MODUL KEPANITERAAN KLINIK ROTASI II
BAGIAN PSIKIATRI
BAGIAN PSIKIATRI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS PADANG
DAFTAR MODUL
Minggu Topik No
Modul Sub Topik Level Kompetensi Hal
I Gangguan Mental
Organik 1 Delirium 3A 3
Gangguan Psikotik 2 Skizofrenia 3A 7
3 Gangguan Psikotik Lainnya
(Gangguan Psikosis akut) 3A 15
II Gangguan Afektif 4 Gangguan Mania 3A 20
5 Gangguan Depresif 3A 29
6 Gangguan Bipolar 3A 37
III Gangguan Ansietas/
Neurosis 7 Gangguan menyeluruh ansietas 3A 43
8 Gangguan panik 3A 46
9 Gangguan somatoform 4A 50
IV Gangguan mental
emosional pada anak dan remaja
10 Retardasi Mental 3A 53
Gangguan Tidur 11 Insomnia 4A 55
Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif
12 Intoksikasi Akut zat
psikoaktif 3B 59
Adiksi/ Ketergantungan zat
BAGIAN PSIKIATRI
FK UNAND
MODUL I
GANGGUAN MENTAL ORGANIK
TOPIK : GANGGUANMENTAL ORGANIK SUBTOPIK : DELIRIUM Kompetensi : 3A
TUJUAN
PEMBELAJARAN
1. Kognitif
a. Menjelaskan definisi dan kriteria diagnosis Gangguan Mental Organik (terutama delirium) b. Menjelaskan pembagian Gangguan Mental
Organik
c. Menjelaskan etiologi Gangguan Mental Organik d. Menjelaskan pemeriksaan fisik dan psikiatrik
Gangguan Mental Organik
e. Menjelaskan penatalaksanaan Gangguan Mental Organik
f. Menjelaskan prognosis Gangguan Mental Organik 2. Psikomotor
a. Mampu melakukan auto anamnesis dan alloanamnesis
b. Mampu memperoleh data mengenai keluhan/ masalah utama
c. Mampu memperoleh data mengenai riwayat perjalanan penyakit sekarang dan dahulu
d. Mampu memperoleh data bermakna mengenai riwayat perkembangan, pendidikan, pekerjaan, perkawinan dan kehidupan keluarga
e. Mampu menilai status mental: kesadaran, orientasi, intelegensia secara klinis, bentuk dan isi pikiran, mood dan afek, motorik, pengendalian
impuls, kemampuan menilai realita, insight, judgement
f. Mampu menilai kemampuan fungsional (general
assessment of functioning)
g. Mampu menegakkan diagnosis kerja berdasarkan diagnosis multiaksial
h. Mampu membuat diagnosis banding
i. Mampu mengidentifikasi kedaruratan psikiatri j. Mampu mengidentifikasi masalah di bidang fisik,
psikologis dan sosial
k. Mampu memberikan terapi pendahuluan l. Mampu membuat prognosis
m. Mampu menentukan indikasi rujuk
n. Mampu menindaklanjuti setelah kembali dari rujukan
3. Attitute
a. Memperkenalkan diri kepada pasien dan keluarga b. Menjelaskan tujuan wawancara dan pemeriksaan c. Melakukan Rapport
d. Berempati kepada pasien dan keluarga e. Mendengarkan keluhan pasien dan keluarga f. Menghargai pasien dan keluarga
g. Menghargai keputusan keluarga terhadap pasien h. Mengakhiri wawancara
i. Memberikan edukasi kepada keluarga mengenai diagnosis, pengobatan dan prognosis
DEFINISI Merupakan gangguan gangguan yang dikaitkan dengan disfungsi otak secara temporer atau permanen. Disfungsi ini dapat primer, seperti pada penyakit, cidera, dan rudapaksa yang langsung atau diduga mengenai otak, dapat juga sekunder, seperti pada gangguan dan penyakit sistemik yang menyerang otak sebagai salah satu dari beberapa organ atau sistem tubuh. Disebut juga dengan organic brain syndrome, meliputi :
1. Delirium dan demensia
2. Sindrom amnestik dan halusinasi 3. Sindrom waham organik
4. Sindrom afektif organik 5. Sindrom kepribadian organik 6. Intoksikasi dan sindrom putus zat
ETIOLOGI Riwayat perubahan tingkah laku yang timbul akibat disfungsi primer pada otak, seperti pada penyakit, cidera, dan ruda paksa yang langsung atau diduga mengenai otak, atau sekunder, seperti pada gangguan dan penyakit sistemik yang menyerang otak sebagai salah satu dari beberapa organ atau sistem tubuh
PEMERIKSAAN FISIK DAN PSIKIATRI
1.Adanya faktor organik yang dimulai secara etiologik berhubungan dengan gangguan mental itu, atas dasar riwayat, pemeriksaan fisik dan laboratorium
• Penyakit primer pada otak (contoh : stroke, infeksi SSP, trauma kapitis, dll)
• Penyakit sistemis yang secara sekunder mempengaruhi otak (contoh demam tifoid, malaria, sepsis, Gagal ginjal dll)
• Zat toksik yang mempengaruhi otak langsung, atau mempengaruhi dalam jangka waktu panjang
• Sindrom putus zat pada seseorang yang tergantung secara faal
2. Penurunan yang konsisten dari aktivitas (goal directed
activities).
3. Perubahan perilaku emosional : Emosi labil, Euphoria, iritabilitas dan bisa juga apati
4.Tidak bisa mengontrol diri, kebersihan dan tindakan sexual yang tidak sopan
6. Arus pemikiran cepat dan berubah – ubah
7. Gangguan itu demikian parahnya, hingga mengganggu fungsi sosial dan pekerjaan.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang bergantung pada jenis GMO, sesuai dengan saran bagian terkait.
KRITERIA DIAGNOSIS Kriteria Diagnostik untuk Delirium Karena Kondisi Medis Umum:
1. Gangguan kesadaran (yaitu, penurunan kejernihan kesadaran terhadap lingkungan) dengan penurunan kemampuan untuk memusatkan, mempertahankan, atau mengalihkan perhatian. 2. Gangguan timbul setelah suatu periode waktu yang singkat
(biasanya beberapa jam sampai hari dan cenderung berfluktuasi selama perjalanan hari.
3. Perubahan kognisi (seperti defisit daya ingat disorientasi, gangguan bahasa) atau perkembangan gangguan persepsi yang tidak lebih baik diterangkan demensia yang telah ada sebelumnya, yang telah ditegakkan, atau yang sedang timbul. 4. Terdapat bukti-bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik,
atau temuan Iaboratorium bahwa gangguan adalah disebabkan oleh akibat fisiologis langsung dan kondisi medis umum.
DIAGNOSIS KERJA Derlirium
DIAGNOSIS BANDING 1. Skizofrenia 2. Psikosis Akut 3. Gangguan Konversi
TERAPI Bila kondisi medis umum yang mendasari gejala psikiatri belum teratasi, rawat bersama bagian psikiatri dengan bagian terkait di bagian terkait.
Perawatan di bagian psikiatri: bila kondisi medis umum yang mendasari gejala psikiatri telah teratasi oleh bagian terkait.
Terapi:
• Anti ansietas
EDUKASI 1. Penjelasan mengenai penyakit dan hubungannya dengan kondisi medis umum pasien.
2. Rencana perawatan dan terapi.
PROGNOSIS Tergantung kondisi medis umum yang mendasari
DAFTAR PUSTAKA 1. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI. 1993. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III. Cetakan Pertama.
2. Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa. 2012. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Jiwa/Psikiatri.
3. Sadock BJ, Sadock VA. 2003. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry. 10th ed. Philadelphia : Lippincont Williams & Wilkins.
