• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II PENDEKATAN TEORITIS"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PENDEKATAN TEORITIS

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1 Corporate Social Responsibility

2.1.1.1 Konsep Corporate Social Responsibility

Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) memiliki banyak definisi yang dikemukakan oleh banyak ahli. Wibisono (2007) menyebutkan bahwa definisi CSR berasal dari konsep dan pemikiran yang dicetuskan oleh John Elkington (1997) dalam bukunya yang berjudul “Cannibals with Forks, The Triple Bottom Line of Twentieth Century Business”. Dalam buku tersebut, Elkington mengemukakan konsep “3P” (profit, people, dan planet) yang menerangkan bahwa dalam menjalankan operasional perusahaan, selain mengejar profit (keuntungan ekonomis) sebuah korporasi harus dapat memberikan kontribusi positif bagi people (masyarakat) dan berperan aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet). Konsep inilah yang senada dengan latar belakang kemunculan konsep lain mengenai pelaksanaan CSR bagi perusahaan-perusahaan yang dicetuskan oleh World Bank, yakni pembangunan berkelanjutan yang dikembangkan lagi menjadi dua konsep penting, yaitu business sustainability dan triple bottom line. World Bank mendefinisikan konsep pembangunan berkelanjutan secara operasional sebagai “A process whereby future generations receive as much capital per capita, or more than, the current generation has available”. Definisi tersebut menggambarkan bahwa penurunan modal natural yang diakibatkan oleh kegiatan operasional perusahaan seharusnya dapat dikompensasikan dengan peningkatan bentuk modal yang lain, yang dapat dituangkan melalui pelaksanaan keberadaan tujuan perusahaan, yaitu tujuan ekonomi, sosial, dan lingkungan.

Secara etimologis, istilah CSR di Indonesia disebut sebagai tanggung jawab sosial perusahaan. Adiprigandri (2006) mendefinisikan istilah tanggung jawab sosial perusahaan sebagai sebuah tindakan pengambilan keputusan yang rasional dan menghormati kelangsungan hidup dan harkat semu pihak sehingga tidak hanya memikirkan kepentingan diri tapi kepentingan umum. Definisi istilah

(2)

ini didasari oleh ciri penting dari esensi konsep tanggung jawab yang bermoral, yakni rasionalitas (tindak impulsif atau semena-mena dan berupaya memetakan alternatif dengan melihat akibatnya, serta jelas tujuan dan memperhatikan rincian implementasinya) dan hormat (kesadaran dan kehendak untuk memperhatikan bagaimana efek dari keputusan atau kebijakan yang diambil yang melebihi kesadaran dan keprihatinan secara rasional sehingga tidak melihat pihak lain hanya sebagai alat pencapaian tujuan sendiri).

Ambadar (2008) mendefinisikan CSR merupakan salah satu upaya perusahaan untuk menciptakan keberlangsungan usaha dalam menciptakan dan memelihara keseimbangan antara mencetak keuntungan, fungsi-fungsi sosial, dan pemeliharaan lingkungan hidup (triple bottom line). Implementasi CSR merupakan salah satu upaya membangun konsep sustainable development yang menghendaki hubungan yang harmonis antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat, sebab dunia usaha merupakan salah satu stakeholder yang memiliki peranan penting terkait dengan kepemilikan terhadap potensi sumber daya manusia dan modal perusahaan. Sukada (2006) menyimpulkan beberapa perbedaan definisi dari istilah CSR menjadi segala upaya manajemen yang dijalankan entitas bisnis untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan berdasarkan keseimbangan pilar ekonomi, sosial, dan lingkungan, dengan meminimumkan dampak negatif dan memaksimumkan dampak positif dari setiap pilar.

Berdasarkan definisi-definisi mengenai istilah CSR tersebut, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya konsep CSR mencakup segala sesuatu yang dilakukan oleh perusahaan dalam memenuhi tanggung jawab sosial atas eksistensinya dalam kehidupan masyarakat dan terkait usaha untuk mendapatkan keuntungan ekonomis. Berdasarkan konteks tersebut, pelaksanaan CSR merupakan pengimplemetasian konsep triple bottom line demi tercapainya tujuan pembangunan dan bisnis yang berkelanjutan.

