10.1
ASPEK LINGKUNGAN
Menilik pada peristiwa tahun 2010 dan tahun-tahun sebelumnya tercatat
isu-isu utama lingkungan hidup yang terjadi di Kabupaten Pacitan berupa
bencana alam maupun kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh kejadian
alam maupun akibat ulah manusia seperti tanah longsor, banjir, kekeringan,
bertambahnya luas lahan kritis, dan menurunnya fungsi hutan. Adapun
permasalahan lingkungan dapat dijelaskan sebagai berikut :
Penurunan debit mata air
Kondisi mata air di Kabupaten Pacitan yang sejumlah 164 buah sebagian
besar mengalami penurunan debit air. Demikian halnya dengan beberapa
telaga juga mengalami penurunan debit air. Hal ini dikarenakan di beberapa
wilayah terjadi penurunan fungsi hutan sebagai daerah tangkapan air. Tidak
adanya tanaman pohon (hutan) maka lahan dimanfaatkan oleh masyarakat
di sekitar hutan untuk bercocok tanam tanaman semusim meskipun
kawasan tersebut memiliki berbagai tingkat kelerengan/kemiringan.
Disamping itu terdapat kegiatan penambangan yang dilakukan oleh
masyarakat tanpa memperdulikan kelestarian dan keamanan lingkungan.
Sumber-sumber air yang ada di Kabupaten Pacitan dipengaruhi oleh luas,
jenis vegetasi dan kerimbunan kawasan tangkapan air (catchment area).
Semakin luas dan rimbun suatu daerah tangkapan air, maka akan semakin
banyak dan semakin besar sumber airnya.
Sampah
Limbah domestik atau sampah rumah tangga merupakan salah satu jenis
pemerintah, khususnya di wilayah perkotaan. Saat ini sampah yang
dihasilkan dari kegiatan rumah tangga mencapai 104 m³/hari dan yang
terangkut ke TPA sekitar 78,36%. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk
pengelolaan dan pemilahan sampah merupakan salah satu kendala dalam
pengendalian pencemaran limbah sampah di samping keterbatasan sarana
dan prasarana persampahan, sehingga seringkali masyarakat membuang
sampah sembarangan atau membakar sampah.
Menyadari bahwa masalah sampah rumah tangga tidak bisa diselesaikan
hanya oleh Pemerintah Daerah maka saatnya masyarakat berperan aktif
untuk menanganinya melalui pemilahan sampah dan komposting.
Masyarakat diharapkan dapat membiasakan diri untuk mengikuti program
3R (Reduce-Reuse-Recycle).
Tabel 10.1 Rencana Kebutuhan Pelayanan Pengangkutan Sampah Berdasarkan
Prediksi Timbulan Sampah Domestik
No. Kecamatan Sumber : RTRW Kabupaten Pacitan tahun 2009-2028
Limbah B3
Meningkatnya pembangunan di Kabupaten Pacitan khususnya di bidang
industri, semakin meningkat pula jumlah limbah yang dihasilkan termasuk
yang berbahaya dan beracun yang dapat membahayakan lingkungan hidup
dan kesehatan manusia. Limbah B3 kebanyakan dihasilkan oleh kegiatan
pengelolaannya masih sangat sederhana sekali dengan ditampung saja.
Upaya yang telah dilakukan sementara ini adalah mengurangi polutan di
lingkungan, meningkatkan koordinasi lintas sektoral serta melakukan
pengawasan, pembinaan dan sosialisasi. Apabila memungkinkan
dikembangkan penggunaan teknologi bioremediasi seperti yang telah
dikembangkan di daerah lain.
Degradasi hutan
Penurunan fungsi hutan termasuk di dalamnya penebangan liar yang terjadi
sampai saat ini telah ikut menyebabkan terjadinya berbagai bencana di
Kabupaten Pacitan seperti banjir, tanah longsor, kekeringan dan semakin
luasnya lahan kritis. Usaha reboisasi/penghijauan hutan yang telah
dilakukan di Kabupaten Pacitan telah mengurangi lahan kritis seluas 1.077
Ha pada tahun 2009, guna menutup luas lahan kritis diharapkan kegiatan
reboisasi dapat dilakukan secara berkelanjutan di semua lahan kritis di
Kabupaten Pacitan yang masih mencapai 25.965 Ha. Kegiatan tersebut
harus terus dilakukan karena kegiatan reboisasi yang dilakukan masih
belum mampu menutup luas lahan kritis akibat kegiatan penebangan hutan
yang tidak terkendali. Perkembangan luas hutan di Kabupaten Pacitan pada
Tahun 2009 seluas 67.217,54 Ha, pada tahun 2008 seluas 65.953 Ha, pada
tahun 2007 64.360,00 Ha.
Sebagaian besar hutan di Kabupaten Pacitan adalah hutan rakyat dan
hutan produksi sehingga kemungkinan hilangnya sebagian besar hutan
dalam jangka waktu yang singkat dan cepat rawan terjadi, sehingga kondisi
tersebut harus segera diantisipasi, karena kemampuan untuk mengimbangi
dengan kegiatan reboisasi/penghijauan kembali sangat terbatas karena
membutuhkan dana besar serta jangka waktu yang lama. Gerakan Reboisasi
di kabupaten Pacitan terus dilakukan untuk mewujudkan keseimbangan
alam sehingga dampak perubahan alam sebisa mungkin dapat dihindari.
Penambangan tanpa ijin
Kekayaan alam di Kabupaten Pacitan seperti timah, emas, batu marmer,
pasir besi dan bahan galian lainnya saat ini banyak menjadi incaran para
investor untuk mengelolanya. Karena pertimbangan secara ekonomi, akan
bagi yang mengelolanya. Banyaknya pengelola yang semakin berminat dapat
dilihat dari semakin meningkatnya permintaan perijinan untuk melakukan
pengolahan kekayaan alam yang tersimpan di perbukitan Pacitan.
Di sisi lain juga dijumpai penambangan tanpa izin, walaupun luas lahan
yang dieksploitasi dapat dikatakan kecil namun karena jumlah yang banyak
dan waktu yang tidak berbatas maka akan memberikan kontribusi yang
besar pula terhadap kerusakan lahan akibat kegiatan pertambangan.
Dengan kondisi geografis dan geologi Kabupaten Pacitan, maka kerusakan
akibat pertambangan akan sulit dipulihkan/direhabilitasi sehingga
berdampak negatif terhadap kondisi alam.
Banjir
Secara geologis kabupaten Pacitan rawan terjadi bahaya banjir karena
kondisi tanah mudah tererosi dan longsor serta ketidakseimbangan antara
volume dan waktu alir. Kondisi banjir besar terakhir yang tercatat terjadi
pada Desember 2007, akibat beberapa sungai di kabupaten Pacitan meluap,
yaitu sungai Grindulu, sungai Jelok, sungai Tinatar, sungai Ponggok, sungai
Talang dan sungai Lorog. Banjir tersebut menggenangi 3 kecamatan yaitu
Pacitan, Arjosari dan Ngadirojo dengan estimasi kerugian Rp.
22.000.000.000,00. Banjir tersebut menimbulkan kerusakan berbagai
infrastruktur, rumah penduduk dan menggenangi sawah serta
menimbulkan korban jiwa 2 orang.
Sebenarnya kejadian banjir di Kabupaten Pacitan seperti bencana alam
lainnya terjadi hampir setiap tahun dan menimbulkan dampak kerugian
yang cukup besar. Keadaan tersebut sangat membebani Pemerintah Daerah
Kabupaten Pacitan disebabkan dana rehabilitasi bencana alam yang
dibutuhkan sangat besar. Tetapi dengan kondisi wilayah Kabupaten Pacitan
baik topografi, iklim, dan kondisi drainase maka kejadian banjir akan tetap
menimpa Kabupaten Pacitan pada tahun-tahun mendatang.
