• Tidak ada hasil yang ditemukan

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN AKUNTANSI KEUANGAN NEGARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN AKUNTANSI KEUANGAN NEGARA"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN AKUNTANSI KEUANGAN NEGARA

KEPUTUSAN KEPALA BADAN AKUNTANSI KEUANGAN NEGARA NOMOR : KEP-09 /AK/2002

TENTANG

PEDOMAN AKUNTANSI BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA PADA DEPARTEMEN/LEMBAGA

KEPALA BADAN AKUNTANSI KEUANGAN NEGARA :

Menimbang : a. bahwa sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor

295/KMK.012/2001 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pembukuan dan Pelaporan Keuangan pada Departemen/Lembaga, akuntansi Barang Milik/Kekayaan Negara akan diatur dalam keputusan tersendiri;

b. bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 2 Keputusan Menteri

Keuangan Nomor 295/KMK.012/2001 tentang Tata Cara

Pelaksanaan Pembukuan dan Pelaporan Keuangan, ketentuan lebih lanjut yang diperlukan bagi pelaksanaan Tata Cara

Pelaksanaan Pembukuan dan Pelaporan Keuangan

Departemen/Lembaga diatur dengan keputusan Kepala Badan Akuntansi Keuangan Negara;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam

huruf a, dan b di atas, perlu menetapkan Keputusan Kepala Badan Akuntansi Keuangan Negara tentang Pedoman Akuntansi Barang/Milik Kekayaan Negara;

Mengingat : 1. Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 2000 tentang Pelaksanaan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2000 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3930);

2. Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 476/KMK.01/ 1991

tanggal 24 Mei 1991, tentang Sistem Akuntansi Pemerintah;

3. Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 295/KMK.012/2001

tentang Tata Cara Pelaksanaan Pembukuan dan Pelaporan Keuangan pada Departemen/Lembaga;

(2)

4. Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 02/KMK.01/2001 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen Keuangan sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 64/KMK.01/2002 tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 02/KMK.01/2001 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen Keuangan;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA BADAN AKUNTANSI KEUANGAN

NEGARA TENTANG PEDOMAN AKUNTANSI BARANG

MILIK/KEKAYAAN NEGARA PADA DEPARTEMEN/

LEMBAGA.

Pasal 1

Akuntansi Barang Milik/Kekayaan Negara pada Departemen/

Lembaga dilaksanakan sesuai dengan pedoman sebagaimana

ditetapkan dalam Lampiran Keputusan Kepala Badan Akuntansi Keuangan Negara ini.

Pasal 2

Keputusan Kepala Badan Akuntansi Keuangan Negara ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dan berdaya laku surut sejak tanggal 1 Januari 2002.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Keputusan Kepala Badan Akuntansi Keuangan Negara ini dengan penempatannya dalam Berita Negara.

Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 19 April 2002 TTD.

KEPALA BADAN AKUNTANSI KEUANGAN NEGARA MULIA P. NASUTION

(3)

PEDOMAN AKUNTANSI BARANG MILIK/KEKAYAAN NEGARA

PADA DEPARTEMEN/LEMBAGA

(4)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Tujuan dan Prinsip

Pembukuan dan Pelaporan Barang Milik/Kekayaan Negara untuk selanjutnya

disebut dengan Akuntansi Barang Milik/Kekayaan Negara (BM/KN)

diselenggarakan dengan tujuan untuk menghasilkan informasi yang diperlukan sebagai pertanggungjawaban atas pengelolaan barang yang dikuasai oleh suatu unit organisasi dan dapat dipakai sebagai bahan pengambilan keputusan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan yang baik.

Akuntansi BM/KN diselenggarakan oleh unit organisasi Akuntansi BM/KN dengan memegang prinsip-prinsip:

1.1.1 Ketaatan, yaitu Akuntansi BM/KN dilakukan sesuai peraturan

perundang-undangan dan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Apabila peraturan perundang-undangan bertentangan dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, maka yang diikuti adalah ketentuan perundang-undangan;

1.1.2 Harga perolehan, yaitu pencatatan BM/KN didasarkan atas harga

perolehan. Apabila harga perolehan tidak dapat diketahui maka dapat ditentukan dengan harga taksiran;

1.1.3 Objektif, yaitu pembukuan dan pelaporan BM/KN dilakukan sesuai

dengan keadaan yang sebenarnya;

1.1.4 Materialitas, yaitu Akuntansi BM/KN dilakukan sedemikian rupa

sehingga seluruh informasi yang dapat mempengaruhi keputusan dapat tercatat;

1.1.5 Kemampubandingan, yaitu pembukuan dan pelaporan BM/KN menggunakan klasifikasi standar yang memungkinkan laporan tersebut diperbandingkan antarperiode akuntansi;

1.1.6 Konsistensi, yaitu Akuntansi BM/KN harus dilaksanakan secara konsisten dari satu periode ke periode lain;

1.1.7 Kelengkapan, yaitu Akuntansi BM/KN mencakup keseluruhan transaksi

(5)

1.2. Pengertian Istilah

Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan

1.2.1. Pembukuan dan Pelaporan Barang Milik/Kekayaan Negara untuk

selanjutnya disebut dengan akuntansi BM/KN adalah suatu urutan kegiatan dalam penatausahaan Barang Milik/Kekayaan Negara yang

mengolah semua transaksi Barang Milik/Kekayaan Negara yang

menghasilkan laporan Barang Milik/Kekayaan Negara sesuai ketentuan yang berlaku.

1.2.2. Sistem Akuntansi Barang Milik/Kekayaan Negara adalah sistem

akuntansi yang mengolah semua transaksi Barang Milik/Kekayaan Negara

yang menghasilkan informasi akuntansi dan laporan Barang

Milik/Kekayaan Negara sesuai ketentuan yang berlaku.

1.2.3. Barang Milik/Kekayaan Negara untuk selanjutnya disebut dengan

BM/KN adalah semua BM/KN yang berasal/dibeli dari dana yang bersumber untuk seluruhnya atau sebagiannya dari anggaran pendapatan dan belanja negara ataupun dengan dana di luar anggaran pendapatan dan belanja negara yang berada di bawah pengurusan atau penguasaan Departemen, Lembaga Pemerintah Non Departemen serta unit-unit dalam lingkungannya yang terdapat baik di dalam negeri maupun di luar negeri, tidak termasuk kekayaan negara yang telah dipisahkan (kekayaan Perusahaan Umum dan Persero) dan barang/kekayaan Daerah Otonom.

1.2.4. Departemen/Lembaga adalah Departemen, Lembaga Tertinggi/Tinggi

Negara, Sekretariat Negara, Kejaksaan Agung, Menteri Negara, Menteri Koordinator dan Lembaga Pemerintah Non Departemen.

1.2.5. Pemerintah Pusat adalah semua perangkat pemerintah pusat yang terdiri

dari lembaga tertinggi dan tinggi negara beserta departemen dan lembaga yang memperoleh alokasi anggaran dari APBN.

1.2.6. Badan Akuntansi Keuangan Negara (BAKUN) adalah unit organisasi

Eselon 1 dibawah Departemen Keuangan yang bertugas

menyelenggarakan akuntansi keuangan pemerintah dan pelaporan

keuangan, pembinaan dan pengembangan akuntansi pemerintah,akuntansi barang milik/kekyaan negara serta verivikasi dan akuntansi pelaksanaan bagian anggaran pembiayaan dan perhitungan.

1.2.7. Barang adalah benda berwujud yang dapat dihitung/diukur/ditimbang dan

dinilai, tidak termasuk uang kas/kas dan setara kas.

1.2.8. Persediaan adalah barang pakai habis yang diperoleh dengan maksud

(6)

1.2.9. Inventarisasi adalah suatu kegiatan opname fisik terhadap barang-barang

yang meliputi pengidentifikasian, perhitungan, penilaian dan mencatat seluruh barang inventaris secara fisik/nyata yang dimiliki/dikuasai oleh setiap Unit Pemakai Barang (UPB) pada waktu awal dimulainya penatausahaan barang atau suatu saat tertentu.

1.2.10. Organisasi Akuntansi Barang adalah unit organisasi yang

menyelenggarakan akuntansi barang sesuai ketentuan yang berlaku.

1.2.11. Pembina Umum Barang adalah unit akuntansi BM/KN pada tingkat

nasional yang tanggung jawabnya berada pada Presiden yang secara

fungsional dikuasakan dan dilaksanakan oleh Menteri Keuangan.

1.2.12. Pembina Barang Inventaris (PEBIN) adalah unit akuntansi BM/KN pada tingkat Departemen/Lembaga, yang tanggung jawabnya berada pada Menteri/Pimpinan Lembaga.

1.2.13. Penguasa Barang Inventaris (PBI) adalah unit akuntansi BM/KN pada tingkat Eselon I yang tanggung jawabnya berada pada pejabat Eselon I. 1.2.14. Pembantu Penguasa Barang Inventaris (PPBI) adalah unit akuntansi

BM/KN pada tingkat Kantor Wilayah atau unit kerja yang setingkat yang tanggung jawabnya berada pada Kepala Kantor Wilayah atau pejabat yang setingkat.

1.2.15. Unit Pengurus Barang (UPB) adalah unit akuntansi BM/KN pada satuan kerja (Kantor/Proyek/Bagian Proyek) yang menguasai, menggunakan dan mengurus Barang yang tanggung jawabnya berada pada Kepala Satuan Kerja/Pimpro/Pimbagpro.

1.2.16. Kantor Akuntansi Regional (KAR) adalah unit organisasi operasional BAKUN di darah.

1.2.17. Kode Barang adalah kode yang dipergunakan untuk mengklasifikasikan barang berdasarkan jenis dan fungsinya dalam akuntansi BM/KN.

1.2.18. Kode Lokasi adalah kode unit penatausahaan barang dalam akuntansi BM/KN.

1.2.19. Kode Regristrasi adalah suatu kode yang terdiri dari kode klasifikasi barang ditambah dengan tahun perolehan dan kode lokasi barang ditambah dengan nomor urut pendaftaran barang.

1.2.20. Nomor Urut Pendaftaran Barang adalah nomor urut yang menunjukan urutan pendaftaran barang dalam akuntansi BM/KN.

1.2.21. Satuan barang adalah besaran yang digunakan untuk mencatat kwantitas barang dalam akuntansi BM/KN.

(7)

1.2.22. Harga Perolehan adalah merupakan seluruh pengeluaran yang dilakukan untuk memperoleh BM/KN hingga siap pakai.

1.2.23. Harga Taksiran adalah merupakan penentuan nilai BM/KN yang dilakukan berdasarkan estimasi harga BM/KN pada suatu saat tertentu, dilakukan apabila harga perolehan BM/KN yang bersangkutan tidak dapat diketahui.

