• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Protein Metode Formol

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Uji Protein Metode Formol"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

http://afaisalf.blogspot.com/

Analisa kadar protein metode titrasi formol LAPORAN PRAKTIKUM

Judul : Analisa kadar protein metode titrasi formol

Tujuan : Mampu mengetahui kadar protein dalam sampel susu Dasar Teori :

Prinsip dari titrasi formol adalah menetralkan larutan dengan basa NaOH membentuk dimethilol dengan penambahan formaldehid yang mana gugus amino sudah terikat dan tidak mempengaruhi reaksi asam basa NaOH. Indikator yang digunakan adalah PP. Reaksi akhir titrasi akan terjadi perubahan warna pink.

Titrasi formol digunakan untuk menunjukkan kadar N-amino, selain itu juga dapat digunakan untuk mengukur hidrolisis protein. Protein merupakan suatu senyawa polimer yang terbentuk dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan oleh ikatan peptida antara asam amino lainnya. Protein berfungsi sebagai sumber energi bagi tubuh mahluk hidup. Membentuk jaringan atau bagian tubuh lain, untuk pertumbuhan, sebagai enzim ( merupakan katalisator ). Transport molekul di dalam darah dan sel, sebagai hormone contohnya hormone insuin sebagai pembentuk antibody. Molekul yang membantu kontraksi otot,kesimbangan cairan,transmisi saraf. Phenolphtalein ( phenolphthalein )atau biasa disingkat sebagai PP adalah suatu senyawa organik dengan rumus C2OH1404 dan biasa dipakai sebagai indikator untuk titrasi asam basa . tidak berwarna dalam larutan asam dan berwarna fuksia ( pink ) bila dalam larutan basa.

ALAT DAN BAHAN

Alat. - Neraca analitik - Gelas ukur - Erlenmeyer - Beaker glass - buret

- pipet tetes dan labu ukur Bahan.

(2)

- Aquades - NaOH 0,1 - Formalin 40 % - Indikator PP 1 % - Kalium oksalat jenuh Cara Kerja ;

1. Menimbang kurang lebih 3-5 gram sampel uji

2. Mengencerkan dalam labu ukur 100 ml dan menambahkan aquadest hingga tanda tera, menghomogenkan dalam beaker glas ( L1 )

3. Mengambil 10 ml larutan ( L1 ), masukkan ke dalam erlenmeyer

4. Tambahkan 20 ml aquadest , 0,4 ml kalium oksalat jenuh ( 1 : 3 ) dan 3-4 tetes indikator PP

5. Menitrasi menggunakan NaOH 0,1 N terstandarisasi hingga berubah warna 6. Tambahkan 2 ml formalin 40 % dan 3-4 tetes indikator PP 1 %

7. Titrasi kembali dengan NaOH 0,1 N yang telah digunakan diawal

8. Membuat blanko pengujian dengan mengulangi prosedur No.4 s/d 7 yaitu dengan mengganti 10 ml larutan ( L1 ) dengan 10 ml aquades ( V titrasi blanko = 8 ml )

9. Menghitung kadar protein susu dengan rumus Pembahasan :

Percobaan kali ini yaitu analisa kadar protein metode titrasi formol. Dalam percobaan ini, ada perlakuan yang diberikan pada sampel seperti penambahan air . pada sampel ini bertujuan untuk menghidrolisis protein yang terdapat pada sampel menjadi asam amino, penambahan k-oksalat jenuh bertujuan untuk memblokade gugus amina (-NH2) pada asam amino sehingga hanya terdapat gugus karboksil (-COOH) pada ujung rantai yang akan bereaksi dengan NaOH sampai larutan tersebut berubah menjadi berwarna merah muda. Penambahan indikator PP bertujuan untuk sebagai batas penanda berakhirnya titrasi. Perlakuan selanjutnya semua larutan dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N yang bertujuan untuk menetralkan gugus karboksil yang terdapat pada asam amino. Pada perlakuan selanjutnya penambahan formaldehid yang bertujuan untuk menguatkan sifat asam dari asam amino hal ini ditandai dengan hilangnya warna pink pada

(3)

larutan, selanjutnya larutan dititrasi kembali sampai larutan berubah menjadi pink kembali. Perubahan warna larutan menjadi pink disebabkan karena sifat dari indikator PP yang akan berwarna pink pada larutan basa ( seperti NaOH )

Pada percobaan menggunakan larutan blanko dimana dalam hal ini yang digunakan adalah aquades yang ditambahkan dengan k-oksalat jenuh dan indikator PP warna larutan langsung berubah pink, ini menandakan bahwa larutan blanko ini tidak mengandung protein.

