A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan nasional yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945 pada
hakekatnya adalah pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh
masyarakat Indonesia. Dewasa ini Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah
sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan disegala bidang, yang
merupakan realisasi dari rencana yang telah digariskan dalam program
pembangunan nasional (Prabawa Utama, 1991: 22).
Dalam melancarkan pelaksanaan pembangunan nasional yang lebih
merata ke seluruh wilayah Indonesia dalam program pembangunan nasional
ditetapkan bahwa pembangunan daerah perlu ditingkatkan. Pembangunan daerah
diarahkan untuk mewujudkan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung
jawab kepada daerah secara proporsional, sehingga pembangunan daerah
diarahkan sebagai dasar dari terciptanya pembangunan nasional, karena
masyarakat di daerah merupakan landasan atau basis dari kekuatan ekonomi,
politik, sosial budaya dan pertahanan dan keamanan dan dapat menjamin
perkembangan pembangunan yang dilaksanakan bersamama-sama secara sektoral
dan regional. Dengan demikian pembangunan daerah adalah bagian integral dari
pembangunan nasional (Josef Riwu Kaho, 1997: 8).
Berlakunya produk hukum mengenai pemerintah daerah tersebut
besar dalam menetapkan APBD di era pelaksanaan desentralisasi.
Konsekuensinya pemerintah daerah harus dapat mengurus dan mengatur rumah
tangganya sendiri. Pelaksanaan tugas tersebut tidak semudah perkiraan karena
salah satunya perlu kemampuan ekonomi yaitu: pertama, adalah tentang
bagaimana pemerintahan daerah menghasilkan finansial untuk menjalankan
organisasi termasuk memberdayakan masyarakat, kedua, bagaimana pemerintah
daerah sesuai dengan fungsinya mengembangkan kemampuan ekonomi daerah
(Nugroho, 2000: 34).
Otonomi daerah mensyaratkan bahwa pembangunan daerah merupakan
tanggung jawab bagi pemerintah daerah. Pemberian hak otonomi daerah antara
lain dimaksudkan untuk memberikan keleluasaan bagi pemerintah daerah agar
dapat menggali sumber-sumber keuangan daerah sendiri guna membiayai
pelaksanaan pembangunan serta memaksimalkan penerimaan daerahnya,
termasuk memaksimalkan PAD dan pajak daerah di daerah otonom bersangkutan.
Daerah otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas daerah
tertentu, berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat
menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara
Kesatuan Republik Indonesia (Mardiasmo, 2003: 8).
Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut pajak, adalah kontribusi wajib
kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung
dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat
Pajak Daerah dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
1. Pajak Provinsi, terdiri dari:
a. Pajak Kendaraan Bermotor;
b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor;
c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor;
d. Pajak Air Permukaan; dan
e. Pajak Rokok.
2. Pajak Kabupaten/Kota, terdiri dari:
a. Pajak Hotel;
b. Pajak Restoran;
c. Pajak Hiburan;
d. Pajak Reklame;
e. Pajak Penerangan Jalan;
f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan;
g. Pajak Parkir;
h. Pajak Air Tanah;
i. Pajak Sarang Burung Walet;
j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan;
k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
Khusus untuk daerah yang setingkat dengan daerah provinsi, tetapi tidak
terbagi dalam daerah kabupaten/kota otonom, seperti Daerah Khusus Ibukota
Jakarta, jenis Pajak yang dapat dipungut merupakan gabungan dari Pajak untuk
Pajak Reklame adalah sebagai salah satu sumber pendapatan daerah yang
berperan penting bagi anggaran daerah dan belanja daerah, pajak reklame
diharapkan dapat memberikan sumbangsih bagi kelangsungan pembangunan
daerah. Akan tetapi pemerintah masih mengalami kendala dalam meningkatkan
penerimaan dari pajak reklame seperti kurangnya kesadaran atau kepatuhan wajib
pajak dalam membayar pajak atas penyelenggaraan reklame/merk usaha serta
kurangnya tenaga/pegawai yang menangani tentang pajak reklame. Oleh karena
itu perlu diadakan upaya dalam melakukan ke arah perbaikan dan peningkatan
pelayanan terhadap penerimaan pajak daerah. Salah satu upaya yang harus
dilakukan pemerintah untuk meningkatkan penerimaan pajak daerah adalah lebih
mensosialisasikan pentingnya Pajak Reklame kepada masyarakat tentang
pentingnya pajak daerah khususnya reklame guna kepentingan umum atau
pembangunan daerah tersebut (Wawancara, Purwono Karsono: 14 Nopember
2012).
