• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2. Data dan Analisa. Data dan informasi yang digunakan untuk mendukung tugas akhir ini berasal dari beragai sumber yaitu:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2. Data dan Analisa. Data dan informasi yang digunakan untuk mendukung tugas akhir ini berasal dari beragai sumber yaitu:"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

Data dan Analisa

2.1 Data dan Literatur

Data dan informasi yang digunakan untuk mendukung tugas akhir ini berasal dari beragai sumber yaitu:

1. Wawancara/ Interview dengan narasumber yang merupakan keturunan minang (keluarga penulis dan ketua adat minang)

2. Literatur: buku dan artikel dari media elektronik yang berhubungan dengan masakan minang

3. Pengamatan langsung dari lapangan 2.2 Minang

2.2.1 Sejarah Minang

Sejarah Minang berawal dari Raja Iskandar Zulkarnain yang memiliki tiga orang putera, seorang dinamakan : Sultan Maharaja Alif, seorang yang bernama Sultan

Maharaja Depang, dan seorang lagi bernama Sultan Maharaja Diraja. Ketika ketiga-tiganya dewasa Baginda Iskandar berwasiat kepada keketiga-tiganya sambil menunjuk- nunjuk seakan-akan memberitahukan kearah itulah mereka harus berangkat untuk melanjutkan kekuasaannya.

Kepada Maharaja Depang ditunjuk arah ke negeri Cina. Dan kepada putera yang bungsu yakni Maharaja Diraja ditunjuk ke arah kepulauan didaerah Khatulistiwa di sebelah selatan.

Setelah Raja Iskandar wafat masing- masing putera itu berangkatlah menuju daerah yang sudah ditunjukan oleh ayahnya.

Maka dibuatlah persiapan- persiapan dan berlayarlah ketiga anak raja itu. Maharaja Diraja membawa mahkota yang bernama “mahkota sanggahana”, Sultan Maharaja Depang membawa semacam senjata yang bernama “jurpa tujuh menggang kanai sumbing seratus tigapuluh namanya”. Dan Sultan Maharaja Alif membawa senjata keris yang bernama “keris sempana ganja iris”, akan tetapi helai tiga pucuk itu jatuh kebumi dan sepucuk kembali kepada asalnya jadi mestikah, sepucuk lagi menjadi pedang bernama Sabillulllah.

Maka berlayarlah bahtera yang membawa ketiga orang putera menuju ke timur, menuju pulau Langkapuri. Dan setiba di tengah lautan Baharullah dekat pulau Sailan, timbul niat buruk di hati dua anak raja. Maharaja Depang dan Raja Alif meminta supaya

(2)

 

menyerahkan mahkota sanggahana itu. Dan kalau Maharaja Diraja tidak mau memberikannya maka kapal itu akan ditenggelamkan.

Karena takut Maharaja Diraja menyerahkan mahkota itu kepada kedua kakaknya tersebut. Tetapi ketika menerima mahkota itu, terjatuh mahkota itu ke dalam laut itu. Seekor naga besar datang lalu membelit mahkota itu dan bertindak menjadi pengawal mahkota tersebut. Melihat peristiwa tersebut ketiga anak raja tersebut jatuh pingsan.

Maka seorang pengiring Sultan Maharaja Diraja bernama “Cateri Bilang

Pandai” membangunkan Sultan tersebut. Dia memberitahukan raja itu bahwa raja tidak usah merasa kecewa dengan kehilangan mahkota itu sebab dia akan menciptakan duplikat dari mahkota yang hilang. Diambilnya sebongkah emas yang bernama “emas sejati jati”, lalu berkerjalah dia membuat tiruan mahkota itu. Dengan sebuah teropong, cermin polongan kaca dilihatnya mahkota yang sudah berada didalam laut itu. Adapun mahkota itu terselip dibatu karang dan cahayanya memancar-mancar juga. Dengan keahlian Cateri Bilang Pandai diciptakannyalah sebuah mahkota yang persis sama dengan mahkota yang jatuh kelaut itu sehingga tidak ada perbedaan bentuk dan mutu dari mahkota sanggahana yang hilang itu. Tukang yang membuat mahkota tersebut dibunuh setelah mahkota tersebut jadi, sehingga tidak dapat ditiru lagi. Baginda sangat heran melihatnya tetapi sangat bersuka cita, walaupun mahkota itu hanya tiruan dari yang asli. Ketiga putera tersebut berpisah disana. Maharaja Depang meneruskan perjalanan ke Cina dan Maharaja Alif kembali ke negeri Rum.

Maharaja Diraja terus berlayar menuju ke tenggara menuju sebuah pulau yang bernama Jawa Alkibri. Kemudian nama ini berubah menjadi Sumatera atau pulau Andalas. Pengiring Baginda terdapat seekor anjing muklim, seekor kucing Siam, seekor kambing hutan, dan seekor harimau. Binatang- Binatang ini sebenarnya bukanlah binatang, tetapi merupakan manusia juga yang mempunyai sifat sesuai dengan jenis- jenis binatang tersebut.

Beberapa lama berlayar terlihatlah sebuah puncak gunung yaitu puncak gunung Merapi. Ketika itu daratan belum luas, sebagian besar masih diliputi dengan lautan. Maka mereka menuju kesana dan mendarat didekat puncak gunung itu. Tetapi ketika mendarat kapal itu terbentur dengan daratan sehingga terdapat kerusakan. Raja

memerintah supaya memperbaiki kapal itu dengan sayembara sebagai berikut, Barang siapa yang sanggup memperbaikinya dengan utuh kembali sebagai sediakala, mereka akan dikawinkan dengan anaknya nanti”. Kebetulan Pengiring dengan nama- nama binatang tersebut yang sanggup memperbaiki kapal yang rusak itu.

Bagindapun memenuhi janji dengan penggiring tersebut. Dalam pada saat itu laut sudah mulai surut. Dibawah kaki gunung merapi sudah terbentang sebuah daratan yang amat luas. Itulah sebagai simbolik bahwa kesanalah puteri- puteri raja yang sudah dikawinkan itu bertempat tinggal dan berkembang biak disana. Yang turun ke luhak Tanah Datar adalah putera dari pernikahan pertama dengan puteri Raja tersebut. Yang pergi ke luhak Agam bersemboyan anak harimau, yang ke Lima Puluh Kota yang besemboyan anak Kambing, dan yang ke Candung Lasi adalah anak kucing

(3)

 

Daulat yang pertama- tama adalah daulat kepada Lakandibida namanya. Itulah kemudian hari yang ditempati oleh ninik mamak yang bernama, Ketemanggungan dan Perpatih nan Sabatang. Mereka bersumpah sakti, berjanji erat akan berkerja sama dalam pembangunan negeri- negeri. Seorang yang bernama Ninik Ali, yang tahu hubungan dengan jin- jin dan orang halus, ikut membantu pembangunan. Ia sudah besumpah sakti: dimana beragih hutan tinggi, rendah kayu rembayan, lurus larik tembayan semak dan gurun, disanalah Yang Dipertuan bertempat tinggal