2.1.1.2 Cara Pandang dan Strategi Pelaksanaan Program Corporate Social Responsibility

Cara pandang perusahaan terhadap pelaksanaan program CSR merupakan salah satu faktor penting dalam implementasi CSR sebagai bentuk tanggung

(3)

jawab sosial perusahaan. Wibisono (2007) mengemukakan klasifikasi cara pandang perusahaan terhadap pelaksanaan kegiatan CSR menjadi tiga kategori, yaitu:

1. CSR dianggap sebagai faktor eksternal (external driven)

2. CSR dianggap sebagai upaya untuk memenuhi kewajiban (compliance) 3. CSR dianggap sebagai faktor internal (internal driven)

Good Corporate Citizenship dalam pelaksanaannya berfokus pada kontribusi suatu perusahaan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang mengalami metamorfosis, dari yang bersifat charity menjadi aktivitas yang lebih menekankan pada penciptaan kemandirian masyarakat, yakni program pemberdayaan (Ambadar, 2008). Metamorfosis kontribusi perusahaan tersebut diungkapkan oleh Za’im Zaidi (2003) dalam Ambadar (2008), yaitu dapat dilihat dalam Tabel 1.

Tabel 1. Metamorfosis CSR

Paradigma Charity Philantropy Good Corporate

Citizenship (GCC)

Motivasi Agama, tradisi,

adaptasi

Norma, etika dan hukum universal

Pencerahan diri dan rekonsiliasi dengan ketertiban sosial

Misi Mengatasi masalah

setempat

Mencari dan mengatasi akar masalah

Memberikan

kontribusi terhadap masyarakat

Pengelolaan Jangka pendek,

mengatasi masalah sesaat Terencana, terorganisasi, dan terprogram Terinternalisasi dalam kebijakan perusahaan

Pengorganisasian Kepanitiaan Yayasan/dana pribadi/profesionalitas

Keterlibatan baik dana maupun sumberdaya lain

Penerima Manfaat Orang miskin Masyarakat luas Masyarakat luas dan perusahaan Kontribusi Hibah sosial Hibah pembangunan Hibah (sosial dan

pembangunan serta keterlibatan sosial)

Inspirasi Kewajiban Kepentingan bersama

Sumber : Za’im Zaidi (2003) dalam Ambadar (2008)

Strategi pelaksanaan CSR sangat terkait dengan sudut pandang yang dimiliki oleh korporasi dalam menjalankan kegiatan operasional perusahaannya. Strategi pelaksanaan program-program yang dimaksud dapat berupa kerjasama

(4)

dengan pihak ketiga, yayasan milik perusahaan atau dilakukan oleh perusahaan itu sendiri. Pada dasarnya, pelaksanaan kegiatan CSR dalam jangka panjang memerlukan berbagai pihak, untuk menciptakan pola kemitraan yang lebih strategis, yakni antara pelaku bisnis, pemerintah dan masyarakat sebagai sasaran kegiatan CSR tersebut. Strategi perusahaan dalam mengimplementasikan kegiatan CSR dipengaruhi oleh standar yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan CSR tersebut. Standar pelaksanaan CSR tersebut antara lain Global Reporting Initiatives (GRI), Global Sullivan Principles, OECD Guidelines for Multinational Enter, Principles for Global Corporate Responsibility-Benchmarks, SA 8000, dan United Nations Global Compact. Secara umum, dapat dilihat bahwa standar pelaksanaan kegiatan CSR mengacu pada penerapan etika bisnis yang diindikasikan dengan faktor keselamatan kerja karayawan, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, dan kelestarian lingkungan (Susanta, 2007).

2.1.2. Definisi Organisasi

Istilah organisasi didefinisikan sebagai suatu kelompok individu yang terbentuk oleh kegiatan-kegiatan spesialisasi dan tingkat-tingkat wewenang demi pencapaian tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran khusus secara efektif (Kossen dikutip Azhar 1993). Definisi tersebut didasari oleh ciri-ciri organisasi yang meliputi tujuan-tujuan dan sasaran koordinasi masyarakat, hirearkhi otomatis, serta spesialisasi kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh organisasi tersebut.

