• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI REMAJA KELAS 2 SMA YANG TINGGAL DI ASRAMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI REMAJA KELAS 2 SMA YANG TINGGAL DI ASRAMA"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI DESKRIPTIF KONSEP DIRI REMAJA

KELAS 2 SMA YANG TINGGAL DI ASRAMA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

di susun oleh :

MM. Prima Hapsari

979114029

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

CHARACTER COUNTS Be careful of your thoughts, for your thoughts become your words.

Be careful of your words, for your words become your deeds.

Be careful of your deeds,

for your deeds become your habits. Be careful your habits,

for your habits become your character Be careful of your character, for your character becomes your destiny.

( Rm Ageng Marwata SJ, April 2005)

Hasil karya ini kupersembahkan kepada :

Jesus Kristus dan Bunda Maria

Mbah kakungku tersayang Alm. Tarsisius SoejotoBapakku terkasih Johanes Suwaldji

Ibuku tercinta Maria Stanislaus Endang PrihatiningsihAdikku tersayang Johanes Prasena Yudhistira

Omku tersayang Alm. Stephanus SoeratnoArwah-arwah leluhurku di Surga

Almamaterku terkasih

(5)

SYUKUR DAN PUJIAN

D a r a h d a n a i r y a n g t e l a h m e m a n c a r

d a r i H a t i K u d u s Y e s u s , s e b a g a i s u m b e r k e r a h i m a n b a g i k a m i , E n g k a u l a h a n d a l a n k u .

Allah adalah tempat perlindungan pada waktu kesesakan, dan pada waktu bahaya, Dia mengangkat aku ke atas gunung batu.

( Mazmur 9:10 ; Mazmur 27:5 )

S e r e n i t y P r a y e r s :

G o d g r a n t me the s e r e n i t y t o a c c e p the t h i n g s .

I c a n n o t c h a n g e the c o u r a g e t o c h a n g e the t h i n g s I c a n A n d W i s d o m t o k n o w the d i f f e r e n c e .

(6)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan kesungguhan bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya

orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, Januari 2007.

Penulis

MM. Prima Haspsari

(7)

ABSTRAK

Studi Deskriptif Konsep Diri Remaja Putri SMA yang tinggal di Asrama

MM. Prima Hapsari Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2007

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep diri remaja putri yang tinggal di asrama Stella Duce Samirono dan di asrama Stella Duce Jl. Supadi. Yogyakarta. Peneliti ingin mengetahui seberapa besar konsep diri remaja yang tinggal di asrama. Dipilihnya tinggal di asrama karena dalam asrama memungkinkan mereka bertemu dan tinggal bersama dengan teman-teman yang berbeda karakter,yang mungkin dapat meningkatkan konsep dirinya. Ada empat aspek konsep diri, yaitu : (1) aspek fisik (2) aspek psikis (3) aspek sosial (4)aspek moral.

Subyek dalam penelitian ini adalah remaja kelas 2 SMA yang tinggal di asrama berusia 15-17 tahun. Remaja yang menjadi subyek penelitian berjumlah 58 orang. Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah skala konsep diri yang disusun oleh peneliti. Dari uji coba kesahihan butir skala penelitian menggunakan Alpha Cronbach menghasilkan reliabilitas sebesar 0,984.

Hasil analisis data diperoleh mean empirik ( 164,52) lebih besar dari mean teoritik ( 140), berarti secara umum subyek penelitian mempunyai konsep diri tinggi, dengan skor jawaban yang bervariasi. Hasil menunjukkan bahwa 11 subyek ( 18,96 %) termasuk kategori “ sangat tinggi “ , 32 subyek ( 55,17 % ) termasuk kategori “ tinggi “ dan 15 subyek ( 25, 86 % ) termasuk kategori “ sedang “.

(8)

ABSTRACT

Descriptive Study Self-Concept of High School Girls Teenager Who Live In Boarding House

MM. Prima Hapsari Sanata Dharma University

Yogyakarta 2007

This survey aimed to know description about self-concept teenager girls who live at Stella Duce boarding-house Samirono and Stella Duce boarding house Supadi street Yogyakarta. Surveyor want to know how much self-concept girls teenager who live at boarding-house. The chosen to live at boarding-house because in boarding-house they able to meet and live with friends from different characters, that might be increase their self-concept. There are four self-concept aspect, that is : (1) Physic aspect ( 2) Psyche aspect (3) Social aspect (4) Morality aspect.

The subject are girls teenager high school at second class, who live in boarding-house, their age are 15-17 year. Total respondent of subject 58 girls teenager. Tool of data collecting in this survey is self-concept scales a range by surveyor. Reliability of skill survey use Alpha Cronbach score is 0,984.

Data analysis result mean emphiric ( 164,52) bigger than mean theoritic (140), that's mean as a whole subject have high self-concept with varians score. There are 11 subject (18,96%) with category “very high” , 32 subject (55,17%) with category “high” and 15 subject with category “middle”.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Bapa di Surga atas segala berkat, karunia dan terang Roh

Kudus-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana

Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Skripsi ini diberi judul “ Studi Deskriptif

Konsep Diri Remaja Kelas 2 SMA yang tinggal di Asrama “

Proses penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan

bantuan baik berupa saran, nasehat, bimbingan, pemikiran, waktu tenaga dan dukungan baik secara moril maupun

materi yang penulis terima selama ini. Untuk itu penulis sampaikan terima kasih kepada :

Jesus Kristus dengan Hati-Nya Yang Maha Kudus, membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi

ini.

Bunda Maria Penuh Belas Kasih, mendengarkan keluh kesah penulis dan mengarahkan penulis untuk

tetap bersemangat menyelesaikan skripsi ini.

Rm. Dr.Paulus Suparno, SJ. M.S.T , yang pernah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini.

Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi, M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universita Sanata Dharma

Yogyakarta.

Mbak Titik Kristiyani S.Psi, dosen pembimbing skripsi yang dengan penuh kesabaran dan pemikiran

untuk memberikan bimbingan dan pengarahan awal dalam penulisan skripsi ini.

Mbak Sylvia Carolina M.Y.M, S.Psi, M.Si, dosen pembimbing skripsi sekarang dengan ketulusan hati

meluangkan waktu, tenaga dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.

(10)

Ibu Dra. Lusia Pratidarmanistiti, Ms, meminjamkan buku Kosep Diri Burns dan meluangkan waktu

memberikan nasehat dan masukan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

Dosen-dosen di Fakultas Psikologi yang telah memberi untuk menambah pengetahuan tentang

Psikologi.

Mbak Nanik, pak Gi, mas Gandung dan mas Muji, yang telah membantu dengan pengarahan selama

penulis menyelesaikan studi.

Mbak V. Kristi Hapsari, makasih atas bantuan mengurus surat cuti kuliah dan memberi semangat untuk

menyelesaikan penulisan skripsi ini,

Karyawan-karyawati Perpustakaan Paingan : Pak Sunu (yang pernah mengingatkan penulis tentang

bagaimana mencari buku lewat komputer di Perpustakaan), bu Ningsih, bu Hastuti, pak Rahmadi dan pak

Suwadi. Terima kasih atas bantuan yang diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

Sr. Gabriella CB dan Sr. Marina CB, yang telah memberikan kesempatan dan ijin kepada penulis untuk

mengadakan penelitian di asrama Stella Duce Samirono.

Sr. Trisiani CB, memberi ijin dan membimbing penulis untuk melakukan penelitian di asrama Stella Duce Jl.

Supadi.

Seluruh remaja putri kelas 2 ( XI ) SMA Stella Duce I yang tinggal di asrama Samirono dan Jl. Supadi

yang telah meluangkan waktu, pikiran, perasaan dan tenaganya dalam mengisi angket penelitian.

Sr Lusi OSF memberi kesempatan untuk uji coba penelitian di asrama Santa Maria ; Sr. Veronick dan

bu Umi yang memberikan ijin dan waktu pada penulis untuk uji coba penelitian di asrama Stella Duce 2.

Dr. Wiryawan, Dokter Spesialis bedah syaraf yang telah menghilangkan sel yang menghambat pemikiran

penulis menyelesaikan skripsi ini. Menyarankan kepada penulis untuk latihan menulis membuat karangan untuk

menyelesaikan skripsi.

(11)

Bapakku Johanes Suwaldji ( mengajari menjalin komunikasi dengan orang lain dan mengajari membaca

buku-buku yang bermanfaat dalam kehidupan ) dan ibuku Maria Stanislaus Endang Prihatiningsih ( memberi

masukan-masukan yang bermanfaat/ nasehat), memberikan perawatan dan pengasuhan, mendidik, memberikan

dukungan dengan kasih sayang, dengan penuh kesabaran, doa untuk penulis supaya dapat menyelesaikan skripsi

ini. ( “Don, emosimu dijaga ya “ )

Adikku Johanes Prasena Yudhistira ( Papo), yang memberi semangat kepada penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini. ( “Mbak, hardisk e wis tak dandani file skripsimu wis isa ditulis maneh. Gek digarap

meneh skripsimu “ ) .