Pada saat itu tahun demi tahun, habis musim berganti musim, manusia makin berkembang juga didaerah yang baru didiami itu, yang kemudiannya akan bernama “Alam Minangkabau”

2.2.2 Alam Minangkabau

Pada masa Datuk Ketemanggungan dan Datuk Perpatih nan Sabatang belum lahir negeri- negeri, masih dikuasai oleh seorang datuk yang bergelar Dt. Marajo Basa di Padangpanjang dan Dt. Bandaro Kayo di Priangan Pandang Panjang. Kedua datuk itulah yang memakai gelar gadang kebesaran sebelum lahir kedua negarawan yang amat

terkenal itu. Dan Periangan PadangPanjang ialah kampung yang pertama- tama dalam Alam Minangkabau ini sebelum kampung- kampung lainnya bermunculan.

Kedua datuk ini menyusun sebuah undang- undang asli yang bernama, Undang- undang “Si Mumbang Jatuh”, “Si Gamak- gamak”, dan “Si Lamo- lamo. Ketiga undang- undang ini disusun tangkainya satu demi satu, dipakukan ke tiang panjang, ditegaskan ke masyarakat sekitar.

Mungkin berdasarkan undang- undang yang sudah ada juga kemudiannya Datuk Ketemanggungan dan Datuk Perpatih nan Sabatang menyusun undang- undang adatnya yang kemudian jadi terkenal dengan dua prinsip berbeda tetapi dapat bejalan dengan baik tanpa ada bentrokan.

Dasar peraturan Datuk Ketemenggungan – Berpucuk bulat titik dari atas dengan tata caranya bertangga turun atau lebih mirip dengan feodal

dan Datuk Perpatih nan Sabatang – Berurat tunggang membersut dari bumi dengan tata caranya berjenjang naik atau lebih mirip dengan demokrasi

Dengan rakyat yang semakin banyak, datuk- datuk, Datuk Ketemenggungan, Datuk Perpatih nan Sabatang, dan Datuk Suri Dirajo bermufakat untuk membagi “luhak” untuk ditinggali. Pada saat itu Cateri Bilang Pandai sudah meninjau- meninjau daerah yang akan dijadikan untuk tempat tinggal yang baru. Watak dan sifat mereka bertiga saling berbeda. Yang seorang berkalang kelapa, yang seorang berkalang gunting, dan seorang lagi berkalang teras kayu manis.

Maka mulailah rombongan demi rombongan meninggalkan daerah asalnya akan mencari tempat kediaman yang baru. Ada lima puluh orang dalam satu rombongan, ada

(4)

 

yang hanya berempat, ada yang bertujuh, ada yang belima dan sama- sama mencari tempat kediaman yang baik menurut pendapat mereka.

Maka terjadilah tiga luhak yang berpengaruh dalam pembentukan alam

Minangkabau, yaitu Luhak Tanah Datar, Luhak Agam, dan Luhak Lima Puluh Kota. Luhak Tanah Datar merupakan luhak tertua dan sumber adat Minangkabau, semua orang yang orang dari luhak lainnya membawa adat dari Luhak Tanah Datar. Setiap Luhak memiliki sifat tersendiri:

- Luhak Tanah Datar: airnya jernih, ikannya jinak, dan buminya dingin - Luhak Agam: airnya keruh, ikannya liar dan buminya hangat

- Luhak Lima Puluh Kota: airnya manis sejuk, ikannya jinak, dan buminya sejuk

2.2.3 Upacara Adat di Tiga Luhak

Ini adalah beberapa upacara adat yang terdapat ditiga Luhak di Minangkabau. Perlu dilihat juga bahwa upacara yang kita lihat di sini adalah upacara adat di

Minangkabau yang menghidangkan makanan dalam proses kegiatannya. Berikut ini adalah acara adat yang terdapat ditiga Luhak:

1. Luhak Tanah Datar:

No. Nama/ Jenis Upacara Waktu Peristiwa Yang terlibat

1 Lebaran  Satu harian

lebaran

Lebaran famili dan

kenalan 2 Turun Mandi Rabu Kelahiran bayi famili terdekat 3 Jamuan Yatim Piatu 17 Ramadhan Mengundang

makan anak yatim piatu Alim ulama, pemuka masyarakat, Bundo Kanduang, Pengurus 4 Mando’a Sabalun Puasa Mulai 1 minggu sebelum puasa Atau 1 hari sebelum puasa Memasuki bulan Ramadhan

Alim ulama dan famili terdekat

5 Sunat Rasul Rabu Pemotongan

sebagian alat kelamin sesuai dengan ajaran Islam

Famili terdekat

6 Batagak Penghulu Rabu dan Sabtu Meninggalnya seorang

Orang 4 jenis alim ulama,

(5)

  penghulu dan meresmikan penggantinya penghulu candiak pandai, urang mudo dan famili terdekat

7 Bararak Rabu Perkawinan Famili terdekat

8 Gotong Royong Bandar Minggu Membersihkan bandar Seluruh masyarakat

9 Baralek Sabtu Meresmikan

pernikahan

Seluruh famili terdekat dan undangan 10 Maliek Anak 2 hari sesudah

bayi lahir

Kelahiran bayu Keluarga Bako dari anak yang baru lahir Tabel 2.2.3.1

2. Luhak Agam:

No. Nama/ Jenis Upacara Waktu Peristiwa Yang terlibat

1 Gotong Royong Minggu Membersihkan

jalan/ sekolah/ masjid dan selokan Seluruh pemuda dan warga masyarakat laki- laki

2 Batagak Batu Kamis dan Minggu

Memperbaiki kuburan

Tukang batu, alim ulama, ninik mamak, famili terdekat

3 Batagak Penghulu Minggu Meresmikan

Penghulu yang baru diangkat Ninik mamak, alim ulama, candiak pandai, urang mudo, famili terdekat, dan undangan 4 Manjalang Kandang 1 hari sesudah

perkawinan

Perkawinan Famili terdekat dari mempelai

laki- laki datang ke rumah

mempelai wanita

5 Khatam Quran Jumat Pengukuhan

kelancaran pembacaan Al- Quran

Alim Ulama, bako anak yang khatam Quran, Ninik mamak, teman sejawat 6 Turun Mandi Minggu Kelahiran Anak Famili terdekat

bako dari anak yang baru lahir 7 Menaiki Rumah Jumat malam Untuk Seluruh famili

(6)

  hari menempati rumah yang baru selesai terdekat, ninik mamak, alim ulama

8 Batagak Kudo- kudo Minggu Membuat

rumah baru

Alim Ulama, seluruh famili dan sanak saudara

9 Babau Kamis Acara

pengumpulan ninik mamak sebelum perkawinan Ninik mamak penghulu dan keluarga terdekat