Organisasi merupakan sebuah wadah yang harus memiliki empat unsur utama dalam menjalankan kegiatan operasionalnya (Fremont E. Kast dan James Rosenzweig dikutip Azhar 1993). Keempat unsur tersebut antara lain:

1. Unsur goals oriented yang mengindikasikan bahwa suatu organisasi harus selalu berorientasi pada pencapaian sasaran,

2. Unsur psychological system yang mengindikasikan adanya hubungan antar orang dalam suatu kelompok kerja,

3. Unsur structured activities yang mengindikasikan bahwa dalah suatu organisasi terdapat hubungan berpola pada jalinan kerjasama antar individu didalamnya, dan

(5)

4. Unsur technological system yang mengindikasikan bahwa anggota-anggota daam suatu organisasi menggunakan teknologi dan pengetahuan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatannya.

Keempat unsur tersebut mutlak harus dimiliki oleh sebuah organisasi dalam menjalankan kegiatan operasional perusahaannya. Suatu organisasi dianggap tidak akan mampu berjalan untuk mencapai tujuan organisasi tanpa menerapkan salah satu dari keempat unsur tersebut dalam melaksanakan kegiatannya.

2.1.3. Efektivitas Organisasi

Gie (2001) mengemukakan pengertian efektivitas sebagai suatu keadaan dimana terjadi pencapaian tujuan atas maksud tertentu dari pelaksanaan sebuah kegiatan, sedangkan menurut Hidayat (1996) efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) telah tercapai. Semakin besar persentase target yang tercapai semakin tinggi tingkat efektivitasnya. Konsep efektivitas organisasi didasarkan atas fungsi organisasi sebagai alat untuk mencapai tujuan.

Azhar (1993) menyebutkan bahwa efektivitas organisasi dapat diukur melalui empat model, antara lain:

1. Model tujuan rasional dengan asumsi dasar yang menyatakan bahwa efektivitas organisasi bergantung pada seberapa jauh organisasi tersebut mencapai tujuannya.

2. Model hubungan manusia, dengan asumsi dasar yang menyatakan bahwa efektivitas organisasi dilihat dari kepentingan anggota organisasi secara individual.

3. Model proses internal, dengan asumsi dasar yang menyatakan bahwa efektifitas organisasi bergantung pada pengelolaan informasi dan proses komunikasi. 4. Model sistem terbuka, dengan asumsi dasar yang menyatakan bahwa

efektivitas organisasi bergantung pada transaksi barang dan jasa dengan lingkungannya.

Berdasarkan pendekatan nilai-nilai bersaing yang merupakan rangkuman dari indikator-indikator yang disebutkan dalam keempat model tersebut, maka keefektifan organisasi dapat diukur melalui indikator kepemimpinan, partisipasi anggota, pemrosesan informasi, dan komunikasi organisasi (Azhar, 1993).

(6)

2.1.4 Efektivitas Implementasi CSR

Wibisono (2007) menyebutkan bahwa implementasi program CSR dipengaruhi oleh cara pandang dan strategi yang dipilih perusahaan untuk melaksanakan aktivitas tanggung jawab sosialnya. Nurdiana (2008) mengemukakan bahwa implementasi CSR merupakan pelaksanaan program-program aktivitas CSR yang telah dibuat dan direncanakan oleh perusahaan sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan pada lingkungan dan masyarakat.

Penelitian terdahulu mengenai efektivitas implementasi CSR dilakukan oleh Nurdiana (2008) dengan judul Efektivitas Implementasi CSR PT Kaltim Prima Coal. Penelitian tersebut menggunakan dimensi-dimensi pengukuran kepuasan konsumen dengan konsep SERVQUAL (Service Quality), antara lain dimensi berwujud, dimensi kehandalan, dimensi ketanggapan, dimensi jaminan, dan dimensi empati. Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa implementasi CSR dapat diukur melalui indikator evaluasi & pemantauan program, daya tanggap perusahaan, konsistensi program, dan kepedulian terhadap lingkungan.

