• Tidak ada hasil yang ditemukan

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN KOMBINASI Nannochloropsis oculata DAN VARIASI DOSIS RAGI ROTI TERHADAP PERTUMBUHAN

POPULASI Brachionus plicatilis SKRIPSI

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN

Oleh :

MUHAMAD FARID AFANDI _ SURABAYA – JAWA TIMUR

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA 2014

(2)

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

N a m a : MUHAMAD FARID AFANDI

N I M : 060710326P

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang berjudul :

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN KOMBINASI Nannochloropsis oculata

DAN VARIASI DOSIS RAGI ROTI TERHADAP PERTUMBUHAN POPULASI Brachionus plicatilis

adalah benar hasil karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam skripsi tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik yang berlaku di Universitas Airlangga, termasuk berupa pencabutan gelar kesarjanaan yang telah saya peroleh.

Demikian surat pernyataan yang saya buat ini tanpa ada unsur paksaan dari siapapun dan dipergunakan sebagaimana mestinya.

Surabaya, 23 Juli 2014 Yang membuat pernyataan,

MUHAMAD FARID AFANDI ---

NIM. 060710326P Materei

(3)

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

N a m a : MUHAMAD FARID AFANDI

N I M : 060710326P

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang berjudul :

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN KOMBINASI Nannochloropsis oculata

DAN VARIASI DOSIS RAGI ROTI TERHADAP PERTUMBUHAN POPULASI Brachionus plicatilis

adalah benar hasil karya saya sendiri yang berasal dari Penelitian : Mandiri / Proyek Dosen / Hibah / PKM (coret yang tidak perlu), untuk itu saya bersedia :

1. Dipublikasikan dalam Jurnal Berkala Ilmiah Perikanan Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga.

2. Memberikan ijin untuk mengganti susunan penulis pada hasil tulisan skripsi saya, sebagai artikel ilmiah sesuai dengan peranan pembimbing skripsi/dosen pemilik proyek penelitian.

Demikian surat pernyataan yang saya buat ini tanpa ada unsur paksaan dari siapapun dan dipergunakan sebagaimana mestinya.

Surabaya, 23 Juli 2014 Yang membuat pernyataan,

MUHAMAD FARID AFANDI

---

(4)

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN KOMBINASI Nannochloropsis oculata DAN VARIASI DOSIS RAGI ROTI TERHADAP PERTUMBUHAN

POPULASI Brachionus Plicatilis

Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Kelautan

Universitas Airlangga

Oleh :

MUHAMAD FARID AFANDI NIM. 060710326P

Menyetujui,

Komisi Pembimbing

Pembimbing Pertama Pembimbing Kedua

Laksmi Sulmartiwi, S.Pi., MP. Rahayu Kusdarwati, Ir., M.Kes. NIP. 19720302 199702 2 001 NIP. 19591022 198601 2 001

Mengetahui,

Dekan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga

(5)

Setelah mempelajari dan menguji dengan sungguh-sungguh, kami berpendapat bahwa penelitian ini, baik ruang lingkup maupun kualitasnya dapat diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Perikanan.

Tanggal Ujian : 08 Juli 2014

Menyetujui, Panitia Penguji,

Ketua

Dr. Endang Dewi Masithah, Ir., MP. NIP. 19690912 199702 2 001

Sekretaris, Anggota,

Sudarno, Ir., M.Kes. _ Abdul Manan, S.Pi., M.Si.

NIP. 19550713 198601 1 001 NIP. 19591022 198601 2 001

Anggota, Anggota,

Laksmi Sulmartiwi, S.Pi., MP. Rahayu Kusdarwati, Ir., M.Kes. NIP. 19720302 199702 2 001 NIP. 19591022 198601 2 001

Surabaya, 23 Juli 2014, Fakultas Perikanan dan Kelautan

Universitas Airlangga Dekan,

Prof. Dr. Hj. Sri Subekti, drh., DEA. NIP. 19520517 197803 2 001

(6)

KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pemberian Pakan Kombinasi Nannochloropsis oculata Dan Variasi Dosis Ragi Roti Terhadap Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis”. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Perikanan di Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Airlangga.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1) Ibu Laksmi Sulmartiwi, S.Pi., MP. selaku Dosen Pembimbing Pertama atas kesabaran dan bimbingannya selama penyusunan naskah skripsi, 2) Ibu Rahayu Kusdarwati, Ir., M.Kes. selaku Dosen Pembimbing Kedua atas arahan dan saran selama penyusunan skripsi ini, 3) Ibu Dr. Endang Dewi Masithah, Ir., MP. dan Bapak Sudarno, Ir., M.Kes., serta Bapak Abdul Manan, S.Pi., M.Si. selaku Dosen Penguji atas segala masukan dan saran dalam perbaikan penyusunan skripsi ini, 4) Kepala Unit Pengelola Budidaya Laut (UPBL) Probolinggo Bapak Budi Setyono, S.Pi beserta staff atas izin dan bimbingan yang telah diberikan, 5) Ibu (Chusnul Chotimah), Ayah (Moh. Anwaruddin), Adik (Lia Khusnia A.) dan segenap keluarga tercinta Kakek dan Nenek yang selalu mendoakan dan menjadi sumber motivasi terbesar bagi penulis, 6) Sahabat seangkatan Myrna Budi R, Galih Adi P, Zurica Melati Fitri, Rahmatdin Sulung terima kasih sudah membantu dan mendukung hingga skripsi ini selesai, 7) Para sahabat tercinta Habdhal Hastanto, Elita Maharani, Eliza Maharani, Ramdani Qodri, Dina Melina atas support, waktu dan kenangan yang tak terlupakan, 8) Teman-teman BP 2007 dan adik kelas atas bantuan tak terhingga, 9) semua pihak yang turut membantu penyelesaian skripsi ini yang namanya tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih belum sempurna dan memiliki banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan dan kesempurnaan penulisan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga Karya

(7)

Ilmiah ini bermanfaat dan dapat memberikan informasi bagi semua pihak, khususnya bagi mahasiswa Program Studi S-1 Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga.

Surabaya, 23 Juli 2014

Penulis

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN ... vi

SUMMARY ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang ... 1

1.2 Perumusan masalah ... 4

1.3 Tujuan penelitian ... 4

1.4 Manfaat penelitian ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Brachionus plicatilis O.F. Muller ... 6

2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi ... 6

2.1.2 Biologi Brachionus plicatilis ... 8

2.1.3 Pertumbuhan Brachionus plicatilis ... 10

2.2 Ragi Roti ... 11

2.2.1 Klasifikasi dan Morfologi ... 11

2.2.2 Kandungan Gizi Ragi Roti ... 13

2.2.3 Kegunaan Ragi Roti ... 14

III. KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Konseptual ... 16

3.2 Hipotesis Penelitian ... 19

IV. METODOLOGI 4.1 Tempat dan Waktu ... 20

4.2 Materi Penelitian ... 20 4.2.1 Peralatan ... 20 4.2.2 Bahan ... 20 4.3 Metode Penelitian ... 21 4.3.1 Rancangan Penelitian ... 21 4.3.2 Desain Penelitian ... 22 4.3.3 Prosedur Kerja ... 23 4.3.4 Parameter Pengamatan ... 25 4.3.5 Analisis Data ... 26

(9)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil ... 28

5.1.1 Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis ... 28

5.1.2 Pengamatan Kualitas Air ... 33

5.2 Pembahasan ... 33

VI. SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan ... 38

6.2 Saran ... 38

DAFTAR PUSTAKA ... 39

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1 Desain Pengacakan pada Penelitian ... 23

5.1 Data Pertumbuhan Populasi B. plicatilis ... 29 5.2 Kisaran Kualitas Air Selama Penelitian ... 33

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Bentuk Morfologi Brachionus plicatilis ... 8

3.1 Kerangka Konseptual Penelitian ... 19

4.2 Bagan Alur Penelitian ... 27

5.1 Gambar Brachionus plicatilis ... 28

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Perhitungan Jumlah Nannochloropsis oculata ... 44

2. Data Populasi Harian B. plicatilis ... 45

3. Hasil Analisis Harian (ANOVA) ... 48

4. Hasil Uji Jarak Berganda Duncan ... 55

5. Data Pengamatan Kualitas Air Penelitian ... 59

6. Alat dan Bahan Penelitian ... 60

(13)

RINGKASAN

MUHAMAD FARID AFANDI. Pengaruh Pemberian Pakan Kombinasi

Nannochloropsis oculata dan Variasi Dosis Ragi Roti terhadap Pertumbuhan

Populasi Brachionus plicatilis. Dosen Pembimbing Laksmi Sulmartiwi, S.Pi., MP. dan Rahayu Kusdarwati, Ir., M.Kes.

Pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis memerlukan pemberian pakan yang mengandung nutrisi meliputi karbohidrat, protein dan vitamin B. Pemberian pakan berupa Nannochloropsis oculata yang dikombinasi dengan variasi dosis ragi roti dimungkinkan dapat meningkatkan pertumbuhan populasinya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh kombinasi Nannochloropsis oculata

dan variasi dosis ragi roti terhadap pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis, serta untuk mengetahui kombinasi Nannochloropsis oculata dan dosis ragi roti dalam media kultur yang dapat memberikan pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis tertinggi.

Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan yang digunakan adalah A: Kombinasi N. oculata 225x104 sel/ml + ragi roti 0,001 gram, B: N. oculata

15x105 sel/ml + ragi roti 0,002 gram, C: N. oculata 75x104 sel/ml + ragi roti 0,003 gram, D: N. oculata 3x106 sel/ml dan E: Ragi roti saja sebanyak 0,004 gram. Parameter utama yang diamati adalah populasi Brachionus plicatilis. Parameter pendukung adalah suhu, pH, salinitas, kadar amoniak dan DO

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pakan kombinasi

Nannochloropsis oculata dan variasi dosis ragi roti berpengaruh terhadap populasi

Brachionus plicatilis. Pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis tertinggi terdapat pada perlakuan Nannochloropsis oculata 1.500.000 sel/ml + ragi roti 0,002 gram. Kisaran kualitas air selama penelitian telah sesuai dengan kondisi optimal pertumbuhan Brachionus plicatilis, yaitu suhu air 27–310C, salinitas 27– 29 ppt, pH 7,6–8,2 dan DO 5,1–6,1 ppm serta kadar amoniak antara 0–0,5 mg/l.

(14)

SUMMARY

MUHAMAD FARID AFANDI. The Effect of Combination Feeding of

Nannochloropsis oculata and Baker’s Yeast Dose Variations on the Brachionus plicatilis Population Growth. Academic Advisor Sulmartiwi

Laksmi, S.Pi., MP. and Rahayu Kusdarwati, Ir., M.Kes.

Brachionus plicatilis population growth requires feeding that contains nutrients including carbohydrates, protein and vitamin B. The feeding of

Nannochloropsis oculata combined with a dose variations of baker’s yeast possibly can increase the Brachionus plicatilis population growth. The purpose of this study was to determine the effect of the combination of Nannochloropsis oculata and baker's yeast dose variation on the Brachionus plicatilis population growth, as well as to determine the combination of Nannochloropsis oculata and baker's yeast doses in culture media that can deliver the highest Brachionus plicatilis population growth.

The research design that used was a Completely Randomized Design with 5 treatments and 4 replications. The use of treatments were A: Combination of 225x104 cells/ml of N. oculata + 0.001 grams of baker's yeast, B: 15x105 cells/ml of N. oculata + 0.002 grams of baker's yeast, C: 75x104 cells/ml of N. oculata + 0.003 grams of baker’s yeast, D: 3x106 cells/ml of N. oculataand E: Only 0,004 grams of baker’s yeast. The main parameters that measured were Brachionus plicatilis population. Supporting parameters were temperature, pH, salinity, DO and ammonia levels.

The study results show that the combination feeding of Nannochloropsis oculata and baker's yeast dose variation affects the Brachionus plicatilis

population. The highest Brachionus plicatilis population growth was in the 1.500.000 cells/ml of Nannochloropsis oculata + 0.002 grams of baker's yeast treatment. The range of water quality during the study was appropiate with the optimum conditions of Brachionus plicatilis growth, that was 27–31ºC water temperature, 27–29 ppt salinity, pH 7,6 – 8,2 and dissolved oxygen (DO) from 5,1–6,1 ppm and ammonia levels between 0–0,5 mg/l.

(15)

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Usaha budidaya ikan menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Jenis

ikan yang dibudidayakan juga sangat beragam. Faktor yang mempengaruhi

keberhasilan produksi benih ikan dari segi kuantitas dan kualitas sangat

dipengaruhi oleh keberhasilan penyediaan pakan alami untuk larva ikan secara

tepat. Agar benih ikan yang dipelihara dapat tumbuh sehat dan bertahan hidup

sampai dewasa harus diberi pakan alami (Mujiman, 1998).

Zooplankton merupakan salah satu pakan alami yang digunakan dalam

usaha pembenihan ikan. Zooplankton yang paling dominan untuk pakan alami

adalah rotifer. Rotifer adalah jasad hewani yang terdiri atas beberapa sel. Rotifer

dimanfaatkan sebagai pakan bagi larva ikan dalam pengoperasian balai benih

fauna laut karena merupakan makanan awal atau sebagai pakan hidup yang

penting untuk larva ikan laut (Assavaaree et al., 2001). Beberapa keunggulan yang dimiliki rotifer terutama sebagai pakan awal bagi larva diantaranya berupa

ukurannya yang relatif kecil (150-220 µm) dan berenang lambat sehingga mudah

dimangsa larva (Rusdi, 1997). Pemanfaatannya sebagai pakan alami sangat

populer karena rotifer mempunyai ciri biologi yang memenuhi kriteria pakan yang

baik bagi larva fauna laut. Rotifer juga dianggap sebagai biokapsul yang cocok

bagi larva kebanyakan fauna laut karena menjadi pentransfer nutrien dari

(16)

Meskipun memiliki banyak jenis, hanya beberapa rotifer yang sudah

dibudidayakan. Salah satu jenis yang banyak digunakan dalam usaha budidaya

ikan adalah Brachionus plicatilis (Noverita, 2007). Brachionus plicatilis adalah rotifer laut yang dikenal secara luas dan digunakan sebagai pakan alami bagi larva

ikan. Brachionus plicatilis mengandalkan ketersediaan fitoplankton sebagai bahan makanan dan sumber energi (Noverita, 2007).

Salah satu jenis fitoplankton tersebut ialah Nannochloropsis oculata yang merupakan pakan utama bagi rotifer Brachionus plicatilis. Selain itu juga terdapat pakan lain seperti yang dikemukakan oleh Arnold dan Holt (1997) bahwa terdapat

variasi pakan yang berupa satu sel fitoplankton seperti Tetraselmis sp., Chlorella

sp.,dan Isochrysis sp. Dari berbagai jenis tersebut, fitoplankton Nannochloropsis oculata menunjukkan kepadatan populasi dan angka reproduksi yang besar untuk kultur massal rotifer Brachionus plicatilis bila dibandingkan dengan Tetraselmis

sp. dan Chlorella sp. (Palanichamy dan Rani, 2004). Hal ini karena

Nannochloropsis sp. memiliki sejumlah kandungan pigmen dan nutrisi seperti protein (52,11%), karbohidrat (16%), lemak (27,64%), vitamin C (0,85%), dan

klorofil A (0,89%). Menurut Anon et al. (2009) dalam Fachrullah (2011)

Nannochloropsis sp. dikultur untuk pakan Brachionus plicatilis karena mengandung vitamin B12. Selain itu, Nannochloropsis sp. juga memiliki kandungan lipid yang cukup tinggi yaitu antara 31-68% berat kering (Campbell,

2008; Kawaroe, 2007; Rao, 2008 dalam Fachrullah, 2011).

Meskipun Nannochloropsis oculata merupakan pakan penting untuk

(17)

untuk mengkultur Nannochloropsis oculata tergolong mahal terlebih bila hanya fitoplankton ini yang digunakan sebagai makanan utama (Campaña-Torres et al., 2012). Oleh sebab itu dapat ditambahkan jenis pakan alternatif bagi kultur

Brachionus plicatilis. Ragi roti merupakan jenis pakan alternatif bagi Brachionus plicatilis yang umumnya digunakan apabila kultur fitoplankton Nannochloropsis oculata tidak mencukupi kebutuhan.

Ragi roti adalah sumber pakan yang berasal dari jamur kelompok yeast.

Ragi roti memiliki kandungan karbohidrat dan protein yang tinggi yang sangat

baik bagi pertumbuhan Brachionus plicatilis (Roosharoe, 2006). Penggunaan ragi roti Saccaromyces cervisiae sebagai makanan untuk kultur massal Brachionus plicatilis telah banyak diketahui dalam peningkatan kepadatan produksi rotifer

Brachionus plicatilis serta untuk mengurangi ketergantungan pada fitoplankton

Nannochloropsis oculata (Hirayama dan Funamoto, 1983).

Ragi roti ialah bahan yang dapat tersuspensi dalam air dan memiliki

kandungan gizi yang tinggi. Ragi roti Saccaromyces cervisiae memiliki kandungan protein kasar 50-52%, karbohidrat 30-37%, lemak 4-5% dan mineral

7-8% (Reed dan Nagodawithana, 1991). Ragi roti Saccaromyces cervisiae

memiliki kandungan vitamin B12 yang berkisar antara 10-8–10-2 µg. Menurut Hirayama dan Funamoto (1983) vitamin B12 adalah salah satu nutrisi essential bagi pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis.

