NILAI
DALAM
JUR FAKUL
INS
AI-NILAI PENDIDIKAN TAUHI
AM BUKU SAMUDERA Al-FATIH
KARYA H BEY ARIFIN
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Diah Fajar Utami
NIM 111-13-267
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
HID
IHAH
NILAI
DALAM
JUR FAKUL
INS
AI-NILAI PENDIDIKAN TAUHI
AM BUKU SAMUDERA Al-FATIH
KARYA H BEY ARIFIN
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Diah Fajar Utami
NIM 111-13-267
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2017
HID
IHAH
MOTTO
ğ`j?
h ğĬ
jŷjķh]h ûǬiȹ`
h
=iŋjŧûŤhȬ
ƅ
h
ۦ
û]j ûǬiȹŴhŲhbôi;
mĵhŒhȹŴhųjɉ hūjɉhəh`biIĵhŲiŋjŧûŤhɆhb
jķ
j ğĬĭ
Aeʼnžjšhķ ü
hƆhʄ hŗ ğŮ hŗûʼnhŪhȯ
͵
Artinya:
“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan
(sesuatu) dengan Dia, dan dia mengampuni dosa yang selain syirik
bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang
mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia
PERSEMBAHAN
Dengan penuh ketulusan hati dan segenap rasa syukur kepada Allah SWT, skripsi ini saya persembahkan kepada:
Ayah dan Ibu tercinta yang senantiasa selalu medo’akan disetiap langkah yang ku tempuh dan senantiasa memberikan dukungan baik secara moral maupun material.
Kakak dan adikku tercinta, Dwi Wulan Sari dan Dwi Yunita Sari, yang selalu memberi semangat dan cinta yang tulus.
Sahabat-sahabatku Siti Qomariah, Inna Laila Rahmah, dan Tri Astutik yang selalu memberi motivasi satu sama lain, Semoga jalan yang kita lalui ini membuahkan hasil sesuai dengan apa yang kita idam-idamkan.
Teman-teman PAI kelas H mb nida, isti, bastia, nurul, lisa, dkk terimakasih untuk pertemuan yang manis dan kekompakan kalian di IAIN Salatiga.
Tak lupa untuk Dwi S yang selalu ada untuk mendorong, membantu dan memberikan semangat untuk melakukan hal-hal yang positif.
KATA PENGANTAR
ِﻢْﯿ ِﺣﱠﺮﻟا ِﻦﻤْﺣ ّْﺮﻟا ِﷲ ِﻢْﺴِﺑ
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat,
taufik, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir
skripsi dengan judul “Nilai-nilai Pendidikan Tauhid dalam Buku Samudera
Al-Fatihah Karya H Bey Arifin.” Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian
persyaratan guna memperoleh gelar sarjana S1 Pendidikan Agama Islam Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak,
maka tidak akan mungkin penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini
dengan lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan (FTIK) IAIN Salatiga.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama
Islam (PAI) IAIN Salatiga.
4. Ibu Dra. Sri Suparwi, M.A selaku Dosen Pembimbing yang telah
membimbing, memberi nasehat, arahan serta masukan-masukan yang
sangat membantu dan membangun dalam penyelesaian tugas akhir ini.
5. Ibu Rr. Dewi Wahyu Mustikasari, S.S., M.Pd selaku dosen
pembimbing akademik yang sabar membimbing dan sabar mendengar
6. Seluruh dosen dan petugas administrasi Jurusan Pendidikan Agama
Islam IAIN Salatiga yang telah banyak membantu selama kuliah dan
penelitian berlangsung.
7. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
8. Terakhir untuk kampus tercinta IAIN Salatiga, terimakasih telah
menjadi bagian terpenting dari perjalanan hidup.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih kurang dari sempurna. Oleh
karena itu penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari
berbagai pihak demi kesempurnaan tugas-tugas penulis selanjutnya. Semoga
skripsi ini bisa memberikan manfaat bagi pembaca dan dunia pendidikan pada
umumnya.
Amin Ya Robbal ‘Alamin
Salatiga, 31 Desember 2016 Penulis
ABSTRAK
Utami, Diah Fajar. 2016.Nilai-nilai Pendidikan Tauhid dalam Buku Samudera Al-Fatihah Karya H Bey Arifin. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Sri Suparwi, M.A.
Kata Kunci : Nilai-nilai, Pendidikan, Tauhid, Samudera Al-Fatihah.
Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan tauhid dalam buku samudera al-fatihah karya H Bey Arifin. Pertanyaan yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah 1) Apa saja nilai-nilai pendidikan tauhid dalam buku samudera al-fatihah? 2) Bagaimana relevansi nilai-nilai pendidikan tauhid dalam buku samudera al-fatihah karya H Bey Arifin dengan praktik pendidikan masa kini?.
Penelitian ini bersifat literature (kepustakaan) yang berfokus pada referensi buku dan sumber-sumber yang relevan. Penelitian dilakukan dengan mencermati sumber-sumber tertentu, mencari, menelaah buku-buku, artikel atau sumber lain yang berkaitan dengan nilai- nilai pendidikan tauhid. Adapun teknik pengumpulan data menggunakan library research, yaitu penelitian perpustakaan dengan langkah-langkah mengumpulkan buku-buku yang ada relevansinya dengan kajian permasalaan. Dalam hal ini penulis menguraikan teks-teks dalam buku Samudera Al-Fatihah yang berhubungan dengan nilai-nilai pendidikan tauhid. Kemudian menjelaskan teks-teks tersebut dan menganalisis penjelasan sesuai dengan rumusan masalah yang ingin dijawab oleh penulis. Dan terakhir menarik suatu kesimpulan sebagai hasil suatu penelitian tentang pokok permasalahan. Dari data-data yang telah diidentifikasi, maka penulis menarik kesimpulan mengenai nilai-nilai pendidikan tauhid.
DAFTAR ISI
LEMBAR BERLOGO ... i
JUDUL ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii
PENGESAHAN KELULUSAN ... iv
DEKLARASI ... v
MOTTO... vi
PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
ABSTRAK ... x
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian... 7
G. Sistematika Penulisan ... 13
BAB II LANDASAN TEORI ... 15
A. Pengertian Nilai Pendidikan Tauhid... 15
B. Dasar dan Tujuan Pendidikan Tauhid... 17
C. Materi Ilmu Pendidikan Tauhid... 21
D. Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan Tauhid... 30
BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN H BEY ARIFIN ... 33
A. Riwayat Hidup H Bey Arifin ... 33
B. Karya-karya H Bey Arifin... 39
C. Sistematika Penulisan Buku H Bey Arifin ... 43
D. Buku Samudera Al-Fatihah ... 44
BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM BUKU SAMUDERA AL-FATIHAH ... 57
A. Nilai-nilai Pendidikan Tauhid dalam Buku Samudera Al-Fatihah Karya H Bey Arifin ... 57
B. Relevansi Nilai-nilai Pendidikan Tauhid dalam Buku Samudera Al-Fatihah dengan Praktik Pendidikan Tauhid Masa Kini... 77
BAB V PENUTUP... 80
A. Kesimpulan ... 80
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN 1. Daftar Pustaka
2. Riwayat Hidup Penulis
3. Nota Pembimbing Skripsi
4. Lembar Konsultasi
5. Surat Keterangan Kegiatan
6. Cover Buku Samudera Al-Fatihah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Tauhid adalah pegangan yang utama dan yang menentukan bagi
kehidupan manusia, karena tauhid sebagai landasan dari setiap amal yang
dikerjakan oleh setiap orang. Seorang manusia akan mendapatkan
kehidupan yang hakiki di akhirat apabila amal yang dilakukannya
berlandaskan tauhidullah, karena itu adalah tuntutan dari ajaran agama
islam (Harun, 2004:3).
Artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” (An-Nahl: 97).
Tauhid tidak hanya sekedar mengenal dan mengetahui bahwa Allah
pencipta alam semesta, tidak hanya mengetahui keberadaan dan
keesaan-Nya, dan tidak pula mengetahui Asma’ dan sifat-Nya. Hakikat tauhid
disini adalah pemurnian ibadah kepada Allah. Maksudnya adalah
dengan mentaati perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, dengan
penuh rasa rendah diri, cinta, harap, dan takut kepada-Nya.
Tujuan manusia diciptakan adalah untuk bertauhid kepada Allah.
Allah Ta’ala berfirman:
Artinya: “Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia mealainkan
supaya mereka menyembah-Ku.”(QS. Adz-Dzariat: 56)
Dari ayat diatas jelas, bahwa Allah menciptakan jin dan manusia
hanya untuk beribadah kepada-Nya. Tidaklah mereka diciptakan untuk
besenang-senang dan menghabiskan waktu untuk duniawinya saja. Mereka
mengakui adanya Allah, tetapi mereka tidak menjalankan perintah dan
bahkan melanggar apa yang dilarang Allah. Selain itu, mereka juga
menunda-nunda sholat demi pekerjaannya. Padahal semua itu datangnya
dari Allah.