1.2.24. Kapitalisasi adalah penentuan nilai pembukuan terhadap semua

pengeluaran untuk memperoleh aset tetap hingga siap pakai, untuk

meningkatkan kapasitas/efesiensi dan atau memperpanjang umur

teknisnya dalam rangka menambah nilai-nilai barang tersebut.

1.2.25. Surat Pemberitahuan Pencatatan Aset (SPPA) adalah suatu formulir yang digunakan sebagai dasar untuk merekam data barang oleh UPB yang berisi kode lokasi, kode klasifikasi, jenis transaksi, kode kantor, harga (nilai), kondisi dan informasi lain mengenai barang.

1.2.26. Dokumen Sumber adalah dokumen yang digunakan sebagai sumber atau bukti untuk pemrosesan data/transaksi.

1.2.27. Daftar Inventaris Ruangan (DIR) adalah daftar yang digunakan untuk mencatat dan mengawasi BM/KN yang berada dalam ruangan

1.2.28. Kartu Inventaris Barang (KIB) adalah kartu kendali yang digunakan untuk mencatat identitas BM/KN berupa tanah, bangunan gedung, serta alat angkutan bermotor.

1.2.29. Daftar Inventaris Lainya (DIL) adalah daftar yang digunakan untuk mencatat BM/KN yang tidak dicatat dalam DIR dan KIB

1.2.30. Buku Inventaris Intrakomptabel adalah buku yang digunakan untuk mencatat BM/KN yang memenuhi kriteria kapitalisasi yang dilakukan secara sistematis.

1.2.31. Buku Inventaris Ekstrakomptable adalah buku yang digunakan untuk mencatat BM/KN yang tidak memenuhi kriteria kapitalisasi yang dilakukan secara sitematis.

1.2.32. Laporan Mutasi Barang Triwulan (LMBT) adalah sarana untuk melaporkan mutasi BM/KN yang memenuhi kriteria kapitalisasi pada setiap berakhirnya suatu triwulan.

1.2.33. Laporan Tahunan Inventaris (LTI) adalah sarana untuk melaporkan BM/KN yang memenuhi kriteria kapitalisasi pada setiap berakhirnya suatu tahun anggaran.

(8)

1.2.34. Laporan Opname Fisik Barang Inventaris (LOFBI) adalah Laporan yang disusun oleh suatu tim opname fisik terhadap BM/KN yang merupakan laporan hasil opname fisik barang pada suatu saat tertentu. 1.2.35. Saldo Awal adalah laporan keadaan BM/KN pada awal pembukuan yang

merupakan hasil dari Opname fisik.

1.2.36. Daftar Kondisi Barang (DKB) adalah suatu daftar yang dibuat oleh UPB untuk mencatat jumlah dan kondisi BM/KN pada saat melakukan pengecekan ulang menjelang berakhirnya suatu tahun anggaran.

1.2.37. Arsip Data Komputer (ADK) adalah arsip data berupa disket atau

media penyimpanan digital lainnya yang berisikan data BM/KN.

1.2.38. Register Transaksi adalah hasil pemrosesan SPPA yang berisi seluruh masukan data dalam periode tertentu.

1.2.39. Register Pengiriman adalah daftar isi ADK yang dikirim dalam bentuk disket atau media penyimpanan digital lainnya.

1.3. Ruang Lingkup Akuntansi BM/KN

Akuntansi BM/KN meliputi kegiatan sebagai berikut: 1.3.1. Pembukuan

Semua transaksi BM/KN dibukukan ke dalam Buku Inventaris dengan

tahapan kegiatan sebagai berikut:

a. BM/KN didaftarkan berdasarkan dokumen sumber (Berita Acara dan dokumen pendukung lainnya);

b. BM/KN diklasifikasikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

c. BM/KN dicatat dalam Buku Inventaris, Daftar Inventaris Ruangan

(DIR), Kartu Inventaris Barang (KIB), dan Daftar Inventaris Lainnya (DIL).

1.3.2. Inventarisasi

Inventarisasi dilaksanakan secara berkala dengan melakukan pengecekan fisik BM/KN untuk menjaga keakuratan catatan akuntansi.

1.3.3. Pelaporan

(9)

BAB II

STRUKTUR DAN BAGAN ORGANISASI AKUNTANSI BM/KN

1.1 Struktur Organisasi

1.1.1. Secara umum, struktur organisasi akuntansi BM/KN ditetapkan sebagai berikut:

a. Unit Pengurus Barang (UPB)

UPB adalah unit akuntansi BM/KN pada Satuan Kerja

(Kantor/Proyek/Bagian Proyek) yang menguasai anggaran sendiri.

b. Pembantu Penguasa Barang Inventaris (PPBI)

PPBI adalah unit akuntansi BM/KN pada tingkat Kantor Wilayah atau unit kerja lain yang ditetapkan sebagai PPBI.

c. Penguasa Barang Inventaris (PBI)

PBI adalah unit akuntansi BM/KN pada unit organisasi tingkat Eselon I atau unit kerja lain yang ditetapkan sebagai PBI.

d. Pembina Barang Inventaris (PEBIN)

PEBIN adalah unit akuntansi BM/KN pada tingkat

Departemen/Lembaga.

1.1.2. Penanggung jawab akuntansi BM/KN adalah sebagai berikut:

a. Pada UPB : Kepala Kantor/Satuan Kerja/Pimpinan Proyek/ Pimpinan

Bagian Proyek;

b. Pada PPBI : Kepala Kantor Wilayah atau Kepala unit kerja yang

ditetapkan sebagai PPBI;

c. Pada PBI : Pejabat Eselon I atau Kepala Unit kerja yang ditetapkan sebagai PBI yang kewenangannya dilimpahkan ke Pejabat Eselon II;

d. Pada PEBIN : Menteri/Sekretaris Jenderal Lembaga Tertinggi/Tinggi

Negara/ Pimpinan Lembaga Pemerintah Non

Departemen yang kewenangannya dilimpahkan kepada Pejabat Eselon I.

(10)

1.1.3. Di samping sebagai PPBI, PBI atau PEBIN, unit organisasi ini juga melaksanakan fungsi selaku UPB untuk Unit kerjanya.

1.1.4. Setiap unit kerja yang ditetapkan sebagai UPB, PPBI, PBI dan PEBIN wajib melaksanakan tugas dan fungsi unit organisasi tersebut sesuai ketentuan yang telah ditetapkan

1.1.5. Organisasi akuntansi BM/KN pada Departemen/Lembaga ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri/Pimpinan Lembaga yang bersangkutan

(11)

1.2 Bagan Organisasi

a. Bagan Organisasi Akuntansi BM/KN pada UPB

KEPALA SATUAN KERJA PETUGAS VERIFIKASI OPERATOR KOMPUTER

(12)

b. Bagan Organisasi Akuntansi BM/KN pada PPBI

KEPALA KANTOR WILAYAH/PIMPINAN UNIT

YANG DITETAPKAN

KABAG. TU/ PEJABAT YANG DITUNJUK PETUGAS VERIFIKASI OPERATOR KOMPUTER KASUBAG. PERLENGKAPAN/ PEJABAT YANG DITUNJUK

(13)

c. Bagan Organisasi Akuntansi BM/KN pada PBI SEKRETARIS ESELON I (DIRJEN/BADAN/ YANG SETINGKAT) KABAG. UMUM/PERLENGKAPAN /SETINGKAT YANG MEMBIDANGI PERLENGKAPAN PETUGAS VERIFIKASI OPERATOR KOMPUTER KASUBAG. UMUM/PERLENGKAPAN/ SETINGKAT YANG MEM-BIDANGI PERLENGKAPAN

(14)

d. Bagan Organisasi Akuntansi BM/KN pada PEBIN SEKJEN DEPARTEMEN/ SEKRETARIS LEMBAGA PETUGAS VERIFIKASI OPERATOR KOMPUTER KEPALA BIRO YANG

MEMBIDANGI PERLENGKAPAN

KEPALA BAGIAN YANG MEMBIDANGI PERLENGKAPAN

(15)

BAB III

TUGAS DAN FUNGSI PEJABAT/PETUGAS PELAKSANA AKUNTANSI BM/KN PADA DEPARTEMEN/LEMBAGA

3.1. Pada Tingkat UPB

Tugas dan fungsi dari masing-masing pejabat/petugas adalah sebagai berikut:

3.1.1. Kepala Kantor/Satuan Kerja/Pimpinan Proyek/Pimpinan Bagian Proyek

Kepala Kantor/Satuan Kerja/Pimpinan Proyek/Pimpinan Bagian Proyek bertugas sebagai penanggung jawab pelaksanaan akuntansi BM/KN pada tingkat UPB. Untuk melaksanakan tugas tersebut Kepala Kantor/Satuan Kerja/Pimpinan Proyek/Pimpinan Bagian Proyek mempunyai fungsi sebagai berikut:

a. Menunjuk dan menetapkan petugas akuntansi BM/KN ,

b. Menyiapkan rencana pelaksanaan sistem akuntansi BM/KN pada tingkat UPB,

c. Mengusulkan dana untuk keperluan pelaksanaan sistem akuntansi BM/KN ,

d. Mengkoordinasikan pelaksanaan sistem akuntansi BM/KN di

lingkungan UPB,

e. Menelaah dan menandatangani laporan kegiatan dan surat-surat untuk pihak luar sehubungan dengan pelaksanaan sistem,

f. Memantau dan mengevaluasi hasil kerja petugas pelaksana,

g. Menelaah dan menandatangani Kartu Inventaris Barang (KIB), Daftar Inventaris Ruangan (DIR), Daftar Inventaris Lainnya (DIL), Buku Inventaris (BI), Laporan Mutasi Barang Triwulanan (LMBT), dan Laporan Tahunan (LT).

h. Menginstruksikan kepada setiap Penanggung jawab Ruangan untuk membuat Daftar Kodisi Barang (DKB) pada setiap akhir tahun anggaran.

3.1.2. Petugas Verifikasi

Petugas Verifikasi Akuntansi BM/KN pada tingkat UPB mempunyai tugas sebagai berikut:

a. Memelihara dokumen sumber dan mengarsipkan dokumen akuntansi BM/KN,

b. Melaksanakan opname fisik, c. Melakukan registrasi BM/KN ,

d. Membuat dan memperbarui DIR, KIB, dan DIL, e. Mengirimkan KIB ke PPBI, PBI, dan PEBIN,

f. Mengirimkan ADK BM/KN dan Register Pengiriman beserta surat

(16)

g. Mengirimkan LMBT dalam periode triwulan dan mengirimkan LT pada akhir tahun anggaran setelah ditandatangani Penanggung jawab UPB ke PPBI.