BAGIAN PSIKIATRI FK UNAND
MODUL 2
SKIZOFRENIA
TOPIK :SKIZOFRENIA SKIZOFRENIA SUB TOPIK : KOMPENTENSI : 3A TUJUAN
PEMBELAJARAN 1. Kognitif a. Menjelaskan definisi dan kriteria diagnosis skizofrenia b. Menjelaskan pembagian skizofrenia
c. Menjelaskan etiologi skizofrenia
d. Menjelaskan tanda dan gejala skizofrenia e. Menjelaskan penatalaksanaan skizofrenia f. Menjelaskan prognosis skizofrenia 2. Psikomotor
a. Mampu melakukan auto anamnesis dan alloanamnesis b. Mampu memperoleh data mengenai keluhan/ masalah
utama
c. Mampu memperoleh data mengenai riwayat perjalanan penyakit sekarang dan dahulu
d. Mampu memperoleh data bermakna mengenai riwayat perkembangan, pendidikan, pekerjaan, perkawinan dan kehidupan keluarga
e. Mampu menilai status mental: kesadaran, orientasi, intelegensia secara klinis, bentuk dan isi pikiran, mood dan afek, motorik, pengendalian impuls, kemampuan menilai realita, insight, judgement
f. Mampu menilai kemampuan fungsional (general
assessment of functioning)
diagnosis multiaksial
h. Mampu membuat diagnosis banding
i. Mampu mengidentifikasi kedaruratan psikiatri
j. Mampu mengidentifikasi masalah di bidang fisik, psikologis dan sosial
k. Mampu memberikan terapi pendahuluan l. Mampu membuat prognosis
m. Mampu menentukan indikasi rujuk
k. Mampu menindaklanjuti setelah kembali dari rujukan 3. Attitute
a. Memperkenalkan diri kepada pasien dan keluarga b. Menjelaskan tujuan wawancara dan pemeriksaan c. Melakukan Rapport
d. Berempati kepada pasien dan keluarga e. Mendengarkan keluhan pasien dan keluarga f. Menghargai pasien dan keluarga
g. Menghargai keputusan keluarga terhadap pasien h. Mengakhiri wawancara
i. Memberikan edukasi kepada keluarga mengenai diagnosis, pengobatan dan prognosis
j. Memberikan informed consent kepada keluarga PENGERTIAN Merupakan gangguan jiwa yang berat, yang ditandai dengan distorsi
fikiran dan persepsi yang mendasar dan khas, dan oleh afek yang tidak wajar (inapropriate) atau tumpul (blunted).
Meliputi :
1. Skizofrenia Paranoid 2. Skizofrenia Hebefrenik 3. Skizofrenia Katatonik 4. Skizofrenia tak terinci 5. Depressi pasca skizofrenia
6. Skizofrenia residual 7. Skizofrenia lainnya 8. Skizofrenia YTT ETIOLOGI Faktor Organik :
a. Faktor Genetik
b. Faktor Biokimiawi : - Dopamin - Serotonin - Norepinephrin Faktor Psikososial :
•Konflik Intrapsikik.
•Komunikasi yang patologik. •Interaksi keluarga yang patologik : 1) Adanya dominating figure dalam keluarga.
2) Hub. Suami-istri dalam bentuk permusuhan kronis PEMERIKSAAN
FISIK DAN PSIKIATRI
Status Mental A. Penampilan :
• Kesadaran : kompos mentis
• Cara berpakaian : biasanya poor grooming, tidak rapi atau kotor, kesan tidak dapat mengurus diri
• Sikap: tidak koperatif, bermusuhan B. Psikomotor:
• Agitasi psikomotor, hiperaktivitas/ hiperkinesis, C. Pembicaraaan
Logorrhea (pembicaraan meningkat), kadang-kadang bicara
kacau D. Emosi
• Afek
afek inappropriate/ tidak serasi, afek tumpul, afek yang terbatas, afek datar
• Mood
mood disforik, mood yang iritabel. E. Proses Pikir
1. Gangguan Umum dalam Bentuk Pikiran
2. Gangguan Spesifik dalam Bentuk Pikiran
Kadang-kadang jawaban yang tidak relevan dan asosiasi longgar
3. Gangguan Spesifik dalam Isi Pikiran
Delusi/ waham: waham bizarre, waham persekutorik, waham kebesaran, waham referensi, though of withdrawal, though of broadcasting, though of
insertion, though of control, waham agama.
F. Persepsi • Halusinasi
Halusinasi auditorik ( ), halusinasi visual ( ), halusinasi olfaktorik ( ), halusinasi gustatorik ( ), halusinasi taktil ( ), halusinasi perintah (command halusination),
• Ilusi ( ) G. Tilikan
• Derajat I (penyangkalan) à pasien skizofrenia paranoid • Derajat II (ambigu)
• Derajat III (sadar, melemparkan kesalahan kepada orang/ hal lain):
• Derajat IV ( sadar, tidak mengetahui penyebab) • Derajat V (tilikan intelektual)
• Derajat VI (tilikan emosional sesungguhnya) I. Discriminative Judgement :
• Judgment tes : terganggu • Judgment sosial : terganggu PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Laboratorium rutin.
Pemeriksaan fungsi ginjal dan hepar minimal sekali 6 bulan karena penggunaan obat yang lama akibat perjalanan penyakit yang kronis dan progresif.
KRITERIA DIAGNOSIS
Diagnosis skizofrenia dan skizofrenia paranoid menurut PPDGJ III adalah sebagai berikut :
Walaupun tidak ada gejala yang patognomonik khusus, dalam praktek dan manfaatnya untuk membagi gejala-gejala tersebut ke
dalam kelompok-kelompok yang penting untuk diagnosis dan yang sering terdapat secara bersama-sama, misalnya:2
a. Thought echo, thought insertion atau withdrawal dan thought
broadcasting;
b. Waham dikendalikan (delusion of control), waham dipengaruhi
(delusion of influence) atau passivity yang jelas merujuk pada
pergerakan tubuh atau pergerakan anggota gerak atau pikiran, perbuatan atau perasaan (sensation) khusus; persepsi delusional; c. Suara halusinasi yang berkomentar secara terus-menerus
terhadap perilaku pasien, atau mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri, atau jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh;
d. Waham-waham menetap jenis lain yang menurut budayanya dianggap tidak wajar serta sama sekali mustahil, seperti misalnya mengenai identitas keagamaan atau politik, atau kekuatan dan kemampuan “manusia super” (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan mahluk asing dari dunia lain); e. Halusinasi yang menetap dalam setiap modalitas, apabila disertai
baik oleh waham yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun ide-ide berlebihan (overload ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus-menerus;
f. Arus pikiran yang terputus atau yang mengalami sisipan (interpolasi) yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan atau neologisme;
g. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), sikap tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas serea, negativisme, mutisme dan stupor;
h. Gejala-gejala “negatif” seperti sikap sangat masa bodoh (apatis), pembicaraan yang terhenti, respon emosional yang menumpul
atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;
i. Suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan dari beberapa aspek perilaku perorangan, bermanisfestasi sebagai hilangnya minat, tak bertujuan, sikap malas, sikap berdiam diri (self – absorbed attiude) dan penarikan diri secara sosial.2
Pedoman Diagnostik
Persyaratan yang normal untuk diagnostik skizofrenia ialah harus ada sedikitnya satu gejala tersebut di atas yang amat jelas ( dan biasanya dua gejala atau lebih apabila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas) dari gejala yang termasuk salah satu kelompok gejala (a) sampai (d) tersebut di atas, atau paling sedikit dua gejala dari kelompok (e) sampai (h) yang harus selalu ada secara jelas selama kurun waktu satu bulan atau lebih.2
DIAGNOSIS KERJA
1. Skizofrenia Paranoid 2. Skizofrenia Hebefrenik 3. Skizofrenia Katatonik 4. Skizofrenia tak terinci 5. Depressi pasca skizofrenia 6. Skizofrenia residual 7. Skizofrenia lainnya 8. Skizofrenia YTT DIAGNOSIS
BANDING
1. gangguan mental organik 2. gangguan afektif gejala psikotik TERAPI Ada 3 model pengobatan skizofrenia
1. Somatic therapy ® a.terapi obat
® b.terapi kejang listrik (ECT=electro convulsive therapy) 2.Psikoterapi
® a. berupa tata laksana psikoterapi
® b. psikoterapi formal (dapat diberikan hanya pada kasus yg tenang)
3.Milleu therapy (=terapi lingkungan )
Terapi obat dibagi atas 3 fase : 1. Fase akut
2. Fase stabilisasi : paling sedikit 6 bulan 3. Fase stabil
l serangan I : 6 bulan-2 tahun l serangan II : 2 tahun-5 tahun l serangan III : seumur hidup Obat antipsikotik dibagi atas :
1. OAP tipikal 2.OAP atipikal
Perawatan : jika Membahayakan Lingkungan dan dirinya. Pada keadaan gelisah dapat diberikan :
1. injeksi Chlorpromazine 50-100 mg ( IM ), CPZ tidak dianjurkan untuk usia lanjut dan pasien dengan penyakit kondisi medis umum.
2. injeksi haloperidol 5 mg ( IM ) 3. injeksi olanzapin 10mg (IM) 4. injeksi aripiprazole 9,75mg (IM)
Terapi Oral : Antipsikotik tipikal atau Antipsikotik atipikal • Chlorpromazin 3 x 100 – 200 mg/ hari - po. • Haloperidol 3 x 1,5 – 5 mg / hr – po • Trifluoperazine 3 x 5 – 10 mg / hr – po
• Risperidone 2 x 1 – 3mg/hr – po (naikkan dosis dengan titrasi
• Olanzapin 5-10mg/hari
• Quetiapin: tab SR 200-400mg/hari – po
Pengobatan dapat digabungkan dengan antipsikotik injeksi jangka panjang (long acting), setiap 2-4 minggu.
