• Tidak ada hasil yang ditemukan

NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM BUKU SAMUDERA Al-FATIHAH KARYA H BEY ARIFIN SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM BUKU SAMUDERA Al-FATIHAH KARYA H BEY ARIFIN SKRIPSI"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

NILAI

DALAM

JUR FAKUL

INS

AI-NILAI PENDIDIKAN TAUHI

AM BUKU SAMUDERA Al-FATIH

KARYA H BEY ARIFIN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Diah Fajar Utami

NIM 111-13-267

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

HID

IHAH

(2)
(3)

NILAI

DALAM

JUR FAKUL

INS

AI-NILAI PENDIDIKAN TAUHI

AM BUKU SAMUDERA Al-FATIH

KARYA H BEY ARIFIN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Diah Fajar Utami

NIM 111-13-267

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2017

HID

IHAH

(4)
(5)
(6)
(7)

MOTTO

ğ`j?

h ğĬ‹

jŷjķh]h ûǬiȹ`

h

=iŋjŧûŤhȬ

ƅ

h

ۦ

û]j ûǬiȹŴhŲhbôi;

mĵhŒhȹŴhųjɉ hūjɉŠhəh`biIĵhŲiŋjŧûŤhɆhb

j ğĬĭ

Aeʼnžjšhķ ü

hƆŠhʄ hŗ ğŮ hŗûʼnhŪhȯ

͵

Artinya:

“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan

(sesuatu) dengan Dia, dan dia mengampuni dosa yang selain syirik

bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang

mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia

(8)

PERSEMBAHAN

Dengan penuh ketulusan hati dan segenap rasa syukur kepada Allah SWT, skripsi ini saya persembahkan kepada:

Ayah dan Ibu tercinta yang senantiasa selalu medo’akan disetiap langkah yang ku tempuh dan senantiasa memberikan dukungan baik secara moral maupun material.

Kakak dan adikku tercinta, Dwi Wulan Sari dan Dwi Yunita Sari, yang selalu memberi semangat dan cinta yang tulus.

Sahabat-sahabatku Siti Qomariah, Inna Laila Rahmah, dan Tri Astutik yang selalu memberi motivasi satu sama lain, Semoga jalan yang kita lalui ini membuahkan hasil sesuai dengan apa yang kita idam-idamkan.

Teman-teman PAI kelas H mb nida, isti, bastia, nurul, lisa, dkk terimakasih untuk pertemuan yang manis dan kekompakan kalian di IAIN Salatiga.

Tak lupa untuk Dwi S yang selalu ada untuk mendorong, membantu dan memberikan semangat untuk melakukan hal-hal yang positif.

(9)

KATA PENGANTAR

ِﻢْﯿ ِﺣﱠﺮﻟا ِﻦﻤْﺣ ّْﺮﻟا ِﷲ ِﻢْﺴِﺑ

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat,

taufik, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

skripsi dengan judul “Nilai-nilai Pendidikan Tauhid dalam Buku Samudera

Al-Fatihah Karya H Bey Arifin.” Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian

persyaratan guna memperoleh gelar sarjana S1 Pendidikan Agama Islam Institut

Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak,

maka tidak akan mungkin penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini

dengan lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan (FTIK) IAIN Salatiga.

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama

Islam (PAI) IAIN Salatiga.

4. Ibu Dra. Sri Suparwi, M.A selaku Dosen Pembimbing yang telah

membimbing, memberi nasehat, arahan serta masukan-masukan yang

sangat membantu dan membangun dalam penyelesaian tugas akhir ini.

5. Ibu Rr. Dewi Wahyu Mustikasari, S.S., M.Pd selaku dosen

pembimbing akademik yang sabar membimbing dan sabar mendengar

(10)

6. Seluruh dosen dan petugas administrasi Jurusan Pendidikan Agama

Islam IAIN Salatiga yang telah banyak membantu selama kuliah dan

penelitian berlangsung.

7. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak

langsung sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

8. Terakhir untuk kampus tercinta IAIN Salatiga, terimakasih telah

menjadi bagian terpenting dari perjalanan hidup.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih kurang dari sempurna. Oleh

karena itu penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari

berbagai pihak demi kesempurnaan tugas-tugas penulis selanjutnya. Semoga

skripsi ini bisa memberikan manfaat bagi pembaca dan dunia pendidikan pada

umumnya.

Amin Ya Robbal ‘Alamin

Salatiga, 31 Desember 2016 Penulis

(11)

ABSTRAK

Utami, Diah Fajar. 2016.Nilai-nilai Pendidikan Tauhid dalam Buku Samudera Al-Fatihah Karya H Bey Arifin. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Sri Suparwi, M.A.

Kata Kunci : Nilai-nilai, Pendidikan, Tauhid, Samudera Al-Fatihah.

Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan tauhid dalam buku samudera al-fatihah karya H Bey Arifin. Pertanyaan yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah 1) Apa saja nilai-nilai pendidikan tauhid dalam buku samudera al-fatihah? 2) Bagaimana relevansi nilai-nilai pendidikan tauhid dalam buku samudera al-fatihah karya H Bey Arifin dengan praktik pendidikan masa kini?.

Penelitian ini bersifat literature (kepustakaan) yang berfokus pada referensi buku dan sumber-sumber yang relevan. Penelitian dilakukan dengan mencermati sumber-sumber tertentu, mencari, menelaah buku-buku, artikel atau sumber lain yang berkaitan dengan nilai- nilai pendidikan tauhid. Adapun teknik pengumpulan data menggunakan library research, yaitu penelitian perpustakaan dengan langkah-langkah mengumpulkan buku-buku yang ada relevansinya dengan kajian permasalaan. Dalam hal ini penulis menguraikan teks-teks dalam buku Samudera Al-Fatihah yang berhubungan dengan nilai-nilai pendidikan tauhid. Kemudian menjelaskan teks-teks tersebut dan menganalisis penjelasan sesuai dengan rumusan masalah yang ingin dijawab oleh penulis. Dan terakhir menarik suatu kesimpulan sebagai hasil suatu penelitian tentang pokok permasalahan. Dari data-data yang telah diidentifikasi, maka penulis menarik kesimpulan mengenai nilai-nilai pendidikan tauhid.

(12)

DAFTAR ISI

LEMBAR BERLOGO ... i

JUDUL ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iv

DEKLARASI ... v

MOTTO... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian... 7

(13)

G. Sistematika Penulisan ... 13

BAB II LANDASAN TEORI ... 15

A. Pengertian Nilai Pendidikan Tauhid... 15

B. Dasar dan Tujuan Pendidikan Tauhid... 17

C. Materi Ilmu Pendidikan Tauhid... 21

D. Internalisasi Nilai-nilai Pendidikan Tauhid... 30

BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN H BEY ARIFIN ... 33

A. Riwayat Hidup H Bey Arifin ... 33

B. Karya-karya H Bey Arifin... 39

C. Sistematika Penulisan Buku H Bey Arifin ... 43

D. Buku Samudera Al-Fatihah ... 44

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM BUKU SAMUDERA AL-FATIHAH ... 57

A. Nilai-nilai Pendidikan Tauhid dalam Buku Samudera Al-Fatihah Karya H Bey Arifin ... 57

B. Relevansi Nilai-nilai Pendidikan Tauhid dalam Buku Samudera Al-Fatihah dengan Praktik Pendidikan Tauhid Masa Kini... 77

BAB V PENUTUP... 80

A. Kesimpulan ... 80

(14)

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(15)

DAFTAR LAMPIRAN 1. Daftar Pustaka

2. Riwayat Hidup Penulis

3. Nota Pembimbing Skripsi

4. Lembar Konsultasi

5. Surat Keterangan Kegiatan

6. Cover Buku Samudera Al-Fatihah

(16)
(17)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Tauhid adalah pegangan yang utama dan yang menentukan bagi

kehidupan manusia, karena tauhid sebagai landasan dari setiap amal yang

dikerjakan oleh setiap orang. Seorang manusia akan mendapatkan

kehidupan yang hakiki di akhirat apabila amal yang dilakukannya

berlandaskan tauhidullah, karena itu adalah tuntutan dari ajaran agama

islam (Harun, 2004:3).

Artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” (An-Nahl: 97).

Tauhid tidak hanya sekedar mengenal dan mengetahui bahwa Allah

pencipta alam semesta, tidak hanya mengetahui keberadaan dan

keesaan-Nya, dan tidak pula mengetahui Asma’ dan sifat-Nya. Hakikat tauhid

disini adalah pemurnian ibadah kepada Allah. Maksudnya adalah

(18)

dengan mentaati perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, dengan

penuh rasa rendah diri, cinta, harap, dan takut kepada-Nya.

Tujuan manusia diciptakan adalah untuk bertauhid kepada Allah.

Allah Ta’ala berfirman:

Artinya: “Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia mealainkan

supaya mereka menyembah-Ku.”(QS. Adz-Dzariat: 56)

Dari ayat diatas jelas, bahwa Allah menciptakan jin dan manusia

hanya untuk beribadah kepada-Nya. Tidaklah mereka diciptakan untuk

besenang-senang dan menghabiskan waktu untuk duniawinya saja. Mereka

mengakui adanya Allah, tetapi mereka tidak menjalankan perintah dan

bahkan melanggar apa yang dilarang Allah. Selain itu, mereka juga

menunda-nunda sholat demi pekerjaannya. Padahal semua itu datangnya

dari Allah.

