PENGARUH PEMBERIAN PAKAN KOMBINASI Nannochloropsis oculata DAN VARIASI DOSIS RAGI ROTI TERHADAP PERTUMBUHAN
POPULASI Brachionus plicatilis SKRIPSI
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
Oleh :
MUHAMAD FARID AFANDI _ SURABAYA – JAWA TIMUR
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA 2014
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :
N a m a : MUHAMAD FARID AFANDI
N I M : 060710326P
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang berjudul :
PENGARUH PEMBERIAN PAKAN KOMBINASI Nannochloropsis oculata
DAN VARIASI DOSIS RAGI ROTI TERHADAP PERTUMBUHAN POPULASI Brachionus plicatilis
adalah benar hasil karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam skripsi tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik yang berlaku di Universitas Airlangga, termasuk berupa pencabutan gelar kesarjanaan yang telah saya peroleh.
Demikian surat pernyataan yang saya buat ini tanpa ada unsur paksaan dari siapapun dan dipergunakan sebagaimana mestinya.
Surabaya, 23 Juli 2014 Yang membuat pernyataan,
MUHAMAD FARID AFANDI ---
NIM. 060710326P Materei
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :
N a m a : MUHAMAD FARID AFANDI
N I M : 060710326P
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang berjudul :
PENGARUH PEMBERIAN PAKAN KOMBINASI Nannochloropsis oculata
DAN VARIASI DOSIS RAGI ROTI TERHADAP PERTUMBUHAN POPULASI Brachionus plicatilis
adalah benar hasil karya saya sendiri yang berasal dari Penelitian : Mandiri / Proyek Dosen / Hibah / PKM (coret yang tidak perlu), untuk itu saya bersedia :
1. Dipublikasikan dalam Jurnal Berkala Ilmiah Perikanan Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga.
2. Memberikan ijin untuk mengganti susunan penulis pada hasil tulisan skripsi saya, sebagai artikel ilmiah sesuai dengan peranan pembimbing skripsi/dosen pemilik proyek penelitian.
Demikian surat pernyataan yang saya buat ini tanpa ada unsur paksaan dari siapapun dan dipergunakan sebagaimana mestinya.
Surabaya, 23 Juli 2014 Yang membuat pernyataan,
MUHAMAD FARID AFANDI
---
PENGARUH PEMBERIAN PAKAN KOMBINASI Nannochloropsis oculata DAN VARIASI DOSIS RAGI ROTI TERHADAP PERTUMBUHAN
POPULASI Brachionus Plicatilis
Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Kelautan
Universitas Airlangga
Oleh :
MUHAMAD FARID AFANDI NIM. 060710326P
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
Pembimbing Pertama Pembimbing Kedua
Laksmi Sulmartiwi, S.Pi., MP. Rahayu Kusdarwati, Ir., M.Kes. NIP. 19720302 199702 2 001 NIP. 19591022 198601 2 001
Mengetahui,
Dekan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga
Setelah mempelajari dan menguji dengan sungguh-sungguh, kami berpendapat bahwa penelitian ini, baik ruang lingkup maupun kualitasnya dapat diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Perikanan.
Tanggal Ujian : 08 Juli 2014
Menyetujui, Panitia Penguji,
Ketua
Dr. Endang Dewi Masithah, Ir., MP. NIP. 19690912 199702 2 001
Sekretaris, Anggota,
Sudarno, Ir., M.Kes. _ Abdul Manan, S.Pi., M.Si.
NIP. 19550713 198601 1 001 NIP. 19591022 198601 2 001
Anggota, Anggota,
Laksmi Sulmartiwi, S.Pi., MP. Rahayu Kusdarwati, Ir., M.Kes. NIP. 19720302 199702 2 001 NIP. 19591022 198601 2 001
Surabaya, 23 Juli 2014, Fakultas Perikanan dan Kelautan
Universitas Airlangga Dekan,
Prof. Dr. Hj. Sri Subekti, drh., DEA. NIP. 19520517 197803 2 001
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pemberian Pakan Kombinasi Nannochloropsis oculata Dan Variasi Dosis Ragi Roti Terhadap Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis”. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Perikanan di Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Airlangga.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1) Ibu Laksmi Sulmartiwi, S.Pi., MP. selaku Dosen Pembimbing Pertama atas kesabaran dan bimbingannya selama penyusunan naskah skripsi, 2) Ibu Rahayu Kusdarwati, Ir., M.Kes. selaku Dosen Pembimbing Kedua atas arahan dan saran selama penyusunan skripsi ini, 3) Ibu Dr. Endang Dewi Masithah, Ir., MP. dan Bapak Sudarno, Ir., M.Kes., serta Bapak Abdul Manan, S.Pi., M.Si. selaku Dosen Penguji atas segala masukan dan saran dalam perbaikan penyusunan skripsi ini, 4) Kepala Unit Pengelola Budidaya Laut (UPBL) Probolinggo Bapak Budi Setyono, S.Pi beserta staff atas izin dan bimbingan yang telah diberikan, 5) Ibu (Chusnul Chotimah), Ayah (Moh. Anwaruddin), Adik (Lia Khusnia A.) dan segenap keluarga tercinta Kakek dan Nenek yang selalu mendoakan dan menjadi sumber motivasi terbesar bagi penulis, 6) Sahabat seangkatan Myrna Budi R, Galih Adi P, Zurica Melati Fitri, Rahmatdin Sulung terima kasih sudah membantu dan mendukung hingga skripsi ini selesai, 7) Para sahabat tercinta Habdhal Hastanto, Elita Maharani, Eliza Maharani, Ramdani Qodri, Dina Melina atas support, waktu dan kenangan yang tak terlupakan, 8) Teman-teman BP 2007 dan adik kelas atas bantuan tak terhingga, 9) semua pihak yang turut membantu penyelesaian skripsi ini yang namanya tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih belum sempurna dan memiliki banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan dan kesempurnaan penulisan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga Karya
Ilmiah ini bermanfaat dan dapat memberikan informasi bagi semua pihak, khususnya bagi mahasiswa Program Studi S-1 Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga.
Surabaya, 23 Juli 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ... vi
SUMMARY ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang ... 1
1.2 Perumusan masalah ... 4
1.3 Tujuan penelitian ... 4
1.4 Manfaat penelitian ... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Brachionus plicatilis O.F. Muller ... 6
2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi ... 6
2.1.2 Biologi Brachionus plicatilis ... 8
2.1.3 Pertumbuhan Brachionus plicatilis ... 10
2.2 Ragi Roti ... 11
2.2.1 Klasifikasi dan Morfologi ... 11
2.2.2 Kandungan Gizi Ragi Roti ... 13
2.2.3 Kegunaan Ragi Roti ... 14
III. KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Konseptual ... 16
3.2 Hipotesis Penelitian ... 19
IV. METODOLOGI 4.1 Tempat dan Waktu ... 20
4.2 Materi Penelitian ... 20 4.2.1 Peralatan ... 20 4.2.2 Bahan ... 20 4.3 Metode Penelitian ... 21 4.3.1 Rancangan Penelitian ... 21 4.3.2 Desain Penelitian ... 22 4.3.3 Prosedur Kerja ... 23 4.3.4 Parameter Pengamatan ... 25 4.3.5 Analisis Data ... 26
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil ... 28
5.1.1 Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis ... 28
5.1.2 Pengamatan Kualitas Air ... 33
5.2 Pembahasan ... 33
VI. SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan ... 38
6.2 Saran ... 38
DAFTAR PUSTAKA ... 39
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.1 Desain Pengacakan pada Penelitian ... 23
5.1 Data Pertumbuhan Populasi B. plicatilis ... 29 5.2 Kisaran Kualitas Air Selama Penelitian ... 33
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Bentuk Morfologi Brachionus plicatilis ... 8
3.1 Kerangka Konseptual Penelitian ... 19
4.2 Bagan Alur Penelitian ... 27
5.1 Gambar Brachionus plicatilis ... 28
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Perhitungan Jumlah Nannochloropsis oculata ... 44
2. Data Populasi Harian B. plicatilis ... 45
3. Hasil Analisis Harian (ANOVA) ... 48
4. Hasil Uji Jarak Berganda Duncan ... 55
5. Data Pengamatan Kualitas Air Penelitian ... 59
6. Alat dan Bahan Penelitian ... 60
RINGKASAN
MUHAMAD FARID AFANDI. Pengaruh Pemberian Pakan Kombinasi
Nannochloropsis oculata dan Variasi Dosis Ragi Roti terhadap Pertumbuhan
Populasi Brachionus plicatilis. Dosen Pembimbing Laksmi Sulmartiwi, S.Pi., MP. dan Rahayu Kusdarwati, Ir., M.Kes.
Pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis memerlukan pemberian pakan yang mengandung nutrisi meliputi karbohidrat, protein dan vitamin B. Pemberian pakan berupa Nannochloropsis oculata yang dikombinasi dengan variasi dosis ragi roti dimungkinkan dapat meningkatkan pertumbuhan populasinya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh kombinasi Nannochloropsis oculata
dan variasi dosis ragi roti terhadap pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis, serta untuk mengetahui kombinasi Nannochloropsis oculata dan dosis ragi roti dalam media kultur yang dapat memberikan pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis tertinggi.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan yang digunakan adalah A: Kombinasi N. oculata 225x104 sel/ml + ragi roti 0,001 gram, B: N. oculata
15x105 sel/ml + ragi roti 0,002 gram, C: N. oculata 75x104 sel/ml + ragi roti 0,003 gram, D: N. oculata 3x106 sel/ml dan E: Ragi roti saja sebanyak 0,004 gram. Parameter utama yang diamati adalah populasi Brachionus plicatilis. Parameter pendukung adalah suhu, pH, salinitas, kadar amoniak dan DO
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pakan kombinasi
Nannochloropsis oculata dan variasi dosis ragi roti berpengaruh terhadap populasi
Brachionus plicatilis. Pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis tertinggi terdapat pada perlakuan Nannochloropsis oculata 1.500.000 sel/ml + ragi roti 0,002 gram. Kisaran kualitas air selama penelitian telah sesuai dengan kondisi optimal pertumbuhan Brachionus plicatilis, yaitu suhu air 27–310C, salinitas 27– 29 ppt, pH 7,6–8,2 dan DO 5,1–6,1 ppm serta kadar amoniak antara 0–0,5 mg/l.
SUMMARY
MUHAMAD FARID AFANDI. The Effect of Combination Feeding of
Nannochloropsis oculata and Baker’s Yeast Dose Variations on the Brachionus plicatilis Population Growth. Academic Advisor Sulmartiwi
Laksmi, S.Pi., MP. and Rahayu Kusdarwati, Ir., M.Kes.
Brachionus plicatilis population growth requires feeding that contains nutrients including carbohydrates, protein and vitamin B. The feeding of
Nannochloropsis oculata combined with a dose variations of baker’s yeast possibly can increase the Brachionus plicatilis population growth. The purpose of this study was to determine the effect of the combination of Nannochloropsis oculata and baker's yeast dose variation on the Brachionus plicatilis population growth, as well as to determine the combination of Nannochloropsis oculata and baker's yeast doses in culture media that can deliver the highest Brachionus plicatilis population growth.
The research design that used was a Completely Randomized Design with 5 treatments and 4 replications. The use of treatments were A: Combination of 225x104 cells/ml of N. oculata + 0.001 grams of baker's yeast, B: 15x105 cells/ml of N. oculata + 0.002 grams of baker's yeast, C: 75x104 cells/ml of N. oculata + 0.003 grams of baker’s yeast, D: 3x106 cells/ml of N. oculataand E: Only 0,004 grams of baker’s yeast. The main parameters that measured were Brachionus plicatilis population. Supporting parameters were temperature, pH, salinity, DO and ammonia levels.
The study results show that the combination feeding of Nannochloropsis oculata and baker's yeast dose variation affects the Brachionus plicatilis
population. The highest Brachionus plicatilis population growth was in the 1.500.000 cells/ml of Nannochloropsis oculata + 0.002 grams of baker's yeast treatment. The range of water quality during the study was appropiate with the optimum conditions of Brachionus plicatilis growth, that was 27–31ºC water temperature, 27–29 ppt salinity, pH 7,6 – 8,2 and dissolved oxygen (DO) from 5,1–6,1 ppm and ammonia levels between 0–0,5 mg/l.
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Usaha budidaya ikan menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Jenis
ikan yang dibudidayakan juga sangat beragam. Faktor yang mempengaruhi
keberhasilan produksi benih ikan dari segi kuantitas dan kualitas sangat
dipengaruhi oleh keberhasilan penyediaan pakan alami untuk larva ikan secara
tepat. Agar benih ikan yang dipelihara dapat tumbuh sehat dan bertahan hidup
sampai dewasa harus diberi pakan alami (Mujiman, 1998).
Zooplankton merupakan salah satu pakan alami yang digunakan dalam
usaha pembenihan ikan. Zooplankton yang paling dominan untuk pakan alami
adalah rotifer. Rotifer adalah jasad hewani yang terdiri atas beberapa sel. Rotifer
dimanfaatkan sebagai pakan bagi larva ikan dalam pengoperasian balai benih
fauna laut karena merupakan makanan awal atau sebagai pakan hidup yang
penting untuk larva ikan laut (Assavaaree et al., 2001). Beberapa keunggulan yang dimiliki rotifer terutama sebagai pakan awal bagi larva diantaranya berupa
ukurannya yang relatif kecil (150-220 µm) dan berenang lambat sehingga mudah
dimangsa larva (Rusdi, 1997). Pemanfaatannya sebagai pakan alami sangat
populer karena rotifer mempunyai ciri biologi yang memenuhi kriteria pakan yang
baik bagi larva fauna laut. Rotifer juga dianggap sebagai biokapsul yang cocok
bagi larva kebanyakan fauna laut karena menjadi pentransfer nutrien dari
Meskipun memiliki banyak jenis, hanya beberapa rotifer yang sudah
dibudidayakan. Salah satu jenis yang banyak digunakan dalam usaha budidaya
ikan adalah Brachionus plicatilis (Noverita, 2007). Brachionus plicatilis adalah rotifer laut yang dikenal secara luas dan digunakan sebagai pakan alami bagi larva
ikan. Brachionus plicatilis mengandalkan ketersediaan fitoplankton sebagai bahan makanan dan sumber energi (Noverita, 2007).
Salah satu jenis fitoplankton tersebut ialah Nannochloropsis oculata yang merupakan pakan utama bagi rotifer Brachionus plicatilis. Selain itu juga terdapat pakan lain seperti yang dikemukakan oleh Arnold dan Holt (1997) bahwa terdapat
variasi pakan yang berupa satu sel fitoplankton seperti Tetraselmis sp., Chlorella
sp.,dan Isochrysis sp. Dari berbagai jenis tersebut, fitoplankton Nannochloropsis oculata menunjukkan kepadatan populasi dan angka reproduksi yang besar untuk kultur massal rotifer Brachionus plicatilis bila dibandingkan dengan Tetraselmis
sp. dan Chlorella sp. (Palanichamy dan Rani, 2004). Hal ini karena
Nannochloropsis sp. memiliki sejumlah kandungan pigmen dan nutrisi seperti protein (52,11%), karbohidrat (16%), lemak (27,64%), vitamin C (0,85%), dan
klorofil A (0,89%). Menurut Anon et al. (2009) dalam Fachrullah (2011)
Nannochloropsis sp. dikultur untuk pakan Brachionus plicatilis karena mengandung vitamin B12. Selain itu, Nannochloropsis sp. juga memiliki kandungan lipid yang cukup tinggi yaitu antara 31-68% berat kering (Campbell,
2008; Kawaroe, 2007; Rao, 2008 dalam Fachrullah, 2011).
Meskipun Nannochloropsis oculata merupakan pakan penting untuk
untuk mengkultur Nannochloropsis oculata tergolong mahal terlebih bila hanya fitoplankton ini yang digunakan sebagai makanan utama (Campaña-Torres et al., 2012). Oleh sebab itu dapat ditambahkan jenis pakan alternatif bagi kultur
Brachionus plicatilis. Ragi roti merupakan jenis pakan alternatif bagi Brachionus plicatilis yang umumnya digunakan apabila kultur fitoplankton Nannochloropsis oculata tidak mencukupi kebutuhan.
Ragi roti adalah sumber pakan yang berasal dari jamur kelompok yeast.
Ragi roti memiliki kandungan karbohidrat dan protein yang tinggi yang sangat
baik bagi pertumbuhan Brachionus plicatilis (Roosharoe, 2006). Penggunaan ragi roti Saccaromyces cervisiae sebagai makanan untuk kultur massal Brachionus plicatilis telah banyak diketahui dalam peningkatan kepadatan produksi rotifer
Brachionus plicatilis serta untuk mengurangi ketergantungan pada fitoplankton
Nannochloropsis oculata (Hirayama dan Funamoto, 1983).