Electro Convulsive Therapy - Diberikan pada pasien :
• Tidak mau / menolak makan • Sangat gelisah sekali
• Apabila tidak menunjukkan kemajuan setelah 10 hari pengobatan psikofarmaka.
- Pelaksanaan ECT mempedomani PPK ECT
Psikoterapi : bila gejala psikotik hilang, pasien mulai tenang, dapat dilakukan psikoterapi keluarga, individu, CBT dll
Gejala Ekstrapiramidal :
Trihexipenidil 2x2mg selama 2-6 hari
Gejala ekstrapiramidal akut : injeksi Sulfas Atropin 0,25-0,5 mg (IM) EDUKASI 1. Penjelasan mengenai penyakit pasien.
2. Rencana perawatan dan terapi. PROGNOSIS Quo ad Vitam : Dubia ad malam
Quo ad Sanationam : Dubia ad malam Quo ad Fungsionam : Dubia ad malam DAFTAR
PUSTAKA
1. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI. 1993. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III. Cetakan Pertama.
2. Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa. 2012. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Jiwa/Psikiatri.
3. Sadock BJ, Sadock VA. 2003. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry. 10th ed. Philadelphia : Lippincont Williams & wilkins,
BAGIAN PSIKIATRI FK UNAND
MODUL III
GANGGUAN PSIKOTIK AKUT DAN
SEMENTARA
TOPIK : GANGGUAN
PSIKOSIS LAINNYA SUB TOPIK : GANGGUAN PSIKOSIS AKUT DAN SEMENTARA
KOMPETENSI : 3A
TUJUAN
PEMBELAJARAN
1. Kognitif
a. Menjelaskan definisi dan kriteria diagnosis Gangguan
Psikosis akut dan sementara
b. Menjelaskan pembagian Gangguan Psikosis akut dan sementara
c. Menjelaskan etiologi Gangguan Psikosis akut dan sementara
d. Menjelaskan pemeriksaan fisik dan psikiatrik Gangguan psikosis akut dan sementara
e. Menjelaskan penatalaksanaan Gangguan Psikosis akut dan sementara
f. Menjelaskan prognosis Gangguan Psikosis akut dan sementara
2. Psikomotor
a. Mampu melakukan auto anamnesis dan alloanamnesis
b. Mampu memperoleh data mengenai keluhan/ masalah utama
c. Mampu memperoleh data mengenai riwayat perjalanan penyakit sekarang dan dahulu
d. Mampu memperoleh data bermakna mengenai riwayat perkembangan, pendidikan, pekerjaan, perkawinan dan kehidupan keluarga
e. Mampu menilai status mental: kesadaran, orientasi, intelegensia secara klinis, bentuk dan isi pikiran, mood dan afek, motorik, pengendalian impuls, kemampuan menilai realita, insight, judgement
f. Mampu menilai kemampuan fungsional (general
assessment of functioning)
g. Mampu menegakkan diagnosis kerja berdasarkan diagnosis multiaksial
h. Mampu membuat diagnosis banding
i. Mampu mengidentifikasi kedaruratan psikiatri j. Mampu mengidentifikasi masalah di bidang fisik,
psikologis dan sosial
k. Mampu memberikan terapi pendahuluan l. Mampu membuat prognosis
m. Mampu menentukan indikasi rujuk
l. Mampu menindaklanjuti setelah kembali dari rujukan
3. Attitute
a. Memperkenalkan diri kepada pasien dan keluarga b. Menjelaskan tujuan wawancara dan pemeriksaan c. Melakukan Rapport
e. Mendengarkan keluhan pasien dan keluarga f. Menghargai pasien dan keluarga
g. Menghargai keputusan keluarga terhadap pasien h. Mengakhiri wawancara
i. Memberikan edukasi kepada keluarga mengenai diagnosis, pengobatan dan prognosis
j. Memberikan informed consent kepada keluarga PENGERTIAN Psikotik akut didefinisikan sebagai suatu perubahan dari keadaan
tanpa gejala psikotik ke keadaan psikotik yang jelas yang terjadi dalam periode 2 minggu atau kurang.
Gangguan psikosis akut dan sementara adalah sekelompok gangguan jiwa yang :
Meliputi :
1. Gangguan Psikotik Polimorfik akut tanpa gejala Skizofrenia
2. Gangguan Psikotik Polimorfik akut dengan gejala Skizofrenia
3. Gangguan Psikotik lir Skizofrenia akut.
4. Gangguan Psikotik akut lainnya dengan predominan wahana.
5. Gangguan Psikotik akut dan sementara lainnya 6. Gangguan Psikotik akut dan sementara YTT
ETIOLOGI Penyebabnya belum diketahui secara pasti, tapi sebagian besar di jumpai pada pasien dengan gangguan kepribadian mungkin memiliki kerentanan biologis atau psikologis terhadap perkembangan gejala psikotik. Satu atau lebih faktor stres berat, seperti peristiwa traumatis, konflik keluarga, masalah pekerjaan, kecelakaan, sakit parah, kematian orang yang dicintai, dan status imigrasi tidak pasti, dapat memicu psikosis reaktif singkat. Beberapa studi mendukung kerentanan genetik untuk gangguan psikotik singkat.
PEMERIKSAAN FISIK DAN PSIKIATRI
Status Mental A. Penampilan :
• Kesadaran : kompos mentis
• Cara berpakaian : biasanya tidak rapi, kesan tidak dapat mengurus diri
• Sikap: tidak koperatif B. Psikomotor:
• Agitasi psikomotor, hiperaktivitas/ hiperkinesis, C. Pembicaraaan
Logorrhea (pembicaraan meningkat), kadang-kadang
bicara kacau D. Emosi
• Afek
afek inappropriate/ tidak serasi, afek yang terbatas, afek labil
• Mood
mood disforik, mood yang iritabel, mood labil E. Proses Pikir
4. Gangguan Umum dalam Bentuk Pikiran
Gangguan mental, psikosis, tes realitas terganggu 5. Gangguan Spesifik dalam Bentuk Pikiran
Kadang-kadang jawaban yang tidak relevan 6. Gangguan Spesifik dalam Isi Pikiran
Delusi/ waham:, waham persekutorik, waham kebesaran, waham referensi, waham agama dan lain lain
F. Persepsi • Halusinasi
Halusinasi auditorik ( ), halusinasi visual ( ), halusinasi olfaktorik ( ), halusinasi gustatorik ( ), halusinasi taktil ( ), halusinasi perintah (command halusination),
• Ilusi ( ) G. Tilikan
• Derajat I (penyangkalan) à pasien skizofrenia paranoid • Derajat II (ambigu)
• Derajat III (sadar, melemparkan kesalahan kepada orang/ hal lain):
• Derajat IV ( sadar, tidak mengetahui penyebab) • Derajat V (tilikan intelektual)
• Derajat VI (tilikan emosional sesungguhnya) I. Discriminative Judgement :
• Judgment sosial : terganggu PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Laboratorium rutin
KRITERIA DIAGNOSIS Gangguan Psikotik Polimorfik Akut tanpa Gejala Skizofrenia (a) Onset harus akut (dari suatu keadaan non psikotik sampai
keadaan psikotik yang jelas dalam kurun waktu 2 minggu atau kurang);
(b) Harus ada beberapa jenis halusinasi atau waham yang berubah dalam jenis dan intensitasnya dari hari ke hari atau dalam hari yang sama ;
(c) Harus ada keadaan emosional yang beranekaragamnya ; (d) Walaupun gejala-gejalanya beraneka ragam, tidak satupun
dari gejala itu ada secara cukup konsisten dapat memenuhi kriteria skizofrenia atau episode manik atau episode depresif.
Gangguan Psikotik Polimorfik Akut dengan Gejala Skizofrenia (a) Memenuhi kriteria yang khas untuk gangguan psikotik
polimorfik akut
(b) Disertai gejala-gejala yang memenuhi kriteria untuk diagnosis Skizofrenia yang harus sudah ada untuk sebagian besar waktu sejak munculnya gambaran klinis psikotik itu secara jelas.
(c) Apabila gejala-gejala skizofrenia menetap untuk lebih dari 1 bulan maka diagnosis harus diubah menjadi skizofrenia.
DIAGNOSIS KERJA Gangguan Psikotik Akut
DIAGNOSIS BANDING 1. Skizofrenia
2. Gangguan mental organik
3. Gangguan afektif bipolar dengan gejala psikotik 4. Episode depresif berulang dengan gejala psikotik
TERAPI Perawatan : Jika Membahayakan Lingkungan dan dirinya.
Pada keadaan gelisah dapat diberikan :
1. injeksi Chlorpromazine 50-100 mg ( IM ), CPZ tidak dianjurkan untuk usia lanjut dan pasien dengan penyakit kondisi medis umum.