Lebih lagi pada masa globalisasi seperti saat ini nampaknya tidak

dapat terlepas dari berbagai perkembangan kemajuan baik pengetahuan,

teknologi, dan informasi serta filsafat dan ideologi. Dalam hal itu, muncul

adanya dampak positif dan negatif. Dampak negatif yang dikhawatirkan

adalah manusia akan cenderung menganggap satu-satunya yang dapat

membahagiakan hidupnya adalah nilai materialnya saja. Sehingga mereka

(19)

Dengan adanya masalah tersebut, maka perlu adanya penanaman

tauhid pada setiap individu. Hal tersebut dapat dilakukan melalui

pendidikan tauhid. Pendidikan tauhid dapat diberikan di lingkungan

sekolah maupun lingkungan keluarga. Di Sekolah kini menerapkan adanya

kurikukulum 2013 yang membentuk adanya pendidikan karakter. Dalam

pendidikan karakter yang pertama dan utama yang perlu dibentuk adalah

pendidikan tauhid itu sendiri. Apabila seseorang sudah memahami

pendidikan tauhid dan berkomitmen kepada akidah biasanya

terimplementasi dalam bentuk perilaku, moralitas, visi dan pola pikirnya

dalam kehidupan yang nyata.

Dengan demikian semakin dangkal akidah tauhid seseorang

semakin rendah pula kadar akhlak, watak dan kepribadian, serta

kesiapannya menerima konsep Islam sebagai way of life. Sebaliknya

bilamana akidah seseorang telah kokoh, maka itu akan terlihat dalam

operasionalnya. Setiap konsep dari islam pasti akan diterima secara utuh

dan lapang dada, tanpa rasa keberatan dan terkesan mencari alasan-alasan

untuk menolaknya, itulah sikap muslim sejati (Rasyid, 1988:15-16).

Keutaman Pendidikan tauhid bagi manusia adalah untuk

menjadikan manusia yang utuh dan menjadi manusia yang mengabdi

kepada Sang Maha Pencipta, menjadi manusia demi manusia yang lain

dan alam semesta. Karena pada dasarnya, dalam masa kandungan pada

usia tiga bulan sepuluh hari dihembuskan ruh Allah dan sekaligus adanya

(20)

manusia lahir ke dunia telah memiliki potensi-potensi ilahiyah, namun

potensi tersebut masih tersimpan dalam diri manusia. Hal itu perlu

direalisasikan secara nyata agar manusia mengerti hakekat dan tujuan

hidup sebenarnya.

Sedangkan tujuan pendidikan tauhid menurut Chabib Thoha adalah

untuk meningkatkan ketaqwaan kepada Allah Yang Maha Esa dan untuk

menginternalisasikan nilai ketuhanan sehingga dapat menjiwai lahirnya

nilai etika insani (Thoha, 1997:72).

Pokok-pokok pembahasan ilmu tauhid meliputi tiga hal, yaitu

ma’rifat al-mabda’, ma’rifat al-wasitah, dan ma”rifat al-ma’ad. Ma’rifat

al-mabda’adalah mepercayai dengan penuh keyakinan bahwa penciptaan

alam adalah Allah Yang Maha Esa. Ma’rifat al-wasitah adalah

mempercayai tentang para utusan Allah. Ma”rifat al-ma’ad adalah

mempercayai adanya kehidupan abadi di akhirat (Ensiklopedi Islam,

2003:90).

Dalam Skripsi ini penulis akan membahas tentang nilai-nilai

pendidikan tauhid dalam buku Samudera Al-Fatihah karya H Bey Arifin.

Penulis menggunakan buku ini, karena didalam buku ini permasalahan

diuraikan secara jelas dan terperinci. Dalam buku Samudera Al-Fatihah

berisi tentang penafsiran surat Al-Fatihah. Dalam penulisannya H. Bey

Arifin menggunakan pemikiran beberapa tokoh, tetapi beliau juga

(21)

dengan berbagai hal seperti: mengenai ilmu astronomi, ilmu biologi, juga

mengenai peribadatan seperti pembahasan mengenai bible dan ahlu kitab.

Dalam buku Samudera Al-Fatihah dijelaskan mengenai berbagai

permasalahan, di setiap permasalahan itu membuat seseorang agar ingat

dengan kekuasaan Allah. Seperti halnya dalam kutipan berikut:

“Demikianlah besarnya rahmat Allah yang telah memutar bumi di kelilingi matahari dan memiringkannya ke Utara dan Selatan. Satu rahmat besar yang harus diingat-ingat, jangan hendaknya lupakan saja, agar kita selalu dalam keadaan bersyukur terhadap Allah. Sehingga selalu pula dalam keadaan taat dan patuh menjalankan ibadah yang diperintahkan-Nya. Hanya orang-orang yang tak memikirkan ini semualah yang berat baginya mengerjakan ibadah berupa shalat dan puasa Amat berat baginya untuk membungkukkan badan kepada Allah, tetapi amat ringan membungkuk-bungkukkan badan mengambil bola tennis. Berat baginya sembahyang dan puasa, tetapi ringan saja baginya melakukan gerak jalan ratusan kilometer jauhnya atau mendaki puncak gunung yang tinggi.”

Dari kutipan itu jelas, bahwasannya Allah penguasa segala alam

raya. Allah menciptakan sesuatu dengan sempurna tanpa ada cacat

sedikitpun. Apabila Allah tidak memiringkan bumi ke Utara maupun ke

Selatan maka tidak akan terjadi pergantian musim. Hal itu menyebabkan

manusia tidak dapat bertahan hidup.

Fenomena dan kejadian di alam ini dapat menyadarkan seseorang

untuk selalu mengingat Allah. Begitulah H. Bey Arifin dalam menyajikan

buku ini, dengan menyajikan sesuatu yang akan membuat pembacanya

untuk selalu kagum kepada Sang Maha Pencipta yaitu Allah SWT. Hal

yang demikian akan meningkatkan rasa keimanan dan ketaqwaan kepada

(22)

Pendidikan tauhid yang bisa diterapkan kepada peserta didik di

sekolah yaitu menjelaskan dengan nyata kejadian nyata atas kebesaran

Allah yang telah ditunjukan ini. Apabila pendidikan tauhid hanya

dijelaskan melalui cerita saja peserta didik akan ragu dan akan bertanya

mengapa yang demikian itu terjadi. Berbeda dengan menunjukkan

kejadian yang nyata terjadi di alam ini, peserta didik tidak akan ragu dan

yakin bahwa semua itu bersumber dari Allah dan yang patut disembah

hanyalah Allah.

Dari latar belakang diatas, penulis tertarik untuk menggali

nilai-nilai pendidikan tauhid dalam buku Samudera Al-Fatihah ulasan-ulasan

pemikiran H. Bey Arifin dan beberapa tokoh lainnya. Dimana agar selalu

berada dalam jalan kebenaran. Untuk itu, maka dalam penelitian ini

penulis memberi judul: NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID DALAM

BUKU SAMUDERA AL-FATIHAH KARYA H BEY ARIFIN. Penulis

akan berusaha mengulas nilai-nilai pendidikan tauhid yang ada dalam

bukuSamudera Al-Fatihah.Diharapkan nantinya dapat dijadikan referensi

dalam pembimbingan tauhid para pelajar dan juga masyarakat umum.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apa saja nilai-nilai pendidikan tauhid dalam buku Samudera

(23)

2. Bagaimana relevansi nilai-nilai pendidikan tauhid dalam buku

Samudera Al-Fatihah karya H Bey Arifin dengan praktik

pendidikan tauhid masa kini?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui nilai-nilai pendidikan tauhid yang terkandung dalam

buku Samudera Al-Fatihah.

2. Menemukan relevansi nilai-nilai pendidikan tauhid dalam buku

Samudera Al-Fatihah karya H Bey Arifin dengan praktik

pendidikan tauhid masa kini.

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini dapat dikemukakan menjadi dua

bagian, yaitu:

1. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi teoritis

bagi dunia pendidikan pada umumnya dan khususnya bagi

pengembangan nilai-nilai pendidikan tauhid. Serta menambah

wawasan tentang keberadaan karya sastra yang memuat tentang

pendidikan tauhid.

2. Kegunaan Praktis

Penelitian ini dapat digunakan sebagai landasan, pedoman dan

petunjuk bagi para peneliti pendidikan untuk mengembangkan sebuah

(24)

Pendidikan Agama Islam. Selain itu, penelitian ini dapat dijadikan

kontribusi ilmiah sehingga dapat dijadikan referensi untuk

pengembangan penelitian islam pada khususnya.

E. Penegasan Istilah

Untuk menghindari penafsiran dan kesalahpahaman, maka penulis

kemukakan pengertian dan penegasan judul skripsi ini sebagai berikut:

1. Nilai Pendidikan Tauhid

Nilai adalah sesuatu yang dipandang baik, disukai, dan paling

benar menurut keyakinan seseorang atau kelompok orang sehingga

preferensinya tercemin dalam perilaku, sikap dan perbuatannya

(Maslikhah, 2009:106).

Pendidikan adalah suatu usaha yang disadari untuk

mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia, yang

dilaksanakan di dalam maupun di luar sekolah, dan berlangsung

seumur hidup (Sabdulloh, 2014: 5).

Tauhid secara harfiah berarti mengesakan atau menyatukan.

Kata tauhid, yang dikehendaki disini, tidak lain adalah tahidullah,

yang berarti mengesakan Allah, atau dengan kata lain menyatakan

bahwa Allah (Tuhan) itu esa, satu, atau tunggal (Ensiklopedi Islam

Indonesia, 1992: 933).

