• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis biaya penggunaan antidiabetik oral pada pasien diabetes mellitus rawat jalan di RSUD Muntilan Kabupaten Magelang periode Januari-Mei 2010 - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Analisis biaya penggunaan antidiabetik oral pada pasien diabetes mellitus rawat jalan di RSUD Muntilan Kabupaten Magelang periode Januari-Mei 2010 - USD Repository"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS BIAYA PENGGUNAAN ANTIDIABETIK ORAL PADA PASIEN DIABETES MELLITUS RAWAT JALAN

DI RSUD MUNTILAN KABUPATEN MAGELANG PERIODE JANUARI-MEI 2010

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh

Angelina Blandina Manulena 06 8114 043

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

(5)
(6)
(7)

vii PRAKATA

Puji dan syukur penulis haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas anugerah kasih karunia dan penyelenggaraan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Analisis Biaya Penggunaan Antidiabetik Oral pada Pasien Diabetes Mellitus Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah Muntilan Kabupaten Magelang Periode Januari-Mei 2010” ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak mungkin selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada

1. Direktur RSUD Muntilan Kabupaten Magelang yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian

2. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma atas ijin penelitian dan bimbingannya selama penulis menjalani proses belajar di Fakultas Fasmasi Universitas Sanata Dharma

3. Kepala beserta staf bagian penelitian dan pengembangan (Litbang) dan bagian rekam medik serta apoteker dan staf apotek rawat jalan RSUD Muntilan kabupaten Magelang

(8)

viii

setiap langkah hidup penulis dan segala pengorbanan yang mereka lakukan untuk penulis.

5. Ibu Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt selaku dosen pembimbing atas dukungan, arahan dan semangat yang diberikan kepada penulis selama proses penyusunan skripsi

6. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt selaku dosen penguji skripsi atas dukungan, arahan, kritik, masukan dan semangat yang diberikan kepada penulis

7. Ibu Dra. Th. B. Titien Siwi Hartayu, M.Kes., Apt selaku dosen penguji skripsi atas dukungan, arahan, kritik, masukan dan semangat yang diberikan kepada penulis.

8. Seluruh dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma atas bimbingan dan arahannya selama penulis menjalani proses belajar di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

9. Adik-adikku, Irene Septiani Manulena (Rince) dan Yohanita Konsita Manulena (Asti) atas dukungan doa, semangat dan kasih sayangnya demi terselesainya penulisan skripsi ini

10. My Dearest Juan yang selalu menjadi inspirasiku

11. Om guru John, tante Nika, Om Dan, Tante Tina kakak Domi, adik Frans atas segala dukungan dan doanya untuk penulis

(9)

ix

13.Nenek Tamo tersayang Yuliana Yoli atas segala doa dan nasihatnyanya untuk penulis

14.Teman-teman kelas FKK B 2007 atas segala kekompakannya di dalam maupun di luar kelas.

15.Anguminne-anguminneku di TB 14 nomor 8AB (Rince, Enci, Witri, Lini, Oa Emi, K Aas, Ivon, Yati), Olebeiku Obi Fabian, mas Cezar dan Ferry serta sepupuku Armin atas kebersamaan dan dukungannya.

16.Teman-temanku, Ica, Gek Ari, Lina, Uus, Lydia atas kebersamaan dan dukungan dan bantuannya kepada penulis.

17.Sahabat setiaku Goti yang selalu memberi semangat dan dukungan kepada penulis.

18.Serta pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu

Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari sempurna oleh karena itu penulis bersedia menerima segala kritik dan saran yang bersifat membangun demi menyempurnakan skripsi ini.

(10)

x DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PRAKATA ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

INTISARI ... xvii

ABSTRACT... xviii

BAB I PENGANTAR... 1

A. Latar Belakang ... 1

1. Perumusan masalah ... 3

2. Keaslian penelitian ... 3

3. Manfaat penelitian ... 4

(11)

xi

1. Tujuan umum ... 5

2. Tujuan khusus ... 5

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA ... 6

A. Diabetes Mellitus ... 6

1. Definisi ... 6

2. Klasifikasi ... 6

3. Epidemiologi ... 7

4. Patofisiologi ... 7

5. Tanda dan gejala ... 8

6. Diagnosis ... 9

7. Pengelolaan DM ... 10

B. Farmakoekonomi ... 12

C. Asuransi Kesehatan ... 17

D. Agen Hipoglikemik Oral ... 19

1. Sulfonil urea ... 19

2. Biguanid ... 20

3. Meglitinide ... 21

4. Tiazolodinedione ... 21

5. Penghambat glukosidase-alfa ... 21

E. Keterangan Empirik ... 22

BAB III METODE PENELITIAN ... 23

(12)

xii

B. Definisi Operasional ... 24

C. Bahan Penelitian ... 26

D. Subyek Penelitian ... 26

E. Lokasi Penelitian... 27

F. Jalannya Penelitian... 27

G. Tata Cara Pengolahan Hasil Penelitian ... 29

H. Keterbatasan Penelitian ... 31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32

A. Gambaran Karakteristik Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 ... 32

B. Gambaran Penggunaan Antidiabetik Oral pada Pasien DM Tipe 2 ... 32

C. Analisis Biaya ... 43

D. Biaya antidiabetik oral ... 43

E. Biaya administrasi ... 46

F. Biaya total ... 47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 49

A. Kesimpulan ... 49

B. Saran ... 49

DAFTAR PUSTAKA ... 51

LAMPIRAN ... 55

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel I. Kategori Status Glukosa ... 9

Tabel II. Distribusi Penggunaan Antidiabetik Oral yang Diberikan kepada Pasien DM Tipe 2 di RSUD Muntilan Kabupaten Magelang Periode Januari-Mei 2010... 33

Tabel III. Rincian Penggunaan Antidiabetik Oral Tunggal pada Pasien DM Tipe 2 Rawat Jalan di RSUD Muntilan Kabupaten Magelang Periode Januari-Mei 2010... 35

Tabel IV. Kadar Glukosa Darah Sewaktu Pasien yang Menerima Antidiabetik Oral Tunggal yang Sama dalam Satu Episode... 37

Tabel V. Rincian Penggunaan Kombinasi Antidiabetik Oral pada Pasien DM Tipe 2 Rawat Jalan di RSUD Muntilan Kabupaten Magelang Periode Januari-Mei 2010... 38

Tabel VI. Kadar Glukosa Darah Sewaktu Pasien yang Menerima Kombinasi Anidiabetik Oral yang Sama dalam Satu Episode... 39

Tabel VII. Rata-rata Biaya Antidiabetik Oral Tunggal pada Pasien Askes... 44

Tabel VIII. Rata-rata Biaya Kombinasi Antidiabetik Oral pada Pasien Askes dan

(14)

xiv

Tabel IX. Total Biaya Rawat Jalan untuk Pasien Askes yang Menerima Antidiabetik Oral Tunggal... 47

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Algoritma Kontrol Glikemik DM Tipe 2 pada Anak dan Dewasa... 11

Gambar 2. Hubungan Pihak-pihak dalam Asuransi Kesehatan... 17

Gambar 3. Persentase Penggunaan Antidiabetik Oral Tunggal Berdasarkan Golongan Obat………. 34 Gambar 4. Persentase Kombinasi Antidiabetik Oral Berdasarkan Golongan

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Tabel Perincian Biaya Antidiabetik Oral Kasus Askes………... 56

Lampiran 2. Tabel Perincian Biaya Antidiabetik Oral Kasus Non Askes……... 64

Lampiran 3. Rata-rata Biaya Antidiabetik Oral Pasien Askes yang Menerima Obat dari Golongan yang Sama Setiap Kunjungan ke RSUD Muntilan Kabupaten Magelang Periode Januari-Mei 2010……… 65

Lampiran 4. Rata-rata Biaya Antidiabetik Oral Pasien Non Askes yang Menerima Obat dari Golongan yang Sama Setiap Kunjungan ke RSUD Muntilan Kabupaten Magelang Periode Januari-Mei 2010………. 67

Lampiran 5. Tarif Pelayanan Pasien Rawat Jalan di RSUD Muntilan Kabupaten Magelang………. 69

Lampiran 6. Harga Obat Antidiabetik Oral Menurut Daftar dan Plafon Harga Obat Edisi XXX Periode Januari-Desember 2010……...……… 70

Lampiran 7. Harga Obat Antidiabetik Oral di Apotek Bagian Rawat Jalan di RSUD Muntilan Kabupaten Magelang……… 71

Lampiran 8. Surat Keterangan Persetujuan Melakukan Penelitian……… 72

Lampiran 9. Surat Keterangan Penyelesaian Penelitian……… 73

(17)

xvii INTISARI

Diabetes mellitus merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan sehingga penyandang harus mengkonsumsi obat seumur hidup. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui gambaran biaya terapi pasien diabetes mellitus tipe 2 rawat jalan di RSUD Muntilan kabupaten Magelang periode Januari-Mei 2010.

Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dengan rancangan deskriptif evaluatif yang bersifat retrospektif. Data diperoleh dari Instalasi Rekam Medik dan Instalasi Farmasi bagian rawat jalan. Biaya antidiabetik oral adalah biaya yang digunakan untuk mengatasi penyakit diabetes mellitus tipe 2 menggunakan antidiabetik oral yang dihitung berdasarkan harga satuan obat dikalikan dengan jumlah obat yang diresepkan sesuai yang tertera dalam rekam medik pasien. Dalam penelitian ini, harga obat tidak mengalami perubahan setiap bulannya selama tahun 2010.

Jumlah kasus yang DM tipe 2 yang rutin berkunjung setiap bulan selama periode Januari-Mei 2010 adalah 183 kasus. Persentase jenis kelamin paling banyak adalah wanita 72, 68% dan berumur 55-61 tahun 19, 67%. 63,93% menggunakan kombinasi antidiabetik oral dengan 83 kasus adalah kombinasi dari golongan sulfonil urea dan biguanid. Antidiabetik oral tunggal yang paling banyak digunakan adalah dari golongan Sulfonil urea. Komponen dan besar biaya terapi yang dapat dihitung adalah biaya obat dan biaya pemeriksaan dokter. Terapi antidiabetes mellitus oral untuk kasus Askes membutuhkan biaya mulai dari Rp. 30.648 sampai Rp.41.160 dan untuk kasus non Askes membutuhkan biaya mulai dari Rp. 71.886 sampai Rp.90.785.

(18)

xviii ABSTRACT

Diabetes mellitus is an uncurable disease that the sufferer of this disease has to consume life time medicine. This research is carried out with the aim to obtain a description of therapycost for the type 2 diaetes mellitus patient of being not hospitalized in the teritorial public hospital of Muntilan sub-district in Magelang Regency.

This research is kind of non exsperimental research with a descriptive, evaluative and restropective design. The data is obtained from the medical record installation and pharmacy installation of the mentioned above hospital. The oral anti-diabetic cost is the fee which is used to overcome type 2 diabetes mellitus disease by using oral anti-diabetic that is counted based on unit price of the medicine multiplied with the sum of the medicine according to the prescription written in the medical record of the patient. In this research the cost of the medicine is not changed every month during the year of 2010.

The sum of patients diagnosed with diabetes mellitus type 2 who have a routine visit every month during the period of january to May in 2010 is 183 cases. The percentage gender is mostly women with 72.62% and the age of 55 to 61 is 19.67%. Of 63.93% among them use the combination of oral diabetic with 83 cases which are combination of Sulfonil Urea and Biguanid. The single oral anti-diabetic which is mostly used is Sulfonil Urea group. The components and sum of counted theraphy fee would be the medicine cost, the examine fee for the doctors and fee for registration. The oral anti-diabetic theraphy for the cases with health insurance require fee started from 30.648 rupiahs to 110,280 rupiahs and for non health insurance cases require fee started from 71.886 rupiahs to Rp.90.785 rupiahs.

(19)

1 BAB I PENGANTAR

A. Latar Belakang

Diabetes Mellitus (DM) adalah suatu kelompok gejala penyimpangan metabolisme lemak, karbohidrat, dan protein sebagai akibat dari kurangnya insulin, sentitivitas tubuh terhadap insulin atau keduanya yang ditandai naiknya kadar gula dalam darah (Triplitt, Reasner, dan Isley, 2005).

(20)

menyebutkan bahwa jumlah penderita DM di Indonesia menduduki rangking empat setelah India, China, dan Amerika Serikat (Sasmito, 2007).

American Diabetes Association menyatakan bahwa biaya ekonomi total tahunan untuk penyakit diabetes pada tahun 2007 di Amerika Serikat mencapai 174 milyar Dolar. Pengeluaran medis total 116 milyar Dolar yang terdiri dari 27 milyar Dolar untuk perawatan diabetes, 58 milyar Dolar untuk diabetes kronik yang berhubungan dengan komplikasi yang menyertai penyakit diabetes dan 31 milyar Dolar di luar biaya medis umum (ADA, 2008).

Gambaran biaya rawat jalan pasien DM tipe 2 di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten pada tahun 2010 meliputi biaya antidiabetik oral Rp. 155.956,00, biaya komplikasi Rp. 79.993,00, biaya pemeriksaan laboratorium Rp. 40.888,00, dan biaya administrasi Rp. 16.012,00 (Jayani, 2010).

Data dari RSUD Muntilan pada tahun 2008 dan 2009 terdapat 733 kasus diabetes mellitus tipe 2 dengan 86 kasus baru. Pada tahun 2010 jumlah kasus DM meningkat menjadi 843 kasus dengan 110 kasus baru.

(21)

1. Perumusan masalah

Permasalahan yang dapat dirumuskan mengenai Analisis Biaya Penggunaan Antidiabetik Oral pada Pasien DM tipe 2 rawat jalan di RSUD Muntilan Kabupaten Magelang periode Januari-Mei 2010 adalah sebagai berikut :

a. Seperti apa gambaran penggunaan antidiabetik oral yang diresepkan pada pasien diabetes mellitus tipe 2 rawat jalan di RSUD Muntilan Kabupaten Magelang periode Januari-Mei 2010?

b. Apa saja komponen dan berapa besar biaya terapi antidiabetik oral yang digunakan untuk terapi pasien diabetes mellitus tipe 2 rawat jalan di RSUD Muntilan Kabupaten Magelang periode Januari-Mei 2010?

2. Keaslian penelitian

Penelitian-penelitian yang telah dilakukan menyangkut gambaran biaya terhadap pasien DM tipe 2 antara lain :

a. “Analisis Biaya Terapi pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Rawat Jalan di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode Juli-Desember 2007“ oleh Kusumawati (2008).

(22)

c. “Analisis Biaya Terapi pada Pasien Diabetes Mellitus di Rumah sakit Dr. Sardjito Yogyakarta” oleh Andayani (2006).

d. “Analisis Biaya Rawat Jalan Penggunaan Antidiabetik Oral pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Periode Januari-Juni 2009” oleh Jayani (2010).

Penelitian Kusumawati, Krisnaningsih dan Andayani meggunakan polling terhadap dokter, perawat dan farmasis untuk menghitung waktu yang dibutuhkan dokter, perawat, dan farmasis untuk memberikan pelayanan sehingga diperoleh biaya jasa pelayanan yang meliputi biaya pemeriksaan, biaya motivasi, dan biaya penyiapan obat. Berbeda dengan penelitian-penelitian tersebut, penelitian ini tidak menggunakan polling. Penelitian Jayani menggunakan data retrospektif dari dokumen rekam medik dan biaya rawat jalan adalah biaya antidiabetik oral, biaya komplikasi, biaya pemeriksaan laboratorium dan biaya administrasi. Perbedaannya dengan penelitian ini adalah lokasi dan periode penelitiannya. Dalam penelitian ini biaya rawat jalan merupakan jumlah dari biaya antidiabetik oral, biaya pemeriksaan dokter dan biaya pendaftaran.

3. Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan secara praktis:

(23)

pasien diabetes mellitus tipe 2 rawat jalan sehingga diharapkan rumah sakit dapat memberikan pilihan obat yang lebih efisien bagi pasien di RSUD Muntilan Kabupaten Magelang.

b. Dapat menginformasikan kepada masyarakat luas mengenai biaya yang harus dikeluarkan oleh pasien diabetes mellitus dalam menjalani pengobatan.

B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran biaya terapi pasien diabetes mellitus tipe 2 rawat jalan di RSUD Muntilan Kabupaten Magelang periode Januari-Mei 2010.

2. Tujuan khusus.

a. Mengetahui gambaran penggunaan antidiabetik oral yang diresepkan pada pasien diabetes mellitus tipe 2 rawat jalan di RSUD Muntilan Kabupaten Magelang periode Januari-Mei 2010.

(24)

6 BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Diabetes Mellitus 1. Definisi

Diabetes Mellitus merupakan sekelompok gejala penyimpangan metabolisme lemak, karbohidrat, dan protein karena kurangnya sekresi insulin, sensitivitas tubuh terhadap insulin atau keduanya yang ditandai dengan naiknya kadar gula dalam darah (Triplitt, et al., 2005), hiperglikemia dan peningkatan resiko komplikasi penyakit pembuluh darah (Goodman & Gilman, 2001). Jika telah berkembang penuh secara klinis, maka diabetes mellitus ditandai dengan polifagi, poliuri, polidipsi, aterosklerotik, mikroangiopati dan neuropati (Price dan Wilson, 1995).

2. Klasifikasi

(25)

genetik fungsi sel benta pankreas, endokrinopati, induksi obat atau senyawa kimia, infeksi, atau karena sindrom genetik lainnya (Triplitt, et al., 2005)

3. Epidemiologi

DM tipe 2 lebih umum terjadi dibandingkan DM tipe 1 dimana lebih dari 75% dari seluruh pasien DM dari suatu populasi menderita DM tipe 2. Kejadian DM tipe 2 meningkat seiring dengan usia dan meningkatnya obesitas dimana DM tipe 2 biasanya terjadi pada pasien yang berusia lebih dari 40 tahun (Walker, 2003). Di Amerika Serikat, dari keseluruhan prevalensi DM tipe 2 hampir 8,7% berusia 20 tahun atau lebih (Triplitt, et al, 2005).