Adapun tujuan dari larutan blanko ini yaitu untuk mengetahui jumlah ml NaOH yang bereaksi dengan zat-zat kimia yang digunakan dalam analisis yaitu k-oksalat jenuh, formaldehid, dan air.

Kesimpulan :

Protein terbentuk dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan langsung oleh ikatan peptida antara asam amino lainnya. Dan untuk menganalisa kadar protein dapat dilakukan dengan metode titrasi formol.

a. Apa fungsi penambahan formaldehida?

Untuk membentuk dimethilol sehingga formaldehid akan bereaksi dengan gugus amino dari protein atau asam amino membentuk dimethilol.

b. Mengapa titrasi dilakukan dengan menggunakan NaOH?

Agar protein tidak bersifat asam, karena gugus karboksil yanga terbentuk pada metode titrasi formol bersifat asam. Oleh karena itu, hal ini dilakukan titrasi dengan NaOH sebagai titran agar tercapai kondisi ekuivalen dari larutan. Dengan mengetahui jumlah NaOH yang diapakai (untuk titrasi) maka hidrolisis protein meningkat.

c. Bagaimana tingkat hidrolisis protein dapat ditunjukkan oleh titrasi formol? Apakah semakin tinggi %N hasil titrasi formol, tingkat hidrolisis semakin tinggi? Jelaskan!

Tingkat hidrolisis protein dapat ditunjukkan ddengan senyawa yang mengikat N-amino pada sampel maka gugus aktiif akan diikat oleh naOH pada titrasi.

Iya, karena apabila %N hasil titrasi formol semakin tinggi maka jumlah gugus karboksil bebas juga semakin banyak. Hal ini berarti akan meningkatkan tingkat hidrolisis protein.

Perbandingan Metode

Dari metode analisis protein dan tingkat hidrolisis protein, metode mana (Ö) yang paling tepat digunakan untuk sampel berikut. Jelaskan alasannya

(4)

Sampel Kadar Protein (%) Penjelasan Metode Kjedahl Meode Biuret Titrasi Formol Susu Segar 0,8587 13,406 (v)

0,0574 Dari data hasil didapatkan kandungan tertinggi terdapat pada metode biuret hal ini dapat disebabkan karena pada metode ini sedikit senyawa penggangu dan sangat mudah menyerap cahaya sehingga nilai absorbansinya sangat tinggi. Jika dibandingkan dengan metode Kjedahl,pada metode titrasi formol hanya sedikit kadar protein yang memungkinkan sedikitmya hidrolisis protein pada susu.

Bubuk Kedelai 35,31 (v)

1,989 0,11803 Dari data hasil didapatkan kandungan protein pada metode kjedahl lebih tinggi dibandingkan dengan kedua metode. Hal ini disebabkan karena pada metode ini yang dianalisis adalah protein kasar yang menganggap semua unsur N merupakan unsur protein.

Daging Ayam 15,51 (v)

1,344 0,12555 Dari data hasil dapat terlihat pada metode Kjedahl kadar protein lebih tinggi. Menurut teori kadar protein pada metode kjedahl memang lebih tinggi sebab metode ini dapat menganalisis semua unsur yang mengandung N dianggap sebagai protein jika dibandingkan metode biuret. Kesalahan dapat terjadi disebabkan oleh beberapa faktor.

Berikut ini reaksi yang terjadi pada analisa protein metode Titrasi formol:

Pada metode analisa protein dengan metode titrasi formol yaitu larutan filtrat yang mengandung protein dinetralkan dengan menggunakan larutan basa NaOH. Kemudian ditambahkan dengan formalin membentuk dimethilol. Dimethilol tersebut akan mengikat gugus amin pada protein sehingga tidak dapat memengaruhi reaksi asam karboksil dengan basa NaOH serta dapat diketahui titik akhir titrasi dengan tepat sampai berwarna merah muda permanen dengan indikator Fenolftalein atau PP.

http://myexperience-sausuboy.blogspot.com/2012/05/menentukan-kadar-protein-dengan-metode.html

(5)

menentukan kadar protein dengan metode titrasi formol

PERCOBAAN III PROTEIN

I. Tujuan Percobaan

menentukan kadar protein yang terdapat dalam sampel dengan metode titrasi formol.