Lebih lagi pada masa globalisasi seperti saat ini nampaknya tidak
dapat terlepas dari berbagai perkembangan kemajuan baik pengetahuan,
teknologi, dan informasi serta filsafat dan ideologi. Dalam hal itu, muncul
adanya dampak positif dan negatif. Dampak negatif yang dikhawatirkan
adalah manusia akan cenderung menganggap satu-satunya yang dapat
membahagiakan hidupnya adalah nilai materialnya saja. Sehingga mereka
Dengan adanya masalah tersebut, maka perlu adanya penanaman
tauhid pada setiap individu. Hal tersebut dapat dilakukan melalui
pendidikan tauhid. Pendidikan tauhid dapat diberikan di lingkungan
sekolah maupun lingkungan keluarga. Di Sekolah kini menerapkan adanya
kurikukulum 2013 yang membentuk adanya pendidikan karakter. Dalam
pendidikan karakter yang pertama dan utama yang perlu dibentuk adalah
pendidikan tauhid itu sendiri. Apabila seseorang sudah memahami
pendidikan tauhid dan berkomitmen kepada akidah biasanya
terimplementasi dalam bentuk perilaku, moralitas, visi dan pola pikirnya
dalam kehidupan yang nyata.
Dengan demikian semakin dangkal akidah tauhid seseorang
semakin rendah pula kadar akhlak, watak dan kepribadian, serta
kesiapannya menerima konsep Islam sebagai way of life. Sebaliknya
bilamana akidah seseorang telah kokoh, maka itu akan terlihat dalam
operasionalnya. Setiap konsep dari islam pasti akan diterima secara utuh
dan lapang dada, tanpa rasa keberatan dan terkesan mencari alasan-alasan
untuk menolaknya, itulah sikap muslim sejati (Rasyid, 1988:15-16).
Keutaman Pendidikan tauhid bagi manusia adalah untuk
menjadikan manusia yang utuh dan menjadi manusia yang mengabdi
kepada Sang Maha Pencipta, menjadi manusia demi manusia yang lain
dan alam semesta. Karena pada dasarnya, dalam masa kandungan pada
usia tiga bulan sepuluh hari dihembuskan ruh Allah dan sekaligus adanya
manusia lahir ke dunia telah memiliki potensi-potensi ilahiyah, namun
potensi tersebut masih tersimpan dalam diri manusia. Hal itu perlu
direalisasikan secara nyata agar manusia mengerti hakekat dan tujuan
hidup sebenarnya.
Sedangkan tujuan pendidikan tauhid menurut Chabib Thoha adalah
untuk meningkatkan ketaqwaan kepada Allah Yang Maha Esa dan untuk
menginternalisasikan nilai ketuhanan sehingga dapat menjiwai lahirnya
nilai etika insani (Thoha, 1997:72).
Pokok-pokok pembahasan ilmu tauhid meliputi tiga hal, yaitu
ma’rifat al-mabda’, ma’rifat al-wasitah, dan ma”rifat al-ma’ad. Ma’rifat
al-mabda’adalah mepercayai dengan penuh keyakinan bahwa penciptaan
alam adalah Allah Yang Maha Esa. Ma’rifat al-wasitah adalah
mempercayai tentang para utusan Allah. Ma”rifat al-ma’ad adalah
mempercayai adanya kehidupan abadi di akhirat (Ensiklopedi Islam,
2003:90).
Dalam Skripsi ini penulis akan membahas tentang nilai-nilai
pendidikan tauhid dalam buku Samudera Al-Fatihah karya H Bey Arifin.
Penulis menggunakan buku ini, karena didalam buku ini permasalahan
diuraikan secara jelas dan terperinci. Dalam buku Samudera Al-Fatihah
berisi tentang penafsiran surat Al-Fatihah. Dalam penulisannya H. Bey
Arifin menggunakan pemikiran beberapa tokoh, tetapi beliau juga
dengan berbagai hal seperti: mengenai ilmu astronomi, ilmu biologi, juga
mengenai peribadatan seperti pembahasan mengenai bible dan ahlu kitab.
Dalam buku Samudera Al-Fatihah dijelaskan mengenai berbagai
permasalahan, di setiap permasalahan itu membuat seseorang agar ingat
dengan kekuasaan Allah. Seperti halnya dalam kutipan berikut:
“Demikianlah besarnya rahmat Allah yang telah memutar bumi di kelilingi matahari dan memiringkannya ke Utara dan Selatan. Satu rahmat besar yang harus diingat-ingat, jangan hendaknya lupakan saja, agar kita selalu dalam keadaan bersyukur terhadap Allah. Sehingga selalu pula dalam keadaan taat dan patuh menjalankan ibadah yang diperintahkan-Nya. Hanya orang-orang yang tak memikirkan ini semualah yang berat baginya mengerjakan ibadah berupa shalat dan puasa Amat berat baginya untuk membungkukkan badan kepada Allah, tetapi amat ringan membungkuk-bungkukkan badan mengambil bola tennis. Berat baginya sembahyang dan puasa, tetapi ringan saja baginya melakukan gerak jalan ratusan kilometer jauhnya atau mendaki puncak gunung yang tinggi.”
Dari kutipan itu jelas, bahwasannya Allah penguasa segala alam
raya. Allah menciptakan sesuatu dengan sempurna tanpa ada cacat
sedikitpun. Apabila Allah tidak memiringkan bumi ke Utara maupun ke
Selatan maka tidak akan terjadi pergantian musim. Hal itu menyebabkan
manusia tidak dapat bertahan hidup.
Fenomena dan kejadian di alam ini dapat menyadarkan seseorang
untuk selalu mengingat Allah. Begitulah H. Bey Arifin dalam menyajikan
buku ini, dengan menyajikan sesuatu yang akan membuat pembacanya
untuk selalu kagum kepada Sang Maha Pencipta yaitu Allah SWT. Hal
yang demikian akan meningkatkan rasa keimanan dan ketaqwaan kepada
Pendidikan tauhid yang bisa diterapkan kepada peserta didik di
sekolah yaitu menjelaskan dengan nyata kejadian nyata atas kebesaran
Allah yang telah ditunjukan ini. Apabila pendidikan tauhid hanya
dijelaskan melalui cerita saja peserta didik akan ragu dan akan bertanya
mengapa yang demikian itu terjadi. Berbeda dengan menunjukkan
kejadian yang nyata terjadi di alam ini, peserta didik tidak akan ragu dan
yakin bahwa semua itu bersumber dari Allah dan yang patut disembah
hanyalah Allah.
Dari latar belakang diatas, penulis tertarik untuk menggali
nilai-nilai pendidikan tauhid dalam buku Samudera Al-Fatihah ulasan-ulasan
pemikiran H. Bey Arifin dan beberapa tokoh lainnya. Dimana agar selalu
berada dalam jalan kebenaran. Untuk itu, maka dalam penelitian ini
penulis memberi judul: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM
BUKU SAMUDERA AL-FATIHAH KARYA H BEY ARIFIN. Penulis
akan berusaha mengulas nilai-nilai pendidikan tauhid yang ada dalam
bukuSamudera Al-Fatihah.Diharapkan nantinya dapat dijadikan referensi
dalam pembimbingan tauhid para pelajar dan juga masyarakat umum.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apa saja nilai-nilai pendidikan tauhid dalam buku Samudera
2. Bagaimana relevansi nilai-nilai pendidikan tauhid dalam buku
Samudera Al-Fatihah karya H Bey Arifin dengan praktik
pendidikan tauhid masa kini?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui nilai-nilai pendidikan tauhid yang terkandung dalam
buku Samudera Al-Fatihah.
2. Menemukan relevansi nilai-nilai pendidikan tauhid dalam buku
Samudera Al-Fatihah karya H Bey Arifin dengan praktik
pendidikan tauhid masa kini.
D. Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini dapat dikemukakan menjadi dua
bagian, yaitu:
1. Kegunaan Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi teoritis
bagi dunia pendidikan pada umumnya dan khususnya bagi
pengembangan nilai-nilai pendidikan tauhid. Serta menambah
wawasan tentang keberadaan karya sastra yang memuat tentang
pendidikan tauhid.
2. Kegunaan Praktis
Penelitian ini dapat digunakan sebagai landasan, pedoman dan
petunjuk bagi para peneliti pendidikan untuk mengembangkan sebuah
Pendidikan Agama Islam. Selain itu, penelitian ini dapat dijadikan
kontribusi ilmiah sehingga dapat dijadikan referensi untuk
pengembangan penelitian islam pada khususnya.
E. Penegasan Istilah
Untuk menghindari penafsiran dan kesalahpahaman, maka penulis
kemukakan pengertian dan penegasan judul skripsi ini sebagai berikut:
1. Nilai Pendidikan Tauhid
Nilai adalah sesuatu yang dipandang baik, disukai, dan paling
benar menurut keyakinan seseorang atau kelompok orang sehingga
preferensinya tercemin dalam perilaku, sikap dan perbuatannya
(Maslikhah, 2009:106).
Pendidikan adalah suatu usaha yang disadari untuk
mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia, yang
dilaksanakan di dalam maupun di luar sekolah, dan berlangsung
seumur hidup (Sabdulloh, 2014: 5).
Tauhid secara harfiah berarti mengesakan atau menyatukan.
Kata tauhid, yang dikehendaki disini, tidak lain adalah tahidullah,
yang berarti mengesakan Allah, atau dengan kata lain menyatakan
bahwa Allah (Tuhan) itu esa, satu, atau tunggal (Ensiklopedi Islam
Indonesia, 1992: 933).
