• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN DOUBLE LOOP PROBLEM SOLVING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN DOUBLE LOOP PROBLEM SOLVING"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN

DOUBLE LOOP PROBLEM SOLVING

Rusmin

SMP Negeri 1 Air Joman, kab. Asahan

Abstract: The purpose of this study was to determine the learning outcome IPS material Seize National Struggle Indonesia West Irian with the implementation of learning model Double Loop Problem Solving (DLPs) on IX.1 grade students of SMP Negeri 1 Air Joman in the academic year 2014/2015. This study uses action research as much as two cycles. The subjects were IX.1 grade students of SMP Negeri 1 Air Joman in the academic year 2014/2015. The data obtained as the result of formative tests, observation sheet teaching and learning activities. From the analysis we find that the learning outcomes of students has increased from the first cycle to the second cycle, the first cycle (67%), the second cycle (87.5%). The conclusion of this study is the use of Double Loop Learning Model Problem Solving can improve learning outcomes IPS Material Seized National Struggle Indonesia West Irian IX.1 In Grade Students of SMP Negeri 1 Air Joman Academic Year 2014/2015

Keywords: double loop problem solving, the struggle of Indonesia, West Irian

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPS materi Perjuangan Bangsa Indonesia Merebut Irian Barat dengan diterapkannya model pembelajaran Double Loop Problem Solving (DLPS) pada siswa kelas IX.1 SMP Negeri 1 Air Joman tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan sebanyak dua siklus. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IX.1 SMP Negeri 1 Air Joman tahun pelajaran 2014/2015. Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif, lembar observasi kegiatan belajar mengajar. Dari hasil analisis didapatkan bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus II, yaitu siklus I (67%), siklus II (87,5%). Kesimpulan dari penelitian ini adalah Penggunaan Model Pembelajaran Double Loop Problem Solving dapat meningkatkan Hasil Belajar IPS Materi Perjuangan Bangsa Indonesia Merebut Irian Barat Pada Siswa Kelas IX.1 SMP Negeri 1 Air Joman Tahun Pelajaran 2014/2015

(2)

Secara praktis, guru adalah ujung tombak dalam pembelajaran. Strategi dan manajemen guru untuk mengatasi masalah pembelajaran sangat dibutuhkan dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas merupakan salah satu tugas utama guru, dan pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang ditujukan untuk membelajarkan siswa. Dalam proses pembelajaran masih sering ditemui adanya kecenderungan meminimalkan keterli-batan siswa. Dominasi guru dalam proses pembelajaran menyebabkan kecenderungan siswa lebih bersifat pasif sehingga mereka lebih banyak menunggu sajian guru dari pada mencari dan menemukan sendiri pengetahuan, ketrampilan atau sikap yang mereka butuhkan. Dalam implementasi materi, menemukan IPS lebih menekankan aspek pengetahuan, berpusat pada guru, mengarahkan bahan berupa informasi yang tidak mengembangkan berpikir nilai serta hanya membentuk budaya menghafal dan bukan berpikir kritis.

Dalam pelaksanaan menilai pembelajaran IPS sangat menjemukan karena penyajiannya bersifat monoton dan ekspositoris sehingga siswa kurang antusias dan mengakibatkan pelajaran kurang menarik padahal guru IPS wajib berusaha secara optimum merebut minat siswa karena minat merupakan modal utama untuk keberhasilan pembelajaran IPS. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil ulangan harian IPS yang pertama di kelas IIX.1 SMPN 1 Air Joman pada kompetensi dasar mendeskripsikan keragaman bentuk muka bumi, proses pembentukan dan dampaknya terha-dap kehidupan mencapai rata-rata 57,8

dan hanya 50 % siswa mencapai nilai ≥ 70. Kondisi tersebut disebabkan oleh kenyataan sehari-hari yang menunjukkan bahwa siswa kelihatan-nya jenuh mengikuti pelajaran IPS. Pembelajaran sehari-hari menggu-nakan metode ceramah dan latihan-latihan soal secara individual dan tidak ada interaksi antar siswa yang pandai, sedang dan normal. Hal ini terbukti sebagian besar siswa mengeluh apabila diajak belajar IPS. Kenyataan tersebut, menunjukkan bahwa proses yang dilakukan oleh guru untuk pembelajaran IPS belum aktif. Dengan demikian dapat diduga bahwa yang menjadi kendala yang dirasakan adalah masalah proses pembelajaran yang kurang variasi dan kurang melibatkan siswa secara aktif. Guru menggunakan model pembela-jaran yang terkesan monoton sehingga siswa menjadi kurang aktif.

