• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERATURAN DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERATURAN DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR TAHUN"

Copied!
171
0
0

Teks penuh

(1)

Bagkumdang Page 1

=====================================================

LEMBARAN DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR TAHUN 2012 NOMOR 4

================================================================== PERATURAN DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR

NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR TAHUN 2005-2025

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEMATANGSIANTAR,

a. bahwa Kota Pematangsiantar memerlukan perencanaan pembangunan jangka panjang sebagai arah dan prioritas pembangunan secara menyeluruh yang dilakukan secara bertahap dalam periode 20 (dua puluh) tahun;

Menimbang :

b. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 13 ayat (1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mengamanatkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah ditetapkan dengan Peraturan Daerah;

(2)

Bagkumdang Page 2

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Pematangsiantar Tahun 2005-2025;

1. Undang-Undang Nomor 8 Darurat Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kota-kota Besar Dalam Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Utara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1092);

Mengingat :

2. Undang–Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3427);

3. Undang–Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3469);

4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

5. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

6. Undang–Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4377);

(3)

Bagkumdang Page 3

7. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

8. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

9. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

10.Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

11.Undang–Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4444);

12.Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

(4)

Bagkumdang Page 4

13.Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724);

14.Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

15.Undang–Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu-Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5025);

16.Undang–Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059);

17.Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 18.Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1986 tentang

Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Pematangsiantar dan Kabupaten Daerah Tingkat II Simalungun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1986 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3328);

19.Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1991 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3445);

(5)

Bagkumdang Page 5

20.Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3527);

21.Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana Lalu-Lintas Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 63, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3529);

22.Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 1999 tentang Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3838);

23.Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Tingkat Ketelitian Dalam Penataan Wilayah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3934);

24.Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4090);

25.Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4161);

26.Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

(6)

Bagkumdang Page 6

27.Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4655);

28.Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4463);

29.Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4664);

30.Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Daerah kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah kepada Masyarakat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4693);

31.Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

32.Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4816);

(7)

Bagkumdang Page 7

33.Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);

34.Peraturan Pemerintah No 26 Tahun 2008 tentang RTRW Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833);

35.Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 88, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5019);

36.Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat Dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5161);

37.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

38.Perda Provinsi Sumatera Utara Nomor 7 Tahun 2003 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2003-2018;

39.Peraturan Daerah Kota Pematangsiantar Nomor 1 Tahun 2010 tentang Urusan Pemerintah yang diselenggarakan Pemerintah Kota Pematangsiantar.

(8)

Bagkumdang Page 8 Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR

dan

WALIKOTA PEMATANGSIANTAR

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR TAHUN 2005-2025.

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kota Pematangsiantar.

2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan Pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip ekonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

3. Provinsi adalah Provinsi Sumatera Utara.

(9)

Bagkumdang Page 9

4. Pemerintah Daerah adalah Walikota dan Perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.

5. Walikota adalah Walikota Pematangsiantar. 6. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya

disingkat SKPD adalah SKPD dilingkungan Pemerintah Kota Pematangsiantar.

7. Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan.

8. Misi adalah rumusan umum mengenai upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi.

9. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, yang selanjutnya disingkat RPJP Daerah adalah dokumen perencanaan Pembangunan Daerah Kota

Pematangsiantar untuk periode 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak tahun 2005 - 2025.

10.Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, yang selanjutnya disebut RPJM Daerah adalah dokumen perencanaan Pembangunan Daerah Kota

Pematangsiantar untuk periode 5 (lima) tahunan yang merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Walikota dengan berpedoman pada RPJP Daerah Kota Pematangsiantar serta memperhatikan RPJM Daerah Provinsi dan RPJM Nasional.

BAB II

PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Pasal 2

RPJP Daerah merupakan penjabaran visi, misi dan arah pembangunan daerah yang mengacu pada RPJP Provinsi dan RPJP Nasional.

(10)

Bagkumdang Page 10

Pasal 3

(1) Program Pembangunan Daerah periode 2005-2025 dilaksanakan sesuai dengan RPJP Daerah;

(2) RPJP Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi pedoman dalam penyusunan RPJM Daerah.

Pasal 4

RPJP Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) terdiri atas :

BAB I : Pendahuluan

BAB II : Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB III : Analisis Isu-isu Strategis

BAB IV : Visi, Misi dan Arah Pembangunan Daerah BAB V : Sasaran dan Tahapan RPJP Daearah Kota

Pematangsiantar Tahun 2005-2025 BAB VI : Kaidah Pelaksanaan

BAB VII : Penutup

Pasal 5

Rincian RPJP Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

(11)

Bagkumdang Page 11

Pasal 6

Dalam rangka menjaga kesinambungan pembangunan dan untuk menghindarkan kekosongan rencana pembangunan jangka panjang daerah, Pemerintah Daerah diwajibkan menyusun RPJP Daerah periode berikutnya.

Pasal 7

(1) RPJP Daerah menjadi pedoman dalam penyusunan RPJM daerah sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat (2), yang memuat visi, misi dan program Walikota selama 5 (lima) tahun.

(2) RPJM Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun dengan memperhatikan RPJM Nasional dan RPJM Provinsi.

BAB III

PENGENDALIAN DAN EVALUASI Pasal 8

(1) Pemerintah Daerah melakukan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan RPJP Daerah.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengendalian dan evaluasi pelaksanaan RPJP Daerah,diatur dengan Peraturan Walikota dengan mengacu pada Peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(12)

Bagkumdang Page 12

BAB IV SANKSI Pasal 9

Pemerintah Daerah dapat menolak atau membatalkan setiap usulan program dan kegiatan pembangunan daerah dari seluruh unsur penyelenggara pemerintahan/SKPD dan pemangku kepentingan apabila program/kegiatan tersebut bertentangan dengan RPJP Daerah.

BAB V

KETENTUAN PERALIHAN Pasal 10

(1)Dalam hal RPJP Daerah belum ditetapkan, maka penyusunan Rencana Pembangunan Daerah mengacu pada peraturan dan perundang-undangan tentang perencanaan pembangunan daerah yang berlaku ; (2)RPJP Daerah dalam perjalanannya bila diperlukan

direvisi/peninjauan kembali harus ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

(13)

Bagkumdang Page 13

BAB VI

KETENTUAN PENUTUP Pasal 11

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan

penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Pematangsiantar. Ditetapkan di Pematangsiantar pada tanggal WALIKOTA PEMATANGSIANTAR, dto HULMAN SITORUS Diundangkan di Pematangsiantar pada tanggal

SEKRETARIS DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR,

dto

DONVER PANGGABEAN

LEMBARAN DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR TAHUN 2012 NOMOR 4

(14)

Bagkumdang Page 14 PENJELASAN

ATAS

PERATURAN DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR NOMOR 4 TAHUN 2012

TENTANG

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR TAHUN 2005-2025 I. UMUM

Pemerintah Kota Pematangsiantar mempunyai tugas dan kewajiban untuk menetapkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah yang merupakan dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 20 (dua puluh) tahun memuat visi, misi dan arah pembangunan daerah yang mengacu kepada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional.

Upaya pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas, legitimate, sehingga penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dapat berlangsung secara berdayaguna, berhasilguna, bersih dan bertanggungjawab, serta bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme, ditetapkan melalui RPJPD dengan mempertimbangkan faktor sumber daya alam dan lingkungan hidup, kependudukan, pendidikan, kesehatan, SDM, gender, ekonomi, politik, hokum dan IPTEK. Peraturan prundang-undangan mengamanatkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) ditetapkan dengan peraturan daerah.