Upaya pencegahan bencana banjir terus dilakukan dengan peningkatan
kondisi hutan, peningkatan drainase serta pengendalian dan pemanfaatan
lahan secara lebih baik.
Keanekaragaman sumberdaya hayati di Kabupaten Pacitan keadaannya
cenderung makin menurun akibat perlakuan manusia yang kurang
bijaksana. Pemanfaatan sumber daya alam hayati secara berlebihan, alih
fungsi dan penurunan kualitas dan pengrusakan habitat alami memberikan
kontribusi yang nyata terhadap berkurangnya keanekaragaman hayati
disamping adanya pencemaran lingkungan dan perubahan iklim global.
Upaya yang dilakukan untuk mengendalikan degradasi keanekaragaman
hayati yaitu pengendalian eksploitasi sumberdaya alam, pengalihan
teknologi yang ramah lingkungan serta perlindungan satwa dari perburuan
liar.
Sedangkan upaya konservasi flora dan fauna masih sedikit sekali terutama
untuk flora dan fauna identitas Kabupaten Pacitan. Upaya pelestarian dan
pengembangan flora yang telah dilakukan antara lain budidaya tanaman
duren dan jeruk Pacitan
Kekeringan
Luas, jenis vegetasi, dan kerimbunan catchments area sangat
mempengaruhi sumber air. Semakin luas dan rimbun suatu daerah
tangkapan air, maka akan semakin banyak dan semakin besar sumber
airnya. Musim kemarau yang cukup lama juga menyebabkan debit air
mengecil.
Penggundulan hutan yang terjadi di Kabupaten Pacitan telah mematikan
sebagian besar mata air yang ada. Keadaan ini mengakibatkan terjadinya
kekeringan di Kecamatan Donorojo, Kecamatan Punung, Kecamatan
Pringkuku, Kecamatan Tulakan, Kecamatan Tegalombo dan kecamatan
Sudimoro.
Tanah longsor
Keadaan topografi di sebagian wilayah Kabupaten Pacitan yang berbukit dan
memiliki kelerengan yang cukup curam serta diperparah hilangnya tegakan
yang menjaga kestabilan tanah sangatlah rawan terhadap bencana banjir
dan tanah longsor. Meskipun tidak sampai menelan korban jiwa, akan tetapi
bencana ini telah mengakibatkan kerugian yang cukup besar. Tanah longsor
pada tahun 2009 terjadi di kecamatan Tulakan, Kecamatan Sudimoro,
Untuk mengurangi bencana tanah longsor maka diupayakan untuk
melestarikan hutan sesuai dengan fungsinya dengan mengadakan reboisasi,
mencegah penebangan hutan dan optimalisasi pengendalian pemanfatan
ruang.
Kesehatan masyarakat
Kesehatan masyarakat diartikan sebagai kondisi yang menggambarkan
kondisi kesehatan masyarakat yang terjadi sepanjang tahun 2008.
Sepanjang tahun 2008 terdapat beberapa kejadian penyakit yang
diakibatkan oleh penurunan kualitas lingkungan seperti ISPA. Pada tahun
2008 penderita ISPA di Kabupaten Pacitan sejumlah 63.174 orang
mengalami kenaikan dibanding tahun 2007 yang mencapai 54.966 orang.
Jumlah penderita maupun korban demam berdarah di Kabupaten Pacitan
dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Untuk itu kegiatan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) terus dilakukan di lokasi kejadian
demam berdarah seperti melalui fogging, menguras tempat-tempat genangan
air yang dapat menjadi tempat nyamuk bertelur, dan meningkatkan
kebersihan lingkungan. Kegiatan ini harus dilakukan secara bersama-sama
dan terus menerus baik masyarakat dan pemerintah. Pengaktifan kembali
juru pemantau jentik juga terus dilaksanakan melalui lembaga-lembaga
pendidikan (UKS) dan dinas terkait. Penyemprotan (fogging) yang dilakukan
oleh Dinas Kesehatan pada dasarnya tidak membunuh jentik tapi hanya
membunuh nyamuk dewasa, sehingga tetap diperlukan kesadaran
masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan terutama tempat-tempat
sarang nyamuk.
Agenda Pengelolaan Lingkungan
Dari analisis lingkungan dan evaluasi kebijakan ada beberapa hal yang
harus dilakukan dalam upaya menanggulangi peningkatan pencemaran dan
kerusakan lingkungan di Kabupaten Pacitan. Sementara itu adanya beberapa
bencana alam seperti tanah longsor dan bencana banjir beberapa waktu yang
lalu serta dalam rangka menanggulangi kompleksitas masalah lingkungan
hidup, baik yang bersifat preventif maupun kuratif guna terwujudnya
pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan di tahun yang akan
Program Pencegahan dan Pengendalian Kerusakan dan Pencemaran
Lingkungan Hidup
Melaksanakan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup bagi
semua kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan.
Sosialisasi AMDAL, UKL/ UPL dan perijinan pemanfaatan ruang
Sosialisasi pelaksanaan RKL/RPL dan UKL/UPL
Evaluasi dan monitoring penerapan RKL/ RPLdan UKL/ UPL.
Pengembangan kawasan industri dan pariwisata yang berwawasan
lingkungan.
Program Peningkatan Peran Serta Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber
Daya Alam dan Lingkungan Hidup
Penyuluhan tentang perlindungan keanekaragaman hayati dan
pengembangan flora fauna identitas daerah.
Pengembangan kemampuan masyarakat dalam pemanfaatan
sumberdaya alam secara bijaksana dan lestari.
Pemasyarakatan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan
lingkungan.
Sosialisasi pelestarian fungsi lingkungan hidup melalui Forum-forum
desa dan Pemberdayaan Keluarga Sejahtera.
Program Penataan/Pengembangan Kelembagaan dan Penegakan Hukum
dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup
Menjalankan kerja sama lintas sektoral dengan Dinas/Instansi terkait
dengan masalah lingkungan hidup serta mengintegrasikan perencanaan
pengelolaan lingkungan hidup ke dalam perencanaan pembangunan
yang lebih luas dalam rangka mewujudkan pembangunan berkelanjutan
yang berwawasan lingkungan.
Melaksanakan koordinasi dalam rangka pencegahan dan pengendalian
pencemaran/kerusakan lingkungan hidup serta pemulihan kualitas
lingkungan hidup.
Meningkatkan kinerja Tim Pengawasan dan Pengendalian Pemanfaatan
Ruang.
Menjalin kemitraan baik dengan Pemerintah Propinsi Jawa Timur
maupun Perguruan Tinggi dan LSM bidang LH.
Meningkatkan koordinasi lintas sektoral dalam pelaksanaan Program
Bangun Praja, khususnya kebersihan dan keindahan perkotaan.
Penegakan hukum lingkungan melalui peningkatan kapasitas dan
intensitas koordinasi lintas sektoral dengan melibatkan seluruh instansi,
baik horisontal maupun vertikal serta kelompok-kelompok masyarakat.
Program Pengembangan Sumber Daya Manusia
Mempersiapkan Aparatur yang mempunyai latar belakang dan
kecakapan di bidang lingkungan hidup serta mengikutsertakan aparatur
dalam pelatihan teknis di bidang lingkungan hidup dan kursus AMDAL
Mengikutsertakan dan memberdayakan siswa dan pendidik dalam
pelatihan maupun pembinaan bidang lingkungan hidup.