Ketika melaksanakan pembe-lajaran dikelas, peneliti banyak meng-hadapi permasalahan-permasalahan. Masalah-masalah tersebut yang timbul antara lain Pada pelaksanaan proses pembelajaran IPS ketika guru menje-laskan materi Perjuangan Bangsa Indonesia Merebut Irian Barat, siswa banyak yang tidak memperhatikan pada penjelasan guru. Siswa cenderung menunjukkan sikap bosan dan tidak tertarik dengan pembelajaran. Kemudian ketika guru bertanya apakah siswa sudah mengerti, hanya sebahagian yang menjawab. Proses pembelajaran cenderung berpusat pada guru (Teacher Oriented) Keadaan seperti ini sudah terjadi berulang kali selama proses pembelajaran dan akibatnya pada kegiatan siswa mengerjakan soal-soal latihan skor yang diperoleh siswa selalu rendah dan tidak

(3)

memuaskan.

Setelah memperhatikan situasi kelas yang seperti itu, maka perlu dipikirkan cara penyajian dan suasana pembelajaran IPS yang cocok untuk siswa, sehingga siswa dapat berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Saat ini pemerintah sudah sering mensosialisasikan berba-gai model pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang disosialisa-sikan adalah model pembelajaran

Double Loop Problem Solving

(DLPS).

Metode DLPS adalah sebuah metode yang di adopsi dari metode Problem Solving. Metode Problem Solving (metode pemecahan masalah) adalah bukan hanya sekedar metode mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.

DPLS adalah variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah dengan penekanan pada pencarian kausal (penyebab) utama dari timbulnya masalah, jadi berkenaan dengan jawaban untuk pertanyaan mengapa. Selanjutnya menyelesaikan masalah tersebut dengan cara menghilangkan gap uyang menyebabkan munculnya masalah tersebut. DLPS juga merupakan salah satu metode yang banyak digunakan untuk menunjang pendekatan pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

METODE

Penelitian ini bertempat di

SMP Negeri 1 Air Joman Kabupaten Asahan Tahun Pelajaran 2014/2015. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Pebruari 2015 sampai dengan April semester genap tahun 2015. Subjek penelitian adalah siswa-siswi Kelas IX.1 SMP Negeri 1 Air Joman Tahun Pelajaran 2014/2015.

Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah tes buatan guru yang fungsinya adalah: (1) untuk menentukan seberapa baik siswa telah menguasai bahan pelajaran yang telah diberikan dalam waktu tertentu; (2) Untuk menentukan apakah suatu tujuan telah tercapai; dan (3) Untuk memperoleh suatu nilai (Arikunto, 2002). Sedangkan tujuan dari tes adalah untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa secara individual maupun secara klasikal.

HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus I

Perencanaan

Pada siklus I, peneliti akan melaksanakan tindakan terdiri dari satu kali pertemuan selama kegiatan pembelajaran. Sebelum pelaksanaan tindakan siklus I, peneliti memper-siapkan dan melakukan beberapa hal yaitu: (1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang berisi langkah-langkah dalam kegiatan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran DPLS, (2) Mempersiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS), (3) Mempersiapkan lembar observasi untuk mengamati aktifitas guru dan siswa ketika proses belajar mengajar berlangsung, (4) Memper-siapkan soal-soal untuk evaluasi siklus I yaitu tes hasil belajar I.

(4)

Pelaksanaan

Pada tahap pemberian tindakan dilakukan pada saat kegiatan belajar mengajar. Kegiatan pengajaran yang dilakukan peneliti adalah:

Kegiatan awal:

 Guru mengucapkan salam untuk membuka pelajaran.

 Guru mengkondisikan dan memas-tikan siswa siap menerima pelajaran.

