• Tidak ada hasil yang ditemukan

Simposium XII FSTPT, Universitas Kristen Petra Surabaya, 14 November 2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Simposium XII FSTPT, Universitas Kristen Petra Surabaya, 14 November 2009"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

817

KAJIAN DAMPAK PENINGKATAN AKSESIBILITAS WILAYAH KECAMATAN JATILUHUR, SUKASARI DAN MANIIS

AKIBAT PEMBANGUNAN JALAN LINGKAR BARAT KABUPATEN PURWAKARTA

Ida Farida, Gunawan, Oki Jaya Hernanto, Misqal Novio Reeza, Fauzil Irawadi, Metha Hiravia Program Magister Teknik Sipil Pasca Sarjana Universitas Parahyangan Bandung

Alamat surat: Jl. Merdeka No. 30, Bandung 40117 Telp: 022-4200691 E-mail: fauzil_irawadi@yahoo.com

Rencana pembangunan Jalan Lingkar Barat yang melintasi Kecamatan Jatiluhur, Sukasari, dan Maniis adalah rencana jalan yang berfungsi membuka keterisolasian dan ketertinggalan wilayah di ketiga kecamatan. Perlu adanya kajian dampak yang ditimbulkan akibat pembangunan Jalan Lingkar Barat tersebut. Dampak yang akan dibahas adalah dampak terhadap layanan kesehatan, pendidikan dan biaya transportasi barang serta dampak lingkungan.

Berdasarkan hasil pembahasan, dengan pembangunan Jalan Lingkar Barat terjadi penghematan waktu tempuh sebesar 30% untuk Kecamatan Jatiluhur, 74,7% untuk Kecamatan Sukasari, dan 77,8% untuk Kecamatan Maniis menuju Kota Purwakarta. Dampak peningkatan aksesibilitas wilayah dapat meningkatkan pelayanan kesehatan dan pendidikan masyarakat di tiga kecamatan tersebut. Peningkatan aksesibilitas wilayah juga berdampak terhadap penurunan biaya transportasi barang sebesar 8%; 130%; dan 278% di Kecamatan Jatiluhur, Sukasari, dan Maniis. Penurunan biaya transportasi dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Peningkatan aksesibilitas wilayah akibat pembangunan Jalan Lingkar Barat akan berdampak terhadap kerusakan hutan akibat aktivitas penebangan liar dan alih fungsi lahan hutan. Oleh karena itu upaya peningkatan jalan yang dilakukan setelah pembangunan jalan perlu diiringi dengan upaya pelestarian lingkungan, pengawasan kawasan hutan yang lebih efektif, serta penegakan hukum secara tegas untuk meminimalkan dampak lingkungan yang dapat terjadi.

Kata kunci : Jalan Lingkar Barat, dampak, perubahan waktu tempuh, kesehatan, pendidikan, dan lingkungan.

1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Pemerintah Kabupaten Purwakarta melalui Rencana Umum Jaringan Transportasi Jalan (RUJTJ) yang dikeluarkan oleh Bappeda Kabupaten Purwakarta pada tahun 2001, telah mencanangkan pembangunan Jalan Lingkar Barat yang melintasi Kecamatan Jatiluhur, Sukasari, dan Maniis untuk membuka keterisolasian dan ketertinggalan wilayah. Pembangunan jaringan jalan ini diharapkan dapat meningkatkan aksesibilitas pada wilayah Kecamatan Sukasari dan Kecamatan Maniis dengan Kota Purwakarta, mendorong pertumbuhan wilayah tertinggal, meningkatkan taraf hidup penduduk, serta mendukung pengembangan pariwisata Waduk Jatiluhur.

Sistem Jaringan Jalan Lingkar Barat direncanakan sebagai penghubung antar desa di bagian barat Kabupaten Purwakarta yang melewati Kecamatan Sukasari dan Kecamatan Maniis dan juga merupakan penghubung ke Kecamatan Jatiluhur, Sukasari, dan Maniis. Jalan yang ada saat ini dalam kondisi rusak berat mengakibatkan rendahnya tingkat aksesibilitas pada wilayah Kecamatan Jatiluhur, Sukasari, dan Maniis sehingga waktu tempuh perjalanan

(2)

818

menjadi lama. Hal ini akan menyebabkan kemudahan masyarakat untuk melakukan perjalanan tidak bisa terwujud secara maksimal.