Rotifer Brachionus plicatilis dapat tumbuh dengan baik jika diberikan pakan yang baik untuk pertumbuhannya. Oleh karena itu, diharapkan pemberian

(18)

ragi roti dapat digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan populasi rotifer

Brachionus plicatilis.

1.2 Perumusan Masalah

Perumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Apakah kombinasi Nannochloropsis oculata dan variasi dosis ragi roti berpengaruh terhadap pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis?

2. Berapakah kombinasi Nannochloropsis oculata dan variasi dosis ragi roti dalam media kultur yang dapat memberikan pertumbuhan populasi

Brachionus plicatilis tertinggi ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh kombinasi Nannochloropsis oculata dan variasi dosis ragi roti terhadap pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis.

2. Untuk mengetahui kombinasi Nannochloropsis oculata dan dosis ragi roti dalam media kultur yang dapat memberikan pertumbuhan populasi

Brachionus plicatilis tertinggi.

1.4Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah untuk memberikan informasi ilmiah tentang

(19)

pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis kepada masyarakat perikanan sebagai pengembangan ilmu pengetahuan, sehingga dapat diaplikasikan oleh para

(20)

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Brachionus plicatilis O. F. Muller 2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi

Menurut Dahril (1996) Brachionus plicatilis merupakan salah satu rotifer yang diklasifikasikan berdasarkan tingkat hirarkinya sebagai berikut:

Filum : Trochelminthes Kelas : Rotifera Ordo : Monogonata Subordo : Ploima Famili : Brachionidae Genus : Brachionus

Spesies : Brachionus plicatilis O. F. Muller.

Brachionus plicatilis termasuk salah satu genus yang sangat populer di antara sekian banyak jenis rotifer. Genus ini terdiri dari 34 spesies (Dahril, 1996).

Menurut Mujiman (1998) bahwa selain Brachionus plicatilis dikenal juga beberapa spesies dari genus Brachionus, antara lain: Brachionus pala, Brachionus punctatus, Brachionus abgularis, dan Brachionus moliis.

Morfologi Brachionus plicatilis dapat dilihat secara langsung di bawah mikroskop, ciri khas yang sangat mudah untuk dikenali adalah adanya corona atau

semacam selaput bersilia mencolok di sekitar mulutnya. Lingkaran silia di bagian

anterior terdapat di atas pedestal yang terbagi dua yang disebut trocal disk.

Gerakan membranela pada trochal disk seperti dua roda yang berputar. Trochal

disk digunakan untuk berenang dan makan (Mujiman, 1998).

Menurut Djarijah (1995) ukuran tubuh Brachionus plicatilis ini bervariasi, yaitu antara 50-300 mikron. Berdasarkan ukuran tubuhnya Brachionus plicatilis

(21)

dibedakan menjadi dua golongan atau tipe, yaitu tipe L untuk Brachionus plicatilis yang berukuran besar antara 230-400 mikron, tipe S untuk Brachionus plicatilis yang berukuran kecil antara 50-220 mikron.

Tubuh rotifer umumnya transparan, beberapa berwarna hijau, merah atau

coklat yang disebabkan oleh warna makanan yang ada di sekitar saluran

pencernaannya. Tubuh terbagi atas tiga bagian yaitu bagian kepala yang pendek,

badan yang besar dan kaki atau ekor. Bentuk tubuh agak panjang dan silindris.

Pada kepala terdapat corona yang berguna sebagai alat untuk mengalirkan

makanan, organ perasa atau peraba dan bukaan mulut (Priyambodo dan Tri,

2001).

Pada Brachionus plicatilis terdapat perbedaan yang mendasar di antara kelamin jantan dan betina. Secara umum Brachionus plicatilis jantan memiliki bentuk tubuh yang relatif lebih kecil daripada yang betina, sedangkan Brachionus plicatilis betina memiliki bentuk tubuh yang lebih besar dibanding yang jantan.

Brachionus plicatilis hampir selalu berkembang biak secara partenogenesis (tanpa kawin). Brachionus plicatilis dapat hidup selama 12-19 hari dan sekali bertelur dapat menghasilkan 5 butir telur (Mujiman, 1998). Morfologi Brachionus plicatilis dapat dilihat pada gambar 2.1.

(22)

Gambar 2.1 Bentuk Morfologi Brachionus plicatilis (A. Betina ; B. Jantan) (Koste, 1980) Keterangan : 1 - corona 6 - vesicula 2 - lorica 7 - egg 3 - mastax 8 - foot 4 - stomach 9 - penis

5 - vitelo (ovario) 10 - pedal gland

2.1.2 Biologi Brachionus plicatilis

Brachionus plicatilis merupakan zooplankton yang memiliki organ kelamin terpisah dan dapat bereproduksi secara aseksual dengan partenogenesis,

yaitu rnenghasilkan telur tanpa terjadi pembuahan dan individu baru yang

dihasilkan bersifat diploid (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995).

Brachionus plicatilis bersifat euthermal. Brachionus plicatilis pada suhu 15oC masih dapat tumbuh, tetapi tidak dapat bereproduksi, sedangkan pada suhu 10oC akan terbentuk telur istirahat. Kisaran suhu optimum untuk pertumbuhan

(23)

dan reproduksi adalah 22-30oC. Betina dengan telurnya dapat bertahan hidup pada salinitas 98 ppt, sedangkan salinitas optimalnya adalah 10- 35 ppt. Keasaman air

turut mempengaruhi kehidupannya. Rotifer ini masih dapat bertahan hidup pada

pH 5 dan pH 10, sedangkan pH optimum untuk pertumbuhan dan reproduksi

berkisar antara 7,5-8,0 (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995).

Menurut Priyambodo dan Tri (2001), dalam keadaan normal, Brachionus plicatilis dapat berkembang biak secara parthenogenesis (bertelur tanpa kawin). Ada dua tipe Brachionus plicatilis betina, yaitu betina amiktik dan betina miktik. Betina miktik adalah betina yang dapat dibuahi. Telur yang dihasilkan betina

miktik akan menetas menjadi jantan. Betina amiktik adalah betina yang tidak

dapat dibuahi. Dari betina amiktik yang terjadi ini maka reproduksi secara

aseksual akan terjadi lagi antara betina miktik dan amiktik tidak dapat dibedakan

secara eksternal.

Rotifer bersifat omnivora, jenis makanannya terdiri dari perifiton,

nannoplankton, detritus dan semua partikel organik yang sesuai dengan lebar

mulut larva. Beberapa jasad pakan yang dapat digunakan untuk kultur rotifer

adalah Chlamidomonas, Chaematococcus, Isochrysis galbana, marine yeast, dan protozoa (Mustahal, 1995b). Brachionus sp. juga suka memakan jasad-jasad renik yang mempunyai ukuran tubuh kecil dari dirinya, seperti : alga, ragi roti, bakteri

dan protozoa (Pennak, 1978).

Menurut Isnansetyo dan Kurniastuty (1995) beberapa jenis fitoplankton

yang dapat digunakan sebagai pakan rotifer diantaranya adalah Chlorella,

(24)

plicatilis bersifat penyaring tidak selektif (non selective filter-feeder). Pakan diambil secara terus menerus sambil berenang (Isnansetyo dan Kurniastuty,

1995).

Rotifer dapat hidup di perairan telaga, sungai, rawa, danau dan sebagian

besar terdapat di perairan air payau dan melimpah pada perairan yang kaya akan

nannoplankton dan detritus (Redjeki, 1995).

2.1.3 Pertumbuhan Brachionus plicatilis

Brachionus plicatilis betina terdapat dua tipe, yaitu betina amiktik dan miktik. Betina miktik adalah betina yang menghasilkan telur secara

partenogenesis, sedangkan betina amiktik ialah betina yang menghasilkan telur

dan melakukan pembelahan meiosis. Betina amiktik akan menghasilkan telur

yang berkembang menjadi betina amiktik pula. Apabila Brachionus plicatilis

jantan dan betina miktik kawin, telur yang dihasilkan berupa telur kista (dormant egg). Telur kista ini tahan terhadap kondisi lingkungan yang jelek maupun kondisi kekeringan dan selanjutnya baru menetas setelah kondisi lingkungan menjadi

normal kembali. Brachionus plicatilis betina dapat hidup 12-19 hari, sedangkan yang jantan antara 3-6 hari (Priyambodo dan Tri, 2001).

Brachionus plicatilis memiliki telur yang bersifat istirahat, telur ini dihasilkan oleh betina-miktik, akan menetas menjadi betina-miktik dan antara

betina miktik dan amiktik tidak dapat dibedakan secana eksternal (Isnansetyo dan

(25)

Pada mulanya betina miktik menghasilkan 1-6 telur kecil. Betina miktik

adalah betina yang dapat dibuahi. Telur yang dihasilkan oleh betina miktik akan

menetas menjadi jantan. Jantan ini akan membuahi betina miktik dan

menghasilkan 1-2 telur istirahat. Telur ini mengalami masa istirahat sebelum

menetas menjadi betina amiktik. Betina amiktik adalah betina yang tidak dapat

dibuahi. Dan betina amiktik yang terjadi ini maka reproduksi secara aseksual akan

terjadi lagi. Betina miktik hanya akan menghasilkan telur miktik demikian juga

sebaliknya betina amiktik (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995).