(15)

Bagkumdang Page 15

II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 cukup jelas Pasal 2 cukup jelas Pasal 3 cukup jelas Pasal 4 cukup jelas Pasal 5 cukup jelas Pasal 6 cukup jelas Pasal 7 cukup jelas Pasal 8 cukup jelas Pasal 9 cukup jelas

(16)

Bagkumdang Page 16

LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR

NOMOR : 4 TAHUN 2012

TANGGAL : 29 NOVEMBER 2012

TENTANG : RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR TAHUN 2005-2025

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR TAHUN 2005-2025

BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) merupakan sebuah dokumen perencanaan komprehensif/perencanaan induk. Perencanaan dengan wawasan waktu dua puluh tahunan yang substansinya memuat visi, misi, dan arah pembangunan daerah yang merupakan satu kesatuan dalam Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah. Penyusunannya dilakukan secara terencana, bertahap, dan sistematis yang didasarkan pada kondisi, potensi, dan proyeksi sesuai dengan kebutuhan dalam kurun waktu dua puluh tahun.

Dalam rangka memenuhi semua ketentuan normatif aturan perundang undangan mengenai perencanaan nasional dan daerah yaitu Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 dan Permendagri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008, Pemerintah dan DPRD Kota Pematangsiantar sepakat menyusun RPJPD Kota Pematangsiantar Tahun 2005-2025 berdasarkan ketentuan sebagai berikut :

1. Proses penyusunan RPJPD Kota Pematangsiantar Tahun

2005-2025 dilakukan secara partisipatif, melalui berbagai tahapan musyawarah perencanaan partisipatif yang melibatkan seluruh unsur pemangku kepentingan pembangunan daerah.

(17)

Bagkumdang Page 17

2. RPJPD Kota Pematangsiantar Tahun 2005-2025 merupakan dokumen perencanaan berwawasan dua puluh tahunan yang memuat visi, misi dan arah pembangunan jangka panjang.

3. RPJPD Kota Pematangsiantar Tahun 2005-2025 sebagai arahan terselenggaranya pembangunan daerah yang demokratis dengan prinsip kebersamaan, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, serta kemandirian dengan menjaga keseimbangan kemajuan, kesatuan nasional dan berorientasi ke masa depan. 4. RPJPD Kota Pematangsiantar Tahun 2005-2025

disusun secara sistematis, terarah, terpadu, menyeluruh, dan fleksibel.

B. Dasar Hukum Penyusunan

Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Pematangsiantar Tahun 2005-2025 ini berdasarkan peraturan perundang-undangan sebagai berikut:

1. Undang-Undang Nomor 8 Darurat Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kota-kota Besar Dalam Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Utara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1092);

2. Undang–Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3427);

(18)

Bagkumdang Page 18

3. Undang–Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3469);

4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

5. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

6. Undang–Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4377);

7. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

8. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

9. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)

(19)

Bagkumdang Page 19

sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

10.Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

11.Undang–Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4444);

12.Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

13.Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724);

14.Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

(20)

Bagkumdang Page 20

15.Undang–Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu-Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5025);

16.Undang–Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059);

17.Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

18.Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1986 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Pematangsiantar dan Kabupaten Daerah Tingkat II Simalungun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1986 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3328);

19.Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1991 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3445);

20.Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3527);

21.Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana Lalu-Lintas Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 63, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3529);

(21)

Bagkumdang Page 21

22.Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 1999 tentang Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3838);

23.Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Tingkat Ketelitian Dalam Penataan Wilayah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3934);

24.Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4090);

25.Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4161);

26.Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 27.Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang

Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4655);

(22)

Bagkumdang Page 22

28.Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4463);

29.Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4664);

30.Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Daerah kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah kepada Masyarakat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4693);

31.Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

32.Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4816);

(23)

Bagkumdang Page 23

33.Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);

34.Peraturan Pemerintah No 26 Tahun 2008 tentang RTRW Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833);

35.Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Peraturan pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 88, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5019);

36.Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat Dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5161);

37.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

38.Perda Provinsi Sumatera Utara Nomor 7 Tahun 2003 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2003-2018;

39.Peraturan Daerah Kota Pematangsiantar Nomor 1 Tahun 2010 tentang Urusan Pemerintah yang diselenggarakan Pemerintah Kota Pematangsiantar.

(24)

Bagkumdang Page 24 C. Hubungan Antar Dokumen Perencanaan

Keterkaitan antar dokumen perencanaan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Pematangsiantar Tahun 2005-2025 mengacu pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Pasal 5 dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Pematangsiantar Tahun 2005-2025 mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Propinsi Sumatera Utara.

2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kota Pematangsiantar merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional dan Daerah serta memperhatikan RPJM Nasional dan Provinsi, memuat Arah Kebijakan Keuangan Daerah, Strategi Pembangunan Daerah, Kebijakan Umum, dan Program Satuan Kerja Perangkat Daerah, Lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah, dan program kewilayahan disertai dengan rencana-rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.

3. Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan mengacu pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP), memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan daerah, rencana kerja, dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah Kota Pematangsiantar maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.

(25)

Bagkumdang Page 25 D. Sistematika Penulisan RPJPD Tahun 2005-2025.

Penyajian Sistematika Penulisan RPJPD Kota Pematangsiantar Tahun 2005-2025 adalah sebagai berikut;

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

B. Dasar Hukum Penyusunan

C. Hubungan Antar Dokumen Perencanaan D. Sistematika Penulisan RPJPD Tahun

2005-2025.

E. Maksud dan Tujuan

BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH A. Sejarah Singkat Kota Pematangsiantar B. Kondisi Umum Kota Pematangsiantar

1. Kondisi Geografi Dan Demografi 2. Pemerintahan Daerah

3. Politik

4. Sumber Daya Manusia 5. Ekonomi

6. Sumber Daya Alam Dan Lingkungan Hidup

7. Infrastruktur Kota 8. Sosial Budaya

(26)

Bagkumdang Page 26

9. Keamanan dan Ketertiban Umum C. Prediksi Kondisi Umum Daerah BAB III. ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

A. Kesehatan B. Pariwisata

C. Sarana dan Prasarana

D. Perekonomian, Sumberdaya Alam dan Investasi

E. Geomorfologi dan Lingkungan Hidup F. Sosial, Budaya dan Politik

G. Pemerintahan

BABIV. VISIDANMISIKOTAPEMATANGSIANTARTAHUN 2005-2025

A. Visi B. Misi

C. Arah Kebijakan Pembangunan BAB V. SASARAN DAN TAHAPAN KEBIJAKAN

PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KOTA PEMATANGSIANTAR TAHUN 2005-2025 I. Sasaran Pokok dan Arah Kebijakan

A. Mengembangkan Tata Pemerintahan yang Baik (Good Governance)

1.Sumberdaya Aparatur 2.Birokrasi

3.Infrastruktur Pemerintahan

(27)

Bagkumdang Page 27

4.Kapasitas Keuangan Pemerintah Kota 5.Penyelenggaraan Pelayanan Publik yang

Prima, Transparan dan Akuntabel

6.Kerjasama Pembangunan Sektoral dan Daerah

B. Politik

C. Sumber Daya Manusia D. Ekonomi

E. Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup F. Infrastruktur Kota

G. Sosial Budaya

H. Keamanan dan Ketertiban.

II. Tahapan Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Pematangsiantar Tahun 2005-2025.

BAB VI. KAIDAH PELAKSANAAN BAB VII. PENUTUP

E. Maksud dan Tujuan

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Pematangsiantar Tahun 2005-2025 disusun dengan maksud sebagai pedoman pelaksanaan pembangunan sesuai dengan kondisi, potensi, kebutuhan, dan proyeksi dalam kurun waktu dua puluh tahun. Tujuan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kota Pematangsiantar Tahun 2005-2025 adalah sebagai berikut:

(28)

Bagkumdang Page 28 1. Mendukung koordinasi antar pelaku pembangunan

baik lintas sektor maupun lintas instansi di Kota Pematangsiantar.

2. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi perencanaan pembangunan baik antar daerah, antar waktu, maupun antar fungsi pemerintah daerah. 3. Mengoptimalkan partisipasi masyarakat dan pemangku

kepentingan Kota Pematangsiantar dalam kegiatan pembangunan sejak fase perencanaan, pelaksanaan sampai dengan fase pengawasan.

4. Menjamin tercapainya optimalisasi penggunaan sumber daya Kota Pematangsiantar yang efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan.

5. Menjaga dan menjamin sinkronisasi dan kesinambungan pembangunan Kota Pematangsiantar yang dilaksanakan setiap tahun perencanaan.

BABII

GAMBARANUMUMKONDISIDAERAH

A. Sejarah Singkat Kota Pematangsiantar

Sebelum proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, Pematangsiantar merupakan daerah kerajaan Siantar. Pematangsiantar yang berkedudukan di pulau Holing dan raja terakhir dari dinasti keturunan marga Damanik yaitu Tuan Sangnawaluh Damanik, yang memegang kekuasan sebagai raja tahun 1906.

(29)

Bagkumdang Page 29 Disekitar Pulau Holing kemudian berkembang menjadi perkampungan tempat tinggal penduduk diantaranya Kampung Suhi Haluan, Siantar Kahean, Pantoan, Suhi Bah Bosar, dan Tomuan. Daerah-daerah tersebut kemudian menjadi daerah hukum Kota Pematangsiantar yaitu :

1.Pulau Holing menjadi Kampung Pematang.

2.Siantar Bayu menjadi Kampung Pusat Kota.

3.Suhi Kahean menjadi Kampung Sipinggol-pinggol,

Kampung Melayu, Martoba, Sukadame dan Bane.

4.Suhi Bah Bosar menjadi Kampung Kristen, Karo,

Tomuan, Pantoan, Toba dan Martimbang.

Setelah Belanda memamusuki daerah Sumatera Utara, Simalungun menjadi Daerah kekuasaan Belanda sehingga pada tahun 1907 berakhirlah kekuasaan raja-raja. Controleur Belanda yang semula berkedudukan di perdagangan pada tahun 1907 dipindahkan ke Pematangsiantar. Sejak itu Pematangsiantar berkembang menjadi daerah yang banyak dikunjungi pendatang baru, Bangsa Cina mendiami Kawasan Tiombang Galung dan Kampung melayu.

Pada tahun 1910 didirikan Badan Persiapan Kota Pematangsiantar. Kemudian Pada tanggal 1 Juli 1917 berdasarkan Stad Blad No.285 Pematangsiantar berubah menjadi Geemente yang mempunyai otonomi sendiri. Sejak Januari 1939 berdasarkan Stad Blad No.717 berubah menjadi Geemente yang mempunyai Dewan.

Pada jaman Jepang berubah menjadi Siantar Estate dan Dewan dihapus. Setelah Proklamasi Kemerdekaan Pematangsiantar kembali menjadi daerah Otonomi.

(30)

Bagkumdang Page 30 Berdasarkan UU No.22/1948 status geemente menjadi kota kabupaten Simalungun dan Walikota di rangkap oleh Bupati Simalungun sampai 1957.

Berdasarkan UU No1/1957 berubah menjadi Kota Praja penuh dan dengan keluarnya UU No.18/1965 berubah menjadi Kotamadya, dan dengan keluarnya UU No.5/1974 Tentang pokok-pokok pemerintah di daerah berubah menjadi daerah tingkat II Pematangsiantar sampai sekarang.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1981 Kota Daerah Tingkat II Pematangsiantar terdiri atas empat wilayah kecamatan yang terdiri atas 29 desa/kelurahan dengan luas wilayah 12,48 Km2 yang peresmiannya dilaksanakan oleh Gubernur Sumatera Utara pada tanggal 17 Maret 1982.

Kecamatan-kecamatan tersebut yaitu : a. Kecamatan Siantar Barat,

b. Kecamatan Siantar Timur, c. Kecamatan Siantar Utara, dan d. Kecamatan Siantar Selatan.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1986 Tanggal 10 Maret 1986 Kota Daerah Tingkat II Pematangsiantar diperluas menjadi enam kecamatan dimana sembilan desa/kelurahan dari Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Simalungun masuk menjadi wilayah Kota Pematangsiantar sehingga Kota Pematangsiantar terdiri dari 38 desa/kelurahan dengan luas wilayah menjadi 70,230 Km2

a.Kecamatan … dan peresmiannya dilakukan pada Tanggal 18 Mei 1987. Kecamatan-kecamatan tersebut terdiri dari:

(31)

Bagkumdang Page 31

a. Kecamatan Siantar Barat, b. Kecamatan Siantar Timur, c. Kecamatan Siantar Utara, d. Kecamatan Siantar Selatan, e. Kecamatan Siantar Marihat, dan f. Kecamatan Siantar Martoba.

Sesuai dengan kesepakatan bersama Penyesuaian Batas Wilayah Administrasi antara Kota Pematangsiantar dengan Kabupaten Simalungun dengan SKB Nomor 136/3140/1994/136/4620/1994 dengan hasil kesepakatan luas Kota Pematangsiantar menjadi 79,9706 km2

Pada Tahun 1997 Wilayah administrasi Kota Pematangsiantar mengalami perubahan status sesuai dengan SK yang meliputi :

.

a. SK Gubernur Sumatera Utara Nomor 140.050.K/97 Tanggal 13 Februari 1997 dan direalisasikan oleh SK Walikota KDH Tk. II Kota Pematangsiantar Nomor 140/1961/Pem/97 tanggal 15 April 1997 tentang Pembentukan Lima Kelurahan Persiapan di Kecamatan Siantar Martoba.

b. SK Gubernur Sumatera Utara Nomor 140/2610.K/95 Tanggal 4 Oktober 1995 dan direalisasikan oleh SK Walikota KDH Tk. II Kota Pematangsiantar Nomor 140/1961/Pem/97 Tanggal 2 Juli 1997 tentang Perubahan Status Sembilan Desa Menjadi Kelurahan sehingga Pada Tahun 1997 wilayah administrasi Kota Pematangsiantar menjadi 43 kelurahan.

(32)

Bagkumdang Page 32

Berdasarkan hasil pengkajian historis dan seminar ditetapkan hari jadi Kota Pematangsiantar pada Tanggal 24 April 1871 yang disahkan berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 1988. dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah mulai Tanggal 1 Januari Tahun 2000, status Pemerintahan Daerah Tingkat II Kotamadya Pematangsiantar berubah menjadi Pemerintah Kota Pematangsiantar.

Pada tahun 2007, diterbitkan 5 Peraturan Daerah tentang pemekaran wilayah administrasi Kota Pematangsiantar, yaitu :

1. Peraturan Daerah No. 3 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kecamatan Siantar Sitalasari.

2. Peraturan Daerah No. 6 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kecamatan Siantar Marimbun.

3. Peraturan Daerah No. 7 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kelurahan Bah Sorma.

4. Peraturan Daerah No. 8 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kelurahan Tanjung Tongah, Naga Pitu dan Tanjung Pinggir.

5. Peraturan Daerah No. 9 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kelurahan Parhorasan Nauli, Sukamakmur, Marihat Jaya, Tong Marimbun, Mekar Nauli dan Nagahuta Timur.