 Guru menyampaikan tujuan pem-belajaran (merujuk pada indikator).  Guru menginformasikan metode

pembelajaran DPLS Kegiatan Inti:

 Mengidentifikasi masalah, tidak hanya gejalanya (Identifying the problem, not just the symptoms)  Mendeteksi penyebab langsung,

dan secara cepat menerapkan solusi sementara (Detecting direct causes, and rapidly applying temporary solutions)

 Mengevaluasi keberhasilan dari solusi sementara (Evaluating the success of the temporary solutions)  Memutuskan apakah analisis akar masalah diperlukan, jika ya (Deciding if root cause analysis is needed; and if so)

 Mendeteksi penyebab masalah yang arasnya lebih tinggi (Detecting higher level causes; and)

Merancang solusi akar masalah

(Designing root cause solutions) Kegiatan Akhir:

 Guru bersama murid menyimpul-kan hasil pembelajaran

 Guru memberikan PR untuk penguatan

Pengamatan

Berdasarkan hasil pelaksanaan

tindakan pada siklus I pada mata pelajaran IPS di kelas IX.1 SMP Negeri 1 Air Joman Tahun Pelajaran memperlihatkan 67% pesen siswa memperoleh hasil belajar yang baik dengan nilai rata-rata 6,9 dari jumlah siswa seluruhnya, sementara siswa yang tuntas dari KKM adalah 26 orang dan 14 orang tidak tuntas.

Dari data hasil siklus I bahwasannya ketuntasan belajar klasikal siswa siklus I masih sangat rendah yaitu 67%. Ketuntasan klasikal siswa siklus I ini masih dibawah ketuntasan klasikal yang ditentukan yaitu sebesar 85%. Maka penelitian ini dilanjutkan ke siklus berikutnya yaitu siklus II.

Refleksi

Setelah pelaksanaan tindakan pembelajaran yang terdiri dari dari satu kali pertemuan dalam siklus I, peneliti mengidentifikasi permasa-lahan yang ditemukan selama proses pembelajaran tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti dan hasil dari onservator selama proses pembelajaran, maka diperoleh kele-mahan-kelemahan sebagai berikut: (1) Kelemahan-kelemahan guru pada

siklus I

Guru kurang dalam memberikan motivasi kepada siswa

Guru belum mampu secara maksimal dalam mengelola dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar.

Guru juga masih kurang dalam memberikan semangat kepada kelompok yang kurang berhasil.

(2) Kelemahan-kelemahan siswa pada siklus I

(5)

 Hasil nilai kelompok yang tuntas kurang lebih 50%

 Kemampuan memberikan sa-ran, gagasan, memperhatikan teman menerangkan, memberi-kan tanggapan terhadap per-tanyaan dan kemampuan me-mahami materi perlu ditingkat-kan.

Siklus II Perencanaan

Pada siklus II, peneliti akan melaksanakan tindakan terdiri dari satu kali pertemuan selama kegiatan pembelajaran. Sebelum pelaksanaan tindakan siklus II, peneliti memper-siapkan dan melakukan beberapa hal yaitu: (1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang berisi langkah-langkah dalam kegiatan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran DPLS, (2) Mempersiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS), (3) Mempersiapkan lembar observasi untuk mengamati aktifitas guru dan siswa ketika proses belajar mengajar berlangsung, (4) Memper-siapkan soal-soal untuk evaluasi siklus II yaitu tes hasil belajar II.

Pelaksanaan

Pada tahap pemberian tindakan dilakukan pada saat kegiatan belajar mengajar. Kegiatan pengajaran yang dilakukan peneliti adalah:

(1) Kegiatan awal:

 Guru mengucapkan salam untuk membuka pelajaran.  Guru mengkondisikan dan

memastikan siswa siap menerima pelajaran.

 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran (merujuk pada indikator).