2.2 Ragi Roti

2.2.1 Klasifikasi dan Morfologi

Saccharomyces cerevisiae merupakan mikroorganisme yang sangat dikenal masyarakat luas sebagai ragi roti (baker’s yeast). Saccharomyces cerevisiae adalah kelompok jamur eukariotik dengan dinding sel yang pertumbuhannya dilakukan secara vegetatif ataupun kombinasi dengan reproduksi

uniseluler (Phaff, 2001).

Saccharomyces cerevisiae adalah jamur uniseluler (kebanyakan

ascomycete dan basidiomycete) yang bereproduksi secara aseksual dengan tunas dan ukuran sel individunya dapat bervariasi mulai panjang 2-3 µm sampai 20-50

µm dan lebar 1-10 µm. Saccharomyces cerevisiae sebagai ragi yang paling dikenal umumnya berbentuk elips dengan diameter terbesar 5-10 µm dan diameter

terkecil 1-7 µm (Kavanagh, 2005). Taksonomi Saccharomyces spp. menurut Sanger (2004) sebagai berikut :

(26)

Kingdom : Eukaryota Phylum : Fungi Subphylum : Ascomycota Class : Saccharomycetes Order : Saccharomycetales Family : Saccharomycetaceae Genus : Saccharomyces

Species : Saccharomyces cerevisiae

Saccharomyces cerevisiae adalah mikroorganisme bersel tunggal dengan ukuran antara 5-20 mikron dan berbentuk bola atau telur. Saccharomyces cerevisiae tidak bergerak karena tidak memiliki struktur tambahan di bagian luarnya seperti flagella (Prescott, 1959).

Saccharomyces cerevisiae mempunyai lapisan dinding luar yang terdiri dari polisakarida kompleks dan di bawahnya terletak membran sel. Sitoplasma

mengandung suatu inti dan bagian yang berisi sejumlah besar cairan yang disebut

vakuola. Saccharomyces cerevisiae adalah fungi yang berbentuk sel-sel tunggal yang pada tahap tertentu dalam siklus kehidupannya bereproduksi dengan buah

(budding) atau pemecahan (fission). Ragi roti dapat tumbuh dalam kondisi ekologi yang berbeda karena ragi roti merupakan organisme fakultatif yang memiliki

kemampuan menghasilkan energi dari senyawa organik dalam kondisi aerob

maupun anaerob (Wina, 1999).

Saccharomyces cerevisiae umumnya digunakan sebagai ragi roti dan untuk beberapa tipe fermentasi. Ragi sering digunakan sebagai suplemen vitamin karena

mengandung 50% protein dan sumber yang kaya akan vitamin B, niasin dan asam

folat (Schneiter, 2004)

Ragi roti terdiri dan 2 jenis yang ada di pasaran yaitu ragi roti padat dan

(27)

dan ada juga yang berupa bubuk halus. Jenis ragi roti yang butirannya halus dan

berwarna kecokelatan ini umumnya digunakan dalam pembuatan roti. Lain halnya

dengan ragi roti kering jauh lebih praktis dalam penggunaannya. Aroma yang

dihasilkannya pun tidak terlalu mencolok karena memang khusus untuk

pembuatan roti (Roosharoe, 2006).

2.2.2 Kandungan Gizi Ragi Roti

Ragi roti adalah bahan makanan yang biasa dikonsumsi oleh manusia dan

ternak. Dimana ragi roti mempunyai kandungan nutrisi yang tinggi dan ragi roti

juga merupakan pelengkap fitoplankton. Ragi roti mengandung energi sebesar 136

kilo kalori, protein 43 gram, karbohidrat 3 gram, lemak 2,4 gram, kalsium 140

miligram, fosfor 1900 miligram, dan zat besi 20 miligram. Hasil tersebut didapat

dari melakukan penelitian terhadap 100 gram ragi roti, dengan jumlah yang dapat

dimakan sebanyak 100 % (Kementerian Kesehatan RI, 2012).

Selain itu di dalam ragi roti juga terkandung asam nukleat 6-12% dan asam

amino yaitu: lisin 7,7-7,8%, isoleusin 4,6-5,3%, leusin 7-7,8%, metionin

1,6-1,7%, treonin 4,8-5,4%, valin 5,3-5,8%, fenilalanin 4,1-4,8% dan triptofan

1,1-1,3% (Suriawiria, 1990).

Adapun nilai gizi dari ragi roti secara umum menurut Mujiman (1998)

adalah sebagai berikut: protein 59.2%, karbohidrat 38,93 %, abu 4,95%, dan air

6,12%. Selain zat-zat tersebut di atas, ragi roti juga mengandung vitamin terutama

(28)

2.2.3 Kegunaan Ragi Roti

Ragi roti atau dikenal juga dengan sebutan ‘yeast’ adalah mikroorganisme uniseluler. Jamur Saccharomyces cerevisiae kini penggunaannya menjadi semakin penting di dunia industri fermentasi dan pakan ikan. Saat ini ragi roti bukan hanya

digunakan dalam bidang fermentasi tradisional, tetapi saat ini penggunaan ragi

roti telah merambah sektor-sektor komersial yang penting, termasuk makanan,

minuman, biofuel, kimia, industri enzim, pharmaceutical, agrikultur, dan

lingkungan (Setiawan dan Rodif, 1991).

Ragi roti atau jamur Saccharomyces cerevisiae adalah salah satu jenis khamir yang biasa dimanfaatkan untuk kebutuhan bioteknologi dan industri.

Saccharomyces cerevisiae dipakai sebagai probiotik dan imunostimulan untuk meningkatkan kesehatan dan produktivitas ternak seperti ruminansia, unggas

ataupun ikan (Ahmad, 2005)

Ragi roti yang diberikan sebagai makanan Brachionus plicatilis adalah berupa produk jadi yaitu dalam bentuk butiran kering (Yusminar, 1984). Ragi roti

berfungsi sebagai probiotik yang menguntungkan karena menghambat

pembentukan floramikroba yang merugikan melalui penghambatan dalam

kolonisasi di saluran pencernaan. Selain itu juga menghasilkan senyawa

antimikroba dan berkompetisi dengan mikroba patogen dalam mendapatkan

nutrisi, meningkatkan nilai gizi pakan melalui pengkayaan vitamin,

mendetoksifikasi toksin atau faktor antinutrisi dan berperan dalam pencernaan

(29)

Ragi roti merupakan salah satu substrat organik yang potensial dalam

meningkatkan pertumbuhan Brachionus plicatilis. Ragi roti adalah sumber pakan yang berasal dari jamur kelompok yeast. Ragi roti memiliki kandungan

karbohidrat dan protein yang tinggi yang sangat baik bagi pertumbuhan

Brachionus plicatilis (Roosharoe, 2006).

Ragi roti dapat membantu penguraian karbohidrat di dalam saluran

pencernaan juga merangsang kerja dari amilase dan sebagai protein sehingga akan

memperkaya kandungan protein dari Brachionus plicatilis. Ragi roti juga berperan sebagai probiotik dan dapat menurunkan kontaminasi aflatoksin pada pakan

(Wanasuria, 1993). Berdasarkan uraian diatas maka perlu diketahui pengaruh

penambahan dosis ragi roti terhadap pertumbuhan populasi tertinggi Brachionus plicatilis.

(30)

III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konseptual

Budidaya larva ikan pada masa perkembangan larva sangat membutuhkan

pakan alami. Ketersediaan pakan alami sangat menentukan keberhasilan larva

bertahan hidup hingga tumbuh dewasa. Isnansetyo dan Kurniastuty (1995)

menyatakan bahwa peranan pakan alami dalam usaha pembenihan ikan belum

dapat digantikan sepenuhnya oleh pakan-pakan buatan.

Ikan akan dapat hidup dengan baik, sehat dan tumbuh dewasa bila suplai

pakan alaminya dapat terpenuhi. Agar ikan dapat tumbuh sehat, keberhasilannya

ditentukan oleh produksi benih ikan baik dari segi kuantitas dan kualitas yang

sangat dipengaruhi oleh keberhasilan penyediaan jasad pakan dan manajemen

pakan larva ikan secara tepat dan efisien (Imanto et al., 2010)

Rotifer merupakan salah satu jenis zooplankton yang sangat penting pada

kegiatan pembenihan ikan laut dan peranannya hingga hari ini belum tergantikan.