Tauhid menurut pendapat Muhammad Abduh adalah asal
Esanya Zat Allah, tidak hanya percaya bahwa Allah ada, yang
menciptakan seluruh alam semesta beserta pengaturannya, tetapi
haruslah percaya kepada Allah dengan segala ketentuan tentang Allah
meliputi sifat,asmadanaf ’al-Nya (Zainudin, 1992:1).
Pendidikan tauhid adalah suatu upaya yang keras dan
bersungguh-sungguh dalam mengembangkan, mengarahkan,
membimbing akal pikiran, jiwa, qalbu, dan ruh kepada pengenalan
(ma’rifat) dan cinta (mahabbah) kepada Allah (Hamdani, 2001:10).
Dari beberapa penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan,
bahwa nilai pendidikan tauhid adalah suatu usaha yang disadari untuk
mengembangkan kepribadian dan kemampuan diri yang diyakini
benar oleh stiap orang atau kelompok sehingga dapat menetapkan
keyakinan atas keesaan Allah.
2. Samudera Al-Fatihah
Ini adalah buku yang ditulis oleh H. Bey Arifin pada tahun
1966. Buku ini berisi tentang penafsiran tentang surah Al-Fatihah.
Sistematika yang digunakan adalah pertama mengenai keistimewaan
surah Fatihah, yang kedua menerangkan nama-nama surah
Al-Fatihah, yang ketiga menafsirkan surat sesuai urutan ayat yang ada
dalam surah Al-Fatihah, kemudian penutup dan Bibliografi.
Dalam menuliskan tafsir ini penulis menggunakan banyak
Seperti tafsir Ibnu Katsir, al-Maraghy, Fi Zhilaalil Quraan, al-Kabiir,
Mukhtashar Shahih Muslim, Syarhu Shahih Muslim, dan lain-lain.
Dari uraian dan tulisan yang ada dalam penafsiran H. Bey
Arifin, dapat diketahui bahwa penafsirannya ini menggunakan metode
tahlili. Dimana penulis memberikan uraian dan keterangan jelas
secara terperinci dan urut sesuai ayat per ayat.
Adapun dalam penafsiran yang dilakukan kerap kali mengutip
ayat dan hadis. Akan tetapi berbagai pemikiran baru juga kerap
dimasukkan dalam tulisan tafsirnya. Mulai dari pandangannya
mengenai ayat yang kemudian dihubungkan dengan berbagai hal,
seperti: mengenai ilmu astronomi, ilmu biologi, juga mengenai
peribadatan seperti pembahasan mengenai bible dan ahlu kitab.
F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian
kepustakaan(library research), karena yang dijadikan objek penelitian
adalah buku karya H. Bey Arifin yaitu Samudera Al-Fatihah.
Riset Kepustakaan (library research) adalah penelitian yang
dilakukan di perpustakaan di mana obyek penelitian biasanya digali
lewat beragam informasi kepustakaan berupa buku, ensiklopedi, jurnal
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data
dapat diperoleh (Arikunto, 2006:129). Sumber data yang digunakan
dalam penyusunan proposal ini yaitu sumber data primer, sekunder,
dan tersier dengan rincian sebagai berikut:
a. Data Primer adalah pustaka yang merupakan penjelasan langsung
dari seorang peneliti mengenai kegiatan penelitian yang telah
dilakukannya (Anggoro, 2011:2.11). Adapun sumber primer
dalam penelitian ini adalah buku Samudera Al Fatihah karya H
Bey Arifin yang diterbitkan oleh PT Bina Ilmu.
b. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber
pendukung untuk memperjelas data primer. Yaitu bukuMengenal
Tuhan dan Hidup Sesudah Matikarya H Bey Arifin.
c. Data Tersier adalah sumber lain yang dapat dijadikan sumber
tambahan yang mendukung penelitian ini. Adapun sumber tersier
yaitu berbagai literatur yang berhubungan dengan objek
penelitian, baik itu berupa transkip, buku, artikel di surat kabar,
majalah, tabloid, dan website.
3. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar
untuk memperoleh data yang diperlukan. Adapun teknik pengumpulan
a. Library research (penelitian kepustakaan). Dengan metode ini
peneliti mengumpulkan buku-buku yang berkaitan dengan objek
penelitian.
b. Literatur yaitu salah satu metode pengumpulan data yang
digunakan dalam metodologi penelitian sosial untuk menelusuri
data historis. Selain itu, literatur juga dapat diartikan sebagai
penelitan yang berupa catatan-catatan peristiwa yang sudah berlalu
berupa tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari
seseorang. Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
karya monumental buku Samudera Al-Fatihah karya H. Bey Arifin.
4. Teknik Analisis Data
Metode yang digunakan adalah analisis isi, dengan
menguraikan dan menganalisis serta memberikan pemahaman atas
teks-teks yang dideskripsikan.
Isi dalam metode analisis terdiri atas dua macam, isi laten dan
isi komunikasi. Isi laten adalah isi yang terkandung dalam dokumen
dan naskah, sedangkan isi komunikasi adalah pesan yang terkandung
sebagai akibat komunikasi yang terjadi (Ratna, 2007:48).
Sebagaimana metode kualitatif, dasar pelaksanaan metode isi
adalah penafsiran, sehingga peneliti menekankan bagaimana
memaknai isi komunikasi, memaknai isi interaksi simbolik yang
Dalam penelitian ini, penulis akan mengkaji isi buku Samudera
Al-Fatihahyang mengandung nilai-nilai pendidikan tauhid.
Langkah-langkah yang penulis gunakan dalam pengolahan
data adalah:
a. Langkah deskriptif, yaitu menguraikan teks-teks dalam buku
Samudera Al-Fatihah yang berhubungan dengan nilai-nilai
pendidikan tauhid.
b. Langkah interpretasi, menjelaskan teks-teks dalam buku
Samudera Al-Fatihah yang berhubungan dengan nilai-nilai
pendidikan tauhid.
c. Langkah analisis, yaitu menganalisis penjelasan dari buku
Samudera Al-Fatihah yang berhubungan dengan nilai-nilai
pendidikan tauhid.
d. Langkah mengambil kesimpulan, yaitu mengambil kesimpulan
dari dalam Samudera Al-Fatihah yang berhubungan dengan
nilai-nilai pendidikan tauhid.
G. Sistematika Penulisan
Skripsi ini akan ditulis dengan menggunakan sistematika yang
terdiri dari 5 bab, antara lain:
BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,
metode penelitian, penegasan istilah, dan sistematika
BAB II LANDASAN TEORI. Bab ini akan membahas tentang
pengertian nilai pendidikan tauhid, dasar dan tujuan
pendidikan tauhid, materi pendidikan tauhid, dan
internalisasi pendidikan tauhid.
BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN H BEY ARIFIN. Bab ini
menjelaskan tentang biografi penulis H. Bey Arifin yang
meliputi riwayat hidup, karya-karyanya, sistematika
penulisan buku dan isi pokok buku Samudera Al-Fatihah.
BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID
DALAM BUKU SAMUDERA AL-FATIHAH. Bab ini
akan membahas tentang nilai pendidikan tauhid dalam
buku Samudera Al-Fatihah dan relevansi nilai-nilai
pendidikan tauhid dalam buku Samudera Al-Fatihah
dengan praktik pendidikan tauhid masa kini.
BAB V PENUTUP. Menguraikan kesimpulan, kritik dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Nilai Pendidikan Tauhid
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, nilai diartikan sebagai
harga, yang dimaksudkan nilai disini adalah sifat-sifat (hal-hal) yang
penting atau berguna bagi kemanusiaan. Dari segi etik nilai diartikan
untuk manusia sebagai pribadi yang utuh, misalkan: kejujuran, nilai
yang berhubungan dengan akhlak, nilai yang berkaitan dengan benar
dan salah yang dianut oleh golongan atau masyarakat.
Nilai juga bisa diartikan sesuatu yang dipandang baik, disukai,
dan paling benar menurut keyakinan seseorang atau kelompok orang
yang sehingga preferensinya tercemin dalam perilaku, sikap dan
perbuatannya (Maslikhah, 2009:106). Nilai mempengaruhi sikap dan
perilaku setiap individu. Sehingga nilai bisa dijadikan pedoman hidup
untuk membuat suatu kepribadian yang lebih baik, karena nilai itu
sesuatu yang sangat dihargai dan dijunjung tinggi.
Pendidikan adalah salah satu hal yang penting dalam kehidupan
manusia. Secara bahasa pendidikan dari bahasa Yunani,pedagogy, yang
mengandung makna seorang anak yang pergi dan pulang sekolah
diantar oleh pelayannya. Dalam bahasa Romawi pendidikan
diistilahkan sebagai educate yang berarti mengeluarkan sesuatu yang
educate yang berarti memperbaiki moral dan melatih intelektual
(Muhajir, 2000: 20).
Menurut Langeveld, pendidikan diartikan sebagai setiap usaha,
pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju
pada pendewasaan anak itu, atau membantu anak agar cukup cakap
melaksanakan tugas hidupnya sendiri. John Dewey memberi batasan
pendidikan sebagai proses pembentukan kecakapan-kecakapan
fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama
manusia. Banyak pendapat yang berlainan tentang pendidikan.