Om Hans Supatman, mama Nanik emban baptisku yang mau mendengarkan keluh kesah, Dik Chosa

dan istrinya Pipit. Terima kasih atas perhatian, kasih sayang dan bantuan doa sehingga skripsi bisa dilanjutkan dan

diselesaikan.

Anselmus Derry, memberikan masukan spiritual untuk menambah semangat mengerjakan skripsi,

mendengarkan keluh kesah dan meminjami CD SPSS 12 untuk olah data ; Caecilia Dewi P.A , memberikan

semangat menyelesaikan skripsi padaku. ( Kamu pernah mengajakku ke suatu tempat yang dapat meringankan dan

mengurangi beban. A Nice Place ). Kita bertiga bertualang bersama-sama menjelajahi, mengenal dan menembus

dunia Psikologi.

Sahabat-sahabatku ex TK Pangudi Luhur : Ari Kristanti, memberikan nasehat-nasehat kepadaku

untuk mengatasi masalah-masalah yang kualami dan masih sering sharing bila ada suatu hal di kehidupannya.. (

“Don, tetap semangat bikin skripsi ya” ) ; Kusumodewi, membantuku memahami istilah-istilah dalam statistik,

selalu mengajak bertualang untuk mengenal dan mendalami kehidupan di dunia ini, memberi kado novel “ Va Dove

Ti Porta Il Evore ( Pergilah ke mana Hati membawamu) “ yang memberikan inspirasi untuk menyusun

kalimat-kalimat membentuk suatu paragraf untuk menyelesaikan skripsi.

(12)

Mbak E. Yuni Ika, mau meluangkan waktu mendengarkan keluh kesah saat aku mengalami sesuatu hal.

Sehingga aku tetap semangat menyelesaikan skripsi. ( “ Don, Dia yang memberi dan Dia juga yang

menyelesaikan-Nya “).

Sahabat-sahabat seperjuanganku : Anggun Budoyo, memberikan hand out mengenai SPSS

cara-cara mengolah data. Sharing mengenai suka duka skripsi yang kita hadapi dan pengalaman-pengalaman suka

duka yang pernah dialami. (“ Don, keep fighting and never give up “ ) ; Yessy 'Cicik' Yulianti, meminjami

buku mengenai statistik ( “ Don, gek dirampungke skripsimu “ ) ; Pola, mengarahkan untuk mendalami dan

memahami statistik. ; Dita, saat bingung tentang skripsi masih sharing. ( “Don, semangat ya” ) ; Ode, saat antri

bimbingan skripsi memberikan bantuan menerjemahkan cara penghitungan statistik hasil data penelitian.; Siwi,

setiap kali bertemu di kampus saling memberikan semangat untuk menyelesaikan skripsi . ; Emi, memberiku saran

yang berkaitan dengan skripsi ini; Dian, menemani berburu berita via internet untuk mendapatkan artikel yang

berkaitan dengan skripsi. Semoga setelah perjuangan kita berakhir, persahabatan kita tetap abadi dan tidak luntur

oleh waktu.

Teman-temanku di Psikologi : Mas Agung Saputro ( memberi masukan tentang bagaimana cara-cara

dalam menyerahkan proposal ), Ayu dan Andre ( kapan ada “undangan”), Dyas, Toni “Inot” ( memberikan

kenang-kenangan VCD “ Sleepless In Seatle” sebagai penghibur saat skripsi mentok ), Yulin ( aku masih

semangat Yulin ), Dhanik ( Don, semangat ya pasti skripsimu selesai ), Yunik, Ulin, Ina, Danik, Dea, Radix,

Meika ' Mekong ', Ian, Andhiati, Ega, mas Chandra, Eni dan mas Dicky, Rani, Ria, Dian. Terima kasih

atas bantuan doanya sehingga bisa melanjutkan dan menyelesaikan skripsi. Dan semoga kita masih terus berteman,

berkomunikasi dan tidak luntur oleh waktu.

Teman-temanku : Riris Psikologi USD '97, Antik Psikologi USD '97 , Senia Psikologi USD '01 (

Mbak, pelan-pelan dan tetap semangat pasti skripsinya bisa selesai ) dan Puput Psikologi UWM '98 . Kalian

semua meminjamkan buku-buku Psikologi yang bermanfaat untuk menyelesaiakan skripsi ini.

(13)

Teman-teman Psikologi Angkatan : 96, 97, 98, 99, 00 dan 01. Tidak dapat disebutkan satu persatu.

Terima kasih atas pertemanan kalian selama ini..

Keluarga besar Tarsisius Soejoto : Mbah putri MM. Soebandiyah, Oom Bambang ( membantu

dan mengijinkan murid-murid di kelasnya untuk mengisi kuesioner dalam satu mata kuliah yang kutempuh) dan

bantuan doa sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

Oom Yadi dan Bulik Yatik, yang telah memberi perhatian dan bantuannya dengan ikhlas. Sehingga

penulis bisa menyelesaikan skripsi.

Bulik Theresia Ruminingsih, memberikan perhatian dan bantuan doa. Sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi.

Sepupu-sepupuku trah Ignatius Sarno Satroprayitno dan trah Tarsisius Soejoto : Dik Dinar dan

mas Ipam , Novi ( sama-sama suka liat kereta api yang dapat memberikan kesejukan di pinggir rel belakang

rumah simbah Bagelen), Agung ( meminjami komputer di kosnya sewaktu ada hambatan di komputerku sendiri

yang menghalangi penulisan skripsi ), Deni, Siska ( memberitahu mengenai cara-cara menyusun skor penelitian ),

Siska “ Chika ” ( Ayo mbak semangat mengerjakan skripsi ), Didit, Nia ( masih mau sharing ), Andre, Silvia

“Ipi” ( ngirimi doa-doa by sms yang memberiku semangat ), Petra ( selalu menanyakan keadaan skripsi), Dicky,

Pius, Dania, Ima dan Edu. Dengan perhatian, rasa sayang dengan tulus dan ikhlas membantu , serta mendoakan supaya penulis dapat menyelesaikan skripsi

Saudara-saudaraku di Bagelen : Agnes, Peni, Gita, Sisil, Uul, Nadia dan Bayu. Memberiku

kecerahan dan menghibur penulis untuk menyelesaikan skripsi.

(14)

Saudara-saudaraku di Klaten : Mbah Warso putri, Mbah Pono kakung, budhe Prapti, budhe An,

pakdhe Tanto dan budhe Widi, pakdhe Teguh dan budhe Lis, Mbak Yeni ( tiap kali bertemu selalu

menanyakan skripsiku ) , Mas Delis, Puri, Eli, Tika dan Lidia. Memberikan keceriaan dan menghibur penulis

saat mengalami kesulitan serta memberikan semangat untuk menyelesaikan skripsi.

Sahabat-sahabatku di Pringwulung “ Transit home “, Denty ( selalu memberikan dukungan kepada

penulis untuk menyelesaikan skripsi ), Delis “ little honey Bunny “ (memberi masukan tentang suatu hal dalam

kehidupan ), dan Desty ( memberikan kecerahan ). Kalian semua memberikan perhatian dan memberikan

dorongan dengan bantuan doa sehingga penulis bisa melanjutkan dan menyelesaikan skripsi.

Aan PBI'00 ( pacar adikku ), makasih pernah meminjamkan buku-buku tentang psikologi di perpustakaan

Mrican. Dan menghibur menyelesaikan skripsi ini.

Sr Yusta CB, Sr Sisilio CB dan mbak Magda, memberikan dorongan menumbuhkan semangat dan

bantuan doa sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi.

Rm Ageng Marwata SJ ( “Don, kapan wisuda ?) dan Rm Kuntoro SJ ( “ pelan tapi pasti

skripsimu bisa selesai “ ), dengan perhatian memberikan doa yang bisa membimbing penulis untuk menyelesaikan

skripsi.

Teman-temanku ex SD Pangudi Luhur, ex SMP Pangudi Luhur I dan ex SMA Pangudi Luhur :

Vita ( yang mau meluangkan waktu memberikan bantuan kepada penulis saat mengalami hambatan ), Tika,

Dhini, Anna “ Ninuk”, Adhit, Ari “Gondhes “( lukisan yang kamu berikan memberikan kesejukan ), Panji,

Novi Widiastuti, Forta Satriya (masih mau sharing dan memberikan semangat pada penulis untuk menyelesaikan

skripsi) , Dino, Danang dan adiknya Niken, Ristia Irawati, Retno, Rianty Bere, Harda dan Murni( dan

buah hati mereka : Tita dan Bagas), Ronggo, Aryo dan Santi. Dengan perhatian dan keikhlasan hati kalian

semua mendoakan penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.

(15)

Teman-temanku di Panembahan : Mbak Yani ( meluangkan waktu curhat satu sama lain dan

membantu menemani saat uji coba penelitian) dan adik-adiknya( Novi, basis Saujana band dan Yuli) Makasih

komunikasinya , Vella ( makasih atas bantuan kamu selama ini ), Antiex ( masih mau mendengarkan curhat), Tya

( masih sharing) dan Bhisma., Lusi, Novi, Putri, Ninik, Bayu 'Bayem', Beni, Eni, Vita, Mema, Anca,

Tesa, Dedek, Putri dan Edi, Yanto dan Sri, Ika, Drajat dan Yogi. Dengan perhatian dan doa kalian semua

membuat penulis dapat melanjutkan dan menyelesaikan skripsi.