3.1.3. Operator Komputer

Operator Komputer Akuntansi BM/KN pada tingkat UPB mempunyai tugas sebagai berikut:

a. Menyiapkan Surat Pemberitahuan Pencatatan Aset (SPPA), b. Merekam SPPA ke dalam sistem akuntansi BM/KN , c. Mencetak Register Transaksi,

d. Memverifikasi Register Transaksi dengan SPPA,

e. Melakukan koreksi bila terdapat perbedaan antara SPPA dengan Register Transaksi,

f. Membetulkan data masukan berdasarkan hasil verifikasi, g. Mencetak LMBT, BI, dan LT,

h. Menggandakan LMBT, dan LT,

i. Membuat konsep surat pengantar untuk pengiriman Arsip Data

Komputer (ADK) BM/KN , LMBT, dan LT.

3.2. Pada Tingkat PPBI

Tugas dan fungsi dari masing-masing pejabat/petugas adalah sebagai berikut:

3.2.1. Kepala Kantor Wilayah/Pimpinan Unit yang ditetapkan

Kepala Kantor Wilayah/Pimpinan Unit yang telah ditetapkan selaku

Penanggungjawab Akuntansi BMKN mempunyai tugas mengkoordinasikan

pelaksanaan akuntansi BM/KN untuk satuan kerja/proyek diwilayahnya. Untuk melaksanakan tugas tersebut, Kepala Kantor Wilayah/Pimpinan Unit yang telah ditetapkan selaku penanggungjawab mempunyai fungsi sebagai berikut:

a. Mengkoordinasikan rencana pelaksanaan Sistem Akuntansi BM/KN untuk lingkup wilayahnya;

b. Mengkoordinasikan pelaksanaan Sistem Akuntansi BM/KN di

wilayahnya;

c. Mengkoordinasikan Penyusunan DUK/DUP untuk mendukung dana pelaksanaan sistem akuntansi BM/KN;

d. Mengarahkan penyiapan sumberdaya manusia, sarana dan prasarana yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan Sistem akuntansi BM/KN;

e. Memantau pelaksanaan kegiatan Sistem Akuntansi BM/KN agar sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan;

f. Mengkoordinasikan pelaksanaan Sistem Akuntansi BM/KN antara UPB,

(17)

g. Meneliti dan menandatangani Laporan Kegiatan dan surat/memo lainnya

untuk pihak luar sehubungan dengan pelaksanaan Sistem Akuntansi

BM/KN;

h. Menyampaikan laporan BM/KN triwulanan dan tahunan ke PBI dan

KAR.

3.2.2. Kepala Bagian Tata Usaha/Pejabat yang ditunjuk

Kepala Kepala Bagian Tata Usaha/pejabat yang ditunjuk selaku Wakil

Penanggungjawab mempunyai tugas membantu penanggungjawab dalam

mengkoordinasikan pelaksanaan akuntansi BM/KN untuk linkup

wilayahnya.Untuk melaksanakan tugas tersebut, Kepala Bagian Tata Usaha selaku wakil penanggungjawab mempunyai fungsi sebagai berikut:

a. Menyiapkan rencana pelaksanaan Sistem Akuntansi BM/KN; b. Menyiapkan konsep penempatan pejabat/petugas pada PPBI;

c. Menyiapkan konsep DUK/DUP untuk dana penyelenggaraan Sistem Akuntansi BM/KN;

d. Menyusun rencana penyiapan sumber daya manusia, sarana dan prasarana yang diperlukan;

e. Memonitor pelaksanaan kegiatan akuntansi BM/KN ditingkat PPBI; f. Menyetujui laporan akuntansi BM/KN yang akan didistribusikan.

3.2.3. Kepala Sub Bagian Perlengkapan/Pejabat yang ditunjuk

Kepala sub Bagian Perlengkapan/pejabat yang ditunjuk selaku Pelaksana

Penanggungjawab mempunyai tugas melaksanakan Sistem Akuntansi

BM/KN untuk lingkup wilayahnya.

Untuk melaksanakan tugas tersebut, Kepala Sub Bagian Perlengkapan selaku Pelaksana Penanggungjawab PPBI mempunyai fungsi sebagai berikut :

a. Menyiapkan konsep rencana dan jadual pelaksanaan Sistem Akuntansi

BM/KNMenyiapkan rencana pelaksanaan Sistem Akuntansi BM/KN

berdasarkan target yang ditetapkan oleh BAKUN ;

b. Meneliti dan menganalisis laporan BM/KN yang akan didistribusikan; c. Memantau dan mengevaluasi prestasi kerja para petugas pelaksana; d. Menjaga hubungan yang harmonis dengan unit dan instansi lainnya

sebagi pelaksana Sistem Akuntansi BM/KN;

3.2.4. Petugas Verifikasi

Petugas Verifikasi Akuntansi BM/KN pada tingkat PPBI mempunyai tugas dan fungsi sebagai berikut:

a. Memelihara dan mengarsipkan dokumen BM/KN,

(18)

c. Mengirimkan ADK BM/KN dan Register Pengiriman beserta surat pengantar ke KAR dan PBI dalam periode triwulanan,

d. Mengirimkan LMBT dalam periode triwulanan dan mengirimkan LT dalam periode tahunan ke PBI setelah ditandatangani Penanggung jawab PPBI.

3.2.5. Operator Komputer

Operator komputer Akuntansi BM/KN pada tingkat PPBI mempunyai tugas sebagai berikut:

a. Memproses ADK dari UPB untuk digabungkan sebagai laporan tingkat PPBI,

b. Mencetak LMBT, BI, dan LT tingkat PPBI, c. Menggandakan LMBT, dan LT PPBI,

d. Membuat konsep surat pengantar untuk pengiriman ADK BM/KN , LMBT, dan LT ke Kantor Akuntansi Regional (KAR) dan PBI,

3.3. Pada Tingkat PBI

Tugas dan fungsi dari masing-masing pejabat/petugas adalah sebagai berikut:

3.3.1. Sekretaris Eselon I (Ditjen/Badan/Setingkat)

Sekretaris Eselon I atau pejabat yang setingkat yang telah ditetapkan selaku

Penanggungjawab mempunyai tugas mengkoordinasikan pelaksanaan Sistem Akuntansi BM/KN untuk satuan kerja/proyek dilingkup eselon I. Untuk melaksanakan tugas tersebut, Sekretaris Eselon I atau pejabat yang setingkat yang telah ditetapkan selaku penanggungjawab mempunyai fungsi sebagai berikut:

a. Mengkoordinasikan rencana pelaksanaan Sistem Akuntansi BM/KN untuk lingkup Eselon I;

b. Mengkoordinasikan Penyusunan DUK/DUP untuk mendukung dana pelaksanaan sistem akuntansi BM/KN;

c. Mengarahkan penyiapan sumberdaya manusia, sarana dan prasarana yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan Sistem akuntansi BM/KN;

d. Memantau pelaksanaan kegiatan Sistem Akuntansi BM/KN agar sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan;

e. Mengkoordinasikan pelaksanaan Sistem Akuntansi BM/KN antara UPB, PPBI dilingkungannya;

f. Mengkoordinasikan pelaksanaan Sistem Akuntansi BM/KN dengan Tim pembina BAKUN Pusat;

g. Menyampaikan laporan BM/KN triwulanan dan tahunan ke

(19)

3.3.2. Kepala Bagian Umum/Perlengkapan/Setingkat yang membidangi perlengkapan

Kepala Bagian Umum/Perlengkapan/Setingkat yang membidangi

perlengkapan yang ditunjuk selaku Wakil Penanggungjawab mempunyai tugas membantu penanggungjawab dalam mengkoordinasikan pelaksanaan akuntansi BM/KN untuk lingkup Eselon I.

Untuk melaksanakan tugas tersebut, Kepala Bagian Bagian

Perlengkapan/pejabat yang membidangi perlengkapan selaku wakil

penanggungjawab mempunyai fungsi sebagai berikut:

a. Menyiapkan rencana pelaksanaan Sistem Akuntansi BM/KN; b. Menyiapkan konsep penempatan pejabat/petugas pada PBI;

c. Menyiapkan konsep DUK/DUP untuk dana penyelenggaraan Sistem Akuntansi BM/KN;

d. Menyusun rencana penyiapan sumber daya manusia, sarana dan prasarana yang diperlukan;

e. Memonitor pelaksanaan kegiatan akuntansi BM/KN dilingkungan PBI; f. Menyetujui laporan akuntansi BM/KN yang akan didistribusikan.

3.3.3. Kepala Sub Bagian Umum/Perlengkapan/Setingkat yang membidangi perlengkapan

Kepala sub Bagian Umum/Perlengkapan/Setingkat yang membidangi

perlengkapan yang ditunjuk selaku Pelaksana Penanggungjawab

mempunyai tugas melaksanakan Sistem Akuntansi BM/KN untuk lingkup Eselon I.

Untuk melaksanakan tugas tersebut, Kepala Sub Bagian

Perlengkapan/Pejabat yang membidangi perlengkapan selaku Pelaksana Penanggungjawab PBI mempunyai fungsi sebagai berikut :

a. Menyiapkan konsep rencana dan jadual pelaksanaan Sistem Akuntansi

BM/KNMenyiapkan rencana pelaksanaan Sistem Akuntansi BM/KN

berdasarkan target yang ditetapkan oleh BAKUN ;

b. Meneliti dan menandatangani Laporan Kegiatan dan surat/memo lainnya

untuk pihak luar sehubungan dengan pelaksanaan Sistem Akuntansi

BM/KN;

c. Meneliti dan menganalisis laporan BM/KN yang akan didistribusikan; d. Memantau dan mengevaluasi prestasi kerja para petugas pelaksana; e. Menjaga hubungan yang harmonis dengan unit dan instansi lainnya

sebagi pelaksana Sistem Akuntansi BM/KN;

3.3.4. Petugas Verifikasi

Petugas Verifikasi pada tingkat PBI mempunyai tugas sebagai berikut: a. Melaksanakan tugas selaku petugas verifikasi BM/KN pada tingkat UPB

(20)

b. Memutakhirkan KIB berdasarkan informasi perubahan dari UPB;

c. Membuat konsep surat pengantar untuk pengiriman ADK BM/KN , LMBT, dan LT ke PEBIN;

d. Mengirimkan ADK BM/KN dan Register Pengiriman beserta surat pengantar ke PEBIN dalam periode triwulanan;

e. Mengirimkan LMBT-PBI dalam periode triwulan dan mengirimkan LT-PBI ke PEBIN pada akhir tahun anggaran setelah ditandatangani Penanggung jawab PBI.

