• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. membiayai belanja negara. Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pajak,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. membiayai belanja negara. Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pajak,"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN

Sebagai bentuk iuran kepada negara yang disahkan oleh undang-undang dan bersifat memaksa, pajak memiliki dua fungsi yaitu fungsi reguler dan fungsi budgetair (Waluyo dan Ilyas, 1999). Sebagai fungsi reguler, pajak merupakan instrumen yang digunakan untuk mengatur kehidupan negara sesuai kehendak negara. Sedangkan sebagai fungsi budgetair, pajak berperan sebagai sumber penerimaan negara yang selanjutnya digunakan untuk membiayai belanja negara. Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pajak, lebih dari 75% total penerimaan negara di tahun 2012 yang digunakan untuk membiayai belanja negara berasal dari sektor perpajakan. Dari data di atas terlihat bahwa peran pajak sebagai fungsi budgetair sangatlah vital. Oleh karenanya, pengawasan terhadap kepatuhan wajib pajak menjadi sangat penting dilakukan dalam rangka mengamankan penerimaan negara.

Sistem perpajakan self assesment yang dianut oleh Indonesia, memberikan kepercayaan pada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, menetapkan, serta melaporkan besarnya pajak yang terutang ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) setelah masa pajak berakhir. Upaya pemberdayaan masyarakat ini tentu harus diikuti dengan tindak pengawasan yang memadai agar tercapai sasaran kebijakan perpajakan. Salah satu bentuk pengawasan yang penting adalah pemeriksaan pajak. Pemeriksaan pajak merupakan serangkaian kegiatan mencari, mengumpulkan, mengolah data, dan atau

(2)

2

keterangan lainnya untuk menguji pemenuhan kewajiban perpajakan atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Sebagai suatu bentuk pengawasan, pemeriksaan pajak memiliki fungsi yang strategis dalam mewujudkan kepatuhan sukarela. Kepatuhan sukarela mutlak diperlukan untuk dapat mencapai target penerimaan pajak. Menurut Indra Ismawan (2000) dalam Sumengkar (2009), empat elemen kunci yang harus diterapkan agar terwujud kepatuhan sukarela yaitu:

1. Program pelayanan yang baik terhadap wajib pajak. 2. Prosedur yang sederhana dan memudahkan wajib pajak.

3. Program pemantauan kepatuhan dan verivikasi yang efektif, dan 4. Pemantapan penegakan hukum secara tegas dan adil.

Untuk mewujudkan pemeriksaan yang berkualitas, sudah seharusnya semua hal yang terkait dikaji secara mendalam. Menurut Sumengkar, salah satu faktor penting tetapi belum mendapat banyak perhatian Dirjen Pajak adalah penelitian tentang kualitas laba yang dilaporkan wajib pajak.

Selain pemeriksaan pajak, analisis mengenai tingkat kepatuhan wajib pajak juga diperlukan untuk mengetahui tingkat kepatuhan sekaligus sebagai bentuk pengawasan. Penelitian yang dilakukan oleh Blanthorne (2000) dan Bobek (2003), menggunakan Theory of Planned Behavior (TPB) untuk meneliti kepatuhan wajib pajak pribadi. Sedangkan untuk meneliti kepatuhan wajib pajak badan, Mustikasari (2007) menggunakan gabungan teori perilaku individu dan teori perilaku organisasi. Berdasarkan Tax guidance series:

(3)

3

General Administrative Principles - GAP004 Compliance Measurement yang

diterbitkan oleh Centre for Tax Policy and Administration OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development ), salah satu teknik untuk menganalisis kepatuhan pajak adalah menggunakan rasio dalam laporan keuangan. Analisis rasio ini dapat digunakan untuk membandingkan kepatuhan wajib pajak badan dalam satu industri pada satu periode (cross-sectional approach), atau membandingkan satu wajib pajak pada beberapa periode (time-series approach).