Ragi roti ialah bahan yang dapat tersuspensi dalam air dan memiliki
kandungan gizi yang tinggi. Ragi roti Saccaromyces cervisiae memiliki kandungan protein kasar 50-52%, karbohidrat 30-37%, lemak 4-5% dan mineral
7-8% (Reed dan Nagodawithana, 1991). Ragi roti Saccaromyces cervisiae
memiliki kandungan vitamin B12 yang berkisar antara 10-8–10-2 µg. Menurut Hirayama dan Funamoto (1983) vitamin B12 adalah salah satu nutrisi essential bagi pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis.
Rotifer Brachionus plicatilis dapat tumbuh dengan baik jika diberikan pakan yang baik untuk pertumbuhannya. Oleh karena itu, diharapkan pemberian
ragi roti dapat digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan populasi rotifer
Brachionus plicatilis.
1.2 Perumusan Masalah
Perumusan masalah pada penelitian ini adalah:
1. Apakah kombinasi Nannochloropsis oculata dan variasi dosis ragi roti berpengaruh terhadap pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis?
2. Berapakah kombinasi Nannochloropsis oculata dan variasi dosis ragi roti dalam media kultur yang dapat memberikan pertumbuhan populasi
Brachionus plicatilis tertinggi ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh kombinasi Nannochloropsis oculata dan variasi dosis ragi roti terhadap pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis.
2. Untuk mengetahui kombinasi Nannochloropsis oculata dan dosis ragi roti dalam media kultur yang dapat memberikan pertumbuhan populasi
Brachionus plicatilis tertinggi.
1.4Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah untuk memberikan informasi ilmiah tentang
pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis kepada masyarakat perikanan sebagai pengembangan ilmu pengetahuan, sehingga dapat diaplikasikan oleh para
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Brachionus plicatilis O. F. Muller 2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi
Menurut Dahril (1996) Brachionus plicatilis merupakan salah satu rotifer yang diklasifikasikan berdasarkan tingkat hirarkinya sebagai berikut:
Filum : Trochelminthes Kelas : Rotifera Ordo : Monogonata Subordo : Ploima Famili : Brachionidae Genus : Brachionus
Spesies : Brachionus plicatilis O. F. Muller.
Brachionus plicatilis termasuk salah satu genus yang sangat populer di antara sekian banyak jenis rotifer. Genus ini terdiri dari 34 spesies (Dahril, 1996).
Menurut Mujiman (1998) bahwa selain Brachionus plicatilis dikenal juga beberapa spesies dari genus Brachionus, antara lain: Brachionus pala, Brachionus punctatus, Brachionus abgularis, dan Brachionus moliis.
Morfologi Brachionus plicatilis dapat dilihat secara langsung di bawah mikroskop, ciri khas yang sangat mudah untuk dikenali adalah adanya corona atau
semacam selaput bersilia mencolok di sekitar mulutnya. Lingkaran silia di bagian
anterior terdapat di atas pedestal yang terbagi dua yang disebut trocal disk.
Gerakan membranela pada trochal disk seperti dua roda yang berputar. Trochal
disk digunakan untuk berenang dan makan (Mujiman, 1998).
Menurut Djarijah (1995) ukuran tubuh Brachionus plicatilis ini bervariasi, yaitu antara 50-300 mikron. Berdasarkan ukuran tubuhnya Brachionus plicatilis
dibedakan menjadi dua golongan atau tipe, yaitu tipe L untuk Brachionus plicatilis yang berukuran besar antara 230-400 mikron, tipe S untuk Brachionus plicatilis yang berukuran kecil antara 50-220 mikron.
Tubuh rotifer umumnya transparan, beberapa berwarna hijau, merah atau
coklat yang disebabkan oleh warna makanan yang ada di sekitar saluran
pencernaannya. Tubuh terbagi atas tiga bagian yaitu bagian kepala yang pendek,
badan yang besar dan kaki atau ekor. Bentuk tubuh agak panjang dan silindris.
Pada kepala terdapat corona yang berguna sebagai alat untuk mengalirkan
makanan, organ perasa atau peraba dan bukaan mulut (Priyambodo dan Tri,
2001).
Pada Brachionus plicatilis terdapat perbedaan yang mendasar di antara kelamin jantan dan betina. Secara umum Brachionus plicatilis jantan memiliki bentuk tubuh yang relatif lebih kecil daripada yang betina, sedangkan Brachionus plicatilis betina memiliki bentuk tubuh yang lebih besar dibanding yang jantan.
Brachionus plicatilis hampir selalu berkembang biak secara partenogenesis (tanpa kawin). Brachionus plicatilis dapat hidup selama 12-19 hari dan sekali bertelur dapat menghasilkan 5 butir telur (Mujiman, 1998). Morfologi Brachionus plicatilis dapat dilihat pada gambar 2.1.
Gambar 2.1 Bentuk Morfologi Brachionus plicatilis (A. Betina ; B. Jantan) (Koste, 1980) Keterangan : 1 - corona 6 - vesicula 2 - lorica 7 - egg 3 - mastax 8 - foot 4 - stomach 9 - penis
5 - vitelo (ovario) 10 - pedal gland
2.1.2 Biologi Brachionus plicatilis
Brachionus plicatilis merupakan zooplankton yang memiliki organ kelamin terpisah dan dapat bereproduksi secara aseksual dengan partenogenesis,
yaitu rnenghasilkan telur tanpa terjadi pembuahan dan individu baru yang
dihasilkan bersifat diploid (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995).
Brachionus plicatilis bersifat euthermal. Brachionus plicatilis pada suhu 15oC masih dapat tumbuh, tetapi tidak dapat bereproduksi, sedangkan pada suhu 10oC akan terbentuk telur istirahat. Kisaran suhu optimum untuk pertumbuhan
dan reproduksi adalah 22-30oC. Betina dengan telurnya dapat bertahan hidup pada salinitas 98 ppt, sedangkan salinitas optimalnya adalah 10- 35 ppt. Keasaman air
turut mempengaruhi kehidupannya. Rotifer ini masih dapat bertahan hidup pada
pH 5 dan pH 10, sedangkan pH optimum untuk pertumbuhan dan reproduksi
berkisar antara 7,5-8,0 (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995).
Menurut Priyambodo dan Tri (2001), dalam keadaan normal, Brachionus plicatilis dapat berkembang biak secara parthenogenesis (bertelur tanpa kawin). Ada dua tipe Brachionus plicatilis betina, yaitu betina amiktik dan betina miktik. Betina miktik adalah betina yang dapat dibuahi. Telur yang dihasilkan betina
miktik akan menetas menjadi jantan. Betina amiktik adalah betina yang tidak
dapat dibuahi. Dari betina amiktik yang terjadi ini maka reproduksi secara
aseksual akan terjadi lagi antara betina miktik dan amiktik tidak dapat dibedakan
secara eksternal.
Rotifer bersifat omnivora, jenis makanannya terdiri dari perifiton,
nannoplankton, detritus dan semua partikel organik yang sesuai dengan lebar
mulut larva. Beberapa jasad pakan yang dapat digunakan untuk kultur rotifer
adalah Chlamidomonas, Chaematococcus, Isochrysis galbana, marine yeast, dan protozoa (Mustahal, 1995b). Brachionus sp. juga suka memakan jasad-jasad renik yang mempunyai ukuran tubuh kecil dari dirinya, seperti : alga, ragi roti, bakteri
dan protozoa (Pennak, 1978).
Menurut Isnansetyo dan Kurniastuty (1995) beberapa jenis fitoplankton
yang dapat digunakan sebagai pakan rotifer diantaranya adalah Chlorella,
plicatilis bersifat penyaring tidak selektif (non selective filter-feeder). Pakan diambil secara terus menerus sambil berenang (Isnansetyo dan Kurniastuty,
1995).
Rotifer dapat hidup di perairan telaga, sungai, rawa, danau dan sebagian
besar terdapat di perairan air payau dan melimpah pada perairan yang kaya akan
nannoplankton dan detritus (Redjeki, 1995).
2.1.3 Pertumbuhan Brachionus plicatilis
Brachionus plicatilis betina terdapat dua tipe, yaitu betina amiktik dan miktik. Betina miktik adalah betina yang menghasilkan telur secara
partenogenesis, sedangkan betina amiktik ialah betina yang menghasilkan telur
dan melakukan pembelahan meiosis. Betina amiktik akan menghasilkan telur
yang berkembang menjadi betina amiktik pula. Apabila Brachionus plicatilis
jantan dan betina miktik kawin, telur yang dihasilkan berupa telur kista (dormant egg). Telur kista ini tahan terhadap kondisi lingkungan yang jelek maupun kondisi kekeringan dan selanjutnya baru menetas setelah kondisi lingkungan menjadi
normal kembali. Brachionus plicatilis betina dapat hidup 12-19 hari, sedangkan yang jantan antara 3-6 hari (Priyambodo dan Tri, 2001).
