STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI REMAJA
KELAS 2 SMA YANG TINGGAL DI ASRAMA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
di susun oleh :
MM. Prima Hapsari
979114029
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
CHARACTER COUNTS Be careful of your thoughts, for your thoughts become your words.
Be careful of your words, for your words become your deeds.
Be careful of your deeds,
for your deeds become your habits. Be careful your habits,
for your habits become your character Be careful of your character, for your character becomes your destiny.
( Rm Ageng Marwata SJ, April 2005)
Hasil karya ini kupersembahkan kepada :
Jesus Kristus dan Bunda Maria
Mbah kakungku tersayang Alm. Tarsisius Soejoto Bapakku terkasih Johanes Suwaldji
Ibuku tercinta Maria Stanislaus Endang Prihatiningsih Adikku tersayang Johanes Prasena Yudhistira
Omku tersayang Alm. Stephanus Soeratno Arwah-arwah leluhurku di Surga
Almamaterku terkasih
SYUKUR DAN PUJIAN
D a r a h d a n a i r y a n g t e l a h m e m a n c a r
d a r i H a t i K u d u s Y e s u s , s e b a g a i s u m b e r k e r a h i m a n b a g i k a m i , E n g k a u l a h a n d a l a n k u .
Allah adalah tempat perlindungan pada waktu kesesakan, dan pada waktu bahaya, Dia mengangkat aku ke atas gunung batu.
( Mazmur 9:10 ; Mazmur 27:5 )
S e r e n i t y P r a y e r s :
G o d g r a n t me the s e r e n i t y t o a c c e p the t h i n g s .
I c a n n o t c h a n g e the c o u r a g e t o c h a n g e the t h i n g s I c a n A n d W i s d o m t o k n o w the d i f f e r e n c e .
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan kesungguhan bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya
orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, Januari 2007.
Penulis
MM. Prima Haspsari
ABSTRAK
Studi Deskriptif Konsep Diri Remaja Putri SMA yang tinggal di Asrama
MM. Prima Hapsari Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2007
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep diri remaja putri yang tinggal di asrama Stella Duce Samirono dan di asrama Stella Duce Jl. Supadi. Yogyakarta. Peneliti ingin mengetahui seberapa besar konsep diri remaja yang tinggal di asrama. Dipilihnya tinggal di asrama karena dalam asrama memungkinkan mereka bertemu dan tinggal bersama dengan teman-teman yang berbeda karakter,yang mungkin dapat meningkatkan konsep dirinya. Ada empat aspek konsep diri, yaitu : (1) aspek fisik (2) aspek psikis (3) aspek sosial (4)aspek moral.
Subyek dalam penelitian ini adalah remaja kelas 2 SMA yang tinggal di asrama berusia 15-17 tahun. Remaja yang menjadi subyek penelitian berjumlah 58 orang. Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah skala konsep diri yang disusun oleh peneliti. Dari uji coba kesahihan butir skala penelitian menggunakan Alpha Cronbach menghasilkan reliabilitas sebesar 0,984.
Hasil analisis data diperoleh mean empirik ( 164,52) lebih besar dari mean teoritik ( 140), berarti secara umum subyek penelitian mempunyai konsep diri tinggi, dengan skor jawaban yang bervariasi. Hasil menunjukkan bahwa 11 subyek ( 18,96 %) termasuk kategori “ sangat tinggi “ , 32 subyek ( 55,17 % ) termasuk kategori “ tinggi “ dan 15 subyek ( 25, 86 % ) termasuk kategori “ sedang “.
ABSTRACT
Descriptive Study Self-Concept of High School Girls Teenager Who Live In Boarding House
MM. Prima Hapsari Sanata Dharma University
Yogyakarta 2007
This survey aimed to know description about self-concept teenager girls who live at Stella Duce boarding-house Samirono and Stella Duce boarding house Supadi street Yogyakarta. Surveyor want to know how much self-concept girls teenager who live at boarding-house. The chosen to live at boarding-house because in boarding-house they able to meet and live with friends from different characters, that might be increase their self-concept. There are four self-concept aspect, that is : (1) Physic aspect ( 2) Psyche aspect (3) Social aspect (4) Morality aspect.
The subject are girls teenager high school at second class, who live in boarding-house, their age are 15-17 year. Total respondent of subject 58 girls teenager. Tool of data collecting in this survey is self-concept scales a range by surveyor. Reliability of skill survey use Alpha Cronbach score is 0,984.
Data analysis result mean emphiric ( 164,52) bigger than mean theoritic (140), that's mean as a whole subject have high self-concept with varians score. There are 11 subject (18,96%) with category “very high” , 32 subject (55,17%) with category “high” and 15 subject with category “middle”.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Bapa di Surga atas segala berkat, karunia dan terang Roh
Kudus-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana
Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Skripsi ini diberi judul “ Studi Deskriptif
Konsep Diri Remaja Kelas 2 SMA yang tinggal di Asrama “
Proses penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan
bantuan baik berupa saran, nasehat, bimbingan, pemikiran, waktu tenaga dan dukungan baik secara moril maupun
materi yang penulis terima selama ini. Untuk itu penulis sampaikan terima kasih kepada :
Jesus Kristus dengan Hati-Nya Yang Maha Kudus, membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi
ini.
Bunda Maria Penuh Belas Kasih, mendengarkan keluh kesah penulis dan mengarahkan penulis untuk
tetap bersemangat menyelesaikan skripsi ini.
Rm. Dr.Paulus Suparno, SJ. M.S.T , yang pernah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.
Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi, M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universita Sanata Dharma
Yogyakarta.
Mbak Titik Kristiyani S.Psi, dosen pembimbing skripsi yang dengan penuh kesabaran dan pemikiran
untuk memberikan bimbingan dan pengarahan awal dalam penulisan skripsi ini.
Mbak Sylvia Carolina M.Y.M, S.Psi, M.Si, dosen pembimbing skripsi sekarang dengan ketulusan hati
meluangkan waktu, tenaga dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.
Ibu Dra. Lusia Pratidarmanistiti, Ms, meminjamkan buku Kosep Diri Burns dan meluangkan waktu
memberikan nasehat dan masukan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
Dosen-dosen di Fakultas Psikologi yang telah memberi untuk menambah pengetahuan tentang
Psikologi.
Mbak Nanik, pak Gi, mas Gandung dan mas Muji, yang telah membantu dengan pengarahan selama
penulis menyelesaikan studi.
Mbak V. Kristi Hapsari, makasih atas bantuan mengurus surat cuti kuliah dan memberi semangat untuk
menyelesaikan penulisan skripsi ini,
Karyawan-karyawati Perpustakaan Paingan : Pak Sunu (yang pernah mengingatkan penulis tentang
bagaimana mencari buku lewat komputer di Perpustakaan), bu Ningsih, bu Hastuti, pak Rahmadi dan pak
Suwadi. Terima kasih atas bantuan yang diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
Sr. Gabriella CB dan Sr. Marina CB, yang telah memberikan kesempatan dan ijin kepada penulis untuk
mengadakan penelitian di asrama Stella Duce Samirono.
Sr. Trisiani CB, memberi ijin dan membimbing penulis untuk melakukan penelitian di asrama Stella Duce Jl.
Supadi.
Seluruh remaja putri kelas 2 ( XI ) SMA Stella Duce I yang tinggal di asrama Samirono dan Jl. Supadi
yang telah meluangkan waktu, pikiran, perasaan dan tenaganya dalam mengisi angket penelitian.
Sr Lusi OSF memberi kesempatan untuk uji coba penelitian di asrama Santa Maria ; Sr. Veronick dan
bu Umi yang memberikan ijin dan waktu pada penulis untuk uji coba penelitian di asrama Stella Duce 2.
Dr. Wiryawan, Dokter Spesialis bedah syaraf yang telah menghilangkan sel yang menghambat pemikiran
penulis menyelesaikan skripsi ini. Menyarankan kepada penulis untuk latihan menulis membuat karangan untuk
menyelesaikan skripsi.
Bapakku Johanes Suwaldji ( mengajari menjalin komunikasi dengan orang lain dan mengajari membaca
buku-buku yang bermanfaat dalam kehidupan ) dan ibuku Maria Stanislaus Endang Prihatiningsih ( memberi
masukan-masukan yang bermanfaat/ nasehat), memberikan perawatan dan pengasuhan, mendidik, memberikan
dukungan dengan kasih sayang, dengan penuh kesabaran, doa untuk penulis supaya dapat menyelesaikan skripsi
ini. ( “Don, emosimu dijaga ya “ )
Adikku Johanes Prasena Yudhistira ( Papo), yang memberi semangat kepada penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini. ( “Mbak, hardisk e wis tak dandani file skripsimu wis isa ditulis maneh. Gek digarap
meneh skripsimu “ ) .