Melianawati dan Imanto (2004) menyimpulkan bahwa rotifer merupakan pakan

alami yang dominan dipilih oleh larva.

Branchionus plicatilis merupakan salah satu jenis rotifer yang diberikan sebagai pakan alami bagi larva ikan. Produksi Branchionus plicatilis sangat tergantung pada suplai pakannya (Mustahal, 1995a).

Fulks dan Main (1991) menyatakan bahwa Brachionus plicatilis

membutuhkan pakan yang mengandung nutrisi meliputi karbohidrat, vitamin

(31)

Beberapa jenis dari fitoplankton yang dapat digunakan sebagai pakan dari

rotifer di antaranya ialah Chlorella, Dunaliella, Nannochloropsis sp., Tetraselmis

sp., dan Monochrysis (Isnansetyo dan Kurniastusi, 1995). Di antara berbagai fitoplankton tersebut Nannochloropsis oculata merupakan jenis fitoplankton yang sudah digunakan secara luas dalam kultur rotifer di Indonesia (Ahmad et al., 1994; Sugama et al., 2001). Nannochloropsis oculata merupakan jenis fitoplankton yang paling banyak digunakan dalam kultur Brachionus plicatilis

(Hur, 1991). Asam amino dari Brachionus plicatilis yang dikultur dengan

Nannochloropsis oculata sebanyak 20,46 mg/100 mg berat kering (Tamaru et al., 1991). Oleh karena itu digunakan Nannochloropsis oculata sebagai fitoplankton yang digunakan untuk pakan rotifer pada penelitian.

Ragi roti merupakan jenis pakan alternatif bagi rotifer yang pada

umumnya digunakan ketika kultur fitoplankton Nannochloropsis oculata tidak mencukupi kebutuhan. Satu gram ragi roti diprediksi dapat menghasilkan sekitar

80.000 Brachionus plicatilis (Lubzens and Zmora, 2003).

Rotifer dapat dibudidayakan dengan pakan ragi roti saja (Redjeki, 1999).

Penggunaan ragi roti relatif lebih mudah dan stabil ketersediannya, serta dapat

disimpan dengan lebih mudah (Fukusho, 1990).

Ragi roti sendiri memiliki kandungan gizi yang tinggi. Ragi roti memiliki

protein 42,92%, lemak 0,66%, karbohidrat 51,44% serta abu 4,98% (Chumaedi

dan Djajadiredja, 1982). Oleh karenanya Nannochloropsis oculata diperkaya dengan ragi roti untuk meningkatkan kepadatan populasi Brachionus plicatilis.

(32)

Pemberian Nannochloropsis oculata dengan penambahan ragi roti diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pakan Brachionus plicatilis, sehingga pemberian ragi roti dalam media kultur dapat meningkatkan pertumbuhan

populasi Brachionus plicatilis. Kerangka konseptual penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1.

(33)

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian

3.2 Hipotesis Penelitian

H1 : - Kombinasi Nannochloropsis oculata dan variasi dosis ragi roti berpengaruh terhadap pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis.

- Terdapat kombinasi Nannochloropsis oculata dan dosis ragi roti dalam media kultur yang dapat memberikan pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis tertinggi.

Populasi Brachionus plicatilis

meningkat Fitoplankton

Nannochloropsis oculata

Ragi roti Saccharomyces cerevisiae

Pertumbuhan

Brachionus plicatilis

Pertumbuhan Larva

Pemberian Pakan Alami

Brachionus plicatilis

(+) Mudah dicerna larva, ukuran kecil (150-220µm), berenang lambat sehingga mudah dimangsa larva, waktu kultur singkat dan laju reproduksi tinggi.

Kelebihan: Memiliki nutrisi yang dibutuhkan B. plicatilis

(abu 5,0-9,5%, asam nukleat 6-12%, lemak 2-6%, nitrogen 7,5-8,5%, lisin 7,7,8%, leusin 7-7,8%, treonin 4,8-5,4%, valin 5,3-5,8%, fenilalanin 4,1-4,8% Kelebihan: Memiliki nutrisi

lemak 0,49%, karbohidrat 0,048%, protein 38,65%, dan air 60,81%

Bergantung musim dan cahaya matahari sehingga kondisi tertentu stok murni tidak dapat terpenuhi

(34)

IV METODOLOGI

4.1 Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Unit Pengelola Budidaya Laut (UPBL)

Probolinggo, Jawa Timur. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada tanggal 11 Mei

sampai dengan 23 Mei 2014.

4.2 Materi Penelitian 4.2.1 Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

botol kultur 20 buah, timbangan digital analitik, beaker glass, gelas ukur, pipet tetes, pipet ukur, pipet bulb, mikroskop, Sedgewick Rafter counting cell, haemocytometer, thermometer, refraktometer, DO meter, pH meter, amoniak test

kit, handtally counter, mortar pestle, botol semprot, selang, aerator, dan batu aerasi.

4.2.2 Bahan

Bahan penelitian yang digunakan adalah Brachionus plicatilis,

Nannochloropsis oculata, ragi roti, air laut, aquades, alkohol 70%, klorin, formalin 4%, dan Na Thiosulfat

(35)

4.3 Metode Penelitian 4.3.1 Rancangan Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental. Metode

eksperimental adalah suatu tindakan yang dibatasi dengan nyata dan dapat

dianalisis hasilnya. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah

Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 4 kali ulangan, sebab

dalam penelitian ini semua dikondisikan sama kecuali konsentrasi ragi roti.

Pengambilan data penelitian dilakukan berdasarkan hasil populasi dari Brachionus plicatilis selama masa pemeliharaan Brachionus plicatilis. Kusriningrum (2008) menyatakan, rumus yang digunakan untuk menentukan ulangan yang diberikan

adalah:

Keterangan : t = Total perlakuan n = Jumlah ulangan

Penelitian ini menggunakan lima perlakuan dan empat ulangan. Perlakuan

diperoleh berdasarkan Sutomo et al. (2007) yang menyatakan bahwa penebaran awal Brachionus plicatilis dengan kepadatan awal 10 ind/ml yang dikultur dalam volume media kultur yang dikehendaki 200 ml. Untuk kultur Brachionus plicatilis

10 ind/ml tersebut diberikan pakan alami fitoplankton, yaitu Nannochloropsis oculata sebanyak 3x106 sel/ml (Sutomo et al., 2007). Pemberian pakan tersebut untuk satu kali makan Brachionus plicatilis yang diberikan pada pagi hari dan dipelihara selama 7 hari (Balai Budidaya Laut Lampung, 2002). Sedangkan ragi

(36)

instan dengan merk dagang fermipan yang diperoleh dari pasaran. Dosis

penggunaan ragi roti untuk kultur Brachionus plicatilis menurut Redjeki (1999) diberikan sebanyak 2 gram/106 rotifer per hari. Dosis inilah yang menjadi dasar untuk penelitian ini, sehingga perlakuan yang diajukan dalam penelitian ini adalah

:

A : Perlakuan pemberian N. oculata 2.250.000 sel/ml + ragi roti 0,001 gram B : Perlakuan pemberian N. oculata 1.500.000 sel/ml + ragi roti 0,002 gram C : Perlakuan pemberian N. oculata 750.000 sel/ml + ragi roti 0,003 gram D : Perlakuan pemberian pakan alami N. oculata sebanyak 3x106 sel/ml tanpa

penambahan ragi roti (kontrol)

E : Perlakuan pemberian ragi roti sebanyak 0,004 gram tanpa penambahan

Nannochloropsis oculata (kontrol)

4.3.2 Desain Penelitian

Pola penempatan wadah perlakuan dilakukan secara acak dengan tujuan

menghindari atau memperkecil bias. Kusriningrum (2008) menyatakan

penempatan perlakuan percobaan dilakukan secara acak agar terjadinya

keragaman, baik keragaman dalam satu perlakuan maupun antar perlakuan dapat

dianggap bersifat alami, sehingga sifat memihak pada salah satu perlakuan dapat

(37)

A4 C2 D2 C1 C3

B1 E1 A1 A3 A2

E2 B4 D3 D4 B3

C4 D1 E3 E4 B2

Gambar 4.1 Desain Pengacakan pada Penelitian

4.3.3 Prosedur Kerja

A. Persiapan Alat Penelitian

Pada kegiatan ini terdapat beberapa macam sterilisasi pada alat dan bahan

yang digunakan sebagai media kultur skala laboratorium. Peralatan seperti botol

kultur dan peralatan aerasi disterilisasi. Sebelum disterilisasi terlebih dahulu alat

tersebut dicuci dengan menggunakan sabun deterjen, lalu disterilisasi dengan

larutan klorin 150 ppm selama 24 jam, kemudian dinetralisasi dengan Na

Thiosulfat 60 ppm dan dibilas dengan air tawar hingga bersih dan bau klorin

hilang.