Penyampaian pesan pelestarian lingkungan hidup dalam setiap kegiatan
masyarakat serta pembentukan masyarakat peduli lingkungan
10.1.1
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
KLHS yang ada di Kabupaten Pacitan terdiri dari masing-masing kegiatan
di Kabupaten Pacitan. Dalam mendukung kajian lingkungan, Kabupaten Pacitan
sudah menyusun SLHD Kabupaten Pacitan Tahun 2012 sebagai salah satu
software dalam menjaga lingkungan.
Rehabilitasi Lingkungan
Isu sentral yang sekarang sedang hangat dibicarakan adalah masalah
pemanasan global. Naiknya suhu permukaan bumi menyebabkan
mencairnya es di kutub yang berdampak pada meningkatnya permukaan air
laut sehingga tidak jarang menyebabkan terjadinya banjir akibat air laut
yang naik atau disebut rob. Kenaikan suhu permukaan bumi ini disebabkan
oleh suatu peristiwa yang dikenal dengan nama efek rumah kaca.
Dampak dari efek rumah kaca sangat signifikan terhadap perubahan iklim,
di suatu daerah terjadi hujan yang sangat lebat sehingga menyebabkan
terjadinya banjir, sedangkan di daerah lain pada waktu bersamaan terjadi
kekeringan. Inilah cerminan dari dampak pemanasan global yang disebakan
Penyebab terjadinya efek rumah kaca adalah banyaknya penebangan pohon
yang terjadi, sehingga pohon yang mampu berfungsi sebagai penyerap gas
karbon dioksida dan mengolahnya menjadi oksigen, selain itu tingginya gas
metan dan karbon hasil industry, kendaraan dan sawah menyebabkan
terbentuknya lapisan yang menghalangi panas yang dipantulkan oleh bumi.
Tidak adanya informasi yang berkaitan dengan kegiatan rehabilitasi
lingkungan menjadi catatan untuk kedepan supaya lebih baik dalam hal
inventarisasi kegiatan yang berkaitan dengan upaya pelestarian lingkungan
sehingga apa yang sudah dilakukan dan apa yang belum dilakukan dapat
dilihat dan disikapi dengan baik dan bijak.
Isu lingkungan yang menjadi trend dan mencuat sampai ke media pada
tahun ini dikabupaten pacitan adalah masalah pertambangan. Dimana
pertambangan tembaga yang menimbulkan pencemaran lingkungan sudah
menjadi hal rutin dan berkala tiap musim hujan turun. Walaupun ada
penanganan dari pihak pengelola dan peringatan dari pihak pemerintah
serta pengaduan dari masyarakat, Lembaga swadaya masyarakat lokal dan
nasional sehingga sampai ke wilayah propinsi dan nasional bahkan sampai
ke komisi HAM nasional, akan tetapi belum membawa hasil yang optimal.
Disamping masalah adanya pemenuhan kebutuhan pembangunan yang ada
dikabupaten pacitan seperti PLTU, Pelabuhan, Gedung SMK dan lain lain
sehingga membutuhkan bahan material yang cukup banyak diantarannya
lahan urug dan pasir. Sehingga bermunculan penambangan lahan urug dan
penambangan pasir untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Salah satu yang diansisipasi oleh pemerintah adalah adanya penerbitan izin
IUP produksi khusus pengangkutan dan penjualan yang berlaku dengan
waktu tertentu sehingga tidak mengganggu kegiatan pembangunan sebagai
program pemerintah tetapi dampak yang ditimbulkan dapat diketahui dan
dipantau oleh instansi yang berwenang.
Hal lain adalah adanya program penghijauan yang dilakukan baik oleh
pemerintah dan swadaya masyarakat akan sangat membantu dalam
rehabilitasi lingkungan sehingga lingkungan menjadi lebih sehat dan
Pengawasan Amdal, UKL-UPL dan SPPL
Pembangunan yang dilakukan oleh bangsa Indonesia bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan dan mutu hidup rakyat. Proses pelaksanaan
pembangunan mengalami berbagai masalah yang ada, di satu pihak
menghadapi permasalahan peduduk yang semakin tinggi, sedangkan
dipihak lain ketersediaan sumberdaya alam yang sifatnya terbatas.
Pembangunan yang dilakukan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
penduduk menyebabkan meningkatnya permintaan akan sumberdaya alam,
sehingga dampak yang akan timbul adalah semakin besarnya tekanan
terhadap sumberdaya alam. Oleh karena itu, pendayagunaan sumber daya
alam untuk meningkatkan kesejahteraan dan mutu hidup generalisasi masa
kini dan generalisasi masa depan harus disertai denang upaya pelestariaan
fungsi lingkungan hidup. Dengan demikian, pembangunan untuk
meningkatkan kesejahteraan dan mutu hidup generalisasi masa kini dan
generalisasi masa depan adalah pembangunan berkelanjutan yang
berwawasan lingkungan hidup.
Pembangunan yang berkelanjutan yang merupakan tujuan penting
masyarakat diharapkan tetap menjaga kelestarian lingkungan hidupnya
sesuai dengan harapan semua pihak. Kegiatan atau usaha yang akan
merubah rona lingkungan hidup harus diawasi dengan sangat ketat karena
dampak yang ditimbulkan dapat mempengaruhi penurunan kualitas
lingkungan. Oleh karena itu, peran serta masyarakat perlu digalakkan
dalam pengawasan ini sesuai dengan Undang-Undang No. 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menetapkan
setiap orang berhak memperoleh lingkungan hidup yang baik, sehingga
masyarakat ikut wajib menjaganya.
Melihat kenyataan tersebut, warga masyarakat perlu dilibatkan dalam
proses pengambilan sebuah keputusan mengenai ijin suatu usaha yang
dituangkan dalam dokumen amdal. Keterlibatan warga menjadi dasar dan
penerapan asas keterbukaan. Keterlibatan warga akan menjadi satu hal
yang positif karena warga mampu membantu menganalisis dampak
lingkungan hidup secara dini, menampung aspirasi dan kearifan local dari
tersebut, selain itu masyarakat menjadi kunci penyelesaian masalah
mengenai dampak lingkungan yang terjadi.
Setiap usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting terhadap
lingkungan hidup wajib memiliki amdal. Isi pasal 22 (1) UU 32 tahun 2009
tersebut tertulis jelas bahwa setiap usaha harus memenuhi syarat kelayakan
lingkungan yang harus disusun berupa dokumen amdal untuk
mendapatkan ijin usaha. Pembuatan dokumen amdal ini bertujuan supaya
setiap orang yang akan melakukan usaha atau kegiatan yang berdampak
penting terhadap lingkungan berkewajiban menjaga lingkungan hidupnya
serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan
hidup. Konsekuensinya adalah bahwa syarat dan kewajiban sebagaimana
ditentukan dalam rencana pengelolaan lingkungan hidup dan rencana
pemantauan lingkungan hidup harus dicantumkan sebagai ketentuaan
dalam izin melakukan usaha dan atau kegiatan yang bersangkutan.
Analisis mengenai dampak lingkungan adalah kajian mengenai dampak
penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan
hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. Dengan dimaksudkannya
analisis mengenai dampak lingkungan hidup kedalam proses perencanaan
suatu usaha dan atau kegiatan, maka pengambil keputusan akan
memperoleh pandangan yang lebih luas dan mendalam mengenai berbagai
aspek usaha dan atau kegiatan tersebut, sehingga dapat diambil keputusan
optimal dari berbagai alternatif yang tersedia. Analisis mengenai dampak
lingkungan hidup merupakan salah satu alat bagi pengambilan keputusan
untuk mempertimbangkan akibat yang mungkin ditimbulkan oleh suatu
rencana usaha dan atau kegiatan terhadap lingkungn hidup guna
mempersiapkan langkah untuk menanggulangi dampak negative dan
mengembangkan dampak positif.