Brachionus plicatilis memiliki telur yang bersifat istirahat, telur ini dihasilkan oleh betina-miktik, akan menetas menjadi betina-miktik dan antara
betina miktik dan amiktik tidak dapat dibedakan secana eksternal (Isnansetyo dan
Pada mulanya betina miktik menghasilkan 1-6 telur kecil. Betina miktik
adalah betina yang dapat dibuahi. Telur yang dihasilkan oleh betina miktik akan
menetas menjadi jantan. Jantan ini akan membuahi betina miktik dan
menghasilkan 1-2 telur istirahat. Telur ini mengalami masa istirahat sebelum
menetas menjadi betina amiktik. Betina amiktik adalah betina yang tidak dapat
dibuahi. Dan betina amiktik yang terjadi ini maka reproduksi secara aseksual akan
terjadi lagi. Betina miktik hanya akan menghasilkan telur miktik demikian juga
sebaliknya betina amiktik (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995).
2.2 Ragi Roti
2.2.1 Klasifikasi dan Morfologi
Saccharomyces cerevisiae merupakan mikroorganisme yang sangat dikenal masyarakat luas sebagai ragi roti (baker’s yeast). Saccharomyces cerevisiae adalah kelompok jamur eukariotik dengan dinding sel yang pertumbuhannya dilakukan secara vegetatif ataupun kombinasi dengan reproduksi
uniseluler (Phaff, 2001).
Saccharomyces cerevisiae adalah jamur uniseluler (kebanyakan
ascomycete dan basidiomycete) yang bereproduksi secara aseksual dengan tunas dan ukuran sel individunya dapat bervariasi mulai panjang 2-3 µm sampai 20-50
µm dan lebar 1-10 µm. Saccharomyces cerevisiae sebagai ragi yang paling dikenal umumnya berbentuk elips dengan diameter terbesar 5-10 µm dan diameter
terkecil 1-7 µm (Kavanagh, 2005). Taksonomi Saccharomyces spp. menurut Sanger (2004) sebagai berikut :
Kingdom : Eukaryota Phylum : Fungi Subphylum : Ascomycota Class : Saccharomycetes Order : Saccharomycetales Family : Saccharomycetaceae Genus : Saccharomyces
Species : Saccharomyces cerevisiae
Saccharomyces cerevisiae adalah mikroorganisme bersel tunggal dengan ukuran antara 5-20 mikron dan berbentuk bola atau telur. Saccharomyces cerevisiae tidak bergerak karena tidak memiliki struktur tambahan di bagian luarnya seperti flagella (Prescott, 1959).
Saccharomyces cerevisiae mempunyai lapisan dinding luar yang terdiri dari polisakarida kompleks dan di bawahnya terletak membran sel. Sitoplasma
mengandung suatu inti dan bagian yang berisi sejumlah besar cairan yang disebut
vakuola. Saccharomyces cerevisiae adalah fungi yang berbentuk sel-sel tunggal yang pada tahap tertentu dalam siklus kehidupannya bereproduksi dengan buah
(budding) atau pemecahan (fission). Ragi roti dapat tumbuh dalam kondisi ekologi yang berbeda karena ragi roti merupakan organisme fakultatif yang memiliki
kemampuan menghasilkan energi dari senyawa organik dalam kondisi aerob
maupun anaerob (Wina, 1999).
Saccharomyces cerevisiae umumnya digunakan sebagai ragi roti dan untuk beberapa tipe fermentasi. Ragi sering digunakan sebagai suplemen vitamin karena
mengandung 50% protein dan sumber yang kaya akan vitamin B, niasin dan asam
folat (Schneiter, 2004)
Ragi roti terdiri dan 2 jenis yang ada di pasaran yaitu ragi roti padat dan
dan ada juga yang berupa bubuk halus. Jenis ragi roti yang butirannya halus dan
berwarna kecokelatan ini umumnya digunakan dalam pembuatan roti. Lain halnya
dengan ragi roti kering jauh lebih praktis dalam penggunaannya. Aroma yang
dihasilkannya pun tidak terlalu mencolok karena memang khusus untuk
pembuatan roti (Roosharoe, 2006).
2.2.2 Kandungan Gizi Ragi Roti
Ragi roti adalah bahan makanan yang biasa dikonsumsi oleh manusia dan
ternak. Dimana ragi roti mempunyai kandungan nutrisi yang tinggi dan ragi roti
juga merupakan pelengkap fitoplankton. Ragi roti mengandung energi sebesar 136
kilo kalori, protein 43 gram, karbohidrat 3 gram, lemak 2,4 gram, kalsium 140
miligram, fosfor 1900 miligram, dan zat besi 20 miligram. Hasil tersebut didapat
dari melakukan penelitian terhadap 100 gram ragi roti, dengan jumlah yang dapat
dimakan sebanyak 100 % (Kementerian Kesehatan RI, 2012).
Selain itu di dalam ragi roti juga terkandung asam nukleat 6-12% dan asam
amino yaitu: lisin 7,7-7,8%, isoleusin 4,6-5,3%, leusin 7-7,8%, metionin
1,6-1,7%, treonin 4,8-5,4%, valin 5,3-5,8%, fenilalanin 4,1-4,8% dan triptofan
1,1-1,3% (Suriawiria, 1990).
Adapun nilai gizi dari ragi roti secara umum menurut Mujiman (1998)
adalah sebagai berikut: protein 59.2%, karbohidrat 38,93 %, abu 4,95%, dan air
6,12%. Selain zat-zat tersebut di atas, ragi roti juga mengandung vitamin terutama
2.2.3 Kegunaan Ragi Roti
Ragi roti atau dikenal juga dengan sebutan ‘yeast’ adalah mikroorganisme uniseluler. Jamur Saccharomyces cerevisiae kini penggunaannya menjadi semakin penting di dunia industri fermentasi dan pakan ikan. Saat ini ragi roti bukan hanya
digunakan dalam bidang fermentasi tradisional, tetapi saat ini penggunaan ragi
roti telah merambah sektor-sektor komersial yang penting, termasuk makanan,
minuman, biofuel, kimia, industri enzim, pharmaceutical, agrikultur, dan
lingkungan (Setiawan dan Rodif, 1991).
Ragi roti atau jamur Saccharomyces cerevisiae adalah salah satu jenis khamir yang biasa dimanfaatkan untuk kebutuhan bioteknologi dan industri.
Saccharomyces cerevisiae dipakai sebagai probiotik dan imunostimulan untuk meningkatkan kesehatan dan produktivitas ternak seperti ruminansia, unggas
ataupun ikan (Ahmad, 2005)
Ragi roti yang diberikan sebagai makanan Brachionus plicatilis adalah berupa produk jadi yaitu dalam bentuk butiran kering (Yusminar, 1984). Ragi roti
berfungsi sebagai probiotik yang menguntungkan karena menghambat
pembentukan floramikroba yang merugikan melalui penghambatan dalam
kolonisasi di saluran pencernaan. Selain itu juga menghasilkan senyawa
antimikroba dan berkompetisi dengan mikroba patogen dalam mendapatkan
nutrisi, meningkatkan nilai gizi pakan melalui pengkayaan vitamin,
mendetoksifikasi toksin atau faktor antinutrisi dan berperan dalam pencernaan
Ragi roti merupakan salah satu substrat organik yang potensial dalam
meningkatkan pertumbuhan Brachionus plicatilis. Ragi roti adalah sumber pakan yang berasal dari jamur kelompok yeast. Ragi roti memiliki kandungan
karbohidrat dan protein yang tinggi yang sangat baik bagi pertumbuhan
Brachionus plicatilis (Roosharoe, 2006).
Ragi roti dapat membantu penguraian karbohidrat di dalam saluran
pencernaan juga merangsang kerja dari amilase dan sebagai protein sehingga akan
memperkaya kandungan protein dari Brachionus plicatilis. Ragi roti juga berperan sebagai probiotik dan dapat menurunkan kontaminasi aflatoksin pada pakan
(Wanasuria, 1993). Berdasarkan uraian diatas maka perlu diketahui pengaruh
penambahan dosis ragi roti terhadap pertumbuhan populasi tertinggi Brachionus plicatilis.
