• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. Persiapan dan Cara Melakukan Terapi kejang Listrik - HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISITIK DEMOGRAFI KELUARGA DENGAN PERSEPSI KELUARGA KLIEN GANGGUAN JIWA TERHADAP TERAPI KEJANG LISTRIK (ELECTROCONVULSIVE THERAPY) DI RSUD BANYUMAS - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "2. Persiapan dan Cara Melakukan Terapi kejang Listrik - HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISITIK DEMOGRAFI KELUARGA DENGAN PERSEPSI KELUARGA KLIEN GANGGUAN JIWA TERHADAP TERAPI KEJANG LISTRIK (ELECTROCONVULSIVE THERAPY) DI RSUD BANYUMAS - repository perpustakaan"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

A. Terapi Kejang Listrik 1. Pengertian

Terapi kejang listrik adalah suatu pengobatan untuk menimbulkan kejang grand mal atau secara buatan dengan mengalirkan arus listrik melalui elektroda yang dipasang pada satu atau dua sisi kepala (Stuart, 2007). Terapi kejang listrik merupakan suatu pengobatan untuk penyakit psikiatrik berat di mana pemberian arus listrik singkat pada kepala digunakan untuk menghasilkan suatu kejang tonik-klonik umum (Guze, 1997). Terapi kejang listrik ini dilakukan dengan cara mengalirkan listrik sinusoid ke tubuh sehingga pasien menerima aliran listrik yang terputus – putus (Baihaqi, 2007). Jadi dapat disimpulkan bahwa terapi kejang listrik merupakan suatu pengobatan menggunakan aliran listrik pada kepala seseorang untuk menghasilkan kejang tonik-klonik umum yang bertujuan untuk mengobati gangguan jiwa tertentu.

2. Persiapan dan Cara Melakukan Terapi kejang Listrik

Menurut Maramis (2010), persiapan dan cara melakukan terapi kejang listrik antara lain:

(2)

b. Pasien harus berpuasa agar jangan sampai muntah dan tersedak waktu tidak sadar.

c. Kandung seni dan rektum perlu dikosongkan supaya pasien tidak mengotori dirinya dan tempat tidur bila terjadi inkontinensia.

d. Gigi palsu yang dapat dilepaskan harus dikeluarkan, juga benda – benda lain yang ada di dalam mulut (permen dan sebagainya).

e. Pasien berbaring terlentang lurus di atas permukaan yang datar dan agak keras, menggunakan pakaian yang ketat (sabuk, pakaian dalam dan sebagainya) dilonggarkan.

f. Bagian kepala yang akan ditempelkan elektroda dibersihkan (misalnya dengan alkohol) supaya minyak kulit hilang sehingga tidak terlalu menahan aliran listrik. Tempat untuk elektroda pada daerah antara os frontalis dan os temporalis dengan tulang tengkorak yang tipis dan tidak terdapat banyak rambut daerah ini kemudian dibasahi dengan bahan pengantar aliran listrik (misalnya air garam atau pasta khusus).

g. Di antara rahang atas dan bawah di tempat gigi – gigi yang masih kuat (biasanya di antara morales) diberi bahan yang lunak (misalnya sepotong kain yang dilipat – lipat) untuk digigit oleh pasien. Harus diperhatikan bahwa bibir atau pipi tidak terjepit.

(3)

i. Elektroda ditekan dengan kekuatan yang sedang pada tempatnya, sedapat mungkin rambut tebal dikesampingkan.

3. Frekuensi dan Jumlah

Menurut Maramis (2010), frekuensi dan jumlah pemberian terapi kejang listrik tergantung pada keadaan pasien, terapi kejang listrik dapat diberi:

a. Secara block : 2-4 hari berturut – turut 1-2 kali sehari. b. 2-3 kali seminggu.

c. Terapi kejang listrik maintenance : sekali tiap 2-4 minggu.

d. Sebelum ada obat psikotropik, terapi kejang listrik diberi paling sedikit 12 kali, bila perlu sampai 20 kali, tetapi sekarang apabila diberi obat psikotropik maka terapi kejang listrik dihentikan setelah pasien menunjukkan perbaikan yang jelas (tidak perlu sampai 12 kali) dan dilanjutkan dengan obat saja.

4. Reaksi Pasien

Menurut Maramis (2010), konvulsi yang mirip serangan epilepsi jenis

(4)

pascakonvulsi). Mereka harus dijaga baik - baik agar jangan sampai mereka jatuh dan melukai dirinya sendiri.

