• Tidak ada hasil yang ditemukan

Program Studi Ilmu Hukum FHIS UNDIKSHA ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Program Studi Ilmu Hukum FHIS UNDIKSHA ABSTRAK"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Komang Febrinayanti Dantes1, I Gusti Ayu Apsari Hadi2

ABSTRAK

Pengabdian kepada Masyarakat (P2M) ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran hukum tata dan tertib berlalu lintas bagi pelajar di SMPN 4 Sukasada dalam perspektif Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Adapun kegiatan P2M ini dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan dari Juni hingga September 2020. Di dalam kegiatan ini yang akan dijadikan sampelnya adalah perwakilan kelas dari siswa di SMPN 4 Singaraja, yang dipilih oleh Pembina Kesiswaan, Pembina KSPAN dan OSIS dengan jumlah 1 (satu) kelas 30-40 orang. Adapun rasionalnya adalah : (1) para pelajar SMP Negeri 4 Singaraja diharapkan mampu memahami peraturan-peraturan serta tata tertib berlalu lintas di jalan raya agar tidak membahayakan diri sendiri maupun orang lain; dan (2) Para pelajar di SMP Negeri 4 Singaraja diharapkan mampu mematuhi kebijakan - kebijakan yang dimiliki sekolah sebagai institusi tempat mereka menempuh pendidikan agar mengetahui bahwa kebijakan tersebut telah selaras dengan UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang mengamanatkan bahwa setiap pengemudi harus memiliki syarat-syarat tertentu apabila ingin mengendarai kendaraan bermotor. Teknik pengumpulan data melalui daring (dalam jaringan via zoom dan google meet). Kegiatan ini merupakan program yang menggunakan desain kualitatif, data yang diambil dari program ini adalah data primer yaitu dengan hasil wawancara mendalam kepada seluruh informan baik secara langsung ataupun melalui video (online). Selain itu program ini juga dilakukan dengan cara pengamatan, dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Tingkat partisipasi yang tinggi dari peserta program pengabdian kepada masyarakat yang dihadiri oleh 30 peserta (100%) memberikan dampak yang positif terhadap pelaksanaan program pengabdian kepada masyarakat; (2) Tingkat pemahaman peserta dalam program ini yaitu anak-anak sekolah (SMP) meningkat signifikan terhadap pengetahuan umum, aturan dan sanksi berkendara mencapai 92%; (3) Pelaksanaan program ini mampu menghasilkan luaran-luaran yang diharapkan, sedangkan kegiatan dengan video tutorial dan video animasi yang akan disebar melalui grup whatsapp peserta, dan evaluasi program masih dalam proses.

Kata kunci : Kesadaran Hukum, Tata Tertib, Lalu Lintas, Pelajar, SMP.

PENDAHULUAN

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 yang mengatur tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan telah mengamanatkan bahwa setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor wajib memiliki Surat Ijin Mengemudi (SIM) sesuai dengan motor yang dimilikinya. Dalam implementasinya di masyarakat saat ini masih banyak pengendara motor yang tidak melengkapi

syarat-syarat yang ditentukan dalam Undang-Undang.

Pelanggaran lalu lintas secara empiris justru lebih banyak dilakukan oleh anak-anak yang usianya belum cakap secara hukum. Di Kabupaten Buleleng khususnya di SMP Negeri 4 Singaraja menjadi salah satu sekolah yang pelajarnya banyak mengendarai sepeda motor tanpa memenuhi persyaratan yang sudah diatur oleh Undang-Undang. Pembiaran terjadi terhadap