III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konseptual
Budidaya larva ikan pada masa perkembangan larva sangat membutuhkan
pakan alami. Ketersediaan pakan alami sangat menentukan keberhasilan larva
bertahan hidup hingga tumbuh dewasa. Isnansetyo dan Kurniastuty (1995)
menyatakan bahwa peranan pakan alami dalam usaha pembenihan ikan belum
dapat digantikan sepenuhnya oleh pakan-pakan buatan.
Ikan akan dapat hidup dengan baik, sehat dan tumbuh dewasa bila suplai
pakan alaminya dapat terpenuhi. Agar ikan dapat tumbuh sehat, keberhasilannya
ditentukan oleh produksi benih ikan baik dari segi kuantitas dan kualitas yang
sangat dipengaruhi oleh keberhasilan penyediaan jasad pakan dan manajemen
pakan larva ikan secara tepat dan efisien (Imanto et al., 2010)
Rotifer merupakan salah satu jenis zooplankton yang sangat penting pada
kegiatan pembenihan ikan laut dan peranannya hingga hari ini belum tergantikan.
Melianawati dan Imanto (2004) menyimpulkan bahwa rotifer merupakan pakan
alami yang dominan dipilih oleh larva.
Branchionus plicatilis merupakan salah satu jenis rotifer yang diberikan sebagai pakan alami bagi larva ikan. Produksi Branchionus plicatilis sangat tergantung pada suplai pakannya (Mustahal, 1995a).
Fulks dan Main (1991) menyatakan bahwa Brachionus plicatilis
membutuhkan pakan yang mengandung nutrisi meliputi karbohidrat, vitamin
Beberapa jenis dari fitoplankton yang dapat digunakan sebagai pakan dari
rotifer di antaranya ialah Chlorella, Dunaliella, Nannochloropsis sp., Tetraselmis
sp., dan Monochrysis (Isnansetyo dan Kurniastusi, 1995). Di antara berbagai fitoplankton tersebut Nannochloropsis oculata merupakan jenis fitoplankton yang sudah digunakan secara luas dalam kultur rotifer di Indonesia (Ahmad et al., 1994; Sugama et al., 2001). Nannochloropsis oculata merupakan jenis fitoplankton yang paling banyak digunakan dalam kultur Brachionus plicatilis
(Hur, 1991). Asam amino dari Brachionus plicatilis yang dikultur dengan
Nannochloropsis oculata sebanyak 20,46 mg/100 mg berat kering (Tamaru et al., 1991). Oleh karena itu digunakan Nannochloropsis oculata sebagai fitoplankton yang digunakan untuk pakan rotifer pada penelitian.
Ragi roti merupakan jenis pakan alternatif bagi rotifer yang pada
umumnya digunakan ketika kultur fitoplankton Nannochloropsis oculata tidak mencukupi kebutuhan. Satu gram ragi roti diprediksi dapat menghasilkan sekitar
80.000 Brachionus plicatilis (Lubzens and Zmora, 2003).
Rotifer dapat dibudidayakan dengan pakan ragi roti saja (Redjeki, 1999).
Penggunaan ragi roti relatif lebih mudah dan stabil ketersediannya, serta dapat
disimpan dengan lebih mudah (Fukusho, 1990).
Ragi roti sendiri memiliki kandungan gizi yang tinggi. Ragi roti memiliki
protein 42,92%, lemak 0,66%, karbohidrat 51,44% serta abu 4,98% (Chumaedi
dan Djajadiredja, 1982). Oleh karenanya Nannochloropsis oculata diperkaya dengan ragi roti untuk meningkatkan kepadatan populasi Brachionus plicatilis.
Pemberian Nannochloropsis oculata dengan penambahan ragi roti diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pakan Brachionus plicatilis, sehingga pemberian ragi roti dalam media kultur dapat meningkatkan pertumbuhan
populasi Brachionus plicatilis. Kerangka konseptual penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1.
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian
3.2 Hipotesis Penelitian
H1 : - Kombinasi Nannochloropsis oculata dan variasi dosis ragi roti berpengaruh terhadap pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis.
- Terdapat kombinasi Nannochloropsis oculata dan dosis ragi roti dalam media kultur yang dapat memberikan pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis tertinggi.
Populasi Brachionus plicatilis
meningkat Fitoplankton
Nannochloropsis oculata
Ragi roti Saccharomyces cerevisiae
Pertumbuhan
Brachionus plicatilis
Pertumbuhan Larva
Pemberian Pakan Alami
Brachionus plicatilis
(+) Mudah dicerna larva, ukuran kecil (150-220µm), berenang lambat sehingga mudah dimangsa larva, waktu kultur singkat dan laju reproduksi tinggi.
Kelebihan: Memiliki nutrisi yang dibutuhkan B. plicatilis
(abu 5,0-9,5%, asam nukleat 6-12%, lemak 2-6%, nitrogen 7,5-8,5%, lisin 7,7,8%, leusin 7-7,8%, treonin 4,8-5,4%, valin 5,3-5,8%, fenilalanin 4,1-4,8% Kelebihan: Memiliki nutrisi
lemak 0,49%, karbohidrat 0,048%, protein 38,65%, dan air 60,81%
Bergantung musim dan cahaya matahari sehingga kondisi tertentu stok murni tidak dapat terpenuhi
IV METODOLOGI
4.1 Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Unit Pengelola Budidaya Laut (UPBL)
Probolinggo, Jawa Timur. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada tanggal 11 Mei
sampai dengan 23 Mei 2014.
4.2 Materi Penelitian 4.2.1 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
botol kultur 20 buah, timbangan digital analitik, beaker glass, gelas ukur, pipet tetes, pipet ukur, pipet bulb, mikroskop, Sedgewick Rafter counting cell, haemocytometer, thermometer, refraktometer, DO meter, pH meter, amoniak test
kit, handtally counter, mortar pestle, botol semprot, selang, aerator, dan batu aerasi.
4.2.2 Bahan
Bahan penelitian yang digunakan adalah Brachionus plicatilis,
Nannochloropsis oculata, ragi roti, air laut, aquades, alkohol 70%, klorin, formalin 4%, dan Na Thiosulfat
4.3 Metode Penelitian 4.3.1 Rancangan Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental. Metode
eksperimental adalah suatu tindakan yang dibatasi dengan nyata dan dapat
dianalisis hasilnya. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan dan 4 kali ulangan, sebab
dalam penelitian ini semua dikondisikan sama kecuali konsentrasi ragi roti.
Pengambilan data penelitian dilakukan berdasarkan hasil populasi dari Brachionus plicatilis selama masa pemeliharaan Brachionus plicatilis. Kusriningrum (2008) menyatakan, rumus yang digunakan untuk menentukan ulangan yang diberikan
adalah:
Keterangan : t = Total perlakuan n = Jumlah ulangan
Penelitian ini menggunakan lima perlakuan dan empat ulangan. Perlakuan
diperoleh berdasarkan Sutomo et al. (2007) yang menyatakan bahwa penebaran awal Brachionus plicatilis dengan kepadatan awal 10 ind/ml yang dikultur dalam volume media kultur yang dikehendaki 200 ml. Untuk kultur Brachionus plicatilis
10 ind/ml tersebut diberikan pakan alami fitoplankton, yaitu Nannochloropsis oculata sebanyak 3x106 sel/ml (Sutomo et al., 2007). Pemberian pakan tersebut untuk satu kali makan Brachionus plicatilis yang diberikan pada pagi hari dan dipelihara selama 7 hari (Balai Budidaya Laut Lampung, 2002). Sedangkan ragi
instan dengan merk dagang fermipan yang diperoleh dari pasaran. Dosis
penggunaan ragi roti untuk kultur Brachionus plicatilis menurut Redjeki (1999) diberikan sebanyak 2 gram/106 rotifer per hari. Dosis inilah yang menjadi dasar untuk penelitian ini, sehingga perlakuan yang diajukan dalam penelitian ini adalah
:
A : Perlakuan pemberian N. oculata 2.250.000 sel/ml + ragi roti 0,001 gram B : Perlakuan pemberian N. oculata 1.500.000 sel/ml + ragi roti 0,002 gram C : Perlakuan pemberian N. oculata 750.000 sel/ml + ragi roti 0,003 gram D : Perlakuan pemberian pakan alami N. oculata sebanyak 3x106 sel/ml tanpa
penambahan ragi roti (kontrol)
E : Perlakuan pemberian ragi roti sebanyak 0,004 gram tanpa penambahan
Nannochloropsis oculata (kontrol)
4.3.2 Desain Penelitian
Pola penempatan wadah perlakuan dilakukan secara acak dengan tujuan
menghindari atau memperkecil bias. Kusriningrum (2008) menyatakan
penempatan perlakuan percobaan dilakukan secara acak agar terjadinya
keragaman, baik keragaman dalam satu perlakuan maupun antar perlakuan dapat
dianggap bersifat alami, sehingga sifat memihak pada salah satu perlakuan dapat
A4 C2 D2 C1 C3
B1 E1 A1 A3 A2
E2 B4 D3 D4 B3
C4 D1 E3 E4 B2
Gambar 4.1 Desain Pengacakan pada Penelitian
4.3.3 Prosedur Kerja
A. Persiapan Alat Penelitian
Pada kegiatan ini terdapat beberapa macam sterilisasi pada alat dan bahan
yang digunakan sebagai media kultur skala laboratorium. Peralatan seperti botol
kultur dan peralatan aerasi disterilisasi. Sebelum disterilisasi terlebih dahulu alat
tersebut dicuci dengan menggunakan sabun deterjen, lalu disterilisasi dengan
larutan klorin 150 ppm selama 24 jam, kemudian dinetralisasi dengan Na
Thiosulfat 60 ppm dan dibilas dengan air tawar hingga bersih dan bau klorin
hilang.