Dan saat ini Kota Pematangsiantar terdiri 8 Kecamatan dengan 53 Kelurahan, yaitu :

a. Kecamatan Siantar Barat, b. Kecamatan Siantar Timur, c. Kecamatan Siantar Utara,

(33)

Bagkumdang Page 33

d. Kecamatan Siantar Selatan, e. Kecamatan Siantar Marihat, f. Kecamatan Siantar Martoba,

g. Kecamatran Siantar Sitalasari, dan h. Kecamatan Siantar Marimbun. B. Kondisi Umum Kota Pematangsiantar

1. Kondisi Geografi dan Demografi

Secara geografis, Kota Pematangsiantar terletak di Provinsi Sumatera Utara pada garis 2° 53' 20" - 3° 01' 00" Lintang Utara dan 99° 1' 00" - 99° 6' 35" Bujur Timur yang berada di tengah-tengah Kabupaten Simalungun, dengan jarak ke Ibukota Provinsi yaitu Kota Medan sejauh 128 Km. Wilayah Kota Pematangsiantar memiliki luas dataran sebesar 79,97 km2

Topografi Kota Pematangsiantar merupakan tanah berbukit-bukit dan berlembah serta datar di bagian pusat kota dengan jenis tanah podsolik berasal dari batuan sedimen. Di sebelah Utara dan Barat merupakan daerah bergelombang dan di sebelah Selatan dan Timur merupakan daerah landai dengan kemiringan tanah 0-15 %. Kota Pematangsiantar termasuk daerah yang beriklim sedang dengan suhu maksimal rata-rata 30,40

atau sekitar 0,11% dari luas Provinsi Sumatera Utara yang terletak 400-500 meter di atas permukaan laut. Struktur wilayah Kota Pematangsiantar berwujud daerah perkotaan dengan pertanian berupa sawah dan ladang yang berada di pinggiran kota.

0 C dan suhu minimal dengan

rata-rata 19,900

Secara … C.

(34)

Bagkumdang Page 34

Secara administratif Kota Pematangsiantar terdiri dari 8 kecamatan dan 53 kelurahan dengan jumlah penduduk pada Tahun 2010 sebanyak 234.698 jiwa dengan jumlah laki-laki sebanyak 114.561 jiwa dan perempuan sebanyak 120.137 jiwa serta kepadatan penduduk 2.935 jiwa per km2.

Tabel.1 : Jumlah Penduduk Dirinci Per Kecamatan Menurut Jenis Kelamin Dan Rasio Jenis Kelamin Tahun 2011

No Kecamatan Laki –

laki Perempuan Jumlah Rasio Jenis

Kelamin 1 2 3 4 5 6 1. Siantar Marihat 8.799 9.073 17.872 96,98 2. Siantar Marimbun 7.096 7.546 14.642 94,04 3. Siantar Selatan 8.102 8.999 17.101 90,03 4. Siantar Barat 17.139 17.845 34.984 96,04 5. Siantar Utara 22.403 24.020 46.423 93.27 6. Siantar Timur 18.399 20.055 38.454 91,74 7. Siantar Martoba 19.154 19.214 38.368 99,69 8. Siantar Sitalasari 13.469 13.385 26.854 100,63 Pematangsiantar 114.561 120.137 234.698 95,36

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Pematangsiantar, 2011

(35)

Bagkumdang Page 35

Tabel 2 : Proyeksi Jumlah Penduduk per Kecamatan

No Kecamatan RENTANG WAKTU PERENCANAAN

2012 2017 2022 2027 2032 1 SIANTAR MARIHAT 18.797 19.135 20.121 23.248 24.446 2 SIANTAR MARIMBUN 12.745 12.267 12.899 17.326 18.219 3 SIANTAR SELATAN 20.952 21.653 22.769 25.196 26.495 4 SIANTAR BARAT 46.525 50.435 53.034 50.751 53.366 5 SIANTAR UTARA 49.305 53.736 56.505 53.148 55.886 6 SIANTAR TIMUR 42.254 45.692 48.046 46.343 48.731 7 SIANTAR MARTOBA 26.948 27.077 28.472 34.119 35.877 8 SIANTAR SITALASARI 22.127 22.007 23.141 28.514 29.983 239.654 252.003 264.989 278.644 293.003

Sumber : Hasil Analisis, 2010

Tabel 3 : Proyeksi Kepadatan Penduduk per Kecamatan

No Kecamatan RENTANG WAKTU PERENCANAAN

2012 2017 2022 2027 2032 1 SIANTAR MARIHAT 2.402 2.445 2.571 2.971 3.124 2 SIANTAR MARIMBUN 708 681 716 962 1.012 3 SIANTAR SELATAN 10.372 10.720 11.272 12.473 13.116

(36)

Bagkumdang Page 36 4 SIANTAR BARAT 14.516 15.736 16.547 15.835 16.651 5 SIANTAR UTARA 13.508 14.722 15.481 14.561 15.311 6 SIANTAR TIMUR 9.348 10.109 10.630 10.253 10.781 7 SIANTAR MARTOBA 1.495 1.502 1.580 1.893 1.991 8 SIANTAR SITALASARI 974 969 1.018 1.255 1.319 2.997 3.151 3.314 3.484 3.664

Sumber : Hasil Analisis, 2010 2. Pemerintahan Daerah

Berbagai upaya pelaksanaan tata pemerintahan yang baik (Good Governance) sampai saat ini masih dilakukan oleh Pemerintah Kota Pematangsiantar. Permasalahan dalam pemerintahan adalah belum optimalnya proses desentralisasi dan otonomi daerah dan masih rendahnya kapasitas Pemerintah Daerah.

Upaya peningkatan kinerja melalui reformasi birokrasi harus dapat dilaksanakan secara berkesinambungan melalui evaluasi pelaksanaan tugas pokok dan fungsi serta hasil yang dicapai. Peningkatan pelayanan masyarakat diupayakan secara maksimal, terjangkau, dan merata dengan menghindari model birokrasi panjang (red-tape bureaucracy) yang dapat menimbulkan terjadinya ekonomi biaya tinggi, terjadinya penyalahgunaan wewenang, perlakuan diskriminatif, dan menimbulkan peluang terjadinya praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).

(37)

Bagkumdang Page 37

Kualitas pelayanan kepada masyarakat diupayakan terus ditingkatkan dengan harapan dapat memenuhi harapan masyarakat akan pelayanan itu sendiri dan dapat menunjang berbagai kegiatan masyarakat terutama kegiatan perekonomian.

Pada tahun 2011 jumlah PNS yang ada dilingkungan Pemerintah Kota Pematangsiantar berjumlah 6.471 orang, dengan uraian sebagai berikut : Golongan I : 78 orang

Golongan II : 1.472 orang Golongan III : 2.443 orang

Golongan IV : 2.441 orang ... (sumber : BKPP tahun 2011)

Aparat pemerintah sebagai salah satu pilar utama dalam pelaksanaan pemerintahan memiliki peranan yang sangat strategis karena merupakan unsur pelaksana tugas pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan. Sampai saat ini hasil yang telah dicapai masih belum sesuai dengan apa yang diharapkan dengan indikator masih rendahnya kualitas pelayanan umum kepada masyarakat. Fenomena ini merupakan puncak gunung es dari berbagai permasalahan yang ada antara lain kondisi birokrasi yang belum tertib, kualitas aparat yang kurang profesional yang dipengaruhi oleh situasi dan kondisi yang berkaitan dengan sistem pembinaan kepegawaian, pendapatan/penghasilan pegawai negeri yang masih jauh dari kebutuhan minimal yang layak, peraturan yang memberi peluang terjadinya korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN), dan masih adanya dorongan dari masyarakat untuk terjadinya praktek KKN.

