengan menggunakan uji exact fisher
No Variabel Sig
( ρ<0,05) Ket.
1 Pengalaman Mengemudi 0,609 TB
2 Kemampuan Mengemudi 0,647 TB
3 Kondisi Fisik Tubuh 0,001 B
4 Kondisi Kendaraan 0,047 B 5 Kondisi Jalan 0,016 B 6 Kondisi Cuaca 0,329 TB Keterangan : B : Berhubungan TB : Tidak Berhubungan 4.2.3 Analisis Multivariat
Analisis multivariat merupakan kelanjutan dari analisis bivariat dengan ketentuan variabel-variabel independen pada analisis bivariat menunjukkan nilai ρ<0,25 dengan tujuan melihat pengaruh antara variabel independen terhadap dependen. Hasil analisis bivariat (tabel 4.24) menunjukkan terdapat tiga variabel independen yang mempunyai nilai signifikan ρ<0,25 yaitu antara kondisi fisik tubuh dengan potensi kecelakaan kerja, kondisi kendaraan dengan potensi kecelakaan kerja dan kondisi jalan dengan potensi kecelakaan kerja sehingga ketiga variabel ini dapat diteruskan untuk dianalisis multivariat karena ρ<0,25. Kemudian seluruh variabel dengan metode backward stepwise, dimasukkan dalam model multivariat secara bersama-sama. Variabel yang terpilih dalam model akhir regresi logistik ternyata variabel yang mempunyai nilai p<0,05. Hasil akhir analisis multivariat dapat dilihat pada tabel 4.25 berikut :
73
Tabel 4.25 Hasil analisis multivariat uji regresi logistik ganda dengan metode backward stepwise
Variabel Df B Sig Exp β
(OR) 95% CI Kondisi Fisik Tubuh 1 -2,730 0,003 0,065 0,011-0,391
Kondisi Kendaraan 1 -1,844 0,164 0,158 0,012-2,119 Kondisi Jalan 1 -1,348 0,334 0,260 0,017-4,010
Constant - 1,386 - - -
Berdasarkan hasil uji regresi logistik berganda kondisi fisik tubuh responden terhadap potensi kecelakaan kerja diperoleh nilai ρ = 0,003 dengan besar pengaruh kondisi fisik tubuh tentang potensi kecelakaan kerja dilihat dari nilai Exp (β) dengan nilai 0,065 (95% CI:0.011-0.391) dimana dari hasil analisis terlihat bahwa responden yang memiliki kondisi fisik tubuh yang tidak baik mempunyai kecenderungan untuk potensi kecelakaan kerja sebesar 0,065 kali jika dibandingkan responden yang memiliki kondisi fisik tubuh yang baik.
Sehingga model regresi logistik untuk kondisi fisik tubuh terhadap potensi kecelakaan kerja adalah sebagai berikut :
f (X) = 1 1 + e –(α+β1X1) f (X) = 1
1 + e –(1.386-2.730(k)) Tabel 4.26 Model Regresi Logistik
Variabel Prediktor Proporsi Persentase
Kondisi Fisik Tubuh 0 0,8 80%
Kondisi Fisik Tubuh 1 0,20 2%
Keterangan :
Kondisi Fisik Tubuh : (1) : Baik Kondisi Fisik Tubuh : (0) : Tidak Baik
Berdasarkan tabel 4.26 menjelaskan jika pengemudi yang memiliki kondisi fisik tubuh baik mempunyai resiko untuk terjadinya potensi kecelakaan kerja sebesar 2%. Sebaliknya, jika pengemudi yang memiliki kondisi fisik tubuh tidak baik mempunyai resiko untuk terjadinya potensi kecelakaan kerja sebesar 80%.
Besar resiko terjadinya potensi kecelakaan kerja antara kondisi fisik tubuh yang tidak baik dengan kondisi fisik tubuh yang baik ialah :
P0 (X) = 0.8 = 4 P1 (X) 0.20
Angka tersebut menyatakan bahwa pengemudi yang memiliki kondisi fisik tubuh yang tidak baik mempunyai resiko terjadinya potensi kecelakaan kerja empat (4) kali lebih tinggi dibandingkan pengemudi yang kondisi fisik tubuhnya baik.
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Potensi Kecelakaan Kerja
Kecelakaan tidak terjadi kebetulan, melainkan ada sebabnya. Oleh karena ada penyebabnya, sebab kecelakaan harus diteliti dan ditemukan, agar untuk selanjutnya dengan tindakan korektif yang ditujukan kepada penyebab itu serta dengan upaya preventif lebih lanjut kecelakaan dapat dicegah dan kecelakaan serupa tidak berulang kembali (Suma’mur, 2009).
Kecelakaan kerja menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.03/Men/1998 adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban jiwa dan harta benda.