5. Komplikasi

Menurut Maramis (2010), komplikasi yang biasanya terjadi pada terapi kejang listrik antara lain :

a. Paling sering ialah luxasio pada rahang atau fraktur kompresi pada vertebra. luxasio rahang direposisi sesudah konvulsi berhenti, waktu otot-otot masih lemas dan pasien belum sadar.

b. Biasanya terjadi apnea, ini berlangsung agak lama dan bibir dan muka kelihatan biru (sianosis), maka dapat dilakukan pernafasan buatan.

c. Tidak jarang timbul sakit kepala sesudah terapi kejang listrik, tetapi ini tidak berat dan berlangsung kira – kira setengah hari. Bila perlu dapat diberi analgetik.

d. Selalu terjadi amnesia retrograd dan tidak jarang juga amnesia anterograd sesudah terapi kejang listrik, tetapi pasien baik kembali sesudah satu atau beberapa hari.

e. Kebingungan sesudah konvulsi kadang – kadang hebat, pasien dapat menjadi sangat gelisah, agresif, atau destruktif. Pasien harus diawasi oleh beberapa orang dan biasanya sesudah beberapa menit atau paling lama 10 menit pasien sudah tenang kembali.

(5)

6. Kontraindikasi

Menurut Maramis (2010), kontraindikasi bukanlah terhadap listrik itu sendiri, akan tetapi bagi konvulsi yang timbul. Konvulsi itu berat untuk sistem kardiovaskuler dan tulang, berikut akan dijelaskan mengenai kontraindikasi dari terapi kejang listrik:

a. Kontraindikasi mutlak ialah tumor otak, karena listrik yang masuk mempertinggi permeabilitas kapiler otak sehingga terjadi edema sedikit. Hal ini menjadi fatal pada tumor otak yang memang menyebabkan edema serebri dan tekanan intrakranial yang meninggi, karena terjadinya inkarserario (terjepitnya batang otak atau bagian otak lain).

b. Umur dan kehamilan bukan merupakan kontraindikasi. Akan tetapi harus diingat, bahwa biarpun tidak terjadi kelahiran sebelum waktunya, anak di dalam rahim dapat saja terganggu apabila ibu tersebut mengalami hipoxia karena apnea sesudah konvulsi.

c. Apabila ada tuberkulosis pulmonum, trombosis koroner, hipertensi atau gangguan lain yang lain pada sistem kardiovaskuler kita harus mempertimbangkan keadaan setiap penderita masing – masing dengan mengingat beratnya penyakit badan itu.

7. Indikasi

(6)

juga untuk berbagai macam gangguan jiwa. Indikasi pemakaian terapi kejang listrik yaitu:

a. Depresi

Indikasi utama untuk terapi kejang listrik adalah adanya suatu episode depresif mayor, terutama dengan ciri-ciri melankolia atau psikotik (Setio, 1997). Menurut Tomb (2004) gangguan afek yang berat: pasien dengan gangguan bipolar, ataudepresi menunjukan respon yang baik dengan terapi kejang listrik. Terapi kejang listrikk lebih efektif dari antidepresan untuk pasien depresi dengan dengan gejala psikotik.

b. Mania

Terapi kejang listrik efektif dalam mengobati mania akut, karena efektivitas dari farmakoterapi, terapi kejang listrik sering kali diberikan untuk episode mania akut (Setio, 1997).

c. Pasien dengan bunuh diri akut yang cukup lama tidak menerima pengobatan untuk mencapai efek terapeutik (Stuard, 2007). Menurut Tomb (2004), pasien bunuh diri yang aktif dan tidak mungkin menunggu antidepresan bekerja sehingga perlu mendapat terapi kejang listrik. d. Skizofrenia

(7)

B. Gangguan Jiwa 1. Pengertian

Gangguan jiwa adalah gejala – gejala patologik dominan yang berasal dari unsur jiwa. Hal ini tidak berarti bahwa unsur yang lain tidak terganggu, yang sakit dan menderita ialah manusia seutuhnya dan bukan hanya badannya, jiwanya atau lingkungannya (Yosep, 2011). Sedangkan menurut PPDGJ II gangguan jiwa atau gangguan mental (mental disorder) adalah sindrom atau pola perilaku, atau psikologik seseorang, yang secara klinik cukup bermakna, dan yang secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) di dalam satu atau lebih fungsi yang penting dari manusia (Maslim, 2001).