Om Hans Supatman, mama Nanik emban baptisku yang mau mendengarkan keluh kesah, Dik Chosa
dan istrinya Pipit. Terima kasih atas perhatian, kasih sayang dan bantuan doa sehingga skripsi bisa dilanjutkan dan
diselesaikan.
Anselmus Derry, memberikan masukan spiritual untuk menambah semangat mengerjakan skripsi,
mendengarkan keluh kesah dan meminjami CD SPSS 12 untuk olah data ; Caecilia Dewi P.A , memberikan
semangat menyelesaikan skripsi padaku. ( Kamu pernah mengajakku ke suatu tempat yang dapat meringankan dan
mengurangi beban. A Nice Place ). Kita bertiga bertualang bersama-sama menjelajahi, mengenal dan menembus
dunia Psikologi.
Sahabat-sahabatku ex TK Pangudi Luhur : Ari Kristanti, memberikan nasehat-nasehat kepadaku
untuk mengatasi masalah-masalah yang kualami dan masih sering sharing bila ada suatu hal di kehidupannya.. (
“Don, tetap semangat bikin skripsi ya” ) ; Kusumodewi, membantuku memahami istilah-istilah dalam statistik,
selalu mengajak bertualang untuk mengenal dan mendalami kehidupan di dunia ini, memberi kado novel “ Va Dove
Ti Porta Il Evore ( Pergilah ke mana Hati membawamu) “ yang memberikan inspirasi untuk menyusun
kalimat-kalimat membentuk suatu paragraf untuk menyelesaikan skripsi.
Mbak E. Yuni Ika, mau meluangkan waktu mendengarkan keluh kesah saat aku mengalami sesuatu hal.
Sehingga aku tetap semangat menyelesaikan skripsi. ( “ Don, Dia yang memberi dan Dia juga yang
menyelesaikan-Nya “).
Sahabat-sahabat seperjuanganku : Anggun Budoyo, memberikan hand out mengenai SPSS
cara-cara mengolah data. Sharing mengenai suka duka skripsi yang kita hadapi dan pengalaman-pengalaman suka
duka yang pernah dialami. (“ Don, keep fighting and never give up “ ) ; Yessy 'Cicik' Yulianti, meminjami
buku mengenai statistik ( “ Don, gek dirampungke skripsimu “ ) ; Pola, mengarahkan untuk mendalami dan
memahami statistik. ; Dita, saat bingung tentang skripsi masih sharing. ( “Don, semangat ya” ) ; Ode, saat antri
bimbingan skripsi memberikan bantuan menerjemahkan cara penghitungan statistik hasil data penelitian.; Siwi,
setiap kali bertemu di kampus saling memberikan semangat untuk menyelesaikan skripsi . ; Emi, memberiku saran
yang berkaitan dengan skripsi ini; Dian, menemani berburu berita via internet untuk mendapatkan artikel yang
berkaitan dengan skripsi. Semoga setelah perjuangan kita berakhir, persahabatan kita tetap abadi dan tidak luntur
oleh waktu.
Teman-temanku di Psikologi : Mas Agung Saputro ( memberi masukan tentang bagaimana cara-cara
dalam menyerahkan proposal ), Ayu dan Andre ( kapan ada “undangan”), Dyas, Toni “Inot” ( memberikan
kenang-kenangan VCD “ Sleepless In Seatle” sebagai penghibur saat skripsi mentok ), Yulin ( aku masih
semangat Yulin ), Dhanik ( Don, semangat ya pasti skripsimu selesai ), Yunik, Ulin, Ina, Danik, Dea, Radix,
Meika ' Mekong ', Ian, Andhiati, Ega, mas Chandra, Eni dan mas Dicky, Rani, Ria, Dian. Terima kasih
atas bantuan doanya sehingga bisa melanjutkan dan menyelesaikan skripsi. Dan semoga kita masih terus berteman,
berkomunikasi dan tidak luntur oleh waktu.
Teman-temanku : Riris Psikologi USD '97, Antik Psikologi USD '97 , Senia Psikologi USD '01 (
Mbak, pelan-pelan dan tetap semangat pasti skripsinya bisa selesai ) dan Puput Psikologi UWM '98 . Kalian
semua meminjamkan buku-buku Psikologi yang bermanfaat untuk menyelesaiakan skripsi ini.
Teman-teman Psikologi Angkatan : 96, 97, 98, 99, 00 dan 01. Tidak dapat disebutkan satu persatu.
Terima kasih atas pertemanan kalian selama ini..
Keluarga besar Tarsisius Soejoto : Mbah putri MM. Soebandiyah, Oom Bambang ( membantu
dan mengijinkan murid-murid di kelasnya untuk mengisi kuesioner dalam satu mata kuliah yang kutempuh) dan
bantuan doa sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.
Oom Yadi dan Bulik Yatik, yang telah memberi perhatian dan bantuannya dengan ikhlas. Sehingga
penulis bisa menyelesaikan skripsi.
Bulik Theresia Ruminingsih, memberikan perhatian dan bantuan doa. Sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi.
Sepupu-sepupuku trah Ignatius Sarno Satroprayitno dan trah Tarsisius Soejoto : Dik Dinar dan
mas Ipam , Novi ( sama-sama suka liat kereta api yang dapat memberikan kesejukan di pinggir rel belakang
rumah simbah Bagelen), Agung ( meminjami komputer di kosnya sewaktu ada hambatan di komputerku sendiri
yang menghalangi penulisan skripsi ), Deni, Siska ( memberitahu mengenai cara-cara menyusun skor penelitian ),
Siska “ Chika ” ( Ayo mbak semangat mengerjakan skripsi ), Didit, Nia ( masih mau sharing ), Andre, Silvia
“Ipi” ( ngirimi doa-doa by sms yang memberiku semangat ), Petra ( selalu menanyakan keadaan skripsi), Dicky,
Pius, Dania, Ima dan Edu. Dengan perhatian, rasa sayang dengan tulus dan ikhlas membantu , serta mendoakan supaya penulis dapat menyelesaikan skripsi
Saudara-saudaraku di Bagelen : Agnes, Peni, Gita, Sisil, Uul, Nadia dan Bayu. Memberiku
kecerahan dan menghibur penulis untuk menyelesaikan skripsi.
Saudara-saudaraku di Klaten : Mbah Warso putri, Mbah Pono kakung, budhe Prapti, budhe An,
pakdhe Tanto dan budhe Widi, pakdhe Teguh dan budhe Lis, Mbak Yeni ( tiap kali bertemu selalu
menanyakan skripsiku ) , Mas Delis, Puri, Eli, Tika dan Lidia. Memberikan keceriaan dan menghibur penulis
saat mengalami kesulitan serta memberikan semangat untuk menyelesaikan skripsi.
Sahabat-sahabatku di Pringwulung “ Transit home “, Denty ( selalu memberikan dukungan kepada
penulis untuk menyelesaikan skripsi ), Delis “ little honey Bunny “ (memberi masukan tentang suatu hal dalam
kehidupan ), dan Desty ( memberikan kecerahan ). Kalian semua memberikan perhatian dan memberikan
dorongan dengan bantuan doa sehingga penulis bisa melanjutkan dan menyelesaikan skripsi.
Aan PBI'00 ( pacar adikku ), makasih pernah meminjamkan buku-buku tentang psikologi di perpustakaan
Mrican. Dan menghibur menyelesaikan skripsi ini.
Sr Yusta CB, Sr Sisilio CB dan mbak Magda, memberikan dorongan menumbuhkan semangat dan
bantuan doa sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi.
Rm Ageng Marwata SJ ( “Don, kapan wisuda ?) dan Rm Kuntoro SJ ( “ pelan tapi pasti
skripsimu bisa selesai “ ), dengan perhatian memberikan doa yang bisa membimbing penulis untuk menyelesaikan
skripsi.
Teman-temanku ex SD Pangudi Luhur, ex SMP Pangudi Luhur I dan ex SMA Pangudi Luhur :
Vita ( yang mau meluangkan waktu memberikan bantuan kepada penulis saat mengalami hambatan ), Tika,
Dhini, Anna “ Ninuk”, Adhit, Ari “Gondhes “( lukisan yang kamu berikan memberikan kesejukan ), Panji,
Novi Widiastuti, Forta Satriya (masih mau sharing dan memberikan semangat pada penulis untuk menyelesaikan
skripsi) , Dino, Danang dan adiknya Niken, Ristia Irawati, Retno, Rianty Bere, Harda dan Murni( dan
buah hati mereka : Tita dan Bagas), Ronggo, Aryo dan Santi. Dengan perhatian dan keikhlasan hati kalian
semua mendoakan penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.