 Guru menginformasikan metode pembelajaran DPLS (2) Kegiatan Inti:

 Mengidentifikasi masalah, tidak hanya gejalanya (Identifying the problem, not just the symptoms)

 Mendeteksi penyebab lang-sung, dan secara cepat menerapkan solusi sementara (Detecting direct causes, and rapidly applying temporary solutions)

 Mengevaluasi keberhasilan dari solusi sementara (Evaluating the success of the temporary solutions)

 Memutuskan apakah analisis akar masalah diperlukan, jika ya (Deciding if root cause analysis is needed; and if so)  Mendeteksi penyebab masalah

yang arasnya lebih tinggi (Detecting higher level causes; and)

 Merancang solusi akar masalah (Designing root cause solutions)

(3) Kegiatan Akhir:

 Guru bersama siswa menyim-pulkan hasil pembelajaran dan guru memberikan penjelasan materi secara jelas ke siswa.  Guru memberikan PR untuk

penguatan Pengamatan

Berdasarkan pada pelaksanaan tindakan pada siklus II untuk mata pelajaran IPS di kelas IX.1 SMP Negeri 1 Air Joman Tahun Pelajaran 2014/2015 menunjukkan 87,5% persen siswa sudah memperoleh hasil belajar yang baik dengan nilai rata-rata 7,35, sementara yang tuntas dari

(6)

KKM berjumlah 35 siswa dan yang tidak tuntas berjumlah 5 siswa.

Dari data tersebut menunjuk-kan bahwa jumlah ketuntasan minimal semakin meningkat seiring dengan persentase nilai rata-rata kelas 7,35 dan nilai yang semakin meningkat. Karena persentase ketuntasan telah mencapai kriteria yang ditetapkan yaitu 85% maka penelitian dinyatakan berhasil dan tidak perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya.

Dari data pada siklus II ketuntasan belajar klasikal siswa siklus II meningkat menjadi 87,5%. Ketuntasan klasikal siswa siklus II telah mencapai ketuntasan klasikal yang ditentukan yaitu sebesar 85%. Maka penelitian ini tidak perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya yaitu siklus III.

Refleksi

Setelah pelaksanaan tindakan pembelajaran yang terdiri dari dari satu kali pertemuan dalam siklus II, peneliti mengidentifikasi permasala-han yang ditemukan selama proses pembelajaran tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti dan hasil dari onservator selama proses pembelajaran, maka diperoleh kele-mahan-kelemahan sebagai berikut: (1) Kelemahan-kelemahan guru pada

siklus II

Guru belum mampu secara maksimal dalam mengelola dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar.

Guru juga masih kurang dalam memberikan semangat kepada kelompok yang kurang berha-sil.

(2) Kelemahan-kelemahan siswa pada siklus II

 Hasil nilai kelompok yang tuntas kurang lebih 70 %  Kemampuan memberikan

sa-ran, gagasan, memperhatikan teman menerangkan, memberi-kan tanggapan terhadap pertanyaan dan kemampuan memahami materi perlu diting-katkan.

Dari data di atas dapat kita lihat bahwasannya ketuntasan belajar klasikal siswa siklus II meningkat menjadi 87,5%. Ketuntasan klasikla siswa siklus II ini telah melewati ketuntasan klasikal yang ditentukan yaitu sebesar 85%. Maka penelitian ini tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya yaitu siklus III. Dan dapat disimpulkan bahwa Penggunaan Model Pembelajaran Double Loop Problem Solving dapat meningkatkan Hasil Belajar IPS Pada Siswa Kelas IX.1 SMP Negeri 1 Air Joman Tahun Pelajaran 2014/2015.

Hasil pengamatan peneliti dan observer, penelitian yang dilaksanakan sudah menunjukkan kemajuan yang cukup baik, yaitu jumlah ketuntasan hasil belajar maksimal pada siklus I mencapai 67,57% dan pada siklus II semakin meningkat menjadi 81,08%, hingga mencapai persentase maksimal pada siklus III yaitu 94,59%.