Sesuai dengan pasal 34 Undang-undang Nomor 32 tentang perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup, Setiap Usaha dan/atau kegiatan yang
tidak termasuk dalam kriteria wajib amdal sebagaimana dimaksud dalam
pasal 23 ayat (1) wajib memiliki UKL-UPL. Selanjutnya pada pasal 35,
Usaha dan/atau kegiatan yang tidak wajib dilengkapi UKL-UPL
pernyataan kesanggupan pengelolaan dan pemantauan lingkungan
hidup
Mengacu pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2012
tentang jenis usaha atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan analisis
mengenai dampak lingkungan hidup, maka Kantor Lingkungan Hidup
Kabupaten Pacitan mewajibkan bebrapa perusahaan untuk menyusun
dokumen amdal karena kegiatan usahanya termasuk salah satu yang sesuai
dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006. Selain
itu ada 21 usaha yang diwajibkan menyusun dokumen UKL-UPL karena
usahanya tidak termasuk dalam peraturan tersebut sehingga hanya
diwajibkan menyusun dokumen UKL-UPL. Selain itu untuk kegiatan yang
tidak termasuk UKL-UPL menyusun SPPL
Keberadaan dokumen lingkungan baik berupa AMDAL, UKL-UPL maupun
SPPL terus mengalami peningkatan, hal ini sejalan dengan adanya regulasi
daerah berupa PERDA No 26 Tahun 2011 tentang Izin Gangguan (HO) yang
mengharuskan persyaratan adanya dokumen lingkungan. Dilihat dari tabel
dibawah menunjukan kesadaran pihak pengusaha/ industri dalam ketaatan
terhadap peraturan perundangan bidang lingkungan terus meningkat .
akan tetapi apabila dilihat dari keberadaan pemrakarsa, justru yang sangat
memprihatinkan adalah belum dibarengi kesadaran dari pihak
penanggungjawab usaha milik pemerintah sendiri yang mempunyai fasilitas
usaha seperti, Rumah Sakit, Puskesmas rawat inap, Rumah potong hewan,
TPA, Pasar, dan lain lain ada yang belum memiliki dokumen lingkungan.
Hal lain yang perlu mendapat perhatian adalah keberadaan jumlah hewan
peternak yang cukup banyak di Kabupaten Pacitan. Akan tetapi hampir
sebagian besar belum ada yang memiliki dokumen lingkungan. Sesuai
peraturan menteri lingkungan hidup nomor 13 tahun 2010 tentang
UKL-UPL dan SPPL maupun peraturan menteri terkait seperti. SK.Mentan.
No.237/Kpts/RC410/ 1991 tentang batasan usaha peternakan yang harus
Tabel 10.2 Daftar Jumlah Dokumen Lingkungan Tahun 2007 -2011
Sumber : Kantor lingkungan hidup tahun kabupaten pacitan
Tabel 10.3 Presentase Dokumen Kelayakan Lingkungan di Kabupaten Pacitan tahun
2012
Sumber : KLH Kabupaten Pacitan tahun 2012
Pengawasan terhadap pelaksanaan AMDAL dan UKL-UPL diatur
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin
Lingkungan pasal 53 menyebutkan bahwa pemegang ijin lingkungan wajib
membuat dan menyampaikan laporan pelaksanaan terhadap persyaratan
dan kewajiban dalam Izin Lingkungan kepada Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota.
Untuk pengawasan dikabupaten pacitan terhadap industri dan
pertambangan, sudah seharusnya dilakukan oleh PPLHD (pejabat pengawas
lingkungan hidup daerah) yang mempunyai wewenang dalam pengawasan.
Akan tetapi sampai saat ini belum ada PPLHD yang dilantik dikabupaten
2007 2008 2009 2010 2011 2012
Dokumen Lingkungan
AMDAL
UKL-UPL
Untuk mendukung pelaksanaan pengawasan terhadap ketaatan
pemrakarsa/ pengudaha terhadap peraturan di bidang lingkungan hidup.
Instansi lingkungan hidup sudah memiliki beberapa kendaraan roda dua
untuk pengambil sampel, kendaraan roda dua untuk pengambil limbah
medis, Kendaraan roda dua untuk pengawasan pertambangan dan industri,
1 mobil laboratorium dan 1 mobil untuk pengawasan pertambangan dan
industri
Selama ini di kabupaten pacitan, masih banyak pemrakarsa usaha/
kegiatan yang belum secara rutin melaporkan secara berkala 6 (enam) bulan
sekali kepada instansi lingkungan hidup dan instansi terkait. Sesuai dengan
pernyataan pemrakarsa dalam mengurus perijinan dan dokumen
lingkungan, baik itu AMDAL , UKL-UPL maupun SPPL. PLTU dan PT. PPIS
merupakan perusahaan dikabupaten pacitan yang sudah melaporkan
pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup yang merupakan
kewajibannya.
Untuk itu peranan instansi lingkungan hidup untuk lebih pro aktif memberi
peringatan dan teguran kepada pemrakarsa. Demikian juga peranan pejabat
pengawas lingkungan hidup sebagai pejabaf fungsional yang mempunyai
kewenangan lebih besar dalam melakukan tugas pengawasan terhadap
industri perlu ditingkatkan agar kinerja perusahaan dalam rangka
menjalankan ketaatan terhadap peraturan perundangan bidang lingkungan
yang berlaku dan ketentuan yang terdapat dalam dokumen AMDAL maupul
UKL-UPL yang telah mereka susun semakin baik.
Penegakan Hukum
Lingkungan hidup yang indah ini merupakan anugerah yang luar biasa dari
Tuhan Yang Maha Esa, dan manusia sebagai umat-Nya mempunyai
kewajiban untuk menjaga kelestarian lingkungan serta mengembangkan
kemampuan lingkungan agar tetap mampu menunjang kebutuhan manusia
serta makhluk hidup lainnya guna peningkatan kualitas hidupnya.
Meningkatnya kebutuhan manusia berbanding lurus dengan semakin
banyaknya pembangunan guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi untuk
sering terjadi eksploitasi sumberdaya alam yang berakibat negative pada
lingkungan abiotik dan biotic.
Mengantisipasi akibat buruk eksplorasi lingkungan yang berlebihan, maka
disusunlah sebuah instrumen yang diharapkan mampu menjadi rambu
dalam pelaksanaan kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan.
Instrument tersebut merupakan sebuah standar Baku Mutu Lingkungan
yang menjadikannya komponen penting dalam pengelolaan lingkungan. Jika
baku mutu lingkungan ini dilalui/dilanggar oleh sebuah usaha atau
industry maka telah terjadi pelanggaran terhadap baku mutu lingkungan,
yang berarti pula terjadi pelanggaran hukum yang berlaku.
Permasalahan lingkungan tidak selesai hanya dengan dibuatnya
undang-undang yang mengatur tentang lingkungan saja. Penetapan suatu
Undang-Undang yang mengandung instrument hukum masih diuji dengan
pelaksanaan (uitvoering atau implementation) dan merupakan bagian dari
mata rantai pengaturan (regulatory chain) pengelolan lingkungan. Dalam
merumuskan kebijakan lingkungan, pemerintah lazimnya menetapkan
tujuan yang hendak dicapai. Kebijakan lingkungan disertai tindak lanjut
pengarahan dengan cara bagaimana penetapan tujuan dapat dicapai agar
ditaati masyarakat.