Teman-temanku di Panembahan : Mbak Yani ( meluangkan waktu curhat satu sama lain dan
membantu menemani saat uji coba penelitian) dan adik-adiknya( Novi, basis Saujana band dan Yuli) Makasih
komunikasinya , Vella ( makasih atas bantuan kamu selama ini ), Antiex ( masih mau mendengarkan curhat), Tya
( masih sharing) dan Bhisma., Lusi, Novi, Putri, Ninik, Bayu 'Bayem', Beni, Eni, Vita, Mema, Anca,
Tesa, Dedek, Putri dan Edi, Yanto dan Sri, Ika, Drajat dan Yogi. Dengan perhatian dan doa kalian semua
membuat penulis dapat melanjutkan dan menyelesaikan skripsi.
Adik-adik di Panembahan : Dimas, Laras “Yayas, Putri dan Salsa “cabok” , Eva, Salma dan
Kiki, Isti, Noel, Citra, Chaca, Sita dan Nia., Aisyiah “Ayik” Senja dan Nadia serta Pingkan. Kalian semua
menghibur dengan tawa dan tangis kalian semua menginspirasi penulis untuk menyelesaikan sripsi.
Rm Kristyanto Pr ( menemani saat ada suatu kejadian dan menumbuhkan semangat untuk menyelesaikan
skripsi ) dan Rm. Riana Prabdi Pr ( “menyelesaikan skripsi pelan-pelan tapi jelas tujuan hal tersebut, Don” ),
terima kasih atas perhatian dan bantuan doanya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi.
Teman-temanku : Mudika Paroki ST Fransiscus Xaverius Kidul Loji, Lektor
ST. Bonifasius ST. Fransiscus Xaverius Kidul Loji dan Relawan-relawan Caritas Kidul Loji : Maya (
“kapan jalan-jalan ke kebun raya Bogor lagi May? ) Rika, Ardi, Arrow, Dimas, Danang “ Mbendhol ”,
Katrin, Mas Joko Victor, Mas Iwan “gontheng”, Kris, Yogi, Wowok, Septi, Sandi, Tatik
( membantu pembahasan statistik ), Ririn, Riris, Hilla, Aries, Oka, Eka, Lita, Tawang, Vivin, Agnes,
Hesti, Tyas, Ari, Andre, Frater Banu , Genduk, Lidana “Piping “, Aan, Andri, Rudi dan Naga.
Berkomunikasi dengan kalian semua semakin menumbuhkan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.
Teman – teman sepergaulan dan sepermainan : Mbak Rani PBI, Seno, mbak Paulin, Yopa,
Mbak Selli, mbak Lia, Yanti PBI'97, Atik PBI'97, Riri, Rio dan Oki (adiknya), Atik Sing'99, Sam
Farmasi'99, Wening PSE'98, Hani Sing'99, Harli Man'98, Sensi, Guntur dan Bayu. Terima kasih atas
pertemanan kita selama ini.
Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu dan mendukung dalam
penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan, oleh karena itu segala kritik
dan saran yang membangun dari pembaca sangat diperlukan penulis demi perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi pembaca dan pemerhati Psikologi.
Yogyakarta, Januari 2007
Penulis
MM. Prima Hapsari
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang Masalah……… 1
B. Rumusan Masalah………. 6
3. Tugas-tugas Perkembangan Remaja……… 10
B. Konsep Diri………. 11
1. Pengertian Konsep Diri……….. 11
2. Aspek-aspek Konsep Diri……….. 12
Halaman
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi Konsep Diri…… 13
2. Konsep Diri Positif dan Konsep Diri Negatif………... 14
B. Remaja yang tinggal di Asrama……… 16
C. Konsep Diri Remaja yang tinggal di asrama………. 18
Skema Konsep Diri Remaja yang tinggal di asrama………. 21
D. Pertanyaan Penelitian………. 22
BAB III METODE PENELITIAN……… 23
A. Tujuan Penelitian……… 23
B. Jenis Penelitian……… 23
C. Definisi Operasional Konsep Diri……… 23
D. Subyek Penelitian……… 24
E. Metode Pengambilan Data……… 24
Pemberian skor Skala Konsep Diri……… . 26
F. Validitas dan Reliabilitas………. 27
1. Validitas……… 27
Uji Validitas Butir……… 28
2. Reliabilitas……… 30
G. Metode Analisis Data……… 30
BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……….. 31
A. Kancah Penelitian……… 31
B. Pelaksanaan Penelitian……… 32
C. Deskripsi Hasil Penelitian……… 32
D. Pembahasan Hasil Penelitian……… 36
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Blue print Skala Konsep Diri……… 25
Tabel 2 Penyebaran Item Skala Konsep Diri……….. 27
Tabel 3 Penyebaran Item Skala Konsep Diri sebelum uji coba ( try out )…. 29 Tabel 4 Penyebaran Item Skala Konsep Diri setelah uji coba ( try out )…... 29
Tabel 5 Deskripsi Data Penelitian………. 33
Tabel 6 Mean teoritik, mean empirik dan standar deviasi (SD)…………... 34
Tabel 7 Norma Kategorisasi Skor………. 34
Tabel 8 Kategori skor Konsep Diri………... 35
DAFTAR LAMPIRAN
* Lampiran A Skala Uji coba (Try out) Konsep Diri
* Lampiran B Validitas dan Reliabilitas Item valid skala Uji coba
* Lampiran C Skala Konsep Diri Penelitian
* Lampiran D Deskripsi Data Penelitian
* Lampiran E Surat Ijin Penelitian
* Lampiran F Surat Keterangan Penelitian
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masa remaja merupakan masa dengan seribu satu kisah. Pada fase ini seorang remaja mencari jati diri.
Mereka mengalami krisis identitas karena untuk dikelompokkan ke dalam kelompok anak-anak merasa sudah
besar, namun kurang besar untuk dikelompokkan ke dalam kelompok dewasa ( Sadarjoen dalam Kompas, 24 Juli
2005 ). Banyak perubahan muncul atau muncul yang dialami remaja baik perubahan biologis maupun psikologis.
Mereka tidak hanya mengalami perubahan dalam dirinya akan tetapi juga perubahan di luar dirinya seperti
perubahan sikap yang ditunjukkan oleh orang tua, pengasuh, pendidik dan teman sebaya. Mereka berperan
membantu remaja dalam menemukan identitas dirinya. Mereka mengamati dan memberi penilaian terhadap diri
remaja sebagai individu dalam kelompok masyarakat. Erikson ( dalam Gunarsa dan Gunarsa, 1981 ) menegaskan
bahwa identitas remaja sangat ditentukan oleh pengaruh tuntutan lingkungan sosial baik dari orang dewasa maupun
dari teman sebaya.
Remaja memiliki pemikiran tentang siapa diri mereka dan apa yang membuat mereka
berbeda dengan orang lain. Mereka memegang erat identitas dirinya dan berpikir bahwa identitasnya ini bisa
menjadi lebih stabil. Pada masa remaja, orintasi remaja bukan lagi pada keluarga melainkan berubah haluan ke
teman sebaya. Merasa diterima di dalam kelompok tertentu merupakan suatu peristiwa yang sangat bermakna bagi
remaja. Ia akan mengubah sikap dan tingkah laku sehari-hari sesuai dengan kebiasaan teman-temannya, demi
diterima di lingkungan sebayanya.
Menurut Santrock ( 2003 ) nyata atau tidak, berkembangnya pemikiran seorang remaja
mengenai diri dan keunikan dirinya merupakan kekuatan besar dalam hidup. Penjelasan tentang diri akan dimulai
dari informasi mengenai pemahaman diri di mana hal tersebut merupakan gambaran kognitif remaja mengenai
dirinya, dasar dan isi konsep diri. Backus dan Chapian ( dalam Susanto, 2001) mengatakan bahwa konsep diri
bagaimana individu berperilaku dan merasakan hidup ini. Konsep serta pemahaman yang dimiliki individu tentang
dirinya justru sangat penting bagi individu untuk bersikap dan bertingkah laku. Menurut Damon dan Hart ( dalam
Santrock, 2003 ) walaupun tidak membentuk identitas pribadi secara utuh, pemahaman diri memberikan dasar
identitas diri yang rasional.
Pada saat seseorang memasuki jenjang keremajaannya maka ia mengalami begitu
banyak perubahan dalam dirinya. Sikap-sikap atau tingkah laku yang ditampilkan juga akan mengalami
perubahan-perubahan dan sebagai akibat sikap orang lain terhadap dirinya juga berubah, menyesuaikan dengan
perubahan yang nampak dirinya. Menurut Rais ( dalam Windrasanti, 2002 ) perubahan yang dialami seseorang
tidak saja menyangkut perubahan yang diamati langsung tetapi juga menyangkut perubahan yang lebih halus yang
tidak dapat segera diamati, salah satunya konsep diri.
Pudjiyogyanti ( 1985 ) menyatakan konsep diri itu terbentuk dari pengalaman individu
dalam berhubungan dengan individu lain. Dalam interaksinya, setiap individu akan menerima tanggapan. Tanggapan
yang diberikan tersebut akan dijadikan pandangan bagi individu yang menilai dan memandang dirinya.
