• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMPLEK PENCAK SILAT SEBAGAI AREA WISATA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR SIMBOLIS DAN KEBUTUHAN RUANGNYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KOMPLEK PENCAK SILAT SEBAGAI AREA WISATA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR SIMBOLIS DAN KEBUTUHAN RUANGNYA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

33

DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR SIMBOLIS DAN

KEBUTUHAN RUANGNYA

Alex Dwi Pradani, Sigit Hadi Laksono, dan Broto Wahyono Sulistyo

PENDAHULUAN Budaya Pencak Silat

Menurut Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial, norma sosial, ilmu pengetahuan, serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat [1]. Budaya merupakan peninggalan leluhur yang harus tetap dilestarikan hingga sekarang. Salah satu budaya di Kota Madiun adalah budaya Pencak Silat. Pencak Silat adalah gerakan bela serang yang berupa tari dan mempunyai irama dengan adat kesopanan tertentu [2]. Di Kota Madiun, Pencak Silat sudah menjadi nafas kehidupan bagi seluruh masyarakatnya sendiri, bahkan sudah menjadi kewajiban bagi seluruh masyarakat di Kota Madiun untuk berlatih ilmu bela diri Pencak Silat. Beladiri Pencak Silat di Kota Madiun mempunyai kegiatan rutin tahunan di bulan suro, yaitu acara 1 suro dan suran agung. Acara tersebut dilaksanakan oleh 2 perguruan yang mempunyai basis yang terbesar dan anggota terbanyak di Kota Madiun, yaitu Persaudaraan Setia Hati Terate dan Tunas Muda Winongo, yang di hadiri oleh para pendekar yang berasal dari Kota Madiun dan luar kota. Dengan demikian, Kota Madiun menjadi sebuah destinasi wisata budaya. Selain itu, Kota Madiun juga mengadakan kegiatan Pentas Seni dan Festival Pencak

(2)

34

Silat Nasional yang diadakan setiap tahun sekali. Namun demikian, di Kota Madiun belum memiliki wadah untuk memfasilitasi kegiatan-kegiatan besar tersebut, khususnya Pencak Silat.

Perencanaan ini bertujuan untuk melestarikan budaya Pencak Silat, sehingga berpotensi meningkatkan kawasan wisata di Kota Madiun. Prinsip-prinsip yang harus dipenuhi dalam mengembangkan sebuah area menjadi kawasan wisata, antara lain: (1) something to see, atraksi dan activity support; (2) something to do, aspek kenyaman dari segi aksebilitas, dan fasilitas penunjang; (3)

something to buy, adanya fasilitas komersial yang berfungsi sebagai

fasilitas penunjang [3] [4]. Arsitektur Simbolis

Arsitektur simbolis berperan penting sebagai media pengantar komunikasi antar sesama manusia yang mempunyai karakter berbeda-beda dan disampaikan melalui suatu bangunan, sehingga terwujud lingkungan yang aman dan nyaman. Menurut Jencks [5], arsitektur simbolis adalah penyampaian isi atau makna dari suatu bangunan, sehingga ekspresi visualismenya tersampaikan melalui bentuknya.

Ruang Publik

Ruang publik adalah tempat umum yang berfungsi untuk melakukan kegiatan fungsional dan rutin bagi suatu komunitas dalam kehidupan sehari-hari [6]. Ruang publik juga merupakan ruang luar yang mempunyai batas-batas tertentu dan terdapat fungsi, maksud, dan kehendak manusia [7]. Hadirnya sebuah ruang publik akan memberi dampak pada kehidupan penggunanya untuk melakukan kegiatan [8]. Setiap rancangan ruang publik merupakan

(3)

35

ekspresi secara budaya, perilaku, kebiasaan, kebutuhan, sejarah, serta psikologi masyarakat sekitar, sehingga perancangannya harus disesuaikan dengan konteksnya. Panduan dalam merancang ruang publik antara lain : (1) need, pemenuhan kebutuhan manusia; (2)

right of use, perlindungan hak pengguna; (3) meaning, dan (4) maintenance [9].

Dari pemasalahan tersebut, maka perlu adanya sebuah bangunan yang mewadahi kegiatan Seni Beladiri Pencak Silat, seperti Komplek Pencak Silat Sebagai Area Wisata Dengan Pendekatan Arsitektur Simbolis dan Kebutuhan Ruangnya. Tema yang dipilih adalah Arsiitektur Simbolis, yaitu menerapkan makna, simbol, dan karakter melalui perwujudan bentuk, struktur, dan ruang; sehingga bangunan akan menjadi ikon Kota Madiun.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diteliti [10].