10 Baralek Jumat Pernikahan Famili terdekat

dari kaum wanita dan famili dari pihak laki- laki Tabel 2.2.3.2

3. Luhak Lima Puluh Kota

No. Nama/ Jenis Upacara Waktu Peristiwa Yang terlibat 1 Maanta Pabukoan Minggu di hari

bulan puasa Ramadhan Mengantar makanan untuk berbuka puasa Menantu, istri mamak 2 Baralek Penghulu Siang hari pada

hari yang disepakati bersama Menobatkan penghulu untuk memangku jabatannya Ninik Mamak, yang duduk di pemerintahan, sumandab, sanak famili, seluruh tokoh masyarakat terdekat

3 Akikah Siang hari Selamatan

kelahiran anak

Bako dan sanak saudara terdekat 4 Khatam Quran Setelah seorang

tamat pendidikan Al Quran. Sering dilakukan bersamaan dengan helat kawin Menamatkan pemabacaan Al Quran seorang anak Alim Ulama, sanak saudara terdekat, ninik mamak dan teman sepermainan

5 Batagak Rumah Siang hari Mendirikan rumah baru Ninik mamak, Bundo Kanduang, tukan- tukang, sumando, sanak famili, dan

(7)

  kerabat terdekat. 6 Kawin Bakambang Urek Siang hari sampai jam 13.00 Pesta perkawinan Ninik Mamak, Bundo Kanduang, sumando dan sanak famili 7 Menjemput Marapulai

Malam hari Menjemput marapulai dan dibawa ke rumah anak daro Ninik mamak, Bundo Kanduang, sumando dan sanak famili 8 Penantian Menanyai Urang Sumando (Baradok- radok Gadang). Siang hari sesusai dengan permufakatan bersama Rencana pernikahan Ninik mamak, Bundo Kanduang, Sumando dan sanak famili

9 Panidai Siang hari

sesuai dengan permufakatan bersama Menjemput Marapulai Ninik mamak, Bundo Kanduang, sumando, sanak famili

10 Datang Mamangek Sore dan malam sebelum pesta Membantu masakan bagi yang mengadakan pesta Bako, sumando, sanak famili

11 Sunat Rasul Siang hari Pemotongan sebagaian alat kelamin anak laki- laki sesuai dengan acara Islam

Bako, Sanak famili terdekat

12 Maanta Asam Siang Hari, apabila menantunya sudah hamil tujuh bulan Menuju bulan kehamilan seseorang Mertua, Sumandan, sanak famili terdekat Tabel 2.2.3.2 Kesimpulan yang Penulis dapat dari table berikut bahwa:

• Setiap Luhak memiliki nama- nama acara yang berbeda tetapi sama pelaksaannya dengan luhak- luhak lainnya.

• Minangkabau memiliki banyak upacara adat yang mengharuskan menghidangkan makanan dalam prosesnya.

• Semua upacara adat di Minangkabau, memiliki unsur musyawarah dan kekeluargaaan

(8)

 

• Upacara adat di Minangkabau hanya dilaksaankan pada saat tertentu.

• Semua acara yang terlihat diatas memerlukan Ninik mamak /penghulu untuk melaksanakannya.

• Semua acara adat tersebut menggunakan Bajamba dalam prosesnya

Bajamba merupakan bagian yang dari seluruh proses acara adat yang berlangsung. Penulis memilih prosesi Bajamba pada saat Batagak Penguhulu dan Baralek sebagai sumber dari studi riset yang Penulis lakukan. Batagak Penghulu dan Baralek merupakan acara sakral yang dilakukan oleh Minangkabau hingga saat ini dan adat dalam acara ini masih dipergunakan pada beberapa daerah di Minangkabau.

2.2.4 Bumbu Masakan

Bumbu dalam masakan Minang memegang peranan penting dalam setiap masakan. Pada setiap masakan bumbu menjadi sebuah keunikan masakan tiap daerah. Bumbu masakan minang juga dipakai oleh beberapa masakan tradisional lainnya. Unsur tradisional yang penting dalam setiap masakan itu, adalah :

1. Empat serangkai bumbu utama. Bumbu ini mengandung khasiat obat, untuk menetralisir gangguan pencernaan akibat penggunaan cabai merah atau hijau 2. Santan : sebagai ciri khas masakan Minang, tidak lain kekayaan hayati yang

tumbuh dan subur di Minang. Santan membuat makan olahan apapun juga menjadi gurih – legit. Sangat diyakini pengolahan makanan dengan menggunakan santan akan menghasilkan cita rasa yang luar biasa.

3. Cabai : mengandung khasiat sebagai multivitamin, yang dapat menghangatkan tubuh dan mengandung anti oksidan. Yang dapat menangkal radikal bebas yang berasal dari lemak-lemak bahan baku makanan ataupun santan yang berpotensi mengandung lemak jenuh. Cabai terdiri dari 3 macam yaitu

a. cabai merah: bumbu paling penting dalam masakan minang, berfungsi sebagai penguat rasa makanan

b. cabai keriting: memberikan rasa pedas menyengat pada masakan c. cabai hijau: memberikan aroma yang berbeda pada masakan\ 4. Bawang merah: bahan utama bumbu dasar masakan

5. Bawang putih: bahan utama bumbu dasar masakan

6. Asam kandis: berguna untuk menambah rasa asam pada masakan 7. Cengkeh: memberikan aroma khas, dan memberikan rasa hangat 8. Daun Jeruk: memberikan aroma segar

(9)

 

10. Daun mangkokan: menghilangkan aroma anyir pada masakan 11. Daun pandan: sebagai pewangi nasi

12. Jahe: menetralkan bau anyir, penambah aroma untuk kue 13. Kayu manis: memperkaya cita rasa masakan

14. Ketumbar: membuat gurih masakan berkuah

15. Kemiri: menggurihkan rasa masakan karena mengandung minyak 16. Kunyit: memberikan warna kuning alami dan aroma

17. Lada: memberikan rasa pedas pada masakan

18. Lengkuas: memberikan aroma masakan menjadi segar

19. Pekak: membuat aroma khas pada masakan mengunakan daging ikan dan sayuran

20. Serai: mengharumkan masakan

2.2.5 Bajamba

Makan bajamba berasal dari akar budaya Minangkabau yang secara turun temurun masih dilaksanakan hingga saat ini. Merupakan sebuah ritual budaya makan bersama yang diadakan dalam lingkup keluarga dekat, dalam hal ini adanya pertalian darah.