Dengan direalisasikannya Rencana Pembangunan Jalan Lingkar Barat, Pemerintah Kabupaten Purwakarta berharap akan memperoleh manfaat berupa terbukanya aksesibilitas wilayah di sepanjang Jalan Lingkar Barat tersebut. Akses jalan yang terbuka memungkinkan terjadinya penghematan waktu tempuh dalam melakukan perjalanan dengan kendaraan bermotor. Perubahan waktu tempuh tersebut akan menimbulkan dampak bagi masyarakat pada ketiga Kecamatan tersebut.

Pada sisi lain, jaringan jalan yang akan ditingkatkan melewati kawasan hutan yang rawan terhadap pencurian dan kebakaran. Kondisi ini berpotensi merusak lingkungan hutan di kawasan sekitar koridor Jalan Lingkar Barat. Adapun luas kawasan hutan lindung yang harus dipertahankan untuk mendukung keseimbangan ekosistem minimal harus 30 persen dari luas daerah aliran sungai, seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Luasan hutan tersebut dimaksudkan untuk menjamin ketersediaan sumber daya air bagi kehidupan.

Meskipun rencana pembangunan jalan ini akan berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat, namun perlu dipertimbangkan juga dampak negatif yang mungkin akan timbul dari dilaksanakannya rencana pembangunan jalan tersebut. Hal ini perlu dilakukan untuk mewujudkan sasaran pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berkesinambungan.

1.2 IDENTIFIKASI MASALAH

Dampak apa saja yang akan timbul akibat mempertahankan kondisi jalan saat ini maupun merealisasikan Rencana Pembangunan Jalan Lingkar Barat.

1.3 PEMBATASAN MASALAH

Objek kajian yang akan dibahas dalam studi ini, yaitu:

1. Jaringan jalan yang dikaji dalam studi ini adalah Jalan Lingkar Barat, Kabupaten Purwakarta yang melewati Kecamatan Jatiluhur, Sukasari, dan Maniis.

2. Wilayah yang dikaji dalam studi ini meliputi Kecamatan Jatiluhur, Sukasari, dan Maniis. 3. Dampak yang ditinjau adalah dampak langsung dari pembangunan jalan berupa

penghematan waktu tempuh. Dan dampak tidak langsung yakni dampak terhadap kawasan hutan

4. Dampak dari penghematan waktu yang ditinjau adalah dampak terhadap kesehatan, pendidikan dan penghematn biaya transportasi.

5. Pembahasan dalam studi ini tidak mencakup transportasi air.

6. Untuk mengatasi keterbatasan data dilakukan beberapa asumsi dalam analisis. 1.4 TUJUAN KAJIAN

Tujuan studi ini adalah menganalisis dampak yang dapat terjadi akibat mempertahankan kondisi jalan saat ini maupun merealisasikan Rencana Pembangunan Jalan Lingkar Barat.

Adapun sasaran dari studi ini adalah:

1. Mengkaji dampak postif yang timbul akibat peningkatan aksesibilitas wilayah Kecamatan Jatiluhur, Sukasari, dan Maniis.

2. Mengkaji dampak negatif yang timbul akibat peningkatan aksesibilitas wilayah Kecamatan Jatiluhur, Sukasari, dan Maniis.

(3)

819 2 METODOLOGI

2.1 METODE KAJIAN

Kajian ini merupakan suatu gabungan dari studi literatur baik literatur atau data hasil laporan, penelitian serta literatur lainnya yang berkaitan informasi dengan topik penelitian untuk memperoleh suatu kepastian data pendukung yang merupakan data sekunder. Kemudian dilanjutkan dengan melakukan analisis terhadap dampak apa saja yang akan timbul akibat mempertahankan kondisi jalan saat ini maupun merealisasikan Rencana Pembangunan Jalan Lingkar Barat.