Menurut Windrasanti ( 2002 ) beberapa hal mengenai perubahan pada diri remaja dan
konsep dirinya, sering memberikan dampak yang besar terhadap konsep diri remaja. Bila remaja mengerti
keadaan fisiknya memenuhi syarat yang ditentukan maka akan memberikan keuntungan positif bagi dirinya.
Konsep diri remaja yang positif dapat membantu remaja dalam menghadapi tantangan yang dialaminya. Oleh
karena itu konsep diri bagi remaja merupakan hal yang penting dalam perkembangan hidupnya. Sebaliknya bila
ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan maka dapat memberikan dampak yang negatif berupa tidak puas
terhadap dirinya sendiri. Konsep diri yang dimiliki oleh remaja-remaja berkembang karena interaksi mereka
dengan orang lain di sekitar mereka.
Perubahan-perubahan konsep diri mereka sebagai hasil dari interaksi mereka dengan orang lain di sekitar
mereka atau lingkungan mereka tinggal. Lingkungan tempat tinggal adalah asrama. Di asrama dihuni oleh kelompok
yang mempunyai kesamaan tertentu. Dalam hal ini asrama adalah tempat tinggal remaja yang bersekolah di SMA.
Mereka tinggal di asrama selama mereka menempuh pendidikan SMA tersebut.
Remaja penghuni asrama berusia 15-19 tahun. Mereka mempunyai banyak waktu
untuk berinteraksi dengan teman-teman sebaya mereka sebagai penghuni asrama. Dengan demikian bisa dikatakan
bahwa pengaruh lingkungan mereka atau asrama sangatlah besar dalam pembentukan atau perubahan-perubahan
Menurut Purwaningsih ( 2000 ) setiap penghuni asrama dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan pola
hidup yang berbeda dengan kebiasaan mereka di tengah keluarga, harus menyesuaikan diri dengan pola hidup di
asrama. Menurut Wonombong ( 2005 ) penghuni asrama harus patuh pada semua peraturan dan kegiatan asrama
selama mereka tinggal di asrama. Peraturan-peraturan asrama antara lain adanya jam bertamu, jam pesiar, keluar
masuk asrama dengan alasan yang penting, jadual piket, jam makan bersama, saat belajar tidak boleh berbicara
dan tertawa keras karena akan mengganggu teman yang lain. Kegiatan-kegiatan asrama antara lain kerja bakti,
memelihara taman, kegiatan kerohanian, piket harian dan kegiatan memelihara kesehatan serta kebersihan. Seluruh
tata tertib dan kegiatan ini harus dijalankan oleh remaja sebagai penghuni asrama tersebut. Menurut Rini ( dalam
Komunikasi FIC, 1996 ) kehidupan di asrama memberinya manfaat dan membantu pertumbuhan dan
perkembangan pribadinya, dimana belajar hidup disiplin, bertanggung jawab dan mandiri dengan orang lain yang
bersebaya dengan dia di asrama tersebut. Menurut Alberta (2004 ) penghuni asrama belajar hidup teratur, mandiri
dan bersosialisasi. Kehidupan di asrama ikut berperan dalam mengupayakan serta memacu remaja yang tinggal di
asrama lebih giat belajar. Menciptakan tempat dan suasana belajar yang kondusif, memotivasi dan meningkatkan
keteraturan serta kedisplinan belajar, serta membentuk kelompok belajar dan diskusi dengan teman-teman mereka
di asrama.
Kelompok sebaya merupakan dunia nyata kawula muda yang menyiapkan panggung
untuk menguji diri sendiri dan orang lain. Dalam kelompok sebaya mereka merumuskan dan memperbaiki konsep
dirinya dan disinilah di nilai orang lain yang sejajar dengan dirinya dan tidak memaksakan sanksi-sanksi dunia
dewasa yang justru ingin dihindari. Kelompok sebaya memberikan sebuah dunia tempat kawula muda dapat
melakukan sosialisasi dalam suasana di mana nilai-nilai yang berlaku bukanlah nilai-nilai yang ditetapkan oleh orang
dewasa melainkan oleh teman-teman sebaya. Jadi dalam masyarakat sebaya inilah remaja memperoleh dukungan
untuk memperjuangkan emansipasi dan di situ pulalah ia dapat menemukan dunia yang memungkinkannya
bertindak sebagai pemimpin apabila dia mampu melakukannya ( Horrocks dan Benimoff dalam Hurlock 1980)
Remaja yang tinggal di asrama, dalam hal ini remaja putri yang tinggal di asrama. Mereka bertemu dengan
Dalam penelitian ini, akan dilihat bagaimana konsep diri remaja putri yang bertempat tinggal di asrama.
Subyek dalam penelitian ini adalah remaja putri kelas 2 SMA berusia antara 15-17 tahun karena remaja putri
sering merasa cemas dengan lingkungan baru. Lingkungan baru tersebut adalah asrama, yang merupakan tempat
tinggal mereka selama menempuh pendidikan SMA. Bagi mereka yang menempuh pendidikan SMA dan
bertempat tinggal di asrama berada dalam suatu kondisi yang berbeda dengan kondisi di rumah. Di mana, mereka
yang tinggal di asrama harus mematuhi tata tertib di asrama. Seperti adanya lonceng saat bangun dari tidur dan
ada hari-hari tertentu boleh meninggalkan asrama.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana tingkat Konsep Diri pada remaja putri kelas 2 SMA yang tinggal di asrama?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat konsep diri remaja putri kelas 2 SMA
yang tinggal di asrama..
D. Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis yaitu diharapkan dapat bermanfaat untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan yang berhubungan dengan Psikologi Perkembangan dan Psikologi Kepribadian.
Manfaat Praktis yaitu penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembimbing
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Remaja1. Pengertian Remaja
Piaget ( dalam Hurlock 1996 ) mengatakan bahwa secara psikologis, masa remaja
adalah usia di mana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, di mana anak tidak lagi merasa di bawah
tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada di tingkat yang sama. Istilah “ adolescere” ( kata bendanya,
adolescentia yang berarti remaja ) berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa, di mana dengan istilah
adolescence mempunyai arti lebih luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik.
Menurut Calon ( dalam Monks 1996 ) masa remaja adalah suatu masa transisi atau
peralihan karena remaja belum memperoleh status orang dewasa tetapi tidak memiliki status kanak-kanak.
Menurut Erikson ( dalam Cremers 1989 ) masa remaja sebagai periode lingkaran hidup
di mana setiap pemuda harus menciptakan untuk dirinya sendiri suatu perspektif dan orientasi sentral, suatu
kesatuan psiko sosial yang berfungsi baik dengan mengolah pengaruh sisa-sisa masa kanak-kanaknya dan
harapan-harapan masa yang diantisipasinya.
Monks ( 1996 ) mengungkapkan mengenai semua aspek perkembangan dalam masa
remaja yang secara global berlangsung antara umur 12 tahun sampai 21 tahun, dengan pembagian sebagai berikut :
12-15 tahun masa remaja awal, 15-18 tahun masa remaja pertengahan dan 18-21 tahun masa remaja akhir.
Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa masa remaja adalah usia
individu saat berinteraksi dengan masyarakat dewasa dan merasakan bahwa dia bukan anak-anak lagi dan merasa
setara dengan orang-orang yang lebih tua. Dapat dikatakan bahwa masa remaja adalah masa peralihan / transisi di
mana belum memperoleh status orang dewasa tetapi tidak memiliki status kanak-kanak.