Gambar 1. Diagram alur

Judul Latar Belakang Rumusan Masalah

Tinjauan Pustaka Tujuan dan Manfaat

Pengumpulan Data Program

Rancangan Analisis

Konsep Transformasi

(4)

36 PEMBAHASAN

Lokasi tapak yang dipilih berada dilokasi Jl. Ring Road Barat, Kec. Mangunharjo, Kota Madiun, dengan luas total 2,7 hektar. Pemilihan tapak berdasarkan : 1) peruntukan kawasan pelayanan umum, kawasan perumahan, dan kawasan strategi sosial budaya, sesuai data dari RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) Kota Madiun tahun 2010-2030; 2) lokasi tapak yang berada tidak jauh dari pusat kota dan masuk dalam kawasan sosial budaya; 3) akses yang mudah, karena tapak berada di Jl. Ring Road dan merupakan jalur penghubung antar kota (gambar 2).

Gambar 2. Tapak yang terpilih (Sumber : Google Maps)

Berdasarkan konsep dan tema yang telah dipilih, maka aplikasi pada rancangan harus terwujud tidak hanya pada bentuk dan ruang tapi juga pada tatanan lahannya. Makro konsep yang dipilih adalah simbolis tersamar, dengan tujuan agar karakteristik dari pencak silat dan lokalitas daerah terwujud pada bentuk, ruang, dan tatanan lahan. Mikro konsep yang digunakan bervariatif, namun tetap mendukung eksistensi dari makro konsep yang dipilih.

(5)

37 Tatanan Lahan

Mikro konsep yang digunakan pada tatanan lahan adalah konsep terarah. Aplikasi pada tapak, konsep terarah ini bertujuan untuk memberikan kejelasan dan kemudahan sirkulasi baik bagi kendaraan bermotor maupun pejalan kaki. Sedangkan untuk zonasi pada tapak (gambar 3) tetap mengacu pada analogi rumah jawa, antara lain zona publik berupa terasan yang diwujudkan pada rancangan berupa tempat parkir. Zona semi publik diwujudkan dalam rancangan tapak berupa area Joglo dan fasilitas penunjang. Zona privat berupa area hunian dan dapur, yaitu area wisma (penginanpan) atlet dan kantor pengelola.

Gambar 3. Zonifikasi tapak

Kuning (Zona Private)

Hijau (Zona Semi Publik)

Merah (Zona Publik) Legenda : 1. Pendopo 2. Museum 3. Fasilitas Serbaguna 4. Kantin 5. Fasilitas Pelatihan 6. Fasilitas Pertandingan 7. Wisma Atlit 8. Fasilitas Pengelola 9. Mushola

(6)

38

Gambar 4. Siteplan Bentuk

Mikro konsep yang digunakan pada bentuk adalah konsep representative, yaitu berupa penggubahan bentuk dengan mempertahankan karakteristik lokalitas bangunan jawa dan diperkuat oleh karakter dari pencak silat yang diwujudkan pada elemen ornamen bangunan (gambar 5).

Gambar 5. Transformasi bentuk 1. Bentukan awal yang

mengambil bentuk persegi panjang

2. Penambahan gubahan dimensi mulai dari atap dan badan bangunan agar tidak terlihat monoton

Gerakan sikap pesilat yang diterapkan pada pola ornamen

4. Perubahan warna & material agar visual bangunan lebih menarik

3. Penambahan pintu, kaca, & ornamen yang mengambil dari filosofi pencak silat. Perubahan atap dengan pengurangan pada bagian atas (penerapan atap joglo)

(7)

39

(a) (b)

Gambar 6. Hasil ide bentuk, a) tampak depan fasiltas pertandingan, b) tampak depan fasilitas museum

Ruang

Mikro konsep yang digunakan pada ruang yaitu konsep ekspresif. Pemilihan konsep ini ditujukan untuk menunjang makro konsep yang dipilih, dimana karakter dari lokalitas daerah dan karakter pencak silat akan terlihat pada rancangan (gambar 7).

(8)

40

Aplikasi rancangan pada interior diwujudkan pada penggunaan material dan warna yang bernuansa natural (mencerminkan karakteristik bangunan lokal), seperti penggunaan material parket pada lantai, penggunaan warna coklat, abu-abu, dan putih pada dinding dan plafond (gambar 8).

Gambar 8. Interior wisma atlit

Sedangkan untuk karakter dari pencak silat diwujudkan melalui ornamen-oranamen yang terwujud dari penerapan pola gerakan pesilat. Aplikasi dari ornamen ini terdapat pada dinding dan plafon museum dan wisma atlet (gambar 9).