PENINGKATAN KESADARAN HUKUM TATA DAN TERTIB BERLALU

LINTAS PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009

TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAGI PELAJAR

SMPN 4 SINGARAJA

1,2 Program Studi Ilmu Hukum FHIS UNDIKSHA

(2)

maraknya pelajar yang melanggar lalu lintas dengan mengendarai motor tanpa persyaratan keselamatan berkendara. SMP Negeri 4 Singaraja terletak di Desa Sambangan bertempat di Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali, dengan luas wilayah sebesar 7,67 km², dan diantaranya berbatasan dengan beberapa wilayah lainya, batas utara desa Sambangan adalah desa Baktiseraga, batas selatan adalah hutan desa, batas timur adalah Kelurahan Sukasada, dan batas barat adalah desa Panji. Jarak pemerintahan desa ke Kecamatan berjarak 2 km, jarak pemerintahan desa ke Kabupaten berjarak 3 km, jarak yang tergolong dekat ini dirasakan menjadi alasan utama masyarakat maupun para pelajar yang mengendarai sepeda motor tidak mengindahkan aturan yang telah ditentukan.

Berdasarkan statistik angka kecelakaan di Kabupaten Buleleng hingga tahun 2020 tercatat ada hampir 120 lebih kejadian kecelakaan lalu lintas yang dalam hal ini didalamnya melibatkan pelajar. Dengan adanya data yang tergolong tinggi maka diperlukan upaya pengawasan dan penegakkan hukum guna meningkatkan kesadaran hukum pelajar tentang bahaya dan kerugiannya apabila mengendarai kendaraan tanpa SIM ataupun kelengkapan lainnya

Dengan pelanggaran lalu lintas yang terjadi dewasa ini yang banyak dilakukan oleh para pelajar, membuat sekolah menjadi salah satu Lembaga pendidikan formal yang berperan penting dalam memberikan pemahaman berlalu lintas. Pembentukan karakter, sikap dan perilaku taat akan aturan-aturan hukum terutama aturan lalu lintas sangat perlu dilakukan oleh berbagai pihak. Dengan peran serta guru, orang tua, dan masyarakat untuk menanamkan kesadaran hukum dan ketaatan hukum merupakan salah satu cerminan menjadi warga negara yang baik, harus terus dipupuk sejak dini.

Kebijakan dan upaya-upaya yang telah dilakukan oleh pihak sekolah seperti menerapkan sistem

parkir yang ketat di lingkungan sekolah yang hanya ditujukan kepada guru dan pegawai, para pelajar tidak diperbolehkan untuk mengendarai sepeda motor ke sekolah. Namun para pelajar siswa dan siswi SMP Negeri 4 Singaraja memilih untuk tetap mengendarai sepeda motor ke sekolah dengan cara memarkir kendaraannya di permukiman-permukiman penduduk yang memang menyediakan lahan parkir di area rumah mereka, sehingga para siswa dan siswa mendapatkan akses dengan mudah tanpa diketahui oleh guru maupun pihak sekolah. Peran serta dan dukungan orang tua dan masyarakat masih kurang dalam hal ini, mengapa demikian karena para siswa dan siswi seharusnya mendapatkan arahan dari orang tua untuk tidak memberikan sepeda motor kepada anaknya yang belum cakap hukum dalam hal memiliki Surat Ijin Mengemudi (SIM). Begitu juga peranan masyarakat yang ikut serta mendukung untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada para siswa dan siswa tentang kelayakan, serta keselamatan berkendara di jalan raya.

METODE

Metode kegiatan yang digunakan pada pelaksanaan kegiatan ini adalah metode pelatihan dan sosialisasi, dimana mengikutsertakan pihak sekolah, siswa-siswi yang tergabung dalam KSPAN dan OSIS SMPN 4 Singaraja, akan diberikan pengetahuan dan pemahaman tentang aturan dan tata tertib lalu lintas, serta keselamatan berkendara. Pandemi Covid-19 memberikan dampak yang signifikan terhadap pendidikan, sekolah untuk sementara waktu ditutup sampai batas waktu yang belum ditentukan. Pelaksanaan kegiatan hanya dapat dilakukan secara daring (dalam jaringan via zoom dan google meet). Kegiatan ini dilakukan sebagai salah satu upaya untuk menanggulangi banyaknya korban kecelakaan terhadap pengendara motor di bawah umur, yang merupakan perhatian dan tanggung jawab kita bersama.