Pemerintah Daerah Kabupaten Purbalingga sebagai salah satu daerah
yang juga menjalankan sistem pemerintahan layaknya daerah-daerah lain di
Provinsi Jawa Tengah, memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Wujud nyata dari kewenangan yang dimiliki oleh Pemerintah
Daerah Kabupaten Purbalingga yaitu dikeluarkannya produk-produk Legislatif
baik itu berupa aturan tertulis (Undang-undang) ataupun kebijakan-kebijakan
Adapun produk-produk Legislatif yang dikeluarkan/dibuat oleh
Pemerintah Daerah Kabupaten Purbalingga yang berkaitan dengan reklame yaitu
Perda Nomor 05 Tahun 2007 tentang Pajak Reklame dan Surat Keputusan Bupati
Nomor 12 Tahun 2003 tentang Penunjukan Kawasan/Zona Reklame yang mana
kedua peraturan Perundang-undangan tersebut sudah diberlakukan/dijalankan
sebagai pedoman dalam berbagai hal yang ada kaitannya dengan
periklanan/reklame di wilayah pemerintahan Kabupaten Purbalingga dan tentunya
di tujukan untuk orang/badan usaha yang memasang reklame.
Dengan diberlakukannya Perda Nomor 05 Tahun 2007 tentang Pajak
Reklame dan Surat Keputusan Bupati Nomor 12 Tahun 2003 tentang Penunjukan
Kawasan/Zona Reklame yang diterbitkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten
Purbalingga yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan
pentingnya membayar pajak demi meningkatkan otonomi daerah serta pendapatan
daerah. Hal ini membuat para subyek pajak khususnya subyek pajak yang
menyelenggarakan reklame harus meningkatkan kedisiplinannya untuk mematuhi
aturan yang sudah dibuat oleh pejabat daerah tersebut.
Akan tetapi fakta di lapangan menunjukan masih sering dijumpai
reklame/iklan yang tidak memiliki izin resmi dari dinas yang berwenang yang
berada di tepi jalan di Kabupaten Purbalingga, hal ini tentunya perlu mendapat
perhatian khusus baik itu dari masyarakat atau dari para pejabat daerah
Purbalingga. Selain mengganggu pemandangan/keindahan kota, keberadaan
reklame-reklame ilegal ini tentunya juga mengurangi jumlah pendapatan daerah
menguntungkan bagi beberapa golongan masyarakat tertentu saja sehingga
menimbulkan ketidakadilan dalam penerapan tujuan kesejahteraan masyarakat
luas. Sehingga diperlukan tindakan nyata dari Pemerintah Daerah untuk
meminimalisir pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh para subyek pajak
( Suara Merdeka, Terbit Hari Senin 11 Juni 2012).
Berikut ini adalah data reklame tidak berizin yang berada di Kabupaten
Purbalingga, hasil survey lapangan yang dilakukan oleh peneliti pada hari Senin
tanggal 17 Desember 2012 :
Nama Iklan Alamat Jumlah
(lembar)
Keterangan
1. Purimas 3
2. Adi Suprianto, SH (DPRD)
3. Yamaha Mataram Sakti
4. Prodia Laboratorium Klinik
5. IRAMA MAS electronic
6. ANRISTI Agen Tiket Kereta Api
7. ABAH NDUT Ikan Bakar
8. PIONER P27
9. PERTIWI 3
10. Sewa Sopir Pribadi 11. Black List Sticker 12. Hatta Rajasa (PAN) 13. Mas Narno (Bupati Klaten) 14. Permata Finance
15. Nafi Computer
16. Arta Graha Advertising 17. Serayu Expo II
18. Diva Karaoke
19. Yamaha Lancar Langgeng 20. KSP Anugerah Purbalingga 21. NSC Finance
22. Smart Salon 23. Permata Finance 24. Sonic Advertising 25. Nafi Computer 26. USP Primkopabri
27. Yamaha Lancar Langgeng 28. Wisata Baturalam
29. Mie Ayam D’erte 30. DOUX Colection