2.2 LOKASI DAN OBYEK KAJIAN

Lokasi yang dijadikan bahan kajian adalah wilayah sepanjang Jalan Lingkar Barat Kabupaten Purwakarta yang melalui Kecamatan Jatiluhur, Sukasari dan Maniis. Dengan obyek kajian mengenai dampak peningkatan aksesibilitas wilayah Kecamatan Jatiluhur, Sukasari dan Maniis akibat pembangunan Jalan Lingkar Barat Kabupaten Purwakarta

2.3 TEKNIK PENGOLAHAN DATA KAJIAN

Adapun tahapan melakukan kajian dilakukan dalam suatu urutan untuk mempermudah pelaksanaan studi, yaitu:

a. Menentukan topik, tujuan dan sasaran studi, serta rumusan dan batasan masalah.

b. Mengumpulkan data dan informasi umum tentang kondisi Kecamatan Jatiluhur, Sukasari, dan Maniis; Rencana Umum Jaringan Transportasi Jalan (RUJTJ) Kabupaten Purwakarta; Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Purwakarta; Data Luas serta Kerusakan Kawasan Hutan dari Perum Perhutani Kabupaten Purwakarta.

c. Melakukan tinjauan pustaka.

d. Menganalisis dampak mempertahankan kondisi jalan saat ini dan pelaksanaan pembangunan Jalan Lingkar Barat.

3 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Pada bab analisis dan pembahasan akan dikaji manfaat dan dampak yang dapat ditimbulkan oleh dua skenario yang dapat dilaksanakan terkait dengan rencana pembangunan Jalan Lingkar Barat di Kabupaten Purwakarta. Analisis yang dilakukan mengacu pada Skema Evaluasi dan Manfaat Pertumbuhan Ekonomi Investasi yang diuraikan oleh Banister dan Berechman (2000), seperti yang ditunjukan Gambar 1.

(4)

820

Gambar 1. Skema Acuan Analisis dan Pembahasan

3.1 PERUBAHAN WAKTU TEMPUH

Waktu tempuh untuk sebelum dan sesudah Pembangunan Jalan Lingkar Barat akan dianalisis, kemudian hasil yang diperoleh akan dibandingkan untuk mengetahui seberapa besar penghematan waktu tempuh yang terjadi dengan dilaksanakannya kegiatan peningkatan jalan. Perhitungan waktu tempuh sebelum Pembangunan Jalan Lingkar Barat menggunakan asumsi berdasarkan hasil kunjungan lapangan.

Tabel 1. Waktu Tempuh Sebelum Pembangunan Jalan

Asal Tujuan Ruas

Waktu Tempuh (menit) Kec. Jatiluhur Kota

Purwakarta Jatiluhur - Purwakarta 20 Kec.

Sukasari

Kota Purwakarta

Purwakarta – Jatiluhur -

Cikaobandun-Kutamanah - Kertamanah (Kec. Sukasari) 186 Kec.

Maniis

Kota Purwakarta

Purwakarta - Jatiluhur-Cikaobandung

Cikaobandung – Kutamanah-Kertamanah (Kec. Sukasari) - Cijati (Kec. Maniis)

329

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 34/2006 tentang Jalan, didapatkan kecepatan rata-rata atau kecepatan rencana untuk jalan Arteri Sekunder (sesuai rencana RUJTJ Purwakarta Tahun 2002 untuk Jalan Lingkar Barat) yakni > 30 km/jam. Karena Jalan Lingkar Barat cenderung berbukit maka diasumsikan kecepatan rata-ratanya 35 km/jam.

Investasi Infrastruktur

(Pembangunan Jalan Lingkar Barat)

Dampak Langsung Aksesibilitas Wilayah (Perubahan waktu tempuh)

Dampak Tidak Langsung Kesehatan dan Pendidikan Lingkungan Biaya Transportasi Barang

(5)

821

Kecepatan rata-rata tersebut dipergunakan untuk menentukan waktu tempuh perjalanan kendaraan bermotor sesudah pembangunan jalan seperti diperlihatkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Waktu Tempuh Perjalanan Kendaraan Bermotor setelah Pembangunan Jalan.