(3)

Kegiatan ini merupakan program yang menggunakan desain kualitatif, data yang diambil dari program ini adalah data primer yaitu dengan hasil wawancara mendalam kepada seluruh informan baik secara langsung ataupun melalui video (online). Selain itu program ini juga dilakukan dengan cara pengamatan, dan observasi menggunakan kamera untuk mengambil gambar/ foto dan video terhadap anak-anak dibawah umur 17 tahun yang mengendarai sepeda motor dan dikhususkan kepada anak-anak SMP N 4 Singaraja.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat “Peningkatan Kesadaran Hukum Tata Dan Tertib Berlalu Lintas Perspektif Undang – Undang Nor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan Bagi Pelajar SMPN 4 Singaraja hingga bulan Sepember telah dilaksanakan 70% program, yang terdiri atas: (1) Identifikasi dan Analisis masalah terkait kurangnya pemahaman tata tertib berlalu lintas pelajar di SMPN 4 Singaraja, implementasi UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan; (2) pelatihan dan sosialisasi aturan-aturan mengemudi bagi pelajar di bawah usia 17 tahun dalam perspektif UU No. 22 Tahun 2009.

Pada tahap awal pelaksanaan program dilaksanakan kegiatan berupa wawancara dengan Kepala Sekolah sebagai informan sekaligus koordinasi dengan peserta pelatihan : KSPAN dan OSIS SMPN 4 Singaraja serta pelajar yang berjumlah 30 – 40 orang (1 kelas). Kegiatan pelatihan dan sosialisasi dilaksanakan bersama tim pengusul didasari oleh analisis situasi yang dibuat berdasarkan identifikasi masalah yang terjadi di kalangan pelajar di SMPN 4 Singaraja. Pelatihan dan sosialisasi kesadaran hukum berlalu lintas bagi pelajar di SMPN 4 Singaraja

dilaksanakan bertahap. Tahap pertama yakni penyampaian materi tentang lalu lintas dalam perspektif UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan yang dilaksanakan pada tanggal 17 Juli 2020 secara virtual melaui aplikasi zoom meeting. Kegiatan ini melibatkan tim pelaksana, pihak sekolah, KSPAN, OSIS SMPN 4 Singaraja beserta pelajar yang berjumlah 30 siswa.

Sebelum penyampaian materi oleh narasumber, peserta diberikan pre test dalam bentuk multiple

choice sebanyak 10 soal. Pre test ini dilakukan

untuk mengukur pemahaman awal para peserta terhadap tata tertib, aturan/undang-undang, sanksi dalam berlalu lintas. Dalam kegiatan sosialisasi ini ditekankan beberapa materi mengenai UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan khusunya terkait aturan dalam berkendara bagi pelajar yang belum berusia 17 tahun, syarat – syarat dalam berkendara, hingga sanksi bagi barangsiapa yang tidak membawa kelengkapan saat berkendara.. Kegiatan pelatihan dan sosialisasi mengenai kesadaran mematuhi aturan lalu lintas bagi pelajar SMPN 4 Singaraja sebagaimana amanat UU No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Berdasarkan Pasa 81 UU No. 22/2009 syarat usia kepemilikan Surat Ijin Mengemudi (SIM A, SIM C, maupun SIM D) adalah 17 Tahun.