Masa remaja adalah periode lingkaran hidup, harus menciptakan untuk dirinya sendiri
suatu perspektif dan orientasi sentral, suatu kesatuan psikososial yang berfungsi baik dengan mengolah pengaruh
sisa-sisa masa kanak-kanaknya dan harapan-harapan masa yang diantisipasinya. Mengungkapkan semua aspek
2. Ciri-ciri Masa Remaja
Menurut Hurlock ( 1996 ), ciri-ciri masa remaja :
a. Masa remaja sebagai periode yang penting
Pada periode ini remaja mengalami perkembangan fisik yang cepat dan penting disertai dengan cepatnya
perkembangan mental terutama pada awal masa remaja.
b. Masa remaja sebagai masa peralihan
Dalam hal ini status remaja tidak jelas karena tidak disebut anak lagi dan belum saatnya
juga disebut dewasa.
c. Masa remaja sebagai usia bermasalah
Pada periode ini remaja sudah mampu dan tidak mau meminta bantuan pada orang tua,
bahkan kadang-kadang menolak bantuan orang dewasa. Tidak jarang antara remaja dan orang tua sering terjadi
perbedaan pendapat sehingga seringkali ada masalah yang muncul.
d. Masa remaja sebagai periode mencari identitas
Pada periode ini remaja mulai mencari identitas diri dengan berusaha mencari dan
menemukan figur seseorang yang dapat dijadikan idolanya.
e. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan
Kenyataan dalam kehidupan di masyarakat orang dewasa seringkali mengembangkan
pandangan yang cenderung negatif terhadap remaja. Remaja sering takut tidak mampu mengatasi
masalah-masalahnya yang berpengaruh pada konsep dirinya.
f. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik
Pada periode ini remaja sering melihat segala sesuatu sesuai dengan keinginan dan
bukan seperti apa adanya, mereka cenderung bercita-cita tinggi. Mereka kurang mampu bersikap rasional dan
kurang obyektif baik terhadap dirinya maupun lingkungannya. Hal ini sering menyebabkan remaja mengalami
kegagalan dan kekecewaan.
g. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa
Pada periode ini remaja mulai menunjukkan perilaku yang dianggap sebagai tanda status dewasa, yakni
3. Tugas-tugas Perkembangan Remaja
Menurut Havighurst ( dalam Hurlock 1996 ) tugas-tugas perkembangan pada remaja :
a. Mencapai hubungan baru dan lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita.
b. Mencapai peran sosial pria dan wanita.
c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif.
d. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab.
e. Mencapai kemandirian emosional dari orangtua dan orang-orang dewasa lainnya.
f. Mempersiapkan karier ekonomi
g. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga.
B. Konsep Diri
1. Pengertian Konsep Diri
Hardy dan Heyes ( dalam Wijayanti, 2002 ) mengatakan bahwa konsep diri bukan
hanya sekedar gambaran deskriptif saja, melainkan juga penilaian orang tersebut terhadap dirinya. Jadi konsep
meliputi apa yang dipikirkan dan apa yang dirasakan tentang diri individu sendiri. Dengan demikian menurutnya ada
dua komponen dalam konsep diri yaitu konsep diri kognitif atau yang disebut self image dan komponen afektif
yang disebut harga diri atau self esteem.
Fitts dkk ( dalam Wijayanti, 2002 ) mengungkapkan bahwa konsep diri adalah cara
seseorang menilai diri sendiri dari segi acuan internal dan pola acuan eksternal. Pola acuan internal mengandung
aspek penilaian identitas diri, kepuasan diri dan perilaku diri. Pola acuan eksternal mengandung aspek penilaian
dari segi fisik, moral, keluarga, personal dan sosial. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa konsep diri adalah cara
bagaimana seseorang menerima diri sendiri sebagaimana dirasakan, diyakini dan dilakukan baik ditinjau dari nilai
personal, fisik, moral dan keluarga.
Menurut Burns ( dalam Susanto, 2001) konsep diri adalah suatu sistem sadar akan
hal-hal yang dipersepsikan, konsep-konsep dan evaluasi-eveluasi mengenai diri individu. Konsep diri pada
dasarnya merupakan pengertian dan harapan individu mengenai diri yang dicita-citakan dan bagaimana dirinya
dalam realita sesungguhnyam, baik secara fisik maupun psikologis.
Hurlock ( dalam Susanto, 2001 ) mengatakan bahwa konsep diri merupakan
pengertian, harapan dan penilaian seseorang mengenai bagaimana diri yang dicita-citakan dan dirinya dalam realita
yang sesungguhnya secara fisik maupun psikologis. Pengertian atau pengetahuan tentang diri individu-individu
sendiri seperti usia, jenis kelamin, suku atau pekerjaan. Pada saat individu mempunyai satu rangkaian pandangan
lain yaitu kemungkinan menjadi apa di masa mendatang. Individu mempunyai pengharapan bagi dirinya dan individu
sendirilah yang menjadi penilai tentang dirinya sendiri. Penilaian tersebut diartikan seberapa besar individu
menyukai dirinya.
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa konsep diri adalah cara seseorang menilai
dirinya sendiri dari segi acuan internal ( aspek penilaian identitas diri, kepuasan diri dan perilaku diri ) dan segi
eksternal ( penilaian dari segi fisik, moral, keluarga, personal dan sosial ) atau bisa dikatakan bahwa konsep diri
adalah gambaran-gambaran tentang diri mereka. Selain itu konsep diri merupakan pengertian dan harapan individu
2. Aspek-aspek Konsep Diri
Menurut Berzonsky ( dalam Ardani, 2003) untuk mengerti konsep diri seseorang dapat
diketahui melalui penilaian seseorang terhadap dirinya. Penilaian tersebut terdapat dalam aspek-aspek berikut ini :
a. Aspek fisik, dalam hal ini meliputi penilaian individu terhadap segala sesuatu yang dimilikinya seperti tubuh,
pakaian, benda miliknya.
b. Aspek psikis, dalam hal ini terdapat pikiran, perasaan, dan sikap yang dimiliki oleh individu terhadap dirinya
sendiri.
c. Aspek sosial, berisi tentang peranan sosial yang dimainkan individu dan penilaian individu terhadap peranan
tersebut.
d. Aspek moral, dalam hal ini meliputi nilai dan prinsip yang memberi arti serta arah bagi kehidupan seseorang.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Konsep Diri
Menurut Pudjijogyanti ( dalam Ardani, 2003 ) ada 4 hal yang dapat mempengaruhi
Konsep Diri seseorang, yaitu :
a. Citra fisik
Hal ini terbentuk dari refleksi dan tanggapan individu mengenai keadaan fisiknya. Citra fisik merupakan keadaan
fisik secara keseluruhan, misalnya rambut lurus, kulit halus, tubuh gemuk dan sebagainya. Dan individu ada yang
memberi tanggapan didasarkan pada keadaan fisik yang ideal.
b. Jenis kelamin
Penentuan jenis kelamin didasarkan dari fakta-fakta biologisnya. Dari perbedaan peran kedua jenis kelamin
laki-laki atau perempuan akan menimbulkan suatu perbedaan dalam memberikan perlakuan pada kedua jenis
kelamin laki-laki atau perempuan tersebut.
c. Perilaku orang tua
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang membentuk konsep diri. Dalam hal ini di lingkungan keluarga
menanggapi pertama kali perilaku individu. Seperti cara orang tua memenuhi kebutuhan fisik seperti makan, minum,
pakaian dan tempat tinggal, juga kebutuhan psikologis seperti kasih sayang, rasa aman, penerimaan merupakan
faktor yang sangat mempengaruhi perkembangan anak. Pengalaman anak dalam berinteraksi dengan seluruh
anggota keluarga akan mempengaruhi interaksinya dengan orang lain.
d. Faktor sosial
Konsep diri dipengaruhi oleh adanya interaksi individu dengan orang lain disekitarnya dan dipengaruhi oleh
persepsi orang lain terhadap individu maka dapat dikatakan bahwa individu yang berstatus sosial tinggi akan
4. Konsep Diri Positif dan Konsep Diri Negatif
Menurut Brooks dan Emmert ( dalam Rakhmat, 1989 ), Konsep Diri diklasifikasikan
menjadi dua, yaitu Konsep Diri Positif dan Konsep Diri Negatif.
Tanda-tanda orang yang memiliki Konsep Diri Positif :
a. Yakin akan kemampuannya mengatasi masalah.
b. Merasa setara dengan orang lain.
c. Menerima pujian tanpa rasa malu.
d. Menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilakunya yang tidak seluruhnya
disetujui orang lain.
e. Mampu memperbaiki dirinya karena sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadiannya yang tidak
disenanginya dan berusaha mengubahnya.
Tanda-tanda orang yang memiliki Konsep Diri Negatif :
a. Peka terhadap kritik.
b. Responsive sekali terhadap pujian.
c. Bersikap hiperkritis terhadap orang lain.
C. Remaja yang tinggal di Asrama
Menurut Slameto ( dalam Esyah, 2002 ) asrama dapat diartikan dengan rumah
pemondokan atau disamakan dengan tempat kost, tetapi sebuah asrama biasanya memiliki ciri khas yang berbeda
dengan tempat kost. Biasanya yang disebut asrama adalah sebuah rumah pemondokan yang besar yang menerima
banyak anak atau orang yang berhubungan dengan sekolah atau yayasan tersebut. Sebagai remaja, para penghuni
asrama menghadapi berbagai tuntutan dan harapan masyarakat di sekitarnya. Sarwono ( dalam Purwaningsih,
2000 ) menyebutkan beberapa tindakan penyesuaian diri dengan kematangan fisiknya, tuntutan masyarakat dan
aspirasi serta nilai-nilai pribadinya. Mereka juga dituntut mampu menyesuaikan diri dengan dirinya sendiri maupun
dengan lingkungannya. Keberhasilan remaja untuk mengadakan penyesuaian diri secara tepat menimbulkan
perasaan kurang menerima diri, merasa tidak diterima di masyarakat dan sebagainya. Remaja yang tidak dapat
melakukan penyesuaian diri secara tepat dapat mengalami masalah baik masalah pribadi, masalah sosial, maupun
masalah belajar.