3.3.5. Operator Komputer

Operator komputer akuntansi BM/KN pada tingkat PBI mempunyai tugas sebagai berikut:

a. Memproses ADK dari PPBI untuk digabungkan menjadi ADK BM/KN tingkat PBI;

b. Mencetak LMBT, BI, dan LT tingkat PBI; c. Menggandakan LMBT dan LT PBI.

3.4. Pada Tingkat Pembina Barang Inventaris (PEBIN)

Tugas dan fungsi dari masing-masing pejabat/petugas adalah sebagai berikut:

3.4.1. Sekretaris Jenderal/Setingkat

Sekretaris Jenderal atau pejabat yang setingkat yang telah ditetapkan selaku

Penanggungjawab mempunyai tugas membina pelaksanaan Sistem Akuntansi BM/KN untuk lingkup Departemen/Lembaga.

Untuk melaksanakan tugas tersebut, Sekretaris Jenderal atau pejabat yang setingkat yang telah ditetapkan selaku penanggungjawab mempunyai fungsi sebagai berikut:

a. Menyusun Rencana Pelaksanaan Sistem Akuntansi BM/KN dilingkungan Departemen/Lembaga;

b. Menyusun dan menyiapkan DUP atau DUK untuk pelaksanaan Sistem Akuntansi BM/KN dilingkungan Departemen/Lembaga;

c. Menyiapkan usulan organisasi dan uraian tugas bagi seluruh Unit Akuntansi BM/KN ditingkat Pusat maupun Daerah;

d. Menyusun Penyiapan para petugas pelaksana Sistem Akuntansi BM/KN; e. Memberikan petunjuk kepada unit-unit akuntansi BM/KN ditingkat Pusat

maupun daerah menyangkut hubungan kerja,personalia,biaya,peralatan dan perlengkapan serta hal-hal administratif lainnya;

f. Memantau pelaksanaan Sistem Akuntansi BM/KN pada antara UPB, PPBI dan PBI dilingkungan departemen/Lembaga;

g. Melakukan Pembinaan atas pelaksanaan Sistem Akuntansi BM/KN pada UPB, PPBI dan PBI dilingkungan Departemen/Lembaga;

h. Mengkoordinasikan pembuatan laporan BM/KN dan menyampaikan

laporan BM/KN triwulanan dan tahunan ke Menteri Keuangan Cq.

(21)

3.4.2. Kepala Biro Perlengkapan/Pejabat yang membidangi perlengkapan

Kepala Biro Perlengkapan/Pejabat yang membidangi perlengkapan ditunjuk

selaku Wakil Penanggungjawab mempunyai tugas membantu

penanggungjawab dalam mengkoordinasikan pelaksanaan akuntansi BM/KN pada tingkat Departemen/Lembaga.

Untuk melaksanakan tugas tersebut, Kepala Biro Perlengkapan/pejabat yang membidangi perlengkapan selaku wakil penanggungjawab mempunyai fungsi sebagai berikut:

a. Mengkoordinasikan rencana pelaksanaan Sistem Akuntansi BM/KN lingkup Departemen/Lembaga;

b. Mengkoordinasikan penyiapan organisasi akuntansi BM/KN sebagai pelaksana Sistem Akuntansi BM/KN;

c. Mengkoordinasikan penyusunan DUK/DUP untuk mendukung dana

pelaksanaan Sistem Akuntansi BM/KN;

d. Mengarahkan penyiapan sumber daya manusia, sarana dan prasarana yang diperlukan;

e. Memantau pelaksanaan kegiatan akuntansi BM/KN sesuai rencana yang telah ditetapkan;

f. Mengkoordinasikan pelaksanaan Sistem Akuntansi BM/KN dengan Tim

pembina BAKUN

g. Menyetujui Laporan BM/KN yang akan didistribusikan.

3.4.3. Kepala Bagian Perlengkapan/pejabat yang membidangi perlengkapan

Kepala Bagian Perlengkapan/pejabat yang ditunjuk selaku Pelaksana

Penanggungjawab mempunyai tugas melaksanakan Sistem Akuntansi

BM/KN untuk lingkup Departemen/Lembaga serta membantu

Penanggungjawab dalam mengkoordinasikan pelaksanaan Sistem Akuntansi BM/KN baik di Pusat maupun Daerah. Untuk melaksanakan tugas tersebut, Kepala Bagian Perlengkapan/Pejabat yang membidangi perlengkapan selaku Pelaksana Penanggungjawab PEBIN mempunyai fungsi sebagai berikut :

a. Menyusun rencana pelaksanaan Sistem Akuntansi BM/KN dilingkungan Departemen/Lembaga;

b. Menyusun dan menyiapkan DUP atau DUK untuk pelaksanaan Sistem Akuntansi BM/KN dilingkungan Departemen/Lembaga ;

c. Menyiapkan usulan organisasi dan uraian tugas bagi seluruh unit organisasi akuntansi BM/KN ditingkat Pusat maupun Daerah;

d. Menyusun penyiapan para petugas pelaksana Sistem Akuntansi BM/KN i. Memberikan petunjuk kepada unit organisasi akuntansi BM/KN ditingkat

Pusat maupun daerah menyangkut hubungan kerja, personalia, biaya, peralatan dan perlengkapan serta hal-hal administratif lainnya;

e. Memantau pelaksanaan Sistem Akuntansi BM/KN pada antara UPB, PPBI dan PBI dilingkungan Departemen/Lembaga;

(22)

3.4.4. Petugas Verifikasi

Petugas Verifikasi Akuntansi BM/KN pada tingkat PEBIN mempunyai

tugas dan fungsi sebagai berikut:

a. Melaksanakan tugas UPB untuk Kantor yang bersangkutan, b. Memutakhirkan KIB berdasarkan informasi perubahan dari UPB,

c. Mengirimkan LMBT dalam periode triwulan ke Departemen Keuangan (cq. BAKUN) setelah ditandatangani Penanggung jawab PEBIN,

d. Mengirimkan LT-PEBIN ke Departemen Keuangan (cq. BAKUN dan

Direktorat Jenderal Anggaran), BPK, Satuan Pengawas Intern

Departemen/Lembaga terkait setelah ditandatangani Penanggung jawab PEBIN.

3.4.5. Operator Komputer

Operator Komputer Akuntansi BM/KN pada tingkat PEBIN mempunyai

tugas sebagai berikut:

a. Memproses ADK BM/KN dari PBI untuk digabungkan sebagai laporan tingkat PEBIN,

b. Mencetak LMBT, BI, dan LT tingkat PEBIN, c. Menggandakan LMBT, dan LT PEBIN,

(23)

BAB IV

SISTEM AKUNTANSI BM/KN

4.1 Dokumen Sumber Akuntansi BM/KN

Dokumen yang digunakan dalam akuntansi BM/KN dan menjadi dasar dalam pencatatan, pelaporan dan pertanggungjawaban BM/KN adalah :

a. Pembelian

Dokumen sumber adalah Berita Acara Serah Terima Barang yang disertai dokumen pendukung sebagai berikut:

§ Surat Perintah Membayar (SPM); § Surat Perintah Kerja (SPK); § Kontrak Kerja;

§ Faktur pembelian § Kuitansi.

b. Sumbangan masuk, Hibah masuk, Transfer masuk, Trasfer keluar

Dokumen sumber yang digunakan adalah Berita Acara Serah Terima Barang c. Penghapusan, Dokumen Sumber yang digunakan adalah SK.Penghapusan.

4.2 Akuntansi barang Pada Tingkat UPB 4.2.1 Perangkat/formulir Akuntansi

Setiap formulir yang dibuat dalam akuntansi BM/KN harus dapat ditelusuri dan dibandingkan dengan formulir akuntansi BM/KN lainnya. Akuntansi barang pada tingkat UPB menggunakan perangkat/formulir sebagai berikut: a. Label Barang

b. Surat Pemberitahuan Pencatatan Aset (SPPA) c. Kartu Inventaris Barang (KIB)

d. Daftar Inventaris Ruangan (DIR) e. Daftar Inventaris Lainnya (DIL) f. Daftar Kondisi Barang (DKB)

g. Buku Inventaris Ekstrakomptabel (BI Ekstrakomptabel) h. Buku Inventaris Intrakomptabel (BI Intrakomptabel) i. Laporan Mutasi Barang Triwulan (LMBT)

j. Laporan Tahunan (LT)

4.2.2 Prosedur Akuntansi

No. Uraian

1 Pencatatan saldo awal

· Berdasarkan inventarisasi mengikhtisarkan data setiap barang ke dalam

(24)

No. Uraian

· Meminta tanda tangan penanggung jawab UPB/Pejabat yang ditunjuk

sebagai bukti pengesahan atas SPPA.

· Merekam SPPA kedalam program sistem akuntansi BM/KN.

· Membuat/memperbaharui:

- KIB apabila barang tersebut termasuk jenis barang berupa tanah,

Bangunan, Alat Angkutan Bermotor, atau Alat Persenjataan.

- DIR untuk barang yang ditempatkan dalam suatu ruangan

- DIL untuk barang yang tidak dicatat dalam KIB maupun DIR.

· Mencetak Register transaksi.

· Memverifikasi Register Transaksi dengan SPPA.

· Melakukan koreksi bila terdapat perbedaan antara SPPA dengan Register

Transaksi.

· Mencetak BI saldo awal.

· Meminta pengesahan Penanggung jawab Unit Pengurus Barang atas BI

saldo awal.

· Membuat surat pengantar untuk pengiriman BI saldo awal dan KIB.

· Mengirimkan cetakan dan ADK BI saldo awal ke PPBI.

· Mengirimkan salinan KIB ke setiap unit organisasi Akuntansi BM/KN · Mengarsipkan salinan BI saldo awal, KIB, DIR, dan DIL secara teratur dan

baik.

2 Pencatatan mutasi barang,

· Berdasarkan dokumen sumber mengikhtisarkan data untuk setiap barang ke

dalam SPPA.

· Meminta tanda tangan penanggung jawab Unit Pengurus Barang sebagai

bukti pengesahan atas SPPA.

· Merekam SPPA kedalam program sistem akuntansi BM/KN

· Mencetak Register transaksi

· Memverifikasi Register Transaksi dengan SPPA

· Melakukan koreksi bila terdapat perbedaan antara SPPA dengan Register

transaksi

· Mencetak LMBT pada akhir triwulan

· Meminta pengesahan Penanggung jawab UPB atas LMBT.

· Membuat surat pengantar untuk pengiriman LMBT.