Walaupun demikian, pendidikan berjalan terus tanpa menunggu
keseragaman arti (Kadir, 2012: 61).
Di sini dapat ditarik kesimpulan bahwasannya pendidikan adalah
suatu usaha yang disadari untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan manusia, yang dilaksanakan di dalam maupun di luar
sekolah, dan berlangsung seumur hidup (Sabdulloh, 2014: 5).
Secara bahasa kata tauhid merupakan bentuk mashdar dari asal
kata kerja lampau yaitu:wahhada-yuwahhidu-tauhidan{اﺪﯿﺣﻮﺗ ﺪّﺣﻮﯾـ ﺪّﺣو} yang memiliki arti mengesakan atau menunggalkan. Kemudian
ditegaskan oleh Ibnu Khaldun dalam kitabnya Muqaddimah bahwa kata
tauhid mengandung makna keesaan Tuhan. Maka dari pengertian
meyakinkan bahwa Allah adalah “satu” tidak ada syarikat bagi-Nya
(Mulyono, 2010:13). Syekh Muhammad Abduh mengatakan bahwa:
Ilmu tauhid ialah ilmu yang membahas tentang wujud Allah dan sifat-sifat yang wajib ada Nya, dan sifat yang boleh pada-Nya dan sifat yang tidak harus ada pada-pada-Nya (mustahil), ia juga membahas tentang para Rasul untuk menegaskan tugas risalahnya, sifat-sifat wajib yang ada padanya yang boleh ada padanya (jaiz) dan yang tidak boleh ada padanya (mustahil).
Sedangkan menurut Syekh Husain Affandial-Jisral-Tharablusy
menta’rifkan ilmu tauhid yaitu ilmu yang membahas atau
membicarakan bagaimana menetapkan aqidah (agama islam) dengan
menggunakan dalil-dalil yang meyakinkan.
Dalam kajian pendidikan, tauhid adalah suatu upaya yang keras
dan bersungguh-sungguh dalam mengembangkan, mengarahkan,
membimbing akal pikiran, jiwa, qalbu, dan ruh kepada pengenalan
(ma’rifat) dan cinta (mahabbah) kepada Allah (Hamdani, 2001:10).
Dari beberapa penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan,
bahwa nilai pendidikan tauhid adalah suatu usaha yang disadari untuk
mengembangkan kepribadian dan kemampuan diri yang diyakini benar
oleh setiap orang atau kelompok sehingga dapat menetapkan keyakinan
atas keesaan Allah.
B. Dasar dan Tujuan Pendidikan Tauhid 1. Dasar Pendidikan Tauhid
Di dalam Al-Qur’an terdapat banyak ajaran yang
berkenaan dengan kegiatan atau usaha pendidikan tauhid.
Misalnya dalam surah Luqman ayat 13, menerangkan kisah
Luqman yang mengajari anaknya tentang tauhid yaitu:
ذِإ َو
Artinya: Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepada
anaknya: “Hai anakku, janganlah kamu
memepersekutukan Allah, Sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.”(QS. Luqman: 13
)
Pengajaran yang disampaikan Luqman kepada anaknya,
merupakan dasar pendidikan tauhid yang melarang berbuat
syirik, karena pada hakekatnya pendidikan tauhid adalah
pendidikan yang berhubungan dengan adanya Allah dengan
keesaan-Nya, sehingga timbul dalam ketetapan dalam hati
untuk tidak mempercayai selain Allah. Kepercayaan itu dianut
karena kebutuhan (fitrah) dan harus merupakan kebenaran yang
ditetapkan dalam hati sanubarinya.
Hadis merupakan dasar kedua setelah Al-Qur’an. Hadis
berisi petunjuk untuk kemaslahatan hidup manusia dan untuk
membina umat menjadi manusia seutuhnya atau muslim yang
bertaqwa. Inilah tujuan pendidikan yang dirancangkan dalam
Al-Qur’an.
Dalam sejarah pendidikan Islam, Nabi Muhammad Saw
telah memberikan pendidikan secara menyeluruh di
rumah-rumah dan di masjid-masjid. Salah satu rumah-rumah sahabat yang
dijadikan tempat berlangsungnya pendidikan yang pertama
adalah rumahnya Arkam di Mekkah, sedang masjid yang
digunakan untuk kegiatan pembelajaran adalah masjid Nabawi
di Madinah.
Adanya kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh
Nabi Muhammad dan dilanjutkan oleh pengikutnya, merupakan
realisasi Nabi Muhammad sendiri. Adapun hadis yang berkaitan
dengan pendidikan tauhid ialah:
“Dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah saw. bersabda “tidak ada orang anakpun kecuali dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci), maka orang tuanyalah yang menjadikan Yahudi, Nasrani, dan Majusi.” (HR. Muslim).
2. Tujuan Pendidikan Tauhid
Setiap kegiatan, apapun bentuk dan jenisnya, sadar atau tidak
Bagaimanapun, segala sesuatu yang tidak mempunyai tujuan tidak
akan mempunyai arti apa-apa. Dengan demikian, tujuan merupakan
faktor yang sangat penting dalam setiap kegiatan, termasuk
kegiatan pendidikan. Cita-cita atau tujuan yang ingin dicapai harus
dinyatakan secara jelas sehingga semua pelaksana dan sasaran
pendidikan memahami atau mengetahui suatu proses kegiatan
seperti pendidikan, bila tidak mempunyai tujuan yang jelas untuk
dicapai, maka prosesnya akan menjadi kabur (Kadir, 2012: 81).
Tujuan pendidikan dalam arti khusus adalah membawa anak
kepada kedewasaannya, yang berarti bahwa ia harus dapat
menentukan diri sendiri dan bertanggung jawab sendiri. Dalam
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 dijelaskan tentang fungsi
dan tujuan pendidikan sebagai berikut:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Tujuan tersebut merupakan tujuan pendidikan secara makro
yang sangat luas, menyangkut taraf hidup manusia yang ingin
dicapai oleh suatu masyarakat, atau suatu bangsa, yaitu bangsa
Sedangkan ilmu tauhid bertujuan untuk mengesakan Tuhan,
baik Zat-Nya, sifat-sifat maupun perbuatan-Nya, tanpa ada sekutu
bagi-Nya. Selain itu, ilmu tauhid memberikan dasar dan landasan
mental (basic mentality) yang kuat bagi keimanan seseorang
muslim terhadap ke-esaan Tuhan sebagai satu-satunya Pencipta
alam (Tauhid Rububiyah) dan satu-satunya sesembahan dalam
ibadah(Tauhid Uluhiyah).
Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwasannya
tujuan pendidikan tauhid adalah tertanamnya akidah tauhid dalam
jiwa manusia secara kuat, sehingga nantinya dapat diaktualisasikan
dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan ajaran agama islam.
C. Materi Pendidikan Ilmu Tauhid
Agama Islam seperti pokok kayu, rukun iman sebagai urat atau
akar, sedangkan rukun islam sebagai batang, dahan, dan ranting.
Dengan demikian, rukun iman mempunyai kedudukan yang jauh lebih
penting dari rukun islam. Bila akar kayu tidak hidup, tidak kuat, tidak
terunjam jauh ke perut bumi, maka akibatnya pokok kayu itu akan
merasa hidup atau mati. Begitulah keadaan orang islam yang tidak
beriman, atas lemah imannya karena tidak dipupuk dipelihara,
agamanya akan merana, tidak ada perhatian dan kegiatan padanya untuk
melakukan ibadah yang dinamakan rukun islam yang lima. Orang yang
pokok kayu yang tidak berubah. Tidak ada usaha yang pantas
dilakukan, selain usaha-usaha yang memperkokoh keimanan, yaitu
usaha mempuk dan menyuburkan keimanan.
Untuk memupuk keimanan diperlukan adanya pendidikan tauhid.
Karena tauhid adalah inti ajaran umat islam. Materi yang terkait dengan
pendidikan tauhid , yaitu:
1. Adanya wujud Allah
Berbicara tentang Tuhan, pertama kita perlu yakin terlebih
dahulu tentang adanya Tuhan. Marilah kita mencoba menyetir atau
membimbing jalan pikiran kita masing-masing, untuk dapat
mempercayai tentang adanya Tuhan.
Sebelum lahirnya Nabi Isa dan Nabi Muhammad Saw., sudah
banyak ahli-ahli pikir (philosophers) yang dengan akal dan pikiran
mereka sudah membenarkan adanya Tuhan dengan berbagai
caranya. Ada 4 macam dalil (preuve) yang mereka gunakan untuk
menetapkan adanya Tuhan:
a. Preuve Metaphisique, yaitu dalil-dalil yang berupa akal semata.
Menurut akal, alam yang maha luas yang terdiri dari bumi,
matahari, bulan, dan berjuta-juta bintang, tentu tidak terjadi
dengan sendirinya. Jangankan bumi atau matahari yang begitu
akan terjadi dengan sendirinya. Pasti ada yang menjadikan atau
menciptakannya yaitu Tuhan.
Alam ini adanya karena diciptakan: maka alam ini
bersifat tidak sempurna. Sedangkan Tuhan menciptakan alam,
maka Dia bersifat sempurna. Sebab itu, Tuhan adalah ghaib
untuk kita. Maka tidaklah heran jika masih ada manusia yang
belum percaya adanya Tuhan.
b. Preuve Phisique,yaitu dalil-dalil yang terdiri dari alam(Phisica).