Tauhid menurut pendapat Muhammad Abduh adalah asal

(25)

Esanya Zat Allah, tidak hanya percaya bahwa Allah ada, yang

menciptakan seluruh alam semesta beserta pengaturannya, tetapi

haruslah percaya kepada Allah dengan segala ketentuan tentang Allah

meliputi sifat,asmadanaf ’al-Nya (Zainudin, 1992:1).

Pendidikan tauhid adalah suatu upaya yang keras dan

bersungguh-sungguh dalam mengembangkan, mengarahkan,

membimbing akal pikiran, jiwa, qalbu, dan ruh kepada pengenalan

(ma’rifat) dan cinta (mahabbah) kepada Allah (Hamdani, 2001:10).

Dari beberapa penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan,

bahwa nilai pendidikan tauhid adalah suatu usaha yang disadari untuk

mengembangkan kepribadian dan kemampuan diri yang diyakini

benar oleh stiap orang atau kelompok sehingga dapat menetapkan

keyakinan atas keesaan Allah.

2. Samudera Al-Fatihah

Ini adalah buku yang ditulis oleh H. Bey Arifin pada tahun

1966. Buku ini berisi tentang penafsiran tentang surah Al-Fatihah.

Sistematika yang digunakan adalah pertama mengenai keistimewaan

surah Fatihah, yang kedua menerangkan nama-nama surah

Al-Fatihah, yang ketiga menafsirkan surat sesuai urutan ayat yang ada

dalam surah Al-Fatihah, kemudian penutup dan Bibliografi.

Dalam menuliskan tafsir ini penulis menggunakan banyak

(26)

Seperti tafsir Ibnu Katsir, al-Maraghy, Fi Zhilaalil Quraan, al-Kabiir,

Mukhtashar Shahih Muslim, Syarhu Shahih Muslim, dan lain-lain.

Dari uraian dan tulisan yang ada dalam penafsiran H. Bey

Arifin, dapat diketahui bahwa penafsirannya ini menggunakan metode

tahlili. Dimana penulis memberikan uraian dan keterangan jelas

secara terperinci dan urut sesuai ayat per ayat.

Adapun dalam penafsiran yang dilakukan kerap kali mengutip

ayat dan hadis. Akan tetapi berbagai pemikiran baru juga kerap

dimasukkan dalam tulisan tafsirnya. Mulai dari pandangannya

mengenai ayat yang kemudian dihubungkan dengan berbagai hal,

seperti: mengenai ilmu astronomi, ilmu biologi, juga mengenai

peribadatan seperti pembahasan mengenai bible dan ahlu kitab.

F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian

kepustakaan(library research), karena yang dijadikan objek penelitian

adalah buku karya H. Bey Arifin yaitu Samudera Al-Fatihah.

Riset Kepustakaan (library research) adalah penelitian yang

dilakukan di perpustakaan di mana obyek penelitian biasanya digali

lewat beragam informasi kepustakaan berupa buku, ensiklopedi, jurnal

(27)

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data

dapat diperoleh (Arikunto, 2006:129). Sumber data yang digunakan

dalam penyusunan proposal ini yaitu sumber data primer, sekunder,

dan tersier dengan rincian sebagai berikut:

a. Data Primer adalah pustaka yang merupakan penjelasan langsung

dari seorang peneliti mengenai kegiatan penelitian yang telah

dilakukannya (Anggoro, 2011:2.11). Adapun sumber primer

dalam penelitian ini adalah buku Samudera Al Fatihah karya H

Bey Arifin yang diterbitkan oleh PT Bina Ilmu.

b. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber

pendukung untuk memperjelas data primer. Yaitu bukuMengenal

Tuhan dan Hidup Sesudah Matikarya H Bey Arifin.

c. Data Tersier adalah sumber lain yang dapat dijadikan sumber

tambahan yang mendukung penelitian ini. Adapun sumber tersier

yaitu berbagai literatur yang berhubungan dengan objek

penelitian, baik itu berupa transkip, buku, artikel di surat kabar,

majalah, tabloid, dan website.

3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar

untuk memperoleh data yang diperlukan. Adapun teknik pengumpulan

(28)

a. Library research (penelitian kepustakaan). Dengan metode ini

peneliti mengumpulkan buku-buku yang berkaitan dengan objek

penelitian.

b. Literatur yaitu salah satu metode pengumpulan data yang

digunakan dalam metodologi penelitian sosial untuk menelusuri

data historis. Selain itu, literatur juga dapat diartikan sebagai

penelitan yang berupa catatan-catatan peristiwa yang sudah berlalu

berupa tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari

seseorang. Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

karya monumental buku Samudera Al-Fatihah karya H. Bey Arifin.

4. Teknik Analisis Data

Metode yang digunakan adalah analisis isi, dengan

menguraikan dan menganalisis serta memberikan pemahaman atas

teks-teks yang dideskripsikan.

Isi dalam metode analisis terdiri atas dua macam, isi laten dan

isi komunikasi. Isi laten adalah isi yang terkandung dalam dokumen

dan naskah, sedangkan isi komunikasi adalah pesan yang terkandung

sebagai akibat komunikasi yang terjadi (Ratna, 2007:48).

Sebagaimana metode kualitatif, dasar pelaksanaan metode isi

adalah penafsiran, sehingga peneliti menekankan bagaimana

memaknai isi komunikasi, memaknai isi interaksi simbolik yang

(29)

Dalam penelitian ini, penulis akan mengkaji isi buku Samudera

Al-Fatihahyang mengandung nilai-nilai pendidikan tauhid.

Langkah-langkah yang penulis gunakan dalam pengolahan

data adalah:

a. Langkah deskriptif, yaitu menguraikan teks-teks dalam buku

Samudera Al-Fatihah yang berhubungan dengan nilai-nilai

pendidikan tauhid.

b. Langkah interpretasi, menjelaskan teks-teks dalam buku

Samudera Al-Fatihah yang berhubungan dengan nilai-nilai

pendidikan tauhid.

c. Langkah analisis, yaitu menganalisis penjelasan dari buku

Samudera Al-Fatihah yang berhubungan dengan nilai-nilai

pendidikan tauhid.

d. Langkah mengambil kesimpulan, yaitu mengambil kesimpulan

dari dalam Samudera Al-Fatihah yang berhubungan dengan

nilai-nilai pendidikan tauhid.

G. Sistematika Penulisan

Skripsi ini akan ditulis dengan menggunakan sistematika yang

terdiri dari 5 bab, antara lain:

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisi latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,

metode penelitian, penegasan istilah, dan sistematika

(30)

BAB II LANDASAN TEORI. Bab ini akan membahas tentang

pengertian nilai pendidikan tauhid, dasar dan tujuan

pendidikan tauhid, materi pendidikan tauhid, dan

internalisasi pendidikan tauhid.

BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN H BEY ARIFIN. Bab ini

menjelaskan tentang biografi penulis H. Bey Arifin yang

meliputi riwayat hidup, karya-karyanya, sistematika

penulisan buku dan isi pokok buku Samudera Al-Fatihah.

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN TAUHID

DALAM BUKU SAMUDERA AL-FATIHAH. Bab ini

akan membahas tentang nilai pendidikan tauhid dalam

buku Samudera Al-Fatihah dan relevansi nilai-nilai

pendidikan tauhid dalam buku Samudera Al-Fatihah

dengan praktik pendidikan tauhid masa kini.

BAB V PENUTUP. Menguraikan kesimpulan, kritik dan saran.

DAFTAR PUSTAKA

(31)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Nilai Pendidikan Tauhid

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, nilai diartikan sebagai

harga, yang dimaksudkan nilai disini adalah sifat-sifat (hal-hal) yang

penting atau berguna bagi kemanusiaan. Dari segi etik nilai diartikan

untuk manusia sebagai pribadi yang utuh, misalkan: kejujuran, nilai

yang berhubungan dengan akhlak, nilai yang berkaitan dengan benar

dan salah yang dianut oleh golongan atau masyarakat.

Nilai juga bisa diartikan sesuatu yang dipandang baik, disukai,

dan paling benar menurut keyakinan seseorang atau kelompok orang

yang sehingga preferensinya tercemin dalam perilaku, sikap dan

perbuatannya (Maslikhah, 2009:106). Nilai mempengaruhi sikap dan

perilaku setiap individu. Sehingga nilai bisa dijadikan pedoman hidup

untuk membuat suatu kepribadian yang lebih baik, karena nilai itu

sesuatu yang sangat dihargai dan dijunjung tinggi.

Pendidikan adalah salah satu hal yang penting dalam kehidupan

manusia. Secara bahasa pendidikan dari bahasa Yunani,pedagogy, yang

mengandung makna seorang anak yang pergi dan pulang sekolah

diantar oleh pelayannya. Dalam bahasa Romawi pendidikan

diistilahkan sebagai educate yang berarti mengeluarkan sesuatu yang

(32)

educate yang berarti memperbaiki moral dan melatih intelektual

(Muhajir, 2000: 20).

Menurut Langeveld, pendidikan diartikan sebagai setiap usaha,

pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju

pada pendewasaan anak itu, atau membantu anak agar cukup cakap

melaksanakan tugas hidupnya sendiri. John Dewey memberi batasan

pendidikan sebagai proses pembentukan kecakapan-kecakapan

fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama

manusia. Banyak pendapat yang berlainan tentang pendidikan.