· Menyampaikan cetakan dan ADK LMBT ke PPBI, paling lambat 7 (tujuh)

hari setelah berakhirnya triwulan yang bersangkutan. · Mengarsipkan salinan LMBT secara teratur dan baik.

3. Pencatatan akhir tahun anggaran,

· Menginstruksikan kepada setiap Penanggungjawab Ruangan untuk

membuat DKB berdasarkan pengecekan ulang barang-barang yang berada di ruangan masing-masing.

(25)

No. Uraian

· Mengisi kondisi barang dalam LT berdasarkan DKB yang diterima dari

Penaggungjawab Ruangan

· Mencetak BI Intrakomptabel dan BI Eksatra komptable.

· Mencetak LT.

· Meminta persetujuan Penanggung jawab UPB atas LT.

· Membuat surat pengantar untuk pengiriman LT.

· Menyampaikan LT ke PPBI selambat-lambatnya 20 (dua puluh) hari setelah

berakhirnya tahun anggaran.

· Mengarsipkan salinan BI Intrakomptabel, BI Intra Komptabel, DKB, dan

LT secara teratur dan baik.

4.3 Akuntansi Barang Pada Tingkat PPBI

4.3.1 Perangkat/formulir Akuntansi

Akuntansi barang pada tingkat PPBI menggunakan perangkat/formulir

sebagai berikut:

a) Kartu Inventaris Barang (KIB) yang diterima dari UPB b) Buku Inventaris (BI)

c) Laporan Mutasi Barang Triwulanan (LMBT) d) Laporan Tahunan (LT)

4.3.2 Prosedur Akuntansi

No. Uraian

Pada saat pencatatan saldo awal

· Menggabungkan BI saldo awal setiap UPB

· Meminta pengesahan Penanggung jawab PPBI atas BI saldo awal.

· Membuat surat pengantar untuk pengiriman BI saldo awal.

· Menyampaikan cetakan dan ADK BI saldo awal ke PBI dan KAR.

· Mengarsipkan salinan BI saldo awal secara teratur dan baik. 2 Pencatatan akhir triwulan,

· Menggabungkan LMBT yang diterima dari UPB ke dalam BI

(26)

No. Uraian

· Mencetak LMBT

· Meminta pengesahan Penanggung jawab PPBI atas LMBT.

· Membuat Surat Pengantar untuk pengiriman LMBT.

· Menyampaikan cetakan dan ADK LMBT ke PBI dan KAR, paling lambat

15 (lima belas) hari setelah berakhirnya triwulan yang bersangkutan. · Mengarsipkan salinan LMBT secara teratur dan baik.

3 Pencatatan akhir tahun anggaran,

· Mencetak BI Intrakomptabel.

· Mencetak LT.

· Meminta pengesahan Penanggung jawab PPBI atas LT.

· Membuat surat pengantar untuk pengiriman LT.

· Menyampaikan cetakan LT ke PBI dan KAR, selambat-lambatnya 30 (tiga

puluh) hari setelah berakhirnya tahun anggaran.

· Mengarsipkan salinan BI Intrakomptabel, dan LT secara teratur dan baik.

4.4 Akuntansi Barang Pada Tingkat PBI

4.4.1 Perangkat/formulir Akuntansi

Akuntansi barang pada tingkat PBI menggunakan perangkat/formulir

sebagai berikut:

a) Kartu Inventaris Barang (KIB) yang diterima dari UPB b) Buku Inventais (BI)

c) Laporan Mutasi Barang Triwulanan (LMBT) d) Laporan Tahunan (LT)

4.4.2 Prosedur Akuntansi

No. Uraian

2 Pencatatan akhir triwulan,

· Menggabungkan LMBT yang diterima dari PPBI ke dalam BI

Intrakomptabel.

· Mencetak LMBT

· Meminta pengesahan Penanggung jawab PBI atas LMBT.

· Membuat surat pengantar untuk pengiriman LMBT.

· Menyampaikan cetakan dan ADK LMBT ke PEBIN dan KAR, paling

(27)

No. Uraian

· Mengarsipkan salinan LMBT secara teratur dan baik.

3 Pencatatan akhir tahun anggaran,

· Mencetak BI Intrakomptabel.

· Mencetak LT.

· Meminta pengesahan Penanggung jawab PBI atas LT

· Membuat surat pengantar untuk pengiriman LT

· Menyampaikan cetakan LT ke PEBIN dan KAR, selambat-lambatnya 45

(empat puluh lima) hari setelah berakhirnya tahun anggaran.

· Mengarsipkan salinan BI Intrakomptabel dan LT secara teratur dan baik.

4.5 Akuntansi Barang Pada Tingkat PEBIN

4.5.2 Perangkat/formulir Akuntansi

Akuntansi barang pada tingkat PEBIN menggunakan perangkat/formulir

sebagai berikut:

a) Kartu Inventaris Barang (KIB) b) Buku Inventaris (BI)

c) Laporan Mutasi Barang Triwulanan d) Laporan Tahunan (LT)

4.5.3 Prosedur Akuntansi

No. Uraian

1 Pencatatan akhir triwulan,

· Menggabungkan LMBT yang diterima dari PBI ke dalam BI

Intrakomptabel.

· Mencetak LMBT.

· Meminta pengesahan Penanggung jawab PEBIN atas LMBT.

· Membuat surat pengantar untuk pengiriman LMBT.

· Menyampaikan cetakan LMBT ke PEBIN, paling lambat 40 (tiga puluh)

hari setelah berakhirnya triwulan yang bersangkutan. · Mengarsipkan salinan LMBT secara teratur dan baik.

3 Pada akhir tahun anggaran,

· Mencetak BI Intrakomptabel.

· Mencetak LT.

· Meminta persetujuan Penanggung jawab PBI atas LT.

· Membuat surat pengantar untuk pengiriman LT.

(28)

No. Uraian

tembusannya kepada Kepala Satuan Pengawas Intern, Ketua BPK, dan Direktur Jenderal Anggaran, selambat-lambatnya 60 (empat puluh lima) hari setelah berakhirnya tahun anggaran.

· Mengarsipkan salinan BI Intrakomptabel, dan LT secara teratur dan baik.

4.6 Sistem Akuntansi Persediaan 4.6.1 Pencatatan Persediaan

1. Persediaan dicatat dalam Kartu Persediaaan Barang (KPB) untuk setiap jenis barang persediaan.

2. Kartu Persediaan Barang dikelola tersendiri oleh petugas yang

menangani persediaan.

4.6.2 Pelaporan Barang Persediaan

1. Persediaan yang dicatat dalam Kartu Persediaan Barang (KPB) pada

akhir tahun anggaran direkap dalam Kartu Rekap Persediaan (KRP) untuk mendapatkan jumlah barang persediaan keseluruhan.

2. Nilai satu jenis persediaan yang dilaporkan pada akhir tahun anggaran adalah sebesar saldo perjenis persediaan di kalikan dengan harga pembelian terakhir.

3. Jumlah dan nilai barang persediaan dilaporkan pada akhir tahun dengan menggunakan LMBT IV atau LMBT yang terakhir dalam tahun anggaran yang bersangkutan

4.7. Inventarisasi

4.7.1 Tujuan Inventarisasi

Tujuan Inventarisasi adalah untuk mengetahui jumlah, nilai/harga, kondisi dan keberadaan seluruh barang inventaris secara nyata yang dimiliki/ dikuasai oleh UPB dalam rangka tertib administrasi perlengkapan.

(29)

4.7.3 Tahapan Dalam Melaksanakan Inventarisasi 4.7.3.1 Persiapan Inventarisasi

Langkah-langkah dalam persiapan inventarisasi:

a. Pembentukan Tim Inventarisasi.

b. Pembagian tugas.

c. Pengumpulan buku catatan/dokumen dan laporan yang sudah

pernah dibuat.

d. Persiapan blangko label sementara.

e. Pembuatan denah, pemberian nomor dan penentuan

penanggungjawab ruangan.

f. Menyiapkan formulir Laporan Hasil Inventarisasi (LHI). g. Penjelasan prosedur pengisian formulir.

h. Pelaksanaan Inventarisasi.

4.7.3.2 Proses pelaksanaan inventarisasi:

a. Pengelompokkan barang dan menghitung jumlah barang

b. Menilai kondisi barang dengan kriteria baik, rusak ringan atau rusak berat.

c. Menempelkan lebel registrasi sementara pada barang

inventarisasi yang telah dihitung dan tahun perolehan. d. Memasukkan hasil Inventarisasi kedalam formulir LHI.

e. Membukukan Hasil Inventarisasi kedalam BI, DIR, KIB dan

(30)

BAB V

PERANGKAT/ FORMULIR AKUNTANSI BM/KN

5.1. Klasifikasi dan Kodefikasi BM/KN

Klasifikasi dan Kodefikasi BM/KN dilakukan dengan mengacu pada Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 18/KMK.018/1999 tanggal 14 Januari 1999 tentang Klasifikasi dan Kodefikasi BM/KN

5.2 Kapitalisasi BM/KN

Akuntansi BM/KN dilakukan dilakukan dengan mengacu pada Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 01/KM.12/2001 tanggal 18 Mei 2001 tentang Pedoman Kapitalisasi BM/KN Dalam Sistem Akuntansi Pemerintah khususnya mengenai Nilai BM/KN yang dicatat, dibukukan, dan dilaporkan sebagai BM/KN.

5.3 Kode lokasi

Kode lokasi terdiri dari 14 (empat belas) digit yang memuat kode PEBIN, PBI, PPBI dan UPB, yang bertujuan untuk mengidentifikasi unit penanggungjawab dalam akuntans BM/KN dengan susunan sebagai berikut:

XX . XX . XX . XXXXXX . XX

Kode Bagian Proyek untuk UPB Proyek UPB

PPBI PBI PEBIN

·Kode PEBIN, mengacu kepada kode Bagian Anggaran instansi yang menguasai

barang.

·Kode PBI, mengacu kepada kode unit eselon I pada Departemen/Lembaga yang

(31)

·Kode PPBI, mengacu kepada kode kantor wilayah, atau kode unit kerja yang ditetapkan sebagai PPBI.

·Kode UPB, mengacu kepada kode satuan kerja yang tercantum pada DIK untuk

unit kantor, kode DIP untuk unit Proyek.

·Kode UPB Bagian Proyek untuk UPB Bagian Proyek mengacu kepada kode

satuan kerja yang tercantum pada kode DIP untuk Bagian Proyek ·Tahun diisi dengan tahun perolehan barang

Untuk organisasi Penatausahaan barang yang tidak menggunakan anggaran negara atau yang mengelola dana sendiri (swadana), kode lokasi dapat ditentukan dengan mempergunakan kode tersendiri setelah mendapat persetujuan BAKUN.