Undang-undang Nomer 32 Tahun 2009 tentang Pemantauan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPPLH) mendasari kebijaksanaan
lingkungan di Indonesia, karena Undang-Undang, Peraturan Pemerintah dan
peraturan pelaksanaan lainnya merupakan instrument kebijaksanaan
(instrumenten van beleid). Instrument kebijaksanaan lingkungan perlu
ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan lingkungan demi
kepastian hukum dan mencerminkan arti penting hukum bagi penyelesaian
masalah lingkungan. Instrument hukum kebijaksanaan lingkungan
(juridische milieubeleids instrumenten) ditetapkan oleh pemerintah melalui
berbagai sarana yang bersifat pencegahan, atau setidak-tidaknya pemulihan,
sampai tahap normal kualitas lingkungan.
Seperti tercantum dalam UUPPLH No. 32 Tahun 2009, penegakan hukum di
Penegak Hukum Lingkungan dalam kaitannya dengan Hukum
Administrasi atau Tata Usaha Negara.
Penegak Hukum Lingkungan dalam kaitannya dengan Hukum Perdata
Penegak Hukum Lingkungan dalam kaitannya dengan Hukum Pidana.
Berbagai upaya dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Pacitan dalam hal
menegakkan hukum lingkungan. Usaha/ kegiatan yang terbukti melakukan
pelanggaran terhadap baku mutu lingkungan akan diberikan tindakan
berupa sanksi administrasi. Upaya penegakan sanksi administrasi oleh
pemerintah secara ketat dan konsisten sesuai dengan kewenangan yang ada
akan berdampak bagi penegakan hukum, dalam rangka menjaga kelestarian
fungsi lingkungan hidup. Sehubungan dengan hal ini, maka penegakan
sanksi administrasi merupakan garda terdepan dalam penegakan hukum
lingkungan (primum remedium). Jika sanksi administrasi dinilai tidak efektif,
maka dipergunakan sarana sanksi pidana sebagi senjata pamungkas
(ultimum remedium).
Kewenangan pemerintah untuk mengatur merupakan suatu hal yang telah
ditetapkan oleh Undang-Undang. Dengan demikian, badan-badan
pemerintahan yang berwenang memiliki legitimasi (kewenangan bertindak
dalam pengertian politik) untuk menjalankan kewenangan hukumnya.
Karena masalah legitimasi adalah persoalan kewenangan yaitu kewenangan
menerapkan sanksi seperti pengawasan dan pemberian sanksi yang
merupakan suatu tugas pemerintahan seperti yang diamanatkan oleh
undang-undang.
Seperti yang tertuang dalam UUPPLH No. 32 Tahun 2009, Menteri,
Gubernur, atau bupati/bupati menerapkan sanksi administrasif kepada
penanggung jawab usaha dan atau kegiatan jika dalam pengawasan
ditemukan pelanggaran terhadap izin lingkungan. Sanksi administrasif
terdiri dari atas teguran tertulis, paksaan pemerintah, pembekuaan izin
lingkungan atau pencabutan izin lingkungan. Lebih lanjut disebutkan dalam
pasal 82 bahwa:
Menteri, Gubernur, atau Bupati/Bupati berwenang untuk memaksa
pemulihan lingkungan hidup akibat pencemaran dan atau perusakan
lingkungan hidup yang dilakukan.
Menteri, Gubernur, atau Bupati/Bupati berwenang atau dapat
menunjuk pihak ketiga untuk melakukan pemulihan lingkungan hidup
akibat pencemaran dan atau perusakan lingkungan hidup yang
dilakukannya atas beban biaya penanggung jawab usaha dan atau
kegiatan.
Pada tahun 2012 tercatat 11 pengaduan masyarakat ke Kantor Lingkungan
Hidup (KLH) Kabupaten Pacitan terkait dengan adanya pelanggaran
terhadap undang-undang lingkungan berupa adanya pencemaran yang
dilakukan oleh kegiatan usaha. Diantara masalah yang diadukan adalah
pencemaran lingkungan yang dilakukan dalam sector pertambangan,
peternakan sapi, pembuatan tahu, penyulingan cengkeh, RPH, Pengolahan
ubi kayu dan Pabrik pengolahan bahan tambang
Beberapa usaha dan atau kegiatan yang telah mendapat sangsi
administrasi berupa peringatan adalah PT. Gemilang Limpah Internusa.
Yang bergerak dalam usaha pertambangan karena telah membuang
limbahnya ke badan air dengan melebihi baku mutu yang ditetapkan yaitu
baku mutu keputusan menteri lingkungan hidup nomor 202 tahun 2004
tentang baku mutu limbah cair kegiatan dan / atau usaha pertambangan
bijih emas dan tembaga. Sehingga menimbulkan penurunan kualitas sungai
disekitar lokasi kegiatan pertambangan sehingga air tersebut berwarna
kekuning-kuningan.
Peran serta masyarakat dengan memberikan pengaduan kepada KLH
Kabupaten Pacitan sangat membantu terjaganya lingkungan hidup yang
baik, karena dengan adanya laporan tersebut pencemaran yang terjadi
diharapkan tidak akan terus berlangsung dan dapat dicari solusi pemecahan
masalah pencemaran lingkungan tersebut. Hingga sejauh ini, pengaduan
yang dilakukan oleh masyarakat tersebut masih dalam proses penanganan
oleh KLH Kabupaten Pacitan.
Peran kantor lingkungan hidup dalam pengawasan akan sangat membantu
dalam menangani kasus kasus pengaduan pencemaran leh masyarakat.
pengawasa lingkungan hidup) yang ada di instansi lingkungan hidup sebagai
pejabat yang diberi kewenangan sangat luas dalam melakukan pengawasan
dan penegakan ;lingkungan serta penanganan kasus pengaduan
pencemaran lingkungan
Peran Serta Masyarakat
Dalam upaya meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan
sumber alam dan lingkungan hidup sejak tahun 1982 setiap tahun
diberikan penghargaan Kalpataru bagi para perintis, penyelamat, pengabdi,
dan Pembina lingkungan. Penghargaan kalpataru diberikan kepada anggota
masyarakat, baik perorangan maupun lembaga, sebagai contoh keteladanan
bagi masyarakat umum.
Berdasarkan hasil inventarisasi di Kabupaten Pacitan hanya ada satu LSM
yang bergerak dibidang lingkungan yaitu Green Land yang beralamatkan di
Jl. A.Yani Kabupaten Pacitan. Keberadaan LSM seperti ini banyak
membantu pemerintah dalam upaya pengelolaan lingkungan agar tetap
terjaga baik. Selain LSM yang bergerak di bidang lingkungan, ada pula
penghargaan yang diberikan terhadap perorangan, lembaga atau kabupaten
yang bergerak di bidang lingkungan sehingga menjadikannya motivasi serta
contoh bagi warga masyarakat lain atau lembaga lain untuk ikut menjaga
lingkungan.
Peran LSM lingkungan pada pasal 92 UU Nomor 32 tentang PPLH
mempunyai peran dan fungsi yang berbeda dengan masyarakat. Masyarakat
mempunyai hak gugat lingkungan terhadap ganti rugi akibat pencemaran
dan kerusakan lingkungan sedangkan LSM lingkungan mewakili organisasi
lingkungan hidup dalam rangka pelestarian lingkungan. Hak mengajukan
gugatan terbatas pada tuntutan untuk melakukan tindakan tertentu tanpa
adanya tuntutan ganti rugi, kecuali biaya atau pengeluaran riil
Pada tahun 2009 tercatat 2 penghargaan yang didapat, yaitu kalpataru dan
adipura. Kalpataru diberikan kepada Bp. Mardi oleh Gubernur Jawa Timur
sedangkan pada tahun 2011 merupakan Adipura yang ke 4 kali diberikan
kepada Kabupaten Pacitan sebagai Kabupaten Sehat yang diberikan oleh
Peran aktif masyarakat dalam pengelolaan sampah perkotaan terus
ditingkatkan hal ini dibuktikan dengan berdirinya Bank Sampah PACE 1000
di kabupaten pacitan. Keberadaan Bank sampah PACE 1000 dan Bank
sampah Arjowinangun akan meningkatkan peran aktif masyarakat dalam
pembinaan terhadap masyarakat dan pengelolaan sampah perkotaan.