Asal Tujuan Jarak

Kecepatan Arus Bebas

Waktu Tempuh (km) (km/Jam) (menit) Kec. Jatiluhur Purwakarta 8,00 35,00 14

Kec. Sukasari (Desa

Kertamanah) Purwakarta 27,60 35,00 47

Kec. Maniis (Desa

Cijati) Purwakarta 42,60 35,00 73

Catatan: Titik asal keberangkatan dari Purwakarta berada di pusat Kota Purwakarta

Perbandingan waktu tempuh kendaraan Sebelum dan Sesudah Pembangunan Jalan disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Perbandingan Waktu Tempuh Kendaraan Sebelum dan Sesudah Pembangunan Jalan.

Asal Tujuan Jarak

(km)

Waktu Tempuh (menit)

Persentase (%) Saat Ini Jalan Lingkar Barat

Kec. Jatiluhur Purwakarta 8,00 20 14 30 Kec. Sukasari

(Desa Kertamanah) Purwakarta 27,60 186 47 74,7 Kec. Maniis (Desa

Cijati) Purwakarta 42,60 329 73 77,8 Secara rinci tabel di atas menyajikan perubahan waktu tempuh dari Ibukota Kabupaten Purwakarta ke beberapa Ibukota Kecamatan. Dengan Pembangunan Jalan Lingkar Barat akan dihasilkan penghematan waktu tempuh dari Kecamatan Jatiluhur, Sukasari, dan Maniis menuju Purwakarta, masing-masing sebesar 30%; 74,7%; dan 77,8%; jika dibandingkan dengan kondisi sebelumnya.

3.1.1 DAMPAK AKSESBILITAS WILAYAH TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN DAN PENDIDIKAN

Menurut Sekretaris Camat Kecamatan Sukasari, kematian bayi dan ibu hamil sebagian besar disebabkan oleh terlambatnya pertolongan pada keadaan darurat. Ketiga kecamatan tersebut tidak memiliki fasilitas rumah sakit, sehingga untuk kasus-kasus darurat yang tidak dapat ditangani oleh puskesmas kecamatan harus dirujuk ke rumah sakit yang terdapat di Purwakarta. Lamanya waktu tempuh dari ketiga kecamatan menuju Purwakarta menyebabkan

(6)

822

keterlambatan dalam melakukan pertolongan. Kondisi tersebut menyebabkan pasien terlambat mendapatkan pertolongan dan menyebabkan kematian.

Dengan peningkatan aksesibilitas adanya pengurangan waktu tempuh dari ketiga kecamatan tersebut menuju Kota Purwakarta, maka akan meningkatkan peluang pertolongan untuk kondisi darurat bagi ibu hamil ataupun orang sakit.

Untuk Kecamatan Sukasari yang tidak memiliki fasilitas Sekolah Menengah Tingkat Atas, sehingga pelajar SMA yang berasal dari Kecamatan Sukasari harus bersekolah di Kecamatan Jatiluhur. Hal ini diketahui dari keterangan Sekretaris Camat Kecamatan Sukasari.

Dengan menggunakan waktu tempuh pada sebelum dan sesudah Pembangunan Jalan Lingkar Barat, akan dianalisis dampak penghematan waktu terhadap tingkat pelayanan pendidikan. Perbandingan waktu tempuh bagi pelajar SMU sebelum dan sesudah pembangunan jalan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Perbandingan Waktu Tempuh Pelajar SMA

Kondisi Waktu Tempuh Berangkat Jadwal Sekolah Tiba Masuk Pulang

(menit) (WIB) (WIB) (WIB) (WIB)

Sebelum 166 04.15 07.00 14.00 16.45

Sesudah 33 06.30 07.00 14.00 14.30

Berdasarkan hasil analisis dapat dilihat bahwa sebelum pembangunan jalan, pelajar dari Kecamatan Sukasari yang bersekolah di Kecamatan Jatiluhur akan menghabiskan waktu lebih dari 5 jam hanya untuk melakukan perjalanan ke sekolah setiap hari. Sedangkan sesudah pembangunan jalan, pelajar hanya akan membutuhkan waktu 1 jam untuk melakukan perjalanan ke sekolah.