5.4 Kode barang

Untuk mengidentifikasikan satu jenis barang ditinjau dari klasifikasi dan kodefikasi BM/KN digunakan kombinasi angka yang terdiri dari 10 (sepuluh) digit dengan susunan sebagai berikut :

X. XX . XX . XX . XXX .

Sub-Sub Kelompok Barang Sub Kelompok Barang

Kelompok Barang Bidang Barang Golongan Barang

Pengelompokan/klasifikasi barang seperti tersebut diatas berhubungan dengan sistem akuntansi barang pada masing-masing jenjang organisasi penatausahaan barang. Pada tingkat UPB, jenis barang diklasifikasikan ke dalam sub-sub kelompok barang, pada tingkat PPBI diklasifikasn ke dalam sub kelompok barang, dan pada tingkat PBI dan PEBIN diklasifikasikan ke dalam kelompok barang.

(32)

5.5 Kode Regristrasi

Kode Regristrasi yang di tempelkan pada BM/KN barang terdiri dari Logo

Departemen/Lembaga, Kode Lokasi (beserta tahun perolehannya) dan kode

barang (beserta nomor urut pendaftarannya).

Bagan Kode Regristrasi :

PEBIN PBI PPBI UPB

Kode Bagian Proyek untuk UPB Proyek Tahun Perolehan

XX . XX . XX . XXXXXX.XX . XX . XXXX X . XX . XX . XX . XXX . XXXXXX

Nomor Urut Pendaftaran Sub-Sub Kelompok Brg Sub Kelompok Barang Kelompok Barang Bidang Barang Golongan Barang Contoh :

Pada tahun anggaran 2000 Biro Umum Sekretariat Jenderal Departemen

Keuangan melakukan pembelian Mesin Tik Manual Portable. Pada saat

perolehan barang tersebut nomor pencatatan terakhir untuk Mesin Tik Manual Portable yang dikuasai UPB adalah 000037. Berdasarkan hal tersebut UPB dapat memberikan Label Barang sbb;

15. 01. 00. 231421. 00. 2000 LOGO

(33)

5.6 Penentuan Kondisi Barang 5.6.1 Barang Bergerak

a. Baik (B) : Apabila kondisi barang tersebut masih dalam

keadaan utuh dan berfungsi dengan baik

b. Rusak Ringan (RR) : Apabila kondisi barang tersebut masih dalam

keadaan utuh tetapi kurang berfungsi dengan

baik. Untuk berfungsi dengan baik

memerlukan perbaikan ringan dan tidak

memerlukan penggantian bagian utama/

komponen pokok.

c. Rusak Berat (RB) : Apabila kondisi barang tersebut tidak utuh

dan tidak berfungsi lagi atau memerlukan

perbaikan besar/penggantian bagian

utama/komponen pokok, sehingga tidak

ekonomis untuk diadakan perbaikan/

rehabilitasi.

5.6.2 Barang Tidak Bergerak a. Tanah

1). Baik (B) : Apabila kondisi tanah tersebut siap

dipergunakan dan/atau dimanfaatkan sesuai dengan peruntukannya.

2). Rusak Ringan (RR) : Apabila kondisi tanah tersebut karena sesuatu sebab tidak dapat dipergunakan dan/atau

dimanfaatkan dan masih memerlukan

pengolahan/perlakuan (misalnya

pengeringan, pengurugan, perataan dan

pemadatan) untuk dapat dipergunakan sesuai dengan peruntukannya.

3). Rusak Berat (RB) : Apabila kondisi tanah tersebut tidak dapat

lagi dipergunakan dan atau dimanfaatkan sesuai dengan peruntukannya karena adanya bencana alam, erosi dan sebagainya.

(34)

b. Jalan dan Jembatan

1). Baik (B) : Apabila kondisi fisik barang tersebut dalam

keadaan utuh dan berfungsi dengan baik 2). Rusak Ringan (RR) : Apabila kondisi fisik barang tersebut dalam

keadaan utuh namun memerlukan perbaikan ringan untuk dapat dipergunakan sesuai dengan fungsinya.

3). Rusak Berat (RB) : Apabila kondisi fisik barang tersebut dalam keadaan tidak utuh/tidak berfungsi dengan baik dan memerlukan perbaikan dengan biaya besar.

c. Bangunan

1). Baik (B) : Apabila bangunan tersebut utuh dan tidak

memerlukan perbaikan yang berarti kecuali pemeliharaan rutin.

2). Rusak Ringan (RR) : Apabila bangunan tersebut masih utuh,

memerlukan pemeliharaan rutin dan

perbaikan ringan pada komponen-komponen bukan konstruksi utama.

3). Rusak Berat (RB) : Apabila bangunan tersebut tidak utuh dan

tidak dapat dipergunakan lagi.

5.7 Laporan Hasil Inventarisasi (LHI)– Form AK. 1.04 a. Penjelasan Umum.

1). Inventarisasi dilakukan oleh UPB dan hasilnya dituangkan dalam LHI per sub-sub kelompok barang

2). Inventarisasi dibuat untuk mengetahui jumlah/nilai/harga, kondisi dan

keberadaan seluruh barang inventarisasi secara nyata/fisik yang

dimiliki/dikuasai oleh UPB.

3). LHI dibuat oleh Tim Inventarisasi yang dibentuk oleh Penanggungjawab UPB.

(35)

4). LHI dibuat 4 (empat) rangkap yaitu:

a) 1 (satu) rangkap asli untuk UPB yang bersangkutan b) 1 (satu) rangkap untuk PPBI

c) 1 (satu) rangkap untuk PBI

d) 1 (satu) rangkap untuk PEBIN

b. Cara Pengisian

1). Sebelah kanan atas : Diisi dengan nomor urut halaman.

Nama dan kode sub-sub kelompok barang sesuai dengan daftar kode barang.

2). Sebelah kiri atas : Nama UPB :……….…....

Diisi dengan nama kantor/satuan kerja/

proyek/bagian proyek

Kode UPB :………....

Diisi dengan nama Kantor/Satuan Kerja dan kode UPB diisi dengan kode lokasi UPB yang bersangkutan.

3). Sebelah kanan bawah : Ditandatangani oleh Tim Inventarisasi.

4). Sebelah Kiri bawah : Diketahui dan ditandatangani oleh

penanggung jawab UPB.

5). Lajur 1 : Diisi dengan nomor urut pencatatan.

6). Lajur 2 : Diisi dengan nama ruangan.

7). Lajur 3 : Diisi dengan nomor kode ruangan.

8). Lajur 4 : Diisi dengan nama barang.

9). Lajur 5 : Diisi dengan merek/type barang yang

bersangkutan.

10). Lajur 6 : Diisi dengan tahun perolehan barang.

11). Lajur 7 : Diisi dengan nomor urut pendaftaran barang.

12). Lajur 8 : Diisi jumlah barang.

13). Lajur 9 : Diisi harga menurut dokumen pengadaan,

(36)

14). Lajur 10,11,12 : Diisi dengan jumlah barang sesuai dengan kondisi barang waktu pemeriksaan.

15). Lajur 13 : Diisi keterangan yang dianggap perlu untuk

melengkapi data barang bersangkutan.

5.8 Surat Pemberitahuan Pencatatan Aset (SPPA)

Surat Pemberitahuan Pencatatan Aset (SPPA) terdiri atas 3 (tiga) jenis yaitu :

5.8.1 SPPA A – Form AK. 1.05.01, yaitu formulir yang digunakan untuk

informasi perolehan aset. Jenis perolehan tersebut adalah :

a. Saldo awal yaitu: Nilai Awal aset tetap pada saat sistem akuntansi aset

tetap yang dikomputerisasi diimplementasikan di instansi UPB

berdasarkan hasil opname fisik dan atau berdasarkan Buku Inventaris. (100)

b. Pembelian yaitu: Pengadaan aset tetap yang siap dipakai dengan pembayaran tunai/kredit sesuai dengan ketentuan yang ada. (101) c. Transfer masuk yaitu: Penerimaan aset tetap dari UPB yang lain dari

satu instansi. (102)

d. Pertukaran Masuk yaitu: Tukar menukar aset tetap antar UPB.

(103)Sumbangan Masuk yaitu: Menerima aset tetap dari instansi lain (dalam pemerintah pusat)/pihak ketiga. (104)

e. Rampasan yaitu Aset tetap yang dikuasai pemerintah yang berasal dari pihak ketiga sebagai barang sitaan yang telah ditetapkan oleh pengadilan. (105)

f. Penyelesaian Bangunan: Bangunan/ Gedung dan aset tetap lainnya yang dibangun/dibuat dengan dana APBN (termasuk BLN) yang telah diserahterimakan dengan berita acara serah terima. (106)

g. Reklasifikasi Masuk yaitu: Pembukuan aset tetap pada catatan pembukuan karena perubahan klasifikasi. (308)

h. Pembatalan penghapusan: Pembukuan kembali aset yang sebelumnya telah dihapuskan/dikeluarkan dari pembukuan. (107)

(37)

Dalam pemilihan transaksi perolehan aset pada formulir SPPA A hanya dengan memberikan tanda check mark (V) sesuai transaksi perolehan di depan salah satu jenis perolehan.

5.8.2 SPPA B - Form AK. 1.05.02, yaitu formulir yang dipergunakan untuk

informasi perubahan aset

Jenis perubahan aset tersebut adalah:

a. Penurunan Nilai yaitu: Pengurangan nilai aset antara lain akibat

pelebaran jalan atau bencana alam sehingga hilangnya sebagian nilai aset. (201)

b. Perbaikan Aset yaitu: Pergantian dari sebagian aset tetap berupa

renovasi,rehabilitasi dan Up grade sehingga mengakibatkan

peningkatan kualitas, kapasitas, kuantitas dan/atau umur. Biaya pemeliharaan tidak termasuk kode ini. (202)

c. Koreksi Keluar yaitu: Pembatalan pembukuan aset tetap karena

kesalahan pembukuan ( 401)

d. Koreksi Masuk yaitu: Pembukuan kembali aset tetap karena

kesalahan pembukuan. (402)

e. Angsuran yaitu: dalam pembayaran pengadaan aset dilakukan per

termin, tetapi selama barang tersebut belum diserahkan berarti tidak perlu dibukukan.(203)

Dalam pemilihan transaksi perubahan aset tetap pada formulir SPPA B hanya dengan memberikan tanda check mark (V) sesuai transaksi perubahan aset di depan salah satu jenis perubahan aset.