Adik-adik di Panembahan : Dimas, Laras “Yayas, Putri dan Salsa “cabok” , Eva, Salma dan

Kiki, Isti, Noel, Citra, Chaca, Sita dan Nia., Aisyiah “Ayik” Senja dan Nadia serta Pingkan. Kalian semua

menghibur dengan tawa dan tangis kalian semua menginspirasi penulis untuk menyelesaikan sripsi.

Rm Kristyanto Pr ( menemani saat ada suatu kejadian dan menumbuhkan semangat untuk menyelesaikan

skripsi ) dan Rm. Riana Prabdi Pr ( “menyelesaikan skripsi pelan-pelan tapi jelas tujuan hal tersebut, Don” ),

terima kasih atas perhatian dan bantuan doanya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi.

Teman-temanku : Mudika Paroki ST Fransiscus Xaverius Kidul Loji, Lektor

ST. Bonifasius ST. Fransiscus Xaverius Kidul Loji dan Relawan-relawan Caritas Kidul Loji : Maya (

“kapan jalan-jalan ke kebun raya Bogor lagi May? ) Rika, Ardi, Arrow, Dimas, Danang “ Mbendhol ”,

Katrin, Mas Joko Victor, Mas Iwan “gontheng”, Kris, Yogi, Wowok, Septi, Sandi, Tatik

( membantu pembahasan statistik ), Ririn, Riris, Hilla, Aries, Oka, Eka, Lita, Tawang, Vivin, Agnes,

Hesti, Tyas, Ari, Andre, Frater Banu , Genduk, Lidana “Piping “, Aan, Andri, Rudi dan Naga.

Berkomunikasi dengan kalian semua semakin menumbuhkan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

(16)

Teman – teman sepergaulan dan sepermainan : Mbak Rani PBI, Seno, mbak Paulin, Yopa,

Mbak Selli, mbak Lia, Yanti PBI'97, Atik PBI'97, Riri, Rio dan Oki (adiknya), Atik Sing'99, Sam

Farmasi'99, Wening PSE'98, Hani Sing'99, Harli Man'98, Sensi, Guntur dan Bayu. Terima kasih atas

pertemanan kita selama ini.

Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu dan mendukung dalam

penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan, oleh karena itu segala kritik

dan saran yang membangun dari pembaca sangat diperlukan penulis demi perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini

dapat bermanfaat bagi pembaca dan pemerhati Psikologi.

Yogyakarta, Januari 2007

Penulis

MM. Prima Hapsari

(17)

DAFTAR ISI

A. Latar Belakang Masalah……… 1

B. Rumusan Masalah………. 6

3. Tugas-tugas Perkembangan Remaja……… 10

B. Konsep Diri………. 11

1. Pengertian Konsep Diri……….. 11

2. Aspek-aspek Konsep Diri……….. 12

(18)

Halaman

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi Konsep Diri…… 13

2. Konsep Diri Positif dan Konsep Diri Negatif………... 14

B. Remaja yang tinggal di Asrama……… 16

C. Konsep Diri Remaja yang tinggal di asrama………. 18

Skema Konsep Diri Remaja yang tinggal di asrama………. 21

D. Pertanyaan Penelitian………. 22

BAB III METODE PENELITIAN……… 23

A. Tujuan Penelitian……… 23

B. Jenis Penelitian……… 23

C. Definisi Operasional Konsep Diri……… 23

D. Subyek Penelitian……… 24

E. Metode Pengambilan Data……… 24

Pemberian skor Skala Konsep Diri……… . 26

F. Validitas dan Reliabilitas………. 27

1. Validitas……… 27

Uji Validitas Butir……… 28

2. Reliabilitas……… 30

G. Metode Analisis Data……… 30

BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……….. 31

A. Kancah Penelitian……… 31

B. Pelaksanaan Penelitian……… 32

C. Deskripsi Hasil Penelitian……… 32

D. Pembahasan Hasil Penelitian……… 36

(19)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Blue print Skala Konsep Diri……… 25

Tabel 2 Penyebaran Item Skala Konsep Diri……….. 27

Tabel 3 Penyebaran Item Skala Konsep Diri sebelum uji coba ( try out )…. 29 Tabel 4 Penyebaran Item Skala Konsep Diri setelah uji coba ( try out )…... 29

Tabel 5 Deskripsi Data Penelitian………. 33

Tabel 6 Mean teoritik, mean empirik dan standar deviasi (SD)…………... 34

Tabel 7 Norma Kategorisasi Skor………. 34

Tabel 8 Kategori skor Konsep Diri………... 35

(20)

DAFTAR LAMPIRAN

* Lampiran A Skala Uji coba (Try out) Konsep Diri

* Lampiran B Validitas dan Reliabilitas Item valid skala Uji coba

* Lampiran C Skala Konsep Diri Penelitian

* Lampiran D Deskripsi Data Penelitian

* Lampiran E Surat Ijin Penelitian

* Lampiran F Surat Keterangan Penelitian

(21)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masa remaja merupakan masa dengan seribu satu kisah. Pada fase ini seorang remaja mencari jati diri.

Mereka mengalami krisis identitas karena untuk dikelompokkan ke dalam kelompok anak-anak merasa sudah

besar, namun kurang besar untuk dikelompokkan ke dalam kelompok dewasa ( Sadarjoen dalam Kompas, 24 Juli

2005 ). Banyak perubahan muncul atau muncul yang dialami remaja baik perubahan biologis maupun psikologis.

Mereka tidak hanya mengalami perubahan dalam dirinya akan tetapi juga perubahan di luar dirinya seperti

perubahan sikap yang ditunjukkan oleh orang tua, pengasuh, pendidik dan teman sebaya. Mereka berperan

membantu remaja dalam menemukan identitas dirinya. Mereka mengamati dan memberi penilaian terhadap diri

remaja sebagai individu dalam kelompok masyarakat. Erikson ( dalam Gunarsa dan Gunarsa, 1981 ) menegaskan

bahwa identitas remaja sangat ditentukan oleh pengaruh tuntutan lingkungan sosial baik dari orang dewasa maupun

dari teman sebaya.

Remaja memiliki pemikiran tentang siapa diri mereka dan apa yang membuat mereka

berbeda dengan orang lain. Mereka memegang erat identitas dirinya dan berpikir bahwa identitasnya ini bisa

menjadi lebih stabil. Pada masa remaja, orintasi remaja bukan lagi pada keluarga melainkan berubah haluan ke

teman sebaya. Merasa diterima di dalam kelompok tertentu merupakan suatu peristiwa yang sangat bermakna bagi

remaja. Ia akan mengubah sikap dan tingkah laku sehari-hari sesuai dengan kebiasaan teman-temannya, demi

diterima di lingkungan sebayanya.

Menurut Santrock ( 2003 ) nyata atau tidak, berkembangnya pemikiran seorang remaja

mengenai diri dan keunikan dirinya merupakan kekuatan besar dalam hidup. Penjelasan tentang diri akan dimulai

dari informasi mengenai pemahaman diri di mana hal tersebut merupakan gambaran kognitif remaja mengenai

dirinya, dasar dan isi konsep diri. Backus dan Chapian ( dalam Susanto, 2001) mengatakan bahwa konsep diri

(22)

bagaimana individu berperilaku dan merasakan hidup ini. Konsep serta pemahaman yang dimiliki individu tentang

dirinya justru sangat penting bagi individu untuk bersikap dan bertingkah laku. Menurut Damon dan Hart ( dalam

Santrock, 2003 ) walaupun tidak membentuk identitas pribadi secara utuh, pemahaman diri memberikan dasar

identitas diri yang rasional.

Pada saat seseorang memasuki jenjang keremajaannya maka ia mengalami begitu

banyak perubahan dalam dirinya. Sikap-sikap atau tingkah laku yang ditampilkan juga akan mengalami

perubahan-perubahan dan sebagai akibat sikap orang lain terhadap dirinya juga berubah, menyesuaikan dengan

perubahan yang nampak dirinya. Menurut Rais ( dalam Windrasanti, 2002 ) perubahan yang dialami seseorang

tidak saja menyangkut perubahan yang diamati langsung tetapi juga menyangkut perubahan yang lebih halus yang

tidak dapat segera diamati, salah satunya konsep diri.

Pudjiyogyanti ( 1985 ) menyatakan konsep diri itu terbentuk dari pengalaman individu

dalam berhubungan dengan individu lain. Dalam interaksinya, setiap individu akan menerima tanggapan. Tanggapan

yang diberikan tersebut akan dijadikan pandangan bagi individu yang menilai dan memandang dirinya.

Menurut Windrasanti ( 2002 ) beberapa hal mengenai perubahan pada diri remaja dan

konsep dirinya, sering memberikan dampak yang besar terhadap konsep diri remaja. Bila remaja mengerti

keadaan fisiknya memenuhi syarat yang ditentukan maka akan memberikan keuntungan positif bagi dirinya.