Yaitu dalil-dalil yang pertama kali dipakai oleh Abul Huseil
Al-Allaf, seorang ahli dalam mahzab Mu’tazilah, pengikut Wasil bi
Atha.
Dia mulai dalil ini dengan teori Atom. Bahwa alam ini
baik yang berupa benda padat, benda cair atau benda gas dapat
dibagi-bagi sampai bagian yang terkecil yang disebut molekul.
Molekul-molekul itu saling tarik-menarik, maka terjadilah benda
itu. Tiap molekul itu terdiri dari atom-atom dan tiap atom
berputar di sekitar atom lainnya. Dari perputaran atom inilah
timbul kekuatan tarik-menarik antara molekul-molekul. Jika
atom tidak berputar, tidak ada kekuatan tarik-menarik maka tidak
akan ada satu benda pun di alam ini. Di sini timbul pertanyaan:
Siapakah yang memutarnya (primier moteur- atau
Yaitu Tuhan. Jadi Tuhan pasti ada.
c. Preuveu Teleologique, yaitu dalil yang diambil dari susunan dan
keindahan alam. Yang dimaksudkan dalil ini adalah: Di dalam
alam ini ada susunan dan perputaran yang amat bagus, susunan
yang amat indah. Dengan teratur sekali bumi mengitari matahari
dalam waktu 365 hari 5 jam 49 menit dan 12 detik, bulan
mengitari bumi waktu 29 hari 12 jam 44 menit 3 detik. Semua itu
tentu ada yang menjalankan dan mengatur. Bulan, bintang, dan
matahari tentu ada Dieu Organisateur (Yang Maha Pengatur).
Yaitu Allah. Jadi Tuhan pasti ada.
d. Preuveu Morale,yaitu dalil yang diambil dari moral atau akhlak.
Penjelasannya: Alam besar atau kosmos begitu indah dan teratur
jalannya, tetapi kenapa tampak ketidakberesan dalam kehidupan
alam kecil (manusia di dunia ini), kenapa ada manusia yang
hidupnya senang dan menindas dan ada pula manusia yang
hidupnya sengsara dan ditindas.
Tidak ada keadilan dalam kehidupan manusia di dunia
ini. Dilihat kebijaksanaan Allah dalam mengatur alam besar,
maka pasti tiap macam penganiayaan ada Pengadilan Tertinggi di
kemudian hari yang akan membereskan segala yang tidak beres
Bagaimana caranya Tuhan sendiri berkata pada manusia,
agar kita percaya dan ingat kepada Tuhan?
Firman Allah, Surat Ad-Dahru ayat 1-4:
ﻞَھ
Artinya:“(1) Bukankan sudah berlalu atas manusia suatu masa dimana manusia itu tidak (belum) ada?. (2) Sesungguhnya kami ciptakan manusia itu dari setetes (mani) yang bercampur, yang kami cobai begitu rupa, sehingga menjadi manusia, yang akhirnya dapat melihat dan mendengar. (3) Sesungguhnya kepada manusia itu dalam hidupnya di dunia ini kami beri petunjuk jalan (berupa agama yang benar, agar jangan tersesat). Ada diantara manusia itu yang bersyukur kepada Allah, tetapi ada pula yang lupa saja (tidak pandai membalas budi, malah kufur tidak percaya kepada Allah). (4) Terhadap manusia yang lupa atau kufur itu, kami sediakan rantai, belenggu, dan api neraka yang menyala.”
Di dalam ayat-ayat ini, Allah mengajak manusia, untuk
mengingat dan mengenang akan kejadian diri kita
mengenangkan sesuatu yaitu pertama, kita harus sadar, bahwa
masing-masing kita manusia yang ada sekarang ini dulu tidak
ada. Kedua, supaya kita coba mengingat bagaimana cara Tuhan
menciptakan diri kita masing-masing.Ketiga, setelah mengenang
itu semua, Allah mengajak kita untuk bersyukur dan
berterimakasih, jang lupa terhadap Allah, seperti batu jatuh ke
lubuk, tidak pernah muncul.
2. Keesaan Allah
Menyembah hanya kepada Allah adalah inti dari ajaran
agama (islam). Sikap tauhid adalah meyakini dan mempercayai
bahwa Allah Esa Zat-Nya, Sifat-Nya, Perbuatan-Nya, Wujud-Nya.
Allah juga Esa memberi hukum, Esa menerima ibadah, dan Esa
dalam memberikan perlindungan kepada makhluk-Nya.
kepercayaan dan amalan-amalan ibadah akan menjadi rusak bila
tauhid (aqidah) labil dan lemah (Nurdin, 2008: 1.32-1.34).
Menurut M. Quraish Shihab, ulama tafsir, bahwa Keesaan
Allah itu mencakup:
a. Keesaan Zat-Nya
Keesaan Zat-Nya mengandung pengertian bahwa
seseorang harus percaya bahwa Allah tidak terdiri dari
unsur-unsur atau bagian-bagian, karena jika zat Yang Maha Kuasa itu
membutuhkan unsur atau bagian itu. Sedangkan unsur yang lain
Allah tidak membutuhkannya. Ini yang dimaksudkan:
۞
Artinya: “Hai manusia, kamulah yang memerlukan Allah,
sedangkan Allah Dialah Yang Maha Kaya lagi Maha
Terpuji.”(Q.S. Faathir, 35: 15)
b. Keesaan Sifat-Nya
Adapun keesaan sifat-Nya antara lain bahwa Allah
memiliki sifat yang tidak sama dalam substansi (isi) dan
kepastiannya dengan sifat makhluk, walaupun dari segi bahasa,
kata yang digunakan untuk menunjukkan sifat tersebut sama.
Sebagai contoh kata rahim merupakan sifat bagi Allah, tetapi
juga digunakan untuk menunjukkan rahmat atas kasih sayang.
Allah berbeda dengan rahmat makhluk-Nya.
ϝԼ˶ ͉ ˶ ˴ϭ
kelak mereka akan mendapatkan balasan terhadap apa yang mereka kerjakan.”(Q.S. Al-A’raf, 7: 180)
c. Keesaan Perbuatan-Nya
Keesaan ini mengandung arti bahwa segala sesuatu yang
berada di alam raya ini, baik sistem kerjanya maupun sebab dan
wujudnya, kesemuanya adalah hasil perbuatan Allah semata.
Apa yang dikehendaki-Nya terjadi, dan apa yang tidak
dikehendaki-Nya tidak akan terjadi, tidak ada daya (untuk
memperoleh manfaat), tidak pula kekuatan (untuk menolak
moderat) kecuali bersumber Allah Swt.
QS.Ali-Imran (3): 59:
˴ϡ˴Ω˴˯˶Ϟ˴Μ˴Ϥ˴ϛ˶ ͉Լ˴ΪϨ˶ϋ Իϰ˴δϴ˶ϋ˴Ϟ˴Μ˴ϣ͉ϥ˶·
ۖ
ُﮫَﻘَﻠَﺧ
ۥ
با َﺮُﺗ ﻦِﻣ
ٖ
ُﮫَﻟ َلﺎَﻗ ﱠﻢُﺛ
ۥ
ﻦُﻛ
ُنﻮُﻜَﯿَﻓ
̼
Artinya: “Sesungguhnya perbandingan (kejadian) Isa di sisi
Allah adalah seperti (kejadian) Adam. Allah
menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah
berfirman kepadanya, “jadilah”, maka jadilah dia.”
Ketiga keesaan diatas merupakan hal-hal yang harus
diketahui dan diyakini, maka keesaan keempat ini merupakan
perwujudan dari ketiga makna keesaan terdahulu.
Ibadah itu beranekaragam dan bertingkat-tingkat, salah
satu ragamnya yang makin jelas adalah amalan tertentu yang
ditetapkan cara atau kadarnya lansung oleh Allah atau melalui
Rasul-Nya, dikenal dengan istilah ibadah mahdah. Sedangkan
ibadah dalam pengertiannya yang umum mencakup segala
macam aktivitas yang dilakukan karena Allah.
ﻞُﻗ
ۡ
ﺢَﻣ َو ﻲِﻜُﺴُﻧ َو ﻲِﺗ َﻼَﺻ ﱠنِإ
ۡ
ϝԼ˶˷Ώ ˴έ˶ ͉ ˶ϲ˶ΗΎ˴Ϥ˴ϣ ˴ϭ˴ϱΎ˴ϳ
ۡ
َﻦﯿِﻤَﻠَٰﻋ
Σ
Artinya:Katakanlah, “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup
dan matiku (hanyalah) untuk Allah, Tuhan semesta
alam.”(Q.S. Al-An’am, 6:162)
3. Hikmah Mengenal Allah
Kata pepatah: tak kenal maka tak sayang. Banyak orang
mengaku mengenal Allah, tetapi mereka tidak cinta kepada Allah.
Buktinya, mereka banyak melanggar perintah dan larangan Allah.
Sebab itu, ternyata mereka tidak mengenal Allah dengan
sebenarnya.