Namun demikian, tidak jarang dilakukan dalam lingkup yang lebih luas, seperti persaudaraaan satu suku kendagti tidak ada hubungan darah. Kekeluargaan dan gotong royong sudah terasa pada tahap pertama dalam proses mempersiapkan makanan, karena memmasak dilakukan bersama- sama

Kemudian prosesi Bajamba ini dilakukan dengan beberapa aturan yang sudah diterapkan oleh para leluhur atau sesepuh adat di Bumi Minang. Acara bajamba ini biasanya dijadikan sebagai bagian dari acara adat lainnya seperti pernikahan, khitanan, halal bihalal, khatam Al Quran dan beberapa acara adat lainnya.

2.2.5.1 Yang terlibat saat Bajamba

Dalam prosesi adat Bajamba dilakukan oleh pihak- pihak yang terkait tergantung jenis acara adat yang sedang dilakukan. Pada setiap daerah di Minang yang terlibat saat

(10)

 

prosesi Bajamba tidaklah berbeda banyak. Perbedaan itu terlihat dari orang yang harus menghadiri bajamba tersebut. Penulis mengambil tiga contoh prosesi adat yang akan dibahas, yaitu pertemuan datuk/Ninik mamak, Batagak Penghulu atau prosesi

pengangkatan datuk/ penghulu yang baru, dan Baralek atau pesta pernikahan. Pertemuan datuk ini biasanya dilakukan jikalau satu datuk ingin menyampaikan pesan mengenai sukunya kepada datuk yang lainnya. Pada saat acara ini berlangsung adat tata krama masih harus dijaga. Yang terlibat saat bajamba ini adalah:

• Ninik mamak/ datuk yang lama sebagai orang yang dituakan pada saat bajamba dilakukan.

• Sumando, adalah ipar dari keluarga Ninik Mamak tersebut, disini Sumando memiliki tugas yang cukup besar, karena merekalah yang harus menyiapkan segalanya untuk bajamba ini, mulai dari pencarian bahan pangan hingga menghidangkan masakan tersebut

Batagak Penghulu yang merupakan prosesi pengangkatan datuk/ penghulu yang baru merupakan salah satu acara adat yang sangat sakral di Minangkabau. Acara ini sangat sakral karena disinilah terpilihnya penghulu yang akan memimpin suku nantinya. Dalam Batagak Penghulu dihadiri oleh

• Ninik mamak/ datuk yang lama sebagai orang yang dituakan pada saat bajamba dilakukan

• Alim Ulama, pemimpin agama

• Cadiak Pandai, adalah orang-orang yang dianggap sebagai cendiakawan yang mengerti betul tentang adat Minang

• Sumando, adalah ipar dari keluarga Ninik Mamak tersebut, di sini Sumando memiliki tugas yang cukup besar, karena merekalah yang harus menyiapkan segalanya untuk bajamba ini, mulai dari pencarian bahan pangan hingga menghidangkan masakan tersebut

• Janang, adalah sumando yang dipilih berdasarkan kemampuannya untuk menghidangkan makanan pada saat bajamba. Peranan kelakuan Janang saat menyajikan masakan sangatlah diperhatikan, jikalau sampai salah sedikit tuan rumah akan mendapatkan teguran dari Ninik Mamak

• Sanak Famili, semua keluarga yang berada di dalam satu suku tersebut. • Pada beberapa daerah di Minang ada juga yang mengundang beberapa tokoh-

tokoh penting pada daerah suku tersebut

Baralek adalah pesta pernikahan yang masih dilakukan secara adat. Yang terlibat saat baralek adalah

• Ninik mamak/ datuk yang lama sebagai orang yang dituakan pada saat bajamba dilakukan

• Bundo Kanduang, adalah organisasi ibu-ibu dalam suatu suku dan memilki peranan penting dalam sistem kerabatan Minang

• Anak daro, adalah mempelai wanita • Marapulai, adalah mempelai laki- laki

• Sumando, adalah ipar dari keluarga Ninik Mamak tersebut, di sini Sumando memiliki tugas yang cukup besar, karena merekalah yang harus menyiapkan

(11)

 

segalanya untuk bajamba ini, mulai dari pencarian bahan pangan hingga menghidangkan masakan tersebut

• Janang, adalah sumando yang dipilih berdasarkan kemampuannya untuk menghidangkan makanan pada saat bajamba. Peranan kelakuan Janang saat menyajikan masakan sangatlah diperhatikan, jikalau sampai salah sedikit tuan rumah akan mendapatkan teguran dari Ninik Mamak

• Sanak Famili, semua keluarga yang berada di dalam satu suku tersebut.

• Undangan, orang yang menghadiri baralek, kerabat suku terdekat atau kerabat anak daro dan marapulai

2.2.5.2 Alur Bajamba

Dalam setiap prosesi Bajamba memiliki alur yang sama pada setiap daerah di Minangkabau. Setiap alur Bajamba harus diikuti sesuai dengan adat. Pada beberapa acara Bajamba memiliki awal permulaan yang berbeda-beda. Semua permulaan tergantung jenis acara yang dilakukan. Sebelum membaca alur ini harap dimengerti bahwa tuan rumah atau pemilik acara tersebut bisa bergelar datuk juga, tergantung jenis acara yang dilakukan.

Pada pertemuan Ninik Mamak, Ninik Mamak terlebih dahulu dijemput oleh sumando dengan membawa Bako. Jika Ninik mamak yang harus hadir berjumlah 10 orang maka, 10 orang sumando harus menjemputnya dan harus menjemput Ninik mamak pada rumah istrinya atau rumah keluarganya. Adapun suatu saat Ninik mamak tersebut tidak ada dikedua tempat tersebut, maka sumando tersebut harus mencarinya sampai dapat.

Pada Batagak Penghulu, semua orang-orang yang terlibat harus datang pada tempat yang disetujui pada waktu yang disetujui. Dan pada Baralek memiliki awal yang hampir sama dengan Batagak Penghulu.

• Mananti Tamu

proses menanti tamu yang terlibat pada Bajamba, biasanya Mananti Tamu dilakukan oleh sumando dari tuan rumah atau yang punya acara tersebut. Sumando tersebut berdiri dengan pintu rumah gadang dengan membawa bako. Mananti tamu dilakukan untuk menajdi simbol mempersilahkan tamu yang sudah jauh datang.

• Pembunyian Gong

Setelah semua tamu hadir dalam Bajamba tersebut, dan sudah duduk pada posisinya masing- masing. Ninik Mamak yang dituakan memukul gong yang mengartikan bahwa acara sudah dapat dimulai.

(12)

 

Tuan rumah yang mengadakan acara tersebut memulai sambah. Sambah adalah pantun atau kiasan yang dengan kata-kata halus, untuk memberitahukan maksud dan tujuan tuan rumah mengundang orang-orang yang terlibat dalam Bajamba tesebut. Dan meminta izin untuk menghidangkan makanan/ Jamba.