Walaupun demikian, pendidikan berjalan terus tanpa menunggu

keseragaman arti (Kadir, 2012: 61).

Di sini dapat ditarik kesimpulan bahwasannya pendidikan adalah

suatu usaha yang disadari untuk mengembangkan kepribadian dan

kemampuan manusia, yang dilaksanakan di dalam maupun di luar

sekolah, dan berlangsung seumur hidup (Sabdulloh, 2014: 5).

Secara bahasa kata tauhid merupakan bentuk mashdar dari asal

kata kerja lampau yaitu:wahhada-yuwahhidu-tauhidan{اﺪﯿﺣﻮﺗ ﺪّﺣﻮﯾـ ﺪّﺣو} yang memiliki arti mengesakan atau menunggalkan. Kemudian

ditegaskan oleh Ibnu Khaldun dalam kitabnya Muqaddimah bahwa kata

tauhid mengandung makna keesaan Tuhan. Maka dari pengertian

(33)

meyakinkan bahwa Allah adalah “satu” tidak ada syarikat bagi-Nya

(Mulyono, 2010:13). Syekh Muhammad Abduh mengatakan bahwa:

Ilmu tauhid ialah ilmu yang membahas tentang wujud Allah dan sifat-sifat yang wajib ada Nya, dan sifat yang boleh pada-Nya dan sifat yang tidak harus ada pada-pada-Nya (mustahil), ia juga membahas tentang para Rasul untuk menegaskan tugas risalahnya, sifat-sifat wajib yang ada padanya yang boleh ada padanya (jaiz) dan yang tidak boleh ada padanya (mustahil).

Sedangkan menurut Syekh Husain Affandial-Jisral-Tharablusy

menta’rifkan ilmu tauhid yaitu ilmu yang membahas atau

membicarakan bagaimana menetapkan aqidah (agama islam) dengan

menggunakan dalil-dalil yang meyakinkan.

Dalam kajian pendidikan, tauhid adalah suatu upaya yang keras

dan bersungguh-sungguh dalam mengembangkan, mengarahkan,

membimbing akal pikiran, jiwa, qalbu, dan ruh kepada pengenalan

(ma’rifat) dan cinta (mahabbah) kepada Allah (Hamdani, 2001:10).

Dari beberapa penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan,

bahwa nilai pendidikan tauhid adalah suatu usaha yang disadari untuk

mengembangkan kepribadian dan kemampuan diri yang diyakini benar

oleh setiap orang atau kelompok sehingga dapat menetapkan keyakinan

atas keesaan Allah.

B. Dasar dan Tujuan Pendidikan Tauhid 1. Dasar Pendidikan Tauhid

(34)

Di dalam Al-Qur’an terdapat banyak ajaran yang

berkenaan dengan kegiatan atau usaha pendidikan tauhid.

Misalnya dalam surah Luqman ayat 13, menerangkan kisah

Luqman yang mengajari anaknya tentang tauhid yaitu:

ذِإ َو

Artinya: Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepada

anaknya: “Hai anakku, janganlah kamu

memepersekutukan Allah, Sesungguhnya

mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.”(QS. Luqman: 13

)

Pengajaran yang disampaikan Luqman kepada anaknya,

merupakan dasar pendidikan tauhid yang melarang berbuat

syirik, karena pada hakekatnya pendidikan tauhid adalah

pendidikan yang berhubungan dengan adanya Allah dengan

keesaan-Nya, sehingga timbul dalam ketetapan dalam hati

untuk tidak mempercayai selain Allah. Kepercayaan itu dianut

karena kebutuhan (fitrah) dan harus merupakan kebenaran yang

ditetapkan dalam hati sanubarinya.

(35)

Hadis merupakan dasar kedua setelah Al-Qur’an. Hadis

berisi petunjuk untuk kemaslahatan hidup manusia dan untuk

membina umat menjadi manusia seutuhnya atau muslim yang

bertaqwa. Inilah tujuan pendidikan yang dirancangkan dalam

Al-Qur’an.

Dalam sejarah pendidikan Islam, Nabi Muhammad Saw

telah memberikan pendidikan secara menyeluruh di

rumah-rumah dan di masjid-masjid. Salah satu rumah-rumah sahabat yang

dijadikan tempat berlangsungnya pendidikan yang pertama

adalah rumahnya Arkam di Mekkah, sedang masjid yang

digunakan untuk kegiatan pembelajaran adalah masjid Nabawi

di Madinah.

Adanya kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh

Nabi Muhammad dan dilanjutkan oleh pengikutnya, merupakan

realisasi Nabi Muhammad sendiri. Adapun hadis yang berkaitan

dengan pendidikan tauhid ialah:

“Dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah saw. bersabda “tidak ada orang anakpun kecuali dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci), maka orang tuanyalah yang menjadikan Yahudi, Nasrani, dan Majusi.” (HR. Muslim).

2. Tujuan Pendidikan Tauhid

Setiap kegiatan, apapun bentuk dan jenisnya, sadar atau tidak

(36)

Bagaimanapun, segala sesuatu yang tidak mempunyai tujuan tidak

akan mempunyai arti apa-apa. Dengan demikian, tujuan merupakan

faktor yang sangat penting dalam setiap kegiatan, termasuk

kegiatan pendidikan. Cita-cita atau tujuan yang ingin dicapai harus

dinyatakan secara jelas sehingga semua pelaksana dan sasaran

pendidikan memahami atau mengetahui suatu proses kegiatan

seperti pendidikan, bila tidak mempunyai tujuan yang jelas untuk

dicapai, maka prosesnya akan menjadi kabur (Kadir, 2012: 81).

Tujuan pendidikan dalam arti khusus adalah membawa anak

kepada kedewasaannya, yang berarti bahwa ia harus dapat

menentukan diri sendiri dan bertanggung jawab sendiri. Dalam

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 dijelaskan tentang fungsi

dan tujuan pendidikan sebagai berikut:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Tujuan tersebut merupakan tujuan pendidikan secara makro

yang sangat luas, menyangkut taraf hidup manusia yang ingin

dicapai oleh suatu masyarakat, atau suatu bangsa, yaitu bangsa

(37)

Sedangkan ilmu tauhid bertujuan untuk mengesakan Tuhan,

baik Zat-Nya, sifat-sifat maupun perbuatan-Nya, tanpa ada sekutu

bagi-Nya. Selain itu, ilmu tauhid memberikan dasar dan landasan

mental (basic mentality) yang kuat bagi keimanan seseorang

muslim terhadap ke-esaan Tuhan sebagai satu-satunya Pencipta

alam (Tauhid Rububiyah) dan satu-satunya sesembahan dalam

ibadah(Tauhid Uluhiyah).

Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwasannya

tujuan pendidikan tauhid adalah tertanamnya akidah tauhid dalam

jiwa manusia secara kuat, sehingga nantinya dapat diaktualisasikan

dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan ajaran agama islam.

C. Materi Pendidikan Ilmu Tauhid

Agama Islam seperti pokok kayu, rukun iman sebagai urat atau

akar, sedangkan rukun islam sebagai batang, dahan, dan ranting.

Dengan demikian, rukun iman mempunyai kedudukan yang jauh lebih

penting dari rukun islam. Bila akar kayu tidak hidup, tidak kuat, tidak

terunjam jauh ke perut bumi, maka akibatnya pokok kayu itu akan

merasa hidup atau mati. Begitulah keadaan orang islam yang tidak

beriman, atas lemah imannya karena tidak dipupuk dipelihara,

agamanya akan merana, tidak ada perhatian dan kegiatan padanya untuk

melakukan ibadah yang dinamakan rukun islam yang lima. Orang yang

(38)

pokok kayu yang tidak berubah. Tidak ada usaha yang pantas

dilakukan, selain usaha-usaha yang memperkokoh keimanan, yaitu

usaha mempuk dan menyuburkan keimanan.

Untuk memupuk keimanan diperlukan adanya pendidikan tauhid.

Karena tauhid adalah inti ajaran umat islam. Materi yang terkait dengan

pendidikan tauhid , yaitu:

1. Adanya wujud Allah

Berbicara tentang Tuhan, pertama kita perlu yakin terlebih

dahulu tentang adanya Tuhan. Marilah kita mencoba menyetir atau

membimbing jalan pikiran kita masing-masing, untuk dapat

mempercayai tentang adanya Tuhan.

Sebelum lahirnya Nabi Isa dan Nabi Muhammad Saw., sudah

banyak ahli-ahli pikir (philosophers) yang dengan akal dan pikiran

mereka sudah membenarkan adanya Tuhan dengan berbagai

caranya. Ada 4 macam dalil (preuve) yang mereka gunakan untuk

menetapkan adanya Tuhan:

a. Preuve Metaphisique, yaitu dalil-dalil yang berupa akal semata.

Menurut akal, alam yang maha luas yang terdiri dari bumi,

matahari, bulan, dan berjuta-juta bintang, tentu tidak terjadi

dengan sendirinya. Jangankan bumi atau matahari yang begitu

(39)

akan terjadi dengan sendirinya. Pasti ada yang menjadikan atau

menciptakannya yaitu Tuhan.

Alam ini adanya karena diciptakan: maka alam ini

bersifat tidak sempurna. Sedangkan Tuhan menciptakan alam,

maka Dia bersifat sempurna. Sebab itu, Tuhan adalah ghaib

untuk kita. Maka tidaklah heran jika masih ada manusia yang

belum percaya adanya Tuhan.

b. Preuve Phisique,yaitu dalil-dalil yang terdiri dari alam(Phisica).