Mengenal Allah akan membuahkan rasa takut kepada-Nya,
kepada-Nya. Sehingga kita bisa mewujudkkan segala ketaatan dan menjauhi
segala apa yang dilarang-Nya. Yang menentramkan hati ketika
orang mengalami gundah-gulana dalam hidup, mendapatkan rasa
aman ketika orang-orang dirundung rasa takut dan akan berani
menghadapi segala macam problema hidup.
Seseorang yang mengenal sesuatu yang telah memberikan
manfaat pada dirinya maka akan mempunyai kesan atau hikmah
terhadap sesuatu itu. Demikian juga apabila seseorang mengenal
Tuhan melalui akal dan hatinya maka ia akan merasakan buah
kenikmatan dan keindahan yang tercermin dalam dirinya.
Seperti halnya ketika seseorang mempercayai Allah sebagai
yang memiliki sifatar-rahmandanar-rahimtersebut akan memiliki
implikasi psikologis yang mendalam. Orang tersebut akan kuat
batin dan jiwanya, sehingga ia tidak pernah merasa takut
menghadapi hidup dengan berbagai percobaan. Kekuatan orang
beriman diperoleh karena harapan kasih sayang Allah yang
senantiasa menyertai makhluk-Nya. Dia tidak akan putus asa.
Karena dia yakin bahwa Allah selalu menyertainya. Dengan
demikian kepercayaan kepada sifat ar-rahman dan ar-rahim ini
akan menimbulkan sikap optimis (Nata, 2012: 64).
Secara etimologis, internalisasi menunjukkan suatu proses.
Dalam kaidah bahasa indonesia akhiran-isasi berarti proses. Selanjutnya
Internalisasi diartikan sebagai penghayatan, pendalaman, penguasaan
secara mendalam yang berlangsung melalui binaan, bimbingan, dan
sebagainya. Lebih jelasnya internalisasi merupakan upaya penghayatan
nilai ke dalam diri seseorang sehingga akan membentuk watak dan
perilakunya.
Internalisasi nilai tauhid adalah suatu penanaman
nilai-nilai ilahiyah yang mecakup, iman, islam, ihsan, taqwa, tawakal, sabar
syukur, dan ikhlas, keyakinan tersebut ditanamkan kepada peserta didik.
Tahapan dalam internalisasi nilai adalah:
a. Tahap transformasi nilai, pada tahap ini guru sekedar
menginformasikan nilai-nilai yang baik dan yang kurang baik
kepada peserta didik, yang semata-mata merupakan komunikasi
herbal.
b. Tahap transaksi nilai, yaitu suatu tahap pendidikan nilai dengan
jalan melakukan komunikasi dua arah, atau interaksi antara
peserta didik dan guru bersifat timbal balik. Dalam tahap ini
tidak disajikan nilai yang baik dan yang buruk, tetapi terlibat
untuk melaksanakan dan memberikan contoh amalan yang
nyata, dan peserta didik diminta memberikan respon yang sama,
c. Tahap transinternalisasi, yakni bahwa tahap ini lebih dalam dari
pada sekedar transaksi. Dalam tahap ini tampilan guru
dihadapan peserta didik bukan sekedar lagi sosok fisiknya,
melainkan sifat mental dan kepribadiannya. Oleh karena itu,
dapat dikatakan bahwa dalam transinternalisasi ini adalah
komunikasi dua kepribadian yang masing-masing terlibat secara
aktif.
Proses internalisasi terjadi apabila individu menerima
pengaruh dan bersedia bersikap menuruti pengaruh itu dikarenakan
sikap tersebut sesuai dengan yang ia percayai dan sesuai dengan
sistem yang dianutnya. Sikap itulah yang biasanya merupakan sikap
yang dipertahankan oleh individu dan biasanya tidak mudah
berubah selama sistem nilai yang ada dalam diri individu yang
bersangkutan masih bertahan.
Pada tahap-tahap internalisasi diupayakan dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menyimak, yakni guru memberi stimulus dan peserta didik
menangkap stimulus yang diberikan.
b. Responding, peserta didik mulai ditanamkan pengertian dan
kecintaan terhadap nilai tertentu, sehingga memiliki latar
mampu memberikan argumentasi rasional dan selanjutnya peserta
didik dapat memiliki komitmen tinggi terhadap nilai tersebut.
c. Organization, peserta didik mulai dilatih mengatur sistem
kepribadiannya disesuakain dengan nilai yang ada.
d. Characterization, apabila kepribadian sudah diatur dan
disesuaikan dengan sistem nilai tertentu dan dilaksanakan
berturut-turut, maka akan terbentuk kepribadian yang bersifat satu
BAB III
DESKRIPSI PEMIKIRAN H BEY ARIFIN
A. Riwayat Hidup H Bey Arifin
H. Bey Arifin lahir pada 9 Dzulhijjah 1335 H atau 26 September 1917
di Parak Laweh, Sumatera Barat. H. Bey Arifin semasa kecilnya dikenal
dengan nama Buyung Tanjung. Ayahnya bernama Muhammad Arif yang
bergelar Datuk Lauik Basa dan ibunya Siti Zulaikha. Ayahnya seorang petani
seperti kebanyakan penduduk Parak Laweh. Buyung hidup lima bersaudara di
dataran yang diapit gunung Singgalang dan Merapi di Bukittinggi, Buyung
Tanjung kecil sering sakit-sakitan. Ketika saudara-saudaranya yang lain sibuk
bekerja di sawah, Buyung hanya bisa memperhatikannya. Ayahnya melarang
Buyung bekerja keras karena telinga kanannya pernah mengeluarkan nanah
dan tak seorang dukun tradisional pun waktu itu mampu menanganinya.
Setiap rasa sakit datang, Si Buyung kecil hanya bisa menangis dipangkuan
ibunya. Penyakitnya kemudian sembuh berkat ramuan coba-coba buatan
ibunya sendiri, yaitu dari kuning telur, ditambah jeruk nipis dan sedikit madu.
Buyung Tanjung menghadiri acara Nuzulul Qur’an di desanya. Pada
saat Kiai Nurdin berceramah, Buyung sangat terpikat. Tidak saja pada isi
ceramahnya, tetapi lebih pada pencermah itu sendiri. Betapa enak menjadi
penceramah, semua orang terpekur memperhatikan yang disampaikannya.
Buyung Tanjung mengejar ke manapun Kiai Nurdin berceramah.
Hingga Buyung berazam, jika kelak Buyung dewasa, Buyung ingin menjadi
orang bertabligh seperti Kiai Nurdin Ahmad. Buyung di setiap malamnya
sampai tidak bisa tidur, membayangkan enaknya menjadi penceramah.
Buyung saat sedang tidur lelap, tiba-tiba Buyung bangkit dan berbicara
panjang lebar layaknya berceramah di depan orang banyak. Buyung
menceritakan apa saja yang pernah didengarnya dari Kiai Nudin. Tetapi
ketika sadar, Buyung baru tahu kalau itu hanya terjadi dalam mimpi. Kejadian
itu mendorong Buyung rajin pergi ke surau dan masjid untuk mengaji,
mempelajari agama islam, bersembahyang, dan membaca Al-Qur’an. Tak ada
waktu untuk merenung atau bermain sepak bola seperti hari-hari sebelumnya.
Buyung Tanjung merengek pada orang tuanya agar bisa pergi ke
sekolah. Jadilah Buyung masuk sekolah tingkat dasar Volkschool, yang
biasanya hanya diperuntukkan untuk kalangan tertentu. Ketika lulus 3 tahun
kemudian, Buyung ingin bersekolah lebih tinggi lagi. Masuklah Buyung ke
Vervolgschool, tingkat sekolah dasar berikutnya. Tetapi Buyung pun tidak
puas. Akhirnya, ketika duduk di kelas IV Vervolgschool, Buyung juga masuk
ibtida’iyyah di Simpang Empat, tak jauh dari kampungnya. Buyung juga
masih aktif mengaji di surau dan masjid-masjid. Hal itu menjadikan Buyung
hampir tidak punya waktu luang untuk kegiatan yang lain.
Buyung lulus dari Ibtida’iyyah, kemudian Buyung melanjutkan ke
Muslim di Binnen Weg Bukittinggi yang cukup modern dan menggunakan
tiga bahasa: Inggris, Belanda, dan Arab. Guru-gurunya lulusan dari
pendidikan di Mesir dan Mekkah. Seperti: Syech H. Abdurrahman, H. Darwis
Taram, Muhammad Dawam, dan sebagainya.
Buyung Lulus dari Perguruan Muslim, dan melanjutkan sekolah ke
Islamic College di Padang. Islamic College terkenal memiliki 2
keistimewaan: banyak muridnya pintar berpidato dan menulis. Empat tahun
lamanya Buyung belajar di Islamic College.
Perubahan nama Buyung Menjadi Bey Arifin. Buyung berusia 17
tahun, Buyung tumbuh makin dewasa. Buyung mulai menempatkan dirinya
pada tataran kaum pemuda yang tengah giat-giatnya berjuang menuntut
kemerdekaan. Buyung bergabung dengan Himpunan Pemuda Islam, pemuda
itu mendapat tempat untuk berpidato. Hampir setiap hari Buyung mendapat
undangan berpidato untuk menggugah semangat masyarakat untuk turut
berjuang.
Buyung tidak lagi menggunakan nama Buyung, tetapi disingkat BY.