• Menghidangkan Jamba

Menghidangkan jamba dilakukan oleh Janang. Janang ini adalah orang sumando yang dipilih dari tuan rumah tersebut. Cara penghidangan yang dilakukan oleh Janang diperhatikan benar-benar oleh Ninik Mamak, karena setiap kesalahan yang Janang lakukan benilai buruk bagi tuan rumah tersebut. Dari dia berpakaian, jalan dan dalam penghidangan makanan menjadi simbol cara mempersilahkan tamu. Maka dari itu, Janang dipilih tidak sembarangan, tetapi dilihat sesuai kemampuannya. Janang membawa semua makanan dalam piring- piring kecil yang disusun di kedua tangannya. Adapun dalam beberapa daerah di Minangkabau. Makanan tersebut sudah diatur sebelumnya diatas dulang yang besar, jadi Janang tersebut hanya membawa dulang tersebut di kedua tangannya. • Sambah Makan

Sambah makan dilakukan untuk mempersilahkan tamu- tamu yang diundang untuk makan, akan tetapi dalam sambah ini Ninik Mamak yang dituakan menyela dengan pantun atau kiasan yang halus, jikalau Ninik Mamak menemukan

kesalahan yang dilakukan oleh Janang dari tata krama dia menghidangkan makanan tersebut, Pantun atau kiasan itu akan dibalas oleh Sipangka atau tuan rumah untuk mempertahankan harga dirinya atau memaklumkan perbuatan salah yang dilakukan oleh Janang tersebut. Sambah hanya dilakukan antara 2 belah pihak, yaitu Ninik Mamak yang dituakan dan tuan rumah.Kadang-kadang yang terjadi dalam sambah makan ini, misalnya acara dimulai pada siang hari, akan tetapi karena sambah makan ini, memakan hidangan akan dilaksanakan pada sore hari. Hal ini dilakukan jikalau waktu yang dimiliki oleh tamu bajamba yang lain cukup banyak. Tidak tertutup kemungkinan, jika salah satu tamu bajamba tidak memiliki waktu yang cukup banyak, tamu yang merupakan datuk tersebut itu akan memotong pembicaraan antara kedua belah pihak sebagai penengah mereka berdua. Tamu tersebut tidak boleh memihak salah satu pihak. Penengah tersebut juga harus menggunakan kata- kata kiasan atau pantun untuk

menyampaikan maksudnya. • Makan Jamba

Bajamba akan dimulai jika pantun diakhiri dengan kata “ mari makan”. Yang sangat terlihat pada saat bajamba ini adalah etika dan tata krama makan oleh seorang datuk. Ada beberapa etika yang harus dijaga seseorang jika menghadiri Bajamba, jika etika ini sempat dilanggar akan menjadi aib dari seseorang.

(13)

 

2.2.5.3 Posisi Duduk Saat Bajamba

Dalam proses Bajamba ada posisi tempat duduk yang harus diperhatikan, peserta Bajamba tidak boleh sembarangan duduk. Posisi duduk ini tergantung gelar-gelar yang dimiliki peserta Bajamba tersebut. Peraturan ini tidak tertulis, akan sudah menjadi adat Minang sendiri, para peserta bajamba sudah tahu di mana dia akan duduk, tanpa diatur oleh Sipangka atau tuan rumah acara. Adapun peraturan posisi duduk sebagai berikut: Posisi duduk Bajamba tergantung berapa banyak jumlah orang yang menghadiri Bajamba tersebut, jika Bajamba hanya dilakukan oleh 4-6 orang, Bajamba akan

dilakukan secara melingkari dulang yang sudah disediakan. Bajamba yang

menghadirkan diatas 6 orang akan membentuk posisi duduk kotak sesuai besar kain yang disediakan. Dalam acara Bajamba kadang- kadang ada yang disebut Datuk Pucuk atau Kampe Suku. Datuk Pucuk atau Kampe Suku ini adalah merupakan datuk yang dituakan atau bisa dibilang pemimpin datuk- datuk. Pada setiap daerah di Minangkabau memilki salah satu datuk tersebut. Menurut besar rumah gadang, Datuk Pucuk atau Kampe suku harus duduk di ujung rumah atau dalam rumah. Hal ini dilakukan untuk menghormati datuk tersebut. Sipangka atau tuan rumah acara akan duduk di pangkal rumah dekat pintu masuk rumah. Pada sampingnya akan diduduki oleh datuk- datuk lain atau Bundo Kanduang sesuai dengan topik acara. Dalam beberapa acara adat pada daerah beberapa daerah Minang, Bundo Kanduang tidak akan duduk dengan datuk- datuk.

2.2.5.4 Etika Makan Bajamba

Etika ini harus diperhatikan oleh masing-masing peserta Bajamba. Beberapa etika makan di Bajamba sama seperti etika makan di Nusantara ini. Adapun beberapa etika makan saat bajamba adalah:

• Saat hendak mengambil makanan tidak boleh mendahului Datuk Pucuk atau Kampe Suku

• Hendaknya saat makan tidak baik untuk berbicara

• Samba adat yang dihidangkan tidak diperkenan untuk dimakan.

• Peserta Bajamba hendaknya tidak benar untuk mengambil makanan yang jauh jangkauan tangannya dari tempat duduknya, diperbolehkan untuk meminta bantuan untuk menggambil makanan tersebut

• Saat makan, hendaknya tidak bersuara jika mengunyah makanan.

• Hendaknya tidak mengangkat piring makan dengan tangan. Sebaiknya piring ditaruh dilantai

(14)

 

• Hendaknya cara duduk yang baik, jika laki- laki bersila dan perempuan bersimpuh

• Hendaknya berhati- hati saat memasukan makanan ke mulut

• Hendaknya menggunakan tangan kiri pada sendok jika menggambil makanan pada piring.

• Jikalau ada nasi yang terjatuh saat makan, tidak diperkenankan untuk diambil kembali

• Anak-anak sebaiknya tidak ada saat Bajamba berlangsung 2.2.5.5 Tentang Samba Adat

Dalam acara Bajamba ada hidangan yang disebut sebagai Samba adat. Samba adat merupakan makanan yang dilarang saat Bajamba. Tiap daerah di Minangkabau memiliki samba adat, tiap daerah pula berbeda-beda samba adatnya. Samba adat ditujukan untuk menghormati datuk yang dituakan dan juga sebagai hiasan Bajamba. Dari semua masakan yang dihidangkan, Samba Adat berbentuk paling besar diantara lainnya. Samba adat pada beberapa daerah menggunakan balok kayu yang dibentuk sebagai balok, dan ada juga kayu tersebut dipotong kecil-kecil. Pada beberapa daerah juga Samaba Adat ini terbuat dari bahan pangan dengan ukuran yang sangat besar. Samba Adat merupakan hal yang paling penting dalam Bajamba, karena tanpa adanya atau tidak lengkapnya Samba Adat ini acara keadatan bisa dibatalkan. Samba Adat bisa ditaruh di dulang, jika Bajamba tersebut menggunakan dulang atau menggunakan piring. Jikalau tuan rumah atau pemilik acara hanya bisa membuat satu Samba Adat saja dalam sebuah Bajamba, karena keterbatasan ekonomi, maka Samba Adat harus ditaruh dekat dengan tamu yang dituakan seperti Datuk Pucuk atau Kampe Suku.