Upaya terus dilakukan oleh Kantor Lingkungan Hidup di Kabupaten Pacitan
guna memberikan pemahaman terhadap masyarakat tentang pentingnya arti
lingkungan yang baik. Berbagai kegiatan seperti wokshop dan sosialisasi
sering dilakukan dan secara terus menerus. Tercatat pada tahun 2011
minimal 6 kegiatan yang dilakukan oleh Kantor Lingkungan Hidup
Kabupaten Pacitan telah dilakukan.
Tabel 10.4 Kegiatan yang Berkaitan Dengan Lingkungan Hidup
No Nama Kegiatan Instansi
penyelenggara Peserta
Waktu Penyuluhan
1 Sosialisasi Degradasi
lingkungan Bag. SDA Pacitan
22 Nopember 2012
2 Kajian dampak lingkungan Kantor Lingkungan
Hidup 15
6 Desember 2012
3 Desa bersih dan lestari Kantor Lingkungan
Hidup 40
16 Pebruari 2012
Kelembagaan
Terselenggaranya pemerintahan yang baik (good governance) dalam era
otonomi daerah merupakan keharusan untuk mencapai suatu pemerintahan
yang mampu mengakomodasi aspirasi masyarakatnya. Oleh karena itu,
perlu system yang tepat untuk melakukannya serta mampu
bertanggungjawab dan memiliki kemampuan guna melakukannya, apabila
unsur ini dapat dipenuhi niscaya pembangunan yang dilakukan akan
berlangsung dengan baik sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing.
Sehubungan dengan hal tersebut, Pemerintah Daerah Kabupaten Pacitan
melalui Kantor Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Pacitan sebagai
penyelenggara secara operasional mempunyai kewajiban untuk melestarikan
program yang tepat dan tetap berpegang teguh pada konsep suistanable
development dan berwawasan lingkungan sehingga terwujud Good
Environmental Governance (penyelenggaraan keperintahan yang baik di
bidang lingkungan).
Berdasarkan Peraturan Bupati Pacitan No. 65 Tahun 2007 tentang Uraian
Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Pacitan
maka disusunlah struktur organisasi Kantor Lingkungan Hidup Pacitan
yang terdiri atas Kepala Kantor, Jabatan Fungsional, Sub Bagian Tata
Usaha, Seksi Pemulihan Kualitas Aia, Seksi Pengembangan Kualitas
Lingkungan, dan Seksi Pengendalian dan Evaluasi Lingkungan.
Gambar 10.1 Struktur Organisasi Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Pacitan
Tugas, Pokok dan Fungsi Kantor Lingkungan Hidup
Kedudukan Kantor Lingkungan Hidup
Kantor Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Pacitan adalah
unsur pendukung tugas Bupati di bidang Lingkungan Hidup. Kantor Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Pacitan dipimpin
oleh Kepala Kantor yang berada di bawah dan bertanggungjawab
kepada Bupati Pacitan melalui Seketariat Daerah.
Tugas Kantor Lingkungan Hidup KEPALA KANTOR
JABATAN FUNGSIONAL
SUB. BAG. TATA USAHA
SEKSI PENGENDALI DAN
EVALUASI LINGKUNGAN SEKSI
PENGEMBANGAN KAPASITAS LINGKUNGAN SEKSI
Kantor Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Pacitan mempunyai
tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan bidang
lingkungan hidup.
Fungsi Kantor Lingkungan Hidup
Untuk menjalankan tugas dimaksud Kantor Lingkungan Hidup
Daerah Kabupaten Pacitan mempunyai fungsi:
Perumusan kebijakan teknis di bidang lingkungan hidup;
Penyelenggaraan urusan lingkungan hidup serta pelayanan
umum sesuai dengan lingkup tugasnya;
Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang lingkungan hidup; Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
Adapun tugas dan fungsi masing-masing komponen Kantor
Lingkungan Hidup Kabupaten Pacitan yaitu :
Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas :
Menyelenggarakan dan mengelola rumah tangga, sarana,
prasarana dan perlengkapan;
Melaksanakan surat-menyurat, kearsipan dan perpustakaan; Membina dan mengembangkan serta mengelola administrasi
kepersonilan;
Menyelenggarakan dan mengelola administrasi keuangan;
Melaksanakan koordinasi penyusunan program kerja dan
laporan serta pelaksanaan evaluasi dan pengendalian;
Melaksanakan pengelolaan data statistik bidang lingkungan
hidup;
Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala
Kantor Lingkungan Hidup sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Seksi Pemulihan Kualitas Lingkungan mempunyai tugas :
Melaksanakan koordinasi revitalisasi dan penataan ruang
terbuka hijau, kawasan lindung, lahan kritis dan pelestarian
sumber daya air;
Melaksanakan pencegahan dan penanggulangan pencemaran
Melaksanakan penanggulangan pencemaran dan kerusakan
lingkungan akibat bencana;
Melaksanakan pemantauan dan pengelolaan Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) sampah berwawasan ramah
lingkungan berkoordinasi dengan instansi terkait;
Melaksanakan pengelolaan dan pengembangan teknologi
pengolahan sampah;
Melaksanakan pembinaan teknis pencegahan terjadinya
penurunan kualitas lingkungan;
Melaksanakan pengawasan, pengendalian dan evaluasi kegiatan
pemulihan kualitas lingkungan;
Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala
Kantor Lingkungan Hidup sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Seksi Pengembangan Kapasitas Lingkungan mempunyai tugas :
Melaksanakan program sosialisasi, pemberdayaan dan
kemitraan dengan masyarakat, lembaga swadaya masyarakat,
kelompok-kelompok potensial dan sektor terkait dalam
pengendalian dan penanggulangan dampak lingkungan;
Melaksanakan studi, kajian, pengembangan, penerapan dan
pembinaan manajemen lingkungan, ekolabel, produksi bersih
dan teknologi berwawasan lingkungan;
Memfasilitasi dan melaksanakan kegiatan-kegiatan lomba
berbasis kelestarian lingkungan hidup;
Melaksanakan pembinaan dan menumbuhkembangkan
kelompok-kelompok pelestari sumber daya alam dan lingkungan
hidup;
Melaksanakan pengembangan informasi dan data berbasis
lingkungan hidup;
Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala
Kantor Lingkungan Hidup sesuai dengan tugas dan fungsinya
Seksi Pengendalian dan Evaluasi Lingkungan mempunyai tugas :
Melaksanakan pengawasan pelaksanaan pengelolaan dan
Melaksanakan pengkajian dan evaluasi untuk rekomendasi
AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan), UKL dan UPL
(Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan
Lingkungan);
Melaksanakan penanggulangan pencemaran dan kerusakan
kelestarian lingkungan hidup;
Melaksanakan pemantauan, pengelolaan kualitas dan
pengendalian pencemaran air, tanah dan udara;
Melaksanakan penegakan hukum terhadap pelanggaran /
pencemaran lingkungan hidup sesuai dengan kewenangan; Melaksanakan pengawasan, perlindungan flora dan fauna yang
dilindungi;
Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala
Kantor Lingkungan Hidup sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melaksanakan
sebagian tugas Kantor Lingkungan Hidup sesuai dengan keahlian
dan kebutuhan.