(8)

2. Sumber Penyebab Gangguan Jiwa

Menurut Yosep (2011), sumber penyebab gangguan jiwa dipengaruhi oleh faktor – faktor pada ketiga unsur yang terus menerus saling mempengaruhi, yaitu:

a. Faktor – faktor somatik (Somatogenik) atau Organobiologis : Neroanatomi, Nerofisiologi, Nerokimia, Tingkat kematangan dan perkembangan organik, dan Faktor – faktor pre dan peri-natal

b. Faktor – faktor psikologik (Psikogenik) atau Psikoedukatif : Interaksi ibu – anak, persaingan antara saudara kandung ; intelegensi ; hubungan dalam keluarga, pekerjaan, dan masyarakat ; kehilangan yang mengakibatkan kecemasan, depresi, dan rasa malu atau rasa salah ; konsep diri ; keterampilan, bakat, dan kreativitas ; pola adaptasi dan pembelaan sebagai reaksi terhadap bahaya ; tingkat perkembangan emosi.

c. Faktor – faktor sosio-budaya (Sosiogenik) atau Sosiokultural : kestabilan keluarga, tingkat ekonomi, perumahan, masalah kelompok minoritas yang meliputi prasangka dan fasilitas kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan yang tidak memadai, pengaruh rasial dan keagamaan. 3. Tanda Gejala Gangguan Jiwa

Tanda umum gejala gangguan jiwa menurut Yosep (2011), yakni: a. Gangguan kognisi

(9)

1) Gangguan sensasi dapat dibedakan menjadi :

Hiperestesia (peningkatan abnormal dari kepekaan dalam proses penginderaan, baik terasa panas, dingin, nyeri ataupun raba), anestesia (suatu keadaan dimana tidak didapatkan sama sekali perasaan pada penginderaan), hiperkinestesia (peningkatan kepekaan yang berlebihan terhadap perasaan gerak tubuh), hipokinestesia (penurunan kepekaan terhadap gerak perasaan tubuh).

2) Gangguan persepsi dapat dibedakan menjadi :

Ilusi yaitu suatu persepsi yang salah/palsu, dimana ada atau pernah ada rangsangan dari luar dan Halusinasi yaitu suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya rangsang dari luar.

b. Gangguan perhatian

Beberapa bentuk gangguan perhatian yaitu distraktibiliti (perhatian yang mudah dialihkan oleh rangsang yang tidak berarti), aproseksia (ketidaksanggupan untuk memperhatikan secara tekun terhadap situasi tanpa memandang pentingnya masalah tersebut) dan hiperproseksia (terjadinya pemusatan perhatian yang berlebihan).

c. Gangguan ingatan

(10)

d. Gangguan pikiran

Beberapa bentuk gangguan kesadaran yaitu gangguan bentuk pikiran (penyimpangan dari pemikiran rasional, logik dan terarah pada suatu tujuan), gangguan arus (meliputi cara dan laju proses asosiasi dalam pemikiran) dan gangguan isi pikiran, meliputi isi pikiran yang nonverbal atau isi pikiran yang diceritakan.

e. Gangguan kesadaran

Beberapa bentuk gangguan kesadaran :

1) Kesadaran kuantitatif, dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kesadaran yang menurun (kesadaran dengan kemampuan persepsi, perhatian dan pemikiran yang berkurang secara keseluruhan) dan kesadaran yang meninggi (keadaan reaksi yang meningkat terhadap suatu rangsang). 2) Kesadaran kualitatif (terjadi perubahan dalam kualitas kesadaran,

dapat ditimbulkan oleh keadaan toksik, organik, dan psikogen). f. Gangguan kemauan

(11)

g. Gangguan emosi dan afek

Beberapa bentuk gangguan emosi dan afek : Euforia (emosi yang menyenangkan, bahagia yang berlebihan, dan bila tidak sesuai keadaan, hal ini menunjukkan adanya gangguan), Afek yang kaku (rasa hati tetap dipertahankan sehingga menyebabkan reaksi emosional yang berlebihan),

Emosi labil (ketidakstabilan yang berlebihan dan bermacam emosional), Cemas dan depresi (gejala yang terlihat dari ekspresi muka atau tingkah laku) serta emosi yang tumpul dan datar (pengurangan atau tidak ada sama sekali tanda – tanda ekspresi afektif).

