• Tidak ada hasil yang ditemukan

Program Studi Fisioterapi, Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Program Studi Fisioterapi, Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

WORKSHOP INTERVENTION PURSED LIPS BREATHING EXERCISE

FOR DECREASE BREATHELNESS ON CHRONIC OBSTRUCTIVE

PULMONARY DISEASE DI KLINK FISIOTERAPI SEHAT BERSAMA

Sabirin Berampu1, Santo Damerius2, Shubhan Ahmad3

1,2,3 Program Studi Fisioterapi, Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam

Jln. Sudirman No.38 Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara – Indonesia

*email korespondensi author:

Abstrak

Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) merupakan penyakit kronik paru yang ditandai dengan terbatasnya aliran udara di dalam saluran pernafasan yang tidak sepenuhnya reversible dan bersifat progresif. Akibat dari PPOK akan menyebabkan kegagalan pernafasan yang merupakan kegagalan ventilasi dan kegagalan oksigenasi karena gangguan pusat pernafasan, gangguan otot dinding dada dan peradangan akut paru yang mengakibatkan menjadi sesak nafas. Pursed Lips Breathing Exercise merupakan latihan pernafasan untuk mengatur frekuensi dan pola pernafasan sehingga mengurangi air trapping, memperbaiki ventilasi alveoli, mengatur dan mengkoordinasi kecepatan pernafasan sehingga bernafas lebih efektif dan mengurangi sesak nafas. Hasil penelitian yang dilakukan penulis mendapatkan bahwa ada pengaruh pursed lips breathing exercise terhadap pengurangan skala sesak pada pasien penyakit paru obstruksi kronik (PPOK). Fisioterapis harus memiliki kemampuan dalam membantu mengurangi skala sesak pada pasien penyakit paru obstruksi kronik (PPOK).

Kata kunci: Pursed Lips Breathing Exercise; sesak; penyakit paru obstruksi kronik

Abstract

Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) is a chronic lung disease characterized by limited airflow in the airways that is not full reversible and is progressive. The result of COPD will cause respiratory failure which is failure of ventilation and failure of oxygenation due to respiratory center disorders, chest wall muscle disorders and acute lung inflammation which results in shortness of breath. Pursed Lips Breathing Exercise is a breathing exercise to adjust the frequency and intensity of breathing so as to reduce air trapping, improve ventilation of the alveoli, regulate and coordinate the rate of breathing so that breathing is more effective and reduces shortness of breath. The results of the research conducted by the authors found that there is an effect of pursed lips breathing exercise on the reduction of the tightness scale in patients with chronic obstructive pulmonary disease (COPD). Physiotherapists must have the ability to help reduce the scale of tightness in patients with chronic obstructive pulmonary disease (COPD).

Keywords: Pursed Lips Breathing Exercise; shortness of breath; Chronic

Obstructive Pulmonary Disease 1. Pendahuluan

Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) merupakan penyakit paru kronis yang membatasi aliran udara dalam saluran pernafasan yang tidak

efesien dalam reversible dan bersifat progresif. Akibat PPOK akan menyebabkan kegagalan pernafasan sebagai kegagalan ventilasi dan kegagalan oksigenasi yang diakibatkan gangguan pusat pernafasan, gangguan

(2)

otot dinding dada dan peradangan akut paru yang dapat menyebabkan sesak nafas (Alsagaf, 2014).

World Health Organization (WHO) melaporkan ada sekitar 600 juta orang penderita PPOK di dunia dengan 65 juta penderita PPOK dari derajat sedang hingga berat. Tahun 2002, PPOK adalah penyebab utama kematian kelima di dunia. Pada tahun 2005, Lebih dari 3 juta orang dilaporkan meninggal karena PPOK (WHO, 2015).

Adapun laporan WHO pada tahun 2012 dalam World Health Report

menyatakan lima penyakit paru utama merupakan 17,4% dari seluruh kematian di dunia, masing-masing infeksi paru 7,2%, PPOK 4,8%, tuberkulosis 3,0%, kanker paru/ trakea/ bronkus 2,1%, dan asma 0,3%.