Meningkatnya prevalensi diabetes mellitus di beberapa negara berkembang akibat peningkatan kemakmuran di negara bersangkutan dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain peningkatan pendapatan per kapita dan perubahan gaya hidup. Di Indonesia jumlah penderita DM terus meningkat. Tercatat pada tahun 1995 jumlah penderita DM mencapai 5 juta lebih. Ini berarti 1 dari 40 penduduk Indonesia menderita diabetes (Misnadiarly, 2006).

Dampak ekonomi pada diabetes jelas terlihat akibat biaya pengobatan dan hilangnya pendapatan, disamping konsekuensi finansial karena banyaknya komplikasi seperti kebutaan dan penyakit vaskular (Price dan Wilson, 1995).

4. Patofisiologi

(26)

dan kira-kira 30-40% diubah menjadi lemak. Pada DM semua proses tersebut terganggu, glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel sehingga energi utama diperoleh dari metabolisme protein dan lemak (Handoko dan Suharto, 1995).

Sesaat setelah makan, kadar glukosa dalam darah akan meningkat begitu pula dengan kadar insulin akan meningkat dan akan menurun saat tidak memakan sesuatu. Insulin ini berfungsi mendistribusikan glukosa yang terdapat dalam darah ke seluruh tubuh guna di metabolisme untuk menghasilkan energi. Kelebihan gula atau glukosa akan disimpan dalam hati. Simpanan glukosa ini akan dilepaskan jika diperlukan misalnya pada saat lapar. Pada penderita diabetes melitus tipe 2 ada dua kemungkinan yang terjadi yaitu produksi insulin dari sel beta yang terdapat dalam pankreas tidak mencukupi atau produksi insulin mencukupi namun tubuh resisten terhadap insulin. Kedua keadaan ini akan menyebabkan kadar glukosa dalam darah akan meningkat (Anonim, 2010a).

5. Tanda dan gejala

Gejala yang khas pada DM yaitu polidipsi (banyak minum), poliphagia (banyak makan) dan poliuria (banyak kencing) disertai keluhan rasa lelah dan kelemahan otot akibat ketidakmampuan sebagian besar sel untuk menggunakan glukosa sebagai energi (Corwin, 2007).

(27)

mengalami perubahan bentuk yang kemudian berakibat pada penurunan penglihatan menjadi buram (blurred vision) (Harris dan Greene, 2000).

6. Diagnosis

Kriteria diagnosis DM menurut Triplitt, et al. (2005):

a. Gejala diabetes disertai kadar glukosa dalam plasma darah pada keadaan biasa

≥200 mg/dL (11,1 mmol/L). Keadaan biasa ini maksudnya setiap waktu

sepanjang hari tanpa memperhatikan makan terakhir.

b. Kadar glukosa plasma puasa ≥126 mg/dL (7,0 mmol/L). Puasa artinya tidak ada masukan kalori selama minimal 8 jam.

b. Kadar glukosa dalam plasma selama 2 jam setelah pemberian glukosa ≥200 mg/dL ditetapkan dengan oral glucose tolerance test (OGTT). OGTT harus dilakukan dengan proses seperti yang diberikan WHO, yaitu menggunakan cairan glukosa yang setara dengan 75 g glukosa yang dilarutkan dalam air.

Tabel I. Kategori Status Glukosa

Kategori Normal Impared Diabetes

Gula darah puasa

(fasting plasma glucose

(FPG))

< 100 mg/dL 100-125 mg/dL ≥126 mg/dL

2 jam setelah makan

(oral glucose tolerance

test(OGTT))

<140 mg/dL 140-199 mg/dL ≥200 mg/dL

(28)

7. Pengelolaan DM

Tujuan penanganan DM yaitu untuk mencegah terjadinya dekompensasi metabolik akut dan menurunkan angka kesakitan dan angka kematian akibat komplikasi (Anonim, 2011b).

a. Edukasi

Menurut Misnadiarly (2006), keberhasilan pengelolaan diabetes membutuhkan partisipasi aktif dari pasien, keluarga, masyarakat dan tim kesehatan. Tim kesehatan harus mendampingi pasien didalam pengobatan dan memberikan edukasi dan motivasi sehingga pasien merubah pola hidup dan perilaku menjadi lebih baik.

b. Terapi Diet

Pentingnya terapi diet dalam penatalaksanaan diabetes bervariasi menurut tipe diabetes. Pada pasien tergantung insulin, komposisi diet tidak terlalu penting karena penyesuaian insulin dapat mengatasi variasi makanan yang luas. Pada pasien yang tidak tergantung insulin yang diterapi dengan insulin eksogen, diperlukan diet yang lebih ketat karena cadangan insulin endogen terbatas (Foster cit., Jayani 2010). c. Latihan Fisik

(29)

d. Intervensi Farmakologi

Terapi dengan obat hipoglikemik oral apabila pengendalian diabetes dengan pengaturan diet dan latihan jasmani tidak berhasil. Di Indonesia umumnya obat hipoglikemik oral yang dipakai ialah metformin 2 – 3 X 500 mg sehari.

e. Algoritma Kontrol Glikemik DM Tipe 2

Gambar 1. Algoritma Kontrol Glikemik DM Tipe 2 pada Anak dan Dewasa

(30)

B. Farmakoekonomi

Farmakoekonomi didefinisikan sebagai deskripsi dan analisis biaya terapi dalam satu sistem pelayanan kesehatan. Secara lebih spesifik merupakan proses identifikasi, mengukur dan membandingkan biaya, akibat dan manfaat dari program, pelayanan, dan terapi (Vogenberg, 2001).

Ekonomi kesehatan merupakan ekonomi yang diaplikasikan pada pelayanan kesehatan dan pada umumnya digunakan untuk membantu pembuat keputusan dalam menentukan pilihan. Ekonomi kesehatan meliputi persediaan dan permintaan pelayanan kesehatan serta menyediakan kerangka pemahaman tentang keputusan dan konsekuensinya. Evaluasi farmakoekonomi menggunakan teknik evaluasi kesehatan dalam konteks manajemen obat (Walley, Haycox, dan Bolland, 2004).

(31)

kesehatan. Ditingkat Rumah Sakit, data farmakoekonomi dapat dimanfaatkan untuk memutuskan apakah suatu obat dapat dimasukkan ke Formularium Rumah Sakit atau sebaliknya, suatu obat harus dihapus dari Formularium Rumah Sakit karena tidak cost-effective dibandingkan obat lain. Selain itu juga dapat digunakan sebagai dasar dalam menyusun pedoman terapi, obat mana yang akan digunakan sebagai obat lini pertama dan lini berikutnya. Bagi tenaga kesehatan, farmakoekonomi berperan untuk membantu pengambilan keputusan klinik dalam penggunaan obat yang rasional karena penggunaan obat yang rasional tidak hanya mempertimbangkan dimensi aman-berkhasiat-bermutu saja tetapi juga harus mempertimbangkan nilai ekonominya (Trisna, 2008).

Biaya (cost) diartikan sebagai nilai atas sumber yang dikonsumsi atau dibutuhkan oleh suatu program atau terapi obat (Sanchez, 2005).

Biaya dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu : a. Biaya langsung

(32)

b. Biaya tidak langsung

Biaya tidak langsung adalah biaya yang dapat mengurangi produktivitas pasien atau biaya yang hilang akibat waktu produktif yang hilang. Contohnya pasien kehilangan pendapatan karena sakit berkepanjangan sehingga tidak dapat memberikan nafkah pada keluarganya, pendapatan berkurang karena kematian yang cepat (Vogenberg, 2001).

c. Biaya tak terduga (intangible cost)

Biaya tak terduga merupakan biaya yang dikeluarkan bukan hasil tindakan medis, meliputi rasa sakit, kekhawatiran, atau kesedihan yang dialami pasien dan atau keluarganya (Walley, et al., 2004). Sifatnya psikologis, sukar dikonversikan dalam nilai mata uang (Vogenberg, 2001).

Metode evaluasi ekonomi

Terdapat 4 metode untuk evaluasi ekonomi, yaitu : a. Cost Minimization Analysis (CMA)

Perspektif dalam metode ini pada umumnya adalah pelayanan kesehatan. CMA hanya dapat digunakan ketika perbadingan antara health benefits dari healthcare treatments identik (Walley, et al., 2004).

(33)

Contoh dari analisis cost-minimization adalah terapi dengan antibiotika generik dengan paten, outcome klinik (efek samping dan efikasi) sama, yang berbeda adalah onset dan durasinya. Maka pemilihan obat difokuskan pada obat yang biaya perharinya lebih murah (Vogenberg, 2001).

b. Cost Effectiveness Analysis (CEA)

CEA membandingkan alternatif terapi yang outcomes-nya dapat diukur dalam unit natural yang sama. CEA merupakan bentuk evaluasi ekonomi yang paling sering digunakan termasuk dalam terapi obat (Walley, et al., 2004). Contoh, membandingkan dua obat yang digunakan untuk indikasi yang sama tetapi biaya dan efektifitasnya berbeda (Trisna, 2008).

c. Cost Utility Analysis (CUA)

Cost Utility Analysis merupakan tipe analisis yang membandingkan biaya terhadap program kesehatan yang diterima dihubungkan dengan peningkatan kesehatan yang diakibatkan perawatan kesehatan.