Apabila melihat kondisi di lapangan melalui observasi di SMPN 4 Singaraja hampir 75% pelajar mengendarai sepeda motor dan tidak menggunakan helm. Tentunya pelajar – pelajar tersebut berada di bawah usia 17 tahun dan belum memiliki SIM C. Pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh pelajar dalam peristilahan kriminologi dikatakan sebagai kenakalan remaja. Berbicara tentang kenakalan remaja maka terdapat faktor- faktor pendorong atau motifasi

(4)

kenakalan/pelanggaran (Alamsyah, 2013: 3). Menurut Woolfolk bentuk motifasi itu ada dua macam, yaitu : motifasi intrinsik dan ekstrinsik. Motifasi instrinsik adalah dorongan atau keinginan pada diri seseorang yang tidak perlu disertai dengan perangsang luar, sedangkan motifasi ekstrinsik adalah dorongan yang datang

dari luar

(educatinalwithptkdotnet.files.wordpress.com/20 13/01/motivasi.doc).

1. Nilai Instrinsik Dari Kenakalan Remaja a. Faktor Inteligensia

Inteligensia adalah kecerdasan seseorang. Dalam hal pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh remaja faktor inteligensia ini merupakan salah satu faktor pendukung. Peran keluarga sangat diperlukan untuk mengatasi hal ini karena seorang remaja masih membutuhkan pengawasan dari orang tua. Dilihat dari sisi emosional remaja masih belum cukup mengerti aturan dan akibat berlalu lintas sehingga si remaja selalu ingin mencoba, dan remaja tersebut berani membawa kendaraan di jalan. Dari segi pengetahuan si remaja juga belum tahu bahayanya berlalu lintas jika tidak sesuai aturan yang ada. Dari hasil wawancara peneliti bahwa seluruh pelajar di SMPN 4 Singaraja belum memiliki SIM dan tidak mengetahui aturan tentang berkendara sesuai dengan UU No. 22 Tahun 2009. Dengan demikian penulis menyimpulkan bahwa faktor inteligensia/pengetahuan yang kurang oleh si remaja mengenai peraturan lalu lintas dan resiko dalam berkendara sehingga menjadi motifasi dari si remaja dalam mengendarai kendaraan bermotor yang sebenarnya belum dibolehkan.

b. Faktor Usia

Faktor usia adalah faktor yang penting dalam hubungannya dengan sebab – sebab timbulnya kejahatan, tidak terkecuali kenakalan yang dilakukan oleh seorang remaja. Jumlah pelanggaran lalu lintas yang terjadi di Kabupaten Buleleng hingga tahun 2019 tercatat hampir 680 pelanggar dengan didominasi oleh pelajar (

(

https://bali.tribunnews.com/2019/10/31/8-hari-

operasi-zebra-agung-2019-polres-buleleng-tindak-680-pelanggar-didominasi-pelajar).

Melihat kondisi tersebut menunjukkan bahwa pelajar yang melakukan pelanggaran lalu lintas tidak sedikit bahkan cenderung mendominasi. Hal tersebut disebabkan kurangnya kesadaran hukum pelanggar terhadap apa yang dilakukan. Bahkan berdasarkan hasil wawancara remaja – remaja tersebut sudah bisa mengendarai sepeda motor sejak usia 9 – 13 tahun. Dengan demikian pada kenyataannya pelajar di usia 13 tahun ke atas yang tergolong usia yang masih sangat belia sudah mampu mengendarai kendaraan bermotor yang sebenarnya belum diperbolehkan.

2. Nilai Ekstrinsik Kenakalan Remaja. a. Faktor Keluarga

Keluarga merupakan lingkungan sosial yang terdekat untuk membesarkan, mendewasakan, dan di dalamnya remaja mendapatkan pendidikan yang pertama dan utama. Oleh karena itu keluarga memiliki peranan yang penting dalam perkembangan anak. Pelajar berpotensi untuk melakukan pelanggaran lalu lintas tidak terlepas dari adanya dukungan orang tua/keluarga. Hal tersebut dapat kita lihat ketika orang tua mengetahui bahkan mengajarkan anaknya mengendarai kendaraan bermotor di usia yang sangat belia namun tidak memberi pengawasan terhadap si anak tersebut. Dari sinilah dapat dilihat bahwa remaja di bawah umur masih sangat membutuhkan pengertian dan pegawasan keluarga/orang tua. Keluarga/orang tua wajib mengawasi anak-anaknya dalam beraktivitas di jalan raya terutama saat mengendarai kendaraan bermotor. Selain itu, orang tua harus tegas dan bijaksana dalam memberikan bimbingan dan arahan kepada anak-anak dibawah umur untuk tidak memberikan ijin kepada mereka mengendarai sepeda motor ke sekolah atau kemanapun. Karena selain mereka masih di bawah usia 17 tahun, secara mental