2. injeksi haloperidol 5 mg ( IM ) 3. injeksi olanzapin 10mg (IM) 4. injeksi aripiprazole 9,75mg (IM)
Terapi Oral : Antipsikotik atipikal atau antipsikotik tipikal • Chlorpromazin 3 x 100 – 200 mg/ hari - po. • Haloperidol 3 x 1,5 – 5 mg / hr – po • Trifluroperazin 3 x 5 – 10 mg / hr – po
• Risperidone 2 x 1 – 3mg/hr – po (naikkan dosis dengan titrasi)
• Olanzapin 5-10mg/hari – po
• Quetiapin: tab SR 200-400mg/hari – po • Dan lain-lain
Electro Convulsive Therapi - Diberikan pada pasien :
• Ada ide bunuh diri atau membunuh orang lain • Tidak mau / menolak makan
• Sangat gelisah sekali
• Apabila tidak menunjukkan kemajuan setelah 10 hari pengobatan psikofarmaka.
- Pelaksanaan ECT mempedomani PPK ECT Psikoterapi
Gejala Ekstrapiramidal :
Trihexipenidil 2x2mg selama 2-6 hari
Gejala ekstrapiramidal akut : injeksi Sulfas Atropin 0,25-0,5 mg (IM)
EDUKASI 1. Penjelasan mengenai penyakit pasien. 2. Rencana perawatan dan terapi. PROGNOSIS Quo ad Vitam : Dubia ad bonam
Quo ad Sanationam : Dubia ad bonam Quo ad Fungsionam : Dubia ad bonam
DAFTAR PUSTAKA 1. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI. 1993. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III. Cetakan Pertama.
2. Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa. 2012. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Jiwa/Psikiatri.
3. Sadock BJ, Sadock VA. 2003. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry. 10th ed. Philadelphia : Lippincont Williams & wilkins,
BAGIAN PSIKIATRI FK UNAND
MODUL 4
GANGGUAN AFEKTIF MANIK
TOPIK: GANGGUAN
AFEKTIF
SUBTOPIK : GANGGUAN
AFEKTIF MANIK KOMPETENSI : 3A
TUJUAN
PEMBELAJARAN
1. Kognitif
a. Menjelaskan definisi dan kriteria diagnosis Gangguan afektif manik
b. Menjelaskan pembagian Gangguan afektif manik c. Menjelaskan etiologi Gangguan afektif manik
d. Menjelaskan tanda dan gejala Gangguan afektif manik e. Menjelaskan penatalaksanaan Gangguan afektif manik f. Menjelaskan prognosis Gangguan afektif manik 2. Psikomotor
a. Mampu melakukan auto anamnesis dan alloanamnesis b. Mampu memperoleh data mengenai keluhan/ masalah
utama
c. Mampu memperoleh data mengenai riwayat perjalanan penyakit sekarang dan dahulu
d. Mampu memperoleh data bermakna mengenai riwayat perkembangan, pendidikan, pekerjaan, perkawinan dan kehidupan keluarga
e. Mampu menilai status mental: kesadaran, orientasi, intelegensia secara klinis, bentuk dan isi pikiran, mood dan afek, motorik, pengendalian impuls, kemampuan menilai realita, insight, judgement
f. Mampu menilai kemampuan fungsional (general
assessment of functioning)
g. Mampu menegakkan diagnosis kerja berdasarkan diagnosis multiaksial
h. Mampu membuat diagnosis banding
i. Mampu mengidentifikasi kedaruratan psikiatri
j. Mampu mengidentifikasi masalah di bidang fisik, psikologis dan sosial
k. Mampu memberikan terapi pendahuluan l. Mampu membuat prognosis
m. Mampu menentukan indikasi rujuk
m. Mampu menindaklanjuti setelah kembali dari rujukan 3. Attitute
a. Memperkenalkan diri kepada pasien dan keluarga b. Menjelaskan tujuan wawancara dan pemeriksaan c. Melakukan Rapport
d. Berempati kepada pasien dan keluarga e. Mendengarkan keluhan pasien dan keluarga f. Menghargai pasien dan keluarga
h. Mengakhiri wawancara
i. Memberikan edukasi kepada keluarga mengenai diagnosis, pengobatan dan prognosis
j. Memberikan informed consent kepada keluarga
PENGERTIAN Gangguan afektif manik adalah gangguan mental dimana yang menonjol adalah peningkatan suasana perasaan dan peningkatan dalam jumlah dan kecepatan aktivitas fisik dan mental.
Meliputi :
1. Hipomania
2. Mania tanpa gejala psikotik 3. Mania dengan gejala psikotik 4. Episode manik lainnya 5. Episode manik YTT 1. Hipomania
§Derajat ringan dan mania
§Afek meninggi dan meningkatkan aktifitas menetap beberapa hari berturut-turut.
§Tidak begitu mengganggu aktifitas sehari-hari 2. Mania Tanpa Gejala psikotik
§Episode berlangsung minimal satu minggu
§Afek meninggi dan peningkatan aktifitas, bicara banyak dan cepat, kebutuhan tidur kurang, ide-ide kebesaran dan terlalu optimistic §Mengganggu aktifitas sehari-hari
3. Mania Dengan Gejala Psikotik
§ Gambaran menyerupai mania tanpa gejala psikotik
§ Ditemukan waham kejar, waham dan halusinasi sesuai dengan keadaan afek yang meningkat.
ANAMNESIS Riwayat perubahan tingkah laku dengan meningkatnya suasana alam perasaan, cenderung gembira berlebihan, disertai peningkatan dalam jumlah dan kecepatan aktivitas fisik dan mental.
PEMERIKSAAN FISIK DAN PSIKIATRI
A. Penampilan :
• Kesadaran : kompos mentis
• Cara berpakaian : biasanya berpakaian menyolok, dadanan berlebihan
B. Psikomotor:
• Hiperaktivitas/ hiperkinesis, C. Pembicaraaan
Produktivitas kata, perbendaharaan bahasa dan nada suara meningkat
D. Emosi • Afek
afek inappropriate/ tidak serasi • Mood
mood disforik, moodelevated E. Proses Pikir
7. Gangguan Umum dalam Bentuk Pikiran
Gangguan mental, psikosis (bisa ada/tidak), tes realitas terganggu/ tidak
8. Gangguan Spesifik dalam Bentuk Pikiran
Kadang-kadang jawaban yang tidak relevan dan asosiasi longgar
9. Gangguan Spesifik dalam Isi Pikiran
Delusi/ waham: waham kebesaran, waham persekutorik, waham referensi
F. Persepsi
• Halusinasi (bisa ada/ tidak)
Halusinasi auditorik ( ), halusinasi visual ( ), halusinasi olfaktorik ( ), halusinasi gustatorik ( ), halusinasi taktil ( ), halusinasi perintah (command halusination),
• Ilusi ( ) G. Tilikan
• Derajat I (penyangkalan) à pasien skizofrenia paranoid • Derajat II (ambigu)
• Derajat III (sadar, melemparkan kesalahan kepada orang/ hal lain): • Derajat IV ( sadar, tidak mengetahui penyebab)
• Derajat V (tilikan intelektual)
• Derajat VI (tilikan emosional sesungguhnya) I. Discriminative Judgement :
• Judgment tes : terganggu • Judgment sosial : terganggu
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium rutin
Fungsi ginjal jika direncanakan untuk mendapat terapi Lithium Carbonat KRITERIA
DIAGNOSIS
Menurut PPDGJ-III
F. 30 Episode Manik
Kesamaan karakteristik dalam afek yang meningkat, disertai peningkatan dalam jumlah dan kecepatan aktivitas fisik dan mental, dalam berbagai derajat keparahan. Kategori ini hanya untuk satu episode manik tunggal (yang pertama), termasuk gangguan afektif bipolar, episode manik tunggal. Jika ada episode afektif (depresi, manik atau hipomanik) sebelumnya atau sesudahnya, termasuk gangguan afektif
bipolar. Menurut DSM-IV-TR
Pedoman diagnostik episode manik:
a. Periode terpisah mood yang secara abnormal dan persisten meningkat, ekspansif, atau iritabel yang berlangsung hingga setidaknya 1 minggu (atau berapa pun lama waktunya jika memerlukan rawat inap).
b. Selama periode gangguan mood, tiga (atau lebih) gejala berikut telah ada (empat gejala jika mood hanya iritabel) dan signifikan:
1) Harga diri membumbung atau rasa kebesaran
2) Berkurangnya kebutuhan tidur (merasa telah beristirahat setelah tidur hanya 3 jam)
3) Lebih banyak berbicara daripada biasanya atau ada tekanan untuk terus berbicara
4) Flight of ideas atau pengalaman subjektif bahwa
pikirannya saling berlomba
5) Perhatian mudah teralih (perhatian terlalu mudah ditarik ke stimulus eksternal yang tidak penting dan tidak relevan) 6) Meningkatnya aktivitas yang berorientasi tujuan (baik
secara sosial, di tempat kerja atau sekolah, maupun secara seksual) atau agitasi psikomotor
7) Keterlibatan yang berlebihan di dalam aktivitas yang menyenangkan dan berpotensi tinggi memiliki akibat menyakitkan (terlibat di dalam kegiatan berbelanja yang tidak bisa ditahan, tindakan seksual yang tidak bijaksana, atau investasi bisnis yang bodoh)
c. Gejala tidak memeuhi kriteria episode campuran.
d. Gangguan mood cukup berat hingga menyebabkan hendaya nyata fungsi pekerjaan maupun aktivitas atau hubungan sosial yang biasa dengan orang lain, atau memerlukan rawat inap untuk mencegah mencelakakan diri sendiri atau orang lain, atau terdapat ciri psikotik.
e. Gejala tidak disebabkan pengaruh fisiologis langsung suatu zat
atau kondisi medis umum.