Yaitu dalil-dalil yang pertama kali dipakai oleh Abul Huseil

Al-Allaf, seorang ahli dalam mahzab Mu’tazilah, pengikut Wasil bi

Atha.

Dia mulai dalil ini dengan teori Atom. Bahwa alam ini

baik yang berupa benda padat, benda cair atau benda gas dapat

dibagi-bagi sampai bagian yang terkecil yang disebut molekul.

Molekul-molekul itu saling tarik-menarik, maka terjadilah benda

itu. Tiap molekul itu terdiri dari atom-atom dan tiap atom

berputar di sekitar atom lainnya. Dari perputaran atom inilah

timbul kekuatan tarik-menarik antara molekul-molekul. Jika

atom tidak berputar, tidak ada kekuatan tarik-menarik maka tidak

akan ada satu benda pun di alam ini. Di sini timbul pertanyaan:

Siapakah yang memutarnya (primier moteur- atau

(40)

Yaitu Tuhan. Jadi Tuhan pasti ada.

c. Preuveu Teleologique, yaitu dalil yang diambil dari susunan dan

keindahan alam. Yang dimaksudkan dalil ini adalah: Di dalam

alam ini ada susunan dan perputaran yang amat bagus, susunan

yang amat indah. Dengan teratur sekali bumi mengitari matahari

dalam waktu 365 hari 5 jam 49 menit dan 12 detik, bulan

mengitari bumi waktu 29 hari 12 jam 44 menit 3 detik. Semua itu

tentu ada yang menjalankan dan mengatur. Bulan, bintang, dan

matahari tentu ada Dieu Organisateur (Yang Maha Pengatur).

Yaitu Allah. Jadi Tuhan pasti ada.

d. Preuveu Morale,yaitu dalil yang diambil dari moral atau akhlak.

Penjelasannya: Alam besar atau kosmos begitu indah dan teratur

jalannya, tetapi kenapa tampak ketidakberesan dalam kehidupan

alam kecil (manusia di dunia ini), kenapa ada manusia yang

hidupnya senang dan menindas dan ada pula manusia yang

hidupnya sengsara dan ditindas.

Tidak ada keadilan dalam kehidupan manusia di dunia

ini. Dilihat kebijaksanaan Allah dalam mengatur alam besar,

maka pasti tiap macam penganiayaan ada Pengadilan Tertinggi di

kemudian hari yang akan membereskan segala yang tidak beres

(41)

Bagaimana caranya Tuhan sendiri berkata pada manusia,

agar kita percaya dan ingat kepada Tuhan?

Firman Allah, Surat Ad-Dahru ayat 1-4:

ﻞَھ

Artinya:“(1) Bukankan sudah berlalu atas manusia suatu masa dimana manusia itu tidak (belum) ada?. (2) Sesungguhnya kami ciptakan manusia itu dari setetes (mani) yang bercampur, yang kami cobai begitu rupa, sehingga menjadi manusia, yang akhirnya dapat melihat dan mendengar. (3) Sesungguhnya kepada manusia itu dalam hidupnya di dunia ini kami beri petunjuk jalan (berupa agama yang benar, agar jangan tersesat). Ada diantara manusia itu yang bersyukur kepada Allah, tetapi ada pula yang lupa saja (tidak pandai membalas budi, malah kufur tidak percaya kepada Allah). (4) Terhadap manusia yang lupa atau kufur itu, kami sediakan rantai, belenggu, dan api neraka yang menyala.”

Di dalam ayat-ayat ini, Allah mengajak manusia, untuk

mengingat dan mengenang akan kejadian diri kita

(42)

mengenangkan sesuatu yaitu pertama, kita harus sadar, bahwa

masing-masing kita manusia yang ada sekarang ini dulu tidak

ada. Kedua, supaya kita coba mengingat bagaimana cara Tuhan

menciptakan diri kita masing-masing.Ketiga, setelah mengenang

itu semua, Allah mengajak kita untuk bersyukur dan

berterimakasih, jang lupa terhadap Allah, seperti batu jatuh ke

lubuk, tidak pernah muncul.

2. Keesaan Allah

Menyembah hanya kepada Allah adalah inti dari ajaran

agama (islam). Sikap tauhid adalah meyakini dan mempercayai

bahwa Allah Esa Zat-Nya, Sifat-Nya, Perbuatan-Nya, Wujud-Nya.

Allah juga Esa memberi hukum, Esa menerima ibadah, dan Esa

dalam memberikan perlindungan kepada makhluk-Nya.

kepercayaan dan amalan-amalan ibadah akan menjadi rusak bila

tauhid (aqidah) labil dan lemah (Nurdin, 2008: 1.32-1.34).

Menurut M. Quraish Shihab, ulama tafsir, bahwa Keesaan

Allah itu mencakup:

a. Keesaan Zat-Nya

Keesaan Zat-Nya mengandung pengertian bahwa

seseorang harus percaya bahwa Allah tidak terdiri dari

unsur-unsur atau bagian-bagian, karena jika zat Yang Maha Kuasa itu

(43)

membutuhkan unsur atau bagian itu. Sedangkan unsur yang lain

Allah tidak membutuhkannya. Ini yang dimaksudkan:

۞

Artinya: “Hai manusia, kamulah yang memerlukan Allah,

sedangkan Allah Dialah Yang Maha Kaya lagi Maha

Terpuji.”(Q.S. Faathir, 35: 15)

b. Keesaan Sifat-Nya

Adapun keesaan sifat-Nya antara lain bahwa Allah

memiliki sifat yang tidak sama dalam substansi (isi) dan

kepastiannya dengan sifat makhluk, walaupun dari segi bahasa,

kata yang digunakan untuk menunjukkan sifat tersebut sama.

Sebagai contoh kata rahim merupakan sifat bagi Allah, tetapi

juga digunakan untuk menunjukkan rahmat atas kasih sayang.

Allah berbeda dengan rahmat makhluk-Nya.

ϝԼ˶ ͉ ˶๡ ˴ϭ

(44)

kelak mereka akan mendapatkan balasan terhadap apa yang mereka kerjakan.”(Q.S. Al-A’raf, 7: 180)

c. Keesaan Perbuatan-Nya

Keesaan ini mengandung arti bahwa segala sesuatu yang

berada di alam raya ini, baik sistem kerjanya maupun sebab dan

wujudnya, kesemuanya adalah hasil perbuatan Allah semata.

Apa yang dikehendaki-Nya terjadi, dan apa yang tidak

dikehendaki-Nya tidak akan terjadi, tidak ada daya (untuk

memperoleh manfaat), tidak pula kekuatan (untuk menolak

moderat) kecuali bersumber Allah Swt.

QS.Ali-Imran (3): 59:

˴ϡ˴Ω΍˴˯˶Ϟ˴Μ˴Ϥ˴ϛ˶ ͉๡Լ˴ΪϨ˶ϋ Իϰ˴δϴ˶ϋ˴Ϟ˴Μ˴ϣ͉ϥ˶·

ۖ

ُﮫَﻘَﻠَﺧ

ۥ

با َﺮُﺗ ﻦِﻣ

ٖ

ُﮫَﻟ َلﺎَﻗ ﱠﻢُﺛ

ۥ

ﻦُﻛ

ُنﻮُﻜَﯿَﻓ

̼

Artinya: “Sesungguhnya perbandingan (kejadian) Isa di sisi

Allah adalah seperti (kejadian) Adam. Allah

menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah

berfirman kepadanya, “jadilah”, maka jadilah dia.”

(45)

Ketiga keesaan diatas merupakan hal-hal yang harus

diketahui dan diyakini, maka keesaan keempat ini merupakan

perwujudan dari ketiga makna keesaan terdahulu.

Ibadah itu beranekaragam dan bertingkat-tingkat, salah

satu ragamnya yang makin jelas adalah amalan tertentu yang

ditetapkan cara atau kadarnya lansung oleh Allah atau melalui

Rasul-Nya, dikenal dengan istilah ibadah mahdah. Sedangkan

ibadah dalam pengertiannya yang umum mencakup segala

macam aktivitas yang dilakukan karena Allah.

ﻞُﻗ

ۡ

ﺢَﻣ َو ﻲِﻜُﺴُﻧ َو ﻲِﺗ َﻼَﺻ ﱠنِإ

ۡ

ϝԼ˶˷Ώ ˴έ˶ ͉ ˶๡ϲ˶ΗΎ˴Ϥ˴ϣ ˴ϭ˴ϱΎ˴ϳ

ۡ

َﻦﯿِﻤَﻠَٰﻋ

Σ

Artinya:Katakanlah, “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup

dan matiku (hanyalah) untuk Allah, Tuhan semesta

alam.”(Q.S. Al-An’am, 6:162)

3. Hikmah Mengenal Allah

Kata pepatah: tak kenal maka tak sayang. Banyak orang

mengaku mengenal Allah, tetapi mereka tidak cinta kepada Allah.

Buktinya, mereka banyak melanggar perintah dan larangan Allah.

Sebab itu, ternyata mereka tidak mengenal Allah dengan

sebenarnya.

Mengenal Allah akan membuahkan rasa takut kepada-Nya,

(46)

kepada-Nya. Sehingga kita bisa mewujudkkan segala ketaatan dan menjauhi

segala apa yang dilarang-Nya. Yang menentramkan hati ketika

orang mengalami gundah-gulana dalam hidup, mendapatkan rasa

aman ketika orang-orang dirundung rasa takut dan akan berani

menghadapi segala macam problema hidup.