Persiapan bahan penelitian yaitu air untuk media kultur disterilkan dengan

menggunakan klorin 60 ppm minimal selama 24 jam dan dinetralkan dengan

larutan natrium thiosulfat 20 ppm untuk menghilangkan sisa kaporit dalam air

laut.

B. Penebaran Bibit Brachionus plicatilis

Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini berupa kultur murni

Brachionus plicatilis murni diperoleh dari Balai Budidaya Air Payau (BBAP) Situbondo. Menurut Sutomo et al. (2007) bahwa penebaran awal bibit Brachionus plicatilis dengan kepadatan 10 ind/ml, sehingga dalam media kultur 200 ml

(38)

terdapat Brachionus plicatilis sebanyak 2.000 individu. Kemudian Brachionus plicatilis dimasukkan ke dalam botol kultur dan diberi aerasi. Menurut Edhy dkk. (2003) penghitungan jumlah bibit Brachionus plicatilis untuk kultur menggunakan rumus : 1 2 2 1 N V N V   Keterangan:

V1 = Volume bibit Brachionus plicatilisuntuk penebaran awal (ml) N1 = Kepadatan bibit/stock Brachionus plicatilis(ind/ ml)

V2 = Volume media kultur yang dikehendaki (ml)

N2 = Kepadatan bibit Brachionus plicatilisyang dikehendaki (ind/ ml) C.Lingkungan dan Media Kultur Brachionus plicatilis

Faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan Rotifer

antara lain, suhu, salinitas dan pH air. Lingkungan kultur dapat mempengaruhi

pertumbuhan dan populasi Brachionus plicatilis, oleh karena itu dijaga dan dikondisikan sama pada setiap perlakuan. Lingkungan kultur Brachionus plicatilis

yang diharapkan dalam penelitian adalah suhu antara 26-31oC, salinitas 27-33 ppt, pH 7,5-8,3 dan DO (Dissolved oxygen) 4-6,5 ppm yang merupakan lingkungan kultur terbaik Brachionus plicatilis (Cahyaningsih dkk., 2009) dan kadar amoniak tidak melebihi 1 mg/l pada kultur rotifer (Fulks dan Main, 1991).

D.Perhitungan Populasi Brachionus plicatilis

Pertumbuhan populasi dihitung dengan cara menghitung jumlah individu

Brachionus plicatilis. Perhitungan populasi Brachionus plicatilis diawali dengan pengambilan sampel sebanyak 1 ml, kemudian penghitungan dilakukan dengan

(39)

perhitungan. Sebelum dipakai Sedgewick Rafter dan Handtally Counter terlebih dahulu dibersihkan dan dikeringkan dengan memakai tissue. Kemudian sampel

diteteskan menggunakan pipet tetes sampai penuh dan diberi satu tetes formalin

4%, lalu diamati dan dihitung di bawah mikroskop dengan perbesaran 100x.

E.Pengadaan Ragi Roti

Ragi roti yang digunakan sebagai tambahan makanan Brachionus plicatilis

dalam penelitian ini merupakan produk jadi, yaitu dalam bentuk butiran kering

dengan merk dagang Fermipan. Sebelum diberikan pada Brachionus plicatilis

terlebih dahulu ragi roti tersebut ditimbang kemudian diberikan sesuai dengan

perlakuan.

4.3.4 Parameter Pengamatan A.Parameter Utama

Parameter utama dalam penelitian ini adalah populasi Brachionus plicatilis. Penghitungan populasi Brachionus plicatilis didapatkan melalui perhitungan jumlah anakan. Penghitungan dilakukan setiap hari selama 7 hari.

Pertumbuhan populasi dihitung dengan menggunakan Sedgewick Rafter dengan bantuan mikroskop perbesaran 100x dan Handtally Counter.

B.Parameter Pendukung

Parameter pendukung dalam penelitian adalah suhu, pH, salinitas, kadar

amoniak, dan DO (Dissolved oxygen). Pengukuran suhu menggunakan termometer, pengukuran pH menggunakan pH meter, pengukuran salinitas

(40)

menggunakan refraktometer, pengukuran oksigen terlarut menggunakan DO

meter, dan pengukuran amoniak menggunakan amoniak test kit. Pengukuran

terhadap suhu dan pH dilakukan dua kali sehari pada pukul 07.00 dan 16.00,

pengukuran salinitas dilakukan sekali sehari, pengukuran DO atau oksigen terlarut

dan amoniak dilakukan diawal dan akhir masa pemeliharaan. Parameter

pendukung digunakan untuk mendukung data dari parameter utama.

4.3.5 Analisis Data

Analisis data menggunakan Analisis Varian (ANAVA) dengan rancangan

penelitian adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) untuk mengetahui adanya

pengaruh dalam perlakuan yang diberikan. Jika terdapat perbedaan pada

perlakuan maka dilakukan uji Jarak Berganda Duncan dengan derajat kepercayaan

0,05 untuk mengetahui perbedaan diantara semua perlakuan (Kusriningrum,

(41)

Gambar 4.2 Bagan Alur Penelitian B N. oculata 15x105 sel/ml + Ragi roti 0,002 gram C N. oculata 75x104 sel/ml + Ragi roti 0,003 gram D N. oculata 3x106 sel/ml (Kontrol)

Perhitungan populasi B. plicatilis setiap hari

Analisis Data A N. oculata 225x104 sel/ml + Ragi roti 0,001 gram

Persiapan alat dan bahan

Pemberian pakan alami N. oculata dan variasi ragi roti satu kali sehari

Persediaan Fitoplankton

Nannochloropsis oculata

Penambahan Ragi Roti Saccharomyces cerevisiae

Pengamatan kualitas air suhu, pH (pagi dan sore hari), salinitas sekali sehari, DO dan

amoniak pada awal dan akhir peneltian Penebaran bibit Brachionus

plicatilis dengan kepadatan awal 10 ind/ml dalam volume

media 200 ml

E

Ragi roti 0,004 gram

(Kontrol)

(42)

V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil

5.1.1 Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis

Brachionus plicatilis merupakan zooplankton bersifat omnivora yang jenis makanannya berupa partikel organik dan jasad renik yang mempunyai ukuran

lebih kecil dari dirinya, seperti alga, ragi roti, protozoa. Kebiasaan makan ini

memungkinkan diberikannya partikel organik yang memiliki nilai gizi untuk

mendapatkan populasi Brachionus plicatilis tertinggi.

Pertumbuhan populasi rotifer Brachionus plicatilis pada penelitian ini diamati setiap hari. Hasil pengamatan penelitian berupa data kepadatan populasi

Brachionus plicatilis. Data tersebut diperoleh dari pengamatan populasi

Brachionus plicatilis secara mikroskopik selama 7 hari masa pemeliharaan. Data populasi Brachionus plicatilis setiap harinya dapat dilihat pada lampiran 2. Sedangkan gambar Brachionus plicatilis yang diamati dengan mikroskop perbesaran 100x dapat dilihat pada Gambar 5.1 di bawah ini.

Gambar 5.1 Brachionus plicatilis

Data tersebut untuk mengetahui pengaruh kombinasi Nannochloropsis oculata dan variasi dosis ragi roti terhadap pertumbuhan populasi Brachionus

(43)

plicatilis dan untuk mengetahui pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis

tertinggi.

Data harian yang diperoleh selama penelitian yang dianalisis dengan

Analisis Varian (ANAVA) menunjukkan bahwa setiap perlakuan terdapat

perbedaan yang nyata terhadap kepadatan populasi Brachionus plicatilis, kemudian dilanjutkan Uji Jarak Duncan untuk mengetahui pengaruh perlakuan

satu dengan perlakuan yang lain. Data pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis

untuk masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Tabel 5.1 di bawah ini.

Tabel 5.1 Data Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis (ind/ml) Pada Hari Pertama Hingga Hari Ketujuh.

Waktu Pengamatan

Hari Ke-

Rata-rata Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis (ind/ml)

A B C D E 0 10 10 10 10 10 1 42 b 51,5 a 44,75 ab 43,5 b 43 b 2 98,5 b 135,5 a 87,25 bc 79,25 bc 70,75 c 3 121,25b 167 a 122 b 91 b 84,75 b 4 176,75a 179 a 138 ab 126,75 ab 116,25 b 5 224 ab 238,5 a 179,5 bc 159,75 bc 154,5 c 6 171,75 ab 196,75 a 151 bc 133,75 cd 110,75 d 7 149,75 b 184,25 a 118,5 bc 108 cd 84 d Total 994 1162 851 752 674 Keterangan :

Huruf superscript yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (p<0,05).