Jln. Soekarno Hatta Jln. Soekarno Hatta Jln. Soekarno Hatta Jln. Soekarno Hatta Jln. Soekarno Hatta Jln. Soekarno Hatta Jln. Raya Bojong Jln. Raya Bojong Jln. Raya Bojong Jln. Raya Bojong Jln. Raya Bojong Jln. Raya Bojong Jln. Raya Bojong Jln. Raya Bojong Jln. Raya Bojong Jln. Raya Bojong Jln. Raya Bojong Jln. Raya Bojong Jln. Raya Bojong Jln. Padamara Jln. Padamara Jln. Padamara Jln. Padamara Jln. Padamara Jln. Padamara Jln. Padamara Jln. Padamara Jln. Padamara Jln. Padamara Jln. Jend. Soedirman
31. Sambal Special Kang Taman 32. Yamaha Mataram Sakti
Jln. Jend. Soedirman Jln. S. Parman
4 1
Banner Banner
Jumlah 327 Banner
Sumber: Penelitian/Survey Lapangan
Data di atas diperoleh melalui Penelitian/Survey lapangan yang mana
penelitian tersebut dilakukan di beberapa jalan yang berada di Kabupaten
Purbalingga. Dari 5 jalan saja sudah dapat ditemukan 32 pelaku usaha yang
memasang reklame/iklan tidak berizin resmi dan masing-masing dengan jumlah
yang berbeda-beda. Jumlah reklame ilegal terbanyak berada di Jalan Raya
Bojong, kemudian Jalan Padamara menempati peringkat ke dua dengan jumlah
reklame ilegalnya, jumlah reklame ilegal peringkat ke tiga berada di Jalan
Soekarno Hatta.
Dari ke lima jalan tersebut diperoleh 327 lembar banner yang
pemasangannya tidak sesuai dengan Undang-undang tentang reklame, adapun
kesalahan dari pelaku usaha yang disebutkan di tabel yaitu mereka memasang
banner yang tidak memiliki izin dari dinas terkait, letak/posisi pemasangan banner
tersebut tidak benar, kemudian banner-banner tersebut ada yang sudah habis masa
berlaku izinnya. Ukuran banner-banner tersebut bermacam-macam, dari yang
berukuran kecil, sedang, sampai yang berukuran besar. Jumlah terbanyak yaitu
banner yang berukuran kecil yaitu PIONER P27 dan PERTIWI 3 sebanyak 200
yaitu bibit/banih jagung. Banner-banner tersebut diletakkan pada posisi yang salah yang
mana banner-banner tersebut menempel di pohon.
Sebagai perbandingan dari data yang diperoleh berdasarkan survey
lapangan tersebut di atas, maka berikut ini akan ditampilkan data yang diperoleh
dari Satuan Polisi Pamong Praja berupa data reklame yang sudah ditertibkan oleh
Satuan Polisi Pamong Praja.
Nama Iklan Alamat Jumlah
(lembar)
Keterangan
Kamis, 21/10/2010
1. Daya Tour Plat
2. Ayam Goreng
3. ND/PLP-BK
4. Astra Motor FIF 5. Daya Tour Plat 6. Kaisar
7. Bank BTN
8. Lumpia Semarang
9. Istana Motor 10. Griya Abdi Lancar 11. Simpati
12. Kartu AS
Selasa, 26/10/2010
1. Kompo Motor
2. Griya Abadi Kencana 3. Flexy
4. Penjual Bakso
Rabu, 12/01/2011
1. Dunia Furniture
2. Yamaha
3. Seven Salon
4. Yamaha
5. Honda
6. Simpati
7. Honda
8. Seven Salon
9. Yamaha
Jln. Piere Tendean Jln. Piere Tendean Jln. Piere Tendean Jln. Piere Tendean Jln. Piere Tendean Jln. Piere Tendean Jln. A. Yani Jln. A. Yani Jln. A. Yani Jln. A. Yani Jln. A. Yani Jln. A. Yani
Jln. MT. Haryono Jln. MT. Haryono Jln. MT. Haryono Jln. MT. Haryono
Jln. MT. Haryono Jln. MT. Haryono Jln. MT. Haryono Jln. A. Yani Jln. A. Yani Jln. A. Yani
Jln. Jend. Soedirman Jln. Jend. Soedirman Jln. Jend. Soedirman
Kamis, 13/01/2011 1. Seven Salon 2. Navi Computer 3. Simpati 4. Seven Salon
Kamis, 17/02/2011 1. Djarum 2. Unomild 3. Sampurna 4. Telkomsel 5. Sejati 6. IM3
7. Roods Classic
8. Dangdut Owabong
9. XL 10. Sampurna 11. Djarum 12. Sejati 13. Sejati 14. Sampurna 15. Telkomsel 16. XL
17. SCO Elyasles 18. Djarum
19. Moreno Rent Car 20. IM3
21. IRAMA MAS
22. PRIMAGAMA
23. Sejati
24. IRAMA MAS
25. Yamaha
26. Sejati
27. Bebek Goreng Slamet 28. Nafi Computer 29. Kartu As 30. Sejati
31. Mataram Sakti 32. Sampurna 33. XL
Jln. Pucung Rambak Jln. Pucung Rambak Jln. D. I. Panjaitan Jln. D. I. Panjaitan
