• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKHIR PENELITIAN KOMPETITIF PENELITIAN DASAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN AKHIR PENELITIAN KOMPETITIF PENELITIAN DASAR"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

i

LAPORAN AKHIR

PENELITIAN KOMPETITIF

PENELITIAN DASAR

Pembungaan dan Pembuahan In Vitro Tanaman Tomat

(Lycopersicon esculentum Mill.) cv. Tymoti F1

Wina Dian Savitri, S.Si., M.Agr.

(212034/0729098601)

UNIVERSITAS SURABAYA

JANUARI 2015

(2)

iii RINGKASAN

Tomat adalah tanaman sayur dan buah yang memiliki nilai ekonomis tinggi di seluruh dunia. Pembudidayaan tomat yang efektif dan efisien sangat diperlukan mengingat permintaan akan tomat sangat besar dan ketersediaannya yang belum mampu mencukupi permintaan konsumen. Pembungaan dan pembuahan tomat secara in vitro bermanfaat dalam memproduksi biji hibrid yang berkualitas tinggi dan dapat diproduksi di segala musim. Selain itu, teknik ini juga berfungsi untuk meningkatkan keragaman genetik pada tomat. Tambahan lagi, tomat memiliki beberapa karakteristik yang membuatnya cocok sebagai tanaman model. Penelitian ini bermaksud untuk menemukan protokol yang standar untuk menginduksi pembungaan dan pembuahan dari tanaman tomat. Protokol yang dihasilkan akan bermanfaat sebagai pembelajaran mahasiswa dalam Praktikum Kultur Jaringan Tanaman. Selama ini, praktikum ini belum pernah dilakukan di Fakultas Teknobiologi Ubaya. Penelitian ini mencobakan beberapa zat pengatur tumbuh dan zat pelambat pertumbuhan untuk menemukan protokol yang paling baik untuk induksi pembungaan dan pembuahan secara in vitro

(3)

v DAFTAR ISI Halaman Judul ... i Halaman Pengesahan ... ii Ringkasan ... iii Prakata ... iv Daftar Isi ... v

Daftar Tabel ... vii

Daftar Gambar ... viii

Bab I Pendahuluan ... 1

I.1 Latar Belakang ... 1

I.2 Perumusan Masalah ... 2

I.3 Tujuan Penelitian ... 2

I.4 Manfaat Penelitian... 3

Bab II Tinjauan Pustaka ... 4

II.1 Tanaman Tomat ... 4

II.2 Pembungaan dan Pembuahan In Vitro ... 4

II.3 Media Pertumbuhan ... 5

II.4 Zat Pengatur Tumbuh ... 6

II.5 Zat Pelambat Pertumbuhan (GrowthRetardant) ... 7

Bab III Metode Penelitian... 8

III.1 Persiapan Eksplan……….8

III.2 Sterilisasi Biji………8

III.3 Pembuatan Media……….. 8

III.4 Perkecambahan tomat ... 9

III.5 Pertumbuhan vegetatif tomat ... 9

III.6 Induksi pembungaan dan pembuahan dengan zat pengatur tumbuh ... 10

III.7 Induksi tunas adventif dari eksplan kotiledon dan hipokotil ... 10

III.8 Induksi kalus dari eksplan daun ... 11

III.9 Pengaruh sitokinin terhadap pertumbuhan eksplan hipokotil dan kotiledon ... 11

III.10 Induksi bunga dan buah in vitro dengan paclobutazol dan ancymidol ... 12

Bab IV Hasil dan Pembahasan ... 13

IV.1 Perkecambahan tomat... 13

(4)

1 BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Tomat adalah tanaman yang berasal dari dataran Amerika (van Steenis, 2013) yang kemudian menyebar ke seluruh dunia termasuk ke Indonesia. Tomat merupakan tanaman penting yang digunakan sebagai sayuran di seluruh dunia (Jaya, 2011). Pasandaran dan Hadi (1994) menyebutkan bahwa laju pertambahan produksi, area panen dan produksi serta konsumsi bulanan per kapita meningkat dari tahun 1982 hingga 1992. Luas panen tomat di Indonesia, menurut BPS (2006), sudah mencapai 50.000 hektar dan 16.000 hektar diantaranya terdapat di Pulau Jawa. Selain penting sebagai tanaman yang bernilai ekonomis, tomat memiliki beberapa karakteristik yang membuatnya cocok untuk menjadi tanaman model, seperti genom yang relatif kompak (950 Mb) yang dikombinasikan dengan marker peta tautan genetik, koleksi plasma nutfah yang kaya dan protokol transformasi yang sangat efisien (Carvalho et al, 2011).