1.2 Kriteria Diagnostik Gangguan Bipolar Menurut PPDGJ-III
F31 Gangguan Afek bipolar
• Gangguan ini tersifat oleh episode berulang (sekurang-kurangnya
dua episode) dimana afek pasien dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu, pada waktu tertentu terdiri dari peningkatan afek disertai penambahan energi dan aktivitas (mania atau hipomania), dan pada waktu lain berupa penurunan afek disertai pengurangan energi dan aktivitas (depresi). Yang khas adalah bahwa biasanya ada penyembuhan sempurna antar episode. Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsung antara 2 minggu sampai 4-5 bulan, episode depresi cenderung berlangsung lebih lama (rata-rata sekitar 6 bulan) meskipun jarang melebihi 1 tahun kecuali pada orang usia lanjut. Kedua macam episode itu seringkali terjadi setelah peristiwa hidup yang penuh stress atau trauma mental lainnya (adanya stres tidak esensial untuk penegakan diagnosis).
• Termasuk: gangguan atau psikosis manik-depresif
• Tidak termasuk: Gangguan bipolar, episode manic tunggal (F30)
F31.1 Gangguan afektif Bipolar, Episode kini Manik Tanpa Gejala Psikotik
• Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria
untuk mania tanpa gejala psikotik (F30.1); dan
• Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif
lain (hipomanik, manik, depresif, atau campuran) di masa lampau.
psikotik
• Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria
untuk mania dengan gejala psikotik (F30.2); dan
• Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif
lain (hipomanik, manik, depresif atau campuran) di masa lampau
DIAGNOSIS KERJA
1. Hipomania
2. Mania tanpa gejala psikotik 3. Mania dengan gejala psikotik 4. Episode manik lainnya 5. Episode manik YTT DIAGNOSIS
BANDING
1. Skizoafektif tipe manik 2. Gangguan afektif bipolar TERAPI
Mania Dengan Gejala Psikotik ; Regimen mania ditambah dengan :
• Chlorpromazin 3 x 100 – 200 mg/ hari – po. • Haloperidol 3 x 1,5 – 5 mg / hr – po
• trifluoperasin 3 x 5 – 10 mg / hr – po
• Risperidone 2 x 1 – 3mg/hr – po (naikkan dosis dengan titrasi) • Olanzapin 5-10mg/hari
• Quetiapin: tab SR 200-400mg/hari – po Pada keadaan gelisah dapat diberikan :
1. injeksi Chlorpromazine 50-100 mg ( IM ), CPZ tidak dianjurkan untuk usia lanjut dan pasien dengan penyakit kondisi medis umum.
2. injeksi haloperidol 5 mg ( IM ) 3. injeksi olanzapin 10mg (IM) 4. injeksi aripiprazole 9,75mg (IM) Electro Convulsive Therapi
- Diberikan pada pasien :
• Ada ide bunuh diri atau membunuh orang lain • Tidak mau / menolak makan
• Sangat gelisah sekali
• Apabila tidak menunjukkan kemajuan setelah 10 hari pengobatan psikofarmaka.
- Pelaksanaan ECT mempedomani PPK ECT EDUKASI 1. Penjelasan mengenai penyakit pasien.
2. Rencana perawatan dan terapi. PROGNOSIS Quo ad Vitam : Dubia ad bonam
Quo ad Sanationam : Dubia ad bonam Quo ad Fungsionam : Dubia ad bonam DAFTAR
PUSTAKA
1. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI. 1993. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III. Cetakan Pertama.
2. Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa. 2012. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Jiwa/Psikiatri.
3. Sadock BJ, Sadock VA. 2003. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry. 10th ed. Philadelphia : Lippincont Williams & wilkins,
BAGIAN PSIKIATRI FK UNAND
MODUL 5
EPISODE DEPRESIF
TOPIK : GANGGUAN
AFEKTIF SUBTOPIK: EPISODE DEPRESIF
KOMPETENSI: 3A
TUJUAN
PEMBELAJARAN
1. Kognitif
a. Menjelaskan definisi dan kriteria diagnosis episode depresif
b. Menjelaskan pembagian episode depresif c. Menjelaskan etiologi episode depresif
d. Menjelaskan tanda dan gejala episode depresif e. Menjelaskan penatalaksanaan episode depresif f. Menjelaskan prognosis episode depresif 2. Psikomotor
a. Mampu melakukan auto anamnesis dan alloanamnesis
b. Mampu memperoleh data mengenai keluhan/ masalah utama
c. Mampu memperoleh data mengenai riwayat perjalanan penyakit sekarang dan dahulu
d. Mampu memperoleh data bermakna mengenai riwayat perkembangan, pendidikan, pekerjaan, perkawinan dan kehidupan keluarga
e. Mampu menilai status mental: kesadaran, orientasi, intelegensia secara klinis, bentuk dan isi pikiran, mood dan afek, motorik, pengendalian impuls, kemampuan menilai realita, insight, judgement
f. Mampu menilai kemampuan fungsional (general
assessment of functioning)
g. Mampu menegakkan diagnosis kerja berdasarkan diagnosis multiaksial
h. Mampu membuat diagnosis banding
i. Mampu mengidentifikasi kedaruratan psikiatri j. Mampu mengidentifikasi masalah di bidang fisik,
psikologis dan sosial
k. Mampu memberikan terapi pendahuluan l. Mampu membuat prognosis
m. Mampu menentukan indikasi rujuk
n. Mampu menindaklanjuti setelah kembali dari rujukan
3. Attitute
a. Memperkenalkan diri kepada pasien dan keluarga b. Menjelaskan tujuan wawancara dan pemeriksaan c. Melakukan Rapport
d. Berempati kepada pasien dan keluarga e. Mendengarkan keluhan pasien dan keluarga f. Menghargai pasien dan keluarga
g. Menghargai keputusan keluarga terhadap pasien h. Mengakhiri wawancara
i. Memberikan edukasi kepada keluarga mengenai diagnosis, pengobatan dan prognosis
j. Memberikan informed consent kepada keluarga PENGERTIAN Merupakan gangguan mental dimana yang menonjol adalah
suasana perasaan yang depresif, kehilangan minat dan kegembiraan, dan berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan berkurang nya aktifitas. Meliputi :
1. Episode depresif ringan 2. Episode depresif sedang
3. Episode depresif berat tanpa gejala psikotik 4. Episode depresif berat dengan gejala psikotik
ANAMNESIS Riwayat perubahan tingkah laku dengan suasana perasaan yang depresif, kehilangan minat dan kegembiraan, dan berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan berkurang nya aktifitas.
PEMERIKSAAN FISIK DAN PSIKIATRI
Pemeriksaan Psikiatri Khusus A. Penampilan :
• Kesadaran : kompos mentis
• Cara berpakaian : biasanya poor grooming, tidak rapi, kesan tidak dapat mengurus diri
• Sikap: koperatif, pasif B. Psikomotor:
• hipoaktif C. Pembicaraaan
Produktivitas pembicaraan menurun, perbendaharaan menurun, nada melemah
D. Emosi • Afek afek appropiate • Mood mood depresif E. Proses Pikir
10. Gangguan Umum dalam Bentuk Pikiran
Gangguan mental, psikosis (+), psikosis (-), tes realitas terganggu/ tidak
11. Gangguan Spesifik dalam Bentuk Pikiran Tidak ada
12. Gangguan Spesifik dalam Isi Pikiran Delusi/ waham: waham nihilistik (bila psikotik). F. Persepsi
• Halusinasi (bila psikotik)
Halusinasi auditorik ( ), halusinasi visual ( ), halusinasi olfaktorik ( ), halusinasi gustatorik ( ), halusinasi taktil ( ), halusinasi perintah (command halusination),
• Ilusi ( ) G. Tilikan
• Derajat I (penyangkalan) à pasien skizofrenia paranoid • Derajat II (ambigu)
• Derajat III (sadar, melemparkan kesalahan kepada orang/ hal lain):
• Derajat IV ( sadar, tidak mengetahui penyebab) • Derajat V (tilikan intelektual)
• Derajat VI (tilikan emosional sesungguhnya) I. Discriminative Judgement :
• Judgment tes : terganggu • Judgment sosial : terganggu PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Laboratorium rutin KRITERIA DIAGNOSIS Menurut PPDGJ III
EPISODE DEPRESIF (F32)
· Gejala Utama:
1. Afek depresif
2. Kehilangan minat dan kegembiraan, dan
3. Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas.