C. Persepsi Keluarga 1. Persepsi

a. Pengertian

Persepsi adalah suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau disebut proses sensoris. Namun proses itu tidak berhenti begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi (Walgito, 2010). Persepsi merupakan proses yang integrated dalam diri individu terhadap stimulus yang diterimanya (Moskowitz dan Orgel, 1969 dalam Walgito, 2010).

(12)

antara individu satu dengan individu lain. Persepsi bersifat individual (Davidoff, 1981; Roger, 1965 dalam Walgito, 2010). Persepsi melibatkan kognisi tingkat tinggi dalam penginterpretasian terhadap informasi sensorik. Persepsi mengacu pada interpretasi hal – hal yang kita indera. Kejadian – kejadian sensorik tersebut diproses sesuai pengetahuan kita tentang dunia, budaya, pengharapan bahkan disesuaikan dengan orang yang bersama kita (Mahmud, 1990). Unsur – unsur persepsi yaitu : a. Hakekat sensorisnya stimulus

b. Latar belakang

c. Pengalaman sensoris terdahulu yang ada hubungannya d. Perasaan – perasaan pribadi, sikap, dorongan dan tujuan

Jadi, persepsi adalah suatu pengalaman yang menyatakan suatu peristiwa yang diawali dengan proses penginderaan untuk menyampaikan pengetahuan yang kita miliki ke orang lain ataupun masyarakat.

b. Macam – macam persepsi

Menurut Siagian (2005), macam - macam persepsi dapat digolongkan menjadi 2 macam, yaitu :

1) External Perception yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang datang dari luar diri individu.

(13)

c. Faktor – faktor yang mempengaruhi persepsi

Menurut Siagian (2005), ada beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu :

1) Diri orang yang bersangkutan, dalam hal ini orang yang berpengaruh adalah karakteristik individual meliputi dimana sikap, kepentingan, minat, pengalaman dan harapan.

2) Sasaran persepsi, yang menjadi sasaran persepsi dapat berupa orang, benda, peristiwa yang sifat sasaran dari persepsi dapat mempengaruhi persepsi orang yang melihatnya.

3) Faktor situasi, dalam hal ini tinjauan terhadap persepsi harus secara kontekstual artinya perlu dalam situasi yang mana persepsi itu timbul.

Sedangkan menurut Notoatmodjo (2003) tingkat pendidikan dapat mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih menerima ide-ide. Pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang karena dapat membuat seseorang lebih mudah mengambil keputusan dan bertindak.

d. Proses Terjadinya Persepsi

Proses terjadinya persepsi dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Objek menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor.

(14)

c. Stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh saraf sensoris ke otak. Proses ini yang disebut sebagai proses fisiologis.

d. Proses ini terjadi di otak sebagai pusat kesadaran sehingga individu menyadari apa yang dilihat, atau apa yang didengar, atau apa yang diraba. Proses yang terjadi di otak atau dalam pusat kesadaran inilah yang disebut sebagai proses psikologis.

2. Keluarga a. Pengertian

Dalam pengertian psikologis, keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup bersama dalam tempat tinggal bersama dan masing – masing anggota merasakan adanya pertautan batin sehingga terjadi saling mempengaruhi, saling memperhatikan, dan saling menyerahkan diri (Shochib, 2010). Sedangkan menurut Friedman (2010), keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh kebersamaan dan kedekatan emosional serta yang mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari keluarga.

(15)

ikatan pernikahan atau darah yang saling mempengaruhi dan saling memperhatikan.

b. Karakteristik Keluarga

Macam-macam karakteristik keluarga antara lain :

1) Keluarga terdiri dari orang – orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah dan ikatan adopsi.

2) Anggota keluarga biasanya hidup bersama – sama dalam satu rumah tangga, atau jika mereka hidup secara terpisah, mereka tetap menganggap rumah tangga tersebut sebagai rumah mereka.

3) Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dalam peran – peran sosial keluarga seperti suami – istri, ayah dan ibu, anak laki – laki dan anak perempuan, saudara dan saudari (Friedman, 2010).