Seseorang yang mengenal sesuatu yang telah memberikan

manfaat pada dirinya maka akan mempunyai kesan atau hikmah

terhadap sesuatu itu. Demikian juga apabila seseorang mengenal

Tuhan melalui akal dan hatinya maka ia akan merasakan buah

kenikmatan dan keindahan yang tercermin dalam dirinya.

Seperti halnya ketika seseorang mempercayai Allah sebagai

yang memiliki sifatar-rahmandanar-rahimtersebut akan memiliki

implikasi psikologis yang mendalam. Orang tersebut akan kuat

batin dan jiwanya, sehingga ia tidak pernah merasa takut

menghadapi hidup dengan berbagai percobaan. Kekuatan orang

beriman diperoleh karena harapan kasih sayang Allah yang

senantiasa menyertai makhluk-Nya. Dia tidak akan putus asa.

Karena dia yakin bahwa Allah selalu menyertainya. Dengan

demikian kepercayaan kepada sifat ar-rahman dan ar-rahim ini

akan menimbulkan sikap optimis (Nata, 2012: 64).

(47)

Secara etimologis, internalisasi menunjukkan suatu proses.

Dalam kaidah bahasa indonesia akhiran-isasi berarti proses. Selanjutnya

Internalisasi diartikan sebagai penghayatan, pendalaman, penguasaan

secara mendalam yang berlangsung melalui binaan, bimbingan, dan

sebagainya. Lebih jelasnya internalisasi merupakan upaya penghayatan

nilai ke dalam diri seseorang sehingga akan membentuk watak dan

perilakunya.

Internalisasi nilai tauhid adalah suatu penanaman

nilai-nilai ilahiyah yang mecakup, iman, islam, ihsan, taqwa, tawakal, sabar

syukur, dan ikhlas, keyakinan tersebut ditanamkan kepada peserta didik.

Tahapan dalam internalisasi nilai adalah:

a. Tahap transformasi nilai, pada tahap ini guru sekedar

menginformasikan nilai-nilai yang baik dan yang kurang baik

kepada peserta didik, yang semata-mata merupakan komunikasi

herbal.

b. Tahap transaksi nilai, yaitu suatu tahap pendidikan nilai dengan

jalan melakukan komunikasi dua arah, atau interaksi antara

peserta didik dan guru bersifat timbal balik. Dalam tahap ini

tidak disajikan nilai yang baik dan yang buruk, tetapi terlibat

untuk melaksanakan dan memberikan contoh amalan yang

nyata, dan peserta didik diminta memberikan respon yang sama,

(48)

c. Tahap transinternalisasi, yakni bahwa tahap ini lebih dalam dari

pada sekedar transaksi. Dalam tahap ini tampilan guru

dihadapan peserta didik bukan sekedar lagi sosok fisiknya,

melainkan sifat mental dan kepribadiannya. Oleh karena itu,

dapat dikatakan bahwa dalam transinternalisasi ini adalah

komunikasi dua kepribadian yang masing-masing terlibat secara

aktif.

Proses internalisasi terjadi apabila individu menerima

pengaruh dan bersedia bersikap menuruti pengaruh itu dikarenakan

sikap tersebut sesuai dengan yang ia percayai dan sesuai dengan

sistem yang dianutnya. Sikap itulah yang biasanya merupakan sikap

yang dipertahankan oleh individu dan biasanya tidak mudah

berubah selama sistem nilai yang ada dalam diri individu yang

bersangkutan masih bertahan.

Pada tahap-tahap internalisasi diupayakan dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menyimak, yakni guru memberi stimulus dan peserta didik

menangkap stimulus yang diberikan.

b. Responding, peserta didik mulai ditanamkan pengertian dan

kecintaan terhadap nilai tertentu, sehingga memiliki latar

(49)

mampu memberikan argumentasi rasional dan selanjutnya peserta

didik dapat memiliki komitmen tinggi terhadap nilai tersebut.

c. Organization, peserta didik mulai dilatih mengatur sistem

kepribadiannya disesuakain dengan nilai yang ada.

d. Characterization, apabila kepribadian sudah diatur dan

disesuaikan dengan sistem nilai tertentu dan dilaksanakan

berturut-turut, maka akan terbentuk kepribadian yang bersifat satu

(50)

BAB III

DESKRIPSI PEMIKIRAN H BEY ARIFIN

A. Riwayat Hidup H Bey Arifin

H. Bey Arifin lahir pada 9 Dzulhijjah 1335 H atau 26 September 1917

di Parak Laweh, Sumatera Barat. H. Bey Arifin semasa kecilnya dikenal

dengan nama Buyung Tanjung. Ayahnya bernama Muhammad Arif yang

bergelar Datuk Lauik Basa dan ibunya Siti Zulaikha. Ayahnya seorang petani

seperti kebanyakan penduduk Parak Laweh. Buyung hidup lima bersaudara di

dataran yang diapit gunung Singgalang dan Merapi di Bukittinggi, Buyung

Tanjung kecil sering sakit-sakitan. Ketika saudara-saudaranya yang lain sibuk

bekerja di sawah, Buyung hanya bisa memperhatikannya. Ayahnya melarang

Buyung bekerja keras karena telinga kanannya pernah mengeluarkan nanah

dan tak seorang dukun tradisional pun waktu itu mampu menanganinya.

Setiap rasa sakit datang, Si Buyung kecil hanya bisa menangis dipangkuan

ibunya. Penyakitnya kemudian sembuh berkat ramuan coba-coba buatan

ibunya sendiri, yaitu dari kuning telur, ditambah jeruk nipis dan sedikit madu.

Buyung Tanjung menghadiri acara Nuzulul Qur’an di desanya. Pada

saat Kiai Nurdin berceramah, Buyung sangat terpikat. Tidak saja pada isi

ceramahnya, tetapi lebih pada pencermah itu sendiri. Betapa enak menjadi

penceramah, semua orang terpekur memperhatikan yang disampaikannya.

(51)

Buyung Tanjung mengejar ke manapun Kiai Nurdin berceramah.

Hingga Buyung berazam, jika kelak Buyung dewasa, Buyung ingin menjadi

orang bertabligh seperti Kiai Nurdin Ahmad. Buyung di setiap malamnya

sampai tidak bisa tidur, membayangkan enaknya menjadi penceramah.

Buyung saat sedang tidur lelap, tiba-tiba Buyung bangkit dan berbicara

panjang lebar layaknya berceramah di depan orang banyak. Buyung

menceritakan apa saja yang pernah didengarnya dari Kiai Nudin. Tetapi

ketika sadar, Buyung baru tahu kalau itu hanya terjadi dalam mimpi. Kejadian

itu mendorong Buyung rajin pergi ke surau dan masjid untuk mengaji,

mempelajari agama islam, bersembahyang, dan membaca Al-Qur’an. Tak ada

waktu untuk merenung atau bermain sepak bola seperti hari-hari sebelumnya.

Buyung Tanjung merengek pada orang tuanya agar bisa pergi ke

sekolah. Jadilah Buyung masuk sekolah tingkat dasar Volkschool, yang

biasanya hanya diperuntukkan untuk kalangan tertentu. Ketika lulus 3 tahun

kemudian, Buyung ingin bersekolah lebih tinggi lagi. Masuklah Buyung ke

Vervolgschool, tingkat sekolah dasar berikutnya. Tetapi Buyung pun tidak

puas. Akhirnya, ketika duduk di kelas IV Vervolgschool, Buyung juga masuk

ibtida’iyyah di Simpang Empat, tak jauh dari kampungnya. Buyung juga

masih aktif mengaji di surau dan masjid-masjid. Hal itu menjadikan Buyung

hampir tidak punya waktu luang untuk kegiatan yang lain.

Buyung lulus dari Ibtida’iyyah, kemudian Buyung melanjutkan ke

(52)

Muslim di Binnen Weg Bukittinggi yang cukup modern dan menggunakan

tiga bahasa: Inggris, Belanda, dan Arab. Guru-gurunya lulusan dari

pendidikan di Mesir dan Mekkah. Seperti: Syech H. Abdurrahman, H. Darwis

Taram, Muhammad Dawam, dan sebagainya.

Buyung Lulus dari Perguruan Muslim, dan melanjutkan sekolah ke

Islamic College di Padang. Islamic College terkenal memiliki 2

keistimewaan: banyak muridnya pintar berpidato dan menulis. Empat tahun

lamanya Buyung belajar di Islamic College.

Perubahan nama Buyung Menjadi Bey Arifin. Buyung berusia 17

tahun, Buyung tumbuh makin dewasa. Buyung mulai menempatkan dirinya

pada tataran kaum pemuda yang tengah giat-giatnya berjuang menuntut

kemerdekaan. Buyung bergabung dengan Himpunan Pemuda Islam, pemuda

itu mendapat tempat untuk berpidato. Hampir setiap hari Buyung mendapat

undangan berpidato untuk menggugah semangat masyarakat untuk turut

berjuang.

Buyung tidak lagi menggunakan nama Buyung, tetapi disingkat BY.

Dan ditambahkannya nama ayahnya, Arifin, di belakangnnya. Jadilah

namanya B.Y Arifin. Tetapi atas saran Tamar Jaya, temannya di HI, nama BY

diubah menjadi Bey, nama terkenal jendral Turki yang terkenal: Anwar Bey.