(38)

5.8.3 SPPA C - Form AK. 1.05.03, yaitu formulir yang dipergunakan untuk informasi penghapusan aset.

Jenis penghapusan aset yaitu :

a. Penghapusan yatu: peniadaan catatan pembukuan aset tetap karena

rusak berat, berlebih, hilang dsb, berdasarkan Surat Keputusan Penghapusan (301).

b. Pembuangan yaitu: tindak lanjut dari peniadaan catatan pembukuan

aset tetap karena barang tersebut rusak berat sehingga harus dibuang

dengan mengeluarkan biaya berdasarkan Surat Keputusan

Penghapusan (302).

c. Transfer Keluar yaitu: Pemindahan aset tetap kepada UPB lain

dalam satu instansi. (303)

d. Pertukaran Keluar yaitu: Pengeluaran aset dari pembukuan karena

tukar menukar antar instansi. (304)

e. Sumbangan Keluar yaitu: Memberikan aset ke instansi lain (dalam

pemerintah pusat)/pihak ketiga (diluar pemerintah). (305)

f. Penjualan yaitu: Peniadaan catatan pembukuan aset tetap karena aset

tersebut dijual berdasarkan SK Penghapusan. (306)

g. Reklasifikasi Keluar yaitu: Pengeluaran aset tetap dari catatan

pembukuan karena perubahan klasifikasi. (307).

Dalam pemilihan jenis penghapusan pada formulir SPPA C hanya dengan memberikan tanda trade mark (V) sesuai transaksi penghapusan di depan salah satu jenis penghapusan.

(39)

5.8.4 Cara Pengisian SPPA

No Elemen-elemen Data Kegiatan

1. Kode Kantor/Proyek Tulis kode kantor/proyek

2. No. Aset Awal Tulis nomor awal aset.

3. No. Aset Akhir Tulis nomor akhir aset.

4. Tgl. Aset Efektif Tulis tanggal saat aset efektif.

5. Uraian Aset Tulis uraian aset.

6. No. Dokumen Tulis 3 digit nomor dokumen yang ditunjukkan oleh

setiap dokumen dari SPPA.

7. Diisi Oleh Tulis nama yang mengisi

8. Tanggal Tulis tanggal saat dilengkapi

9. Disetujui Oleh Tulis nama yang menyetujui

10. Tgl. Disetujui Tulis tanggal persetujuan SPPA.

11. PEBIN Tulis kode PEBIN dimana aset berada.

12. PBI Tulis kode PBI dimana aset berada.

13. PPBI Tulis kode PPBI dimana aset berada.

14. UPB Tulis kode UPB dimana aset berada.

15. Bagian Proyek Tulis Kode Bagian Proyek untuk UPB Proyek

16. Kode Golongan Tulis kode klasifikasi golongan dari aset.

17. Kode Bidang Tulis kode klasifikasi Bidang dari aset.

18. Kode Kelompok Tulis kode klasifikasi kelompok dari aset

19. Kode Sub Kelompok Tulis kode klasifikasi sub kelompok dari aset

20. Kode Sub-sub

Kelompok Tulis kode klasifikasi sub-sub Kelompok dari aset

21. Jenis Transaksi Tandailah salah satu dari jenis transaksi aset dari

aset

22. Kondisi Aset Tetapkan kondisi dari aset

23. No.SPM/No.Ref. Tulis nomor SPM atau nomor dokumen referensi

lainnya berdasrkan transaksi yang ada

(40)

dokumen referensi lainnya.

25. Tanggal SPM Tulis tanggal SPM atau tanggal dokumen referensi

lainnya

26. Kuantitas Tulis jumlah kuantitas aset

27. Nilai per unit Tulis harga per unit dari aset

28. Nilai Total Tulis harga total dari aset

29. Nama Suplier Tulis pemasok penjual dari aset yang dibeli

30. No. Faktur Tulis Nomor faktur berdasrkan transaksi yang ada

31. Merk/Type Tulis Tulis Type/Merk Aset

32. Lokasi Fisik Aset Tulis lokasi fisik aset

33. Keterangan Tulis keterangan yang berhubungan dengan transaksi

aset

34. No. SK Tulis nomor SK yang menjadi dasar modifikasi aset

35. Tanggal SK Tulis tanggal SK yang menjadi dasar modifikasi aset

36. Tanggal Penghapusan Tulis tanggal penghapusan aset

5.9 Petunjuk Pengisian Kartu Inventaris Barang (KIB) Tanah–Form AK.1.06.01 a. Penjelasan Umum

1. KIB Tanah dibuat sebanyak 4 (empat) lembar oleh setiap Kantor/Satuan

Kerja/Proyek selaku UPB yang terdiri dari :

KIB Lembar Pertama untuk UPB yang bersangkutan KIB Lembar Kedua dikirim ke PPBI

KIB Lembar Ketiga dikirim ke PBI. KIB Lembar Keempat ke PEBIN

2. KIB Tanah hanya dibuat satu kali oleh UPB KIB Tanah dibuat per

sertifikat/akte jual beli/girik/bukti lainnya.

3. Tanah yang belum dibuatkan KIB dan tanah hasil perolehan selanjutnya

dibuatkan KIB dengan berpedoman kepada petunjuk ini.

4. KIB Tanah dibuat dalam sub-sub kelompok.

5. Setiap terjadi perubahan dan hal-hal yang penting lainnya yang menyangkut Tanah tersebut, UPB harus mencatatnya pada Catatan Mutasi/Perubahan di bagian belakang KIB, dan adanya perubahan tersebut harus diberitahukan kepada PPBI, PBI, dan PEBIN dengan cara mengirimkan Copy KIB

(41)

tersebut, sehingga PPBI, PBI, dan PEBIN dapat mencatat adanya perubahan tersebut pada bagian belakang KIB yang ada padanya.

6. KIB Tanah ditandatangani oleh pejabat pelaksana penatausahaan barang dan disetujui serta ditandatangani oleh atasan langsung pejabat pelaksana penatausahaan barang dan distempel dinas.

b. Cara Pengisian

No Elemen Data Pengisian

1. Departemen/Lembaga diisi dengan urain Departemen/Lembaga

2. Sebelah kanan atas

§ Nomor KIB

§ Nomor Kode Barang

· diisi dengan nomor urut KIB Tanah pada

UPB, dimulai dari 001 dan seterusnya.

· diisi dengan kode per sub-sub kelompok

barang. 3. Tengah § Bidang § Kelompok § Sub kelompok § Sub-sub kelompok

· telah diisi dengan TANAH

· diisi dengan nama kelompok barang.

· diisi dengan nama sub kelompok barang.

· diisi dengan nama sub-sub kelompok barang.

4 Sebelah kiri

§ Kode UPB

§ Nama UPB ·· diisi dengan kode UPBdiisi dengan nama UPB

I. Unit Barang

5. Luas tanah seluruhnya Diisi luas tanah dengan nama satuan meter

persegi

6. Luas tanah untuk bangunan Diisi sesuai dengan luas tanah yang telah

digunakan untuk bangunan.

7. Luas tanah untuk sarana

lingkungan

Diisi dengan tanah yang lingkungan telah digunakan untuk sarana lingkungan.

8. Luas tanah kosong Diisi dengan luas sisa tanah yang masih

kosong/belum dimanfaatkan.

9. Lokasi Diisi dengan Alamat lengkap, yang

menunjukkan lokasi tanah pada Propinsi,

Kabupaten/Kotamadya, Kecamatan, Kelurahan/ Desa, Jalan, RT/RW.

10. Tanda-tanda batas tanah Diisi tanda-tanda batas tanah sebelah Utara,

Selatan, Barat dan Timur.

11. Surat-surat hak atas tanah Diisi dengan nomor dan tanggal sertifi-kat/akte

jual beli/girik/bukti lainnya

II. Pengadaan

12. Cara perolehan Diisi dengan

(42)

13. D a r i Diisi sesuai dengan nama orang/badan/ instansi dari mana diperoleh tanah tersebut.

14. Tanggal perolehan Diisi sesuai dengan tanggal, bulan, dan tahun

perolehan.

15. Harga perolehan per meter Diisi dengan harga tanah tiap 1meter persegi

pada saat tanah tersebut diperoleh.

16. Harga perolehan seluruhnya Diisi dengan harga tanah seluruhnya.

17. Dasar Harga Diisi dengan harga perolehan. Apabila harga

tanah tidak diketahui, maka harga taksiran

didasarkan atas tarif yang ditetapkan oleh

pemerintah. Harga taksiran bersumber dari

harga pada saat tanah tersebut ditaksir.

18. Sumber dana Diisi dengan :

· APBN dengan mencantumkan nomor dan

tanggal DIP/SKO atau;

· Non APBN/ sumber dana lainnya.

III. Unit Pemakai

19. Nama unit Diisi dengan nama unit yang memakai/

menggunakan tanah tersebut.

20. Alamat Diisi dengan alamat

IV. Catatan Pengisi

21. Diisi tanggal Diisi dengan tanggal pembuatan KIB

22. N a m a Diisi dengan nama pejabat pelaksana

penatausahaan barang-barang milik

negara/kekayaan negara pada UPB yang

bersangkutan.

23. Jabatan Struktural Diisi dengan nama jabatan pejabat pelaksana

penatausahaan barang-barang milik/kekayaan

negara pada UPB yang bersangkutan.

24. Tanda tangan dan stempel Diisi dengan tanda tangan pejabat pelaksana

yang bersangkutan dan distempel dengan

stempel dinas

25. Disetujui tanggal Diisi dengan tanggal persetujuan

26. N a m a Diisi dengan nama Kepala UPB yang

bersangkutan.

27. Jabatan Diisi dengan nama jabatan Kepala UPB yang

bersangkutan.

28. Tanda tangan dan stempel Diisi dengan tanda tangan Kepala UPB yang

bersangkutan dan distempel dengan stempel dinas

V. Catatan Mutasi/Perubahan (Pada halaman belakang KIB)

29. Nomor Urut Diisi sesuai dengan nomor urut perubahan

30. Tanggal Diisi sesuai dengan tanggal saat pencatatan

31. Uraian Diisi dengan penjelasan secara ringkas dan jelas

sebab terjadinya perubahan, dilengkapi dengan

(43)

pendukungnya

32. Paraf pengisi Diisi dengan paraf dari pejabat pelaksana

penatausahaan barang-barang milik

negara/kekayaan negara. pada UPB yang

(44)

CATATAN MUTASI/PERUBAHAN MUTASI / PERUBAHAN

No. Paraf

Tanggal Uraian

(45)

5.10 Kartu Inventaris Barang (KIB) Bangunan Gedung– Form AK.1.06.02 a. Penjelasan Umum

1. KIB Banguan Gedung dibuat sebanyak 4 (empat) lembar oleh setiap Kantor/Satuan Kerja/Proyek selaku UPB yang terdiri dari :

KIB Lembar Pertama untuk UPB yang bersangkutan KIB Lembar Kedua dikirim ke PPBI

KIB Lembar Ketiga dikirim ke PBI. KIB Lembar Keempat ke PEBIN

2. KIB Bangunan Gedung dibuat satu kali oleh UPB.

3. KIB Bangunan Gedung dibuat untuk setiap Bangunan Gedung.

4. Bangunan Gedung yang belum dibuatkan KIB dan Bangunan Gedung hasil perolehan selanjutnya agar segera dibuat KIB-nya dengan berpedoman kepada petunjuk ini.