Secara umum, tingkat kepatuhan pajak suatu negara dapat dihitung melalui tax ratio, yaitu perbandingan antara penerimaan pajak dengan produk domestik bruto (PDB). Rasio penerimaan pajak terhadap PDB Indonesia based on OECD model yang berada di level 15,4% ditahun 2012 masih berada di bawah rata-rata tax ratio negara-negara di Asia sebesar 17-21%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan pajak di Indonesia tergolong masih rendah. Secara spesifik, penelitian ini berfokus pada pengukuran tingkat kepatuhan pajak badan. Model yang digunakan untuk mengukur tingkat kepatuhan yakni melalui analisis rasio profitabilitas dari laporan keuangan yang dibuat oleh wajib pajak. Model pengukuran ini sesuai dengan tax guidance yang diterbitkan oleh OECD. Rasio profitabilitas sendiri dipilih karena penelitian ini bertujuan untuk melihat risiko atas ketidakpatuhan yaitu pengalihan laba ke luar negeri. Beberapa perusahaan yang ada di Indonesia sebagian besar kepemilikannya dimiliki oleh pihak asing. Hal ini menunjukkan adanya kemungkinan profit shifting yang berdampak pada

(4)

4

menurunnya potensi pajak. Salah satu cara profit shifting yang populer dilakukan adalah dengan transfer pricing. Transfer pricing merupakan transaksi antara beberapa divisi pada suatu kelompok usaha dengan harga yang tidak wajar atas barang dan jasa. Transfer pricing bisa dilakukan dengan cara menaikkan harga (mark up) atau menurunkan harga (mark down). Perusahaan global (Multi-National Enterprise) seringkali melakukan kegiatan ini untuk berbagai tujuan manajemen laba. Beberapa tujuan tersebut adalah, pertama, untuk mengakali jumlah laba sehingga pembayaran pajak dan pembagian dividen menjadi rendah. Kedua, menggelembungkan laba dalam rangka mempercantik (window-dressing) laporan keuangan. Akibat transfer pricing yang dilakukan perusahaan asing di Indonesia, negara dirugikan triliunan rupiah. Modus transfer pricing sangat beragam, diantaranya atas harga penjualan, harga pembelian, overhead cost, bunga shareholder-loan, pembayaran royalti, imbalan jasa, serta penjualan melalui pihak ketiga yang tidak ada usaha (specialpurpose company). Pengusaha juga melakukan transfer pricing dengan mendirikan perusahaan perantara di negara bertarif pajak rendah seperti Hongkong dan Singapura, sebelum menjual ke end user. Oleh karena itu, rasio profitabilitas dipilih untuk mengetahui risiko ketidakpatuhan dalam hal pengalihan laba oleh wajib pajak ke luar negeri. Alasan ini juga sejalan dengan pemikiran yang telah dipaparkan di atas bahwa kualitas laba masih belum mendapat perhatian banyak dari Dirjen Pajak dalam pemeriksaan yang dilakukannya (Sumengkar, 2000). Hasil dari analisis ini berguna bagi legislatif untuk membuat atau

(5)

5

membenahi peraturan terkait pengalihan laba ke luar negeri sehingga tidak ada penurunan potensi pajak, serta bagi Dirjen Pajak adalah untuk memperhatikan kualitas laba dalam melakukan pemeriksaan pajak.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Penelitian mengenai tingkat kepatuhan wajib pajak badan maupun orang pribadi sudah sering dilakukan. Namun, sejauh ini model penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan teori perilaku. Dalam Theory of Planned Behavior (TPB), perilaku ketidakpatuhan wajib pajak secara signifikan dipengaruhi oleh variabel sikap, norma subyektif, dan kontrol atas perilaku yang dipersepsikan (Blanthorne 2000, Bobek 2003). Beberapa penelitian menggunakan TPB juga telah dilakukan di Indonesia, salah satunya oleh Laksono (2011) yang mengambil sampel perusahaan manufaktur di Semarang. Dalam penelitian tersebut juga memberi bukti bahwa sikap, norma subyektif, kontrol atas persepsi, serta kondisi keuangan perusahaan secara siginifikan berpengaruh positif terhadap perilaku ketidakpatuhan wajib pajak badan. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Arum Sumengkar (2009) dikatakan bahwa kualitas laba yang dilaporkan belum mendapat banyak perhatian dari Dirjen Pajak ketika melakukan pemeriksaan pajak. Padahal, penilaian terhadap laba sangatlah penting guna mengetahui kualitasnya, sekaligus untuk mendeteksi ada tidaknya perilaku manajemen laba secara tidak etis yang berpotensi mengurangi pajak.