Persiapan bahan penelitian yaitu air untuk media kultur disterilkan dengan
menggunakan klorin 60 ppm minimal selama 24 jam dan dinetralkan dengan
larutan natrium thiosulfat 20 ppm untuk menghilangkan sisa kaporit dalam air
laut.
B. Penebaran Bibit Brachionus plicatilis
Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini berupa kultur murni
Brachionus plicatilis murni diperoleh dari Balai Budidaya Air Payau (BBAP) Situbondo. Menurut Sutomo et al. (2007) bahwa penebaran awal bibit Brachionus plicatilis dengan kepadatan 10 ind/ml, sehingga dalam media kultur 200 ml
terdapat Brachionus plicatilis sebanyak 2.000 individu. Kemudian Brachionus plicatilis dimasukkan ke dalam botol kultur dan diberi aerasi. Menurut Edhy dkk. (2003) penghitungan jumlah bibit Brachionus plicatilis untuk kultur menggunakan rumus : 1 2 2 1 N V N V Keterangan:
V1 = Volume bibit Brachionus plicatilisuntuk penebaran awal (ml) N1 = Kepadatan bibit/stock Brachionus plicatilis(ind/ ml)
V2 = Volume media kultur yang dikehendaki (ml)
N2 = Kepadatan bibit Brachionus plicatilisyang dikehendaki (ind/ ml) C.Lingkungan dan Media Kultur Brachionus plicatilis
Faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan Rotifer
antara lain, suhu, salinitas dan pH air. Lingkungan kultur dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan populasi Brachionus plicatilis, oleh karena itu dijaga dan dikondisikan sama pada setiap perlakuan. Lingkungan kultur Brachionus plicatilis
yang diharapkan dalam penelitian adalah suhu antara 26-31oC, salinitas 27-33 ppt, pH 7,5-8,3 dan DO (Dissolved oxygen) 4-6,5 ppm yang merupakan lingkungan kultur terbaik Brachionus plicatilis (Cahyaningsih dkk., 2009) dan kadar amoniak tidak melebihi 1 mg/l pada kultur rotifer (Fulks dan Main, 1991).
D.Perhitungan Populasi Brachionus plicatilis
Pertumbuhan populasi dihitung dengan cara menghitung jumlah individu
Brachionus plicatilis. Perhitungan populasi Brachionus plicatilis diawali dengan pengambilan sampel sebanyak 1 ml, kemudian penghitungan dilakukan dengan
perhitungan. Sebelum dipakai Sedgewick Rafter dan Handtally Counter terlebih dahulu dibersihkan dan dikeringkan dengan memakai tissue. Kemudian sampel
diteteskan menggunakan pipet tetes sampai penuh dan diberi satu tetes formalin
4%, lalu diamati dan dihitung di bawah mikroskop dengan perbesaran 100x.
E.Pengadaan Ragi Roti
Ragi roti yang digunakan sebagai tambahan makanan Brachionus plicatilis
dalam penelitian ini merupakan produk jadi, yaitu dalam bentuk butiran kering
dengan merk dagang Fermipan. Sebelum diberikan pada Brachionus plicatilis
terlebih dahulu ragi roti tersebut ditimbang kemudian diberikan sesuai dengan
perlakuan.
4.3.4 Parameter Pengamatan A.Parameter Utama
Parameter utama dalam penelitian ini adalah populasi Brachionus plicatilis. Penghitungan populasi Brachionus plicatilis didapatkan melalui perhitungan jumlah anakan. Penghitungan dilakukan setiap hari selama 7 hari.
Pertumbuhan populasi dihitung dengan menggunakan Sedgewick Rafter dengan bantuan mikroskop perbesaran 100x dan Handtally Counter.
B.Parameter Pendukung
Parameter pendukung dalam penelitian adalah suhu, pH, salinitas, kadar
amoniak, dan DO (Dissolved oxygen). Pengukuran suhu menggunakan termometer, pengukuran pH menggunakan pH meter, pengukuran salinitas
menggunakan refraktometer, pengukuran oksigen terlarut menggunakan DO
meter, dan pengukuran amoniak menggunakan amoniak test kit. Pengukuran
terhadap suhu dan pH dilakukan dua kali sehari pada pukul 07.00 dan 16.00,
pengukuran salinitas dilakukan sekali sehari, pengukuran DO atau oksigen terlarut
dan amoniak dilakukan diawal dan akhir masa pemeliharaan. Parameter
pendukung digunakan untuk mendukung data dari parameter utama.
4.3.5 Analisis Data
Analisis data menggunakan Analisis Varian (ANAVA) dengan rancangan
penelitian adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) untuk mengetahui adanya
pengaruh dalam perlakuan yang diberikan. Jika terdapat perbedaan pada
perlakuan maka dilakukan uji Jarak Berganda Duncan dengan derajat kepercayaan
0,05 untuk mengetahui perbedaan diantara semua perlakuan (Kusriningrum,
Gambar 4.2 Bagan Alur Penelitian B N. oculata 15x105 sel/ml + Ragi roti 0,002 gram C N. oculata 75x104 sel/ml + Ragi roti 0,003 gram D N. oculata 3x106 sel/ml (Kontrol)
Perhitungan populasi B. plicatilis setiap hari
Analisis Data A N. oculata 225x104 sel/ml + Ragi roti 0,001 gram
Persiapan alat dan bahan
Pemberian pakan alami N. oculata dan variasi ragi roti satu kali sehari
Persediaan Fitoplankton
Nannochloropsis oculata
Penambahan Ragi Roti Saccharomyces cerevisiae
Pengamatan kualitas air suhu, pH (pagi dan sore hari), salinitas sekali sehari, DO dan
amoniak pada awal dan akhir peneltian Penebaran bibit Brachionus
plicatilis dengan kepadatan awal 10 ind/ml dalam volume
media 200 ml
E
Ragi roti 0,004 gram
(Kontrol)
V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil
5.1.1 Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis
Brachionus plicatilis merupakan zooplankton bersifat omnivora yang jenis makanannya berupa partikel organik dan jasad renik yang mempunyai ukuran
lebih kecil dari dirinya, seperti alga, ragi roti, protozoa. Kebiasaan makan ini
memungkinkan diberikannya partikel organik yang memiliki nilai gizi untuk
mendapatkan populasi Brachionus plicatilis tertinggi.
Pertumbuhan populasi rotifer Brachionus plicatilis pada penelitian ini diamati setiap hari. Hasil pengamatan penelitian berupa data kepadatan populasi
Brachionus plicatilis. Data tersebut diperoleh dari pengamatan populasi
Brachionus plicatilis secara mikroskopik selama 7 hari masa pemeliharaan. Data populasi Brachionus plicatilis setiap harinya dapat dilihat pada lampiran 2. Sedangkan gambar Brachionus plicatilis yang diamati dengan mikroskop perbesaran 100x dapat dilihat pada Gambar 5.1 di bawah ini.
Gambar 5.1 Brachionus plicatilis
Data tersebut untuk mengetahui pengaruh kombinasi Nannochloropsis oculata dan variasi dosis ragi roti terhadap pertumbuhan populasi Brachionus
plicatilis dan untuk mengetahui pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis
tertinggi.
Data harian yang diperoleh selama penelitian yang dianalisis dengan
Analisis Varian (ANAVA) menunjukkan bahwa setiap perlakuan terdapat
perbedaan yang nyata terhadap kepadatan populasi Brachionus plicatilis, kemudian dilanjutkan Uji Jarak Duncan untuk mengetahui pengaruh perlakuan
satu dengan perlakuan yang lain. Data pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis
untuk masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Tabel 5.1 di bawah ini.