Konsep diri remaja yang positif dapat membantu remaja dalam menghadapi tantangan yang dialaminya. Oleh

karena itu konsep diri bagi remaja merupakan hal yang penting dalam perkembangan hidupnya. Sebaliknya bila

ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan maka dapat memberikan dampak yang negatif berupa tidak puas

terhadap dirinya sendiri. Konsep diri yang dimiliki oleh remaja-remaja berkembang karena interaksi mereka

dengan orang lain di sekitar mereka.

Perubahan-perubahan konsep diri mereka sebagai hasil dari interaksi mereka dengan orang lain di sekitar

mereka atau lingkungan mereka tinggal. Lingkungan tempat tinggal adalah asrama. Di asrama dihuni oleh kelompok

yang mempunyai kesamaan tertentu. Dalam hal ini asrama adalah tempat tinggal remaja yang bersekolah di SMA.

Mereka tinggal di asrama selama mereka menempuh pendidikan SMA tersebut.

Remaja penghuni asrama berusia 15-19 tahun. Mereka mempunyai banyak waktu

untuk berinteraksi dengan teman-teman sebaya mereka sebagai penghuni asrama. Dengan demikian bisa dikatakan

bahwa pengaruh lingkungan mereka atau asrama sangatlah besar dalam pembentukan atau perubahan-perubahan

(23)

Menurut Purwaningsih ( 2000 ) setiap penghuni asrama dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan pola

hidup yang berbeda dengan kebiasaan mereka di tengah keluarga, harus menyesuaikan diri dengan pola hidup di

asrama. Menurut Wonombong ( 2005 ) penghuni asrama harus patuh pada semua peraturan dan kegiatan asrama

selama mereka tinggal di asrama. Peraturan-peraturan asrama antara lain adanya jam bertamu, jam pesiar, keluar

masuk asrama dengan alasan yang penting, jadual piket, jam makan bersama, saat belajar tidak boleh berbicara

dan tertawa keras karena akan mengganggu teman yang lain. Kegiatan-kegiatan asrama antara lain kerja bakti,

memelihara taman, kegiatan kerohanian, piket harian dan kegiatan memelihara kesehatan serta kebersihan. Seluruh

tata tertib dan kegiatan ini harus dijalankan oleh remaja sebagai penghuni asrama tersebut. Menurut Rini ( dalam

Komunikasi FIC, 1996 ) kehidupan di asrama memberinya manfaat dan membantu pertumbuhan dan

perkembangan pribadinya, dimana belajar hidup disiplin, bertanggung jawab dan mandiri dengan orang lain yang

bersebaya dengan dia di asrama tersebut. Menurut Alberta (2004 ) penghuni asrama belajar hidup teratur, mandiri

dan bersosialisasi. Kehidupan di asrama ikut berperan dalam mengupayakan serta memacu remaja yang tinggal di

asrama lebih giat belajar. Menciptakan tempat dan suasana belajar yang kondusif, memotivasi dan meningkatkan

keteraturan serta kedisplinan belajar, serta membentuk kelompok belajar dan diskusi dengan teman-teman mereka

di asrama.

Kelompok sebaya merupakan dunia nyata kawula muda yang menyiapkan panggung

untuk menguji diri sendiri dan orang lain. Dalam kelompok sebaya mereka merumuskan dan memperbaiki konsep

dirinya dan disinilah di nilai orang lain yang sejajar dengan dirinya dan tidak memaksakan sanksi-sanksi dunia

dewasa yang justru ingin dihindari. Kelompok sebaya memberikan sebuah dunia tempat kawula muda dapat

melakukan sosialisasi dalam suasana di mana nilai-nilai yang berlaku bukanlah nilai-nilai yang ditetapkan oleh orang

dewasa melainkan oleh teman-teman sebaya. Jadi dalam masyarakat sebaya inilah remaja memperoleh dukungan

untuk memperjuangkan emansipasi dan di situ pulalah ia dapat menemukan dunia yang memungkinkannya

bertindak sebagai pemimpin apabila dia mampu melakukannya ( Horrocks dan Benimoff dalam Hurlock 1980)

Remaja yang tinggal di asrama, dalam hal ini remaja putri yang tinggal di asrama. Mereka bertemu dengan

(24)

Dalam penelitian ini, akan dilihat bagaimana konsep diri remaja putri yang bertempat tinggal di asrama.

Subyek dalam penelitian ini adalah remaja putri kelas 2 SMA berusia antara 15-17 tahun karena remaja putri

sering merasa cemas dengan lingkungan baru. Lingkungan baru tersebut adalah asrama, yang merupakan tempat

tinggal mereka selama menempuh pendidikan SMA. Bagi mereka yang menempuh pendidikan SMA dan

bertempat tinggal di asrama berada dalam suatu kondisi yang berbeda dengan kondisi di rumah. Di mana, mereka

yang tinggal di asrama harus mematuhi tata tertib di asrama. Seperti adanya lonceng saat bangun dari tidur dan

ada hari-hari tertentu boleh meninggalkan asrama.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana tingkat Konsep Diri pada remaja putri kelas 2 SMA yang tinggal di asrama?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat konsep diri remaja putri kelas 2 SMA

yang tinggal di asrama..

D. Manfaat Penelitian

Manfaat Teoritis yaitu diharapkan dapat bermanfaat untuk mengembangkan ilmu

pengetahuan yang berhubungan dengan Psikologi Perkembangan dan Psikologi Kepribadian.

Manfaat Praktis yaitu penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembimbing

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Remaja

1. Pengertian Remaja

Piaget ( dalam Hurlock 1996 ) mengatakan bahwa secara psikologis, masa remaja

adalah usia di mana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, di mana anak tidak lagi merasa di bawah

tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada di tingkat yang sama. Istilah “ adolescere” ( kata bendanya,

adolescentia yang berarti remaja ) berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa, di mana dengan istilah

adolescence mempunyai arti lebih luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik.

Menurut Calon ( dalam Monks 1996 ) masa remaja adalah suatu masa transisi atau

peralihan karena remaja belum memperoleh status orang dewasa tetapi tidak memiliki status kanak-kanak.

Menurut Erikson ( dalam Cremers 1989 ) masa remaja sebagai periode lingkaran hidup

di mana setiap pemuda harus menciptakan untuk dirinya sendiri suatu perspektif dan orientasi sentral, suatu

kesatuan psiko sosial yang berfungsi baik dengan mengolah pengaruh sisa-sisa masa kanak-kanaknya dan

harapan-harapan masa yang diantisipasinya.

Monks ( 1996 ) mengungkapkan mengenai semua aspek perkembangan dalam masa

remaja yang secara global berlangsung antara umur 12 tahun sampai 21 tahun, dengan pembagian sebagai berikut :

12-15 tahun masa remaja awal, 15-18 tahun masa remaja pertengahan dan 18-21 tahun masa remaja akhir.

Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa masa remaja adalah usia

individu saat berinteraksi dengan masyarakat dewasa dan merasakan bahwa dia bukan anak-anak lagi dan merasa

setara dengan orang-orang yang lebih tua. Dapat dikatakan bahwa masa remaja adalah masa peralihan / transisi di

mana belum memperoleh status orang dewasa tetapi tidak memiliki status kanak-kanak.

Masa remaja adalah periode lingkaran hidup, harus menciptakan untuk dirinya sendiri

suatu perspektif dan orientasi sentral, suatu kesatuan psikososial yang berfungsi baik dengan mengolah pengaruh

sisa-sisa masa kanak-kanaknya dan harapan-harapan masa yang diantisipasinya. Mengungkapkan semua aspek

(26)

2. Ciri-ciri Masa Remaja

Menurut Hurlock ( 1996 ), ciri-ciri masa remaja :

a. Masa remaja sebagai periode yang penting

Pada periode ini remaja mengalami perkembangan fisik yang cepat dan penting disertai dengan cepatnya

perkembangan mental terutama pada awal masa remaja.

b. Masa remaja sebagai masa peralihan

Dalam hal ini status remaja tidak jelas karena tidak disebut anak lagi dan belum saatnya

juga disebut dewasa.

c. Masa remaja sebagai usia bermasalah

Pada periode ini remaja sudah mampu dan tidak mau meminta bantuan pada orang tua,

bahkan kadang-kadang menolak bantuan orang dewasa. Tidak jarang antara remaja dan orang tua sering terjadi

perbedaan pendapat sehingga seringkali ada masalah yang muncul.

d. Masa remaja sebagai periode mencari identitas

Pada periode ini remaja mulai mencari identitas diri dengan berusaha mencari dan

menemukan figur seseorang yang dapat dijadikan idolanya.

e. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan

Kenyataan dalam kehidupan di masyarakat orang dewasa seringkali mengembangkan

pandangan yang cenderung negatif terhadap remaja. Remaja sering takut tidak mampu mengatasi

masalah-masalahnya yang berpengaruh pada konsep dirinya.

f. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik

Pada periode ini remaja sering melihat segala sesuatu sesuai dengan keinginan dan

bukan seperti apa adanya, mereka cenderung bercita-cita tinggi. Mereka kurang mampu bersikap rasional dan

kurang obyektif baik terhadap dirinya maupun lingkungannya. Hal ini sering menyebabkan remaja mengalami

kegagalan dan kekecewaan.

g. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa

Pada periode ini remaja mulai menunjukkan perilaku yang dianggap sebagai tanda status dewasa, yakni

(27)

3. Tugas-tugas Perkembangan Remaja

Menurut Havighurst ( dalam Hurlock 1996 ) tugas-tugas perkembangan pada remaja :

a. Mencapai hubungan baru dan lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita.

b. Mencapai peran sosial pria dan wanita.

c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif.

d. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab.

e. Mencapai kemandirian emosional dari orangtua dan orang-orang dewasa lainnya.

f. Mempersiapkan karier ekonomi

g. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga.