Dan ditambahkannya nama ayahnya, Arifin, di belakangnnya. Jadilah
namanya B.Y Arifin. Tetapi atas saran Tamar Jaya, temannya di HI, nama BY
diubah menjadi Bey, nama terkenal jendral Turki yang terkenal: Anwar Bey.
Bey semacam gelar kebangsawanan seperti Raden Mas di Jawa. Sejak itulah
Bey Arifin Lulus dari Islamic College, dan ditempatkan di sekolah
dasar Darul Muslicihin di desa Sangkir, Lubuk Basung, meninjau sebagai
guru agama. Lepas dari sana, Bey mendapat kesempatan merantau ke Jawa
bersama Maisir Thaib, temannya sewaktu di Islamic College. Maisir lalu
pergi ke pondok Modern Gontor Ponorogo, sementara Bey tetap di Jakarta,
tinggal di AM. Sangaji, dan sempat berkenalan dengan Muhammad Rum dan
H. Agus Salim.
Bey Afirin mendapat kesempatan belajar di Taman Siswa di
Yogyakarta dibawah asuhan Ki Hajar Dewantoro atas budi baik Sutan
Sulaiaman, orang yang dihormatinya di Bukittinggi. Tak lama Bey belajar di
kota ini, ia mendapat kesempatan mengajar di MULO Muhamadiyah Kudus.
Maisir Thaib akhirnya membuka sekolah sendiri, Normal Islam, di 110
km utara Banjarmasin, Maisir menawari Bey Arifin menjadi guru dengan gaji
25 Gulden. Tawaran itu bersamaan denagan tawaran mengajar di Kudus
tersebut.
Bey Arifin pun memilih merantau ke Borneo (Kalimantan), memenuhi
undangan Maisir Thaib untuk mengajar di kota Rantau. Di sinilah H. Bey
Arifin melangsungkan pernikahan dengan Zainab Husin, gadis Minangkabau,
putri Muhammad Husin gelar Khatib Marejo. Mereka Menikah pada 6
Februari 1944, di tengah kecamuk perang Asia Timur antara Jepang yang
sedang menduduki indonesia dengan Amerika. Anak pertama mereka,
Selama pendudukan Jepang, Bey Arifin menjadi Sekretaris Jendral
Borneo Kaikyo Kyokai, badan ulama bentukan Jepang untuk mempengaruhi
penduduk agar membantu tentara Jepang. Bey sering menjadi penerjemah
“ulama Jepang” yang berceramah kepada masyarakat, satu posisi yang
membuatnya tidak nyaman, di satu sisi diperalat tentara Jepang untuk meraih
simpati penduduk, di satu sisi tidak sesuai dengan hati nuraninya. Apalagi hal
itu menimbulkan kesan tidak benar, bahwa Bey dinilai memihak tentara
Jepang.
Ketika Jepang bertekuk lutut pada Sekutu setelah Hirosima dan
Nagasaki dibom, maka tentara Jepang di Borneo akan dilucuti tentara Sekutu.
Hal ini membahayakan Bey Arifin, karena kedudukannya di Kaikyo Kyokai.
Ia bisa ditangkap dan dieksekusi tanpa pengadilan.
Ketua Kaikyo Kyokai menyarankan Bey Arifin menumpang kapal
tradisional Madura, Bey Arifin dengan keluarganya cepat-cepat
meninggalkan Banjarmasin menuju Banyubiru Madura, demi menjauhkan
diri dari tentara Sekutu. Setelah itu, Bey Arifin menuju Surabaya dan tinggal
di kota ini. Barulah Bey tahu bahwa Indonesia telah merdeka pada 17
Agustus 1945.
Bey Arifin turut berjuang bersama arek-arek Surabaya dan bergabung
dalam Batalyon Hisbullah Bersama Bung Tomo Bey kerap berpidato di
perang, Bey Arifin dan keluarga lalu tinggal di keluarga Haji Asyari di
Madiun. Di kota inilah lahir anak kedua dan ketiganya.
Pasca Kemerdekaan, Bey Arifin tinggal di Madiun hingga pecah
Peristiwa PKI Muso pada 1948. Bey Arifin termasuk orang yang akan
dimusnahkan para pengikut PKI. Tetapi berkat pertolongan Allah, Bey Arifin
selamat dalam insident tersebut. Justru tetangganya, seorang Letkol CPM
bernama Arifin juga, tewas ditangan PKI.
Bey kembali memboyong keluarganya ke Surabaya pada bulan Juli
1949. Bey mengajar di Yayasan Pendidikan Al-Irsyad Surabya. Bey juga
mengajar di Modern English School (MES), mengajar di Perguruan
Muhamadiyah, dan juga menulis di berbagai harian. Salah seorang murid di
MES ternyata komandan dari resimen 17 Brawijaya, Kolonel Sudirman. Atas
tawaran beliau, Bey Arifin masuk militer berpangkat Letnan Satu sebagai
Imam Tentara Resimen 17 Brawijaya. Tugasnya berkeliling memberikan
pembinaan agama pada para prajurit di seluruh Jawa Timur.
Pada 1958, Bey Arifin diminta menjadi Rohanawan Islam dari
perusahaan Esembling Mobil Holden, yaitu PT Udatin Cabang Surabaya
hingga akhir hayatnya. Dari PT Udatin inilah Bey berkesempatan melancong
keluar negeri, seperti World Managenment Congress di Venezuela, World of
Islam Festival di London. Keinginan Bey Arifin ke India bertemu dengan
Bina Ilmu, penerbit buku-buku karangannya. Tentu tak lupa Bey Arifin
menunaiakan haji ke Baitullah pada 1964.
Tahun 1970 Bey Arifin pensiun dari tentara dengan pangkat Mayor.
Bey beserta keluarga akhirnya tinggal di rumah di Jalan Sumatera 111
Surabaya beserta seorang istri, 12 anak, serta lebih dari 25 cucu.
Wafat KH. Bey Arifin, KH. Bey Arifn pernah diberitakan 6 kali
meninggal dunia, diantaranya pada saat serangan pesawat Amerika di
Banjarmasin, saat menyebrang dengan perahu tradisional dengan keluarganya
dari Banjarmasin ke Banyubiru Madura yang memakan waktu 7 hari untuk
menghindari tangkapan tentara sekutu akibat kekalahan Jepang tahun 1944,
ketika di serang gerombolan PKI Muso yang membrontak pada 1948 di
Madiun, dan ketika naik haji dengan menumpang kapal selama 3 bulan.
Bagaimanapun, setiap yang bernyawa pasti akan mengalami mati.
Setiap manusia akan menemui ajal yang tak bisa ditolak jika saatnya tiba.
KH. Bey Arifin, sang da’i, sang penulis itu, akhirnya wafat di masa tuanya
pada 20 April 1995, pada usia 78 tahun. Beliau dimakamkan di pemakaman
Ngagel Surabaya.
B. Karya-karya H.Bey Arifin
Beberapa buku yang ditulis Bey Arifin, antara lain:
bukanlah fiksi, melainkan kisah nyata yang tercatat dalam tinta
sejarah. Metode berkisah memang memberikan keistimewaan
tersendiri. Cerita dapat mempengaruhi akal, jiwa, dan perilaku
manusia.
Bey Arifin termasuk salah seorang penulis yang berhasil
menyuguhkan serangkaian cerita nyata dalam Al-Qur’an. Beliau
menuturkan kisah-kisah naratif mulai dari kisah yang terjadi pada
masa Nabi Adam, Nabi Uzair, Keluarga Imran, Zulqarnain, Negeri
Sabaa, Ashabul Kahfi hingga era Rasuluallah Saw. Itulah isi dari buku
Rangkaian cerita Dalam Al-Qur’an yang diterbitkan pada juni 2015
oleh Zahira Publising House.
Dengan membaca lembaran demi lembaran kisah dalam buku
ini akan semakin meneguhkan keimanan kita. Banyak ibrah yang bisa
kita dapatkan dari tokoh-tokoh yang teguh menggenggam iman.
2. Mengenal Tuhan
Buku ini merupakan uraian yang pernah disampaikan Bey
Arifin di Radio Republik Indonesia di Surabaya saat menjelaskan
Rukun Iman dan Rukun Islam. Buku ini berisi tentang cara bagaimana
mengenal Tuhan. Ilmu untuk mengenal Tuhan adalah satu jalan
pertama, atau ilmu yang harus diutamakan untuk dipelajari bagi setiap
Saat kita memiliki pengetahuan yang cukup dalam mengenal
Allah sebagai Tuhan kita, maka kita akan jauh lebih baik dalam
menjalani hidup ini. Karena Allah yang mengatur segala usaha dan
segala yang terjadi dalam kehidupan kita, maka jika kita
mengenal-Nya dengan pengetahuan yang seharusnya makan akan sangat jauh
berbeda sikap dan pikiran kita.
Buku ini sangat layak sebagai salah satu panduan kita untuk
semakin menyegarkan keimanan dan kecintaan yang membuahkan
ketaatan kepada Allah Swt.
3. Hidup Sesudah Mati
Dari judul buku ini jelas bahwa buku ini berisi tentang adanya
kehidupan sesudah mati. Hidup Sesudah Mati pada awal babnya
membicarakan adanya kehidupan sesudah mati. Setelah penulis
meyakinkan akan adanya kehidupan sesudah mati, maka selanjutnya
adalah membicarakan bagaimana menghadapi kematian diri kita dan
orang lain. Kematian adalah pintu ke alam yang kekal, pintu untuk
bertemu dengan Allah swt.