Penurunan kualitas hidup pada pasien penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Reherison di Prancis pada tahun 2009-2010 terhadap 400 penderita penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) yang berusia lebih dari 40 tahun. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) mempengaruhi penurunan kualitas hidup pada 50,6% responden dengan nilai p<0,02. Penurunan kualitas hidup pada pasien penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) tersebut paling banyak dipengaruhi oleh penurunan toleransi beraktivitas (Rehersion, 2014).

The Gold initiative for chronic

Obstructive Lung Disease

(GOLD)mendefenisikan PPOK sebagai penyakit paru yang dapat ditanggulangi, dan berkaitan dengan peningkatan respon inflamasi di saluran udara dan paru-paru terhadap partikel atau gas yang beracun atau berbahaya (GOLD, 2015).

Di Indonesia prevalensi kasus penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2014) menyebutkan di Provinsi Jawa Tengah sebanyak 3,4%. Hasil riset Dinkes Provinsi Sumatera Utara pada 6 Rumah Sakit Umum di Sumatera Utara menyatakan Angka Kejadian PPOK pada tahun 2010 adalah 5,8% dan sementara

mengalami peningkatan sebesar 7,2%di tahun 2014 (Dinkes Sumut, 2014). Namun tidak menutup kemungkinan angka persentase ini dapat meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah perokok, dan polusi udara yang melebihi ambang batas di Provinsi Sumatera Utara.

Berdasarkan penelitian Panamotan Sidabutar (2012) di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan terdapat sebanyak 110 orang pederita PPOK pada tahun 2012 dengan proporsi penderita laki-laki sebanyak 80 orang (73%) dan 30 orang (27%) penderita perempuan. Berdasarkan penelitian Manik (2004) di Rumah Sakit yang sama pada tahun 2003-2004 terdapat 132 orang penderita PPOK dengan penderita laki-laki sebanyak 100 orang (75,8%) dan 32 orang (24,2%) penderita perempuan dengan Case Fatality Rate 10,61%. Berdasarkan penelitian Rahmatika (2009) di RSUD Aceh Tamiang menyatakan ada 58 penderita dan terjadi peningkatan kasus pada tahun 2008 sebanyak 81 orang. Berdasarkan hasil survei studi pendahuluan yang dilakukan di peroleh dari Rekam Medik Rumah Sakit GrandMed Lubuk Pakam diperoleh data penderita PPOK pada tahun 2016 sebanyak 170 orang sedangkan pada bulan September sampai Desember 2017 berjumlah 50 orang.

Penatalaksanaan medis pada klien penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) (Mutttaqin, 2014) antara lain dengan pengobatan farmakologi dan non farmakologi. Menurut Ambrosino and Serradori (2011) dan Russel, et. al. (2012), penanganan pasien PPOK dapat mengandalkan terapi non farmakologi yang dilakukan oleh Fisioterapis.

Fisioterapi adalah bentuk layanan kesehatan yang ditujukan kepada sekelompok orang untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh dengan menggunakan penanganan manual, peningkatan gerak, peralatan, pelatihan fungsi, komunikasi (Kepmenkes, 2001).

Menurut WCPT (World Confederation for Physical Therapy)

(3)

kesehatan professional yang bertujuan untuk memelihara, mengembalikan fungsi dan ketergantungan bila individu mendapatkan kekurangan atau gangguan yang disebabkan kerusakan fisik, psikis, dan lain sebagainya.

Beberapa Intervensi fisioterapi yang dapat dilakukan dalam mengurangi skala sesak adalah pemanasan dan rileksasi seperti pemberian Short Wave Diathermy, Infrared, Chest Fisioterapi dan latihan batuk efektif. Salah satu teknik pemberian Chest Fisioterapi adalah dengan latihan pernafasan yang dapat dilakukan diantaranya latihan otot inspirasi seperti Pursed Lips Breathing Exercise.