Bey semacam gelar kebangsawanan seperti Raden Mas di Jawa. Sejak itulah

(53)

Bey Arifin Lulus dari Islamic College, dan ditempatkan di sekolah

dasar Darul Muslicihin di desa Sangkir, Lubuk Basung, meninjau sebagai

guru agama. Lepas dari sana, Bey mendapat kesempatan merantau ke Jawa

bersama Maisir Thaib, temannya sewaktu di Islamic College. Maisir lalu

pergi ke pondok Modern Gontor Ponorogo, sementara Bey tetap di Jakarta,

tinggal di AM. Sangaji, dan sempat berkenalan dengan Muhammad Rum dan

H. Agus Salim.

Bey Afirin mendapat kesempatan belajar di Taman Siswa di

Yogyakarta dibawah asuhan Ki Hajar Dewantoro atas budi baik Sutan

Sulaiaman, orang yang dihormatinya di Bukittinggi. Tak lama Bey belajar di

kota ini, ia mendapat kesempatan mengajar di MULO Muhamadiyah Kudus.

Maisir Thaib akhirnya membuka sekolah sendiri, Normal Islam, di 110

km utara Banjarmasin, Maisir menawari Bey Arifin menjadi guru dengan gaji

25 Gulden. Tawaran itu bersamaan denagan tawaran mengajar di Kudus

tersebut.

Bey Arifin pun memilih merantau ke Borneo (Kalimantan), memenuhi

undangan Maisir Thaib untuk mengajar di kota Rantau. Di sinilah H. Bey

Arifin melangsungkan pernikahan dengan Zainab Husin, gadis Minangkabau,

putri Muhammad Husin gelar Khatib Marejo. Mereka Menikah pada 6

Februari 1944, di tengah kecamuk perang Asia Timur antara Jepang yang

sedang menduduki indonesia dengan Amerika. Anak pertama mereka,

(54)

Selama pendudukan Jepang, Bey Arifin menjadi Sekretaris Jendral

Borneo Kaikyo Kyokai, badan ulama bentukan Jepang untuk mempengaruhi

penduduk agar membantu tentara Jepang. Bey sering menjadi penerjemah

“ulama Jepang” yang berceramah kepada masyarakat, satu posisi yang

membuatnya tidak nyaman, di satu sisi diperalat tentara Jepang untuk meraih

simpati penduduk, di satu sisi tidak sesuai dengan hati nuraninya. Apalagi hal

itu menimbulkan kesan tidak benar, bahwa Bey dinilai memihak tentara

Jepang.

Ketika Jepang bertekuk lutut pada Sekutu setelah Hirosima dan

Nagasaki dibom, maka tentara Jepang di Borneo akan dilucuti tentara Sekutu.

Hal ini membahayakan Bey Arifin, karena kedudukannya di Kaikyo Kyokai.

Ia bisa ditangkap dan dieksekusi tanpa pengadilan.

Ketua Kaikyo Kyokai menyarankan Bey Arifin menumpang kapal

tradisional Madura, Bey Arifin dengan keluarganya cepat-cepat

meninggalkan Banjarmasin menuju Banyubiru Madura, demi menjauhkan

diri dari tentara Sekutu. Setelah itu, Bey Arifin menuju Surabaya dan tinggal

di kota ini. Barulah Bey tahu bahwa Indonesia telah merdeka pada 17

Agustus 1945.

Bey Arifin turut berjuang bersama arek-arek Surabaya dan bergabung

dalam Batalyon Hisbullah Bersama Bung Tomo Bey kerap berpidato di

(55)

perang, Bey Arifin dan keluarga lalu tinggal di keluarga Haji Asyari di

Madiun. Di kota inilah lahir anak kedua dan ketiganya.

Pasca Kemerdekaan, Bey Arifin tinggal di Madiun hingga pecah

Peristiwa PKI Muso pada 1948. Bey Arifin termasuk orang yang akan

dimusnahkan para pengikut PKI. Tetapi berkat pertolongan Allah, Bey Arifin

selamat dalam insident tersebut. Justru tetangganya, seorang Letkol CPM

bernama Arifin juga, tewas ditangan PKI.

Bey kembali memboyong keluarganya ke Surabaya pada bulan Juli

1949. Bey mengajar di Yayasan Pendidikan Al-Irsyad Surabya. Bey juga

mengajar di Modern English School (MES), mengajar di Perguruan

Muhamadiyah, dan juga menulis di berbagai harian. Salah seorang murid di

MES ternyata komandan dari resimen 17 Brawijaya, Kolonel Sudirman. Atas

tawaran beliau, Bey Arifin masuk militer berpangkat Letnan Satu sebagai

Imam Tentara Resimen 17 Brawijaya. Tugasnya berkeliling memberikan

pembinaan agama pada para prajurit di seluruh Jawa Timur.

Pada 1958, Bey Arifin diminta menjadi Rohanawan Islam dari

perusahaan Esembling Mobil Holden, yaitu PT Udatin Cabang Surabaya

hingga akhir hayatnya. Dari PT Udatin inilah Bey berkesempatan melancong

keluar negeri, seperti World Managenment Congress di Venezuela, World of

Islam Festival di London. Keinginan Bey Arifin ke India bertemu dengan

(56)

Bina Ilmu, penerbit buku-buku karangannya. Tentu tak lupa Bey Arifin

menunaiakan haji ke Baitullah pada 1964.

Tahun 1970 Bey Arifin pensiun dari tentara dengan pangkat Mayor.

Bey beserta keluarga akhirnya tinggal di rumah di Jalan Sumatera 111

Surabaya beserta seorang istri, 12 anak, serta lebih dari 25 cucu.

Wafat KH. Bey Arifin, KH. Bey Arifn pernah diberitakan 6 kali

meninggal dunia, diantaranya pada saat serangan pesawat Amerika di

Banjarmasin, saat menyebrang dengan perahu tradisional dengan keluarganya

dari Banjarmasin ke Banyubiru Madura yang memakan waktu 7 hari untuk

menghindari tangkapan tentara sekutu akibat kekalahan Jepang tahun 1944,

ketika di serang gerombolan PKI Muso yang membrontak pada 1948 di

Madiun, dan ketika naik haji dengan menumpang kapal selama 3 bulan.

Bagaimanapun, setiap yang bernyawa pasti akan mengalami mati.

Setiap manusia akan menemui ajal yang tak bisa ditolak jika saatnya tiba.

KH. Bey Arifin, sang da’i, sang penulis itu, akhirnya wafat di masa tuanya

pada 20 April 1995, pada usia 78 tahun. Beliau dimakamkan di pemakaman

Ngagel Surabaya.

B. Karya-karya H.Bey Arifin

Beberapa buku yang ditulis Bey Arifin, antara lain:

(57)

bukanlah fiksi, melainkan kisah nyata yang tercatat dalam tinta

sejarah. Metode berkisah memang memberikan keistimewaan

tersendiri. Cerita dapat mempengaruhi akal, jiwa, dan perilaku

manusia.

Bey Arifin termasuk salah seorang penulis yang berhasil

menyuguhkan serangkaian cerita nyata dalam Al-Qur’an. Beliau

menuturkan kisah-kisah naratif mulai dari kisah yang terjadi pada

masa Nabi Adam, Nabi Uzair, Keluarga Imran, Zulqarnain, Negeri

Sabaa, Ashabul Kahfi hingga era Rasuluallah Saw. Itulah isi dari buku

Rangkaian cerita Dalam Al-Qur’an yang diterbitkan pada juni 2015

oleh Zahira Publising House.

Dengan membaca lembaran demi lembaran kisah dalam buku

ini akan semakin meneguhkan keimanan kita. Banyak ibrah yang bisa

kita dapatkan dari tokoh-tokoh yang teguh menggenggam iman.

2. Mengenal Tuhan

Buku ini merupakan uraian yang pernah disampaikan Bey

Arifin di Radio Republik Indonesia di Surabaya saat menjelaskan

Rukun Iman dan Rukun Islam. Buku ini berisi tentang cara bagaimana

mengenal Tuhan. Ilmu untuk mengenal Tuhan adalah satu jalan

pertama, atau ilmu yang harus diutamakan untuk dipelajari bagi setiap

(58)

Saat kita memiliki pengetahuan yang cukup dalam mengenal

Allah sebagai Tuhan kita, maka kita akan jauh lebih baik dalam

menjalani hidup ini. Karena Allah yang mengatur segala usaha dan

segala yang terjadi dalam kehidupan kita, maka jika kita

mengenal-Nya dengan pengetahuan yang seharusnya makan akan sangat jauh

berbeda sikap dan pikiran kita.

Buku ini sangat layak sebagai salah satu panduan kita untuk

semakin menyegarkan keimanan dan kecintaan yang membuahkan

ketaatan kepada Allah Swt.

3. Hidup Sesudah Mati

Dari judul buku ini jelas bahwa buku ini berisi tentang adanya

kehidupan sesudah mati. Hidup Sesudah Mati pada awal babnya

membicarakan adanya kehidupan sesudah mati. Setelah penulis

meyakinkan akan adanya kehidupan sesudah mati, maka selanjutnya

adalah membicarakan bagaimana menghadapi kematian diri kita dan

orang lain. Kematian adalah pintu ke alam yang kekal, pintu untuk

bertemu dengan Allah swt.

Buku ini juga membicarakan bukti adanya hari kiamat kelak.