Dalam Cost Utility Analysis peningkatan kesehatan diukur dalam bentuk penyesuaian kualitas hidup (quality adjusted life years, QALYs) dan hasilnya ditunjukkan dengan biaya per penyesuaian kualitas hidup. Data kualitas dan kuantitas hidup dapat dikonversi ke dalam nilai QALYs.

(34)

ditujukan untuk mengetahui kualitas idup sedangkan kekurangannya bergantung pada penentuan QALYs pada status tingkat kesehatan pasien (Orion, 1997). d. Cost Benefit Analysis (CBA)

Metode ini merupakan metode yang membandingkan alternatif terapi yang menilai manfaat terapi dengan unit biaya. Analysis Cost Benefits digunakan untuk evaluasi pengobatan dengan hasil pengobatan yang sulit diukur dengan cost effectifeness. Keuntungan dalam metode ini diukur berdasarkan keuntungan ekonomi atas suatu intervensi, oleh sebab itu biaya dan keuntungan dinilai dalam bentuk mata uang (Walley, et al, 2004).

Contohnya cost-benefit dari program penggunaan vaksin dibandingkan dengan program penggunaan obat antihiperlipidemia. Pengukuran dapat dilakukan dengan menghitung jumlah episode penyakit yang dapat dicegah, kemudian dibandingkan dengan biaya bila program kesehatan dilakukan. Makin tinggi ratio benefit-cost, maka program makin menguntungkan (Trisna, 2008).

Metode eveluasi ekonomi ada 2 yaitu sebagai berikut: 1. Partial Economic Evaluation

(35)

2. Full Economic Evaluation

Evaluasi ekonomi ini meliputi analisis minimization, benefit, cost-effectiveness, dan cost-utility. Setiap metode ini digunakan untuk membandingkan alternatif program atau pengobatan yang kompeten (Sanchez, 2005).

C. Asuransi Kesehatan

Asuransi dalam Undang-Undang No.2 Th 1992 tentang usaha perasuransian adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima prem i asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab hukum pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan (Anonim, 2011c).

Premi Pelayanan

Imbal jasa

Gambar 2. Hubungan pihak-pihak dalam asuransi kesehatan (Azwar, 1996) Bentuk klasik asuransi kesehatan terdiri dari tiga pihak (third party) yang saling berhubungan dan mempengaruhi, antara lain:

PESERTA

BADAN ASURANSI

(36)

1. Tertanggung/Peserta

Tertanggung/peserta ialah mereka yang terdaftar sebagai anggota, membayar iuran (premi) sejumlah dan dengan mekanisme tertentu sehingga ditanggung biaya kesehatannya.

2. Penanggung/Badan Asuransi

Penanggung atau badan asuransi (health insurance institution) ialah yang bertanggung jawab mengumpulkan dan mengelola iuran serta membayar biaya kesehatan yang dibutuhkan peserta.

3. Penyedia Layanan

Penyedia layanan (Health Provider) adalah yang bertanggung jawab menyediakan pelayanan kesehatan bagi peserta dan karena itu mendapatkan imbal jasa dari badan asuransi (Azwar, 1996).

Ditinjau dari pengelola dana, asuransi kesehatan dapat dibedakan menjadi 2 macam :

1. Asuransi Kesehatan Pemerintah

(37)

kurang puasnya para peserta yang kesemuanya itu terkait dengan mutu pelayanan yang kurang sempurna.

2. Asuransi Kesehatan Swasta

Pengelolaan dana pada asuransi kesehatan swasta dilakukan oleh suatu badan swasta. Keuntungan dari asuransi ini adalah mutu pelayanan relatif lebih baik. Kekurangan asuransi ini, sulit mengawasi biaya kesehatan yang pada akhirnya dapat memberatkan pemakai jasa pelayanan kesehatan (Azwar, 1996).

Jenis-jenis Asuransi Kesehatan yang berkembang di Indonesia antara lain: a. Asuransi Kesehatan Sosial (Social Health Insurance) adalah suatu mekanisme

pendanaan pelayanan kesehatan yang semakin banyak digunakan di seluruh dunia karena kehandalan sistem ini menjamin kebutuhan kesehatan rakyat suatu negara. b. Asuransi kesehatan komersial perorangan (Private Voluntary Health Insurance) c. Asuransi Kesehatan Komersial Kelompok (Regulated Private Health Insurance.

(Anonim, 2011c).

D. Agen Hipoglikemik Oral Kategori agen hipoglikemik oral

1. Sulfonil urea

(38)

mengadakan efek potensiasi terhadap kerja insulin pada jaringan sasaran (Katzung, 1995).

Sulfonil urea terdiri dari 2 generasi yaitu generasi pertama yang terdiri dari Tolbutaid, Klorpropamid, dan Asetoheksamid. Generasi kedua terdiri dari Glipizid dan Gliburid. Generasi kedua sulfonil urea memiliki keuntungan dari generasi yang pertama yaitu memberikan efek antidiuretik lebih kecil atau tidak sama sekali, dimana efek antidiuretik merupakan masalah yang potensial pada penggunaan Klorpropamid (Price dan Wilson, 1995).

Absorpsi sulfonil urea di usus baik sehingga dapat diberikan per oral. Setelah diabsorpsi di usus, obat menyebar ke seluruh cairan ekstra sel. Di dalam plasma,, terikat dengan protein plasma (terutama albumin 70-99%), sebagian dalam bentuk bebas (Endang, 2011).

2. Biguanid

(39)

3. Meglitinide

Merupakan suatu derifat sekretagog baru untuk penggunaan klinis yang dikenal sebagai repaglinide. Repaglinide memiliki mula kerja yang sangat cepat dengan konsentrasi dan efek puncak kurang lebih 1 jam setelah pemberian. Klirens di hati dan t ½ plasma 1 jam. Repaglinide diindikasikan untuk mengontrol perjalanan glukosa post-prandial. Obat ini digunakan tepat sebelum makan kemudian akan makan (Endang, 2011).

4. Tiazolodinedione

Preparat yang beredar di pasaran yaitu Rosiglitazone dan Proglitazon, digunakan pada DM tipe 2 sebagai monoterapi atau dikombinasi dengan Biguanid (Endang, 2011).

Tiazolodinedione bekerja dengan cara meningkatkan sensitivitas insulin terhadap jaringan sasaran. Mekanisme kerja yang tepat belum diketahui. Kerja utama untuk mengurangi resistensi insulin dengan meningkatkan input glukosa dan metabolisme dalam otot dan jaringan adiposa dan juga menghambat glukoneogenesis di hati dan memberikan efek tambahan pada metabolisme lemak. (Endang, 2011). 5. Penghambat glukosidase-alfa

(40)

di usus halus seperti maltase, isomaltase, sukrosa, dan glukoamilase. Penghambatan enzim-enzim tersebut akan mencegah terjadinya pemecahan sukrosa dan karbohidrat kompleks dengan demikian akan memperlambat dan menghambat penyerapan karbohidrat (Triplitt, et al., 2005).

E. Keterangan Empirik

(41)

23 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian mengenai gambaran biaya obat pada pasien diabetes mellitus tipe 2 rawat jalan di RSUD Muntilan Kabupaten Magelang periode Januari-Mei 2010 merupakan penelitian deskriptif evaluatif non eksperimental. Data diperoleh dari rekam medik pasien secara retrospektif. Rancangan penelitian deskriptif evaluatif karena hanya bertujuan melakukan eksploratif deskriptif terhadap fenomena kesehatan yang terjadi dengan mengevaluasi data dari rekam medik dan disajikan apa adanya (Nursalam, 2008). Penelitian ini bersifat non eksperimental karena tidak ada perlakuan pada subyek penelitian (Pratiknya, 2001). Penelitian ini dilakukan dengan mengidentifikasi komponen biaya rawat jalan yang digunakan untuk mengatasi penyakit DM tipe 2 yang meliputi biaya antidiabetik oral, biaya komplikasi, biaya pemeriksaan laboratorium dan biaya administrasi.

(42)

B. Definisi Operasional

1. Pasien adalah penderita diabetes mellitus rawat jalan baik peserta Askes maupun non Askes yang berkunjung setiap bulan ke RSUD Muntilan Kabupaten Magelang selama periode Januari-Mei 2010, selanjutnya periode Januari-Mei 2010 ini disebut episode.

2. Kasus Diabetes Mellitus adalah setiap kunjungan pasien diabetes mellitus tipe 2 rawat jalan ke RSUD Muntilan Kabupaten Magelang periode Januari-Mei 2010 3. Rekam medik adalah berkas dan dokumen yang berisi identitas pasien,

pemeriksaan, pengobatan, tindakan serta pelayanan lain pada pasien diabetes mellitus tipe 2 rawat jalan di RSUD Muntilan Kabupaten Magelang.

4. Daftar dan Plafon Harga Obat (DPHO) adalah daftar obat dengan nama generik dan atau nama lain yang diberikan oleh pabrik yang memproduksinya serta daftar harganya.