Bojongsari Bojongsari Bojongsari Bojongsari Bojongsari Bojongsari Bojongsari Bojongsari Bojongsari Mrebet Mrebet Karanganyar Padamara Padamara Padamara Padamara Padamara Padamara Padamara Padamara
Jln. Jend. Soedirman Jln. S. Parman Jln. S. Parman Jln. S. Parman Jln. Raya Bojong Jln. Raya Bojong Jln. Raya Bojong Jln. Raya Bojong Jln. Raya Bojong Jln. Raya Bojong Jln. Raya Bukateja Jln. Raya Bukateja Jln. Raya Bukateja
2 2 1 3 1 1 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 1 1 1 2 1 1 3 1 3 1 3 3 4 2 1 1 1 1 1 Banner Banner Banner Banner Spanduk Spanduk Spanduk Spanduk Spanduk Spanduk Spanduk Spanduk Spanduk Spanduk Spanduk Spanduk Spanduk Spanduk Spanduk Spanduk Spanduk Spanduk Spanduk Spanduk Banner Banner Umbul2 Banner Banner Umbul2 Banner Banner Spanduk Spanduk Umbul2 Spanduk Spanduk
Jumlah 13lokasi 90
Data di atas menunjukkan bahwa terdapat kesamaan antara data yang
diperoleh berdasarkan survey dengan data yang diperoleh dari Satuan Polisi
Pamong Praja Purbalingga. Adapun kesamaan-kesamaan antara data hasil survey
dengan data yang diperoleh dari Satuan Polisi Pamong Praja yaitu dari segi pelaku
usaha ataupun lokasi-lokasi penempatan reklame ilegal tersebut. Meskipun ada
perbedaan jenis-jenis reklame yang diperoleh dari Satuan Polisi Pamong Praja
yaitu lebih beragam jenisnya, yaitu terdiri dari Banner, spanduk, umbul-umbul,
layur, pamphlet, dan tenda.
Reklame-reklame yang ditertibkan oleh Satuan Polisi Pamong Praja di
atas adalah banner yang tidak berizin maupun yang sudah habis masa barlaku
izinnya, spanduk melintang di jalan, reklame yang ditempelkan di pohon maupun
di tiang listrik. Data yang ditampilkan di atas hanya sebagian kecil saja karena
banyak yang tidak dicatat oleh Satuan Polisi Pamong Praja sehingga fakta tentang
pelanggaran reklame sebenarnya lebih banyak dari pada data yang ada di atas.
Data hasil survey lapangan dengan data dari Satuan Polisi Pamong Praja
menunjukkan angka pelanggaran yang cukup tinggi. Menurut Bapak Rizki yang
mewakili Satuan Polisi Pamong Praja yang diwawancarai oleh peneliti
menerangkan bahwa setiap tahun jumlah reklame ilegal selalu meningkat
jumlahnya sehingga hal ini sangat berpotensi terhadap berkurangnya jumlah
pendapatan daerah khususnya dari sektor pajak reklame itu sendiri. Padahal, pajak
reklame merupakan salah satu jenis pajak daerah dan memiliki andil yang cukup
Berikut adalah data realisasi pendapatan dari sektor pajak daerah sejak
tahun anggaran 2009 sampai dengan tahun anggaran 2011:
PAJAK DAERAH 2009
(RP)
2010
(RP)
2011
(RP)
1. Pajak Hotel 2. Pajak Restoran 3. Pajak Hiburan 4. Pajak Reklame
5. Pajak Penerangan jalan
58.950.500 225.219.300 1.967.038.093 365.628.920 7.306.170.235
158.240.000 260.870.800 2.194.895.411 406.742.653 7.941.596.514
207.995.000 896.654.752 2.454.998.181 423.387.125 9.005.040.289
Sumber Data : DPPKAD Kabupaten Purbalingga
Dari data di atas terdapat satu jenis pajak yang menarik dari semua pajak
yang dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Purbalingga, yaitu pajak reklame. Pada
Tabel di atas terlihat bahwa Pajak Reklame merupakan pajak daerah terbesar
ketiga setelah pajak penerangan jalan dan pajak hiburan. Walaupun jumlah
penerimaan pajak reklame cenderung meningkat namun kontribusi pajak reklame
terhadap pajak daerah berfluktuatif. Penerimaan pajak reklame tertinggi terjadi
pada tahun anggaran 2011. Sedangkan penerimaan pajak reklame terkecil terjadi
pada tahun anggaran 2009.