(5)

mereka belum siap untuk mengendalikan diri di jalan raya.

b. Faktor Pendidikan Dan Sekolah

Sekolah adalah media atau perantara bagi pembinaan jiwa para remaja sehingga secara tidak langsung sekolah ikut bertanggung jawab terhadap pendidikan remaja, baik pendidikan keilmuan maupun tingkah laku. Dalam konteks demikian sekolah adalah tempat pendidikan anak ke dua setelah lingkungan keluarga/rumah si remaja itu sendiri. Selama mereka menempuh pendidikan di sekolah, terjadi interaksi antara remaja dan sesamanya, interaksi yang mereka lakukan di sekolah kadang kala menimbulkan efek negatif terhadap perkembangan mental si remaja.

Hasil wawancara dengan pihak sekolah, institusi sekolah telah sesering mungkin memberikan sosialisasi bahkan menjalin kerjasama dengan Kepolisian Buleleng untuk memberikan pemahaman tentang pentingnya mentaati peraturan lalu lintas untuk keselamatan pribadi maupun pengguna jalan lain selama di jalan raya. Selain itu pihak sekolah juga telah menerapkan kebijakan-kebijak yang bersifat membatasi perilaku pelajar yang membawa kendaraan bermotor, diantaranya : membatasi tempat parkir, mengatur lalu lintas di area sekolah pada saat datang dan pulang sekolah, pemeriksaan kelengkapan pelajar, dan sebagainya.

c. Faktor Pergaulan Remaja

Pengaruh lingkungan terhadap remaja sangat besar terutama dalam konteks kultural atau kebudayaan di lingkungan tersebut. Sifat- sifat negatif remaja bisa jadi merupakan hasil pergaulan yang semuanya memberikan pengaruh yang menekan dan memaksa pada pembentukan perilaku yang buruk. Sebagai produknya remaja – remaja tersebut cenderung melanggar peraturan, norma sosial, dan hukum formal. Para remaja menjadi delikuen/jahat sebagai akibat dari transformasi psikologis akibat reaksi terhadap

pengaruh eksternal tersebut (Kartono, 2003: 39). Dengan demikian semakin luas remaja bergaul semakin intensif relasinya dengan anak nakal, akan menjadi semakin lama pula proses berlangsungnya asosiasi deferensial tersebut dan semakin besar pula kemungkinan remaja tadi benar – benar menjadi nakal.

Sebagaimana kondisi di atas, maka peranan orang tua dan sekolah tuntuk menyadarkan, mengingatkan dan mengambalikan kepercayaan remaja tersebut sangat diperlukan. Perlu mendidik remaja agar bersifat formal dan tegas supaya mereka terhindar dari pengaruh-pengaruh yang datang dari lingkungan pergaulan yang kurang baik.

Hasil penelitian peneliti kesadaran hukum berlalu lintas pelajar di SMPN 4 Singaraja dirasa masih rendah. Kesadaran hukum berlalu lintas dapat menimbulkan tingginya tingkat pelanggaran lalu lintas yang terjadi. Permasalahan belum memiliki SIM, tidak dilengkapinya STNK, berboncengan lebih dari dua orang, tidak memakai helm tentu dapat menimbulkan kecelakaan lalu lintas yang membawa dampak bagi pengendara lain atau sesama pengguna jalan.