2.2.6 Budaya Kuliner Minang

Etnis Minang, mempunyai banyak resep masakan serta minuman tradisonal sebagai kekayaan budaya kuliner Indonesia.Makanan dari etnis, lebih sering disebut Masakan Padang, umumnya memiliki cita rasa yang pedas berbumbu dan dalam pengolahannya banyak memakai santan kelapa. Padusi minang, sangat terkenal dengan keahlian memasaknya. Demikian pula kaum lelaki minang pun memiliki keahlian dalam masak-memasak. Dalam setiap kesempatan acara dan kenduri ; Upacara sepanjang kehidupan manusia, Upacara Yang Berkaitan dengan Perekonomian, Upacara keselamatan, selalu terhidang aneka ragam masakan. Diantara semua ragam masakan itu, maka rendang merupakan menu utama disetiap kesempatan.

Minang memiliki adat dan budaya yang sedemikian kuat. Didukung oleh alam yang indah dan kaya raya dengan hasil alamnya, yang mampu memenuhi kebutuhan pokok hidup manusianya. Masyarakatnya yang dinamis, namun telah memiliki pedoman hidup yang bersandarkan pada falsafah alam, dalam pola hubungan serasi antara manusia dan

(15)

 

individu dengan alamnya, sehingga alam berkembang jadi guru. Dibidang kuliner, masyarakat semulanya membutuhkan makanan untuk kekuatan tubuh, yang diperoleh dari bahan makanan yang mengandung karbo hidrat. Mereka menanam padi. Mereka memasak nasi. Kemudian mereka melengkapi dengan lauk pauk yang diperoleh dari binatang ternak yang dipelihara dan hidup di alam. Resep dasar, yang dapat

menyeimbangkan antara cita dan rasa masakan, diracik dengan menggunakan bumbu-bumbu yang mengandung khasiat tertentu.

Hampir bisa dipastikan setiap orang pernah mencicipinya. Variasi bahan baku untuk masakan asal Minang ini sungguh banyak.

Menurut fungsinya makanan dan minuman dapat diklasifikasikan menjadi bagian, yaitu:

1. Makanan dan minuman untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari- hari 2. Makanan dan minuman untuk tamu yang berkunjung

3. Makanan dan minuman untuk tamu yang menginap 4. Makanan dan minuman untuk upacara- upacara tertentu

Dari segi lain makanan tersebut itu dapat pula diklasifikasikan menjadi: 1. Makanan pedas

2. Makanan tidak pedas 3. Makanan keras 4. Makanan lembut 5. Makanan untuk bayi 6. Makanan anak- anak 7. Makanan orang dewasa

Selain dari yang disebutkan diatas makanan tersebut dapat pula digolongkan fungsinya sebagai:

1. Makanan dan kue- kue adat 2. Makanan untuk upacara sosial

3. Makanan khusus untuk bulan puasa untuk Islam 4. Makanan pada waktu pesta atau kenduri

5. Makanan kecil atau selingan 6. Makanan pada waktu lebaran 7. Makanan penambah tenaga 8. Makanan untuk dibawa- bawa 9. Makanan antaran untuk mertua

Masakan Minang dapat dibuat dalam kategori sebagai berikut, yaitu 1. Makanan utama

2. Makanan selingan 3. Kue-kue tradisional 4. Aneka Minuman

Cita rasa yang utama di temui pada masakan khas Minang adalah gurih dan pedas. Rasa gurih dan pedas tersebut diperoleh dari santan dan cabai merah yang memang banyak di konsumsi orang Minang. Rasa gurih dan pedas ini yang berasal dari santan

(16)

 

dan cabai, dapat dicampur dengan bahan baku apa saja. Semisal, bahan baku hewani , yaitu ; daging sapi, ayam atau bebek, ikan laut, ikan tambak, termasuk telur ayam. Sementara sayurannya lebih banyak menggunakan kacang panjang, daun singkong, pakis, nangka, buncis, serta petai dan jengkol.

Orang Minang dalam mengolah masakan, tidak pernah pelit dalam memasukkan bumbu dalam sebuah masakan. Mereka meracik masakan dengan bahan dan bumbunya kental dan terasa pekat. Berdasarkan unsur tradisionil suatu masakan sebagaimana yang diuraikan diatas, maka manfaat bawang merah dan bawang putih sebagai pembuat gurih masakan, adalah berbanding 2 : 1. Bahkan ada yang memberi perbandingan bumbu dan bahan baku dalam masakan minang adalah 3 : 8. Artinya takaran bumbu adalah 3 berbanding 8 dengan takaran bahan baku. Dengan perbandingan takaran ini, dapat dipastikan betapa gurihnya cita dan rasa masakan Minang. Gula hanya digunakan untuk membuat kue saja.

2.2.7 Makanan Bajamba pada Luhak di Minang

Daerah dalam suatu luhak sangatlah banyak dan tiap daerah juga memiliki masakana yang berbeda. Maka dari itu Penulis memilih 3 luhak yang menjadi sumber perkemabangan adat Minang, yaitu Luhak Tanah Datar, Luhak Agam, dan Luhak Lima Puluh Kota.

2.2.7.1 Luhak Tanah Datar

Penulis memilih Pandangpanjang sebagai riset utama masakan yang digunakan dalam bajamba pada Tanah Datar. Tanah Datar merupakan Luhak yang dituakan, karena semua adat Minang berasal dari sini

Samba Adat

• Ikan goreng besar • Rendang daging • Sampadeh daging • Ayam dada • Perkedel

Makanan yang diperkenankan untuk disajikan pada Bajamba • Rendang

• Gulai kuah merah • Nasi lamak • Pinyaram • Kalamai • Ajik

• Godok pisang • Goreng pisang rajo • Pangek ikan

• Tumis buncis/ lobak • Kolak pisang

(17)

 

• Perkedel jagung 2.2.7.2 Luhak Agam

Penulis memilih Bukit Tinggi sebagai riset utama masakan yang digunakan dalam bajamba pada Luhak Agam

Samba Adat

• Balok kayu yang di rendang • Potongan kayu yang di rendang

Makanan yang diperkenankan untuk disajikan pada Bajamba • Katan sarikayo

• Galu- galu • Pangek ikan • Tumis bunga kol • Kalamai • Ajik • Lapek bugih • Gulai itik • Gulai kurma • Palai ikan

2.2.7.3 Luhak Lima Puluh Kota

Penulis memilih Payakumbuh sebagai riset utama masakan yang digunakan dalam bajamba pada Luhak Lima Puluh Kota.