(28)

B. Konsep Diri

1. Pengertian Konsep Diri

Hardy dan Heyes ( dalam Wijayanti, 2002 ) mengatakan bahwa konsep diri bukan

hanya sekedar gambaran deskriptif saja, melainkan juga penilaian orang tersebut terhadap dirinya. Jadi konsep

meliputi apa yang dipikirkan dan apa yang dirasakan tentang diri individu sendiri. Dengan demikian menurutnya ada

dua komponen dalam konsep diri yaitu konsep diri kognitif atau yang disebut self image dan komponen afektif

yang disebut harga diri atau self esteem.

Fitts dkk ( dalam Wijayanti, 2002 ) mengungkapkan bahwa konsep diri adalah cara

seseorang menilai diri sendiri dari segi acuan internal dan pola acuan eksternal. Pola acuan internal mengandung

aspek penilaian identitas diri, kepuasan diri dan perilaku diri. Pola acuan eksternal mengandung aspek penilaian

dari segi fisik, moral, keluarga, personal dan sosial. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa konsep diri adalah cara

bagaimana seseorang menerima diri sendiri sebagaimana dirasakan, diyakini dan dilakukan baik ditinjau dari nilai

personal, fisik, moral dan keluarga.

Menurut Burns ( dalam Susanto, 2001) konsep diri adalah suatu sistem sadar akan

hal-hal yang dipersepsikan, konsep-konsep dan evaluasi-eveluasi mengenai diri individu. Konsep diri pada

dasarnya merupakan pengertian dan harapan individu mengenai diri yang dicita-citakan dan bagaimana dirinya

dalam realita sesungguhnyam, baik secara fisik maupun psikologis.

Hurlock ( dalam Susanto, 2001 ) mengatakan bahwa konsep diri merupakan

pengertian, harapan dan penilaian seseorang mengenai bagaimana diri yang dicita-citakan dan dirinya dalam realita

yang sesungguhnya secara fisik maupun psikologis. Pengertian atau pengetahuan tentang diri individu-individu

sendiri seperti usia, jenis kelamin, suku atau pekerjaan. Pada saat individu mempunyai satu rangkaian pandangan

lain yaitu kemungkinan menjadi apa di masa mendatang. Individu mempunyai pengharapan bagi dirinya dan individu

sendirilah yang menjadi penilai tentang dirinya sendiri. Penilaian tersebut diartikan seberapa besar individu

menyukai dirinya.

Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa konsep diri adalah cara seseorang menilai

dirinya sendiri dari segi acuan internal ( aspek penilaian identitas diri, kepuasan diri dan perilaku diri ) dan segi

eksternal ( penilaian dari segi fisik, moral, keluarga, personal dan sosial ) atau bisa dikatakan bahwa konsep diri

adalah gambaran-gambaran tentang diri mereka. Selain itu konsep diri merupakan pengertian dan harapan individu

(29)

2. Aspek-aspek Konsep Diri

Menurut Berzonsky ( dalam Ardani, 2003) untuk mengerti konsep diri seseorang dapat

diketahui melalui penilaian seseorang terhadap dirinya. Penilaian tersebut terdapat dalam aspek-aspek berikut ini :

a. Aspek fisik, dalam hal ini meliputi penilaian individu terhadap segala sesuatu yang dimilikinya seperti tubuh,

pakaian, benda miliknya.

b. Aspek psikis, dalam hal ini terdapat pikiran, perasaan, dan sikap yang dimiliki oleh individu terhadap dirinya

sendiri.

c. Aspek sosial, berisi tentang peranan sosial yang dimainkan individu dan penilaian individu terhadap peranan

tersebut.

d. Aspek moral, dalam hal ini meliputi nilai dan prinsip yang memberi arti serta arah bagi kehidupan seseorang.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Konsep Diri

Menurut Pudjijogyanti ( dalam Ardani, 2003 ) ada 4 hal yang dapat mempengaruhi

Konsep Diri seseorang, yaitu :

a. Citra fisik

Hal ini terbentuk dari refleksi dan tanggapan individu mengenai keadaan fisiknya. Citra fisik merupakan keadaan

fisik secara keseluruhan, misalnya rambut lurus, kulit halus, tubuh gemuk dan sebagainya. Dan individu ada yang

memberi tanggapan didasarkan pada keadaan fisik yang ideal.

b. Jenis kelamin

Penentuan jenis kelamin didasarkan dari fakta-fakta biologisnya. Dari perbedaan peran kedua jenis kelamin

laki-laki atau perempuan akan menimbulkan suatu perbedaan dalam memberikan perlakuan pada kedua jenis

kelamin laki-laki atau perempuan tersebut.

c. Perilaku orang tua

Keluarga merupakan lingkungan pertama yang membentuk konsep diri. Dalam hal ini di lingkungan keluarga

menanggapi pertama kali perilaku individu. Seperti cara orang tua memenuhi kebutuhan fisik seperti makan, minum,

pakaian dan tempat tinggal, juga kebutuhan psikologis seperti kasih sayang, rasa aman, penerimaan merupakan

faktor yang sangat mempengaruhi perkembangan anak. Pengalaman anak dalam berinteraksi dengan seluruh

anggota keluarga akan mempengaruhi interaksinya dengan orang lain.

d. Faktor sosial

Konsep diri dipengaruhi oleh adanya interaksi individu dengan orang lain disekitarnya dan dipengaruhi oleh

persepsi orang lain terhadap individu maka dapat dikatakan bahwa individu yang berstatus sosial tinggi akan

(30)

4. Konsep Diri Positif dan Konsep Diri Negatif

Menurut Brooks dan Emmert ( dalam Rakhmat, 1989 ), Konsep Diri diklasifikasikan

menjadi dua, yaitu Konsep Diri Positif dan Konsep Diri Negatif.

Tanda-tanda orang yang memiliki Konsep Diri Positif :

a. Yakin akan kemampuannya mengatasi masalah.

b. Merasa setara dengan orang lain.

c. Menerima pujian tanpa rasa malu.

d. Menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilakunya yang tidak seluruhnya

disetujui orang lain.

e. Mampu memperbaiki dirinya karena sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadiannya yang tidak

disenanginya dan berusaha mengubahnya.

Tanda-tanda orang yang memiliki Konsep Diri Negatif :

a. Peka terhadap kritik.

b. Responsive sekali terhadap pujian.

c. Bersikap hiperkritis terhadap orang lain.

(31)

C. Remaja yang tinggal di Asrama

Menurut Slameto ( dalam Esyah, 2002 ) asrama dapat diartikan dengan rumah

pemondokan atau disamakan dengan tempat kost, tetapi sebuah asrama biasanya memiliki ciri khas yang berbeda

dengan tempat kost. Biasanya yang disebut asrama adalah sebuah rumah pemondokan yang besar yang menerima

banyak anak atau orang yang berhubungan dengan sekolah atau yayasan tersebut. Sebagai remaja, para penghuni

asrama menghadapi berbagai tuntutan dan harapan masyarakat di sekitarnya. Sarwono ( dalam Purwaningsih,

2000 ) menyebutkan beberapa tindakan penyesuaian diri dengan kematangan fisiknya, tuntutan masyarakat dan

aspirasi serta nilai-nilai pribadinya. Mereka juga dituntut mampu menyesuaikan diri dengan dirinya sendiri maupun

dengan lingkungannya. Keberhasilan remaja untuk mengadakan penyesuaian diri secara tepat menimbulkan

perasaan kurang menerima diri, merasa tidak diterima di masyarakat dan sebagainya. Remaja yang tidak dapat

melakukan penyesuaian diri secara tepat dapat mengalami masalah baik masalah pribadi, masalah sosial, maupun

masalah belajar.

Menurut Budiati ( dalam Susriasih, 2001 ) remaja yang tinggal di asrama berada dalam

suatu kondisi yang khas berbeda dengan kondisi rumah keluarga. Siswa yang tinggal di asrama memilki model

perilaku yang sama yang harus dikembangkan dan mendapat bimbingan yang teratur dari pengasuh asrama.