Menurut Budiati ( dalam Susriasih, 2001 ) remaja yang tinggal di asrama berada dalam
suatu kondisi yang khas berbeda dengan kondisi rumah keluarga. Siswa yang tinggal di asrama memilki model
perilaku yang sama yang harus dikembangkan dan mendapat bimbingan yang teratur dari pengasuh asrama.
Menurut Wonombong ( 2005 ) kegiatan-kegiatan di asrama antara lain kerja bakti, memelihara taman, kegiatan
kerohanian, piket harian dan memelihara kesehatan serta kebersihan. Seluruh tata tertib dan kegiatan ini harus
dilaksanakan oleh semua penghuni asrama. Menurut Wulantari ( 2003 ) penghuni asrama juga mengalami keluhan
tinggal di asrama, dimana mereka harus taat pada tata tertib di asrama. Seperti adanya lonceng saat bangun
dari tidur, masuk dan keluar kelas dengan lonceng. Hidup selalu diamati-amati. Serta tidak ada jalan yang dapat
dilalui sesuka hati. Menurut Wonombong ( 2005 ) kehidupan di rumah yang penuh dengan perhatian
seperti dapat bermanja-manja dengan ayah, ibu dan saudara-saudara, tidak terlalu dituntut mengerjakan pekerjaan
rumah dan tidak dimarahi bila lupa mengerjakannya. Hidup di asrama tidak dapat bermanja-manja dengan
pengasuh asrama dan tidak bisa hidup seenaknya karena segala sesuatu sudah ada peraturannya sendiri-sendiri.
Jadi tugas remaja di asrama benar-benar menuntut kepada mereka untuk hidup bertanggung jawab pada diri
sendiri dan teman sebaya mereka di asrama.
Menurut Esyah ( 2002 ) asrama merupakan tempat yang layak dan teratur bagi setiap
penghuni asrama. Untuk mengembangkan diri mereka dalam berbagai aspek kehidupan. Diharapkan mampu
mengadakan penyesuaian diri dengan banyak orang. Asrama merupakan tempat penampungan remaja yang
memenuhi syarat tertentu terutama mereka yang memiliki kemauan belajar demi mempersiapkan diri untuk
D. Konsep Diri Remaja yang tinggal di Asrama
Menurut Hurlock ( dalam Bonny, 2002 ) konsep diri adalah gambaran yang dimiliki
orang mengenai dirinya sendiri. Konsep diri merupakan gabungan dari keyakinan yang mereka miliki mengenai diri
mereka sendiri, karakteristik fisik, psikologis, sosial dan emosional, aspirasi dan prestasi. Menurut Dewi (2004)
proses pembentukan konsep diri dimulai dari pengalaman-pengalaman yang dimiliki oleh individu sejak masih kecil.
Konsep diri akan terus berkembang serta dapat berubah baik secara disadari maupun tidak disadari, misalnya
melalui sikap orang tua, lingkungan, maupun pengalaman. Pembentukan ini dapat mengarahkan pada konsep diri
yang positif dan konsep diri yang negatif.
Menurut Windrasanti ( 2002 ) remaja yang berkonsep diri positif mampu melihat dirinya
dengan baik, mampu menahan tekanan negatif yang mengakibatkan stress dan depresi. Mereka bersifat realistik
dan mampu mengerti serta menerima keadaan dirinya. Pengalaman yang mereka temui sehari-hari seperti
pergaulan, kegagalan dan masalah-masalah yang biasa dialami remaja tidak merupakan ancaman dan tidak
menimbulkan kecemasan baginya.
Menurut Heyster (dalam Wulantari, 2003) kehidupan di asrama dengan teman-teman
sebaya menyenangkan. Dapat bercerita tentang segala hal, makan bersama dan rekreasi bersama. Menurut Yulin
(2004) berkelompok dengan teman sebaya merupakan hal pertama kalinya remaja menerapkan prinsip-prinsip
hidup dan bekerja sama di luar lingkungan keluarganya. Remaja mendapat pengaruh yang kuat dari teman sebaya,
mereka mengalami perubahan-perubahan tingkah laku sebagai salah satu usaha penyesuain.
Menurut FX. Sugiarta Pr (dalam Yulin, 2004) hidup di asrama berbeda dengan hidup di
kos. Dan perbedaan yang mendasar adalah adanya tanggung jawab untuk mengurus rumah. Selalu ada aturan atau
tata tertib yang disusun untuk kepentingan bersama. Tujuan dari hal itu adalah untuk membimbing para anggota
asrama, supaya mereka tidak hanya berkembang dalam studi tetapi juga menjadi pribadi yang dewasa. Baik
dewasa dalam iman, moral, maupun sikap sosialnya. Dengan adanya aturan-aturan dalam asrama diharapkan dapat
mengurangi perilaku agresif dan emosi yang baik karena masa remaja merupakan masa penuh dengan gejolak
emosi dan mencari originalitas diri.
Di asrama ada peraturan-peraturan atau tata tertib dan kegiatan-kegiatan di asrama
dengan teman-teman sebaya remaja putri yang tinggal di asrama. Seperti belajar bersama, kerja bakti, memelihara
taman, kerohanian, pertemuan rutin, piket harian dan memelihara kesehatan serta kebersihan. Dari
mendapatkan waktu untuk bergaul dengan teman-teman sebaya. Kedua, mereka semakin menghayati iman melalui
acara doa bersama. Ketiga, mereka bisa menghargai teman-teman sebaya dan mau membahas kepentingan
bersama baik berupa problem maupun gagasan atau saran. Keempat, mereka berusaha tanggap dengan lingkungan
di asrama dan mandiri. Yang terakhir atau kelima, mereka dapat mengembangkan kemampuan akademis menjadi
lebih baik.
Adanya kesempatan–kesempatan tersebut, mereka semakin meningkatkan : kemampuan akademis,
perkembangan emosi dengan bersikap positif dan mau menghargai perasaan orang lain, perkembangan sosial
melalui sikap-sikap yang bertanggung jawab dengan tugas-tugas di asrama dan kemampuan bersosialisasi di
asrama serta di lingkungan sekitar asrama, perkembangan moral dengan menghormati nilai-nilai dan prinsip di
asrama sehingga semakin menguatkan iman mereka. Dengan adanya peningkatan-peningkatan dalam hal-hal
tersebut, remaja-remaja putri yang tinggal di asrama mendapatkan penilaian-penilaian yang lebih baik dari orang
lain. Dapat dikatakan bahwa hal-hal tersebut mempengaruhi pembentukan gambaran atau konsep diri remaja putri
E. Pertanyaan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat konsep diri remaja putri kelas 2 SMA yang tinggal di
asrama. Jawaban sementara atas penelitian ini adalah : konsep diri remaja putri kelas 2 SMA yang tinggal di
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat konsep diri pada remaja putri kelas 2 SMA yang tinggal di
asrama.
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Menurut Mardalis ( dalam Natalia, 2004 )
menyatakan bahwa penelitian deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan mendeskripsikan, mencatat,
menganalisis dan menginterpretasikan kondisi-kondisi yang sekarang ini. Penelitian ini menggunakan data kuantitatif
mengenai variabel yang diperoleh melalui analisis skor jawaban subyek pada skala yang digunakan.
C. Definisi Operasional
Konsep Diri
Konsep diri adalah pandangan seseorang terhadap dirinya sendiri secara keseluruhan yang meliputi empat
aspek yaitu, aspek fisik, aspek psikis, aspek sosial dan aspek mental. Konsep diri ini akan diungkap dengan skala
konsep diri yang disusun oleh peneliti dengan menggunakan empat aspek tersebut ke dalam skala yang terentang
dalam pilihan antara Sangat Sesuai, Sesuai,Tidak Sesuai dan Sangat Tidak Sesuai terhadap pernyataan yang
menunjukkan gambaran kondisi fisik, psikis, sosial dan moral.
Skor total yang diperoleh menunjukkan tinggi rendahnya konsep diri subyek. Semakin tinggi skor total yang
diperoleh, semakin tinggi konsep dirinya. Sebaliknya semakin rendah skor total yang diperoleh, semakin rendah
konsep dirinya.
D. Subyek Penelitian
Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah remaja putri kelas 2 SMA Stella Duce I Yogyakarta tahun
Duce” Jl. Supadi . Peneliti mengambil subyek penelitian remaja putri kelas 2 SMA karena mereka sudah bisa
beradaptasi dan bersosialisasi dengan teman-teman dari berbagai daerah. Mereka juga mulai memahami dan
menaati peraturan-peraturan atau tata tertib di asrama tempat mereka tinggal selama menempuh pendidikan
tersebut.