(9)

41

Karakter dari pencak silat juga terlihat pada tribun bangunan pertandingan yang didesain dengan menggunakan warna merah, hijau, dan biru yang mengekspresikan identitas warna dari setiap organisasi pencak silat.

KESIMPULAN

Kota Madiun merupakan kota yang memiliki banyak perguruan pencak silat dan pada setiap tahunnya terdapat banyak kegiatan pertandingan. Namun, kegiatan tersebut belum ditunjang dengan sarana dan prasarana yang memadai, oleh karena itu, sangatlah penting untuk merancang sebuah komplek pencak silat yang memiliki standart internasional, dengan mengusung tema arsitektur simbolis. Penerapan arsitektur simbolis ini bertujuan untuk memberikan identitas bagi bangunan, sehingga nilai-nilai budaya lokal, dan karakteristik dari pencak silat terlihat jelas pada hasil rancangan. Komplek pencak silat yang telah dirancang ini diharapkan dapat berfungsi sebagai wadah untuk melestarikan pencak silat sebagai salah satu budaya dan ikon kota Madiun.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Eppink, A, Nilai-Nilai Terkandung Dalam Kebudayaan. Yayasan Obor Indonesia, 1996.

[2] R. D. Mahardina, “Strategi Komunikasi Antar Perguruan Pencak Silat Dalam Membangun Persahabatan. Universitas UIN Sunan Ampel (Studi Analisis Deskriptif pada Perguruan Pencak Silat SH Terate dan SH Winongo di Kabupaten Madiun,” Undergraduate Thesis, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, Surabaya, 2017. [3] S. H. Laksono, “The Development of Taman Prestasi and Taman

(10)

42

Behavior,” Int. J. Adv. Eng. Res. Sci., vol. 4, no. 12, pp. 58–65, 2017, doi: 10.22161/ijaers.4.12.11.

[4] S. H. Laksono, “Pengembangan Area Taman BMX Surabaya Sebagai Area Wisata Ditinjau Dari Perilaku Pengguna dan Sifat Ruang Yang Ada,” vol. 2017, p. 8, 2017.

[5] Jencks, C, Meaning in architecure. George Braziller Publisher, 1969.

[6] S. H. Laksono and V. G. Paryoko, “Factors That Influence Optimization Open Space Under the Jenggolo Sidoarjo Flyover,”

IPTEK J. Proc. Ser., vol. 0, no. 6, Jan. 2019, doi:

10.12962/j23546026.y2018i6.4669.

[7] A. Yoshinobu, Exterior Design in Architecture. PT. Dian Surya, 1983.

[8] Hakim, Rustman, Komponen Perancangan Lansekap. Jakarta: Bumi Aksara, 2003.

[9] Carr S, M. Francis, L. Rivlin, & A. Stone, Public Space. Cambridge: Cambridge University Press, 1992.

[10] Groat, Linda, & David Wang, Architectural Research Methods. New York: John Wiley & Sons. Inc, 2002.

Gambar

Gambar 1. Diagram alur
Gambar 2. Tapak yang terpilih (Sumber : Google Maps)
Gambar 3. Zonifikasi tapak
Gambar 5. Transformasi bentuk
+3

Referensi

Dokumen terkait

Faktor-faktor penurunan fungsi kognitif yang dapat dimodifikasi di bagi menjadi 2 yaitu Diabetes militus seperti umur (resiko umur yang tinggi dimulai dari umur

Dari hasil uji kelayakan penggunaan buku yang dilakukan terhadap siswa SMP diperoleh bahwa e-book yang disusun memenuhi kriteria penggunaan e-book dalam aspek penyajian

Prinsip bagi hasil dalam al-mudharabah/ al-musyarakah berbeda dengan prinsip bunga tetap dimana bank akan menagih penerima pembiayaan (nasabah) satu jumlah bunga

Ada pula yang menampilkan sikap tawadhu dengan tujuan riya' dan pamer, maka tujuan-tujuan semacam ini, semuanya rusak, tidak memberi manfaat sama sekali bagi pelakunya, kecuali

Berdasarkan data keputusan PRU 2013 dan kajian sekunder terhadap bahan-bahan akademik yang berkenaan didapati kegagalan BN memperoleh undi etnik Cina pada PRU 13 (2013) juga

Amennyiben hasonló mértékben agglomerált területeken hasonlítjuk össze a jövedelem és az ingatlanárak kapcsolatát (4-5. oszlop), akkor minden pozitív összefüggés

Penelitian ini dilakukan terhadap pasien umum rawat jalan yang telah memenuhi kriteria inklusi sebanyak 238 responden yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kepuasan pasien

¾ All assets and liabilities of the subsidiary that are recognised in the consolidated statement of financial position are measured at their acquisition date fair values.. ¾