Menurut Wonombong ( 2005 ) kegiatan-kegiatan di asrama antara lain kerja bakti, memelihara taman, kegiatan

kerohanian, piket harian dan memelihara kesehatan serta kebersihan. Seluruh tata tertib dan kegiatan ini harus

dilaksanakan oleh semua penghuni asrama. Menurut Wulantari ( 2003 ) penghuni asrama juga mengalami keluhan

tinggal di asrama, dimana mereka harus taat pada tata tertib di asrama. Seperti adanya lonceng saat bangun

dari tidur, masuk dan keluar kelas dengan lonceng. Hidup selalu diamati-amati. Serta tidak ada jalan yang dapat

dilalui sesuka hati. Menurut Wonombong ( 2005 ) kehidupan di rumah yang penuh dengan perhatian

seperti dapat bermanja-manja dengan ayah, ibu dan saudara-saudara, tidak terlalu dituntut mengerjakan pekerjaan

rumah dan tidak dimarahi bila lupa mengerjakannya. Hidup di asrama tidak dapat bermanja-manja dengan

pengasuh asrama dan tidak bisa hidup seenaknya karena segala sesuatu sudah ada peraturannya sendiri-sendiri.

Jadi tugas remaja di asrama benar-benar menuntut kepada mereka untuk hidup bertanggung jawab pada diri

sendiri dan teman sebaya mereka di asrama.

Menurut Esyah ( 2002 ) asrama merupakan tempat yang layak dan teratur bagi setiap

penghuni asrama. Untuk mengembangkan diri mereka dalam berbagai aspek kehidupan. Diharapkan mampu

mengadakan penyesuaian diri dengan banyak orang. Asrama merupakan tempat penampungan remaja yang

memenuhi syarat tertentu terutama mereka yang memiliki kemauan belajar demi mempersiapkan diri untuk

(32)

D. Konsep Diri Remaja yang tinggal di Asrama

Menurut Hurlock ( dalam Bonny, 2002 ) konsep diri adalah gambaran yang dimiliki

orang mengenai dirinya sendiri. Konsep diri merupakan gabungan dari keyakinan yang mereka miliki mengenai diri

mereka sendiri, karakteristik fisik, psikologis, sosial dan emosional, aspirasi dan prestasi. Menurut Dewi (2004)

proses pembentukan konsep diri dimulai dari pengalaman-pengalaman yang dimiliki oleh individu sejak masih kecil.

Konsep diri akan terus berkembang serta dapat berubah baik secara disadari maupun tidak disadari, misalnya

melalui sikap orang tua, lingkungan, maupun pengalaman. Pembentukan ini dapat mengarahkan pada konsep diri

yang positif dan konsep diri yang negatif.

Menurut Windrasanti ( 2002 ) remaja yang berkonsep diri positif mampu melihat dirinya

dengan baik, mampu menahan tekanan negatif yang mengakibatkan stress dan depresi. Mereka bersifat realistik

dan mampu mengerti serta menerima keadaan dirinya. Pengalaman yang mereka temui sehari-hari seperti

pergaulan, kegagalan dan masalah-masalah yang biasa dialami remaja tidak merupakan ancaman dan tidak

menimbulkan kecemasan baginya.

Menurut Heyster (dalam Wulantari, 2003) kehidupan di asrama dengan teman-teman

sebaya menyenangkan. Dapat bercerita tentang segala hal, makan bersama dan rekreasi bersama. Menurut Yulin

(2004) berkelompok dengan teman sebaya merupakan hal pertama kalinya remaja menerapkan prinsip-prinsip

hidup dan bekerja sama di luar lingkungan keluarganya. Remaja mendapat pengaruh yang kuat dari teman sebaya,

mereka mengalami perubahan-perubahan tingkah laku sebagai salah satu usaha penyesuain.

Menurut FX. Sugiarta Pr (dalam Yulin, 2004) hidup di asrama berbeda dengan hidup di

kos. Dan perbedaan yang mendasar adalah adanya tanggung jawab untuk mengurus rumah. Selalu ada aturan atau

tata tertib yang disusun untuk kepentingan bersama. Tujuan dari hal itu adalah untuk membimbing para anggota

asrama, supaya mereka tidak hanya berkembang dalam studi tetapi juga menjadi pribadi yang dewasa. Baik

dewasa dalam iman, moral, maupun sikap sosialnya. Dengan adanya aturan-aturan dalam asrama diharapkan dapat

mengurangi perilaku agresif dan emosi yang baik karena masa remaja merupakan masa penuh dengan gejolak

emosi dan mencari originalitas diri.

Di asrama ada peraturan-peraturan atau tata tertib dan kegiatan-kegiatan di asrama

dengan teman-teman sebaya remaja putri yang tinggal di asrama. Seperti belajar bersama, kerja bakti, memelihara

taman, kerohanian, pertemuan rutin, piket harian dan memelihara kesehatan serta kebersihan. Dari

(33)

mendapatkan waktu untuk bergaul dengan teman-teman sebaya. Kedua, mereka semakin menghayati iman melalui

acara doa bersama. Ketiga, mereka bisa menghargai teman-teman sebaya dan mau membahas kepentingan

bersama baik berupa problem maupun gagasan atau saran. Keempat, mereka berusaha tanggap dengan lingkungan

di asrama dan mandiri. Yang terakhir atau kelima, mereka dapat mengembangkan kemampuan akademis menjadi

lebih baik.

Adanya kesempatan–kesempatan tersebut, mereka semakin meningkatkan : kemampuan akademis,

perkembangan emosi dengan bersikap positif dan mau menghargai perasaan orang lain, perkembangan sosial

melalui sikap-sikap yang bertanggung jawab dengan tugas-tugas di asrama dan kemampuan bersosialisasi di

asrama serta di lingkungan sekitar asrama, perkembangan moral dengan menghormati nilai-nilai dan prinsip di

asrama sehingga semakin menguatkan iman mereka. Dengan adanya peningkatan-peningkatan dalam hal-hal

tersebut, remaja-remaja putri yang tinggal di asrama mendapatkan penilaian-penilaian yang lebih baik dari orang

lain. Dapat dikatakan bahwa hal-hal tersebut mempengaruhi pembentukan gambaran atau konsep diri remaja putri

(34)
(35)

E. Pertanyaan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat konsep diri remaja putri kelas 2 SMA yang tinggal di

asrama. Jawaban sementara atas penelitian ini adalah : konsep diri remaja putri kelas 2 SMA yang tinggal di

(36)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat konsep diri pada remaja putri kelas 2 SMA yang tinggal di

asrama.

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Menurut Mardalis ( dalam Natalia, 2004 )

menyatakan bahwa penelitian deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan mendeskripsikan, mencatat,

menganalisis dan menginterpretasikan kondisi-kondisi yang sekarang ini. Penelitian ini menggunakan data kuantitatif

mengenai variabel yang diperoleh melalui analisis skor jawaban subyek pada skala yang digunakan.

C. Definisi Operasional

Konsep Diri

Konsep diri adalah pandangan seseorang terhadap dirinya sendiri secara keseluruhan yang meliputi empat

aspek yaitu, aspek fisik, aspek psikis, aspek sosial dan aspek mental. Konsep diri ini akan diungkap dengan skala

konsep diri yang disusun oleh peneliti dengan menggunakan empat aspek tersebut ke dalam skala yang terentang

dalam pilihan antara Sangat Sesuai, Sesuai,Tidak Sesuai dan Sangat Tidak Sesuai terhadap pernyataan yang

menunjukkan gambaran kondisi fisik, psikis, sosial dan moral.

Skor total yang diperoleh menunjukkan tinggi rendahnya konsep diri subyek. Semakin tinggi skor total yang

diperoleh, semakin tinggi konsep dirinya. Sebaliknya semakin rendah skor total yang diperoleh, semakin rendah

konsep dirinya.

D. Subyek Penelitian

Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah remaja putri kelas 2 SMA Stella Duce I Yogyakarta tahun

(37)

Duce” Jl. Supadi . Peneliti mengambil subyek penelitian remaja putri kelas 2 SMA karena mereka sudah bisa

beradaptasi dan bersosialisasi dengan teman-teman dari berbagai daerah. Mereka juga mulai memahami dan

menaati peraturan-peraturan atau tata tertib di asrama tempat mereka tinggal selama menempuh pendidikan

tersebut.

E. Metode Pengambilan Data

Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah kuesioner skala konsep diri .

Menurut Kartini ( dalam Wijayanti, 2002 ) angket atau kuesioner merupakan metode penyelidikan dengan

menggunakan daftar pertanyaan yang harus dijawab atau dikerjakan oleh subyek penelitian.

Dan skala ini disusun berdasarkan adanya aspek-aspek konsep diri. Menurut Berzonsky ( dalam Ardani,

2003 ) aspek-aspek dalam konsep diri yaitu :

a. Aspek fisik, meliputi penilaian individu terhadap segala sesuatu yang dimilikinya sperti tubuh, pakaian, benda

miliknya.

b. Aspek psikis, dalam hal ini terdapat pikiran, perasaan, dan sikap yang dimiliki oleh individu terhadap dirinya.

c. Aspek sosial, berisi peranan sosial yang dimainkan individu dan penilaian individu terhadap peranan tersebut.