Tabel 5.1 Data Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis (ind/ml) Pada Hari Pertama Hingga Hari Ketujuh.
Waktu Pengamatan
Hari Ke-
Rata-rata Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis (ind/ml)
A B C D E 0 10 10 10 10 10 1 42 b 51,5 a 44,75 ab 43,5 b 43 b 2 98,5 b 135,5 a 87,25 bc 79,25 bc 70,75 c 3 121,25b 167 a 122 b 91 b 84,75 b 4 176,75a 179 a 138 ab 126,75 ab 116,25 b 5 224 ab 238,5 a 179,5 bc 159,75 bc 154,5 c 6 171,75 ab 196,75 a 151 bc 133,75 cd 110,75 d 7 149,75 b 184,25 a 118,5 bc 108 cd 84 d Total 994 1162 851 752 674 Keterangan :
Huruf superscript yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (p<0,05).
Perlakuan A : Pemberian N. Oculata 2.250.000 sel/ml + ragi roti 0,001 gram Perlakuan B : Pemberian N. oculata 1.500.000 sel/ml + ragi roti 0,002 gram Perlakuan C : Pemberian N. oculata 750.000 sel/ml + ragi roti 0,003 gram
Perlakuan D : Pemberian pakan alami N. Oculata sebanyak 3x106 sel/ml tanpa penambahan ragi roti (kontrol)
Perlakuan E : Pemberian ragi roti sebanyak 0,004 gram tanpa penambahan
Nannochloropsis oculata (kontrol)
Analisis ANAVA data harian dan uji jarak berganda Duncan terdapat pada
menunjukkan tidak berbeda nyata di antara perlakuan terhadap hasil pengamatan.
Hasil uji jarak berganda Duncan pada hari pertama menunjukkan bahwa
perlakuan B berbeda nyata dengan perlakuan A, D, E. Perlakuan C tidak berbeda
nyata dengan perlakuan A, D, E, namun perlakuan C memiliki kepadatan rotifer
sebesar 44,75 ind/ml lebih tinggi dari perlakuan A = 42 ind/ml, D = 43,5 ind/ml,
dan E = 43 ind/ml.
Pada hari kedua hasil Analisis Varian (ANAVA) menunjukkan perbedaan
yang nyata di antara perlakuan terhadap hasil pengamatan. Lalu hasil uji jarak
berganda Duncan pada hari kedua menunjukkan bahwa perlakuan B berbeda
nyata dengan semua perlakuan A, C, D, E. Perlakuan A tidak berbeda nyata
dengan perlakuan C dan D, namun berbeda nyata dengan perlakuan B dan E.
Meskipun tidak berbeda nyata perlakuan A memiliki kepadatan rotifer yang lebih
tinggi sebesar 98,5 ind/ml dibandingkan perlakuan C dan D yang kepadatannya
87,25 ind/ml dan 79,25 ind/ml.
Hasil Analisis Varian pada hari ketiga menunjukkan bahwa setiap
perlakuan yang diberikan pakan berbeda dosisnya menunjukkan perbedaan yang
nyata pengaruhnya terhadap pertumbuhan populasi rotifer. Hasil uji jarak
berganda Duncan pada hari ketiga menunjukkan bahwa perlakuan B berbeda
nyata dengan semua perlakuan, yaitu A, C, D dan E.
Hasil ANAVA menunjukan bahwa pada hari keempat di antara 5
perlakuan yang diberikan pakan dengan dosis berbeda menunjukkan perbedaan
yang tidak nyata. Hasil uji jarak berganda Duncan pada hari keempat
berbeda nyata dengan perlakuan C dan D. Meski tidak berbeda nyata perlakuan E
memiliki kepadatan rotifer sebesar 116,25 ind/ml yang lebih rendah dari
perlakuan C = 138 ind/ml dan D = 126,75 ind/ml. Sedangkan perlakuan C dan D
tidak berbeda nyata dengan perlakuan A dan B. Namun demikian perlakuan C, D
memiliki kepadatan rotifer sebesar 138 ind/ml, 126,75 ind/ml yang lebih rendah
dibandingkan perlakuan A dan B sebesar 176,75 ind/ml dan 179 ind/ml.
Pada hari kelima hasil Analisis Varian menunjukkan bahwa diatara 5
perlakuan terdapat perbedaan yang nyata pengaruhnya terhadap kepadatan
populasi rotifer. Hasil uji jarak berganda Duncan pada hari kelima menunjukkan
bahwa perlakuan B berbeda nyata dengan perlakuan C, D, E. Perlakuan E berbeda
nyata dengan perlakuan A dan B. Perlakuan A tidak berbeda nyata dengan
perlakuan C dan D, namun demikian perlakuan A masih memiliki kepadatan
rotifer lebih tinggi yaitu sebesar 224 ind/ml dibanding perlakuan C dan D sebesar
179,5 ind/ml dan 159,75 ind/ml.
Pada hari keenam hasil Analisis Varian menunjukkan bahwa
masing-masing perlakuan yang diberikan terdapat perbedaan yang nyata pengaruhnya
terhadap kepadatan populasi rotifer. Hasil uji jarak berganda Duncan pada hari
keenam menunjukkan bahwa perlakuan B berbeda nyata dengan perlakuan C, D,
E. Perlakuan E berbeda nyata dengan perlakuan C, B, A. Perlakuan A berbeda
nyata dengan perlakuan D dan E. Perlakuan C tidak berbeda nyata dengan
perlakuan A dan D, namun demikian perlakuan A masih memiliki kepadatan
rotifer lebih tinggi yaitu sebesar 171,75 ind/ml dibanding perlakuan D dan C
Pada hari ketujuh hasil Analisis Varian menunjukkan bahwa tiap
perlakuan terdapat perbedaan yang nyata pengaruhnya terhadap pertumbuhan
populasi rotifer. Adapun hasil uji jarak berganda Duncan pada hari ketujuh
menunjukkan bahwa perlakuan B berbeda nyata dengan semua perlakuan.
Perlakuan A berbeda nyata dengan perlakuan B, D, E, namun tidak berbeda nyata
dengan perlakuan C berbeda nyata dengan perlakuan B dan E. Meski perlakuan A
tidak berbeda nyata dengan perlakuan C, namun masih memiliki kepadatan rotifer
lebih tinggi sebesar 149,75 ind/ml dibanding perlakuan C sebesar 118,5 ind/ml.
Selanjutnya pengaruh pemberian pakan kombinasi terhadap pertumbuhan
populasi tertinggi dapat dilihat pada grafik Gambar 5.2 di bawah ini.
Gambar 5.2 Grafik Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis (ind/ml) Setelah Diberi Pakan Kombinasi Nannochloropsis oculata dan Variasi Dosis Ragi Roti Hari Pertama Hingga Hari Ketujuh.
0 50 100 150 200 250 0 1 2 3 4 5 6 7 R at a-ra ta P o pul as i B rac hi onus pl ic at il is (i n d/ m l)
Waktu Pengamatan (Hari)
Perlakuan A Perlakuan B Perlakuan C Perlakuan D Perlakuan E
5.1.2 Pengamatan Kualitas Air
Kualitas air selama pemeliharaan merupakan parameter pendukung
terhadap pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis yang terdapat pada Tabel 5.2 di bawah ini.
Tabel 5.2 Kisaran Kualitas Air Selama Penelitian
Parameter Nilai Suhu 0C pH Salinitas (ppt) DO (ppm) Kadar Amoniak (mg/l) 27 – 310C 7,6 – 8,2 27 – 29 ppt 5,1 – 6,1 ppm 0 – 0,5 mg/l
Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan populasi
Brachionus plicatilis selalu dijaga dan dikondisikan sama pada setiap perlakuan. Lingkungan kultur yang diharapkan pada penelitian ini adalah : suhu antara
26-31˚ C, salinitas 27-33 ppt, pH 7,5-8,3 dan DO 4-6,5 ppm (Cahyaningsih dkk,
2009) serta kadar amoniak tidak melebihi 1 mg/l pada kultur rotifer (Fulks dan
Main, 1991). Kondisi tersebut selalu diamati setiap hari agar terjaga. Pengukuran
sanilitas dilakukan sekali sehari, sedangkan pengukuran kadar amoniak dan DO
dilakukan pada awal dan akhir pemeliharaan. Khusus mengenai pengukuran suhu
dan pH dilakukan dua kali sehari pada jam 07.00 dan 16.00.