3.1.2 DAMPAK AKSESBILITAS WILAYAH TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN DAN PENDIDIKAN

Biaya transportasi barang merupakan salah satu komponen penting dalam meningkatkan hasil produksi serta menurunkan biaya produksi. Menurut Sekretaris Kecamatan Sukasari, beberapa potensi komoditi perkebunan Kecamatan Jatiluhur, Sukasari, dan Maniis memberikan hasil penjualan yang kurang optimal disebabkan biaya transportasi barang yang mahal. Harga barang di ketiga kecamatan tersebut juga relatif lebih mahal dibanding wilayah lain disebabkan biaya transportasi yang mahal.

Berdasarkan perubahan waktu tempuh sebelum dan setelah pembangunan Jalan Lingkar Barat yang telah diuraikan, akan dianalisis dampak aksesibilitas wilayah terhadap biaya transportasi barang dari Kecamatan Jatiluhur, Sukasari, dan Maniis menuju Kota Purwakarta dan sebaliknya.

Asumsi yang digunakan dalam analisis adalah sebagai berikut: 1. Sarana angkutan adalah truk.

2. Truk disewa penduduk perjam, dengan waktu muat 60 menit dan waktu bongkar 60 menit.

(7)

823

Dengan menggunakan asumsi tersebut dapat dihitung jumlah perjalanan truk pengangkut barang dari Kecamatan Jatiluhur, Sukasari, dan Maniis menuju Purwakarta dan sebaliknya.

Tabel 5. Perbandingan Jumlah Perjalanan Truk

Asal Tujuan Jarak (Km)

Sebelum Sesudah Persentase

penghematan waktu tempuh/biaya transportasi (%) Waktu Tempuh (Menit) Waktu 1 Rit (Menit) Waktu Tempuh (Menit) Waktu 1 Rit (Menit) (a) (b) (c) (d) (e) (g) (h) (j) Jatiluhur Purwakarta 8 20 160 14 148 8 Sukasari Purwakarta 27.6 186 492 47 214 130 Maniis Purwakarta 42.6 329 778 73 206 278

Dengan asumsi biaya sewa truk per jam yang digunakan masyarakat untuk distribusi barang, dengan adanya penghematan waktu tempuh maka biaya transportasi dari Kota Purwakarta menuju Kecamatan Jatiluhur, Sukasari, Maniis dan sebaliknya dapat dihemat sebesar 8%; 130%; dan 278% dibandingkan setelah Pembangunan Jalan Lingkar Barat.

Rendahnya biaya transportasi akan menurunkan harga barang untuk kebutuhan harian masyarakat di ketiga Kecamatan tersebut. Selain itu, pendapatan masyarakat dari penjualan komoditi perkebunan dapat lebih ditingkatkan, karena dengan berkurangnya biaya transportasi maka masyarakat akan mendapatkan keuntungan lebih besar dari sebelumnya akibat dari kelancaran arus distribusi barang hasil produksi perkebunan yang ada ditiga kecamatan tersebut.

3.2 DAMPAK TERHADAP LINGKUNGAN

Rencana Jalan Lingkar Barat Kabupaten Purwakarta yang melalui Kecamatan Jatiluhur, Maniis, dan Sukasari akan melewati kawasan hutan. Kawasan hutan tersebut berupa hutan produksi dan hutan produksi tetap. Untuk kondisi sebelum pembangunan jalan diasumsikan data hasil analisis Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Purwakarta sebagai dasar acuan analisis. Sedangkan untuk setelah pembangunan jalan diasumsikan berita mengenai dampak pembangunan jalan terhadap kerusakan hutan yang diperoleh melalui internet sebagai dasar acuan analisis.