D. Aspek moral, dalam hal ini meliputi nilai dan prinsip yang memberi arti serta arah bagi kehidupan seseorang.

(38)

Pemberian Skor Skala Konsep Diri

Untuk mengungkap aspek konsep diri pada remaja kelas 2 SMA yang tinggal di asrama tersebut disajikan

pernyataan-pernyataan dalam bentuk item favorable dan item unfavorable.

Item favorable adalah item yang isinya mendukung, memihak atau menunjukkan ciri adanya atribut yang

diukur. Item unfavorable yang isinya tidak mendukung atau tidak menggambarkan ciri atribut yang diukur.

Item favorable diberi skor yang bergerak dari 4-1 untuk pilihan berturut-turut dari alternatif jawaban sangat

sesuai sampai sangat tidak sesuai. Dan item unfavorable diberi skor yang bergerak dari 1-4 untuk pilihan

berturut-turut dari alternatif jawaban sangat sesuai sampai sangat tidak sesuai.

Item Favorable :

Penskoran Item Favorable dan Unfavorable

Pilihan Jawaban Favorable Unfavorable

Sangat Sesuai (SS) 4 1

Sesuai (S) 3 2

Tidak Sesuai (TS) 2 3

Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 4

Berdasar keempat aspek tersebut maka dibuat 64 item. Penyebaran item-item dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2

Penyebaran Item Skala Konsep Diri

(39)

F. Validitas dan Reliabilitas

1. Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat

ukur dalam menjalankan fungsi ukurnya. Suatu tes atau instrumen pengukur dapat dinyatakan mempunyai validitas

tinggi apabila apabila alat tersebut memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran

tersebut.

Pada penelitian ini pengukuran validitas alat tes yang digunakan adalah metode validitas isi. Validitas isi

merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional, untuk melihat sejauh

mana isi tes mencerminkan atribut yang hendak diukur, sehingga alat tes tersebut tidak keluar dari batas tujuan

ukur. ( Azwar,2001)

Uji Validitas Butir

Peneliti melakukan uji validitas butir untuk mendapatkan item-item yang valid, sehingga item-item tersebut

layak digunakan untuk penelitian. Usaha untuk menemukan validitas dan relibilitas item yang akan digunakan pada

penelitian ini, ditempuh dengan proses uji coba ( try out) pada remaja kelas 2 SMA yang tinggal di asrama.

Pertama pada 10 remaja kelas 2 SMA Stella Duce 2 pada tanggal 22 Juli 2006. Dan kemudian pada 30 remaja

kelas 2 SMA Santa Maria pada tanggal 28 Juli 2006. Jumlah total remaja yang menjadi subyek uji coba ( try out)

sebanyak 40 remaja kelas 2 SMA yang tinggal di asrama.

Penetapan validitas item dari uji coba ( try out) kemudian dianalisis dengan menggunakan korelasi

Product Moment Pearson. Dan batasan minimal yang digunakan adalah 0,30 . Dengan demikian item-item yang

memiliki koefsien korelasi sebesar 0,30 atau diatas 0,30 ( > 0.30 ) dianggap memenuhi kriteria sebagai item yang

valid atau sahih. Dan item-item yang koefsien korelasinya dibawah 0,30 ( < 0,30 ) dianggap item tidak sahih

atau gugur. ( Istanty, 2004)

Berdasarkan hasil penghitungan terhadap 64 kuesioner konsep diri kelas 2 SMA yang tinggal di asrama,

diperoleh 56 item sahih dan 8 item gugur. Dengan demikian jumlah item kuesioner konsep diri remaja kelas 2

(40)

Berikut ini disajikan nomor item yang valid dan item yang gugur pada tabel 3.

Tabel 3

Penyebaran Item Skala Konsep Diri Sebelum Uji coba ( try out)

Item Favorable Item Unfavorable Total Item Favorable gugur

Total 32 item 32 item 64 item 6 item 2 item 56 item

* no item gugur

Tabel 4

Penyebaran Item Skala Konsep Diri setelah Uji coba ( try out )

Item Favorable Item Unfavorable Total

Menurut Azwar ( 1998) reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya,

pengukuran yang mempunyai reliabilitas tinggi berarti disebut sebagai pengukuran yang reliabel.

Dalam penelitian ini, reliabilitas skala konsep diri diukur dengan teknik Alpha Cronbach dengan program

SPSS versi 12. Berdasarkan penghitungan tersebut diperoleh reliabilitas item yang valid atau sahih dari skala

(41)

G. Metode Analisis Data

Metode analisis data dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk

membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat.( Istanty,2004 ). Statistik deskriptif meliputi penyajian data

melalui tabel, perhitungan modus, median, mean dan standar deviasi serta perhitungan prosentasi ( Hartyana,

2002 ).

Penelitian ini menggambarkan aspek yang akan diteliti melalui pengisian skala. Aspek yang akan

dideskripsikan dalam penelitian ini adalah konsep diri pada remaja putri kelas 2 SMA yang tinggal di asrama.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kancah Penelitian

Asrama Putri “Stella Duce” adalah asrama pelajar SMA Stella Duce I Yogyakarta yang dikelola oleh

Yayasan Syantikara, yang didirikan oleh Suster-suster Cinta Kasih St. Carolus Borromeus ( CB ) dengan dasar

pendidikan agama Katolik.

Asrama mempunyai tujuan pada warganya untuk mencapai kepribadian yang utuh, mampu menghayati

iman Kristiani, cinta dan menghargai martabat pribadi manusia, mandiri serta tanggap terhadap kebutuhan sesama

dan lingkungan sekitarnya. Menyediakan tempat yang layak, suasana belajar yang teratur, dan tenang kepada

warganya, agar dapat belajar dengan dengan baik, serta menjalankan kegiatan kemasyarakatan.

Dengan memperhatikan batasan-batasan seperti tercantum pada lembar peraturan/ tata tertib warga

(42)

menunjang terwujudnya tujuan asrama.

Asrama putri SMA Stella Duce I Yogyakarta mempunyai dua lokasi. Yang pertama Asrama putri SMA

Stella Duce I berlokasi di Samirono. Dan yang kedua Asrama putri SMA Stella Duce I berlokasi di Jl. Supadi.

B. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilakukan di dua asrama putri SMA Stella Duce I yang terletak di Samirono dan Jl. Supadi.

Penelitian dilakukan di kedua tempat supaya jumlah subyek cukup memadai.

Penelitian dilakukan di asrama putri SMA Stella Duce I Samirono pada tanggal 11 September 2006,

dengan menyebar 31 angket skala konsep diri remaja kelas 2 SMA Stella Duce I yang tinggal di asrama Samirono.

Dimana angket tersebut dititipkan kepada suster pendamping di sana. Dan pada tanggal 14 September 2006,

peneliti mengambil angket yang telah disebarkan di Samirono. Angket yang memenuhi persyaratan yakni

menjawab semua item hanya 25. Dikarenakan ada yang opname di rumah sakit dan mengikuti lomba bola basket

di Kalimantan.

Penelitian yang dilakukan di asrama putri SMA Stella Duce I Jl. Supadi pada tanggal 14 September 2006.

Peneliti menyebarkan langsung 33 angket skala konsep diri pada remaja kelas 2 yang tinggal di asrama putri SMA

Stella Duce I Jl. Supadi. Dimana penyebaran angket tersebut dilaksanakan pada pukul 19.30 selesai acara doa

malam.

C. Deskripsi Hasil Penelitian

Mean teoritik adalah rata-rata skor skala penelitian yang diperoleh dari angka yang

menjadi titik tengah skala tersebut melalui pengkalian alat ukur dengan jumlah item.

Penghitungan skala konsep diri sebagai berikut :

Skala konsep diri mempunyai item 56. Mempunyai skor 1, 2, 3, 4. Skor terkecil 1 dan skor tertinggi 4.

X Minimum = 56 x 1 = 56

X Maximum = 56 x 4 = 224

Range = X Maximum – X Minimum

(43)

= 168

Mean empirik adalah angka yang merupakan rata-rata skor dari skor data hasil penelitian.

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti memperoleh data yang dapat diperlihatkan pada tabel 5.

Tabel 5

Deskripsi Data Penelitian

Variabel N Mean SD X Max X Min

Konsep Diri 58 164,52 15,891 196 133

Untuk mengetahui tingkat konsep diri dari subyek penelitian, maka dilakukan pembandingan antara mean

teoritik dan mean empirik. Diperlihatkan pada tabel 6, mean teoritik, mean empirik dan standar deviasi ( SD).

Tabel 6

Mean teoritik, mean empirik dan standar deviasi ( SD)

Skala Mean Teoritik SD Mean Empirik SD

Konsep diri 140 28 164,52 15,891

Penentuan kategori konsep diri dilakukan dengan kategorisasi jenjang berdasarkan standar deviasi dan

mean teoritik (Azwar,1999 : 107 ). Dari hasil penelitian tersebut kemudian dilakukan pengelompokkan subyek

penelitian ke dalam lima ketegorisasi.

Kategorisasi tersebut adalah kategorisasi sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah.