5. Antidiabetik oral adalah obat antidiabetik yang digunakan utnuk pengobatan DM tipe 2 yang dapat berupa antidiabetik oral tunggal atau kombinasi oral

6. Harga satuan obat adalah harga obat per satuan seperti yang tertera pada Daftar dan Plafon Harga Obat (DPHO) edisi XXX periode Januari-Desember 2010. 7. Gambaran penggunaan antidiabetik oral adalah gambaran obat antidiabetik oral

(43)

8. Analisis biaya adalah evaluasi biaya obat antidiabetik oral yang sama dalam satu episode yang digunakan untuk mengatasi penyakit diabetes mellitus tipe 2 yang dihitung berdasarkan harga satuan obat dikalikan dengan jumlah obat yang diresepkan sesuai yang tertera dalam rekam medik pasien.

9. Biaya antidiabetik oral adalah biaya obat antidiabetik oral yang sama yang diresepkan setiap kunjungan pasien ke RSUD Muntilan Kabupaten Magelang yang harus dibayar oleh pasien.

10.Biaya administrasi adalah biaya biaya yang harus dibayar pasien yang meliputi biaya registrasi, tarif pemeriksaan dokter spesialis dan biaya asuhan keperawatan. 11.Biaya rawat jalan adalah biaya yang merupakan rata-rata dari keseluruhan biaya

antidiabetik oral dari golongan yang sama selama periode Januari-Mei 2010 yang digunakan oleh pasien DM tipe 2 rawat jalan di RSUD Muntilan Kabupaten Magelang.

(44)

C. Bahan Penelitian

Bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

1. Bahan dan sumber data penelitian diperoleh dari kartu rekam medik pasien diabetes mellitus tipe 2 yang memenuhi kriteria inklusi

2. Lembar resep pasien non Askes

3. Lembar pengumpul data yang berisi identitas pasien, data pemeriksaan laboratorium, diagnosis, terapi yang diberikan (jenis obat, dosis, dan frekuensi pemberian)

4. Daftar harga obat di Instalasi farmasi RSUD Muntilan Kabupaten Magelang 5. Daftar dan Plafon Harga Obat (DPHO) Asuransi Kesehatan edisi XXIX periode

Januari-Desember 2010.

D. Subyek Penelitian

Dalam penelitian ini, subyek penelitian adalah pasien diabetes mellitus tipe 2 yang berkunjung ke RSUD Muntilan Kabupaten Magelang periode Januari– Mei 2010 yang diberikan terapi berupa antidiabetik oral.

(45)

Kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah pasien dengan penyakit penyerta lain, pasien dengan penyakit komplikasi, pasien dengan data rekam medik yang tidak jelas/lengkap dan pasien yang tidak berkunjung secara rutin setiap bulan.

E. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di bagian Rawat Jalan RSUD Muntilan Kabupaten Magelang, dengan pengambilan data di Instalasi Catatan Medis dan di Apotek bagian Rawat Jalan RSUD Muntilan Kabupaten Magelang.

F. Jalannya Penelitian

Jalannya penelitian dibagi menjadi 3 tahap yaitu tahap persiapan, tahap pelaksaan, dan tahap penyelesaian.

1) Tahap Persiapan

Tahap ini dimulai dengan studi pustaka yang berkaitan dengan penelitian yaitu membaca literatur-literatur atau website dan pembuatan proposal penelitian. Kemudian melakukan perijinan penelitian di RSUD Muntilan Kabupaten Magelang.

2) Tahap Pelaksanaan

(46)

Data yang dikumpulkan dari instalasi catatan medis adalah data dari rekam medik pasien yang meliputi umur dan jenis kelamin pasien, diagnosis, pemeriksaan laboratorim, jenis dan jumlah obat yang diberikan. Pengambilan data dilanjutkan ke Apotek bagian Rawat Jalan yaitu mencocokkan jenis dan jumlah obat yang telah diperoleh dari rekam medik pasien dengan yang terdapat dalam data komputer di Apotek bagian Rawat Jalan kemudian mencatat biaya obat yang harus dibayar pasien. Setelah itu pengambilan data dilanjutkan ke bagian Laboratorium yaitu mencatat tarif pemeriksaan kadar glukosa darah. Kemudian dilanjutkan ke bagian administrasi rumah sakit untuk mencatat tarif pelayanan pasien rawat jalan yang meliputi tarif untuk jasa dokter, dokumen rekam medik, dan asuhan keperawatan. Data-data yang dikumpulkan kemudian ditabulasi. 3) Tahap Penyelesaian

(47)

G. Tata Cara Pengolahan Hasil Penelitian Data pasien dikelompokkan dengan kategori sebagai berikut: 1. Gambaran karakteristik pasien diabetes mellitus tipe 2

2. Gambaran Penggunaan Antidiabetik Oral pada Pasien DM Tipe 2

Persentase golongan obat dihitung dari jumlah kasus DM tipe 2 yang menerima golongan obat antidiabetik oral dari bulan Januari-Mei 2010 dibagi jumlah kasus yang dianalisis bulan Januari-Mei 2010 dikalikan 100%.

3. Analisis Biaya

a. Biaya antidiabetik oral

Perhitungan biaya antidibetik oral dilakukan berdasarkan harga satuan obat dikalikan dengan jumlah pemakaian perhari sesuai dengan jumlah obat yang tertera di rekam medik pasien.

Biaya obat diperoleh dari daftar harga obat di instalasi farmasi RSUD Muntilan Kabupaten Magelang dan dari buku Daftar dan Plafon Harga Obat (DPHO) dengan harga obat yang digunakan pada bulan awal penelitian yaitu bulan Januari dan tidak ada perubahan harga obat.

Harga satuan obat merupakan harga jual obat di Apotek yang ditunjuk oleh PT. Askes yang berdasar pada DPHO Asuransi Kesehatan edisi XXIX periode Januari-Desember 2010. Perhitungan biaya obat dilakukan berdasarkan DPHO Asuransi Kesehatan edisi XXIX periode Januari-Desember 2010 yaitu:

(48)

Untuk obat yang tidak tercantum di DPHO Asuransi Kesehatan edisi XXIX periode Januari-Desember 2010 dihitung berdasarkkan HNA + PPN 10%.

Faktor pelayanan (fp) nilainya :

1. Untuk obat yang harga satuannya di bawah Rp. 50.000,00 fp maksimal 1,2 2. Untuk obat yang harga satuannya antara Rp. 50.000,00 – Rp. 100.000,00 fp

maksimal 0,15

Embalage/service memiliki nilai sebesar Rp. 300,00 untuk setiap resep obat jadi dan Rp. 500,00 untuk setiap resep obat racikan.

b. Biaya administrasi

Biaya administrasi meliputi biaya registrasi, tarif pemeriksaan dokter spesialis dan biaya asuhan keperawatan. Biaya administrasi tersebut disesuaikan dengan tarif yang berlaku di RSUD Muntilan Kabupaten Magelang.

c. Biaya total

(49)

H. Keterbatasan Penelitian

(50)

32 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Karakteristik Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2

Hasil penelusuran dari data rekam medik menunjukkan terdapat 843 kasus rawat jalan diabetes mellitus dan yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 183 kasus. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa pembiayaan pasien diabetes mellitus tipe 2 ada yang ditanggung sendiri oleh pasien dan ada yang ditanggung oleh Asuransi Kesehatan. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat 18 kasus yang menanggung biaya sendiri (Non Askes) dan 165 kasus Askes. 165 kasus Askes tersebut terdiri dari 33 pasien dan 18 kasus non Askes terdiri dari 3 pasien. Pasien Askes terdiri dari 21 pasien berjenis kelamin laki-laki dan 12 pasien wanita dengan rentang umur antara 31-89 tahun sedangkan 3 pasien Non Askes berjenis kelamin laku-laki dengan rentang umur antara 27-35 tahun.

Semua pasien DM dalam penelitian ini adalah pasien lama artinya pasien yang sudah terdiagnosis DM dan rutin melakukan kunjungan ke RSUD Muntilan setiap bulan selama bulan Januari-Mei 2010.

(51)

olahraga yang teratur. Apabila langkah-langkah tersebut tidak dapat mencapai sasaran pengendalian DM yang ditentukan maka dilanjutkan dengan pengelolaan secara farmakologi atau dengan penggunaan obat. Tabel di bawah ini menunjukkan distribusi penggunaan antidiabetik oral pada pasien DM tipe 2 selama satu episode.

Tabel II. Distribusi Penggunaan Antidiabetik Oral yang Diberikan kepada Pasien DM Tipe 2 di RSUD Muntilan Kabupaten Magelang

Periode Januari-Mei 2010

Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa secara keseluruhan peresepan yang diberikan untuk kasus DM tipe 2 dengan Askes dan non Askes yang paling banyak ditemukan adalah peresepan dengan kombinasi antidiabetik oral. Peresepan antidiabetik oral tunggal dijumpai pada kasus Askes dan tidak dijumpai adanya peresepan antidiabetik oral tunggal pada kasus non Askes.

Kasus Askes yang berjumlah 165 pada tabel di atas terdiri dari 33 pasien yang berkunjung secara rutin setiap bulan selama satu episode dan 18 kasus non Askes terdiri dari 3 pasien.