· Gejala lainnya :
a) Konsentrasi dan perhatian berkurang b) Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
c) Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna d) Pandangan masa depan yang suram dan
pesimistis
e) Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
f) Tidur terganggu
g) Nafsu makan berkurang
• Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan masa sekurang-kurangnya 2 minggu untuk penegakkan diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat.
• Kategori diagnosis episode depresif ringan (F32.0), sedang (F32.1), dan berat (F32.2) hanya digunakan untuk episode depresi tunggal (yang pertama). Episode depresif berikutnya harus diklasifikasi di bawah salah satu diagnosis gangguan depresif berulang (F33.-)
EPISODE DEPRESIF RINGAN (F32.0) Pedoman Diagnostik
1) Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti tersebut di atas
2) Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya : (a) sampai dengan (g) tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya
3) Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu
4) Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa dilakukannya
Karakter kelima : F32.00 = Tanpa gejala somatik F32.01 = Dengan gejala somatik
EPISODE DEPRESI SEDANG (F32.1)
(1) Sekurang-kurangnya harus ada 2 dan 3 gejala utama
(2) Ditambah sekurang-kurangnya 3 atau 4 dari gejala lainnya
(3) Lamanya seluruh episode berlangsung minimum 2 minggu(4) Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan, dan urusanrumah tangga.
EPISODE DEPRESI BERAT (F32.2)
(1) Semua 3 gejala utama depresi harus ada
(2) Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya dan beberapa diantaranya harus berintensitas berat
(3) Bila ada gejala penting (misalnya retardasi psikomotor) yang menyolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan banyak gejalanya secara rinci. Dalam hal demikian, penilaian secara menyeluruh terhadap episode depresi berat masih dapat dibenarkan.
(4) Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat terbatas
EPISODE DEPRESI BERAT DENGAN GEJALA PSIKOTIK (F32.3)
• Episode depresi berat yang memenuhi kriteria (F.32.2) tersebut di atas, disertai waham, halusinasi atau stupor depresi.
§
DIAGNOSIS KERJA 1. Episode depresif ringan 2. Episode depresif sedang
3. Episode depresif berat tanpa gejala psikotik 4. Episode depresif berat dengan gejala psikotik DIAGNOSIS BANDING 1. Skizoafektif tipe depresi
2. Gangguan afektif bipolar
TERAPI Perawatan : Bila membahayakan lingkungan dan dirinya Untuk Episode Depresi :
Regimen I : SSRI
- Fluoxetin 10-40 mg/hr – po - Sertralin 50-100mg/hr – po
diberikan pada usia >45 tahun dan atau dengan gangguan jantung.
Regimen III : Maprotilin 25-50 mg/hr – po dalam dosis terbagi Untuk Episode Depresi Berat Dengan Gejala Psikotik: Regimen antidepresi ditambah dengan : Antipsikotik per oral Pada keadaan gelisah dapat diberikan : Injeksi
Electro Convulsive Therapi - Diberikan pada pasien :
• Ada ide bunuh diri atau membunuh orang lain • Tidak mau / menolak makan
• Sangat gelisah sekali
• Apabila tidak menunjukkan kemajuan setelah 10 hari pengobatan psikofarmaka.
- Pelaksanaan ECT mempedomani PPK ECT
Psikoterapi : bila gejala psikotik hilang, pasien mulai tenang, dapat dilakukan psikoterapi keluarga, individu, CBT dll
Gejala Ekstrapiramidal :
Trihexipenidil 2x2mg selama 2-6 hari
Gejala ekstrapiramidal akut : injeksi Sulfas Atropin 0,25-0,5 mg (IM)
EDUKASI 1. Penjelasan mengenai penyakit pasien. 2. Rencana perawatan dan terapi. PROGNOSIS Quo ad Vitam : Dubia ad bonam
Quo ad Sanationam : Dubia ad bonam Quo ad Fungsionam : Dubia ad bonam
DAFTAR PUSTAKA 1. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI. 1993. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III. Cetakan Pertama.
2. Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa. 2012. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Jiwa/Psikiatri.
Psychiatry. 10th ed. Philadelphia : Lippincont Williams & wilkins,
BAGIAN PSIKIATRI FK UNAND
MODUL 6
GANGGUAN AFEKTIF BIPOLAR
TOPIK : GANGGUAN
AFEKTIF
SUBTOPIK : GANGGUAN
AFEKTIF BIPOLAR KOMPETENSI : 3A
TUJUAN
PEMBELAJARAN
1. Kognitif
a. Menjelaskan definisi dan kriteria diagnosis Gangguan Afektif Bipolar
b. Menjelaskan pembagian Gangguan Afektif Bipolar c. Menjelaskan etiologi Gangguan Afektif Bipolar
d. Menjelaskan pemeriksaan fisik dan psikiatrik Gangguan Afektif Bipolar
e. Menjelaskan penatalaksanaan Gangguan Afektif Bipolar Menjelaskan prognosis Gangguan Afektif Bipolar 2. Psikomotor
a. Mampu melakukan auto anamnesis dan alloanamnesis b. Mampu memperoleh data mengenai keluhan/ masalah
utama
c. Mampu memperoleh data mengenai riwayat perjalanan penyakit sekarang dan dahulu
d. Mampu memperoleh data bermakna mengenai riwayat perkembangan, pendidikan, pekerjaan, perkawinan dan kehidupan keluarga
e. Mampu menilai status mental: kesadaran, orientasi, intelegensia secara klinis, bentuk dan isi pikiran, mood dan afek, motorik, pengendalian impuls, kemampuan menilai realita, insight, judgement
f. Mampu menilai kemampuan fungsional (general
assessment of functioning)
g. Mampu menegakkan diagnosis kerja berdasarkan diagnosis multiaksial
h. Mampu membuat diagnosis banding
i. Mampu mengidentifikasi kedaruratan psikiatri
j. Mampu mengidentifikasi masalah di bidang fisik, psikologis dan sosial
k. Mampu memberikan terapi pendahuluan l. Mampu membuat prognosis
m. Mampu menentukan indikasi rujuk
o. Mampu menindaklanjuti setelah kembali dari rujukan 3. Attitute
a. Memperkenalkan diri kepada pasien dan keluarga b. Menjelaskan tujuan wawancara dan pemeriksaan c. Melakukan Rapport
d. Berempati kepada pasien dan keluarga e. Mendengarkan keluhan pasien dan keluarga f. Menghargai pasien dan keluarga
h. Mengakhiri wawancara
i. Memberikan edukasi kepada keluarga mengenai diagnosis, pengobatan dan prognosis
j. Memberikan informed consent kepada keluarga
PENGERTIAN Gangguan afektif adalah gangguan mental dimana yang menonjol adalah gangguan afek yang mempengaruhi fungsi kognisi psikomotor. Gangguan Afektif dapat terjadi secara bipolar atau unipolar. Gangguan afektif bipolar bersifat episode berulang (sekurang-kuranya 2 episode), pada waktu tertentu terjadi peningkatan afek (Mania/Hiponia), dan waktu lain berupa penurunan afek (Depresi). Yang khas ada penyembuhan sempurna antar episode.
Episode Manik (kriteria mengikuti PPK gangguan afektif manik) : Biasanya mulai tiba-tiba berlangsung antara 2 minggu sampai 4-5 bulan
Episode Depresi (kriteria mengikuti PPK episode depresi) : Bisa Berlangsung lebih lama ( ± 6 bulan ).
Meliputi :
1. Gangguan afektif bipolar episode kini hipomanik
2. Gangguan afektif bipolar episode kini manik tanpa gejala psikotik 3. Gangguan afektif bipolar episode kini manik dengan gejala psikotik 4. Gangguan afektif bipolar episode kini depresi ringan atau sedang 5. Gangguan afektif bipolar episode kini depressi berat tanpa gejala
psikotik
6. Gangguan afektif bipolar episode kini depressi berat dengan gejala psikotik
7. Gangguan afektif bipolar episode kini campuran 8. Gangguan afektif bipolar saat ini remisi
9. Gangguan afektif bipolar lainnya 10. Gangguan afektif bipolar YTT
ANAMNESIS Riwayat perubahan tingkah laku yang berulang (sekurang-kuranya 2 episode), pada waktu tertentu terjadi peningkatan afek (Mania/Hipomania),
dan waktu lain berupa penurunan afek (Depresi). Yang khas ada penyembuhan sempurna antar episode.