Dan kategorisasi tersebut diperlihatkan pada tabel 7.

(44)

Norma Kategorisasi Skor

Skor Kategorisasi

X ( m – 1,5 s ) Sangat rendah

( m – 1,5 s ) x ( m - 0,5 s ) Rendah

( m – 0,5 s ) x ( m + 0,5 s) Sedang

( m + 0,5s ) x ( m + 1,5 s) Tinggi

( m + 1,5s ) x Sangat tinggi

Tabel 8 menerangkan kategorisasi skor dari skala konsep diri berdasarkan hasil penghitungan data

penelitian.

Tabel 8

Kategorisasi skor konsep diri

Rentang skor Jumlah subyek Prosentase Kategori

x 98 0 - Sangat rendah

98 x 126 0 - Rendah

126 x 154 15 25,86 % Sedang

154 x 182 32 55,17 % Tinggi

182 x 11 18,96 % Sangat Tinggi

Berdasarkan tabel 8, diperoleh rentang kategori skor konsep diri. Subyek yang termasuk kategori sangat

tinggi berjumlah 11 (18,96%), subyek yang termasuk kategori tinggi berjumlah 32 (55,17 % ) dan subyek

(45)

D. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan mean teoritik dari skala konsep diri didapatkan hasil skor rata-rata 140 dan standar deviasi

28. Menurut mean empirik deskripsi data penelitian, skor rata-rata subyek penelitian konsep diri adalah 164,52

dan standar deviasi sebesar 15,891.

Bisa dikatakan bahwa skor rata-rata mean empirik lebih besar daripada skor rata-rata mean teoritik.

Standar deviasi mean empirik lebih besar daripada standar deviasi mean teoritik

Hal ini menunjukkan bahwa subyek penelitian secara umum memiliki konsep diri tinggi. Dengan nilai

rata-rata yang cukup tinggi ini menunjukkan bahwa remaja putri kelas 2 SMA yang tinggal di asrama memandang

secara positif aspek-aspek dalam konsep diri.

Dari hasil data penelitian tersebut dapat dijelaskan mengenai deskripsi kategorisasi skor skala konsep diri.

Dari hasil data penelitian tersebut diketahui bahwa subyek berjumlah 11 ( 18,96 % ) termasuk kategori sangat

tinggi dan subyek berjumlah 32 ( 55,17 %) termasuk kategori tinggi. Dapat diartikan bahwa mereka mempunyai

pemikiran yang positif dan tinggi pada aspek fisik berupa penilaian mereka terhadap segala sesuatu yang dimiliki,

seperti keadaan tubuh, pakaian dan benda-benda miliknya. Pada aspek psikis menunjukkan bahwa mereka

memandang positif mengenai pikiran, perasaan dan sikap mereka. Terhadap diri mereka sendiri. Dalam aspek

sosial bisa dikatakan bahwa mereka mengetahui bagaimana harus bertingkah laku di lingkungan mereka, di asrama.

Mereka mau menerima dan mematuhi peraturan-peraturan di asrama. Bahkan dalam aspek moral, mereka dapat

dikatakan positif dalam memandang dan melaksanakan peraturan- peraturan di asrama. Menyadari nilai-nilai dan

prinsip dalam peraturan tersebut menuntun mereka berprilaku yang baik pada masa yang akan datang. Aspek

sosial untuk remaja yang berkategori sangat tinggi, berarti mereka memandang diri positif dan mengetahui

bagaimana harus beringkah laku di dalam lingkungan sosial. Dalam hal ini lingkungan sosial mereka adalah asrama

dan sekeliling mereka.

Subyek yang berjumlah 15 ( 25,86 % ) pada kategori sedang berarti dalam aspek fisik merasa mau

menerima keadaan tubuh, pakaian dan benda-benda miliknya diri apa adanya dan merasa cukup tidak kurang

.Aspek psikis mereka dapat dikatakan mempunyai pikiran positif, perasaan positif dan bersikap positif pada diri

mereka sendiri. Dalam aspek moral bisa dikatakan, mereka mulai menyadari nilai dan prisip dalam

peraturan-peraturan di asrama. Aspek sosial mereka tunjukkan bertingkah laku di lingkungan asrama dengan cara

mulai mematuhi peraturan-peraturan di asrama.

Dengan data hasil penelitian tersebut, peneliti ingin membahasnya dengan menghubungkan hasil penelitian

(46)

remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa. Menurut Hurlock (1996), masa

remaja sebagai masa peralihan, dimana status remaja tidak jelas karena tidak disebut anak lagi dan belum saatnya

disebut dewasa. Menurut Monks (1996) semua aspek perkembangan dalam masa remaja yang secara global

berlangsung antara umur 12 tahun hingga umur 21 tahun, dan subyek penelitian ini adalah remaja putri kelas 2

SMA yang tinggal di asrama berusia 15- 17 tahun. Bisa dikatakan bahwa mereka masuk dalam tahap –tahap

perkembangan remaja.

Salah satu aspek dalam perkembangan masa remaja adalah aspek-aspek konsep diri. Menurut Berzonsky

( dalam Ardani, 2003 ) untuk mengerti konsep diri seseorang dapat diketahui melalui penilaian seseorang terhadap

dirinya. Penilaian tersebut terdapat dalam aspek-aspek berikut : aspek fisik ( meliputi penilaian individu terhadap

segala sesuatu yang dimilikinya seperti tubuh, pakaian, dan benda miliknya), aspek psikis ( dalam hal ini terdapat

pikiran, perasaan dan sikap yang dimiliki oleh individu terhadap dirinya sendiri ), aspek sosial (peranan –peranan

sosial yang dimainkan individu dan penilaian terhadap peranan tersebut) dan aspek moral ( meliputi nilai dan prinsip

yang memberi arti serta arah bagi kehidupan seseorang ).

Remaja putri yang tinggal di asrama memiliki model perilaku yang sama yang harus dikembangkan dan

mendapat bimbingan yang teratur dari pengasuh mereka di asrama. Dan asrama adalah tempat yang layak dan

teratur bagi setiap penghuni asrama, untuk mengembangkan diri mereka dalam berbagai aspek kehidupan.

Sehingga bisa dikatakan bahwa tugas remaja putri di asrama benar-benar menuntut kepada mereka untuk hidup

bertanggung jawab pada diri sendiri dan teman sebaya sebaya mereka di asrama, diharapkan mereka mampu

mengadakan penyesuaian diri dengan orang lain. Aturan atau tata tertib asrama disusun untuk kepentingan

bersama, dengan tujuan untuk membimbing remaja putri sebagai penghuni asrama, dengan harapan mereka tidak

hanya berkembang dalam bidang studi atau belajar tetapi juga untuk menjadi pribadi yang dewasa, baik dewasa

dalam iman, moral, maupun sikap sosialnya.

Dilihat dari deskripsi data penelitian di atas tampak bahwa subyek penelitian dalam hal ini adalah remaja

putri yang memiliki konsep diri sangat tinggi dan konsep diri tinggi, dapat dikatakan bahwa mereka mempunyai

kepercayaan diri yang tinggi dan penerimaan diri yang baik. Dan subyek penelitian, remaja yang memiliki konsep

diri sedang, bisa dikatakan bahwa mereka mempunyai kepercayaan diri yang cukup dan mau menerima dirinya apa

adanya, tidak tinggi atau rendah menerima keadaan diri mereka.

Seperti menurut Brooks dan Emmert ( dalam Rakhmat, 1999) konsep diri merupakan landasan bagi

seseorang, khususnya remaja untuk bertingkah laku sesuai dengan konsep dirinya, konsep diri tersebut

diklasifikasikan menjadi dua, yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif.

Dari data hasil penelitian di atas, bisa dikatakan bahwa subyek penelitian dalam hal ini adalah remaja putri

Gambar

Tabel 1
Tabel 2
Tabel 4
Tabel  5
+2

Referensi

Dokumen terkait

The objectives of this study was to answer two research problems: (1) the correlation between students competence in writing narrative texts in Bahasa Indonesia and their

Hasil tersebut menunjukan bahwa hipotesis diterima sehingga ada pengaruh pelatihan selling skill terhadap kinerja penjualan karyawan AO, dimana setelah mengikuti

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa sifat fisikokimia madu yang paling baik (sesuai SNI) dari desa Bonto Manurung kabupaten

Mendorong benda dari titik A ke titik B sehingga mengalami perpindahan 2 siswa mengganggap orang mendorong suatu benda melakukan usaha, tetapi setelah diadakan treatment siswa

Gill (127) states “a character is someone in a literary work who has some sort of identity (it does not need be a strong one), an identity which is made up by

[r]

Achmad Fuad Abdul Rozak, D 0204016, IKLAN POLITIK CALEG DALAM PERSEPSI PEMILIH PEMULA (Study Deskriptif Kualitatif Tentang Iklan Politik Caleg DPRD II Surakarta

Analisis Kesalahan Siswa Berdasarkan Kategori Kesalahan Menurut Watson Dalam Menyelesaikan Permasalahan Statistika Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 2 Genteng; Nanik Mujayanti,