(52)

mendapatkan pengobatan yang sama selama satu episode terdiri dari 3 pasien sedangkan pada kasus non Askes, 18 kasus mendapat pengobatan dengan kombinasi antidiabetik oral yang samadalam satu episode terdiri dari 3 pasien.

Gambaran penggunaan antidiabetik oral tunggal berdasarkan golongannya dari 66 kasus Askes disajikan dalam diagram di bawah ini.

Gambar 3. Persentase Penggunaan Antidiabetik Oral Tunggal Berdasarkan Golongan Obat

Dapat dilihat pada gambar 3 bahwa dari lima golongan antidiabetik oral, yang ditemukan dalam penelitian ini yang diresepkan pada pasien DM di RSUD Muntilan adalah golongan sulfonil urea, biguanid dan alfa glukosidase inhibitor sedangkan golongan tiazolodinedione dan meglitinide tidak ditemukan dalam peresepan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sulfonil urea dan biguanid adalah obat antidiabetes yang paling banyak digunakan dalam pengobatan DM tipe 2. Hal ini sesuai dengan algoritmapada gambar 1 dimana pertimbangan awal untuk pengobatan

54,55% 40,91%

4,54%

Sulfonil Urea

Biguanid

(53)

diabetes mellitus dianjurkan menggunakan sulfonil urea atau metformin dari golongan biguanid atau kombinasi keduanya. Dalam buku DPHO edisi XXIX terdapat 4 macam nama generik obat dari golongan sulfonil urea yang sering digunakan yaitu glibenklamid, gliclazide, glipizide dan glikuidon dimana keempatnya termasuk dalam golongan sulfonil urea generasi kedua namun dalam peresepan yang ditemukan dalam penelitian ini hanya terdapat 2 macam yaitu gliklazide dan glikuidon. Golongan biguanid terdapat 1 nama generik dalam DPHO edisi XXIX yaitu metformin dan golongan alfa glukosidase inhihibor juga terdapat 1 nama generik yaitu acarbose. Secara rinci obat yang ditemukan terdapat pada tabel III berikut.

Tabel III. Rincian Penggunaan Antidiabetik Oral Tunggal pada Pasien DM Tipe 2 Rawat Jalan di RSUD Muntilan Kabupaten Magelang Periode Januari-Mei 2010

(54)

ditemukan 3 pasien yang menggunakan obat antidiabetik oral tunggal yang sama selama episode.

Kadar glukosa darah sewaktu yang dianjurkan untuk penderita diabetes mellitus tipe 2 berdasarkan algoritma kontrol glikemik adalah 140-180mg/dL. Penggunaan lebih dari 1 macam agen hipoglikemik oral dilakukan jika penggunaan 1 macam agen hipoglikemik oral belum dapat mencapai sasaran terapi (Pertiwi, 2006).

(55)

pemeriksaan kadar gula darah dalam setiap kunjungannya. Data yang tertera pada tabel menunjukkan kadar glukosa darah sewaktu pada pasien c tidak ada yang memenuhi target sehingga penggunaan antidiabetik oral tunggal pada pasien c perlu ditinjau kembali apakah dosis perlu ditingkatkan atau perlu diberikan terapi kombinasi antidiabetik oral. Secara rinci data kadar glukosa darah pasien dengan penggunaan obat antidiabetik oral tunggal terdapat dalam tabel berikut

Tabel IV. Kadar Glukosa Darah Sewaktu Pasien yang Menerima Antidiabetik Oral Tunggal yang Sama dalam Satu Episode

Pasien Kadar Gula Darah Sewaktu (mg/dL)

1 2 3 4 5

A 154 156 - 170 -

B 109 223 201 178 179

C - 201 - - 200

Di bawah ini ditunjukkan gambar diagram penggunaan kombinasi antidiabetik oral pada 117 kasus diabetes mellitus tipe 2 rawat jalan baik kasus Askes maupun non Askes di RSUD Muntilan Kabupaten Magelang periode Januari-Mei 2010 berdasarkan golongannya.

Gambar 4. Persentase Kombinasi Antidiabetik Oral Berdasarkan Golongan Obat

(56)

Hasil penelitian menunjukkan kombinasi antidiabetik oral yang paling banyak digunakan adalah kombinasi antara golongan sulfonil urea dan biguanid (70.94%). Sesuai dengan algoritma kontrol glikemik pada gambar 1, dianjurkan menggunakan kombinasi antara metformin dengan sulfonil urea pada terapi awal apabila kadar gula darah sewaktu tidak mencapai target. Kombinasi sulfonil urea dan biguanid diharapkan memberikan efek komplementer dan sinergis dengan sasaran ganda yaitu perbaikan terhadap gangguan sekresi insulin sekaligus terhadap aksi insulin di jaringan. Secara rinci kombinasi antidiabetik oral yang ditemukan terdapat pada tabel V berikut.

Tabel V. Rincian Penggunaan Kombinasi Antidiabetik Oral pada Pasien DM Tipe 2 Rawat Jalan di RSUD Muntilan Kabupaten Magelang Periode

Januari-Mei 2010

(57)

Dapat dilihat pada tabel di atas bahwa pada kasus askes dan non Askes yang paling dominan adalah peresepan antidiabetik oral dengan nama generik gliclaside dan metformin. Dalam penelitian ditemukan bahwa peresepan obat antidiabetik oral pada umumnya menggunakan brand name.

Tabel VI. Kadar Glukosa Darah Sewaktu Pasien yang Menerima Kombinasi Antidiabetik Oral yang Sama dalam Satu Episode

Pasien Kadar glukosa darah (mg/dL)

1 2 3 4 5

Dalam penelitian diketehui bahwa pasien Askes A, B, C dan pasien non Askes X, Y, Z mendapatkan pengobatan dengan kombinasi antidiabetik oral dari golongan sulfonil urea dan biguanid.

(58)

Kadar glukosa darah sewaktu pasien B pada bulan pertama dan kedua mencapai target yaitu <140-180mg/dL. Apabila sebelumnya pasien tersebut diberi resep kombinasi antidiabetik oral antara sulfonil urea dan biguanid, maka pemberian kombinasi antidiabetik oral antara sulfonil urea dan biguanid untuk terapi lanjutan sudah tepat sesuai dengan algoritma pada gambar 1. Pada kunjungan ketiga dan keempat, kadar glukosa darah sewaktu pasien B meningkat dan tidak dalam range target yang dianjurkan artinya setelah 3 bulan, target tidak tercapai sehingga penggunaan kombinasi sulfonil urea dan biguanid ini perlu ditinjau lagi apakah perlu peningkatan dosis atau penggantian obat atau mungkin pasien harus diberi injeksi insulin. Berdasarkan algoritma pada gambar 1, apabila target tidak tercapai setelah 3 bulan maka diberi kombinasi sulfonil urea-metformin (golongan biguanid) namun karena sebelumnya pasien telah menerima kombinasi sulfonil urea-biguanid maka kemungkinan perlu penggantian obat. Berdasarkan algoritma pada gambar 1 kombinasi lain yang dapat diberikan adalah metformin atau sulfonil urea ditambah pioglitazone/roziglitazone atau acarbose/miglitol; metformin ditambah nateglinide atau repaglinide; atau insulin atau insulin analog (sebagai monoterapi atau terapi kombinasi). Pada bulan kelima, kadar glukosa darah sewaktu pasien B berada dalam range target yang dianjurkan sehingga terapi pada bulan sebelumnya dapat dilanjutkan dan perlu dilakukan cek A1c setiap 3-6 bulan.

(59)

dan keempat tidak mencapai target yang dianjurkan sedangkan pada kunjungan ketiga dan kelima kadar glukosa darah sewaktunya mencapai batas atas. Sesuai algoritma pada gambar 1, apabila targetnya tercapai maka penggunaan kombinasi sulfonil urea-biguanid terus dilanjutkan dan dilakukan cek A1c setiap 3-6 bulan.

(60)

insulin atau 1x perhari glargine; pemberian intermediate regular insulin atau lispro/aspart mix sebelum makan malam; Kombinasi antidiabetik oral menjadi 3 macam. Pada pasien Z kadar glukosa darah sewaktunya tidak ada yang mencapai target. Setelah 3 bulan menggunakan kombinasi sulfonil urea-biguanid ternyata target tidak tercapai sehingga penggunaan kombinasi sulfonil urea-biguanid ini perlu ditinjau lagi apakah perlu peningkatan dosis atau penggantian obat atau mungkin pasien harus diberi injeksi insulin. Berdasarkan algoritma pada gambar 1 kombinasi lain yang dapat diberikan adalah metformin atau sulfonil urea ditambah pioglitazone/roziglitazone atau acarbose/miglitol; metformin ditambah nateglinide atau repaglinide; atau insulin atau insulin analog (sebagai monoterapi atau terapi kombinasi). Apabila target tercapai, maka terapi dilanjutkan dan dilakukan cek A1c setiap 3-6 bulan tetapi apabila target tidak tercapai setelah 3-6 bulan maka sesuai algoritma, pasien ini perlu diberi intermediate-acting insulin atau 1x perhari glargine; pemberian intermediate regular insulin atau lispro/aspart mix sebelum makan malam; Kombinasi antidiabetik oral menjadi 3 macam.