E. Metode Pengambilan Data
Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah kuesioner skala konsep diri .
Menurut Kartini ( dalam Wijayanti, 2002 ) angket atau kuesioner merupakan metode penyelidikan dengan
menggunakan daftar pertanyaan yang harus dijawab atau dikerjakan oleh subyek penelitian.
Dan skala ini disusun berdasarkan adanya aspek-aspek konsep diri. Menurut Berzonsky ( dalam Ardani,
2003 ) aspek-aspek dalam konsep diri yaitu :
a. Aspek fisik, meliputi penilaian individu terhadap segala sesuatu yang dimilikinya sperti tubuh, pakaian, benda
miliknya.
b. Aspek psikis, dalam hal ini terdapat pikiran, perasaan, dan sikap yang dimiliki oleh individu terhadap dirinya.
c. Aspek sosial, berisi peranan sosial yang dimainkan individu dan penilaian individu terhadap peranan tersebut.
D. Aspek moral, dalam hal ini meliputi nilai dan prinsip yang memberi arti serta arah bagi kehidupan seseorang.
Pemberian Skor Skala Konsep Diri
Untuk mengungkap aspek konsep diri pada remaja kelas 2 SMA yang tinggal di asrama tersebut disajikan
pernyataan-pernyataan dalam bentuk item favorable dan item unfavorable.
Item favorable adalah item yang isinya mendukung, memihak atau menunjukkan ciri adanya atribut yang
diukur. Item unfavorable yang isinya tidak mendukung atau tidak menggambarkan ciri atribut yang diukur.
Item favorable diberi skor yang bergerak dari 4-1 untuk pilihan berturut-turut dari alternatif jawaban sangat
sesuai sampai sangat tidak sesuai. Dan item unfavorable diberi skor yang bergerak dari 1-4 untuk pilihan
berturut-turut dari alternatif jawaban sangat sesuai sampai sangat tidak sesuai.
Item Favorable :
Penskoran Item Favorable dan Unfavorable
Pilihan Jawaban Favorable Unfavorable
Sangat Sesuai (SS) 4 1
Sesuai (S) 3 2
Tidak Sesuai (TS) 2 3
Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 4
Berdasar keempat aspek tersebut maka dibuat 64 item. Penyebaran item-item dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2
Penyebaran Item Skala Konsep Diri
F. Validitas dan Reliabilitas
1. Validitas
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat
ukur dalam menjalankan fungsi ukurnya. Suatu tes atau instrumen pengukur dapat dinyatakan mempunyai validitas
tinggi apabila apabila alat tersebut memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran
tersebut.
Pada penelitian ini pengukuran validitas alat tes yang digunakan adalah metode validitas isi. Validitas isi
merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional, untuk melihat sejauh
mana isi tes mencerminkan atribut yang hendak diukur, sehingga alat tes tersebut tidak keluar dari batas tujuan
ukur. ( Azwar,2001)
Uji Validitas Butir
Peneliti melakukan uji validitas butir untuk mendapatkan item-item yang valid, sehingga item-item tersebut
layak digunakan untuk penelitian. Usaha untuk menemukan validitas dan relibilitas item yang akan digunakan pada
penelitian ini, ditempuh dengan proses uji coba ( try out) pada remaja kelas 2 SMA yang tinggal di asrama.
Pertama pada 10 remaja kelas 2 SMA Stella Duce 2 pada tanggal 22 Juli 2006. Dan kemudian pada 30 remaja
kelas 2 SMA Santa Maria pada tanggal 28 Juli 2006. Jumlah total remaja yang menjadi subyek uji coba ( try out)
sebanyak 40 remaja kelas 2 SMA yang tinggal di asrama.
Penetapan validitas item dari uji coba ( try out) kemudian dianalisis dengan menggunakan korelasi
Product Moment Pearson. Dan batasan minimal yang digunakan adalah 0,30 . Dengan demikian item-item yang
memiliki koefsien korelasi sebesar 0,30 atau diatas 0,30 ( > 0.30 ) dianggap memenuhi kriteria sebagai item yang
valid atau sahih. Dan item-item yang koefsien korelasinya dibawah 0,30 ( < 0,30 ) dianggap item tidak sahih
atau gugur. ( Istanty, 2004)
Berdasarkan hasil penghitungan terhadap 64 kuesioner konsep diri kelas 2 SMA yang tinggal di asrama,
diperoleh 56 item sahih dan 8 item gugur. Dengan demikian jumlah item kuesioner konsep diri remaja kelas 2
Berikut ini disajikan nomor item yang valid dan item yang gugur pada tabel 3.
Tabel 3
Penyebaran Item Skala Konsep Diri Sebelum Uji coba ( try out)
Item Favorable Item Unfavorable Total Item Favorable gugur
Total 32 item 32 item 64 item 6 item 2 item 56 item
* no item gugur
Tabel 4
Penyebaran Item Skala Konsep Diri setelah Uji coba ( try out )
Item Favorable Item Unfavorable Total
Menurut Azwar ( 1998) reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya,
pengukuran yang mempunyai reliabilitas tinggi berarti disebut sebagai pengukuran yang reliabel.
Dalam penelitian ini, reliabilitas skala konsep diri diukur dengan teknik Alpha Cronbach dengan program
SPSS versi 12. Berdasarkan penghitungan tersebut diperoleh reliabilitas item yang valid atau sahih dari skala
G. Metode Analisis Data
Metode analisis data dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk
membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat.( Istanty,2004 ). Statistik deskriptif meliputi penyajian data
melalui tabel, perhitungan modus, median, mean dan standar deviasi serta perhitungan prosentasi ( Hartyana,
2002 ).
Penelitian ini menggambarkan aspek yang akan diteliti melalui pengisian skala. Aspek yang akan
dideskripsikan dalam penelitian ini adalah konsep diri pada remaja putri kelas 2 SMA yang tinggal di asrama.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Kancah Penelitian
Asrama Putri “Stella Duce” adalah asrama pelajar SMA Stella Duce I Yogyakarta yang dikelola oleh
Yayasan Syantikara, yang didirikan oleh Suster-suster Cinta Kasih St. Carolus Borromeus ( CB ) dengan dasar
pendidikan agama Katolik.
Asrama mempunyai tujuan pada warganya untuk mencapai kepribadian yang utuh, mampu menghayati
iman Kristiani, cinta dan menghargai martabat pribadi manusia, mandiri serta tanggap terhadap kebutuhan sesama
dan lingkungan sekitarnya. Menyediakan tempat yang layak, suasana belajar yang teratur, dan tenang kepada
warganya, agar dapat belajar dengan dengan baik, serta menjalankan kegiatan kemasyarakatan.
Dengan memperhatikan batasan-batasan seperti tercantum pada lembar peraturan/ tata tertib warga
menunjang terwujudnya tujuan asrama.
Asrama putri SMA Stella Duce I Yogyakarta mempunyai dua lokasi. Yang pertama Asrama putri SMA
Stella Duce I berlokasi di Samirono. Dan yang kedua Asrama putri SMA Stella Duce I berlokasi di Jl. Supadi.
B. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilakukan di dua asrama putri SMA Stella Duce I yang terletak di Samirono dan Jl. Supadi.
Penelitian dilakukan di kedua tempat supaya jumlah subyek cukup memadai.
Penelitian dilakukan di asrama putri SMA Stella Duce I Samirono pada tanggal 11 September 2006,
dengan menyebar 31 angket skala konsep diri remaja kelas 2 SMA Stella Duce I yang tinggal di asrama Samirono.
Dimana angket tersebut dititipkan kepada suster pendamping di sana. Dan pada tanggal 14 September 2006,
peneliti mengambil angket yang telah disebarkan di Samirono. Angket yang memenuhi persyaratan yakni
menjawab semua item hanya 25. Dikarenakan ada yang opname di rumah sakit dan mengikuti lomba bola basket
di Kalimantan.
Penelitian yang dilakukan di asrama putri SMA Stella Duce I Jl. Supadi pada tanggal 14 September 2006.
Peneliti menyebarkan langsung 33 angket skala konsep diri pada remaja kelas 2 yang tinggal di asrama putri SMA
Stella Duce I Jl. Supadi. Dimana penyebaran angket tersebut dilaksanakan pada pukul 19.30 selesai acara doa
malam.
C. Deskripsi Hasil Penelitian
Mean teoritik adalah rata-rata skor skala penelitian yang diperoleh dari angka yang
menjadi titik tengah skala tersebut melalui pengkalian alat ukur dengan jumlah item.
Penghitungan skala konsep diri sebagai berikut :
Skala konsep diri mempunyai item 56. Mempunyai skor 1, 2, 3, 4. Skor terkecil 1 dan skor tertinggi 4.