2.2 Kerangka Pemikiran

Implementasi program CSR terkait dengan cara pandang terhadap kegiatan CSR yang dimiliki oleh perusahaan dan dipengaruhi oleh berbagai faktor yakni faktor eksternal (reputation driven dan market driven) dan faktor internal (memenuhi kewajiban). Cara pandang perusahaan terhadap kegiatan CSR dan strategi pelaksanaan CSR mempengaruhi implementasi kegiatan CSR oleh perusahaan tersebut. Strategi pelaksanaan program-program yang dimaksud dapat berupa kerjasama dengan pihak ketiga, yayasan milik perusahaan atau dilakukan oleh perusahaan itu sendiri. Strategi pelaksanaan program CSR dipengaruhi oleh standar yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan CSR tersebut.

Selain dipengaruhi oleh strategi yang dipilih dan cara pandang yang digunakan oleh perusahaan untuk melihat konsep CSR, implementasi aktivitas CSR dipengaruhi oleh keefektifan organisasi yang dimliki oleh perusahaan tersebut dengan konsep organisasi sebagai alat pencapaian tujuan. Suatu organisasi dikatakan memiliki tingkat keefektifan yang tinggi apabila organisasi tersebut berhasil melakukan pencapaian tujuan berdirinya organisasi tersebut. PT

(7)

Indocement Tunggal Prakarsa Tbk memiliki divisi khusus yang diorganisasikan untuk menangani aktivitas CSR yang dilakukan oleh perusahaan, yakni divisi Community Social Responsibility (CSR). Divisi ini berdiri dengan tujuan untuk mengimplementasikan kegiatan CSR agar mampu menciptakan kemandirian masyarakat yang berbasis pada konsep pembangunan berkelanjutan. Penelitian ini dilakukan untuk melihat aspek-aspek yang mempengaruhi keefektifan organisasi divisi tersebut dalam mengimplementasikan kegiatan CSR PT Indocement, yakni aspek kepemimpinan, partisipasi anggota divisi, proses internal, dan komunikasi. Aspek-aspek yang selanjutnya diukur dalam penelitian ini adalah aspek-aspek yang mempengaruhi efektivitas implementasi kegiatan CSR, antara lain evaluasi dan pemantauan program, daya tanggap perusahaan, konsistensi program, dan kepedulian terhadap lingkungan (Gambar 1).

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Efektivitas Organisasi Departemen CSR

2.3. Hipotesa Penelitian 2.3.1 Hipotesa Pengarah

Impelementasi kegiatan CSR dipengaruhi oleh strategi pelaksanaan yang dipilih oleh perusahaan terkait dengan cara pandang perusahaan terhadap kegiatan CSR dan standar pelaksanaan CSR yang digunakan oleh perusahaan.

Aspek-aspek yang mempengaruhi efektivitas organisasi: - Kepemimpinan - Partisipasi Anggota - Pemrosesan informasi - Komunikasi Efektivitas Implementasi CSR: - evaluasi & pemantauan program - daya tanggap perusahaan - konsistensi program

- kepedulian terhadap lingkungan

Pencapaian tujuan organisasi

Efektivitas Organisasi

Konsep pelaksanaan CSR oleh perusahaan: - Cara pandang perusahaan

- Strategi implementasi CSR

Keterangan:

: Menyebabkan

(8)

2.3.2 Hipotesa Uji

Semakin tinggi efektivitas organisasi Departemen CSR PT Indocement, maka semakin tinggi efektivitas implementasi CSR yang dilakukan.

2.4 Definisi Konseptual

1. Cara pandang perusahaan: pandangan setiap perusahaan terhadap pelaksanaan kegiatan CSR

2. Standar pelaksanaan CSR: acuan formal yang digunakan oleh perusahaan untuk menjalankan kegiatan CSR

3. Strategi Pelaksanaan CSR: bentuk pilihan aktivitas CSR yang akan dilaksanakan oleh perusahaan.

2.5 Definisi Konseptual dan Operasional

1. Cara pandang perusahaan: pandangan setiap perusahaan terhadap pelaksanaan kegiatan CSR, yang terdiri atas tiga kategori:

a. sebagai sebuah external driven yakni usaha untuk berbasa-basi untuk mendongkrak citra perusahaan.

b. sebagai upaya untuk memenuhi kewajiban (compliance) atas aspek regulasi, hukum, dan aturan yang memaksa.

c. sebagai sebuah internal driven untuk mengimplementasikan kegiatan CSR atas dasar tanggung jawab perusahaan terhadap masyarakat dan lingkungannya.