Buku ini juga membicarakan bukti adanya hari kiamat kelak.
Perbincangan hari kiamat didahului dengan tajuk alam barzakh
(kubur), kiamat besar beserta tanda-tandanya seperti Dajjal, turunnya
dan pembalasan. Selain itu juga dijelaskan akan keadaan surga dan
neraka, serta keadaan akhirat.
Buku ini mengingatkan tentang kehidupan yang kekal di
akhirat. Alangkah ruginya manusia, bila dalam kehidupan yang kecil
di dunia ini hidup senang dan bahagia, bergembira ria, tetapi dalam
kehidupan di Akhirat yang kekal dan abadi, kita susah dan sengsara,
terbakar hangus dalam Neraka.Naudzubillahimindzalik...
“Kematian itu pasti dan kiamat itu pasti.”
4. Samudera Al Fatihah
Buku ini menjelaskan tentang kandungan surah Al-fatihah.
Surat Al-Fatihah dinamai Umul Kitab (Induk Kitab). Beberapa ulama
menganggapnya sebagai kesimpulan dari Al-Qur’an. Allah Swt.
memerintahkan untuk membacanya minimal 17 kali dalam sehari,
yaitu pada setiap rakaat shalat wajib yang dilakukan. Hal ini
menunjukkan keagungan dan kehebatan kandungan (isi) dari surat
Al-Fatihah. Menyedihkan dan mengherankan sekali bila surat yang kita
baca beribu-ribu bahkan mungkin berjuta kali dalam hidup kita, tetapi
kita tidak paham isinya.
H. Bey Arifin, mencoba membedah isi kandungan Surah
Al-Fatihah secara mendalam dengan gaya bahasa yang mudah dicerna
diselami, semakin tampak mutiara-mutiara ilmu yang berada
didalamnya.
C. Sistematika Penulisan Buku H Bey Arifin
Sistematika penulisan buku Samudera Al-Fatihah sama seperti buku
pada umumnya. Halaman pertama adalah judul buku, kemudian halaman
selanjutnya pengantar. Tetapi disini adalah pengantar dari cetakan, karena
yang digunakan merupakan buku cetakan ke empat. Halaman selanjutnya
adalah daftar isi, dan kemudian baru kata pengantar dari penulis yang
mendorong dalam menulis buku tersebut.
Lebih singkatnya sistematika penulisan buku Samudera Al-Fatihah,
yaitu:
1. Halaman Judul
2. Pengantar Cetakan
3. Daftar Isi
Pengantar Kata
a. Keistimewaan Surah Al-Fatihah
b. Nama-nama Surah Al-Fatihah
c. Tafsir Ta’awwudz
d. Tafsir Basmalah
e. Tafsir Hamdalah
f. Tafsir ar-Rahmaanir-Rahim
i. Tafsir Ihdinash-Shiraathal-Mustaqim
j. Tafsir Shiraatha-Ladzina An’amta ‘Alaihim
k. Tafsir Ghairil-Maqhdhuubi ‘Alaihim wa Ladh-Dhaallin
l. ‘Amin
4. Penutup
5. Bibliografi
D. Buku Samudera Al-Fatihah 1. Profil Buku
Judul : Samudera Al-Fatihah
Penulis : H. Bey Arifin
Penerbit : PT. Bina Ilmu
JL. Tanjungan 53 E Surabaya 60275
Telp. (031) 5340076. 5323214 – Fax (031) 5315421
Tebal Buku : 324
2. Sinopsis
Isi buku Samudera Al-Fatihah ini cukup menarik karena
menguraikan kandungan isi dari surah Al-Fatihah secara dalam disertai
ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadist-hadist (cerita Nabi Muhammad) yang
menguatkan. Dengan membaca buku ini pembaca diajak menjelajahi
Samudera Al-Fatihah yang begitu dalam dan luas. Dengan harapan dapat
menambah iman dan khusyu’ kita terhadap semua persoalan yang
dikandungnya. Mengapa surah Al-Fatihah? Kita mengetahui bahwa
pasti menunjukkan keagungan dan kehebatan kandungan (isi) dari surah
Al-Fatihah. Diterangkan dalam buku ini bahwa surat Al-Fatihah
merupakan kesimpulan dari seluruh isi Al-Qur’an atau kesimpulan dari
seluruh kitab-kitab suci atau kesimpulan dari seluruh ajaran semua
Nabi-Nabi dan Rasul, atau kesimpulan dari ajaran semua agama yang dibawa
oleh para Nabi dan Rasul. Sebab itulah, surah ini dinamai surah
Al-Fatihah (Pembuka) atau Ummul-Kitab (Induk Kitab).
Ada beberapa keistimewaan surah Al-Fatihah yaitu yang pertama,
paling besar (A’zham). Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad
bin Hanbal r.a, katanya: Menyampaikan kepada kami Yahya bin Said dari
Syu’bah yang menerima kabar ini dari Hubaib bin Abdirrahman. Dari
Hafizh bin ‘Ashim, daai Abu Said al-Ma’alli r.a berkata:
“Seorang sahabat bertanya kepada Rasuluallah saw.: Ya Rasulullah, Engkau mengatakan akan mengajarkan kepadaku sebesar-besarnya surah dalam Al-Qur’an?.” Berkata Rasulullah saw.: ya, Alhamdulillahi Rabil Alamin (dan seterusnya), 7 ayat yang berulang-ulang, dan itulah Al-Qur;an al-‘Azhim yang telah disampaikan kepadaku.”
Yang kedua, yaitu Al-Fatihah tak ada samanya dalam Taurat, Injil,
Zabur, dan Al-Qur’an. Diriwayatkan dari Ali bin Abu Thalib r.a bahwa
Rasulullah saw. berkata: “Siapa yang membaca Fatihatul-Kitab
(Al-Fatihah), maka seakan-akan dia telah membaca Taurat, Injil, Zabur dan
Al-Furan) Al-Qura’an.”
aman dari segala bahaya, langsung dari arasy dan sebagai obat. Masih
banyak lagi keistimewaan surah Al-Fatihah dan akan terlalu panjang jika
dicantumkan semuanya. Dengan keterangan tentang keistimewaan surah
Al-Fatihah, diharapkan dapat menambah keinginan kita untuk
memperdalam surah Al-Fatihah.
Sebelum menuju ayat pertama surah Al-Fatihah, kita mulai dengan
tafsir Ta’awudz. Dalam ayat ini ada dua pokok masalah yang penting
yaitu terdapat kata BERLINDUNG dan SETAN. Dalam perlindungan
Allah dapat kita lihat mengenai perputaran bumi mengelilingi dirinya
(rotasi), perputaran bumi mengelilingi matahari (revolusi), jarak antara
bumi dan bintang-bintang atau planet-planet, hawa dan udara, serta air
laut yang asin. Disini terdapat perlindungan yang besar yang diberikan
Allah swt., bisa dibayangkan apabila bumi ini mendekat sedikit saja ke
matahari melebihi atau kurang dari lintasan yang ada sekarang ini, akan
terjadi badai dan topan, gempa-gempa bumi dan lain-lain bencana alam
yang tak terkira hebatnya. Maka mengertilah kita bagaimana hebatnya
kekuasaan Allah yang mengaturnya, sehingga masing-masing tidak saling
bertabrakan.
Selanjutya mengenai kata Setan, Setan adalah musuh terbesar dan
paling berbahaya bagi manusia. Setan adalah makhluk ghaib yang tidak
dapat dilihat oleh mata. Maka untuk melawan setan senjata yang
salah satu kisah Harut dan Marut. Dari kisah itu, Tuhan dan Malaikat tahu
bagaimana hebatnya godaan setan dan nafsu-nafsu yang dihadapi manusia
dalam kehidupan diatas bumi ini. Karena itulah Allah memberi manusia
senjata-senjata yang luar biasa hebatnya, yaitu senjata yang bernama akal
dan hidayat Allah.
Dalam hidup manusia mempunyai tiga bahaya, yaitu bahaya
terhadap kepercayaan (i’tiqad), bahaya yang timbul dari gerak-gerik
manusia dalam hidupnya yang merusak agama, dan bahaya yang
merupakan berbagai penyakit yang menimpa badan manusia. Maka,
Isti’adzah ini diartikan minta perlindungan Tuhan dari semua
bahaya-bahaya tersebut, sebab semua itu termasuk dalam daerah pengaruh setan
yang terkutuk.
Setelah mengetahui tentang tafsir Ta’awudz selanjutnya adalah
Basmalah(Bismillahir Rohmaanir Rahim). Di dalam basmalah terdapat 3
nama yang besar dari Nama-nama Allah yaitu: Allah, Rahman,
Ar-Rahim, karena itu Rasulullah saw. menanamkan al asmul A’zham yaitu
Nama teragung dari Allah swt.
Basmalah mempunyai keutamaan-keutamaan, yaitu hadis yang
diriwayatkan oleh Imam Ahmad berasal dari Abu Hurairah, bahwa
Rasulullah saw. pernah mengatakan: “Tidak sah wudhu’ orang yang tidak
menyebut Bismillah sebelumnya.” Selain itu juga ada hadis yang