Pembahasan

Permasalahan sebelumnya yang telah teridentifikasi pada pembelajaran IPS di SMP Negeri 1 Air Joman Kelas IX.1 Tahun Pelajaran 2014/2015 yaitu rendahnya hasil belajar siswa. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan guru dalam merencanakan dan menentukan strategi dan metode pembelajaran yang tepat dalam melaksanakan pembelajaran. Perencanaan pengajaran

(7)

Tabel 1. Hasil Belajar Tiap Siklus

Uraian Siklus I Siklus II

Siswa yang tuntas 26 35

Skor Maksimal 400 400

Total Skor 276 294

Skor Rata-Rata 6,9 7,35

Persentase Ketuntasan 67% 78,5 mencakup kegiatan merumuskan

tujuan apa yang akan dicapai oleh suatu kegiatan pengajaran, cara apa yang akan dipakai untuk menilai tujuan tersebut, materi atau bahan yang akan disampaikan, bagaimana cara menyampaikan, serta media atau alat yang diperlukan.

Berdasarkan kutipan tersebut penulis melakukan penelitian tindakan kelas dengan merumuskan tujuan dan memilih model pembelajaran berbasis masalah untuk pencapaian tujuan serta media pembelajaran yang tepat dan dapat menarik perhatian siswa.

Gambaran penelitian tindakan kelas tersebut menunjukkan bahwa pada siklus I terdapat 26 siswa dari 40 siswa seluruhnya yang dapat mencapai ketuntasan minimal, dan pada siklus II semakin meningkat hingga 35 siswa atau 87,5% dari seluruhnya.

Setelah melaksanakan peneli-tian dan mengadakan tindakan, maka hasilnya menunjukkan bahwa pembe-lajaran Penggunaan Model Pembe-lajaran Double Loop Problem Solving dapat meningkatkan Hasil Belajar IPS Pada Siswa Kelas IX.1 SMP Negeri 1 Air Joman Tahun Pelajaran 2014/2015

Hal ini terjadi karena siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran serta dapat menarik perhatian siswa dengan media pembelajaran yang lebih tepat untuk materi pembelajaran sehingga mem-beri pengalaman kongkrit bagi siswa dan dapat meningkatkan minat belajar siswa.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkaan selama dua siklus, hasil seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berrikut:

1. Metode pembelajaran DLPS dapat meningkatkan kualitas pembela-jaran IPS.

2. Metode pembelajaran DLPS memiliki dampak positif dalam meningkatkan hasil belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (67%), siklus II (87,5%).

(8)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta Djamarah, S.B. 2002.1. Strategi

Belajar Mengajar. Jakarta:

Rineksa Putra

Djamarah, S.B. 2002.2. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineksa Putra H, Oemar. 2002. Psikologi Belajar

dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo

Nur, M. 2001. Pemotivasian Siswa

Untuk Belajar. Surabaya:

University Press. Universitas Negeri Surabaya

Riduwan. 2005. Belajar Mudah

Penelitian Untuk

Guru-Karyawan dan Peneliti Muda. Bandung: Alfabeta

Setyaningsih. 2001. Teori Belajar dan Model Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka

Sukidin, dkk. 2002. Manajemen

Penelitian Tindakan Kelas.

Surabaya: Insane Cendikia Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005.

Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Jemmars

Wahyuni. 2001. Menjadi Guru

Profesional. Bandung: Remaja

(9)

Referensi

Dokumen terkait

Guru kelas dibantu peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) guna melaksanakan kegiatan siklus pertama. Materi pada pelaksanaan tindakan siklus I ini

Perencanaan siklus tiga terdiri aras: 1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada tindakan yang diterapkan dalam penelitian tindakan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan yaitu: a) menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang berisikan langkah-langkah proses pembelajaran dengan

Pada tahap perencanaan siklus I hal yang dilakukan adalah persiapan yang terdiri dari menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dengan menerapkan model

Lembar observasi aktivitas guru digunakan dengan tujuan kesesuaian pelaksanaan pembelajaran dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada tindakan siklus I pada

Rencana tindakan meliputi penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar observasi, soal kuis, dan tes siklus, angket respon siswa. Pelaksanaan Tindakan dan

Penelitian ini dimulai pada siklus I dimulai dengan perencanaan seperti membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP untuk dua kali pertemuan tindakan, menyusun kartu soal dan kartu

Hasil Penelitian Siklus 3 Pada tahap perencanaan, peneliti dan guru berkolaborasi menyusun rancangan yang akan dilaksanakan, yaitu: menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran RPP