(38)

Bagkumdang Page 38

Tabel. 4 : Jumlah PNS dirinci menurut SKPD tahun 2011

No Unit Kerja Jumlah

1 Sekretariat Daerah Kota Pematangsiantar 176

2 Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah 47

3 Dinas Pendidikan 3.432

4 Dinas Kesehatan 620

5 Dinas Sosial dan Tenaga Kerja 43

6 Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika 195

7 Dinas Koperasi dan UMKM 26

8 Dinas Pemuda, Olah Raga, Kebudayaan dan

Pariwisata 39

9 Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan

Aset Daerah 96

10 Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil 38

11 Dinas Perindustrian dan Perdagangan 47

12 Dinas Tata Ruang, Perumahan dan Permukiman 68

13 Dinas Bina Marga dan Pengairan 87

14 Dinas Pertanian dan Peternakan 61

15 Dinas Kebersihan 48

16 Dinas Pasar 71

(39)

Bagkumdang Page 39

18 Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan

Masyarakat 31

19 Badan Lingkungan Hidup 45

20 Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan 22

21 Badan Penelitian, Pengembangan dan Statistik 16

22 Badan Pemberdayaan Masyarakat 19

23 Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga

Berencana 60

24 Badan Penanaman Modal dan Promosi Daerah 26

25 Badan Pelayanan dan Perijinan Terpadu 48

26 Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan 41

27 Inspektorat 34

28 RSUD dr. Djasamen Saragih 398

29 Badan Penanggulangan Bencana Daerah 29

30 KPU 20

31 Kantor Satuan Polisi Pamong Praja 51

32 Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi 15

33 Kantor Pemadam Kebakaran 38

34 Kecamatan Siantar Marihat 56

35 Kecamatan Siantar Barat 82

(40)

Bagkumdang Page 40

37 Kecamatan Siantar Selatan 50

38 Kecamatan Siantar Utara 78

39 Kecamatan Siantar Martoba` 50

40 Kecamatan Siantar Sitalasari 32

41 Kecamatan Siantar Marimbun 36

JUMLAH 6.471

Sumber : BKPP, 2011

Otonomi daerah harus dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk mewujudkan tata kepemerintahan yang baik dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan masyarakat. Penataan manajemen dan evaluasi kinerja harus dilakukan secara berkesinambungan dengan memperhatikan dalam menghadapi tantangan baik tantangan eksternal berupa globalisasi yang sarat dengan persaingan dan liberalisme informasi dan komunikasi, investasi, modal, tenaga kerja, dan budaya, serta tantangan internal berupa kondisi masyarakat beserta dinamika yang terus menerus terjadi setiap saat dan kondisi birokrasi serta aparat yang masih perlu penataan lebih lanjut.

Yang dijadikan indikator pokok daerah dalam menunjukkan kemajuan pembangunan daerah dapat dilihat dari perkembangan posisi keuangan. Efisiensi dan efektivitas penggunaan dana, transparansi, dan akuntabilitas merupakan asas yang harus dipenuhi dalam pengelolaan keuangan daerah sesuai paradigma baru yang berkembang saat ini.

(41)

Bagkumdang Page 41

Realisasi penerimaan pendapatan dan pengeluaran menunjukkan tingkat pencapaian kinerja yang dihasilkan, baik belanja aparatur (rutin) maupun belanja modal (pembangunan) yang tertuang pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

3. Politik

Situasi politik di Kota Pematangsiantar dipengaruhi oleh situasi politik regional dan nasional. Saat ini situasi politik sudah cenderung membaik, yang dibuktikan dengan pelaksanaan berbagai proses demokrasi yang berjalan lancar, antara lain melalui pelaksanaan pemilihan umum anggota legislatif, pemilihan presiden dan wakil presiden serta pemilihan kepala daerah secara langsung yang berjalan dengan baik tanpa menghadapi kendala/konflik yang berarti dalam kerangka pendidikan politik kepada masyarakat akan nilai-nilai yang terkandung dalam demokrasi. Melalui kebebasan dalam menentukan pilihan dan memberikan pendapat masyarakat dapat meningkatkan partisipasi dan kapasitasnya termasuk sebagai social control dalam berbagai kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan. Dinamika kehidupan politik untuk menyampaikan aspirasi masyarakat sangat tinggi intensitasnya, masyarakat sangat intens terhadap segala kebijakan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota melalui unjuk rasa maupun pernyataan di media massa, masyarakat dalam usaha penyaluran aspirasi dapat berjalan secara tertib dan terkendali serta berjalan secara demokratis.

(42)

Bagkumdang Page 42

Tabel 5 : Jumlah anggota DPRD Menurut Partai dan Jenis Kelamin Tahun 2010

PARTAI JENIS KELAMIN JUMLAH

Laki-laki Perempuan

Partai Hanura

Partai Amanat Nasional Partai Perjuangan Indonesia Baru

Partai Demokrat

Partai Pemuda Indonesia Partai Matahari Bangsa Partai Golongan Karya Partai PDI-Perjuangan Partai Damai Sejahtera Partai Buruh

Partai Patriot

Partai Peduli Rakyat Nasional

Partai PKS Partai PNBK

Partai Persatuan Daerah Partai Bintang Reformasi

2 2 1 6 2 1 1 3 1 1 1 1 2 1 - 1 - 1 - - - - 1 - 1 - - - - - 1 - 2 3 1 6 2 1 2 3 2 1 1 1 2 1 1 1 JUMLAH 26 4 30

Sumber : Siantar Dalam Angka, 2011

Seiring dengan penguatan kapasitas masyarakat dalam iklim baru reformasi dan otonomi daerah

(43)

Bagkumdang Page 43

mendorong timbulnya berbagai organisasi kemasyarakatan dan lembaga swadaya masyarakat yang baru. Tumbuh suburnya kekuatan masyarakat (civil society) merupakan determinan terjadinya transformasi informasi dan komunikasi yang mendukung nilai-nilai kebebasan, keterbukaan, dan kemudahan memperoleh akses dalam lingkup global. Fenomena ini dapat dijadikan kekuatan strategis bagi pemerintah dalam mendukung pelaksanaan tata kepemerintahan yang baik, sarana pelaksanaan check and balances, pendukung pelaksanaan akuntabilitas pemerintahan, sarana pendidikan politik masyarakat, dan media komunikasi antara masyarakat dan pemerintah daerah. Melalui kemajuan dan perkembangan yang terjadi mendorong terjadinya pembaharuan kehidupan masyarakat termasuk di bidang politik.

Pelaksanaan berbagai kegiatan politik selama lima tahun terakhir menunjukkan perubahan yang besar dalam bidang politik melalui peningkatan partisipasi politik masyarakat yang lebih luas secara otonom, independen, dan mandiri dengan harapan pada masa mendatang tercipta formulasi dan desain yang tepat sesuai dengan karakteristik lokal dapat semakin meningkat dan meluas.

4. Sumber Daya manusia

Pembangunan sumber daya manusia mutlak dilaksanakan dalam mewujudkan pembangunan yang berkesinambungan dalam kerangka perbaikan pada berbagai bidang.

(44)

Bagkumdang Page 44

Dengan masyarakat yang berkualitas diharapkan pembangunan yang dicapai dapat terlaksana dengan berkualitas juga.

Dalam mewujudkan hal tersebut dilakukan melalui pengendalian jumlah penduduk dan peningkatan kualitas sumber daya masyarakat. Pengendalian jumlah penduduk dilakukan melalui pengendalian pertumbuhan penduduk dan penekanan laju urbanisasi, sedangkan peningkatan kualitas sumber daya manusia diwujudkan melalui peningkatan kualitas pendidikan dan derajat kesehatan masyarakat.