Bila dilihat dari kontribusinya bagi Pajak Daerah, Pajak Reklame sebagai
salah satu sumber Pendapatan Daerah yang berpotensi dan dapat dilakukan
pemungutan secara efisien, efektif, dan ekonomis sehingga dapat lebih berperan
dalam usaha peningkatan Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Purbalingga.
Pemasukan dari pajak reklame didapat dari nilai sewa reklame yang dipasang
dengan tarif sewa reklame berdasarkan dari lokasi pemasangan reklame, lamanya
pemasangan reklame, dan jenis ukuran reklame. Pihak-pihak yang menggunakan
lembaga keuangan, transportasi, komunikasi dan pihak pemerintah (Marihot P.
Siahaan dan Ahmad Sofyan, 2005: 45).
Pajak Reklame adalah pungutan yang dikenakan terhadap
penyelenggaraan reklame. Pajak Reklame dikenakan dengan alasan bahwa
reklame dipergunakan untuk memperkenalkan, menganjurkan atau memujikan
suatu barang, jasa atau orang yang ditempatkan atau yang dapat dilihat, dibaca
dan/atau didengar dari suatu tempat umum, kecuali yang dilakukan oleh
Pemerintah (Marihot P. Siahaan, 2005: 30).
Pembayaran pajak reklame terutang dilunasi dalam jangka waktu yang
ditentukan dalam peraturan daerah. Selanjutnya, apabila masih belum dilunasi
maka akan ditagih dengan surat paksa yang bisa menyebabkan penyitaan dan
pelelangan. Apabila dilakukan penyitaan dan pelelangan barang milik wajib pajak
yang disita pemerintah kabupaten/kota diberi hak mendahulu untuk tagihan
barang-barang wajib pajak.
Selain itu, banyak pelaku-pelaku usaha yang memasang papan
reklame/iklan tidak berizin resmi yang menyalahi prosedur yaitu tanpa membayar
pajak sehingga hal ini berpengaruh terhadap pendapatan daerah. Berdasarkan
uraian di atas penulis merasa tertarik ingin mengetahui kebijakan Pemerintah
Daerah Kabupaten Purbalingga terhadap wajib pajak dalam melunasi pajak
reklame. Oleh karena itu penulis memilih judul :“Kebijakan Pemerintah Daerah Terhadap Ketidakpatuhan Pembayaran Pajak Reklame Serta Reklame
B. Perumusan Masalah
1. Bagaimanakah kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Purbalingga terhadap
ketidakpatuhan pembayaran pajak reklame yang terjadi di Kabupaten
Purbalingga ?
2. Bagaimanakah kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Purbalingga terhadap
adanya reklame ilegal di Kabupaten Purbalingga ?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui kebijakan Pemerintah Daerah terhadap ketidakpatuhan
pembayaran pajak reklame yang terjadi di Kabupaten Purbalingga.
2. Untuk mengetahui kebijakan Pemerintah Daerah terhadap adanya reklame
ilegal di Kabupaten Purbalingga.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu hukum, khususnya
dibidang hukum pajak.
b. Sebagai informasi dan pencerahan bagi civitas akademik Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Purwokerto dan masyarakat pada umumnya,
bahwa kesadaran masyarakat dalam membayar pajak reklame sangat
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan informasi kepada masyarakat Indonesia pada umumnya,
khususnya para pengusaha yang memasang reklame/iklan.
b. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dalam bidang Hukum Pajak
terutama dalam masalah yang berkaitan dengan masalah pembayaran pajak