Pursed Lips Breathing Exercise

merupakan latihan pernafasan untuk mengatur pola dan frekuensi pernafasan sehingga mengurangi air trapping, memperbaiki ventilasi alveoli, mengatur kecepatan pernafasan sehingga bernafas lebih efektif dan mengurangi sesak nafas (Smeltzer, 2011). Pursed Lips Breathing Exercise merupakan latihan pernafasan dengan cara penderita duduk dan inspirasi dalam saat ekspirasi penderita menghembuskan melalui mulut hampir tertutup seperti bersiul secara perlahan (Smeltzer, 2011).

Keunggulan fisioterapi menggunakan teknik Pursed Lips Breathing Exercise ini adalah suatu teknik latihan yang mudah dilakukan oleh semua pasien yang mengalami gangguan bernafas atau sesak nafas. Selain mudah dilakukan Pursed Lips Breathing Exercise ini juga tidak memiliki efek samping, justu jika pasien sering melakukan teknik latihan ini akan sangat membantu untuk mengurangi sesak nafas.

Beberapa literatur mengungkapkan bahwa penggunaan Pursed Lips Breathing Exercise tampaknya menjadi cara yang efektif mengurangi dispnea, mengurangi respiratori rate, dan meningkatkan pertukaran gas pada pasien penyakit paru obstruksi kronik (PPOK). Efek positif ini tampaknya berkaitan dengan teknik kemampuan untuk mengurangi penyempitan saluran udara pada saat kambuhnya penyakit (Dechman & Wilson, 2004).

Beberapa peneliti telah meneliti efek Pursed Lips Breathing Exercise

pada parameter ventilasi dan gas darah arteri pada orang penderita penyakit paru obstruksi kronik (PPOK). Mereka dengan seragam melaporkan bahwa teknik mengurangi laju pernafasan, dan tekanan parsial karbondioksida dalam darah arteri dapat meningkatkan volume tidal. Pursed Lips Breathing Exercise juga meningkatkan tekanan persial oksigen dalam darah arteri dan juga persentase hemoglobin (Dechman & Wilson, 2004).

Hasil penelitian Widowati (2010) bahwa ada pengaruh pemberian Pursed Lips Breathing Exercise Terhadap Pengurangan Frekuensi Serangan pada penderita penyakit paru obstruksi kronik dengan Nilai P= 0,001. Hasil penelitian Hafiizh (2013) bahwa ada pengaruh pemberian Pursed Lips Breathing

Exercise terhadap penurunan

Respiratory Rate (RR) dan Peningkatan

Pulsed Oxygen Saturation (SpO2) pada penderita penyakit paru obstruksi kronik dengan Nilai P= 0,007 untuk

Respiratory Rate (RR) dan Nilai P= 0,004 untuk Pulsed Oxygen Saturation

(SpO2). Hasil penelitian Bakti (2015) bahwa sama-sama ada pengaruh pemberian Pursed Lip Breathing dan

Nebulizer terhadap penurunan tingkat sesak nafas penderita PPOK dengan nilai P= 0,014 untuk kelompok kontrol dan P= 0,002 untuk kelompok perlakuan. Hasil Penelitian Hartono (2015) bahwa ada pengaruh Pursed Lips Breathing Exercise terhadap peningkatan kapsitas vital paru pada pasien PPOK dengan nilai P=0,002.

Hasil penelitian yang dilakukan penulis mendapatkan bahwa ada pengaruh pursed lips breathing exercise

terhadap pengurangan skala sesak pada pasien penyakit paru obstruksi kronik (PPOK). Pelaksanaan kegiatan ini diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan fisioterapis sehingga membantu mengurangi skala sesak pada pasien penyakit paru obstruksi kronik (PPOK).