5.2 Pembahasan
pengaruh terhadap pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis. Selama pengamatan didapatkan hasil bahwa kombinasi pakan Nannochloropsis oculata
dan variasi dosis ragi roti berpengaruh terhadap populasi Brachionus plicatilis
dibandingkan dengan perlakuan yang diberikan pakan Nannochloropsis oculata
saja dan ragi roti saja tanpa dikombinasi.
Kepadatan populasi Brachionus plicatilis tertinggi sebesar 1162 ind/ml didapatkan pada perlakuan kombinasi antara Nannochloropsis oculata 1.500.000 sel/ml ditambah ragi roti 0,002 gram. Hal ini disebabkan kondisi media yang baik
dan tersedianya nutrisi yang mencukupi dalam media kultur dapat menyebabkan
terjadinya pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis dengan cepat (Dahril, 1996).
Populasi Brachionus plicatilis terendah terjadi pada perlakuan pemberian ragi roti saja sebanyak 0,004 gram yang menghasilkan populasi Brachionus plicatilis terendah dengan kepadatan populasi 154,5 ind/ml yang terjadi pada hari kelima. Hal ini disebabkan jumlah dosis ragi roti yang terlalu banyak, sehingga
tidak termanfaatkan dengan baik. Ragi roti memiliki kandungan alkohol yang
relatif rendah, namun demikian jika pemberian dosis dilakukan dengan komposisi
yang tidak tepat atau terus-menerus dapat meningkatkan jumlah kandungan
alkohol pada kultur rotifer, sehingga dapat menyebabkan penurunan jumlah
populasi Brachionus plicatilis (Dahril, 1996).
Puncak populasi terjadi pada hari kelima berdasarkan data harian yang
diperoleh saat penelitian selama masa tujuh hari kultur (Lampiran 2). Perlakuan
menghasilkan populasi Brachionus plicatilis tertinggi terjadi pada hari ke-5 sebesar 238,5 ind/ml (puncak populasi), diikuti pada hari ke-6 sebesar 196,75
ind/ml. Hal ini diduga karena nutrien yang diberikan sesuai dengan kebutuhan
nutrien Brachionus plicatilis untuk pertumbuhannya. Pemberian ragi roti dengan komposisi yang tepat merupakan sumber nutrisi bagi Brachionus plicatilis untuk kehidupan dan perkembangbiakannya (Yoshinaga et al, 1999).
Jumlah individu Brachionus plicatilis pada tiap perlakuan dengan waktu pengamatan bervariasi selama masa pemeliharaan 7 hari, namun pada semua
perlakuan mengalami puncak populasi pada hari kelima. Setelah melewati masa
puncak, kepadatan populasi rotifer mulai mengalami penurunan pada hari keenam
dan ketujuh. Perlakuan yang diberi pakan Nannochloropsis oculata saja dan perlakuan yang hanya diberikan ragi roti saja mengalami penurunan pada hari
keenam dan ketujuh. Sedangkan perlakuan yang diberi pakan Nannochloropsis oculata dan ditambahkan ragi roti juga mengalami penurunan pada hari yang sama, namun masih tetap memiliki kepadatan populasi rotifer tertinggi. Hal ini
menunjukkan perlakuan dengan pakan kombinasi memiliki nilai pertumbuhan
populasi Brachionus plicatilis tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Fase pertumbuhan pada rotifer terdiri dari fase adaptasi, fase logaritmik
dan fase kematian. Pada perlakuan pakan kombinasi N. oculata dan ragi roti fase adaptasi terjadi pada hari pertama hingga hari kedua, lalu fase logaritmik terjadi
pada hari ketiga hingga hari kelima dan puncak populasi B. plicatilis terjadi pada hari kelima. Fase kematian mulai terjadi pada hari ke enam hingga hari ketujuh.
terjadi mulai hari pertama hingga hari ketiga, lalu fase logaritmik terjadi pada hari
keempat hingga hari kelima yang merupakan puncak populasi. Sedangkan fase
kematian terjadi sesudahnya yaitu mulai hari keenam.
Pertumbuhan Brachionus plicatilis ditandai dengan bertambahnya jumlah individu rotifer, bertambahnya jumlah individu rotifer merupakan salah satu
indikator yang dapat digunakan untuk melihat pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis. Pertumbuhan populasi masing-masing perlakuan setelah penebaran awal meningkat setiap harinya. Faktor-faktor yang berpengaruh pada pertumbuhan
Brachionus plicatilis adalah faktor eksternal dan faktor internal. Faktor internal yang mempengaruhi pertumbuhan plankton adalah faktor genetik, sedangkan
faktor eksternal dipengaruhi oleh ketersediaan dan jenis pakan (Taw, 1990).
Puncak populasi Brachionus plicatilis tertinggi terdapat pada perlakuan dengan penambahan dosis ragi roti sebesar 0,002 gram dengan kepadatan populasi
238,5 ind/ml yang terjadi pada hari kelima. Dosis ragi roti tersebut dapat
mendukung pertumbuhan Brachionus plicatilis yang optimal. Hal ini disebabkan oleh sesuainya kombinasi pakan dengan dosis ragi roti tersebut yang mencukupi
kebutuhan nutrisi untuk pertumbuhan Brachionus plicatilis. Ragi roti mengandung protein sebesar 42,92%, lemak 0,66% dan karbohidrat 51,44%
(Chumaedi dan Djajadireja, 1982).
Nilai kandungan gizi karbohidrat dan protein ragi roti yang tinggi tersebut
sangat baik bagi pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis (Roosharoe, 2006), sehingga jumlah populasi anakan rotifer yang dihasilkan tinggi yang dipengaruhi
oleh ketersediaan nutrisi yang optimal dan didukung kondisi lingkungan yang
baik (Dhert et al, 1995).
Pertumbuhan Brachionus plicatilis yang baik selain dipengaruhi oleh faktor nutrisi dan ketersediaan pakan juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan media
pemeliharaan. Faktor lingkungan yang mampu menunjang pertumbuhan
Brachionus plicatilis adalah suhu, salinitas, pH, DO dan kadar amoniak.
Hasil pengukuran suhu air selama pemeliharaan berkisar antara 27-310C, hasil pengukuran salinitas pada media pemeliharaan rotifer berkisar antara 27-29
ppt. Suhu air dan salinitas dalam media kultur rotifer ini masih dalam kondisi baik
untuk pertumbuhan Brachionus plicatilis. Sedangkan salinitas 27-29 ppt dan derajat keasaman (pH) dalam penelitian ini berkisar antara 7,6-8,2 yang
merupakan salinitas dan pH optimal untuk pertumbuhan Brachionus plicatilis. Hal ini sesuai dengan pernyataan Cahyaningsih dkk. (2009) menyatakan bahwa suhu
antara 26-310C, salinitas 27-33 ppt dan pH 7,5-8,3 merupakan lingkungan kultur terbaik untuk Brachionus plicatilis.
Kadar amoniak selama penelitian berkisar antara 0 – 0,5 mg/l. Konsentrasi
amoniak bebas yang optimum untuk peningkatan jumlah populasi rotifer adalah
tidak melebihi 1 mg/l (Fulks dan Main, 1991). Hasil pengukuran DO selama
pemeliharaan berkisar antara 5,1–6,1 ppm. Batas oksigen terlarut untuk
pertumbuhan Brachiomus plicatilis adalah 4-6,5 ppm (Cahyaningsih dkk, 2009). Dari hasil data pengamatan kualitas air diatas dapat disimpulkan bahwa nilai
dengan kondisi optimal untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan Brachionus plicatilis.
VI SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Berdasarkan paparan pembahasan dan hasil analisis penelitian ini dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Pemberian pakan kombinasi Nannochloropsis oculata dan variasi dosis ragi roti berpengaruh terhadap pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis.
2. Pengaruh pemberian pakan kombinasi Nannochloropsis oculata dan variasi dosis ragi roti terhadap pertumbuhan Brachionus plicatilis
tertinggi terdapat pada perlakuan pemberian pakan Nannochloropsis oculata sebanyak 1.500.000 sel/ml ditambah ragi roti 0.002 gram, dengan jumlah populasi 1.162 ind/ml tertinggi dibanding perlakuan
lainnya.
6.2 Saran
Saran yang dapat diajukan sebagai berikut:
1. Pemberian pakan terhadap Brachionus plicatilis untuk mendapatkan pertumbuhan maksimal hendaknya disesuaikan ukurannya secara
cermat antara Nannochloropsis oculata dan variasi dosis ragi roti. 2. Faktor lingkungan hidup Brachionus plicatilis hendaknya dijaga secara
konsisten kondisinya, baik itu menyangkut suhu, pH, DO, salinitas,