Belum adanya penelitian kepatuhan menggunakan analisis rasio dalam laporan keuangan, mendorong peneliti menggunakan kerangka dari OECD

(6)

6

seperti tersebut di atas untuk diaplikasikan di Indonesia. Hal ini sejalan dengan kerangka berpikir dari peneliti yaitu memberikan penilaian atas laba melalui analisis rasio untuk kemudian dikaitkan dengan kepatuhan pajak Badan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan membahas permasalahan:

1. Bagaimana pertumbuhan tingkat kepatuhan pajak perusahaan manufaktur yang tercatat di BEI dari tahun 2009 hingga tahun 2012?

2. Bagaimana tingkat kepatuhan pajak perusahaan manufaktur yang tercatat di BEI tahun 2009, 2010, 2011, dan 2012?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini memiliki tujuan untuk:

1. Menganalisis pertumbuhan tingkat kepatuhan pajak perusahaan manufaktur yang tercatat di BEI tahun 2009 hingga tahun 2012 dengan menggunakan pendekatan laporan keuangan yang dibuat. 2. Menganalisis tingkat kepatuhan pajak perusahaan manufaktur

yang tercatat di BEI tahun 2009, 2010, 2011 dan 2012 dengan menggunakan pendekatan laporan keuangan yang dibuat.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa:

1. Bagi akademisi atau pembuat kebijakan, sebagai bahan

pertimbangan untuk mengevaluasi kebijakan terkait aktifitas manajemen laba kususnya transfer pricing.

(7)

7

2. Bagi investor atau kreditur, sebagai masukan dalam pengambilan keputusan investasi, terutama dalam menganalisis angka laba yang disajikan oleh manajemen.

3. Bagi Direktorat Jenderal Pajak, sebagai masukan untuk mengembangkan teknik pemilihan sampel yang akan digunakan untuk pemeriksaan pajak.

1.5 RUANG LINGKUP PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis kepatuhan pajak badan menggunakan pendekatan pelaporan keuangan. Sampel penelitian ini diambil dari populasi perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009, 2010, 2011 dan 2012, serta bergerak di bidang manufaktur.

1.6 SISTEMATIKA PENULISAN

Penelitian ini terdiri dari lima bab, dan dalam setiap bab terbagi lagi menjadi beberapa sub-bab. Adapun garis besarnya adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang pemilihan topik, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini memaparkan mengenai teori yang menjadi landasan, yaitu mengenai teori kepatuhan dan teori analisis rasio laporan keuangan. Selain itu, akan dipaparkan juga mengenai hipotesis yang dikembangkan dalam penelitian ini.

(8)

8

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menjelaskan mengenai populasi dan sampel penelitian, jenis dan sumber data , variabel penelitian, alat analisis data, dan teknik analisis data.

BAB IV ANALISIS DATA

Dalam bab ini disajikan analisis data terkait permasalahan yang telah dirumuskan dan analisis terhadap hasil pengolahan data yang digunakan.

BAB V PENUTUP

Bab ini menyajikan inti sari simpulan dari penelitian, kelemahan penelitian dan saran untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam lakon Babat Alas Wanamarta terdapat nilai-nilai luhur yang relevan dengan nilai-nilai pendidikan akhlak dan dapat di jadikan teladan. Lakon ini layak untuk

Sedangkan gangguan yang datang dari dalam sistem dapat berupa kegagalan dari fungsi peralatan jaringan, kerusakan dari peralatan jaringan, kerusakan dari peralatan

Pengertian e-SPT adalah data SPT wajib pajak dalam bentuk elektronik yang dibuat oleh wajib pajak dengan menggunakan aplikasi e-SPT yang disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak,

Data sekunder bersumber dari Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP) yang merupakan data berupa penambahan jumlah wajib pajak, jumlah wajib pajak lapor SPT Tahunan Pajak

Direktorat Jenderal Pajak juga menekankan pada peningkatan pelayanan kepada wajib pajak, agar dapat mendorong kepatuhan wajib pajak yang akhirnya akan mempengaruhi

Bagi praktisi, diharapkan bagi Direktorat Jenderal Pajak atau Kantor Pajak untuk memberikan penyuluhan kepada wajib pajak yang tepat guna meningkatkan kepatuhan

[r]

Kepala Badan Pertanahan Nasional. Dalam rangka perolehan tanah, di lokasi itu ternyata masih banyak bidang tanah yang belum seluruhnya terdaftar karena pendaftaran tanah