II. Tinjauan Pustaka

Protein berasal dari bahasa Yunani yaitu protos yang berarti “yang paling utama”, maka protein adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino. Antara asam amino yang satu dengan yang lain dihubungkan oleh ikatan peptida. Molekul protein yang mengandung karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, dan kadang kala sulfur serta fosfor. Protein berperan penting dalam struktur dan fungsi semua sel makhluk hidup dan virus. Kebanyakan protein merupakan enzim atau subunit enzim. Jenis protein lain berperan dalam fungsi struktural atau mekanis, misalnya protein yang membentuk batang dan sendi sitoskeleton. Protein terlibat dalam sistem kekebalan (imun) sebagai antibodi, sistem kendali dalam bentuk hormon,seperti kompenen peyimpanan (dalam biji) dan juga dalam transportasi hewan. Sebagai salah sumber gizi, protein berperan sebagai sumber asam amino bagi organisme yang tidak mampu membentuk asam amino tersebut (wirahadikusumah, 1985).

Protein merupakan salah satu dari biomolekul raksasa, selain polisakarida, lipid, dan polinukleotida yang merupakan penyusun utama makhluk hidup. Selain itu, protein merupakan salah satu molekul yang paling banyak diteliti dalam biokimia. Protein ditemukan oleh Jons Jakob Berzelius pada tahun 1838. Biosintetis protein alami sama dengan eksprei genetik. Kode genetik yang dibawa DNA ditranskripsi menjadi RNA, yang berperan sebagai cetakan bagi transkripsi yang dilakukan ribosom. Sampai tahap ini, protein masih ‘mentah’, hanya tersusun dari asam amino proteinogenik. Melalui mekanisme pasca translasi, terbentuklah protein yang memiliki fungsi penuh secara biologi (Riawan, 1990).

Ditinjau dari strukturnya, protein dapat dibagi dalam dua golongan besar, yaitu golongan protein sederhana dan protein gabungan. Protein sederhana adalah protein yang hanya terdiriatas molekul-molekul asam amino, sedangkan protein gabungan adalah protein yang terdiri atas porotein dan gugus bukan protein. Gugus ini disebut gugus prosketik dan terdiri atas karbohidrat, lip[id atau asam nukleat. Protein sederhana dapat dibagi dalam dua bagian menurut bentuk

(6)

molekulnya, yaitu proitein fiber dan protein globular. Protein fiber mempunyai bentuk molekul panjang seperti serat atau serabut, sedangkan protein globular berbentuk bulat (wikipedia, 2009). Studi dari biokimiawan USA Thomas Osborne Lafayete Mendel. Preofesor untuk biokimia di Yale, 1914, mengujicobakan protein konsumsi dari daging dan tumbuhan kepada kelinci. Satu grup kelinci-kelinci tersebut diberikan makanan hewani, sedangkan group yang lain diberikan protein nabati. Dari eksperimennya didapati bahwa kelinci yang memperoleh protein hewani lebih cepat bertambah beratnya dari kelinci yang memperoleh protein nabati. Kemudian studi selanjutnya oleh Mc Lay dari universitas Berkeley menunjukan bahwa kelinci yangmemperoleh protein nabati, lebih sehat dan hidup dua kali lebih lama (Campbell, 2007).