Perlakuan A : Pemberian N. Oculata 2.250.000 sel/ml + ragi roti 0,001 gram Perlakuan B : Pemberian N. oculata 1.500.000 sel/ml + ragi roti 0,002 gram Perlakuan C : Pemberian N. oculata 750.000 sel/ml + ragi roti 0,003 gram

Perlakuan D : Pemberian pakan alami N. Oculata sebanyak 3x106 sel/ml tanpa penambahan ragi roti (kontrol)

Perlakuan E : Pemberian ragi roti sebanyak 0,004 gram tanpa penambahan

Nannochloropsis oculata (kontrol)

Analisis ANAVA data harian dan uji jarak berganda Duncan terdapat pada

(44)

menunjukkan tidak berbeda nyata di antara perlakuan terhadap hasil pengamatan.

Hasil uji jarak berganda Duncan pada hari pertama menunjukkan bahwa

perlakuan B berbeda nyata dengan perlakuan A, D, E. Perlakuan C tidak berbeda

nyata dengan perlakuan A, D, E, namun perlakuan C memiliki kepadatan rotifer

sebesar 44,75 ind/ml lebih tinggi dari perlakuan A = 42 ind/ml, D = 43,5 ind/ml,

dan E = 43 ind/ml.

Pada hari kedua hasil Analisis Varian (ANAVA) menunjukkan perbedaan

yang nyata di antara perlakuan terhadap hasil pengamatan. Lalu hasil uji jarak

berganda Duncan pada hari kedua menunjukkan bahwa perlakuan B berbeda

nyata dengan semua perlakuan A, C, D, E. Perlakuan A tidak berbeda nyata

dengan perlakuan C dan D, namun berbeda nyata dengan perlakuan B dan E.

Meskipun tidak berbeda nyata perlakuan A memiliki kepadatan rotifer yang lebih

tinggi sebesar 98,5 ind/ml dibandingkan perlakuan C dan D yang kepadatannya

87,25 ind/ml dan 79,25 ind/ml.

Hasil Analisis Varian pada hari ketiga menunjukkan bahwa setiap

perlakuan yang diberikan pakan berbeda dosisnya menunjukkan perbedaan yang

nyata pengaruhnya terhadap pertumbuhan populasi rotifer. Hasil uji jarak

berganda Duncan pada hari ketiga menunjukkan bahwa perlakuan B berbeda

nyata dengan semua perlakuan, yaitu A, C, D dan E.

Hasil ANAVA menunjukan bahwa pada hari keempat di antara 5

perlakuan yang diberikan pakan dengan dosis berbeda menunjukkan perbedaan

yang tidak nyata. Hasil uji jarak berganda Duncan pada hari keempat

(45)

berbeda nyata dengan perlakuan C dan D. Meski tidak berbeda nyata perlakuan E

memiliki kepadatan rotifer sebesar 116,25 ind/ml yang lebih rendah dari

perlakuan C = 138 ind/ml dan D = 126,75 ind/ml. Sedangkan perlakuan C dan D

tidak berbeda nyata dengan perlakuan A dan B. Namun demikian perlakuan C, D

memiliki kepadatan rotifer sebesar 138 ind/ml, 126,75 ind/ml yang lebih rendah

dibandingkan perlakuan A dan B sebesar 176,75 ind/ml dan 179 ind/ml.

Pada hari kelima hasil Analisis Varian menunjukkan bahwa diatara 5

perlakuan terdapat perbedaan yang nyata pengaruhnya terhadap kepadatan

populasi rotifer. Hasil uji jarak berganda Duncan pada hari kelima menunjukkan

bahwa perlakuan B berbeda nyata dengan perlakuan C, D, E. Perlakuan E berbeda

nyata dengan perlakuan A dan B. Perlakuan A tidak berbeda nyata dengan

perlakuan C dan D, namun demikian perlakuan A masih memiliki kepadatan

rotifer lebih tinggi yaitu sebesar 224 ind/ml dibanding perlakuan C dan D sebesar

179,5 ind/ml dan 159,75 ind/ml.

Pada hari keenam hasil Analisis Varian menunjukkan bahwa

masing-masing perlakuan yang diberikan terdapat perbedaan yang nyata pengaruhnya

terhadap kepadatan populasi rotifer. Hasil uji jarak berganda Duncan pada hari

keenam menunjukkan bahwa perlakuan B berbeda nyata dengan perlakuan C, D,

E. Perlakuan E berbeda nyata dengan perlakuan C, B, A. Perlakuan A berbeda

nyata dengan perlakuan D dan E. Perlakuan C tidak berbeda nyata dengan

perlakuan A dan D, namun demikian perlakuan A masih memiliki kepadatan

rotifer lebih tinggi yaitu sebesar 171,75 ind/ml dibanding perlakuan D dan C

(46)

Pada hari ketujuh hasil Analisis Varian menunjukkan bahwa tiap

perlakuan terdapat perbedaan yang nyata pengaruhnya terhadap pertumbuhan

populasi rotifer. Adapun hasil uji jarak berganda Duncan pada hari ketujuh

menunjukkan bahwa perlakuan B berbeda nyata dengan semua perlakuan.

Perlakuan A berbeda nyata dengan perlakuan B, D, E, namun tidak berbeda nyata

dengan perlakuan C berbeda nyata dengan perlakuan B dan E. Meski perlakuan A

tidak berbeda nyata dengan perlakuan C, namun masih memiliki kepadatan rotifer

lebih tinggi sebesar 149,75 ind/ml dibanding perlakuan C sebesar 118,5 ind/ml.

Selanjutnya pengaruh pemberian pakan kombinasi terhadap pertumbuhan

populasi tertinggi dapat dilihat pada grafik Gambar 5.2 di bawah ini.

Gambar 5.2 Grafik Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis (ind/ml) Setelah Diberi Pakan Kombinasi Nannochloropsis oculata dan Variasi Dosis Ragi Roti Hari Pertama Hingga Hari Ketujuh.

0 50 100 150 200 250 0 1 2 3 4 5 6 7 R at a-ra ta P o pul as i B rac hi onus pl ic at il is (i n d/ m l)

Waktu Pengamatan (Hari)

Perlakuan A Perlakuan B Perlakuan C Perlakuan D Perlakuan E

(47)

5.1.2 Pengamatan Kualitas Air

Kualitas air selama pemeliharaan merupakan parameter pendukung

terhadap pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis yang terdapat pada Tabel 5.2 di bawah ini.

Tabel 5.2 Kisaran Kualitas Air Selama Penelitian

Parameter Nilai Suhu 0C pH Salinitas (ppt) DO (ppm) Kadar Amoniak (mg/l) 27 – 310C 7,6 – 8,2 27 – 29 ppt 5,1 – 6,1 ppm 0 – 0,5 mg/l

Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan populasi

Brachionus plicatilis selalu dijaga dan dikondisikan sama pada setiap perlakuan. Lingkungan kultur yang diharapkan pada penelitian ini adalah : suhu antara

26-31˚ C, salinitas 27-33 ppt, pH 7,5-8,3 dan DO 4-6,5 ppm (Cahyaningsih dkk,

2009) serta kadar amoniak tidak melebihi 1 mg/l pada kultur rotifer (Fulks dan

Main, 1991). Kondisi tersebut selalu diamati setiap hari agar terjaga. Pengukuran

sanilitas dilakukan sekali sehari, sedangkan pengukuran kadar amoniak dan DO

dilakukan pada awal dan akhir pemeliharaan. Khusus mengenai pengukuran suhu

dan pH dilakukan dua kali sehari pada jam 07.00 dan 16.00.

5.2 Pembahasan

(48)

pengaruh terhadap pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis. Selama pengamatan didapatkan hasil bahwa kombinasi pakan Nannochloropsis oculata

dan variasi dosis ragi roti berpengaruh terhadap populasi Brachionus plicatilis

dibandingkan dengan perlakuan yang diberikan pakan Nannochloropsis oculata

saja dan ragi roti saja tanpa dikombinasi.

Kepadatan populasi Brachionus plicatilis tertinggi sebesar 1162 ind/ml didapatkan pada perlakuan kombinasi antara Nannochloropsis oculata 1.500.000 sel/ml ditambah ragi roti 0,002 gram. Hal ini disebabkan kondisi media yang baik

dan tersedianya nutrisi yang mencukupi dalam media kultur dapat menyebabkan

terjadinya pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis dengan cepat (Dahril, 1996).

Populasi Brachionus plicatilis terendah terjadi pada perlakuan pemberian ragi roti saja sebanyak 0,004 gram yang menghasilkan populasi Brachionus plicatilis terendah dengan kepadatan populasi 154,5 ind/ml yang terjadi pada hari kelima. Hal ini disebabkan jumlah dosis ragi roti yang terlalu banyak, sehingga

tidak termanfaatkan dengan baik. Ragi roti memiliki kandungan alkohol yang

relatif rendah, namun demikian jika pemberian dosis dilakukan dengan komposisi

yang tidak tepat atau terus-menerus dapat meningkatkan jumlah kandungan

alkohol pada kultur rotifer, sehingga dapat menyebabkan penurunan jumlah

populasi Brachionus plicatilis (Dahril, 1996).