Jumlah penduduk Kota Pematangsiantar berdasarkan data BPS Kota Pematangsiantar pada Tahun 2010 sebanyak 234.698 jiwa, dengan jumlah laki-laki sebanyak 114.561 jiwa dan perempuan sebanyak 120.137 jiwa dengan demikian sex ratio penduduk Kota Pematangsiantar sebesar 95,36.

Dapat digambarkan bahwa laju pertumbuhan penduduk Kota Pematangsiantar cenderung stabil, namun jumlah perempuan masih lebih banyak bila dibandingkan dengan jumlah laki-laki. Pada Tahun 2004 laju pertumbuhan sebesar 0,63 persen, pada Tahun 2003 sebesar 0,32 persen, pada Tahun 2002 sebesar 0,27 persen, dan pada Tahun 2001 sebesar 0,27 persen.

Bila dilihat dari pengukuran Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) Kota Pematangsiantar pada tahun 2007-2010 berada pada peringkat pertama dari seluruh kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara. Hal tersebut mengartikan bahwa kemungkinan kondisi

(45)

Bagkumdang Page 45

pendidikan, kualitas hidup dan kesehatan masyarakat Kota Pematangsiantar masih lebih baik bila dibandingkan dengan masyakat di kabupaten/kota lain yang ada di Provinsi Sumatera Utara. Walaupun IPM Kota Pematangsiantar mengalami peningkatan dan berada pada peringkat pertama, namun jika dilihat dari indikator IPM Kota Pematangsiantar masih berada pada tingkat menengah secara nasional, artinya pembangunan manusia masih perlu ditingkatkan.

Tabel.6 : Indeks Pembangunan Manusia Kota Pematangsiantar. No Uraian Satuan 2006 2007 2008 2009 2010 1 IPM 75,9 76,19 76,41 76,58 77,15 2 Angka harapan hidup Tahun 71,5 71,58 71,64 71,69 72,16 3 Angka melek huruf % 99,40 99,46 99,50 99,54 99,65 4 Daya beli Rp 620.000 624.400 628.900 633.400 688.750 5 Lama rata-rata sekolah Tahun 10,80 10,89 11,03 11,16 11,28 Sumber : BPS, 2011 Dari berbagai...

(46)

Bagkumdang Page 46

Dari berbagai indikator yang mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia, indeks yang dicapai Kota pematangsiantar lebih tinggi bila dibandingkan dengan daerah lain di Provinsi Sumatera Utara seperti angka melek huruf, rata-rata lama sekolah, angka harapan hidup, dan daya beli masyarakat yang pada masa mendatang posisi tersebut diharapkan dapat dipertahankan. Penyebab utama tingginya angka kemiskinan selain disebabkan oleh dampak krisis moneter Tahun 1997 yang masih dirasakan masyarakat juga disebabkan oleh kenaikan harga komoditas kebutuhan pokok masyarakat seperti listrik dan BBM, serta disebabkan oleh rendahnya kompetensi sumber daya manusia. Kemiskinan ditimbulkan oleh banyaknya pengangguran baik terbuka dan tertutup serta rendahnya pendapatan perkapita masyarakat akibat dari lapangan kerja yang lebih banyak diisi oleh tenaga kerja yang berasal dari luar daerah. Tenaga kerja yang potensial belum mampu disediakan sesuai dengan kompetensi, kualitas, dan kebutuhan pasar. Hal ini merupakan tantangan bagi Pemerintah Kota Pematangsiantar untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang memiliki daya saing dan kompetensi dalam mendukung pelaksanaan pembangunan terutama dalam menghadapi era globalisasi dan perdagangan bebas.

Salah satu indikator Indeks Pembangunan Manusia adalah pendidikan, dimana sarana dan prasarana pendidikan yang terdiri dari gedung sekolah, ruang belajar, dan tenaga pendidikan mulai dari pendidikan dasar, menengah, dan lanjutan di Kota Pematangsiantar sudah relatif cukup untuk melaksanakan kegiatan proses belajar dan mengajar

(47)

Bagkumdang Page 47

bagi peserta didik yang berasal baik dari Kota Pematangsiantar maupun dari luar daerah.

Tabel.7 : Kondisi Pendidikan Kota Pematangsiantar.

No Indikator Satuan 2008 2009 2010 1 Angka Melek (%) 99,50 99,54 99,65 2 APM SD (%) 96,24 98,80 99,71 3 APM SLTP (%) 93,93 94,01 95,12 4 APM SLTA (%) 97,41 98,56 99,05 5 APK SD (%) 98,37 99,20 100,37 6 APK SLTP (%) 106,22 106,97 107,30 7 APK SLTA (%) 127,24 30,14 132,17

Tabel.8 : Perkembangan Angka Melek Huruf Tahun 2007 s/d 2011

No

. Uraian 2007 2008 2009 2010 2011

1 Jumlah penduduk usia diatas 15 tahun yang bisa membaca dan menulis 165.451 165.567 165.683 165.799 166.131 2 Jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas 164.796 165.030 165.248 165.388 165.806

3 Angka melek huruf 99,60 99,68 99,74 99,75 99,80

Sumber : Dinas Pendidikan Kota Pematangsiantar Tahun 2012

(48)

Bagkumdang Page 48

Tabel.9 : Prediksi Perkembangan Angka Melek Huruf Tahun 2012 s/d 2025 Kota Pematangsiantar

No. Uraian 2012 2015 2020 2025

1 Jumlah penduduk usia diatas 15 tahun yang bisa

membaca dan menulis 167.310 173.467 183.008 196.825

2 Jumlah penduduk usia 15

tahun ke atas 167.035 173.392 183.008 196.825

3 Angka melek huruf 99,84 99,96 100,00 100,00

Sumber : Dinas Pendidikan Kota Pematangsiantar Tahun 2012

Tabel.10 : Angka Melek Huruf Tahun 2010 menurut kecamatan Kota Pematangsiantar

No. Kecamatan

Jumlah penduduk usia diatas 15 tahun

yang bisa membaca dan menulis Jumlah penduduk usia 15 tahun keatas Angka melek huruf 1 Siantar Marihat 12.297 12.332 99,72 2 Siantar Selatan 12.475 12.500 99,80 3 Siantar Barat 25.467 25.512 99,82 4 Siantar Utara 32.666 32.710 99,87 5 Siantar Timur 27.981 28.035 99,81 6 Siantar Martoba 25.761 25.838 99,70 7 Siantar Marimbun 9.993 10.053 99,40

(49)

Bagkumdang Page 49

8 Siantar Sitalasari 18.748 18.819 99,62

Jumlah 165.388 165.799 99,75

Sumber : Dinas Pendidikan Kota Pematangsiantar Tahun 2012

Tabel.11 : Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah Tahun 2007 s/d 2011 Kota Pematangsiantar

No. Pendidikan Jenjang 2007 2008 2009 2010 2011

1 SD/MI

1.1. Jumlah murid usia 7-12 thn 27.510 27.676 27.843 28.011 28.180

1.2. Jlh penduduk usia 7-12 tahun 30.876 31.031 31.187 31.343 31.501

1.3. APS SD/MI 131,67 131,80 131,93 132,07 132,20

2 SMP/MTs

2.1. Jumlah murid usia

13-15 thn 13.171 13.251 13.331 13.411 13.492

2.2. Jumlah penduduk kelompok usia

13-15 tahun 17.375 17.462 17.550 17.638 17.727

2.3. APS SMP/MTs 99,85 99,95 100,05 100,15 102,41

Sumber : Dinas Pendidikan Kota Pematangsiantar, Tahun 2012

(50)