Kelompok jabatan fungsional terdiri dari sejumlah tenaga
fungsional yang diatur dan ditetapkan berdasarkan peraturan
perundang-undangan;
Kelompok jabatan fungsional dipimpin oleh seorang tenaga
fungsional senior yang ditunjuk;
Jumlah tenaga fungsional ditentukan berdasarkan kebutuhan
dan beban kerja;
Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Untuk melaksanakan tugas yang begitu berat, Kantor Lingkungan Hidup
Kabupaten Pacitan diberi anggaran untuk melakukan kegiatan yang
berkaitan dengan lingkungan. Adapun besaran dana anggaran yang dimiliki
oleh KLH Kabupaten Pacitan terus mengalami kenaikan dari tahun 2009
hingga tahun 2011. Hal ini menjadi sesuatu yang sangat baik mengingat
semakin banyak anggaran dana yang ada, akan semakin menunjang
kelancaran kegiatan tersebut.
Gambar 10.2 Anggaran Pengelolaan Lingkungan di Kabupaten Pacitan tahun 2012
Sumber : KLH Kabupaten Pacitan tahun 2012
Untuk melaksanakan tugas pengelolaan dan pemantauan lingkungan,
Kantor lingkungan Hidup Kabupaten Pacitan beranggotakan 20 orang yang
terdiri dari 14 orang laki-laki dan 6 orang perempuan. Pendidikan tertinggi
yang dimiliki oleh personil KLH Kabupaten Pacitan adalah S2 berjumlah 3
orang, sarjana 5 orang dan Diploma sebanyak 3 orang dan yang terendah
adalah SLTA yang berjumlah 4 orang. Personil yang berpendidikan S2
semuanya adalah laki-laki dan yang berpendidikan SLTA adalah 4 orang
laki-laki dan 3 orang perempuan, sedangkan 6 orang personil lain adalah
tamatan Sarjana (S1). 3,457
5,605
13,852
5,986
0 2 4 6 8 10 12 14 16
Thn 2009 Thn 2010 Thn 2011 Thn 2012
APBD SEKTOR LINGKUNGAN (M)
Gambar 10.3 Personil Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Pacitan tahun 2012
Sumber : KLH Kabupaten Pacitan tahun 2012
Dalam instansi lingkungan hidup terdapat beberapa jabatan fungsional
diantaranya Pedal (pengendali dampak lingkungan), PPLH (pejabat pengawas
lingkungan hidup ) dan PPNS LH (penyidik pegawai negeri sipil lingkungan
hidup). Dari 20 personil Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Pacitan,
sampai sekarang belum ada yang menjadi fungsional lingkungan hidup.
Sementara ada satu personil yang sudah mengikuti pendidikan dan
pelatihan fungsional PPLH akan tetapi sampai sekarang belum ada
pelantikan.
Disamping tenaga fungsional tersebut, perlunya tenaga laboratorium
lingkungan untuk meningkatkan kinerja instansi lingkungan hidup
terutama pada laboratorium lingkungan yang mempunyai peran sangat vital
dalam hal pemantauan dan pengawasan terhadap ketaatan
penanggungjawab usaha/kegiatan terhadap peraturan perundang-undangan
di bidang lingkungan hidup. Selama ini baru terdapat 1 (satu ) tenaga yang
sudah diprioritaskan untuk tenaga laboratorium sesuai dengan usulan
pengadaan kebutuhan tenaga di instansi lingkungan hidup. Untuk itu perlu
dilakukan penambahan tenaga laboratorium untuk bisa memulai Doktor (S3); Laki-Laki; 0
beroperasinya laboratorium lingkungan hidup yang sudah memiliki gedung,
mobil laboratorium, 3 kendaraan pengambil sampel, 3 kendaraan pengambil
limbah medis dan peralatan laborat yang cukup memadai.
10.1.2
AMDAL, UKL-UPL dan SPPLH
Dari analisis lingkungan dan evaluasi kebijakan ada beberapa hal yang
harus dilakukan dalam upaya menanggulangi peningkatan pencemaran dan
kerusakan lingkungan di Kabupaten Pacitan. Sementara itu adanya beberapa
bencana alam seperti tanah longsor dan bencana banjir beberapa waktu yang
lalu serta dalam rangka menanggulangi kompleksitas masalah lingkungan
hidup, baik yang bersifat preventif maupun kuratif guna terwujudnya
pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan di tahun yang akan
datang maka harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Program Pencegahan dan Pengendalian Kerusakan dan Pencemaran
Lingkungan Hidup
Melaksanakan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup bagi
semua kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan.
Sosialisasi AMDAL, UKL/ UPL dan perijinan pemanfaatan ruang
Sosialisasi pelaksanaan RKL/RPL dan UKL/UPL
Evaluasi dan monitoring penerapan RKL/ RPLdan UKL/ UPL.
Pengembangan kawasan industri dan pariwisata yang berwawasan
lingkungan.
Program Peningkatan Peran Serta Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber
Daya Alam dan Lingkungan Hidup
Penyuluhan tentang perlindungan keanekaragaman hayati dan
pengembangan flora fauna identitas daerah.
Pengembangan kemampuan masyarakat dalam pemanfaatan
sumberdaya alam secara bijaksana dan lestari.
Pemasyarakatan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan
lingkungan.
Sosialisasi pelestarian fungsi lingkungan hidup melalui Forum-forum
Program Penataan/Pengembangan Kelembagaan dan Penegakan Hukum
dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup
Menjalankan kerja sama lintas sektoral dengan Dinas/Instansi terkait
dengan masalah lingkungan hidup serta mengintegrasikan perencanaan
pengelolaan lingkungan hidup ke dalam perencanaan pembangunan
yang lebih luas dalam rangka mewujudkan pembangunan berkelanjutan
yang berwawasan lingkungan.
Melaksanakan koordinasi dalam rangka pencegahan dan pengendalian
pencemaran/kerusakan lingkungan hidup serta pemulihan kualitas
lingkungan hidup.
Meningkatkan kinerja Tim Pengawasan dan Pengendalian Pemanfaatan
Ruang.
Pemberdayaan dan revitalisasi kegiatan penghijauan dan reboisasi
Menjalin kemitraan baik dengan Pemerintah Propinsi Jawa Timur
maupun Perguruan Tinggi dan LSM bidang LH.
Meningkatkan koordinasi lintas sektoral dalam pelaksanaan Program
Bangun Praja, khususnya kebersihan dan keindahan perkotaan.
Penegakan hukum lingkungan melalui peningkatan kapasitas dan
intensitas koordinasi lintas sektoral dengan melibatkan seluruh instansi,
baik horisontal maupun vertikal serta kelompok-kelompok masyarakat.
Program Pengembangan Sumber Daya Manusia
Mempersiapkan Aparatur yang mempunyai latar belakang dan
kecakapan di bidang lingkungan hidup serta mengikutsertakan aparatur
dalam pelatihan teknis di bidang lingkungan hidup dan kursus AMDAL
Mengikutsertakan dan memberdayakan siswa dan pendidik dalam
pelatihan maupun pembinaan bidang lingkungan hidup.
Penyampaian pesan pelestarian lingkungan hidup dalam setiap kegiatan
masyarakat serta pembentukan masyarakat peduli lingkungan
10.2
ASPEK SOSIAL
Dasar peraturan perundang-undangan yang menyatakan perlunya
memperhatikan aspek sosial adalah sebagai berikut:
UU No. 2/2012 tentang Pengadaan UU No. 2/2012 tentang Pengadaan
Lahan bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum:
Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional Tahun 2010-2014:
Peraturan Presiden No. 15/2010 tentang Percepatan penanggulangan
Kemiskinan
Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender
dalam Pembangunan Nasional
10.2.1
Aspek Sosial pada Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta
Karya
Kemiskinan
Aspek sosial pada perencanaan pembangunan bidang Cipta Karya
diharapkan mampu melengkapi kajian perencanaan teknis sektoral. Salah
satu aspek yang perlu ditindak-lanjuti adalah isu kemiskinan sesuai dengan
kebijakan internasional MDGs dan Agenda Pasca 2015, serta arahan
kebijakan pro rakyat sesuai direktif presiden.