5. KIB Bangunan Gedung dibuat dalam sub-sub kelompok

6. Setiap terjadi perubahan dan hal-hal yang penting lainnya yang menyangkut

Bangunan Gedung tersebut, UPB harus mencatatnya pada Catatan

Mutasi/Perubahan di bagian belakang KIB, dan adanya perubahan tersebut harus diberitahukan kepada PPBI, PBI, dan PEBIN dengan cara mengirimkan Copy KIB tersebut, sehingga PPBI, PBI, dan PEBIN dapat mencatat adanya perubahan tersebut pada bagian belakang KIB yang ada padanya.

7. KIB Bangunan Gedung ditandatangani oleh pejabat pelaksana penatausahaan barang dan disetujui serta ditandatangani oleh atasan langsung pejabat pelaksana penatausahaan barang dan distempel dinas.

b. Cara Pengisian

No Elemen Data Pengisian

1. § Departemen/Lembaga diisi dengan urain Departemen/Lembaga

2. Sebelah kanan atas

§ Nomor KIB

§ Nomor Kode Barang

· diisi dengan nomor urut KIB Bangunan

Gedung pada UPB, dimulai dari 001 dan seterusnya.

· diisi dengan kode per sub-sub kelompok

barang. 3. Tengah § Bidang § Kelompok § Sub kelompok § Sub-sub kelompok

· telah diisi dengan Bangunan Gedung

· diisi dengan nama kelompok barang.

· diisi dengan nama sub kelompok barang.

· diisi dengan nama sub-sub kelompok barang.

4 Sebelah kiri

(46)

§ Nama UPB · diisi dengan nama UPB

5. Sebelah kiri atas

§ Departemen/Lembaga diisi dengan uraian Departemen/Lembaga

6. Sebelah kanan atas

§ Nomor KIB § No Kode Barang

· diisi dengan nomor urut KIB Bangunan

pada UPB yang bersangkutan.

· diisi dengan nomor kode per sub-sub

kelompok barang. 7. Tengah Atas § Bidang Barang § Kelompok § Sub kelompok § Sub-sub kelompok

· Bidang telah diisi BANGUNAN GEDUNG

· diisi dengan nama kelompok barang yang

bersangkutan.

· diisi dengan nama sub kelompok barang

yang bersangkutan.

· diisi dengan nama sub-sub kelompok barang

yang bersangkutan.

8. Sebelah kiri

§ KodeUPB

§ Nama UPB ·· diisi dengan kode UPB.diisi dengan uraian nama UPB.

I. Unit Barang

9. Luas bangunan Diisi luas lantai bangunan dalam meter persegi

10. Jumlah lantai Diisi dengan jumlah lantai yang ada pada

bangunan tersebut.

11. Type Diisi khusus untuk rumah instansi dengan

type/standard bangunan menurut ketentuan

yang berlaku

12. Tahun selesai dibangun/

digunakan

Diisi dengan tahun sejak masa pembangunan

berakhir atas bangunan tersebut sesuai dengan Berita Acara Serah Terima Pekerjaan/tahun sejak bangunan tersebut digunakan.

13. Izin mendirikan bangunan Diisi sesuai dengan nomor dan tanggal yang

tercantum pada IMB bangunan tersebut.

14. Letak Bangunan Diisi dengan alamat lengkap yang menunjukkan

lokasi bangunan pada Propinsi,

Kabupaten/Kotamadya, Kecamatan, Kelurahan/ Desa, Jalan, RT/ RW.

15. Nomor KIB Tanah Diisi sesuai dengan nomor KIB Tanah tempat

bangunan tersebut didirikan.

II. Pengadaan

16. Cara perolehan Diisi dengan pembangunan/pembelian/hibah

atau pertukaran

17. D a r i Diisi sesuai dengan nama orang/badan/ instansi

dari mana diperoleh bangunan tersebut.

18. Tanggal perolehan Diisi sesuai dengan tanggal, bulan, dan tahun

perolehan.

(47)

20. H a r g a Diisi dengan harga yang tercantum dalam kontrak.

21. Dasar Harga Diisi sesuai dengan harga perolehan. Apabila

harga bangunan gedung tersebut tidak diketahui, maka dibuat harga taksiran yang didasarkan atas tarif yang ditetapkan oleh pemerintah.

22. Sumber dana Diisi dengan :

· APBN dengan mencantumkan nomor dan

tanggal DIP/SKO atau;

· Non APBN/ sumber dana lainnya.

III. Unit Pemakai

23. Nama unit Diisi dengan nama unit yang memakai/

menggunakan Bangunan tersebut.

24. Alamat Diisi dengan alamat

IV. Catatan Pengisi

25. Diisi tanggal Diisi dengan tanggal pembuatan KIB

26. N a m a Diisi dengan nama pejabat pelaksana

penatausahaan barang-barang milik

negara/kekayaan negara pada UPB yang

bersangkutan.

27. Jabatan Struktural Diisi dengan nama jabatan pejabat pelaksana

penatausahaan barang-barang milik/kekayaan

negara pada UPB yang bersangkutan.

28. Tanda tangan dan stempel Diisi dengan tanda tangan pejabat pelaksana

yang bersangkutan dan distempel dengan

stempel dinas

29. Disetujui tanggal Diisi dengan tanggal persetujuan

30. N a m a Diisi dengan nama Kepala UPB yang

bersangkutan.

31. Jabatan Diisi dengan nama jabatan Kepala UPB yang

bersangkutan.

32. Tanda tangan dan stempel Diisi dengan tanda tangan Kepala UPB yang

bersangkutan dan distempel dengan stempel dinas

V. Catatan Mutasi/Perubahan (Pada halaman belakang KIB)

33. Nomor Urut Diisi sesuai dengan nomor urut perubahan

34. Tanggal Diisi sesuai dengan tanggal saat pencatatan

35. Uraian Diisi dengan penjelasan secara ringkas dan jelas

sebab terjadinya perubahan, dilengkapi dengan

keterangan nomor dan tanggal dokumen

pendukungnya

36. Paraf pengisi Diisi dengan paraf dari pejabat pelaksana

penatausahaan barang-barang milik

negara/kekayaan negara. pada UPB yang

(48)

CATATAN MUTASI/PERUBAHAN MUTASI / PERUBAHAN

No. Paraf

Tanggal Uraian

(49)

5.11 Kartu Inventaris Barang (KIB) Alat Angkutan– Form AK. 1.06.03 a. Penjelasan Umum

1. KIB Alat Angkutan dibuat sebanyak 4 (empat) lembar oleh setiap Kantor/Satuan Kerja/Proyek selaku UPB yang terdiri dari :

KIB Lembar Pertama untuk UPB yang bersangkutan KIB Lembar Kedua dikirim ke PPBI

KIB Lembar Ketiga dikirim ke PBI. KIB Lembar Keempat ke PEBIN

2. KIB Alat Angkutan dibuat satu kali oleh UPB.

3. KIB Alat Angkutan dibuat untuk setiap kendaraan bermotor.

4. Alat Angkutan yang belum dibuatkan KIB-nya dan Alat Angkut Bermotor hasil perolehan selanjutnya agar segera dibuat KIB dengan berpedoman kepada petunjuk ini.

5. KIB Alat Angkutan dibuat dalam sub-sub kelompok.

6. Setiap terjadi perubahan dan hal-hal yang penting lainnya yang menyangkut Alat Angkut tersebut, UPB harus mencatatnya pada Catatan Mutasi/Perubahan di bagian belakang KIB, dan adanya perubahan tersebut harus diberitahukan kepada PPBI, PBI, dan PEBIN dengan cara mengirimkan Copy KIB tersebut, sehingga PPBI, PBI, dan PEBIN dapat mencatat adanya perubahan tersebut pada bagian belakang KIB yang ada padanya.

7. KIB Alat Angkut ditandatangani oleh pejabat pelaksana penatausahaan barang dan disetujui serta ditandatangani oleh atasan langsung pejabat pelaksana penatausahaan barang dan distempel dinas.

b. Cara Pengisian :

No Elemen Data Pengisian

1. Sebelah kiri atas

§ Departemen/Lembaga diisi dengan uraian Departemen/Lembaga

2. Sebelah kanan atas

§ Nomor KIB § No Kode Barang

· diisi dengan nomor urut KIB Alat

Angkutan pada UPB yang bersangkutan.

· diisi dengan nomor kode per sub-sub

kelompok barang.

Referensi

Dokumen terkait

Dari data hasil pengujian kekerasan dapat dilihat dan dibandingkan antara spesimen A yaitu ring piston original dan spesimen B yaitu ring piston lokal, harga

sebesar 35 cm sedangkan penelitian ini didapatkan hasil sebesar 33,2 cm dan panjang ikan betina sebesar 34 cm, sehingga dari hasil penelitian ini bahwa

kontraktor otot betis yang mengangkat tumit oleh tendon yang menghasilkan tindakan kaki yang merupakan dasar untuk berjalan, berlari, melompat, dll dapat menahan kekuatan

Pemodelan regresi logistik memerlukan perubahan maupun reduksi variabel rasio keuangan yang saling berkorelasi (interdependensi), menjadi variabel komponen pokok yang

Sistim resistansi gaya lateral JIN MAO Tower secara esensial bersandar pada resistansi lentur dan geser dari core sentral, kekakuan axial mega kolom komposit

Untuk meningkatkan pelayanan dalam administrasi rawat jalan pada klinik syifa mitra karawang yaitu dengan dibuatkan program aplikasi untuk memudahkan dalam melakukan

Berdasarkan penelitian Riger Manuhahe (2014) tentang kuat tekan Geopolymer Mortar didapatkan hasil pengujian kuat tekan yang dilakukan, terjadi perubahan peningkatan

Perbandingan kejadian mual dan muntah berdasarkan skor PONV antara pemberian ondansetron 4 mg intravena dan deksametason 5 mg intravena dalam menurunkan kejadian