Bagkumdang Page 50

Tabel.12 : Angka Partisipasi Sekolah (APS) Tahun 2011 menurut Kecamatan No Kecamatan SD/MI SMP/MTs jumlah murid usia 7-12 thn jumlah pendudu k usia 7-12 th APS jlh murid usia 13-15 thn jumlah pendudu k usia 13-15 th APS 1 Siantar Marihat 2.192 2.485 97,3 0 644 1.586 41,8 0 2 Siantar Selatan 1.932 1.532 211,23 3.599 1.100 328,91 3 Siantar Barat 7.858 2.600 366,31 2.748 1.516 183,11 4 Siantar Utara 4.787 5.846 93,79 1.553 2.972 53,84 5 Siantar Timur 4.426 6.738 81,1 5 2.10 7 3.406 62,6 8 6 Siantar Martoba 3.836 5.903 73,64 1.263 3.398 37,90 7 Siantar Marimbun 439 3.816 13,63 166 2.051 8,63 8 Siantar Sitalasari 2.710 2.581 120,53 1.412 1.698 102,41 Jumlah 28.180 31.501 132, 20 13.4 92 17.727 102, 41

(51)

Bagkumdang Page 51

Tabel.13 : Jumlah Sekolah dan Penduduk Usia Sekolah Tahun 2007 s/d 2011

Sumber : Dinas Pendidikan Kota Pematangsiantar, Tahun 2012

Tabel 14...

No. Pendidikan Jenjang 2007 2008 2009 2010 2011

1 SD/MI

1.1. Jumlah gedung sekolah 166 166 168 168 169

1.2. jumlah penduduk usia 7-12 tahun 30.876 31.031 31.187 31.343 31.501

1.3. Rasio 0,54 0,53 0,54 0,54 0,54

2 SMP/MTs

2.1. Jumlah gedung sekolah 47 47 49 49 50

2.2. jumlah penduduk kelompok usia

13-15 tahun 17.375 17.462 17.550 17.638 17.727

(52)

Bagkumdang Page 52

Tabel.14 : Prediksi Ketersediaan Sekolah dan Penduduk Usia Sekolah

Tahun 2012 s/d 2025 Kota Pematangsiantar

No. Jenjang Pendidikan 2012 2015 2020 2025

1 SD/MI

1.1. Jumlah gedung sekolah 170 168 166 164

1.2. jumlah penduduk kelompok usia 7-12 tahun 31.501 31.879 32.262 32.649

1.3. Rasio 0,53 0,52 0,51 0,50

2 SMP/MTs

2.1. Jumlah gedung sekolah 50 52 54 55

2.2. jumlah penduduk kelompok usia 13-15 tahun 17.727 18.082 18.443 18.812

2.3. Rasio 0,29 0,29 0,29 0,29

Sumber : Dinas Pendidikan Kota Pematangsiantar, Tahun 2011

Tabel.15 : Ketersediaan sekolah dan penduduk usia sekolah Tahun 2011 menurut Kecamatan Kota Pematangsiantar

(53)

Bagkumdang Page 53 No. Kecamatan SD/MI SMP/MTs Jumlah gedung sekolah jumlah penduduk usia 7-12 th

Rasio Jumlah gedung sekolah jumlah penduduk usia 13-15 th Rasio (1) (2) (3) (4) (5=3/4) (6) (7) (8=6/7) 1 Siantar Marihat 14 2.485 0,56 4 1.586 0,25 2 Siantar Selatan 11 1.532 0,72 9 1.100 0,82 3 Siantar Barat 32 2.600 1,23 12 1.516 0,79 4 Siantar Utara 35 5.846 0,60 6 2.972 0,20 5 Siantar Timur 29 6.738 0,43 7 3.406 0,21 6 Siantar Martoba 22 5.903 0,37 7 3.398 0,21 7 Siantar Marimbun 7 3.816 0,18 2 2.051 0,10 8 Siantar Sitalasari 21 2.581 0,81 3 1.698 0,18 Jumlah 171 31.501 0,53 50 1.586 0,29

Sumber : Dinas Pendidikan Kota Pematangsiantar Tahun 2012

(54)

Bagkumdang Page 54

Tabel.16 : Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Dasar Thn 2007 s/d 2011

Sumber : Dinas Pendidikan Kota Pematangsiantar, Tahun 2012

Tabel.17 : Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Dasar menurut Kecamatan

No. Kecamatan

SD/MI SMP/MTs

Jumlah

Guru Jumlah Murid Rasio Jumlah Guru Jumlah Murid Rasio

No. Pendidikan Jenjang 2007 2008 2009 2010 2011

1 SD/MI 1.1. Jumlah Guru 1.737 1.772 1.808 1.845 1.883 1.2. Jumlah Murid 34.977 34.697 34.420 34.144 33.871 1.3. Rasio 4,97 5,11 5,25 5,40 6,33 2 SMP/MTs 2.1. Jumlah Guru 1.402 1.431 1.460 1.490 1.520 2.2. Jumlah Murid 20.095 19.935 19.775 19.617 19.460 2.3. Rasio 6,98 7,18 7,38 7,59 9,66

(55)

Bagkumdang Page 55 (1) (2) (3) (4) (5=3/4) (6) (7) (8=6/7) 1 Siantar Marihat 136 2.606 5,22 62 872 7,11 2 Siantar Selatan 122 2.325 5,25 360 4.910 7,33 3 Siantar Barat 465 9.623 4,83 291 4.427 6,57 4 Siantar Utara 355 5.865 6,05 178 2.256 7,89 5 Siantar Timur 322 5.164 6,24 240 3.151 7,62 6 Siantar Martoba 333 4.540 4.89 179 1.783 10,04 7 Siantar Marimbun 63 523 12,05 55 248 22,18 8 Siantar Sitalasari 198 3.225 6,14 155 1.813 8,55 Jumlah 1.883 33.871 6,33 1.520 19.460 9,66

Sumber : Dinas Pendidikan Kota Pematangsiantar, Tahun 2012

Indikator sumber daya manusia yang lain adalah kesehatan, dimana kualitas kesehatan masyarakat Kota Pematangsiantar sudah relatif baik bila dibandingkan dengan daerah lain di Provinsi Sumatera Utara. Untuk sarana dan prasarana kesehatan masyarakat di Kota Pematangsiantar yang terdiri dari sarana pengobatan, tenaga medis, dan apotik sudah relatif memadai dengan distribusi yang merata.

(56)

Bagkumdang Page 56

Tabel.18 : Jumlah tempat tidur dan tenaga Dokter dirinci menurut Rumah Sakit

No Rumah Sakit Tempat Tidur

Jumlah Dokter

Umum Dokter Gigi Spesialis Dokter

1 2 3 4 5 6 7 RSU dr. Djasamen Saragih RS Harapan RS Vita Insani RS ABRI RS Tiara RS Horas Insani RS Suaka Insani 220 89 127 60 30 108 30 25 4 9 2 4 4 1 9 0 1 1 0 2 0 26 2 13 2 0 9 1 JUMLAH 664 49 13 53

Sumber : Siantar Dalam Angka, 2011 5. Ekonomi

Melalui keikutsertaan Indonesia dalam berbagai perjanjian internasional seperti ASEAN, WTO, dan APEC merupakan peluang sekaligus menjadi tantangan bagi Kota Pematangsiantar.

Sebagai.. .

(57)

Bagkumdang Page 57

Sebagai peluang, kesepakatan-kesepakatan internasional tersebut dapat dijadikan kesempatan bagi Kota Pematangsiantar agar dapat berperan dalam arena perekonomian global. Sedangkan sebagai tantangan, Kota Pematangsiantar dengan segala potensi yang dimiliki harus dapat berbenah diri dengan menggalang berbagai partisipasi masyarakat dan swasta sebagai pendukung kebangkitan Indonesia dari keterpurukan daya saing di lingkup regional.