(61)

C. Analisis Biaya

Metode yang digunakan adalah membandingkan biaya obat yang harus dibayar. Analisis biaya dilakukan untuk mengetahui jumlah biaya langsung yang dibayar pasien rawat jalan DM tipe 2. Biaya ini meliputi biaya antidiabetik oral, biaya pendaftaran, biaya pemeriksaan dokter, dan biaya pemeriiksaan laboratorium. Namun dalam penelitian ini tidak dilakukan perhitungan biaya pemeriksaan laboratorium kadar glukosa darah pasien karena tidak semua pasien melakukan pemeriksaan kadar glukosa darah dan tidak semua pasien rutin melakukan pemeriksaan kadar glukosa darah.

Dalam penelitian ini, analisis biaya dilakukan pada pasien DM tipe 2 baik Askes maupun non Askes. Biaya untuk kasus Askes dan non Askes dihitung masing-masing dengan tujuan agar dapat dibandingkan biaya yang harus dikeluarkan oleh pasien Askes dan pasien non Askes sehingga dapat diketahui komponen dan besar biaya rawat jalan total pada setiap kasus DM tipe 2 rawat jalan di RSUD Muntilan Kabupaten Magelang periode Januari-Mei 2010.

1. Biaya Antidiabetik Oral

Perhitungan biaya antidiabetik oral untuk pasien Askes sesuai dengan yang tercantum di Daftar dan Plafon Harga Obat (DPHO) edisi XXIX periode Januari-Desember 2010 sedangkan untuk pasien non Askes, biayanya diperoleh dari lembar resep yang terdapat di Instalasi Farmasi.

(62)

Agen hipoglikemik oral tunggal yang dijumpai dalam penelitian ini berasal dari golongan Sulfonil Urea, Biguanid dan Alfa Glukosidase Inhibitor. Dari 33 pasien Askes terdapat 3 pasien yang mendapatkan resep antidiabetik oral tunggal yang sama dalam satu episode sedangkan pada pasien non Askes, tidak dijumpai adanya peresepan dengan antidiabetik oral tunggal. Tabel dibawah ini menunjukkan rata-rata biaya antidiabetik oral tunggal pada pasien DM tipe 2 rawat jalan di RSUD Muntilan Kabupaten Magelang periode Januari-Mei 2010.

Tabel VII. Rata-rata Biaya Antidiabetik Oral Tunggal pada Pasien Askes

Pasien A B C

Golongan Sulfonil urea Biguanid Biguanid Nama dagang Pedab® Gludepatik® Gludepatik®

Jumlah obat per kali datang 15 60 90

Rata-rata Biaya Rp. 6.120 Rp. 7.920 Rp.11.880

Pada tabel di atas dapat dilihat, pasien a mendapatkan terapi dengan Pedab® dari golongan sulfonil urea dengan biaya rata-rata Rp. 6.120, pasien b dan c mendapat terapi dengan Gludepatik® dari golongan biguanid dengan biaya rata-rata untuk pasien b sebesar Rp. 7.920 dan pasien c Rp.11.880. Perbedaan biaya yang dikeluarkan oleh pasien a, b dan c disebabkan oleh perbedaan jumlah obat yang diresepkan untuk tiap pasien.

Biaya Kombinasi Antidiabetik Oral

(63)

yang berbeda. Berdasarkan data yang diperoleh, dari 33 pasien dengan Askes terdapat 3 pasien yang mendapatkan kombinasi obat antidiabetik oral yang sama setiap bulan dalam satu episode. Pada kasus non Askes, ketiga pasien juga mendapatkan kombinasi antidiabetik oral yang sama setiap kunjungan dalam satu episode. Kombinasi antidiabetik oral tersebut adalah kombinasi antara 2 antidiabetik oral dari golongan obat yang berbeda. Peresepan antidiabetik oral yang dijumpai pada pasien Askes dan non Askes yang mendapat obat antidiabetik oral yang sama dalam satu episode adalah obat antidiabetik oral dengan nama dagang dan tidak dijumpai adanya peresepan dengan nama generik. Di bawah ini disajikan tabel rata-rata biaya kombinasi antidiabetik oral pada pasien yang menerima kombinasi antidiabetik oral yang sama dalam satu episode.

Tabel VIII. Rata-rata Biaya Kombinasi Antidiabetik Oral pada Pasien Askes dan Non Askes

(64)

Dapat dilihat pada tabel VII, semua pasien baik Askes maupun non Askes mendapatkan antidiabetik oral dari golongan yang sama yaitu dari golongan sulfonil urea dan biguanid. Meskipun obat yang diberikan memiliki nama dagang yang berbeda-beda namun obat antidiabetik oral dalam satu golongan yang tertera pada tabel memiliki harga satuan yang sama.

Berdasarkan tabel di atas, biaya rata-rata obat antidiabetik oral pada pasien Askes berkisar antara Rp.18.648 sampai Rp.29.160 sedangkan pada pasien non Askes antara Rp.59.886 sampai Rp.78.785. Perbedaan biaya antara pasien Askes dan non Askes muncul karena perbedaan jumlah obat yang diberikan untuk setiap pasien. Hasil rata-rata biaya ini diperoleh dari jumlah sampel yang terbatas yaitu 3 pasien untuk Askes dan 3 pasien untuk non Askes.

2. Biaya Administrasi

Biaya administrasi rumah sakit untuk kasus Askes seluruhnya ditanggung oleh PT Askes sedangkan untuk kasus non Askes, biaya administrasi ditanggung oleh pasien itu sendiri.

(65)

3. Biaya Total

Biaya total adalah biaya langsung yang harus dibayar pasien yang meliputi biaya obat, biaya pemeriksaan dokter dan biaya pendaftaran. Biaya total yang disajikan di bawah ini adalah biaya total dari pasien yang mendapatkan terapi antidiabetik oral yang sama setiap bulannya dalam episode Januari-Mei 2010.

Tabel IX. Total Biaya Rawat Jalan untuk Pasien Askes yang Menerima Antidiabetik Oral Tunggal

Pasien Rata-rata

Adanya variasi biaya total pada penggunaan obat antidiabetik oral tunggal seperti yang tertera pada tabel di atas disebabkan jumlah obat yang diresepkan untuk setiap pasien berbeda-beda seperti yang tertera pada tabel V baris ke 5.

(66)
(67)

49 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian “Analisis Biaya Penggunaan Antidiabetik Oral pada Pasien Diabetes Mellitus Rawat Jalan Di RSUD Muntilan Kabupaten Magelang Periode Januari–Mei 2010” diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Terdapat tiga golongan Antidiabetik oral yang digunakan untuk terapi diabetes

mellitus yaitu golongan Sulfonil Urea, Biguanid dan Alfa Glukosidase Inhibitor. Pola penggunaan antidiabetik oral terbanyak adalah kombinasi oral sebesar 63,93%.

2. Komponen dan besar biaya rawat jalan yang dapat dihitung adalah biaya obat, biaya pemeriksaan dokter dan biaya pendaftaran. Terapi antidiabetes mellitus oral untuk pasien rawat jalan membutuhkan biaya mulai dari Rp. 30.648 sampai Rp. 90.785.

B. Saran

(68)
(69)

51

DAFTAR PUSTAKA

Adam, J., 2009 Klasifikasi dan Kriteria Diagnosis Diabetes Mellitus yang Baru, http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/13KlasifikasidanKriteriaDiagnosis DiabetesMelitusyangBaru127.pdf/13KlasifikasidanKriteriaDiagnosisDia betesMelitusyangBaru127.html diakses tanggal 19 Maret 2011

American Diabetes Association (ADA), 2008, Economic Cost of Diabetes in the U.S. in 2007, www.diabetesjournals.org, diakses tanggal 27 April 2011 Andayani, T.M., 2005, Analisis Efektifitas-Biaya Penggunaan Antidiabetik pada

Pasien Diabetes Melitus tipe 2 Rawat Jalan di Rumah Sakit Sardjito Yogyakarta, Laporan Penelitian, Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada Yogyakarta

Anonim, 2000, Prevalensi DM Selalu Meningkat, http://pdpersi.co.id/index.php?show=detailnews&kode=2114&tbl=cakra wala, diakses tanggal 15 Maret 2011

Anonim, 2007, Epidemiologi DM dan Isu Mutakhirnya, http://ridwanamiruddin.wordpress.com/2007/12/10/epidemiologi-dm-dan-isu-mutakhirnya/, diakses tanggal 14 Januari 2011

Anonim, 2010a, Penderita Diabetes Bertambah Tiga Kali Lipat, http://hileud.com/penderita-diabetes-bertambah-tiga-kali-lipat.html, diakses tgl 27 Mei 2011

Anonim, 2010b, Peran DIIT dalam Penanggulangan Diabetes, http://www.gizi.net/makalah/Makalah%20Pekan%20DM.PDF, diakses tanggal 19 Maret 2011

Anonim, 2010c, Antidiabetes: Sulfonylurea, http://milissehat.web.id/?p=1312 diakses tanggal 13 Mei 2011

Anonim, 2011a, Asuransi, http://id.wikipedia.org/wiki/Asuransi, diakses tanggal 12 April 2011

(70)

Anonim, 2011c, Asuransi kesehatan, http://id.shvoong.com/medicine-and-health/medicine-history/2096364-asuransi-kesehatan/, diakses tanggal 12 mei 2011

Anonim 2011 d, Patofisiologi DM, http://www.news-medical.net/health/Diabetes-Mellitus-Type-2-Pathophysiology-(Indonesian).aspx

Azwar, Azrul, 1996, Pengantar Administrasi Kesehatan Edisi Ketiga, Binarupa Aksara, Jakarta.82-90, 142-150

Corwin, Elizabeth J., 2009, Buku Saku Patofisiologi, penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta

Endang, E., 2006, Oral Hipoglikemik Agent, http://www.farmako.uns.ac.id/penguasa/barak_upload/materi/ORAL%20 HIPOGLIKEMIK%20AGENT.pdf diakses tanggal 24 april 2011

Goodman & Gilman’s., 2001, The Pharmalogical Basic of Therapeutic, Ninth Edition, McGraw-Hill, New York.