4) Mempunyai tujuan: menciptakan dan mempertahankan budaya serta meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, sosial anggota (Johnson, 2010).

c. Struktur keluarga

Menurut Friedman (2010), struktur keluarga menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan fungsi keluarga di masyarakat. Struktur keluarga terdiri dari bermacam – macam, yakni :

1. Pola dan proses komunikasi

(16)

mengulang – ulang isu dan pendapat sendiri. Karakteristik komunikasi keluarga berfungsi untuk:

a) Karakteristik pengirim

Yakin dalam mengemukakan sesuatu atau pendapat di sampaikan dengan jelas dan berkualitas, serta selalu meminta dan menerima umpan balik

b) Karakteristik penerima

Siap mendengarkan masukan dan pendapat serta memberikan umpan balik dari setiap pendapat yang dikemukakan anggota keluarga dan melakukan validasi

2. Struktur peran

Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang diberikan. Tetapi, terkadang peran ini tidak dapat dijalankan oleh masing – masing individu dengan baik, ada beberapa anak yang terpaksa memenuhi kebutuhan anggota keluarga yang lain sedang orang tua mereka entah kemana atau malah berdiam diri di rumah.

3. Struktur kekuatan

(17)

a) Legitimate power/kekuatan/hak untuk mengontrol

Wewenang primer yang merujuk pada kepercayaan bersama bahwa dalam suatu keluarga satu orang mempunyai hak untuk mengontrol tingkah laku anggota keluarga yang lain.

b) Referent power/seseorang yang ditiru

Kekuasaan yang dimiliki orang – orang tertentu terhadap orang lain karena identifikasi positif terhadap mereka, seperti identifikasi positif seorang anak dengan orang tua (role mode).

c) Coercive power/kekuasaan paksaan/dominasi

Sumber kekuasaan mempunyai kemampuan untuk menghukum dengan paksaan, ancaman, atau kekerasan apabila mereka tidak mau taat.

4. Nilai – nilai keluarga

Nilai merupakan suatu sistem sikap dan kepercayaan yang secara sadar atau tidak mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga juga merupakan suatu perkembangan norma dan peraturan. Norma adalah pola perilaku yang baik, menurut masyarakat berdasarkan sistem dalam keluarga.

d. Fungsi Keluarga

Menurut Friedman (2010), fungsi keluarga yaitu :

(18)

b. Fungsi sosialisasi, adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah.

c. Fungsi reproduksi, adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.

d. Fungsi ekonomi, adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu dalam meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

e. Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan, adalah fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi.

(19)

D. Kerangka Teori

Gambar 2.1. Sumber: Modifikasi dari teori Walgito (2010), Siagian (2005), Notoatmodjo (2003) dan Maramis (2010).

PERSEPSI KELUARGA

Karakteristik demografi Keluarga

Terapi kejang Listrik Faktor – faktor yang mempengaruhi

persepsi, menurut Siagian (2005) dan Notoatmodjo (2003)

 Diri orang bersangkutan  Sasaran persepsi  Faktor situasi

 Pendidikan

Proses terjadinya persepsi, menurut Walgito (2002)

 Objek menimbulkan stimulus  Proses stimulus mengenai indera  Stimulus yang diterima diteruskan

ke otak

(20)

E. Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 2.2. Kerangka konsep penelitian

F. Hipotesis

Ha: Ada hubungan antara karakteristik demografi keluarga dengan persepsi keluarga terhadap terapi kejang listrik di RSUD Banyumas.

Ho: Tidak ada hubungan antara karakteristik demografi keluarga dengan persepsi keluarga terhadap terapi kejang listrik.

Karakteristik demografi Keluarga

PERSEPSI KELUARGA TERHADAP TERAPI

KEJANG LISTRIK

Gambar

Gambar 2.1. Sumber: Modifikasi dari teori Walgito (2010), Siagian (2005),
Gambar 2.2. Kerangka konsep penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Analisis putusan hakim terhadap kasus asusila pada anak dengan nomor perkara 226/Pid.B/2011/PN.Grtlo, setelah putusan ditingkat pertama pada pengadilan Negeri

Air Mancur yaitu dengan menyesuaikan luas gudang yang tersedia dan juga menggunakan sistem racking untuk menyimpan barang, selain itu metode FIFO yang digunakan

Sukron, M., 2016, Pengaruh Pemberian Sirup Tepung Kanji terhadap Integritas Mukosa Lambung Studi Eksperimental pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar yang Dinduksi

hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir. Mahasiswa mampu berinteraksi secara langsung

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan karunia petunjuk, ilmu, serta kemudahan sehingga peneliti mampu menyelesaikan skripsi berjudul “

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia- Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Faktor- faktor Penyebab

Saran yang dapat diberikan kepada Solo Grand Mall oleh penulis dalam penggunaan Media Sosial, sebaiknya perusahaan mengadakan pelatihan khusus mengenai Media

Adalah fermentasi oleh 2 atau lebih strain dari spesies yang sama. Misalnya pada