Samba Adat

• Samba Adat dalam Payakumbuh berupa bahan pangan yang dibuat besar juga, akan tetapi Samba Adat tersebut boleh dimakan jikalau datuk yang dituakan memakan itu terlebih dahulu

Makanan yang diperkenankan untuk disajikan pada Bajamba • Rendang

• Ikan goreng

• Gulai pangek sayur • Gulai rebung • Kue bole • Lemang • Kue loyang • Pisang godok • Pisang goreng • Gelamai

(18)

 

• Singgang ikan

2.3 Tentang buku

2.3.1 Sejarah singkat buku

Buku pertama dilahir di Mesir pada tahun 2400-an SM setelah terciptanya kertas papirus. Terbentuknya buku pertama adalah sebuah gulungan kertas papirus yang berisi tulisan. Dari narasumber lain juga menyebutkan bahwa buku sudah ada sejak zaman Sang Budha di Kamboja. Sang Budha menuliskan wahyunya di atas daun, yang kemudian dibaca berulang- ulang. Berabad-abad kemudian di Cina, para cendekiawan menulis ilmunya diatas lidi yang terikat menjadi satu. Ini yang memperngaruhi cara penulisan huruf- huruf Cina yang ditulis secara vertikal.

Pada tahun 200 SM, terbentuklah buku yang menggunakan kertas yang

menggunakan bahan dasar bambu, yang ditemukan oleh Tsai Lun. Revolusi terjadi pada dunia setelah kertas tersebut ditemukan. Pada abad 11 Masehi pedagang muslin

membawa teknologi ini ke Eropa, perkembagan industri kertas menjadi maju apalagi setelah penemuan mesin cetak Guttenberg.

2.3.2 Jenis- jenis buku

Selama berabad-abad buku mengalami revolusi, macam-macam jenis buku tercipta. Beberapa contoh Jenis- jenis buku tersebut adalah novel, majalah,

kamus,informasi, fotografi, komik, ensiklopedia, dan kitab suci. 2.3.3 Anatomi buku

Anatomi buku adalah bagian-bagian yang menjadi kelengkapan sebuah buku. Setiap buku memiliki isi dan target sasaran yang berbeda, maka dari itu, buku tertentu harus memiliki indeks, atau sebuah buku harus berdaftar table. Anatomi buku perlu diketahui, karena jika tidak hadir dalam sebuah buku akan menjadi kekurangan sebuah buku. Anatomi sebuah buku adalah sebagai berikut:

2.3.3.1 Cover Buku 1. Cover depan

Cover depan biasanya berisi judul, nama pemberi pengantar atau sambutan, serta logo dan nama penerbit. Cover depan sangat berpengaruh sebagai daya tarik sebuah buku.

(19)

 

Cover belakang biasanya berisi judul buku, sinopsis, biografi penulis, dan ISBN (International Standard Book Number) berserta barcode-nya. 3. Punggung buku

Punggung Cover hanya untuk buku-buku yang tebal saja, isinya nama pengarang, nama penerbit, dan logo penerbit.

4. Endorsement

Endorsement biasanya diberikan oleh ahli atau orang terkenal untuk menambah daya pikat buku.

5. Lidah Cover

Lidah Cover biasanya berisi foto beserta riwayat hidup pengarang dan atau ringkasan buku. Ini di tujukan memberikan estetika dan keeksklusifan sebuah buku.

2.3.3.2 Perwajahan Buku 1. Ukuran buku

Ukuran buku berhubungan juga dengan materi dan sasaran buku tersebut. Pemilihan ukuran penting karena menentukan jenis subuah buku.

2. Bidang cetak

Pembentukan daerah buku untuk kepentingan finishing atau pencetakan sebuah buku.

3. Pemilihan huruf

Pemilihan huruf penting untuk memberikan kemudahan pembaca menerima informasi.

4. Teknik penomoran halaman 5. Pemilihan warna

6. Kehindahan dan kesesuaian ilustrasi 7. Kualitas kertas dan penjilidan

(20)

 

1. Halaman judul

Berisi judul, subjudul, nama penulis, nama penerjemah, nama penerbit dan logo.

2. Hak cipta (copyright)

Halaman hak cipta berisi judul, identitas penerbit, penulis, termasuk tim yang terlibat selama proses publikasi, misalnya penata letak, desainer sampul, ilustrator, dan lain-lain. Halaman hak cipta ini biasanya juga disertai pernyataan larangan atau izin untuk memperbanyak (menggandakan) buku tersebut.

3. Halaman tambahan

Halaman tambahan dapat berupa sambutan dan ucapan terima kasih.

4. Sambutan

Sambutan disampaikan oleh lembaga atau peseorangan yang berkompeten

5. Kata pengantar

Kata pengantar berisi sedikit ulasan atas buku atau ulasan atas penulis, ditulis penerbit atau yang berkompeten dengan isi buku. 6. Prakata

Prakata ditulis sendiri sebagai pemandu. Prakata berisi uraian mengenai tujuan serta metode penulisan.

7. Daftar isi 8. Daftar table

9. Daftar singaktan dan akronim 10. Halaman daftar lambing 11. Halaman daftar ilustrasi 12. Halaman pendahuluan

2.3.3.4 Halaman Isi Buku 1. Judul bab

Jenis beserta ukuran font (font size) judul bab dibuat berbeda dengan judul subbab apalagi dengan isinya.

(21)

 

2. Penomoran bab

Pada buku-buku ilmu pengetahuan penomoran bab menggunakan angka Romawi atau angka Arab. Namun, dalam buku-buku sastra atau buku-buku ilmu pengetahuan populer, tidak jarang penomoran bab berupa simbol-simbol atau berupa tulisan, satu, dua, tiga, dan seterusnya.

3. Alinea

4. Penomoran teks

Penomoran teks harus konsisten dan sesuai aturan penomoran teks, dengan huruf (A, 1, a, (1), (a)), dengan angka (1.1, 1.2., 1.2.3), atau dengan teknik lain.

5. Perincian

Perincian hampir sama dengan sistem penomoran teks. Perincian banyak dijumpai pada soal-soal ujian. Perincian dapat berupa penjabaran, dapat pula berupa pilihan, dapat menggunakan nomor, dapat pula menggunakan angka. 6. Kutipan

Kutipan harus mencantumkan sumbernya, jika agak banyak, kutipan harus dibuat dengan font yang berbeda, baik ukuran, dan jenis font-nya, atau bisa juga dengan cara diberi background.