Handoko, T. dan Suharto, B., 1995, Insulin, Glukogon, dan Antidiabetika Oral, dalam Ganiswara, S.G., Setiabudy, R., Suyatna, D.F., Purwantyastuti, dan Nafrialdi (Editor) Farmakologi dan terapi, edisi IV, Percetakan Gaya Baru, jakarta, 467-481

Harris, N.D., and Greene, R.J., 2000, Pathology and Therapeutics for Pharmacist, Second Edition, Pharmaceutical Press, London. 535-546

Jayani, E.F.Y., 2010, Analisis Biaya Rawat Jalan Penggunaan Antidiabetik Oral pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Periode Januari-Mei 2010, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Krisnanigsih, N., 2006, Analisis Biaya terapi pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Rawat Jalan Peserta Asuransi Kesehatan Sosial yang Mendapat Terapi Kombinasi Tiga Antidiabetik Oral di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Gadja Mada Yogyakarta

(71)

Juli-Desember 2007, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Gadja Mada Yogyakarta

Misnadiarly, AS., 2006, Diabetes Mellitus: Mengenali Gejala, Menanggulangi, dan Mencegah Komplikasi, Penerbit Pustaka Obor, Jakarta

Nugrogo, G., 2011, Insulin, Glukagon dan Antidiabetik Oral, gatotadinugroho.weebly.com/4/3/16insulin-antidiabetik_oral.ppt

Nursalam, 2008, konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan edisi 2, Penerbit salemba, Jakarta

Orion, 1997, Pharmacoeconomics Primer and Guide Introduction to Economic Evaluation, Hoesch Marion Rousell Incorporation, Virginia.

Pertiwi, C.L.P., 2006, Evaluasi Pemilihan dan Penggunaan Obat Antidiabetes pada Kasus Diabetes Mellitus Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode Januari-Desember 2005., Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Price, S.A., Wilson, L.M., 1995, Patofisiologi Konsep Kimia Proses-proses Penyakit, edisi IV, 1111-1115, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta Sanchez, L.A., 2005, pharmacoeconomics: Principles, Methods, and Aplications,

in DiPiro, J. T., Pharmacoterapy: A Pathophysiologic Approach, Sixth Edition, 1-9, The McGraw-Hills Companies, Inc. New York

Sasmito, S.D., 2007, Penggunaan Antidiabetik Oral Golongan Sulfonilurea pada

Diabetes Mellitus,

http://yosefw.wordpress.com/2007/12/27/penggunaan-antidiabetik-oral-gol-sulfonilurea-pada-diabetes-mellitus/, diakses tanggal 15 Maret 2010 Triplitt, C.L., Reasner, C.A., and Isley, W.L., 2005, Diabetes Mellitus, in DiPiro,

J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., Posey, L.M., (Eds), Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach, 1333-1353, THE mCgRAW-Hills Companies, Inc. New York

Trisna, Y., 2008, AplikasiFarmakoekonomi,

http://www.ikatanapotekerindonesia.net/articles/pharma-update/pharmaceutical-technology, diakses tanggal 2 Agustus 2011 Vogenberg, F.R., 2001, Introduction to Applied Pharmacoeconomics,

(72)

Walley, T., Haycox, A& Bolland, A., 2004, Pharmacoeconomics, Churchill Livingstone, New York

(73)

55

(74)

56 Lampiran 1

(75)
(76)

58 50 GDS=311 128/60 Alfa glikosidase

(77)

59

(78)
(79)

61 108 150/90 Alfa glukosidase

(80)

62 Biguanid Gludepatik 3960

(81)
(82)

64 Lampiran 2

(83)

65

Biguanid Gludepatik 25.047

Lampiran 3

TABEL RATA-RATA BIAYA ANTIDIABETIK ORAL PASIEN ASKES YANG MENERIMA OBAT DARI GOLONGAN YANG SAMA SETIAP

KUNJUNGAN KE RSUD MUNTILAN KABUPATEN MAGELANG PERIODE JANUARI-MEI 2010 Biguanid Gludepatik 7920

(84)

66

Biguanid Gludepatik 3960 GDS=180 137/77 Sulfonil Urea Glidabet 18360 Biguanid Gludepatik 3960

4 GDS=154 135/80 Sulfonil urea Pedab 6120 6120 GDS=156 135/80 Sulfonil urea Pedab 6120

135/80 Sulfonil urea Pedab 6120 GDS=170 135/80 Sulfonil urea Pedab 6120 135/80 Sulfonil urea Pedab 6120

5 GDS=109 100/70 Biguanid Gludepatik 7920 7920 GDS=223 100/70 Biguanid Gludepatik 7920

100/70 Biguanid Gludepatik 7920 GDS=178 100/70 Biguanid Gludepatik 7920 GDS=179 100/70 Biguanid Gludepatik 7920

6 GDS=201 110/70 Biguanid Gludepatik 11880 11880 110/80 Biguanid Gludepatik 11880

(85)

67 Lampiran 4

TABEL RATA-RATA BIAYA ANTIDIABETIK ORAL PASIEN NON ASKES YANG MENERIMA OBAT DARI GOLONGAN YANG SAMA SETIAP

(86)

68

(87)

69 Lampiran 5

TARIF PELAYANAN PASIEN RAWAT JALAN DI RSUD MUNTILAN KABUPATEN MAGELANG

Komponen biaya Tarif

Jasa dokter 11.000

Dokumen Rekam Medik 1000

(88)

70 Lampiran 6

HARGA OBAT ANTIDIABETIK ORAL MENURUT DPHO EDISI XXX PERIODE JANUARI-MEI 2010

No Golongan Obat Nama

Generik

Nama Dagang

Harga Satuan (Rp) 1 Sulfonil urea Gliclazide Glidabet 340,00

Glucodex 340,00 Pedab 340,00 Glikuidon Fordiab 990,00

Lodem 1.000,00 2 Biguanid Metformin Gludepatik 110,00

Metformin 123,00 3 Alfa Glukosidase

Inhibitor

(89)

71 Lampiran 7

HARGA OBAT ANTIDIABETIK ORAL DI APOTEK RAWAT JALAN RSUD MUNTILAN KABUPATEN MAGELANG

No Golongan Obat Nama

Generik

Nama Dagang

Harga Satuan (Rp) 1 Sulfonil urea Gliclazide Glidabet 948,76

Pedab 948,75 2 Biguanid Metformin Gludepatik 417 3 Alfa Glukosidase

Inhibitor

(90)
(91)
(92)
(93)
(94)

76

BIOGRAFI PENULIS

Gambar

Tabel I. Kategori Status Glukosa  .......................................................................
Tabel X.  Total Biaya Rawat Jalan untuk Pasien yang Menerima Kombinasi
Gambar 1.  Algoritma Kontrol Glikemik DM Tipe 2 pada Anak dan
Tabel Perincian Biaya Antidiabetik Oral Kasus Askes………………...
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bumi yang kaya ini jika dikelola dengan baik akan membuat setiap rakyat Indonesia bisa memperoleh kemakmuran yang luar biasa sehingga bisa jadi suatu saat rakyat Indonesia sudah

Media komunikasi yang dibuat dengan lipatan atau satu lembar dan diatur sedemikian rupa dengan bentuk yang menarik serta lebih efektif untuk meyakinkan tentang manfaat dan

Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara tanpa Sektor pertanian tahun 2008-2011 Ketimpangan Pendapatan (Indeks Williamson) Keterkaitan Sektor pertanian dengan Sektor-

Hal ini dapat diartikan bahwa para investor dengan minimnya informasi tentang prospek perusahaan yang melakukan IPO akan menggunakan referensi berapa proporsi saham yang

The produced 3D point clouds are gridded to 6 mm resolution from which topographic parameters such as slope, aspect and roughness are derived.. At a later project stage these

Penelitian ini bertujuan untuk mempertahankan kesegaran buah stroberi dengan aplikasi edible coating berbasis karagenan dan mempelajari pengaruh penambahan

common, secure data platform of 2D/3D utility data scalable to support a city the size of Chicago. The Pilot team will demonstrate to stakeholders (cities, utilities,

Akan tetapi kebutuhan tenaga panen harus mengacu pada luas total areal kebun, kegiatan panen akan terhambat bila tenaga panen kurang dari jumlah yang sesuai dengan