Pembungaan dan pembuahan in vitro memiliki banyak manfaat, diantaranya untuk mengatasi beberapa tanaman yang sulit memproduksi biji secara alami atau tanaman terancam punah, seperti pada anggrek (Te-chato et al, 2009); menghindari penularan penyakit pada tanaman yang biasanya dibudidayakan secara vegetatif, seperti pada jahe (Bermawie et al, 2010); serta mempelajari fisiologi dan perkembangan bunga pada tanaman (Tanimoto and Harada, 1981a; Tanimoto, 1981 b; Sheeja and Mandal, 2003). Sheeja dan Mandal (2003) juga menyebutkan bahwa pembungaan dan pembuahan in vitro bermanfaat untuk memproduksi biji hibrid berkualitas tinggi tanpa mengenal musim serta meningkatkan keragaman genetik tanaman uji.

Beberapa penelitian pembungaan dan pembuahan in vitro telah dilakukan pada tomat. Mamidala dan Nanna (2009) menginvestigasi pembentukan bunga dan buah in vitro dari planlet yang ditumbuhkan dari eksplan daun tanaman tomat kerdil cv. Micro-Msk. Penelitian ini sukses menghasilkan bunga dan buah in vitro setelah inkubasi 8 minggu dengan pemberian kombinasi zat pengatur tumbuh BAP dan IAA serta Zeatin dan IAA. Sementara itu, penelitian Sheeja dan Mandal (2003) pada tomat var. Pant 11 menunjukkan bahwa jumlah kuncup bunga tertinggi dihasilkan dengan perlakuan 2mg/L BAP pada kalus yang diperoleh dari eksplan in vitro. Meskipun kedua penelitian tersebut memberikan informasi tentang keberhasilan induksi bunga dan buah secara in vitro, penelitian dalam

(5)

4 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Tanaman Tomat

Dalam Buku Flora, van Steenis et al (2013) menyebutkan bahwa tomat adalah herba yang hidup pendek, tegak dan bisa juga bersandar pada tanaman lain. Tomat sering bercabang banyak dan berbau kuat, tingginya mencapai 2,5 meter. Daun tanaman tomat berbentuk bulat telur memanjang dengan ujung runcing. Bunganya terkumpul menjadi 2 baris cabang berseling yang bertangkai. Bunga pada tanaman yang tumbuh liar berbilangan 5, sedangkan yang tumbuh karena ditanam berbilangan 12. Kelopak bunganya bertaju runcing. Warna mahkota bunganya kuning belerang, bertaju sempit dan runcing. Buah buninya bersandar pada kelopak yang membesar, sangat berubah-ubah dalam bentuk, besar dan warnanya. Bijinya banyak berbentuk pipih berwarna coklat.

Tanaman tomat diklasifikasikan sebagai berikut (Pitojo, 2005) Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Subkelas : Metachlamidae Ordo : Solanales Famili : Solanaceae Genus : Lycopersicon

Species : Lycopersicon esculentum Mill.

Tomat dikenal sebagai bahan sayur dan bumbu, minuman sehat atau buah segar. Kadar vitamin A dan C di dalam tomat sangat tinggi dan hampir semua bagiannya dapat dimakan. Produk olahan tomat yang dikenal oleh masyarakat adalah saus tomat. Selain itu, benihnya juga merupakan komoditas yang penting dan diperdagangkan secara lokal maupun global (Pitojo, 2005).

II.2 Pembungaan dan Pembuahan In vitro

Pembungaan dan pembuahan in vitro adalah induksi bunga dan buah di lingkungan in vitro. Tujuan pelaksanaan metode induksi ini adalah untuk mengatasi kesulitan produksi bunga dan biji pada beberapa spesies penting atau bernilai ekonomi tinggi, seperti anggrek (Te-chato et al, 2009) dan beberapa bunga hias yang lain. Selain itu pembungaan in vitro bermanfaat dalam mempelajari perkembangan bunga dan proses fisiologis pembungaan

(6)

8 BAB III

METODE PENELITIAN III.1 Persiapan Eksplan

Eksplan diperoleh dari biji tomat var. Tymoti F1 (East-West Seed Cap Panah Merah). Tomat ini adalah jenis tomat yang dapat hidup di dataran rendah hingga menengah, tahan terhadap iklim panas dan resisten terhadap penyakit Geminivirus dan layu bakteri, serta toleran terhadap busuk ujung buah (http://www.panahmerah.id/product/tymoti-f1). Biji dicuci bersih dengan air mengalir sebelum disterilisasi. Untuk proses perkecambahan, lima belas botol kultur masing-masing diisi dengan kapas dan 10 ml larutan BAP 1 ppm. Botol kultur tersebut kemudian diautoklaf dengan suhu 121oC dan tekanan 1,5 atm selama 20 menit.

III.2 Sterilisasi Biji

Biji yang telah dicuci bersih dimasukkan ke dalam Laminar Air Flow (LAF) dan direndam dalam larutan NaOCl 2,6% selama 5 menit kemudian dilanjutkan dengan perendaman di dalam larutan NaOCl 1,8% selama 15 menit. Setelah itu biji dicuci sebanyak 3 kali dengan akuades steril. Biji yang telah disterilisasi dimasukkan ke dalam botol-botol kultur yang telah disiapkan untuk perkecambahan. Masing-masing botol kultur berisi 10-15 biji.