Pengarusutamaan Gender
Selain itu aspek yang perlu diperhatikan adalah responsivitas kegiatan
pembangunan bidang Cipta Karya terhadap gender. Saat ini telah kegiatan
responsif gender bidang Cipta Karya meliputi Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan, Neighborhood
Upgrading and Shelter Sector Project (NUSSP), Pengembangan Infrasruktur
Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW), Penyediaan Air Minum dan Sanitasi
Berbasia Masyarakat (PAMSIMAS), Program Pembangunan Infrastruktur
Perdesaan (PPIP), Rural Infrastructure Support (RIS) to PNPM, Sanitasi
Berbasis Masyarakat (SANIMAS), Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
(RTBL), dan Studi Evaluasi Kinerja Program Pemberdayaan Masyarakat
bidang Cipta Karya.
10.2.2
Aspek Sosial pada Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta
Karya
Pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya secara lokasi, besaran
kegiatan, dan durasi berdampak terhadap masyarakat. Untuk meminimalisir
beberapa langkah antisipasi, seperti konsultasi, pengadaan lahan dan
pemberian kompensasi untuk tanah dan bangunan, serta permukiman kembali.
Konsultasi masyarakat
Konsultasi masyarakat diperlukan untuk memberikan informasi kepada
masyarakat, terutama kelompok masyarakat yang mungkin terkena dampak
akibat pembangunan bidang Cipta Karya di wilayahnya. Hal ini sangat
penting untuk menampung aspirasi mereka berupa pendapat, usulan serta
saran-saran untuk bahan pertimbangan dalam proses perencanaan.
Konsultasi masyarakat perlu dilakukan pada saat persiapan program bidang
Cipta Karya, persiapan AMDAL dan pembebasan lahan.
Pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk tanah dan bangunan
Kegiatan pengadaan tanah dan kewajiban pemberian kompensasi atas tanah
dan bangunan terjadi jika kegiatan pembangunan bidang cipta karya
berlokasi di atas tanah yang bukan milik pemerintah atau telah ditempati
oleh swasta/masyarakat selama lebih dari satu tahun. Prinsip utama
pengadaan tanah adalah bahwa semua langkah yang diambil harus
dilakukan untuk meningkatkan, atau memperbaiki, pendapatan dan standar
kehidupan warga yang terkena dampak akibat kegiatan pengadaan tanah
ini.
Permukiman kembali penduduk (resettlement)
Seluruh proyek yang memerlukan pengadaan lahan harus
mempertimbangkan adanya kemungkinan pemukiman kembali penduduk
sejak tahap awal proyek. Bilamana pemindahan penduduk tidak dapat
dihindarkan, rencana pemukiman kembali harus dilaksanakan sedemikian
rupa sehingga penduduk yang terpindahkan mendapat peluang ikut
menikmati manfaat proyek.
Hal ini termasuk mendapat kompensasi yang wajar atas kerugiannya, serta
bantuan dalam pemindahan dan pembangunan kembali kehidupannya di
lokasi yang baru. Penyediaan lahan, perumahan, prasarana dan kompensasi
lain bagi penduduk yang dimungkinkan jika diperlukan dan sesuai
10.2.3
Aspek Sosial pada Pasca Pelaksanaan Pembangunan Bidang
Cipta Karya
Dari analisis lingkungan dan evaluasi kebijakan ada beberapa hal yang
harus dilakukan dalam upaya menanggulangi peningkatan pencemaran dan
kerusakan lingkungan di Kabupaten Pacitan. Sementara itu adanya beberapa
bencana alam seperti tanah longsor dan bencana banjir beberapa waktu yang
lalu serta dalam rangka menanggulangi kompleksitas masalah lingkungan
hidup, baik yang bersifat preventif maupun kuratif guna terwujudnya
pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan di tahun yang akan
datang maka harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Program Pencegahan dan Pengendalian Kerusakan dan Pencemaran
Lingkungan Hidup
Melaksanakan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup bagi
semua kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan.
Sosialisasi AMDAL, UKL/ UPL dan perijinan pemanfaatan ruang
Sosialisasi pelaksanaan RKL/RPL dan UKL/UPL
Evaluasi dan monitoring penerapan RKL/ RPLdan UKL/ UPL.
Pengembangan kawasan industri dan pariwisata yang berwawasan
lingkungan.
Program Peningkatan Peran Serta Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber
Daya Alam dan Lingkungan Hidup
Penyuluhan tentang perlindungan keanekaragaman hayati dan
pengembangan flora fauna identitas daerah.
Pengembangan kemampuan masyarakat dalam pemanfaatan
sumberdaya alam secara bijaksana dan lestari.
Pemasyarakatan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan
lingkungan.
Sosialisasi pelestarian fungsi lingkungan hidup melalui Forum-forum
desa dan Pemberdayaan Keluarga Sejahtera.
Program Penataan/Pengembangan Kelembagaan dan Penegakan Hukum
Menjalankan kerja sama lintas sektoral dengan Dinas/Instansi terkait
dengan masalah lingkungan hidup serta mengintegrasikan perencanaan
pengelolaan lingkungan hidup ke dalam perencanaan pembangunan
yang lebih luas dalam rangka mewujudkan pembangunan berkelanjutan
yang berwawasan lingkungan.
Melaksanakan koordinasi dalam rangka pencegahan dan pengendalian
pencemaran/kerusakan lingkungan hidup serta pemulihan kualitas
lingkungan hidup.
Meningkatkan kinerja Tim Pengawasan dan Pengendalian Pemanfaatan
Ruang.
Pemberdayaan dan revitalisasi kegiatan penghijauan dan reboisasi
Menjalin kemitraan baik dengan Pemerintah Propinsi Jawa Timur
maupun Perguruan Tinggi dan LSM bidang LH.
Meningkatkan koordinasi lintas sektoral dalam pelaksanaan Program
Bangun Praja, khususnya kebersihan dan keindahan perkotaan.
Penegakan hukum lingkungan melalui peningkatan kapasitas dan
intensitas koordinasi lintas sektoral dengan melibatkan seluruh instansi,
baik horisontal maupun vertikal serta kelompok-kelompok masyarakat.
Program Pengembangan Sumber Daya Manusia
Mempersiapkan Aparatur yang mempunyai latar belakang dan
kecakapan di bidang lingkungan hidup serta mengikutsertakan aparatur
dalam pelatihan teknis di bidang lingkungan hidup dan kursus AMDAL
Mengikutsertakan dan memberdayakan siswa dan pendidik dalam
pelatihan maupun pembinaan bidang lingkungan hidup.
Penyampaian pesan pelestarian lingkungan hidup dalam setiap kegiatan
BAB 10 ASPEK LINGKUNGAN & SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA
10-1
10.1 ASPEK LINGKUNGAN ... 10-1
10.1.1 Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) ... 10-8 10.1.2 AMDAL, UKL-UPL dan SPPLH ... 10-26 10.2 ASPEK SOSIAL ... 10-27
10.2.1 Aspek Sosial pada Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya ... 10-28 10.2.2 Aspek Sosial pada Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya ... 10-28 10.2.3 Aspek Sosial pada Pasca Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
10-30
Gambar 10.1 Struktur Organisasi Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Pacitan ... 10-20 Gambar 10.2 Anggaran Pengelolaan Lingkungan di Kabupaten Pacitan tahun 2012 10-24 Gambar 10.3 Personil Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Pacitan tahun 2012 ... 10-25
No table of figures entries found.