Protein merupakan suatu senyawa polimer yang dibentuk dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan oleh ikatan peptida antar asam amino satu dengan yang lainnya. Sifat dari berbagai macam protein tergantung pada jumlah asam amino yang menyusunnya, disamping itu juga dipengaruhi oleh rantai samping dan masing-masing asam amino. Protein tidak dapat larut pada pelaarut organik tetapi akan mengendap apabila ke dalam larutannya ditambahkan dengan Na2SO4, NaCl, alkohol dan juga aseton. Senyawa ini cenderung mengalami perubahan bentuk yang disebut dengan denaturasi protein. Perubahan tersebut terjadi karena molekul protein peka terhadap senyawa-senyawa tertentu maupun panas, sehingga konformasi molekul jadi berubah (Bahri, 2010). III. Metodologi 1.1. Alat 1. Erlenmeyer 100 mL 2. Pipet tetes 3. Gelas ukur 10 mL 4. Gelas kimia 100 mL 5. Buret 25 mL 6. Corong

(7)

1.2. Bahan 1. Putih telur 2. Susu cair 3. Air tahu 4. Aquadest 5. NaOH 0,1 N 6. Formaldehid 40% 7. K-oksalat jenuh 8. Indikator PP 1.3. Prosedur Kerja

1. Mengambil 10 mL larutan sampel ke dalam erlenmeyer 100 mL, kemudian menambahkan 20 mL aquadest dan 0,4 mL K-oksalat jenuh serta 1 mL indikator PP, dan mendiamkannya selama 2 menit.

2. Mentitrasi sampe dengan larutan NaOH 0,1 N sampai larutan berwarna pink.

3. Kemudian menambahakan 2 mL larutan formaldehid 40 %, lalu melanjutkan menitrasi sampai larutan berwarna pink.

4. Mencatat volume NaOH yang terpakai.

5. Melakukan pekerjaan yang sama dengan menggunakan larutan blanko. 6. Menghitung %N dalam sampel dengan menggunakan rumus:

mL NaOH x N x 14,008 gr/mL

%N = 100% Berat sampel x 10 mL/L

(8)

IV. Hasil Pengamatan No. Sampel Volume Titrasi Volume Titrasi I Volume Titrasi II VII - Blanko 1 Susu 13,8 mL 17,2 mL 16,8 mL 2 Air Tahu 2,8 mL 71,2 mL

(9)

70,8 mL 3 Putih Telur 11,7 mL 19,5 mL 19,1 mL V. Analisis Data

(10)

Rumus:

% N = x 100 % 5.1. Susu cair

Massa jenis susu cair = 1,028 gr/mL Volume susu cair = 10 mL

Massa susu cair = 1,028 gr/mL x 10 mL = 10,3 gr

Jadi,

% N = x 100 % = 22,8 %

5.2. Air tahu

Massa jenis air tahu = 1,48 gr/mL Volume air tahu = 10 mL

Massa air tahu = 1,48 gr/mL x 10 mL = 14,8 gr Jadi,

% N = x 100 % = 67 %

5.3. Putih telur

Massa jenis putih telur = 1,027 gr/mL Volume putih telur = 10 mL

Massa putih telur = 1,027 gr/mL x 10 mL = 10,27 gr Jadi,

(11)

= 26,05 %

VI. Pembahasan

Percobaan kali ini yaitu tentang protein. Protein merupakan suatu senyawa polimer yang terbentuk dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan oleh ikatan peptida antara asam amino satu dengan asam amino lainnya. Protein berfungsi sebagai sumber energi bagi tubuh makhluk hidup, membentuk jaringan/ bagian tubuh lain, untuk pertumbuhan, sebagai enzim (merupakan katalisator), transport molekul di dalam darah dan sel, sebagai hormone contohnya hormone insulin, sebagai pembentuk antibody, molekul yang membantu kontraksi otot, keseimbangan cairan, transmisi saraf.

Dalam percobaan ini, ada perlakuan yang diberikan pada sampel putih telur, susu kental manis, dan air tahu. Seperti penambahan air pada ketiga sampel ini bertujuan untuk menghidrolisis protein yang terdapat pada susu beerbrand, susu Frisian Flag, dan air tahu menjadi asam-asam amino. Penambahan K-oksalat jenuh bertujuan untuk memblokade gugus amina (-NH2) pada asam amino sehingga hanya terdapat gugus karboksil (-COOH) pada ujung rantai yang akan bereaksi dengan NaOH sampai lautan tersebut berubah menjadi berwarna merah muda. Penambahan Indikator PP bertujuan untuk sebagai batas penanda berakhirnya titrasi, pada rangkaian perlakuan ini warna larutan tetap berwarna putih yang merupakan pengaruh dari warna sampel tersebut. Perlakuan selanjutnya semua larutan dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N yang bertujuan untuk menetralkan gugus karboksil yang terdapat pada asam amino. Saat mentitrasi ketiga sampel larutan dari putih telur, susu Frisian Flag, dan air tahu, warna larutan berubah menjadi pink dan larutan menggumpal. Pada perlakuan selanjutnya penambahan dengan formaldehid yang bertujuan untuk menguatkan sifat asam dari asam amino hal ini ditandai dengan hilangnya warna pink pada larutan, selanjutnya larutan dititrasi kembali sampai larutan berubah menjadi pink kembali. Perubahan warna larutan menjadi pink disebabkan karena sifat dari indikator pp yang akan berwarna pink pada larutan basa (seperti NaOH).

Pada bercobaan menggunakan larutan blanko dimana dalam hal ini yang digunakan adalah aquades yang ditambahkan dengan K-oksalat jenuh dan indikator pp warna larutan langsung berubah pink, ini menandakan bahwa larutan blanko ini tidak mengandung protein. Adapun tujuan dari larutan blanko ini yaitu untuk mengetahui jumlah ml NaOH yang bereaksi dengan zat-zat kimia yang digunakan dalam analisis yaitu K-oksalat jenuh, formaldehid, dan air.

Dari hasil titrasi diperoleh volume NaOH, yang dikurangi dengan volume blanko adalah susu cair 16,8 mL, air tahu 70,8 mL dan putih telur 19,1 mL. Perbedaan volume tersebut disebabkan karena kadar protein dari tiap-tip sampel berbeda. Berdasarkan perhitungan, maka dapat diketahui kadar protein dari sampel yang digunakan, yaitu untuk susu cair 22,8%, air tahu 69,3% dan putih telur adalah 26,04%. Dan jika dibandingkan dengan literatur, dimana diketahui pada air tahu memiliki nilai 10,8 %, putih telur 16,3 %, dan susu 7,14 %. Nilai ini tidak sesuai dengan literatur yang mungkin dikarenakan kesalahan dalam pengukuran, kurangnya alat yang

(12)

digunakan sehingga perlakuan ini lambat dilakukan, serta tidak layaknya bahan yang digunakan. Bahan yang digunakan sangat berpengaruh besar terhadap hasil yang diperoleh.

http://anitatohar.blogspot.com/2013/06/pembahasan-penetapan-kadar-asam-amino.html

PEMBAHASAN PENETAPAN KADAR ASAM AMINO DENGAN TITRASI FORMOL

PEMBAHASAN

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui kadar asam amino dalam gelatin yang dipecah oleh enzim papain dengan titrasi formol. Titrasi formol merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengetahui kadar protein dalam suatu bahan. Titrasi formol hanya tepat digunakan untuk menentukan suatu proses terjadinya pemecahan protein dan kurang tepat untuk penentuan jenis protein.

Dalam praktikum ini digunakan gelatin sebagai sumber asam amino dan enzim papain yang merupakan enzim proteolitik. Enzim proteolitik atau disebut juga protease merupakan kelompok enzim yang menguraikan protein menjadi molekul yang lebih kecil. Setiap tipe enzim protease memiliki kemampuan berbeda dalam menghidrolisis ikatan peptide, dengan kata lain sifat kerja enzim adalah spesifik sehingga dalam praktikum ini digunakan enzim papain yang dapat memecah kandungan protein yang terdapat dalam gelatin. Gelatin mengandung 9 asam amino essensial yang diperlukan oleh tubuh.

Pada praktikum ini hal pertama yang dilakukan adalah membuat larutan gelatin 5%. Larutan gelatin 5% dibuat dengan cara melarutkan 5gr gelatin kedalam 100ml air hangat. Gelatin mudah larut dalam air hangat dan jika dilarutkan dalam air dingin gelatin akan menggumpal. Kedalam larutan gelatin ini kemudian ditambahkan 3 tetes phenolptalein dan NaOH 0,1N tetes demi tetes menggunakan pipet hingga muncul warna merah muda setelah itu ditambahkan HCl 0,1N tetes demi tetes hingga warna merah muda hilang. Setelah itu campuran tersebut dimasukkan ke dalam incubator dengan suhu 38oC selama 15 menit. Penambahan NaOH dan HCl bertujuan untuk menetralkan campuran.