2. Metode

Kegiatan pengabdian ini menggunakan metode ceramah, Tanya

(4)

jawab dan demonstrasi dalam bentuk

workshop. Dalam memberikan materi menggunakan metode ceramah dan demonstrasi langsung tentang penggunaan Pursed Lips Breathing Exercise dan skala sesak pada pasien PPOK. Langkah-langkah yang diterapkan dalam kegiatan ini adalah sebagai berikut

1. Langkah 1

Pengabdi mengurus perijinan di RS setempat dengan menyertakan surat tugas dari Ketua LPPM. 2. Langkah 2

Pengabdi mensosialisasikan kegiatan pengabdian kepada fisioterapis.

3. Langkah 3

Pengabdi melakukan skrining pengetahuan dan kemampuan tentang penatalaksanaan sesak pada pasien PPOK.

4. Langkah 4

Pengabdi dan peserta melakukan simulasi tentang penggunaan

Pursed Lips Breathing Exercise

dalam mengurangi skala sesak pada pasien PPOK.

5. Langkah 5

Pengabdi melakukan evaluasi dan melakukan proses Tanya jawab dengan peserta.

6. Langkah 6

Pengabdi menjelaskan program tindak lanjut kepada kepala ruangan.

3. Hasil dan Pembahasan

Kegiatan pengabdian pada masyarakat dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan fisioterapis dalam mengurangi skala sesak pada pasien PPOK dengan penggunaan

Pursed Lips Breathing Exercise.

Secara garis besar hasil kegiatan yang telah tercapai dalam pengabdian masyarakat ini adalah sebagai berikut: 1. Materi dapat dipahami dan

mendapat respon dari peserta. 2. Secara umum peserta memahami

dan mampu menerapkan Pursed Lips Breathing Exercise dalam mengurangi skala sesak pada pasien PPOK.

Kegiatan pengabdian masyarakat di klinik fisioterapi sehat bersama mendapatkan respon baik dari para peserta dengan antusias. Secara umum hasil pengabdian meliputi:

1. Ketercapaian tujuan kegiatan

Terjadi peningkatan kemampuan fisioterapis dalam menerapkan

Pursed Lips Breathing Exercise

dengan benar untuk mengurangi skala sesak pada pasien PPOK, semua persiapan dan materi yang direncanakan dapat tersampaikan dan didukung dengan hasil pembuktian evidence based yang dilakukan pengabdi secara langsung.

2. Ketercapaian target materi

Capaian target materii sangat baik, karena materi telah disampaikan seluruhnya.

3. Kemampuan peserta

Ditinjau melalui pemahaman dan kemampuan peserta melakukan redemonstrasi penggunaan Pursed Lips Breathing Exercise dalam mengurangi skala sesak pada pasien PPOK yang diberikan oleh narasumber.

Pelaksanaan kegiatan ini juga dipengaruhi faktor pendukung dan penghambat:

1. Faktor pendukung

a. Adanya dukungan baik dari pihak Rumah sakit serta fisioterapis dalam pelaksanaan kegiatan sosilaisasi penggunaan Pursed Lips Breathing Exercise dalam mengurangi skala sesak pada pasien PPOK.

b. Tersedianya sarana dan prasarana yang memadai.

c. Antusiasme peserta untuk mengikuti semua rangkaian kegiatan.

2. Faktor penghambat

Dalam pelaksanaan kegiatan evaluasi tidak dapat dilakukan untuk pendampingan fisioterapis secara langsung kepada pasien dengan penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) sehubungan dengan situasi pandemi covid-19 yang

(5)

membatasi ruang gerak dalam aplikasi langsung kepada pasien.