Daya saing Indonesia masih rendah, yang dibuktikan dengan beredarnya produk-produk asing yang memiliki pasar yang lebih baik daripada barang-barang dalam negeri.

Selain itu, dalam hal kemampuan teknologi, kapasitas lembaga-lembaga publik termasuk transparansi, KKN dan koordinasi kelembagaan, situasi ekonomi makro, daya dukung infrastruktur fisik, kapasitas corporate governance, kepastian hukum serta usaha maka kemampuan Indonesia relatif rendah. Hanya dalam hal tarif, Indonesia cukup rendah dan kompetitif dibanding dengan negara ASEAN lainnya.

Secara umum yang dijadikan sebagai indikator ekonomi meliputi laju inflasi, PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan, serta PDRB perkapita.

PDRB mengalami peningkatan yang signifikan setiap tahunnya, namun inflasi belum relatif stabil. Hal ini merupakan dampak dari berbagai kenaikan berbagai komoditas, terutama transportasi dan energi yang berdampak mengurangi daya beli masyarakat.

Selain itu pertumbuhan ekonomi Kota Pematangsiantar dari Tahun 2007 sampai Tahun 2010 juga mengalami kenaikan. Hal ini dibuktikan dengan laju pertumbuhan PDRB atas harga konstan Kota

(58)

Bagkumdang Page 58

Pematangsiantar yang terus meningkat. Sektor yang memberikan kontribusi terbesar adalah sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran yaitu sebesar 34,02 persen.

Tabel.19 : Jumlah Investor PMDN/PMA Tahun 2007 s/d 2011

Tahun PMDN PMA Total

(1) (3) (4) (5=3+4) 2007 3 Nihil 3 2008 3 Nihil 3 2009 3 Nihil 3 2010 3 Nihil 3 2011 3 Nihil 3

Sumber : Badan Penanaman Modal dan Promosi Daerah, 2012

Tabel.20 : Jumlah Investasi PMDN/PMA Tahun 2007 s.d 2011

Tahun

Persetujuan Realisasi

Jumlah

Proyek Nilai Investasi Jumlah Proyek Nilai Investasi

2007 7.500.000.000 2.900.000.000

2008 8.500.000.000 3.100.000.000

(59)

Bagkumdang Page 59

2010 17.000.000.000 6.500.000.000

2011 21.000.000.000 7.500.000.000

Sumber : Badan Penanaman Modal dan Promosi Daerah, 2012

Tabel.21 : Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2007 s/d 2011 Atas Dasar Harga Konstan Kota Pematangsiantar (jutaan rupiah) No Sektor 2007 2008 2009 2010 2011 (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % 1 Pertanian 65.502,00 3,79 65.107,61 3,56 64.932,33 3,37 65.305,07 3,20 2 Pertambangan dan Penggalian 437,52 0,03 412,30 0,02 411,18 0,02 410,16 0,02 3 Industri Pengolahan 238.110,06 13,77 239.599,01 13,11 243.448,94 12,64 247.452,39 12,14

4 Listrik, Gas dan

Air Bersih 21.662,83 1,25 22.073,78 1,21 22.662,58

1,18 23.269,87 1,14

5

Konstruksi 154.914,72 8,96 155.477,50 8,50 160.619,14

8,34 166.337,07 8,16

6 Perdagangan, Hotel dan

Restoran 512.019,36 29,61 554.676,65 30,34 604.040,83

31,36 659.345,73 32,34

7 Pengangkutan

dan Komuniksi 300.125,38 17,36 314.459,69 17,20 328.735,55

17,07 343.378,16 16,84

8 Keuangan, Sewa dan Jasa

Perusahaan 217.294,10 12,57 232.015,59 12,69 248.541,63 12,90 268.873,13 13,19 9 Jasa-Jasa 219.207,46 12,68 244.429,01 13,37 252.906,48 13,13 264.552,88 12,98 PDRB 1.729.273,43 100,00 1.828.251,14 100,00 1.926.298,66 100,00 2.038.924,46 100,00 Tabel 22... Sumber : BPS, 2011

(60)

Bagkumdang Page 60

Tabel.22 : Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2007 s/d 2011 Atas Dasar Harga Berlaku Kota Pematangsiantar (Jutaan Rupiah)

No Sektor 2007 2008 2009 2010 2011 (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % 1 Pertanian 98.929,75 3,20 104.134,32 3,01 108.211,42 2,89 113.068,20 2,72 2 Pertambangan dan Penggalian 848,46 0,03 827,23 0,02 844,51 0,02 866,87 0,02 3 Industri Pengolahan 830.775,00 26,85 882.217,86 25,46 900.954,33 24,05 925.604,75 22,23 4 Listrik, Gas

dan Air Bersih 51.443,94 1,66 53.621,30 1,55 55.781,55 1,49 58.197,44 1,40 5

Konstruksi 192.418,40 6,22 195.139,71 5,63 200.540,63 5,35 210.265,62 5,05 6 Perdagangan, Hotel dan

Restoran 904.202,91 29,22 1.049.208,18 30,28 1.187.270,23 31,69 1.416.572,80 34,02 7 Pengangkutan

dan Komuniksi 320.383,80 10,35 345.527,49 9,97 363.455,47 9,70 384.814,88 9,24 8 Keuangan, Sewa dan Jasa

Perusahaan 358.126,94 11,57 415.416,12 11,99 477.306,56 12,74 558.067,99 13,40 9 Jasa-Jasa 337.426,98 10,90 418.594,46 12,08 451.851,13 12,06 495.979,19 11,91 PDRB 3.094.556,18 100,00 3.464.686,67 100,00 3.746.215,83 100,00 4.163.437,74 100,00 Sumber : BPS, Tahun 2012

Tabel.23 : Perkembangan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2007 s/d 2011 Atas Dasar Harga Berlaku (Hb) dan Harga Konstan (Hk) Kota Pematangsiantar

Gambar

Tabel 2 :  Proyeksi Jumlah Penduduk per Kecamatan
Tabel 5 : Jumlah anggota DPRD Menurut Partai dan  Jenis Kelamin Tahun 2010

Referensi

Dokumen terkait

Bagi perkhidmatan yang diserah urus, seperti pemeriksa luar, pensyarah sambilan, pembuangan sisa terjadual dan lain-lain, UPM telah memastikan kawalan yang bersesuaian untuk

Stunting merupakan salah satu indikator gizi kronis yang dapat memberikan gambaran gangguan kehidupan sosial ekonomi secara keseluruhan di masa lampau yang muncul pada dua

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran pada materi mekanisme katup yaitu peserta didik mampu mengidentifikasi jenis-jenis mekanisme katup dengan benar.. Peserta didik

dalam filsafat dan karya-karya Murtadha Muthahhari yang berhubungan dengan penguatan yang akan diteliti dengan konsep yang lain (dalam hal ini konsep Fitrah

AKSI PANGIU’ / DANA PENSIUN GEREJA TORAJA ; Disampaikan kepada anggota Jemaat bahwa sesuai program BPS Gereja Toraja pada setiap tahun diadakan aksi pangiu’, yaitu pengumpulan

pakai yang lain tadi diluar pak diluar emas, perak, uang kita munculkan mulai dari perniagaan ini adalah trade incomes, ini beda dengan industry, pabrik sepatu

Perlu untuk ditegaskan bahwa bukan hanya agama Islam saja yang terdapat di dalamnya syari’at zakat, tetapi nabi-nabi yang diutus kepada umat-umat yang terdahulu ternyata juga

Prediksi yang dibuat siswa tidak dibatasi oleh guru, sehingga guru juga dapat mengerti miskonsepsi apa yang banyak terjadi pada diri siswa. Hal ini penting bagi guru dalam