7. Ilustrasi 8. Tabel 9. Judul lelar

Judul lelar biasanya ditempatkan di atas atau di bawah teks, kadang

diletakkan bersebelahan dengan nomor halaman buku. Judul lelar biasanya berisi judul buku (pada setiap halaman genap) dan judul bab atau nama pengarang (pada setiap halaman ganjil).

10. Inisial

Inisial biasanya diletakkan pada kata pertama setiap awal bab. 11. Catatan samping

(22)

  13. Bagian buku 2.3.3.5 Halaman Postliminary 1. Catatan penutup 2. Daftar istilah 3. Lampiran 4. Indeks

Indeks adalah daftar kata atau istilah penting yang dilengkapi dengan nomor halaman. Indeks disusun secara alfabetis dan tereletak pada bagian akhir buku. Namun, tidak semua buku menggunakan indeks sebagaimana tidak semua buku memerlukan indeks.

5. Daftar pustaka 6. Biografi penulis 2.3.4 Finishing untuk buku

Setelah buku selesai dicetak, adapula yang harus dilakukan untuk ditambahkan agar buku lebih terlihat menarik. Finishing yang ada saat ini adalah

1. Embossing: penekanan menggunakan metal pada dasar objek sebuah kertas 2. Heat stamp/ foil stamp: menggunakan foil ditekan pada kertas dengan panas 3. Sreen Printing: mencetak ulang desain secara langsung pada kertas

4. Spot varnish: meningkatkan warna yang dikeluarkan oleh hasil cetak warna pada kertas

5. UV coating: memberikan kesan ultraviolet pada kertas 2.3.5 Kerangka buku

a) Halaman judul dalam b) Sepakur Sirih

c) Konten d) Isi buku

a. Budayo Minang i. Tambo

ii. Namo Minangkabau iii. Alam Minangkabau

iv. Palsafah Iduik Minangkabau b. Bajamba

(23)

 

i. Tentang Bajamba

ii. Masyarakaik jo Bajamba iii. Alua

iv. Etika

v. Samba Adaik

vi. Parangkaik Bajamba c. Kuliner Minang

i. Budayo Kuliner Minang ii. Bumbu

iii. Jamba

iv. Caro Maidangkan Jamba e) Penutup

2.4 Target sasaran

Data yang dianalisasi dan tersusun, memberikan target sasaran untuk proyek tugas akhir ini dengan uraian sebagai berikut:

2.4.1 Demografis

• Jenis kelamin : laki- laki dan perempuan • Umur : 25- 45 tahun

• Warga negara : WNI atau orang pendatang • Pendidikan: D3, S1, dan S2

• Kelas Sosial: B, B+, dan A 2.4.2 Geografis

• Tempat- tinggal: Kota- kota besar dan Ibukota Provinsi Sumatera • Cuaca: Tropikal

2.4.3 Psikografis • Kepribadian

1. Pecinta masakan minang 2. Pecinta budaya minang 3. Travelling

(24)

 

• Kebiasaan

1. Senang berkumpul dengan teman-temannya atau bertukar informasi dengan komunitasnya.

2. Senang membaca dan mempelajari budaya Indonesia 3. Senang memasak.

• Gaya Hidup 1. Traveller

2. Menikmati kesenangan 3. Hobi menggumpulkan buku • Sifat

1. Rajin

2. Supel/ mudah bergaul 3. Menghomati sesama 4. Kerja keras

2.5 Analisa SWOT

Analisa ini ditujukan untuk menganalisa lingkungan internal dan eksternal pada sebuah produk. Perangkuman dari datanya subbab sebelumnya dipecah menjadi data SWOT sebagai berikut:

Strenght

• Masakan Minang sudah diterima di Indonesia hingga mancanegara • Buku masih menyerap visual etnik dari Minangkabau

• Buku yang bisa juga merupakan buku panduan adat istiadat

Weakness

• Sudah banyak buku masakan Minang yang disajikan secara praktis • Adat tersebut sudah mulai dilupakan

Opportunity

• Mengembangkan kecintaan budaya Indonesia • Menjadi salah satu harta bangsa Indonesia

(25)

  Threat

• Bahan baku masakan minang yang cukup banyak membuat harganya mahal • Makin punahnya acara adat ini

2.6 Data Pembanding

Penulis telah melakukan riset untuk data pembanding untuk buku yang memiliki konten dan visual tentang masakan dan adat Minang atau Indonesia. Kebanyakan buku-buku yang sudah ada hanya menyediakan resep, tanpa informasi yang lebih lanjut atau keterangan tentang masakan tersebut. Kesimpulan yang telah didapat adalah jarang sekali ada buku yang menyajikan secara lengkap tentang masakan dan adat daerah di Indonesia. Maka dari itu Penulis mencari data untuk pembanding dengan menggunakan buku Buku Pintar Masakan (1990), didalamnya menyajikan konten secara lengkap cara memasak yang baik dan benar. Buku ini hanya memberikan visual simpel dan juga hanya memfaatkan teks konten. Buku tersebut bertemakan atau di arahkan kepada kulinari Eropa, akan tetapi pada beberapa seksi konten buku tersebut terdapat beberapa resep masakan daerah Indonesia, tanpa memberikan penjelasan yang lebih informatif tentang daerah tersebut.

Referensi

Dokumen terkait

Dari berbagai macam pengertian dari pembangunan maka dapat disimpulkan bahwa pembangunan merupakan suatu upaya yang melibatkan masyarakat untuk melakukan proses perubahan dan

Semua yang dikemukakan responden mengenai green product promotion yang dirasakannya ini tidak cukup mampu mendorong responden untuk merasa yakin dalam

Semua orang yang mendengarkan didikan dan hikmat dari TUHAN itu tidak akan jatuh dalam godaan perempuan jalang, tidak terikat pada harta benda.. Mereka tidak malas

31 Maka radja perempuan dari tanah sebelah selatan akan berbangkit pada hari kiamat beserta dengan orang bangsa ini dan akan menjalahkan mereka itu; karena radja perempuan itu

Setiap program CD yang dilakukan PT Indo Tambangraya Megah memberikan kontribusi nyata dalam pemberdayaan masyarakat untuk mencapai keberlanjutan dan kemandirian,

Hampir segala macam serbuk dapat dipakai sebagai penyerap pada kromatografi lapis tipis, akan tetapi yang paling umum digunakan adalah silika gel (asam silikat),

Laju pendinginan yang maksimum tidak akan tercapai dengan metode ini, sehingga tujuan pembentukan baja yang seluruh bagiannya bermikrostruktur martensit (untuk baja karbon

Hasil yang diperoleh dengan menggunakan XRD dan SEM menunjukan bahwa semakin lama waktu pengadukan semakin kecil ukuran kristalit maupun partikel serbuk paduan