Tingginya anga pelanggaran di jalan raya yang juga melibatkan pelajar, maka diperlukan berbagai upaya dalam mengatasinya. Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 80 Tahun 2012 Tentang Tata Cara Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan dan Penindakan Pelanggaran Lalu Lintas, pemeriksaan kendaraan bermotor di jalan dapat dilakukan berkala setiap 6 (enam) bulan atau insidental sesuai dengan kebutuhan pemeriksaan kendaraan bermotor di jalan. Berdasarkan hal tersebut, penanggulangan pelanggaran terdiri atas tiga bagian pokok, yakni (Anny Yuserlina, 2019: 343) :

(6)

1. Pre – Emtif: merupakan upaya – upaya awal yang dilakukan oleh pihak kepolisian untuk mencegah terjadinya pelanggaran, dalam hal ini upaya yang dilakukan adalah dengan cara melaksanakan sosialisasi di sekolah-sekolah dengan ceramah, penyuluhan, maupuan upacara. Menurut hasil wawancara hal tersebut sudah efektif dilakukan di SMPN 4 Singaraja sebagai upaya pencegahan yang baik untuk remaja usia dini.

2. Preventif : merupakan tindak lanjut dari upaya pre-emtif. Dalam upaya pre – emtif yang ditekankan adalah menghilangkan kesempatan untuk dilakukannya kejahatan. Dalam hal ini keberadaan polisi pada setiap pos keamanan yang berada di jalan- jalan sangatlah efektif. Selain itu juga dilakukan pengawasan dengan cara swiping yang biasanya dilakukan pada hari-hari tertentu, misalnya operasi Zebra Agung yang dilaksanakan selama 8 hari oleh Satlantas Polres Buleleng. Dengan swiping yang sedemikian sering seharusnya sudah tidak ada lagi pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh anak karena dengan penjagaan yang ketat anak tidak akan berani untuk mengendarai kendaraan. 3. Represif : Upaya ini dilakukan pada saat

telah terjadi pidana atau kejahatan yang tindakannya berupa penegakan hukum dengan menjatuhkan hukuman. Sebagai contoh, apabila polisi menemukan anak di bawah umur yang membawa sepeda motor maka polisi akan memberikan tilag terhadap anak tersebut.

Dengan diadakannya sosialisasi dan pelatihan secara berkala yang diselenggarakan oleh pihak sekolah dan kepolisian Buleleng maka akan memberikan pengetahuan lebih awal sehingga

pelajar lebih tahu dan memahami arti penting saat berlalu lintas. Pemberlakuan sanksi bagi anak dibawah umur merupakan salah satu upaya penegakan hukum agar anak merasakan efek jera sehingga di amsa mendatang tidak mengulangi perilakunya lagi.

SIMPULAN

Kesimpulan yang diperoleh dari pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat “Peningkatan Kesadaran Hukum Tata Dan Tertib Berlalu Lintas Perspektif Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan Bagi Pelajar SMPN 4 Singaraja” adalah :

1. Tingkat partisipasi yang tinggi dari peserta program pengabdian kepada masyarakat yang dihadiri oleh 30 peserta (100%) memberikan dampak yang positif terhadap pelaksanaan program pengabdian kepada masyarakat ini., dapat terlihat dari penyampaian materi umum tentang Aturan dan Tata Tertib berlalu-lintas di jalan raya, keselamatan berkendara berjalan dengan baik. 2. Tingkat pemahaman peserta dalam

program ini yaitu anak-anak sekolah (SMP) meningkat signifikan terhadap pengetahuan umum, aturan dan sanksi berkendara mencapai 92%.

3. Pelaksanaan program ini mampu menghasilkan luaran-luaran yang diharapkan oleh program pengabdian kepada masyarakat, sedangkan kegiatan dengan video tutorial dan video animasi yang akan disebar melalui grup whatshapp peserta, dan evaluasi program masih dalam proses.