Perbincangan hari kiamat didahului dengan tajuk alam barzakh

(kubur), kiamat besar beserta tanda-tandanya seperti Dajjal, turunnya

(59)

dan pembalasan. Selain itu juga dijelaskan akan keadaan surga dan

neraka, serta keadaan akhirat.

Buku ini mengingatkan tentang kehidupan yang kekal di

akhirat. Alangkah ruginya manusia, bila dalam kehidupan yang kecil

di dunia ini hidup senang dan bahagia, bergembira ria, tetapi dalam

kehidupan di Akhirat yang kekal dan abadi, kita susah dan sengsara,

terbakar hangus dalam Neraka.Naudzubillahimindzalik...

“Kematian itu pasti dan kiamat itu pasti.

4. Samudera Al Fatihah

Buku ini menjelaskan tentang kandungan surah Al-fatihah.

Surat Al-Fatihah dinamai Umul Kitab (Induk Kitab). Beberapa ulama

menganggapnya sebagai kesimpulan dari Al-Qur’an. Allah Swt.

memerintahkan untuk membacanya minimal 17 kali dalam sehari,

yaitu pada setiap rakaat shalat wajib yang dilakukan. Hal ini

menunjukkan keagungan dan kehebatan kandungan (isi) dari surat

Al-Fatihah. Menyedihkan dan mengherankan sekali bila surat yang kita

baca beribu-ribu bahkan mungkin berjuta kali dalam hidup kita, tetapi

kita tidak paham isinya.

H. Bey Arifin, mencoba membedah isi kandungan Surah

Al-Fatihah secara mendalam dengan gaya bahasa yang mudah dicerna

(60)

diselami, semakin tampak mutiara-mutiara ilmu yang berada

didalamnya.

C. Sistematika Penulisan Buku H Bey Arifin

Sistematika penulisan buku Samudera Al-Fatihah sama seperti buku

pada umumnya. Halaman pertama adalah judul buku, kemudian halaman

selanjutnya pengantar. Tetapi disini adalah pengantar dari cetakan, karena

yang digunakan merupakan buku cetakan ke empat. Halaman selanjutnya

adalah daftar isi, dan kemudian baru kata pengantar dari penulis yang

mendorong dalam menulis buku tersebut.

Lebih singkatnya sistematika penulisan buku Samudera Al-Fatihah,

yaitu:

1. Halaman Judul

2. Pengantar Cetakan

3. Daftar Isi

Pengantar Kata

a. Keistimewaan Surah Al-Fatihah

b. Nama-nama Surah Al-Fatihah

c. Tafsir Ta’awwudz

d. Tafsir Basmalah

e. Tafsir Hamdalah

f. Tafsir ar-Rahmaanir-Rahim

(61)

i. Tafsir Ihdinash-Shiraathal-Mustaqim

j. Tafsir Shiraatha-Ladzina An’amta ‘Alaihim

k. Tafsir Ghairil-Maqhdhuubi ‘Alaihim wa Ladh-Dhaallin

l. ‘Amin

4. Penutup

5. Bibliografi

D. Buku Samudera Al-Fatihah 1. Profil Buku

Judul : Samudera Al-Fatihah

Penulis : H. Bey Arifin

Penerbit : PT. Bina Ilmu

JL. Tanjungan 53 E Surabaya 60275

Telp. (031) 5340076. 5323214 – Fax (031) 5315421

Tebal Buku : 324

2. Sinopsis

Isi buku Samudera Al-Fatihah ini cukup menarik karena

menguraikan kandungan isi dari surah Al-Fatihah secara dalam disertai

ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadist-hadist (cerita Nabi Muhammad) yang

menguatkan. Dengan membaca buku ini pembaca diajak menjelajahi

Samudera Al-Fatihah yang begitu dalam dan luas. Dengan harapan dapat

menambah iman dan khusyu’ kita terhadap semua persoalan yang

dikandungnya. Mengapa surah Al-Fatihah? Kita mengetahui bahwa

(62)

pasti menunjukkan keagungan dan kehebatan kandungan (isi) dari surah

Al-Fatihah. Diterangkan dalam buku ini bahwa surat Al-Fatihah

merupakan kesimpulan dari seluruh isi Al-Qur’an atau kesimpulan dari

seluruh kitab-kitab suci atau kesimpulan dari seluruh ajaran semua

Nabi-Nabi dan Rasul, atau kesimpulan dari ajaran semua agama yang dibawa

oleh para Nabi dan Rasul. Sebab itulah, surah ini dinamai surah

Al-Fatihah (Pembuka) atau Ummul-Kitab (Induk Kitab).

Ada beberapa keistimewaan surah Al-Fatihah yaitu yang pertama,

paling besar (A’zham). Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad

bin Hanbal r.a, katanya: Menyampaikan kepada kami Yahya bin Said dari

Syu’bah yang menerima kabar ini dari Hubaib bin Abdirrahman. Dari

Hafizh bin ‘Ashim, daai Abu Said al-Ma’alli r.a berkata:

“Seorang sahabat bertanya kepada Rasuluallah saw.: Ya Rasulullah, Engkau mengatakan akan mengajarkan kepadaku sebesar-besarnya surah dalam Al-Qur’an?.” Berkata Rasulullah saw.: ya, Alhamdulillahi Rabil Alamin (dan seterusnya), 7 ayat yang berulang-ulang, dan itulah Al-Qur;an al-‘Azhim yang telah disampaikan kepadaku.”

Yang kedua, yaitu Al-Fatihah tak ada samanya dalam Taurat, Injil,

Zabur, dan Al-Qur’an. Diriwayatkan dari Ali bin Abu Thalib r.a bahwa

Rasulullah saw. berkata: “Siapa yang membaca Fatihatul-Kitab

(Al-Fatihah), maka seakan-akan dia telah membaca Taurat, Injil, Zabur dan

Al-Furan) Al-Qura’an.”

(63)

aman dari segala bahaya, langsung dari arasy dan sebagai obat. Masih

banyak lagi keistimewaan surah Al-Fatihah dan akan terlalu panjang jika

dicantumkan semuanya. Dengan keterangan tentang keistimewaan surah

Al-Fatihah, diharapkan dapat menambah keinginan kita untuk

memperdalam surah Al-Fatihah.

Sebelum menuju ayat pertama surah Al-Fatihah, kita mulai dengan

tafsir Ta’awudz. Dalam ayat ini ada dua pokok masalah yang penting

yaitu terdapat kata BERLINDUNG dan SETAN. Dalam perlindungan

Allah dapat kita lihat mengenai perputaran bumi mengelilingi dirinya

(rotasi), perputaran bumi mengelilingi matahari (revolusi), jarak antara

bumi dan bintang-bintang atau planet-planet, hawa dan udara, serta air

laut yang asin. Disini terdapat perlindungan yang besar yang diberikan

Allah swt., bisa dibayangkan apabila bumi ini mendekat sedikit saja ke

matahari melebihi atau kurang dari lintasan yang ada sekarang ini, akan

terjadi badai dan topan, gempa-gempa bumi dan lain-lain bencana alam

yang tak terkira hebatnya. Maka mengertilah kita bagaimana hebatnya

kekuasaan Allah yang mengaturnya, sehingga masing-masing tidak saling

bertabrakan.

Selanjutya mengenai kata Setan, Setan adalah musuh terbesar dan

paling berbahaya bagi manusia. Setan adalah makhluk ghaib yang tidak

dapat dilihat oleh mata. Maka untuk melawan setan senjata yang

(64)

salah satu kisah Harut dan Marut. Dari kisah itu, Tuhan dan Malaikat tahu

bagaimana hebatnya godaan setan dan nafsu-nafsu yang dihadapi manusia

dalam kehidupan diatas bumi ini. Karena itulah Allah memberi manusia

senjata-senjata yang luar biasa hebatnya, yaitu senjata yang bernama akal

dan hidayat Allah.

Dalam hidup manusia mempunyai tiga bahaya, yaitu bahaya

terhadap kepercayaan (i’tiqad), bahaya yang timbul dari gerak-gerik

manusia dalam hidupnya yang merusak agama, dan bahaya yang

merupakan berbagai penyakit yang menimpa badan manusia. Maka,

Isti’adzah ini diartikan minta perlindungan Tuhan dari semua

bahaya-bahaya tersebut, sebab semua itu termasuk dalam daerah pengaruh setan

yang terkutuk.

Setelah mengetahui tentang tafsir Ta’awudz selanjutnya adalah

Basmalah(Bismillahir Rohmaanir Rahim). Di dalam basmalah terdapat 3

nama yang besar dari Nama-nama Allah yaitu: Allah, Rahman,

Ar-Rahim, karena itu Rasulullah saw. menanamkan al asmul A’zham yaitu

Nama teragung dari Allah swt.

Basmalah mempunyai keutamaan-keutamaan, yaitu hadis yang

diriwayatkan oleh Imam Ahmad berasal dari Abu Hurairah, bahwa

Rasulullah saw. pernah mengatakan: “Tidak sah wudhu’ orang yang tidak

menyebut Bismillah sebelumnya.” Selain itu juga ada hadis yang

Referensi

Dokumen terkait

Juga (Al-Nahl: 97): “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang

Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan

Allah Azza Wa Jalla.Berfirman :Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupunperempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya

Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki- laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik

''Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki mau- pun perempuan dalam keadaan beriman , maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan

"Barangsiapa yang mengerjakan amal sholeh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan

Demikianlah Allah beritakan: "Barangsiapa yang mengerjakan amal salih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya

Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik[839] dan