X Minimum = 56 x 1 = 56
X Maximum = 56 x 4 = 224
Range = X Maximum – X Minimum
= 168
Mean empirik adalah angka yang merupakan rata-rata skor dari skor data hasil penelitian.
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti memperoleh data yang dapat diperlihatkan pada tabel 5.
Tabel 5
Deskripsi Data Penelitian
Variabel N Mean SD X Max X Min
Konsep Diri 58 164,52 15,891 196 133
Untuk mengetahui tingkat konsep diri dari subyek penelitian, maka dilakukan pembandingan antara mean
teoritik dan mean empirik. Diperlihatkan pada tabel 6, mean teoritik, mean empirik dan standar deviasi ( SD).
Tabel 6
Mean teoritik, mean empirik dan standar deviasi ( SD)
Skala Mean Teoritik SD Mean Empirik SD
Konsep diri 140 28 164,52 15,891
Penentuan kategori konsep diri dilakukan dengan kategorisasi jenjang berdasarkan standar deviasi dan
mean teoritik (Azwar,1999 : 107 ). Dari hasil penelitian tersebut kemudian dilakukan pengelompokkan subyek
penelitian ke dalam lima ketegorisasi.
Kategorisasi tersebut adalah kategorisasi sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah.
Dan kategorisasi tersebut diperlihatkan pada tabel 7.
Norma Kategorisasi Skor
Skor Kategorisasi
X ( m – 1,5 s ) Sangat rendah
( m – 1,5 s ) x ( m - 0,5 s ) Rendah
( m – 0,5 s ) x ( m + 0,5 s) Sedang
( m + 0,5s ) x ( m + 1,5 s) Tinggi
( m + 1,5s ) x Sangat tinggi
Tabel 8 menerangkan kategorisasi skor dari skala konsep diri berdasarkan hasil penghitungan data
penelitian.
Tabel 8
Kategorisasi skor konsep diri
Rentang skor Jumlah subyek Prosentase Kategori
x 98 0 - Sangat rendah
98 x 126 0 - Rendah
126 x 154 15 25,86 % Sedang
154 x 182 32 55,17 % Tinggi
182 x 11 18,96 % Sangat Tinggi
Berdasarkan tabel 8, diperoleh rentang kategori skor konsep diri. Subyek yang termasuk kategori sangat
tinggi berjumlah 11 (18,96%), subyek yang termasuk kategori tinggi berjumlah 32 (55,17 % ) dan subyek
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan mean teoritik dari skala konsep diri didapatkan hasil skor rata-rata 140 dan standar deviasi
28. Menurut mean empirik deskripsi data penelitian, skor rata-rata subyek penelitian konsep diri adalah 164,52
dan standar deviasi sebesar 15,891.
Bisa dikatakan bahwa skor rata-rata mean empirik lebih besar daripada skor rata-rata mean teoritik.
Standar deviasi mean empirik lebih besar daripada standar deviasi mean teoritik
Hal ini menunjukkan bahwa subyek penelitian secara umum memiliki konsep diri tinggi. Dengan nilai
rata-rata yang cukup tinggi ini menunjukkan bahwa remaja putri kelas 2 SMA yang tinggal di asrama memandang
secara positif aspek-aspek dalam konsep diri.
Dari hasil data penelitian tersebut dapat dijelaskan mengenai deskripsi kategorisasi skor skala konsep diri.
Dari hasil data penelitian tersebut diketahui bahwa subyek berjumlah 11 ( 18,96 % ) termasuk kategori sangat
tinggi dan subyek berjumlah 32 ( 55,17 %) termasuk kategori tinggi. Dapat diartikan bahwa mereka mempunyai
pemikiran yang positif dan tinggi pada aspek fisik berupa penilaian mereka terhadap segala sesuatu yang dimiliki,
seperti keadaan tubuh, pakaian dan benda-benda miliknya. Pada aspek psikis menunjukkan bahwa mereka
memandang positif mengenai pikiran, perasaan dan sikap mereka. Terhadap diri mereka sendiri. Dalam aspek
sosial bisa dikatakan bahwa mereka mengetahui bagaimana harus bertingkah laku di lingkungan mereka, di asrama.
Mereka mau menerima dan mematuhi peraturan-peraturan di asrama. Bahkan dalam aspek moral, mereka dapat
dikatakan positif dalam memandang dan melaksanakan peraturan- peraturan di asrama. Menyadari nilai-nilai dan
prinsip dalam peraturan tersebut menuntun mereka berprilaku yang baik pada masa yang akan datang. Aspek
sosial untuk remaja yang berkategori sangat tinggi, berarti mereka memandang diri positif dan mengetahui
bagaimana harus beringkah laku di dalam lingkungan sosial. Dalam hal ini lingkungan sosial mereka adalah asrama
dan sekeliling mereka.
Subyek yang berjumlah 15 ( 25,86 % ) pada kategori sedang berarti dalam aspek fisik merasa mau
menerima keadaan tubuh, pakaian dan benda-benda miliknya diri apa adanya dan merasa cukup tidak kurang
.Aspek psikis mereka dapat dikatakan mempunyai pikiran positif, perasaan positif dan bersikap positif pada diri
mereka sendiri. Dalam aspek moral bisa dikatakan, mereka mulai menyadari nilai dan prisip dalam
peraturan-peraturan di asrama. Aspek sosial mereka tunjukkan bertingkah laku di lingkungan asrama dengan cara
mulai mematuhi peraturan-peraturan di asrama.
Dengan data hasil penelitian tersebut, peneliti ingin membahasnya dengan menghubungkan hasil penelitian
remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa. Menurut Hurlock (1996), masa
remaja sebagai masa peralihan, dimana status remaja tidak jelas karena tidak disebut anak lagi dan belum saatnya
disebut dewasa. Menurut Monks (1996) semua aspek perkembangan dalam masa remaja yang secara global
berlangsung antara umur 12 tahun hingga umur 21 tahun, dan subyek penelitian ini adalah remaja putri kelas 2
SMA yang tinggal di asrama berusia 15- 17 tahun. Bisa dikatakan bahwa mereka masuk dalam tahap –tahap
perkembangan remaja.
Salah satu aspek dalam perkembangan masa remaja adalah aspek-aspek konsep diri. Menurut Berzonsky
( dalam Ardani, 2003 ) untuk mengerti konsep diri seseorang dapat diketahui melalui penilaian seseorang terhadap
dirinya. Penilaian tersebut terdapat dalam aspek-aspek berikut : aspek fisik ( meliputi penilaian individu terhadap
segala sesuatu yang dimilikinya seperti tubuh, pakaian, dan benda miliknya), aspek psikis ( dalam hal ini terdapat
pikiran, perasaan dan sikap yang dimiliki oleh individu terhadap dirinya sendiri ), aspek sosial (peranan –peranan
sosial yang dimainkan individu dan penilaian terhadap peranan tersebut) dan aspek moral ( meliputi nilai dan prinsip
yang memberi arti serta arah bagi kehidupan seseorang ).
Remaja putri yang tinggal di asrama memiliki model perilaku yang sama yang harus dikembangkan dan
mendapat bimbingan yang teratur dari pengasuh mereka di asrama. Dan asrama adalah tempat yang layak dan
teratur bagi setiap penghuni asrama, untuk mengembangkan diri mereka dalam berbagai aspek kehidupan.
Sehingga bisa dikatakan bahwa tugas remaja putri di asrama benar-benar menuntut kepada mereka untuk hidup
bertanggung jawab pada diri sendiri dan teman sebaya sebaya mereka di asrama, diharapkan mereka mampu
mengadakan penyesuaian diri dengan orang lain. Aturan atau tata tertib asrama disusun untuk kepentingan
bersama, dengan tujuan untuk membimbing remaja putri sebagai penghuni asrama, dengan harapan mereka tidak
hanya berkembang dalam bidang studi atau belajar tetapi juga untuk menjadi pribadi yang dewasa, baik dewasa
dalam iman, moral, maupun sikap sosialnya.
Dilihat dari deskripsi data penelitian di atas tampak bahwa subyek penelitian dalam hal ini adalah remaja
putri yang memiliki konsep diri sangat tinggi dan konsep diri tinggi, dapat dikatakan bahwa mereka mempunyai
kepercayaan diri yang tinggi dan penerimaan diri yang baik. Dan subyek penelitian, remaja yang memiliki konsep
diri sedang, bisa dikatakan bahwa mereka mempunyai kepercayaan diri yang cukup dan mau menerima dirinya apa
adanya, tidak tinggi atau rendah menerima keadaan diri mereka.
Seperti menurut Brooks dan Emmert ( dalam Rakhmat, 1999) konsep diri merupakan landasan bagi
seseorang, khususnya remaja untuk bertingkah laku sesuai dengan konsep dirinya, konsep diri tersebut
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif.
Dari data hasil penelitian di atas, bisa dikatakan bahwa subyek penelitian dalam hal ini adalah remaja putri