Kecelakaan kerja didefinisikan sebagai kejadian yang berhubungan dengan pekerjaan yang dapat menyebabkan cidera atau kesakitan (tergantung dari keparahannya) kejadian kematian atau kejadian yang dapat menyebabkan kematian (Standar OHSAS 18001:2007).
Hasil penelitian potensi kecelakaan kerja di PT BerkatNugraha SinarLestari tahun 2015 menunjukkan bahwa jumlah pengemudi truk sebanyak 94 orang. Pengemudi truk yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 39 orang. Kriteria inklusinya yaitu pengemudi truk yang bekerja dengan sistem trucking (BelawanPorseaBelawan), sebab pengemudi ini yang melakukan sistem trip/perjalanan. Kriteria eksklusi adalah pengemudi truk yang bekerja dengan sistem langsir dan pengemudi yang bekerja di cabang Porsea.
Pengemudi truk dengan sistem trucking tersebut bekerja dengan rute perjalanan seperti berikut : Berangkat dari Belawan menuju Porsea Istirahat/makan Melanjutkan perjalanan ke Porsea Istirahat/makan Tiba di Porsea Istirahat/tidur Antri bongkar-muat pulp yang akan dibawa ke Belawan Persiapan akan berangkat/makan Berangkat dari Porsea menuju Belawan Tiba di Belawan Antri bongkar muatan yang dibawa (pulp) kedalam gudang PT BerkatNugraha SinarLestari. Dengan rute perjalanan tersebut pengemudi truk menempuh BelawanPorsea Belawan selama ±12-14 jam dengan satu kali trip perjalanan selama 2-3 hari karena adanya sistem antri bongkar-muat barang.
Dari 39 orang pengemudi truk yang pernah mengalami kecelakaan kerja sebanyak 14 orang dan yang tidak pernah mengalami kecelakaan kerja sebanyak 25 orang. Jenis-jenis kecelakaan yang terjadi pada pengemudi truk tersebut antara lain : tabrakan dengan kendaraan di belakang sebanyak 2 orang, tabrakan dengan kendaraan yang mendahului sebanyak 1 orang, terjatuh masuk kanal serta tabrakan dengan kendaraan di depan sebanyak 1 orang, terbalik (tipe over) sebanyak 1 orang, tabrakan dengan kendaraan yang di dahului sebanyak 3 orang, tabrakan dengan kendaraan di samping sebanyak 4 orang, tabrakan dengan kendaraan dari arah depan sebanyak 1 orang dan tabrakan dengan kendaraan di depan sebanyak 1 orang.
5.2 Pengaruh Pengalaman Mengemudi Terhadap Potensi Kecelakaan Kerja pada Pengemudi Truk di PT BerkatNugraha SinarLestari
77
kecelakaan kerja. Sehingga dari nilai ρ=0,609(>0,05) maka hubungan pengalaman mengemudi dengan potensi kecelakaan kerja semakin kecil. Dengan ρ value >0,25 berarti variabel pengalaman mengemudi tidak memenuhi syarat untuk dilakukan uji regresi logistik berganda dengan metode backward stepwise.
Menurut hasil penelitian Rahim dkk (2013), bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengalaman mengemudi dengan perilaku safety driving pengemudi mobil pengangkut semen curah di PT Prima Karya Manunggal (PKM) dengan nilai ρ=0,021 (p<0,05) . Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 15 pengemudi yang memiliki perilaku baik mengenai safety driving dengan pengalaman mengemudi kurang. Hal tersebut terjadi karena pengemudi dengan pengalaman kurang masih tergolong dalam usia muda, sehingga konsentrasi dalam mengemudikan kendaraannya sangat baik.
5.2 Pengaruh Kemampuan Mengemudi Terhadap Potensi Kecelakaan Kerja pada Pengemudi Truk di PT BerkatNugraha SinarLestari
Berdasarkan hasil uji Exact Fisher menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan yang bermakna antara kemampuan mengemudi dengan potensi kecelakaan kerja. Sehingga dari nilai ρ=0,647 maka hubungan kemampuan mengemudi dengan potensi kecelakaan kerja semakin kecil. Dengan ρ value >0,25 berarti variabel kemampuan mengemudi tidak memenuhi syarat untuk dilakukan uji regresi logistik berganda dengan metode backward stepwise.
Menurut hasil penelitian Purnomo (2010) mengenai hubungan faktor personal dengan tindakan mengemudi agresif pada pengemudi truk pengangkut produk, menyatakan adanya hubungan kemampuan dengan tindakan mengemudi
Menurut hasil penelitian Manurung (2012) mengenai hubungan faktor-faktor penyebab dan akibat kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor di Kota Medan tahun 2008-2010 diketahui bahwa bahwa ada sebanyak 103 (25%) pengendara sepeda motor yang lengah dalam mengendarai kendaraannya mengakibatkan kecelakaan dengan meninggal dunia, sedangkan pengendara lengah yang mengakibatkan luka/cedera ada sebanyak 309 (75%) dengan nilai p value = 0,003, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pengendara lengah dan akibat kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor berupa meninggal dunia atau luka/cedera.