2. Strategi Pelaksanaan CSR: bentuk pilihan aktivitas CSR yang akan dilaksanakan oleh perusahaan, antara lain berupa membangun mitra kerja dengan instansi lain, mendanai usaha dalam menjalankan CSR secara mandiri, atau menggunakan bantuan dari pihak LSM sebagai fasilitator masyarakat.

3. Efektivitas organisasi: suatu keadaan dimana organisasi berhasil mencapai tujuannya, yang meliputi:

a. Kepemimpinan: kemampuan seorang individu untuk meningkatkan kinerja anggota organisasi demi pencapaian tujuan pelaksanaan tugas, yang meliputi indikator:

- proses pengambilan keputusan

(9)

dihadapi oleh organisasi

- kinerja karyawan dalam mencapai tujuan Departemen CSR

b. Partisipasi anggota: peran serta anggota organisasi terhadap aktivitas yang dilakukan oleh organisasi Departemen CSR yang meliputi indikator:

- kehadiran individu dalam rapat departemen

- keikutsertaan dalam proses pengambilan keputusan

c. Pemrosesan informasi: pengelolaan informasi yang menyangkut pelaksanaan tugas pokok yang harus dilaksanakan oleh organisasi Departemen CSR, yang meliputi indikator:

- kepastian informasi

- kejelasan situasi informasi yang diperoleh staf organisasi Departemen CSR

d. Komunikasi: proses pertukaran pesan antar komunikator (pemberi pesan) dan komunikan (penerima pesan) untuk mencapai kesamaan makna, yang meliputi indikator:

- jumlah intensitas diskusi antar individu

- ketelitian dan relevansi pesan yang dipertukarkan (tidak adanya distorsi pesan)

- ketepatan waktu penyampaian pesan (pesan dapat digunakan sesuai kebutuhan dengan tepat waktu dan tepat guna)

Efektivitas organisasi Departemen CSR adalah sebagai berikut:

Tinggi: apabila skor total keempat dimensi berada pada rentang skor 176-280

Rendah: apabila skor masing-masing indikator berada pada rentang skor 70-175

4. Implementasi CSR: pelaksanaan kegiatan CSR oleh divisi CSR Department, dengan indikator keefektifan meliputi:

a. Evaluasi & pemantauan program: kegiatan Departemen CSR untuk menilai kekurangan dan memantau pelaksanaan program CSR

b. Daya tanggap perusahaan dalam menghadapi permasalahan kebutuhan masyarakat yang diperlukan dalam implementasi program CSR

(10)

c. Konsistensi program: kesesuaian program CSR yang diterima oleh masyarakat dengan perencanaan yang dilakukan sebelumnya di tingkat organisasi

d. Kepedulian terhadap lingkungan: kepekaan PT Indocement terhadap masalah lingkungan

Efektivitas organisasi Departemen CSR adalah sebagai berikut:

Tinggi: apabila skor total keempat dimensi berada pada rentang skor 126-200

Rendah: apabila skor masing-masing indikator berada pada rentang skor 50-125.

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Efektivitas Organisasi Departemen CSR

Referensi

Dokumen terkait

o Saling tukar informasi tentang: Tujuh minggu pascapenerangan sempurna (menjelaskan minggu ketujuh petapa gotama dan mendeskripsikan tujuh tempat Buddha berdiam) dengan

Metode penyelidikan terdiri dari: Pengamatan pada jenis manifestasi panas bumi, diantaranya berupa: mata air panas, air rembesan, tanah panas, temperatur manifestasi dan

Giat bhabinkamtibmas polsek sekampung Bripka suhartono binluh kepada pemuda desa sidodadi menyampaikan pesan pesan kamtibmas. Giat bhabinkamtibmas polsek labyhan ratu

Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 2 bahwa residu antibiotik pada daging dan hati ayam broiler di Kabupaten Pidie Jaya tidak di temukan residu antibiotik, hal tersebut

Prodk akhir yang diterima oleh pengguna merupakan hasil satu siklus pengembangan (mulai dari tahap analisis dan perancangan kebutuhan sistem hingga integrasi dan pengujiannya)

 Jika Anda menghubungkan banyak perangkat secara bersamaan, gunakan tombol “Sumber” pada remote control atau panel kontrol untuk mengaktifkannya..