Kedua episode terjadi setelah terjadinya stress atau trauma mental lain. PEMERIKSAAN
FISIK DAN PSIKIATRI
Pemeriksaan Psikiatri Khusus A. Penampilan :
• Kesadaran : kompos mentis
• Cara berpakaian : biasanya berpakaian menyolok, dadanan berlebihan
• Sikap: tidak koperatif, ekspansif (menguasai), menggoda B. Psikomotor:
• Hiperaktivitas/ hiperkinesis, C. Pembicaraaan
Produktivitas kata, perbendaharaan bahasa dan nada suara meningkat
D. Emosi • Afek
afek inappropriate/ tidak serasi • Mood
mood disforik, moodelevated E. Proses Pikir
13. Gangguan Umum dalam Bentuk Pikiran
Gangguan mental, psikosis (bisa ada/tidak), tes realitas terganggu/ tidak
14. Gangguan Spesifik dalam Bentuk Pikiran
Kadang-kadang jawaban yang tidak relevan dan asosiasi longgar
15. Gangguan Spesifik dalam Isi Pikiran
Delusi/ waham: waham kebesaran, waham persekutorik, waham referensi
F. Persepsi • Halusinasi
(bisa ada/ tidak)
Halusinasi auditorik ( ), halusinasi visual ( ), halusinasi olfaktorik ( ), halusinasi gustatorik ( ), halusinasi taktil ( ), halusinasi perintah (command halusination),
G. Tilikan
• Derajat I (penyangkalan) à pasien skizofrenia paranoid • Derajat II (ambigu)
• Derajat III (sadar, melemparkan kesalahan kepada orang/ hal lain): • Derajat IV ( sadar, tidak mengetahui penyebab)
• Derajat V (tilikan intelektual)
• Derajat VI (tilikan emosional sesungguhnya) I. Discriminative Judgement :
• Judgment tes : terganggu • Judgment sosial : terganggu PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Laboratorium rutin.
Pemeriksaan fungsi ginjal jika direncanakan penggunaan Lithium Carbonat.
KRITERIA DIAGNOSIS
Menurut PPDGJ-III
F31 Gangguan Afek bipolar
• Gangguan ini tersifat oleh episode berulang (sekurang-kurangnya
dua episode) dimana afek pasien dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu, pada waktu tertentu terdiri dari peningkatan afek disertai penambahan energi dan aktivitas (mania atau hipomania), dan pada waktu lain berupa penurunan afek disertai pengurangan energi dan aktivitas (depresi). Yang khas adalah bahwa biasanya ada penyembuhan sempurna antar episode. Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsung antara 2 minggu sampai 4-5 bulan, episode depresi cenderung berlangsung lebih lama (rata-rata sekitar 6 bulan) meskipun jarang melebihi 1 tahun kecuali pada orang usia lanjut. Kedua macam episode itu seringkali terjadi setelah peristiwa hidup yang penuh stress atau trauma mental lainnya (adanya stres tidak esensial untuk penegakan diagnosis).
• Termasuk: gangguan atau psikosis manik-depresif
• Tidak termasuk: Gangguan bipolar, episode manic tunggal (F30)
F31.1 Gangguan afektif Bipolar, Episode kini Manik Tanpa Gejala Psikotik
• Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria
untuk mania tanpa gejala psikotik (F30.1); dan
• Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif
lain (hipomanik, manik, depresif, atau campuran) di masa lampau.
F31.2 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik dengan gejala psikotik
• Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania dengan gejala psikotik (F30.2); dan
• Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif atau campuran) di masa lampau
DIAGNOSIS KERJA
1. Gangguan afektif bipolar episode kini hipomanik
2. Gangguan afektif bipolar episode kini manik tanpa gejala psikotik 3. Gangguan afektif bipolar episode kini manik dengan gejala psikotik 4. Gangguan afektif bipolar episode kini depresi ringan atau sedang 5. Gangguan afektif bipolar episode kini depressi berat tanpa gejala psikotik
6. Gangguan afektif bipolar episode kini depressi berat dengan gejala psikotik
7. Gangguan afektif bipolar episode kini campuran 8. Gangguan afektif bipolar saat ini remisi
9. Gangguan afektif bipolar lainnya 10. Gangguan afektif bipolar YTT DIAGNOSIS
BANDING
1. Skizoafektif tipe campuran
TERAPI Penatalaksanaan
A. Farmakoterapi
Antipsikotik atipikal atau tipikal Mood stabilizer
B. Non Farmakoterapi ECT
C. Psikoterapi
Psikoedukasi, Psikoterapi suportif
D. ECT ( Electro Convulsive Therapy ) Diberikan pada pasien :
• Ada ide bunuh diri atau membunuh orang lain • Tidak mau / menolak makan
• Sangat gelisah sekali
• Apabila tidak menunjukkan kemajuan setelah 10 hari pengobatan psikofarmaka.
EDUKASI 1. Penjelasan mengenai penyakit pasien. 2. Rencana perawatan dan terapi. PROGNOSIS Quo ad Vitam : Dubia ad bonam
Quo ad Sanationam : Dubia ad bonam Quo ad Fungsionam : Dubia ad bonam DAFTAR
PUSTAKA
1. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI. 1993. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III. Cetakan Pertama.
2. Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa. 2012. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Jiwa/Psikiatri.
3. Sadock BJ, Sadock VA. 2003. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry. 10th ed. Philadelphia : Lippincont Williams & wilkins,
BAGIAN PSIKIATRI FK UNAND
MODUL 7
GANGGUAN ANSIETAS MENYELURUH
TOPIK: GANGGUANANSIETAS ANSIETAS MENYELURUH SUB TOPIK: GANGGUAN KOMPETENSI : 3A
PENGERTIAN Gangguan ansietas menyeluruh merupakan gangguan ansietas kronik yang ditandai dengan kekhawatiran yang berlebihan, sulit dikendalikan, dan menetap, yang disertai dengan gejala-gejala somatik dan psikik.
ANAMNESIS Keluhan cemas sebagai gejala primer yang berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak terbatas atau menonjol pada situasi khusus tertentu saja. Dapat disertai dengan gangguan.
Penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak terbatas atau menonjol pada situasi khusus tertentu saja (sifatnya ”free floating” atau “mengambang”). Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut :
1. Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk, sulit konsentrasi, dsb)
2. Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai)
3. Overaktivitas otonom (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar-debar, sesak napas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut kering, dsb)
PEMERIKSAAN FISIK DAN PSIKIATRI
Penampilan : sesuai usia, perawatan diri cukup baik Psikomotor : agak gelisah, tidak bisa duduk
tenang, selama wawacara kadang meremas-remas tangan Pembicaraan : lancar, volume dan artikulasi cukup
Mood : cemas
Afek : luas
Persepsi : tidak ada halusinasi dan ilusi Proses pikir : koheren
Penilaian realita : tidak terganggu Tilikan : derajat 4
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium rutin.
KRITERIA DIAGNOSIS KRITERIA/PEDOMAN DIAGNOSIS
a. Kecemasan atau kekhawatiran yang berlebihan yang timbul hampir setiap hari, sepanjang hari, terjadi selamanya sekurangnya beberapa minggu sampai 6 bulan, tentang sejumlah aktivitas atau kejadian (seperti pekerjaan atau aktivitas sekolah)
b. Penderita merasa sulit mengendalikan kekhawatirannya c. Kecemasan dan kekhawatiran disertai tiga atau lebih dari
enam gejala berikut ini (dengan sekurangnya beberapa gejala lebih banyak terjadi dibandingkan tidak terjadi selama 6 bulan terakhir)
1. Kegelisahan
2. Merasa mudah lelah
3. Sulit berkonsentrasi atau pikiran menjadi kosong 4. Iritabilitas
5. Ketegangan otot
6. Gangguan tidur (sulit tertidur atau sulit tetap tidur, atau tidur gelisah dan tidak memuaskan)
d. Fokus kecemasan dan kekhawatiran tidak terbatas pada gangguan aksis I, misalnya, kecemasan atau ketakutan adalah bukan tentang menderita suatu serangan panik (seperti pada gangguan panik), merasa malu pada situasi umum (seperti pada fobia sosial), terkontaminasi (seperti pada gangguan obsesif kompulsif), merasa jauh dari rumah atau sanak saudara dekat (seperti gangguan cemas perpisahan), penambahan berat badan (seperti pada anoreksia nervosa), menderita keluhan fisik berganda (seperti pada gangguan somatisasi), atau menderita
penyakit serius ( seperti pada hipokondriasis) serta kecemasan dan kekhawatiran tidak terjadi semata-mata selama gangguan stres pasca trauma
e. Kecemasan, kekhawatiran atau gejala fisik menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan pada fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi penting lain
f. Gangguan yang terjadi adalah bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya penyalahgunaan zat, medikasi) atau kondisi medis umum (misalnya hipertiroidisme) dan tidak terjadi semata-mata selama suatu gangguan mood, gangguan psikotik atau gangguan perkembangan pervasif DIAGNOSIS KERJA Gangguan Ansietas Menyeluruh
DIAGNOSIS BANDING 1. gangguan somatoform 2. gangguan afektif
TERAPI TERAPI
Psikoterapi
Psikoterapi individual maupun kelompok: membantu untuk mengatasi gejala-gejala, mengekspresikan emosi yang mendasari dan mengembangkan strategi alternatif untuk mengungkapkan perasaan
Psikofarmaka § Benzodiazepin § Buspiron § SSRI
EDUKASI 1. Penjelasan mengenai penyakit pasien. 2. Rencana perawatan dan terapi. PROGNOSIS Quo ad Vitam : Bonam
Quo ad Fungsionam : Bonam
DAFTAR PUSTAKA 1. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI. 1993. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III. Cetakan Pertama.
2. Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa. 2012. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Jiwa/Psikiatri.
3. Sadock BJ, Sadock VA. 2003. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry. 10th ed. Philadelphia : Lippincont Williams & wilkins,
BAGIAN PSIKIATRI FK UNAND
MODUL 8
GANGGUAN PANIK
TOPIK : GANGGUAN ANSIETASSUB TOPIK : GANGGUAN
PANIK KOMPETENSI : 3A
PENGERTIAN Serangan Panik (Panic Attack) ditandai dengan suatu periode ketakutan yang berat atau ketidaknyamanan, di mana empat (atau lebih) gejala berikut berkembang tiba-tiba dan mencapai puncaknya dalam waktu 10 menit, antara lain;
1) palpitasi, jantung berdebar, atau detak jantung dipercepat 2) berkeringat
3) gemetar atau gemetaran
4) sesak napas atau rasa menyesak 5) perasaan tersedak
6) nyeri dada atau rasa tidak nyaman di dada 7) mual atau distress abdominal
8) perasaan pusing, goyang, oyong, atau pingsan
terpisah dari diri sendiri)
10) takut kehilangan kontrol atau menjadi gila 11) takut mati
12) parestesia (mati rasa atau sensasi kesemutan) 13) menggigil atau rasa panas
Note: Diantara serangan biasanya kondisi orang tsb normal, tapi takut serangan tersebut muncul lagi. Bila sering berulang terjadi disebut gangguan panik, gejala-gejala tersebut bukan akibat penyakit medis umum (hasil pemeriksaan EKG, laboratorium dll tidak ditemukan kelainan). (Sumber DSM-5).
"Gangguan Panik " berarti sering berulangnya serangan panik. Orang dengan gangguan panik seringkali sangat khawatir tentang memiliki serangan lberikutnya, dan dapat mengubah perilaku atau gaya hidup mereka sebagai akibat dari serangan.
ANAMNESIS Ø Gangguan panik ditandai dengan adanya serangan panik yang berulang, terjadi spontan, tidak terduga dan tiba-tiba yang berlangsung sekitar 10 menit, bisa berlangsung selama 20-30 menit
Ø Terdapat gejala otonom yang kuat terutama pada sistem kardiovaskular dan sistem pernafasan
Ø Gejala yang dirasakan mirip gangguan jantung berupa nyeri di dada, berdebar-debar, takikardi, keringat dingin hingga seperti tercekik
Ø Sensasi nafas pendek
Ø Merasa takut yang hebat, takut mati, merasa bingung, merasa seperti akan menjadi gila dan susah konsentrasi PEMERIKSAAN FISIK Penampilan : sesuai usia, perawatan diri cukup baik
DAN PSIKIATRI Psikomotor Psikomotor : tidak bisa duduk tenang, agak gelisah Pembicaraan : lancar, volume dan artikulasi cukup Mood : anticipatory anxiety
Afek : luas
Persepsi : tidak ada halusinasi dan ilusi Proses pikir : koheren
Isi pikir : tidak ada waham Penilaian realita : tidak terganggu
Tilikan : derajat 4 PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Laboratorium rutin.
KRITERIA DIAGNOSIS KRITERIA/PEDOMAN DIAGNOSIS
• Terjadi beberapa serangan berat ansietas otonomik yang terjadi dalam periode kira-kira satu bulan
• Pada keadaan-keadaan yang sebenarnya secara objektif tidak ada bahaya
• Tidak terbatas hanya pada situasi yang telah diketahui atau yang dapat diduga sebelumnya
• Adanya keadaan relatif bebas gejala ansietas dalam periode antara serangan-serangan panik (meskipun lazim terjadi juga ansietas antisipatorik)
DIAGNOSIS KERJA Gangguan panik
DIAGNOSIS BANDING 1. Gangguan somatoform
2. Gangguan Ansietas Menyeluruh
3. Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi TERAPI Pengobatan yang diberikan :
2. SSRI 3. Psikoterapi
EDUKASI 1. Penjelasan mengenai penyakit pasien. 2. Rencana perawatan dan terapi. PROGNOSIS Quo ad Vitam : Bonam
Quo ad Sanationam : Bonam Quo ad Fungsionam : Bonam
DAFTAR PUSTAKA 1. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI. 1993. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III. Cetakan Pertama.
2. Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa. 2012. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Jiwa/Psikiatri.
3. Sadock BJ, Sadock VA. 2003. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry. 10th ed. Philadelphia : Lippincont Williams & wilkins,
BAGIAN PSIKIATRI FK UNAND
MODUL 9
GANGGUAN SOMATOFORM
TOPIK: GANGGUAN ANSIETASSUB TOPIK: GANGGUAN SOMATOFORM
KOMPETENSI: 4A PENGERTIAN Suatu gangguan di mana terdapat keluhan gejala fisik yang
berulang yang disertai dengan permintaan pemeriksaan medis, meskipun sudah berkali kali terbukti hasilnya negatif.
ANAMNESIS Keluhan gejala fisik yang berulang yang disertai dengan permintaan pemeriksaan medis, meskipun sudah berkali kali terbukti hasilnya negatif.
Menolak upaya-upaya untuk membahas kemungkinan adanya penyebab psikologis yang nyata.
PEMERIKSAAN FISIK DAN PSIKIATRI
1. Banyak keluhan fisik yang tidak dapat dijelaskan atas dasar adanya kelainan fisik yang sudah berlangsung sedikitnya 2 tahun
dokter bahwa tidak ada keluhan fisik.
3. Terdapat distabilitas dalam fungsinya di masyarakat dan keluarga yang berkaitan dengan sifat keluhan-keluhan dan dampak dari perilakunya.
4. Sering menunjukkan perilaku histirionik (mencari perhatian) PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Laboratorium rutin.
Jika diperlukan lakukan konsultasi bagian terkait sesuai keluhan untuk menyingkirkan kelainan terkait keluhan.
KRITERIA DIAGNOSIS Kriteria diagnostik untuk Gangguan Somatisasi menurut PPDGJ III
A. Keluhan fisik dimulai sebelum usia 30 tahun, terjadi selama periode beberapa tahun
B. Tiap kriteria berikut ini harus ditemukan,
• 4 gejala nyeri: sekurangnya empat tempat atau fungsi yang berlainan (misalnya kepala, perut, punggung, sendi, anggota gerak, dada, rektum, selama menstruasi, selama hubungan seksual, atau selama miksi)
• 2 gejala gastrointestinal: sekurangnya dua gejala selain nyeri (misalnya mual, kembung, muntah selain dari selama kehamilan, diare, atau intoleransi terhadap beberapa jenis makanan)
• 1 gejala seksual: sekurangnya satu gejala selain dari nyeri (misalnya indiferensi seksual, disfungsi erektil atau ejakulasi, menstruasi tidak teratur, perdarahan menstruasi berlebihan, muntah sepanjang kehamilan).
• 1 gejala pseudoneurologis: sekurangnya satu gejala atau deficit yang mengarahkan pada kondisi neurologis yang tidak terbatas pada nyeri (gangguan koordinasi atau keseimbangan, paralisis, sulit menelan, retensi urin, halusinasi, hilangnya sensasi atau nyeri, pandangan ganda, kebutaan, ketulian, kejang; gejala disosiatif seperti amnesia; atau hilangnya kesadaran selain pingsan).
C. Salah satu (1)atau (2):
• Setelah penelitian yang diperlukan, tiap gejala dalam kriteria B tidak dapat dijelaskan sepenuhnya oleh sebuah kondisi medis umum yang dikenal atau efek langsung dan suatu zat (misalnya efek cedera, medikasi, obat, atau alkohol) • Jika terdapat kondisi medis umum, keluhan fisik atau
gangguan sosial atau pekerjaan yang ditimbulkannya adalah melebihi apa yang diperkirakan dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium.