• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Disiplin memiliki arti penting bagi setiap indi-vidu yang bertujuan atau ingin mencapai sesuatu. Sebagai contoh, individu yang ingin menjadi juara kelas, juara olah raga, atau sekedar ingin menurunkan berat badan, maka disiplin harus selalu menyertainya. Disiplin diartikan sebagai cara untuk melatih individu dalam hal kontrol diri atau melatih individu mengenai apa yang boleh dan tidak boleh mereka perbuat sesuai dengan peraturan yang berlaku di masyarakat.

Hurlock (1978) mengemukakan “discipline is training in self control or education (teaching children what theyshould or should not do). It also means training that molds, strengthens, orperfects children to follow the rules”. Dengan demikian, disiplin diri meru-pakan upaya sadar individu untuk melaksanakan dan menaati peraturan, tata tertib serta norma yang berlaku dalam masyarakat dan dilaksanakan dengan penuh rasa tanggung jawab.

Menurut Hurlock (2005), manusia dibentuk juga oleh lingkungannya, maka dalam pembentukan disi-plin diri individu dituntut untuk mengenali setiap unsur yang ada di sekelilingnya. Tanpa mengenali lingkungan akan mengakibatkan kesulitan dalam

(2)

membentuk disiplin diri, karena seseorang akan sulit berubah jika ia kesulitan menangkap kondisi diri dan lingkungannya. Unsur lingkungan paling dekat adalah dirinya sendiri dan keluarga.

Terkait dengan lingkungan keluarga berarti meli-batkan pola asuh orang tua. Orang tua mempunyai kewajiban untuk merawat anak-anaknya, mengajar-kan cara berinteraksi dan bersosialisasi, mengajarmengajar-kan bagaimana berperilaku yang dapat diterima sesuai norma masyarakat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pola asuh merupakan pola interaksi dalam pengasuhan orang tua kepada anak (Hurlock, 2005).

Maccoby dan Martin (1983) telah menguraikan ada empat pola asuh dengan mengacu pendapat Baumrind (1971). Dalam penelitian yang dilakukan-nya, Baumrind menemukan bahwa terdapat dua unsur dasar yang bisa membantu membentuk pola parenting (pengasuhan orang tua) yang berhasil, yaitu: responsiveness vs. unresponsiveness (responsif vs. tidak responsif) and demanding vs. undemanding (menuntut vs. tidak menuntut). Selanjutnya Baumrind mengidentifikasi empat pola asuh, antara lain: authoritative, authoritarian, permissive neglectful dan permissive indulgent.

Pola asuh yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah pola asuh permissive orang tua. Pola asuh ini cenderung memperbolehkan terhadap apa pun keinginan anak. Baumrind (1991) dan Lamborn dkk

(3)

(1991) menyatakan, orang tua yang memanjakan anak akan mengakibatkan rendahnya pengendalian diri anak. Anak dapat mengembangkan kreativitasnya, tetapi memiliki perilaku seenaknya sendiri, kurang berpartisipasi dalam pembelajaran di sekolah dan memiliki masalah yang berhubungan dengan batas-batas yang diterapkan sekolah.

Hubungan pola asuh permisif dengan disiplin diri telah diteliti Wartika (1998) dengan judul “Hubungan Pandangan terhadap Pola Asuh Permisif

Orang tua dengan Disiplin Diri pada Siswa SMA Nusantara Kabupaten Magelang”. Hasil yang

ditemu-kan bahwa ada hubungan yang positif signifiditemu-kan anta-ra pola asuh permisif oanta-rangtua dengan disiplin diri anak rxy= 0,723 dengan p= 0,000<0,05. Namun, hasil

penelitian yang dilakukan oleh Lutfi (1991) dengan judul “Hubungan Pandangan Anak terhadap Pola Asuh Permisif Orangtua dengan Pengembangan Disiplin Diri Siswa SMA Negeri 2 Kota Malang” menunjukkan hasil bahwa tidak ada hubungan signifikan antara pola asuh permisif orangtua dengan disiplin diri anak rxy=

0,348 dengan p= 0,08> 0,05. Hasil penelitian Wartika (1998) dan Lutfi (1991) bertolak belakang, maka perlu dilakukan penelitian ulang, sehingga dapat dipastikan ada tidaknya hubungan yang signifikan antara pola asuh permisif orang tua dengan disiplin diri anak.

Konsep diri merupakan bagian yang penting dari kepribadian seseorang sebagai penentu bagaimana seseorang bersikap dan berperilaku. Apabila remaja

(4)

mendapatkan pola asuh yang tepat, maka remaja tersebut mempunyai konsep diri yang kuat sehingga akan menghasilkan individu yang optimis, percaya diri dan menunjukkan sifat baik, misalnya dengan rajin mengikuti pelajaran, tidak suka membolos, dan rajin berkomunikasi dengan teman. Sebaliknya jika pola asuh yang didapatkan remaja tidak tepat kemungkin-an konsep diri ykemungkin-ang dimiliki rendah dkemungkin-an berakibat remaja memandang dirinya tidak mampu, tidak berda-ya dan hal-hal negatif lainnberda-ya, dan akan mempenga-ruhi remaja dalam berusaha, misalnya menjadi malas mengikuti pelajaran karena merasa pasti gagal (Andrie, 2009).

Penelitian yang dilakukan Prasetyo (2013) me-ngenai hubungan konsep diri dengan disiplin diri siswa SMA Pancasila Surabaya, menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan dengan koefisien r se-besar -0,113 dengan p 0,316> 0,05. Sedangkan peneli-tian Andrie (2013) mengungkapkan tidak ada hubung-an positif hubung-antara konsep diri dhubung-an disiplin diri siswa kelas XI dan XII Jurusan Teknik Audio Video SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta, dibuktikan dengan nilai Rxy= -0,012 dan tingkat signifikansi 0,246< 0,05.

Peneliti menemukan adanya permasalahan ter-kait kedisiplinan siswa di SMA Negeri 1 Bergas, misalnya ada siswa yang masih terlambat masuk sekolah, terlambat masuk kelas waktu pergantian jam belajar, terlambat mengikuti upacara, membolos tidak mengikuti pelajaran, tidak melaksanakan tugas piket,

(5)

membuang sampah sembarangan, serta tidak mengi-kuti kegiatan pramuka. Guru BK menjelaskan bahwa siswa yang terlambat umumnya terlambat bangun akibat tidur larut malam. Kebiasaan anak yang ter-lambat tidur, terter-lambat bangun, senang menghabis-kan waktu untuk bermain, dan kebiasaan anak yang susah diatur karena kurangnya perhatian dan bim-bingan orang tua. Data yang diperoleh dari seksi ketertiban dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 1.1

Tabel Pelanggaran Siswa Tahun Pelajaran 2012/2013

Periode Jenis Pelanggaran Jumlah Siswa Prosentase total jumlah 869 siswa Januari - Agustus 2013 Terlambat 447 51.44% Membolos saat pelajaran 237 27.27%

Seragam tidak lengkap 298 34.29%

Rambut tidak rapi 87 10.01%

Merokok 8 0.92%

Sumber: Seksi Ketertiban SMAN 1 Bergas

Pelanggaran atau ketidakdisiplinan siswa yang ditunjukkan dalam Tabel 1 di atas, berhubungan dengan konsep diri siswa. Seperti yang diungkapkan pada penelitian sebelumnya oleh Prasetyo (2013), bahwa terdapat hubungan antara pola asuh dengan kedisiplinan, namun keduanya tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Pernyataan ini senada dengan penelitian Triari (2010), bahwa terdapat

(6)

hu-bungan positif antara konsep diri dengan disiplin yaitu Rxy= 0,671 dan tingkat signifikansi 0,000<0,05.

Pra penelitian tersaji pada Tabel 1.2, yang dila-kukan kepada 30 responden siswa kelas XI SMA Negeri 1 Bergas diperoleh hasil penelitian diskriptif, 60% siswa cenderung menyatakan bahwa kedua orang tua mereka memberikan kebebasan tanpa pengawasan yang cukup; 76,7% menyatakan orang tuanya mem-berikan apa yang diinginkan tanpa peduli urusan anaknya; 80% siswa menyatakan orang tuanya tidak pernah menegur jika mereka melakukan kesalahan. Ketidak-pedulian orang tua ini dikarenakan mereka sibuk bekerja di Pabrik, tanpa mengontrol kegiatan putra putri mereka. Pola Asuh permisif dengan kebebasan yang diberikan ini membuat siswa kelas XI SMA Negeri 1 Bergas tersebut kurang disiplin di sekolah.

Tabel 1.2

Tabel Pra Penelitian Pola Asuh Orang Tua

Pola Asuh Tidak Pernah

Kadang-Kadang Selalu

OrangTua cenderung memberi kebebasan tanpa pengawasan

1 (3,3%) 11 (36,7%) 18 (60,0%) Orang Tua memberi apa yang saya

inginkan tanpa peduli urusan saya 0

7 (23,3%)

23 (76,7%) Apabila saya berbuat kesalahan

orang tua tidak pernah menegur atau menghukum 1 (3,3%) 5 (16,7%) 24 (80,0%) Sumber: Data lapangan, yang diolah

(7)

1.2 Rumusan Masalah

Masalah dalam penelitian dirumuskan sebagai berikut:

1. Adakah hubungan yang signifikan antara pola asuh permisif orang tua dengan disiplin diri siswa kelas XI SMA Negeri 1 Bergas Kabupaten Semarang? 2. Adakah hubungan yang signifikan antara konsep

diri dengan disiplin diri siswa kelas XI SMA Negeri 1 Bergas Kabupaten Semarang?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini dirumuskan sebagai beri-kut:

1. Untuk mengetahui signifikansi hubungan pola asuh permisif orang tua dengan disiplin diri siswa kelas XI SMA Negeri 1 Bergas;

2. Mengetahui signifikansi hubungan konsep diri dengan disiplin diri siswa kelas XI SMA Negeri 1 Bergas.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mampu membe-rikan manfaat, seperti:

(8)

1. Manfaat Teoritik

a. Apabila ditemukan dalam penelitian ini ada hubungan signifikan antara pola asuh permisif dengan disiplin diri berarti sejalan dengan hasil penelitian Wartika (1998). Namun, bila dalam penelitian ini tidak ada hubungan signifikan antara pola asuh permisif dengan disiplin diri berarti sejalan dengan hasil penelitian Lutfi (1991);

b. Apabila dalam penelitian ini tidak ada hubungan signifikan antara konsep diri dengan disiplin diri berarti sejalan dengan hasil penelitian dari Triari (2010).

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini bisa menjadi masukan bagi sekolah dan pengambil keputusan dalam penyusunan kebijakan dan pengembangan disiplin bagi peserta didik.

1.5 Sistematika Penulisan

Tesis ini disajikan dengan sistematika penulisan sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, akan memuat latar belakang dilakukanya penelitian. Bab ini terbagi dalam perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulis-an;

(9)

Bab II Landasan Teori, memuat tentang tentang disi-plin diri, pola asuh orangtua yang permisif, konsep diri, kajian penelitian yang relevan, kerangka pikir dan hipotesis;

Bab III Metode Penelitian, berisi jenis penelitian, po-pulasi dan sampel, variabel penelitian, teknik pengumpulan data, uji validitas dan reliabilitas dan teknik analisis data;

Bab IV Hasil dan Pembahasan, memuat gambaran umum responden, deskripsi data, pengujian hipotesis, dan pembahasan;

Bab V berisi Penutup yang membuat kesimpulan dan saran-saran.

Referensi

Dokumen terkait

Nikki Super Tobacco menangani pengiriman rokok dari Kudus ke seluruh kantor perwakilan di Indonesia yang tersebar di pulau Jawa maupun di luar pulau Jawa4. Dalam

Tim penyusun yang telah bekerja secara serius dan tidak kenal lelah dalam menyusun Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran (VMTS) lAlN Purwokerto.. Dewan pakar yang telah

Penilaian nasabah terhadap feedback berupa manfaat positif yang didapat setelah mengikuti gathering dan event yang diselenggarakan Treasury Group di Kanwil VII Pada tabel

Dari gagasan-gagasan tersebut, dapat disimpulkan wacana yang terkandung yang dimana wacana tersebut merupakan konstruksi dari citra yang diinginkan mengenai etnis

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Khalimatul Ulyah NIM : 14630014 Jurusan : Kimia Fakultas : Sains dan Teknologi Judul penelitian : Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak

Bahan ajar kaparigelan nulis keur barudak SD/MI bisa ditengetan dina Standar Kompetensi (SK) jeung Kompetensi Dasar (KD) dina SKKD Matapelajaran Bahasa dan Sastra Sunda 2006..

Untuk jembatan yang mempunyai lengkung horizontal, harus diperhitungkan gaya sentrifugal akibat pengaruh pembebanan lalu lintas untuk seluruh bagian bangunan.. Beban

Kegiatan Dukungan Fasilitasi bagi Wirausaha Muda Pemula dan Kelompok Wirausaha Muda Pemula/ Sentra Kewirausahaan Pemuda adalah kegiatan yang diselenggarakan oleh Kementerian Pemuda