Puncak populasi terjadi pada hari kelima berdasarkan data harian yang

diperoleh saat penelitian selama masa tujuh hari kultur (Lampiran 2). Perlakuan

(49)

menghasilkan populasi Brachionus plicatilis tertinggi terjadi pada hari ke-5 sebesar 238,5 ind/ml (puncak populasi), diikuti pada hari ke-6 sebesar 196,75

ind/ml. Hal ini diduga karena nutrien yang diberikan sesuai dengan kebutuhan

nutrien Brachionus plicatilis untuk pertumbuhannya. Pemberian ragi roti dengan komposisi yang tepat merupakan sumber nutrisi bagi Brachionus plicatilis untuk kehidupan dan perkembangbiakannya (Yoshinaga et al, 1999).

Jumlah individu Brachionus plicatilis pada tiap perlakuan dengan waktu pengamatan bervariasi selama masa pemeliharaan 7 hari, namun pada semua

perlakuan mengalami puncak populasi pada hari kelima. Setelah melewati masa

puncak, kepadatan populasi rotifer mulai mengalami penurunan pada hari keenam

dan ketujuh. Perlakuan yang diberi pakan Nannochloropsis oculata saja dan perlakuan yang hanya diberikan ragi roti saja mengalami penurunan pada hari

keenam dan ketujuh. Sedangkan perlakuan yang diberi pakan Nannochloropsis oculata dan ditambahkan ragi roti juga mengalami penurunan pada hari yang sama, namun masih tetap memiliki kepadatan populasi rotifer tertinggi. Hal ini

menunjukkan perlakuan dengan pakan kombinasi memiliki nilai pertumbuhan

populasi Brachionus plicatilis tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Fase pertumbuhan pada rotifer terdiri dari fase adaptasi, fase logaritmik

dan fase kematian. Pada perlakuan pakan kombinasi N. oculata dan ragi roti fase adaptasi terjadi pada hari pertama hingga hari kedua, lalu fase logaritmik terjadi

pada hari ketiga hingga hari kelima dan puncak populasi B. plicatilis terjadi pada hari kelima. Fase kematian mulai terjadi pada hari ke enam hingga hari ketujuh.

(50)

terjadi mulai hari pertama hingga hari ketiga, lalu fase logaritmik terjadi pada hari

keempat hingga hari kelima yang merupakan puncak populasi. Sedangkan fase

kematian terjadi sesudahnya yaitu mulai hari keenam.

Pertumbuhan Brachionus plicatilis ditandai dengan bertambahnya jumlah individu rotifer, bertambahnya jumlah individu rotifer merupakan salah satu

indikator yang dapat digunakan untuk melihat pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis. Pertumbuhan populasi masing-masing perlakuan setelah penebaran awal meningkat setiap harinya. Faktor-faktor yang berpengaruh pada pertumbuhan

Brachionus plicatilis adalah faktor eksternal dan faktor internal. Faktor internal yang mempengaruhi pertumbuhan plankton adalah faktor genetik, sedangkan

faktor eksternal dipengaruhi oleh ketersediaan dan jenis pakan (Taw, 1990).

Puncak populasi Brachionus plicatilis tertinggi terdapat pada perlakuan dengan penambahan dosis ragi roti sebesar 0,002 gram dengan kepadatan populasi

238,5 ind/ml yang terjadi pada hari kelima. Dosis ragi roti tersebut dapat

mendukung pertumbuhan Brachionus plicatilis yang optimal. Hal ini disebabkan oleh sesuainya kombinasi pakan dengan dosis ragi roti tersebut yang mencukupi

kebutuhan nutrisi untuk pertumbuhan Brachionus plicatilis. Ragi roti mengandung protein sebesar 42,92%, lemak 0,66% dan karbohidrat 51,44%

(Chumaedi dan Djajadireja, 1982).

Nilai kandungan gizi karbohidrat dan protein ragi roti yang tinggi tersebut

sangat baik bagi pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis (Roosharoe, 2006), sehingga jumlah populasi anakan rotifer yang dihasilkan tinggi yang dipengaruhi

(51)

oleh ketersediaan nutrisi yang optimal dan didukung kondisi lingkungan yang

baik (Dhert et al, 1995).

Pertumbuhan Brachionus plicatilis yang baik selain dipengaruhi oleh faktor nutrisi dan ketersediaan pakan juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan media

pemeliharaan. Faktor lingkungan yang mampu menunjang pertumbuhan

Brachionus plicatilis adalah suhu, salinitas, pH, DO dan kadar amoniak.

Hasil pengukuran suhu air selama pemeliharaan berkisar antara 27-310C, hasil pengukuran salinitas pada media pemeliharaan rotifer berkisar antara 27-29

ppt. Suhu air dan salinitas dalam media kultur rotifer ini masih dalam kondisi baik

untuk pertumbuhan Brachionus plicatilis. Sedangkan salinitas 27-29 ppt dan derajat keasaman (pH) dalam penelitian ini berkisar antara 7,6-8,2 yang

merupakan salinitas dan pH optimal untuk pertumbuhan Brachionus plicatilis. Hal ini sesuai dengan pernyataan Cahyaningsih dkk. (2009) menyatakan bahwa suhu

antara 26-310C, salinitas 27-33 ppt dan pH 7,5-8,3 merupakan lingkungan kultur terbaik untuk Brachionus plicatilis.

Kadar amoniak selama penelitian berkisar antara 0 – 0,5 mg/l. Konsentrasi

amoniak bebas yang optimum untuk peningkatan jumlah populasi rotifer adalah

tidak melebihi 1 mg/l (Fulks dan Main, 1991). Hasil pengukuran DO selama

pemeliharaan berkisar antara 5,1–6,1 ppm. Batas oksigen terlarut untuk

pertumbuhan Brachiomus plicatilis adalah 4-6,5 ppm (Cahyaningsih dkk, 2009). Dari hasil data pengamatan kualitas air diatas dapat disimpulkan bahwa nilai

(52)

dengan kondisi optimal untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan Brachionus plicatilis.

(53)

VI SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Berdasarkan paparan pembahasan dan hasil analisis penelitian ini dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Pemberian pakan kombinasi Nannochloropsis oculata dan variasi dosis ragi roti berpengaruh terhadap pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis.

2. Pengaruh pemberian pakan kombinasi Nannochloropsis oculata dan variasi dosis ragi roti terhadap pertumbuhan Brachionus plicatilis

tertinggi terdapat pada perlakuan pemberian pakan Nannochloropsis oculata sebanyak 1.500.000 sel/ml ditambah ragi roti 0.002 gram, dengan jumlah populasi 1.162 ind/ml tertinggi dibanding perlakuan

lainnya.

6.2 Saran

Saran yang dapat diajukan sebagai berikut:

1. Pemberian pakan terhadap Brachionus plicatilis untuk mendapatkan pertumbuhan maksimal hendaknya disesuaikan ukurannya secara

cermat antara Nannochloropsis oculata dan variasi dosis ragi roti. 2. Faktor lingkungan hidup Brachionus plicatilis hendaknya dijaga secara

konsisten kondisinya, baik itu menyangkut suhu, pH, DO, salinitas,

Gambar

Tabel  Halaman
Gambar 2.1 Bentuk Morfologi Brachionus plicatilis (A. Betina ; B. Jantan)  (Koste, 1980)  Keterangan :  1 - corona  6 - vesicula   2 - lorica  7 - egg  3 - mastax  8 - foot  4 - stomach  9 - penis
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian
Gambar 4.1 Desain Pengacakan pada Penelitian   4.3.3 Prosedur Kerja
+6

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahap ini dilakukan pengembangan konsep produk untuk pengeringan bersumber panas kompor biomassa guna memenuhi kebutuhan teknis yang telah ditetapkan. Dari proses

selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikirannya dalam mengarahkan dan dengan sabar membimbing penulis selama penyusunan Tugas

[r]

Deney için kullanılacak madde ve malzemeler: Saat Camı, Beher, Huni, Spor ve Halka, Süzgeç Kağıdı, Katı iyod,.. CuSO 4

pengetahuan yang dijadikan landasan atau acuan oleh seorang sebagai anggota masyarakat sosial, menciptakan materi kebudayaan dalam unsur... budaya univesal: agama,

Jenis penyimpanan yang dapat dipakai untuk menyimpan contoh dapat dibuat dari bahan gelas atau bahan plastik. Persyaratan kedua wadah tersebut harus dapat ditutup dengan

EVI HIDAYATIN NI’MAH. Strategi Guru Akhlak Dalam Mengatasi Kenakalan Siswa Kelas X di MA Al-Hikmah Kajen Margoyoso Pati. Yogyakarta: jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas

Dari pernyataan di atas, yang bukan termasuk hikmah shalat sunnah iddain ditunjukkan pada nomor ... Amir adalah seorang pelajar kelas IX, dia