4. Kesimpulan

Pelaksanaan pengabdian masyarakat dalam rangka meningkatkan kemampuan fisioterapis rumah sakit dalam mengurangi skala sesak pada pasien penyakit paru obstruksi kronik (PPOK)dengan penggunaan Pursed Lips Breathing Exercise dapat disimpulkan berhasil sampai tahap kemampuan untuk mengaplikasikan. Keberhasilan ini ditunjukkan antara lain:

a. Adanya kesesuaian materi dalam mengatasi masalah di Rumah sakit dimana penggunaan Pursed Lips Breathing Exercise dapat menjadi salah satu tindakan untuk mengurangi skala sesak pada pasien penyakit paru obstruksi kronik (PPOK).

b. Adanya respon yang positif dari peserta yang ditunjukkan melalui kegiatan Tanya jawab.

c. Sebanyak 98% peserta mengalami peningkatan nilai post test.

Kelebihan dari kegiatan ini dapat memenuhi kebutuhan rumah sakit akan informasi mengenai teknik yang dibutuhkan fisioterapis dalam mengurangi skala sesak pada pasien PPOK. Sedangkan kekurangan dari kegiatan ini adalah keterbatasan yang disebabkan karena pandemi covid-19 sehingga pendampingan demosntrasi langsung kepada pasien oleh peserta tidak dapat dilakukan. Untuk kedepannya diharapkan dapat dilakukan kegiatan secara keseluruhan hingga demonstrasi langsung kepada pasien secara langsung.

5. Ucapan Terima Kasih

Pengabdi menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

a. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam b. Kepala Klinik fisioterapi sehat

bersama

6. Daftar Pustaka

Indah Pramita, Alex Pangkahila, Sugiono (2015) Core Stability Exercise Lebih Baik Meningkatkan Aktivitas Fungsional Dari Pada William Flexion Exercise Pada Pasien Nyeri Punggung Bawah Miogenik.

Kim DH, (2005). Eepidemiologi, Phatophysiologi, And Clinical Evaluation Of Low Back Pain, In: Low Back Pain. Pp: 6-1.

Nurdiati W. (2015). Pengaruh Latihan Pregangan Terhadap Penurunan Intensita Nyeri Pada Perawat Yang Menderita Low Back Pain (LBP). Jom. Volume: 2, Nomor: 1.

PERMENKES RI No 65/ MENKES/ SK/ V/ 2015 Tentang Standar Pelayanan Fisioterapi.

Shruti Bagwe, Annamma Varghese (2019). Association Of Non-Specific Low Back Pain And Disability Index With Lower Extremity Alignment Factors. Int J Physiother. Vol 6(1), 09-16, February (2019). Issn: 2348 –

8336.

Sudaryanto, (2014). Pemberian Myofacial Release Technique Pada Jaringan Lunak, Fascia Dan Otot. Tanderi, Esya Adetia And Kusuma, Tanti

Ajoe And Hendrianingtyas, Melta (2017). Hubungan Kemampuan Fungsional Dan Derajat Nyeri Pada Pasien Low Back Pain Mekanik.

Referensi

Dokumen terkait

Media harus steril Pemeriksaan mikrobiologis tidak mungkin dilakukan apabila media yang digunakan tidak steril, karena mikroorganisme yang diidentifikasi atau diisolasi

Deskripsi Singkat : Mata kuliah ini memberikan pengetahuan kepada mahasiswa untuk mampu menjelaskan arti dan ruang lingkup perekatan kayu, dengan pokok bahasan

membayar bunga tetap (Atmaja, 2003, p. 23), financial leverage dikatakan menguntungkan apabila biaya utang tidak lebih besar daripada pengembalian atas aktiva dan hasil

Suatu tipe difusi yang melibatkan molekul karier (pembawa). Molekul yang larut air, seperti glukosa dan gula lainnya, beberapa asam amino, vitamin yang larut air,

Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu caram mekanik, cara fisik, dan cara kimiawi. Proses ini ditujukan untuk sterilisasi bahan yang

Semakin berjalanya waktu dan perkembangan negara komisi pemilihan umum membuat suatu sistem informasi dari penghitungan suara yang disebut dengan Situng, Situng adalah perangkat

Perbedaan dari kedua atribut ini adalah ketika memilih kriteria yang akan digunakan untuk mengambil keputusan sebagai alternatif metode untuk menghadapi situasi Multiple