Menurut Kartika (2008), banyak pengemudi yang melakukan kegiatan lain saat mengemudi sehingga menyebabkan konsentrasi terganggu dan berisiko terjadinya kecelakaan lalu lintas.
Lengah dapat mengakibatkan pengendara menjadi kurang antisipasi dalam menghadapi situasi di jalan raya, dalam situasi ini pengemudi tidak mampu memperkirakan bahaya yang mungkin terjadi sehubungan dengan kondisi kendaraan dan lingkungan lalu lintas (Asrian, 2008).
Dalam UU RI No. 22 tahun 2009 bagian keempat paragraf 1 ketertiban dan keselamatan pasal 106, setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan wajib mengemudikan kendaraannya dengan wajar dan penuh konsentrasi. Dalam kondisi lengah, pada umumnya pengemudi kurang antisipasi dalam menghadapi keadaan lalu lintas yang mendadak mengalami perubahan atau gerakan tiba-tiba. Pengemudi yang lengah biasanya tidak akan memperhatikan jalan sehingga tidak memprioritaskan pejalan kaki dan kendaraan yang melintas
79
lurus, atau tidak memperhatikan laju kendaraan lainnya, seperti keadaan laju mobil angkutan umum yang sering didapati berhenti medadak dalam hal menaikkan atau menurunkan penumpang ataupun tidak terlalu ke pinggir jalan memarkirkan angkutan umum saat berhenti.
5.3 Pengaruh Kondisi Fisik Tubuh Terhadap Potensi Kecelakaan Kerja pada Pengemudi Truk di PT BerkatNugraha SinarLestari
Berdasarkan hasil uji Exact Fisher menunjukkan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara kondisi fisik tubuh dengan potensi kecelakaan kerja. Sehingga dari nilai ρ=0,001 maka hubungan kondisi fisik tubuh dengan potensi kecelakaan kerja semakin besar. Dengan ρ value <0,25 berarti variabel kondisi fisik tubuh memenuhi syarat untuk dilakukan uji regresi logistik berganda. Setelah dilakukannya uji regresi logistik berganda dengan metode backward stepwise menunjukkan adanya pengaruh kondisi fisik tubuh terhadap potensi kecelakaan kerja terlihat dari nilai ρ=0,003 (ρ<0,05) dengan Exp (β) sebesar 0,065. Mengacu pada hasil uji tersebut bahwa responden yang memiliki kondisi fisik tubuh yang tidak baik mempunyai kecenderungan untuk potensi kecelakaan kerja sebesar 0,065 kali jika dibandingkan responden yang memiliki kondisi fisik tubuh yang baik.
Model regresi logistik untuk kondisi fisik tubuh terhadap potensi kecelakaan kerja adalah sebagai berikut :
f (X) = 1 1 + e –(α+β1X1)
Sebaliknya, jika pengemudi yang memiliki kondisi fisik tubuh tidak baik mempunyai resiko untuk terjadinya potensi kecelakaan kerja sebesar 80%.
Besar resiko terjadinya potensi kecelakaan kerja antara kondisi fisik tubuh yang tidak baik dengan kondisi fisik tubuh yang baik ialah :
P0 (X) = 0.8 = 4 P1 (X) 0.20
Angka tersebut menyatakan bahwa pengemudi yang memiliki kondisi fisik tubuh yang tidak baik mempunyai resiko terjadinya potensi kecelakaan kerja empat (4) kali lebih tinggi dibandingkan pengemudi yang kondisi fisik tubuhnya baik. Semakin tidak baik kondisi fisik tubuh yang dirasakan oleh pengemudi maka akan menyebabkan potensi kecelakaan kerja semakin besar. Kondisi fisik tubuh yang tidak baik berpengaruh terhadap keperluan energi yang dibutuhkan dalam melakukan setiap aktivitas.
Sehingga disarankan bagi pengemudi untuk istirahat tidur dengan berbaring selama beberapa saat dan sebelum berangkat melanjutkan perjalanan supaya melakukan peregangan otot kaki, tangan, bahu dan seluruh badan untuk melepaskan ketegangan otot dan kantuk. Dalam Panduan Praktis Berlalu Lintas disebutkan senam santai sambil melepas kejenuhan mengemudi yang bisa dilakukan di dalam mobil maupun di luar mobil seperti melemaskan ketegangan pada pinggang, menghilangkan pegal pada pundak dan punggung, menghilangkan penat tubuh bagian bawah, menghilangkan pegal-pegal di leher dan bagian punggung, melemaskan leher dan punggung, mengendurkan otot perut dan mengendurkan persendian punggung dan perut. Pengemudi wajib menyediakan