Setelah itu dibuat larutan papain 25ml dan ditambahkan indicator phenolptalein, setelah itu ditambahkan NaOH 0,1N tetes demi tetes hingga muncul warna merah muda kemudian ditambahkan HCl 0,1N hingga warna merah muda hilang. Perubahan warna yang terjadi disebabkan karena adanya indicator phenolptalein, dimana phenolptalein akan berwarna merah muda ketika suasana basa dan menjadi tidak berwarna ketika suasana asam.

Setelah campuran gelatin diinkubasi selama 15 menit kemudian ditambahkan campuran papain yang sudah dibuat tadi kedalamnya dengan tujuan untuk menghidrolisis protein yang terkandung

(13)

dalam gelatin menjadi asam amino sehingga asam amino yang terdapat dalam gelatin tersebut dapat diketahui kadarnya.

Dalam interval waktu yang telah ditentukan yaitu 0, 15, 30, 60, 90 dan 120 menit dilakukan sampling dengan cara mengambil 10 ml campuran, kemudian dididihkan untuk merusak enzim sehingga proses hidrolisis protein yang terdapat dalam gelatin terhenti setelah itu didinginkan dan ditambah dengan 15 ml formalin netral dan 3 tetes indicator phenolptalein kemudian segera dititrasi dengan NaOH 0,02M. Penambahan formalin berfungsi untuk membentuk dimethilol. Dengan terbentuknya dimethilol ini, berarti gugus asam amino sudah terikat dan tidak akan mempengaruhi reaksi antara asam (gugus karboksil) dengan basa NaOH sehingga akhir titrasi dapat diakhiri dengan tepat. Titrasi berakhir dengan titik akhir warna merah muda.

Setiap setelah dilakukan sampling campuran harus dimasukkan kembali kedalam incubator agar proses hidrolisis tetap berlangsung. Setiap sampling dilakukan duplo agar kesimpulan yang didapatkan mendekati akurat, seharusnya setiap sampling dilakukan lebih dari 2x, namun karena keterbatasan waktu maka pada percobaan ini setiap sampling haynya dilakukan 2x.

Secara teori semakin lama interval waktu maka kadar asam amino akan semakin besar, hal ini disebabkan karena semakin lama waktu yang diberikan maka waktu yang dimiliki enzim papain untuk memecah protein menjadi asam amino semakin lama sehingga kadar asam amino semakin banyak. Namun, pada praktikum ini kadar asam amino pada menit 15 turun dari kadar asam amino pada menit sebelumnya hal ini dapat disebabkan karena beberapa faktor diantaranya adalah kurangnya ketelitian dalam melakukan percobaan dan kurangnya ketelitian dalam memipet sampel.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk asam amino alami yang merupakan hasil hidrolisis protein memiliki gugus karboksil dan amino yang melekat pada atom karbon 

Pada asam amino, gugus amino terikat pada atom karbon yang berdekatan dengan gugus karboksil (C-α) atau dapat dikatakan juga bahwa gugus amina dan gugus karboksil dalam asam

 peptida dari dari suatu p suatu protein rotein membuktikan membuktikan adanya adanya asam asam amino amino bebas bebas dalam dalam suatu suatu protein

Jika dengan larutan asam atau pH rendah, gugus amino padaprotein akan. bereaksi dengan ion H+, sehingga protein

Protein terdiri atas rantai-rantai panjang asam amino, yang terikat satu sama lain dengan ikatan peptida.. Asam amino terdiri atas atom karbon yang terikat pada satu gugus

memutuskan ikatan jembatan garam, sehingga akan terjadi denaturasi, secara bersama gugus –COOH dan gugus –NH2 yang terdapat pada protein dapat bereaksi dengan ion logam berat

Pada asam amino, gugus amino terikat pada atom karbon yang berdekatan dengan gugus karboksil (C-α) atau dapat dikatakan juga bahwa gugus amina dan gugus karboksil dalam asam

Asam amino adalah senyawa dengan molekul yang mengandung gugus fungsi amino (-NH 2 ) dan karboksil (-COOH).. Dari hasil hidrolisis protein dapat diperoleh 20 jenis