III.3 Pembuatan Media

Satu liter media Murashige & Skoog (MS) dibuat dengan melarutkan 4,43 g stok bubuk MS Basal Medium with vitamin (PhytoTechnology Laboratories) ke dalam 1 liter akuades. Komposisi media MS seperti yang disajikan pada Tabel 3.1. Ke dalam 1 L media MS ditambahkan 30 gram sukrosa dan 11-12 gram agar teknis. Sementara itu, pH diatur pada titik 5,8 dengan menggunakan larutan HCl dan NaOH 1M. Autoklaf dilakukan pada suhu 121oC, tekanan 1,5 atm selama 20 menit.

Tabel 3.1. Komposisi Media MS Basal Medium with Vitamin

No. Keterangan Konsentrasi (mg/L)

1 Ammonium Nitrate 1.650

2 Boric Acid 6,2

3 Calcium Chloride, Anhydrous 332,2 4 Cobalt Chloride.6H2O 0,025

5 Cupric Sulfate.5H2O 0,025

6 Na2EDTA.2H2O 37,26

(7)

13 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Perkecambahan tomat

Dari kelima komposisi media dan zat pengatur tumbuh yang digunakan, semua media menghasilkan 80% kecambah yang sehat. Untuk tujuan penghematan, media ½ MS (C1) dan larutan 1 ppm BAP dengan pemegang tissue (C3) digunakan di dalam penelitian ini. Kedua media ini hanya berbeda dalam hal kekakuan kecambah yang dihasilkan. Biji yang ditanam pada C1 tampak lebih segar dan kaku daripada yang ditanam pada C3. Namun keduanya tetap bisa digunakan karena tidak ada pengaruh yang ditimbulkan dari kedua komposisi media ini pada proses selanjutnya. Untuk menghasilkan kecambah yang akan diinduksi langsung ke arah pembungaan dan pembuahan setelah diinkubasi di media vegetatif, media C3 akan lebih efisien. Namun jika tujuannya adalah untuk mengisolasi kotiledon dan hipokotil, media C1 lebih baik digunakan karena kotiledon dan hipokotil yang dihasilkan lebih besar ukurannya sehingga akan memudahkan proses isolasi dan penanaman. Gambar 4.1 menunjukkan proses perkecambahan di media C3.

Gambar 4.1. Perkecambahan di larutan 1 ppm BAP dengan pemegang tissue. A, 2 hari; B,

5 hari dan C, 7 hari.

IV.2 Media pertumbuhan vegetatif

Dari kelima media pertumbuhan vegetatif yang diujikan, media MS yang diperkaya dengan BAP 1, 1,5 dan 2 ppm adalah yang lebih baik daripada MS0 dan MS vitamin dengan tambahan 100 mg mioinositol. Hal ini dimungkinkan karena BAP adalah zat pengatur tumbuh yang berfungsi dalam menginduksi tunas, sehingga kecambah berumur 14 hari yang dipindahkan ke media ini merespon pertumbuhan dengan baik. Hanya saja, semakin tinggi konsentrasi BAP, semakin banyak kalus yang terbentuk (Gambar 4.2). Oleh karena itu, untuk tujuan induksi bunga dan buah selanjutnya digunakan media MS dengan konsentrasi BAP 1 ppm. Meskipun demikian, BAP 1,5 dan 2 ppm dapat dijadikan

Gambar

Tabel 3.1. Komposisi Media MS Basal Medium with Vitamin
Gambar 4.1.  Perkecambahan di larutan 1 ppm BAP dengan pemegang tissue. A, 2 hari; B,  5 hari dan C, 7 hari

Referensi

Dokumen terkait

Program aplikasi pada PC untuk mengeluarkan dan mengendalikan data paralel dibuat dengan Borland Delphi versi 7.. Sistem operasi

Efektivitas kedisiplinan, kerajinan, motivasi belajar dan keaktifan siswa termasuk pada kategori tinggi ditunjukkan dengan frekuensi terbanyak 86 dengan perolehan

siswa ( kondisi fisik dan kondisi psikologis) yang lemah, kondisi lingkungan yang tidak mendukung. Disini peran guru bimbingan dan konseling serta pihak sekolah sangat

wr. Alhamdulillahhirrobil’alamin, penulis ucapkan kehadirat Allah swt yang senantiasa memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

Bidang II, Sekretariat, UPTB LAB.

9000; (2a) To know the different market growth as measured by sales growth before and after the certification of ISO 9000; (2b) To know the different market growth as measured by

Sebelum mengembangkan strategi pemasaran yang akan kami terapkan, terlebih dahulu perlu mengembangkan sebuah strategi diferensiasi dan penentuan posisi (positioning).

Sedangkan menurut Mukono (2006), yang dimaksud pencemaran udara adalah bertambahnya bahan atau substrat fisik atau kimia ke dalam lingkungan udara normal yang