Tingginya pastisipasi dan antusiasme peserta program pengabdian kepada masyarakat ini, perlu terus dipertahankan dengan melakukan

(7)

pendampingan bagi anak-anak sekolah yang memasuki usia remaja, yang memerlukan dukungan dari orang tua, teman, kerabat, dan masyarakat untuk dapat mewujudkan program pelopor keselematan berkendara/ berlalu lintas di jalan raya. Sehingga dengan diadakannya program ini dapat membuka kesempatan kembali kepada para orang tua, untuk berkomunikasi yang memiliki peranan penting dalam perkembangan anak-anak, yang memasuki usia remaja, dengan demikian dapat meminimalisir kecelakaan lalu lintas terhadap anak-anak usia remaja.

SARAN

Tingginya pastisipasi dan antusiasme peserta program pengabdian kepada masyarakat ini, perlu terus dipertahankan dengan melakukan pendampingan bagi anak-anak sekolah yang memasuki usia remaja, yang memerlukan dukungan dari orang tua, teman, kerabat, dan masyarakat untuk dapat mewujudkan program pelopor keselematan berkendara/ berlalu lintas di jalan raya. Sehingga dengan diadakannya program ini dapat membuka kesempatan kembali kepada para orang tua, untuk berkomunikasi yang memiliki peranan penting dalam perkembangan anak-anak, yang memasuki usia remaja, dengan demikian dapat meminimalisir kecelakaan lalu lintas terhadap anak-anak usia remaja.

DAFTAR RUJUKAN

Alamsyah. (2003). Tinjauan Kriminologi Pelanggaran Lalu Lintas Yang Dilakukan Oleh Remaja DI Wilayah Hukum Polres Tolitoli. Jurnal Ilmu Hukum Legal

Opinion, 1.

Anny, Y. (2019). Penanggulangan Pelanggaran Lalu Lintas Oleh Satuan Lalu Lintas Polres Bukittinggi Terhadap Pelajar. Jurnal

Cendekia Hukum, 4,No. 2.

Kartini Kartono. 2003. Patologi Sosial 2

“Kenakalan Remaja”. Jakarta: PT.

RajaGrafindo.

http://educatinalwithptkdotnet.files.wordpress.co

m/20 13/01/motivasi.doc .

Desiani, Ratu Ayu Astri. 2019. 8 Hari Operasi Zebra Agung 2019, Polres Buleleng Tindak 680 Pelanggar, Didominasi Pelajar.

https://bali.tribunnews.com/2019/10/31/8- hari-operasi-zebra-agung-2019-polres-

Referensi

Dokumen terkait

Pembuatan Bioetanol dari Mahkota Buah Nenas Varietas Queen dengan Menggunakan Mikroba Saccharomyces cerevisiae.. (Eliciah Furi Ningrum, 2015, 46 Halaman, 5 Tabel, 12 Gambar,

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan karyawan PT Gramedia Asri Media mengenai brand Gramedia. I.4

Kekayaan temuan artefak emas asal Kawasan Percandian Muarajambi merupakan bukti bahwa kawasan ini pernah menjadi bagian penting dalam interaksi budaya dan perkembangan

Without equivalent COUNTER reports from different vendors, customers may question what data they can expect to obtain. Overall, non-COUNTER reports provide additional data that

Berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti kepada 10 responden yang memiliki anak balita bahwa pola asuh ibu dalam perhatian/ dukungan ibu terhadap anak

Setelah dilakukannya audit independen yang selesai pada bulan September tahun 2014, SUR tersebut belum bisa langsung di serah terimakan yang pertama kepada

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi yang akurat tentang Hygiene Sanitasi pada Pedagang Makanan Jajanan Di Lingkungan Sekolah Dasar Di Kecamatan Bongomeme

Sebanyak 1.318 pemilih di kelurahan Purbayan tidak menggunakan hak pilih mereka dalam pemungutan suara pemilihan presiden putaran kedua yang diadakan kemarin.. Banyak