Berdasarkan Laporan Triwulan I / Maret 2009 KPH Purwakarta, disebutkan bahwa realisasi keamanan kawasan sampai dengan triwulan I / Maret 2009 secara keseluruhan menunjukkan kecenderungan penurunan jika dibandingkan dengan Laporan Maret 2008, baik dalam pencurian kayu, kebakaran, ataupun alih fungsi lahan hutan.

(8)

824 15.453 3.929 0 2.000 4.000 6.000 8.000 10.000 12.000 14.000 16.000 18.000 Maret 2008 Maret 2009 Tahun K e rugi a n (R p . x 1 .0 0 0 )

Gambar 2. Kerugian Akibat Kerusakan Hutan Tahun 2008-2009 (Perum Perhutani, 2009) Kecenderungan penurunan di atas menunjukkan bahwa sebelum pembangunan jalan berdampak pada penurunan tingkat pencurian kayu. Kondisi ini diakibatkan keterbatasan aksesibilitas menuju kawasan hutan di ketiga kecamatan tersebut sehingga menyulitkan para pencuri kayu untuk mengangkut hasil kayu curiannya keluar dari kawasan hutan.

Faktor keterbatasan aksesibilitas pada kawasan hutan berdampak terhadap pada rendahnya tingkat pengrusakan hutan juga diperkuat oleh pernyataan Global Forest Watch suatu LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) yang bergerak di bidang Lingkungan yang menyatakan bahwa hutan berakses tinggi sangat rawan terhadap pengrusakan dibandingkan dengan hutan berakses rendah. Hutan berakses rendah didefinisikan sebagai lahan hutan yang tidak berada di dekat jalan, sungai untuk lalu lintas, pemukiman manusia dan bentuk-bentuk kegiatan pembangunan lainnya. Walaupun keterbatasan aksesibilitas merupakan faktor penting dalam penurunan tingkat pengrusakan hutan di Kecamatan Maniis dan Sukasari, faktor pengamanan hutan oleh Satuan Pengamanan Hutan (Pamhut) KPH Purwakarta juga ikut berperan dalam penurunan tingkat pencurian kayu tesebut. Hal tersebut diindikasikan dari kecenderungan penurunan gangguan hutan seiring dengan peningkatan patroli rutin dan operasional dari Satuan Pamhut KPH Purwakarta.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dengan keterbatasan aksesibilitas pada saat sebelum pembangunan jalan berdampak terhadap terjaganya kawasan hutan pada wilayah Kecamatan Jatiluhur, Maniis, dan Sukasari. Sedangkan peningkatan aksesibiltas setelah pembangunan jalan akan berpotensi menimbulkan kerusakan hutan akibat aktivitas penebangan liar dan alih fungsi lahan hutan.

4 KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

(9)

825

a. Penghematan waktu tempuh dari pembangunan Jalan Lingkar Barat adalah sebesar 30% untuk Kecamatan Jatiluhur, 74,7% untuk Kecamatan Sukasari, dan 77,8% untuk Kecamatan Maniis menuju Kota Purwakarta.

b. Peningkatan aksesibilitas wilayah akibat pembangunan Jalan Lingkar Barat akan berdampak terhadap peningkatan layanan kesehatan dan layanan pendidikan bagi masyarakat Kecamatan Jatiluhur, Sukasari, dan Maniis.

c. Peningkatan aksesibilitas wilayah akibat pembangunan Jalan Lingkar Barat akan berdampak terhadap penurunan biaya transportasi dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

d. Peningkatan aksesibilitas wilayah akibat pembangunan Jalan Lingkar Barat akan berdampak terhadap kerusakan hutan akibat aktivitas penebangan liar dan alih fungsi lahan hutan. Oleh karena itu upaya peningkatan jalan yang dilakukan setelah pembangunan jalan perlu diiringi dengan upaya pelestarian lingkungan, pengawasan kawasan hutan yang lebih efektif, serta penegakan hukum secara tegas untuk meminimalkan dampak lingkungan.

4.2 SARAN

Untuk mendapatkan hasil analisis yang lebih akurat diperlukan penelitian lebih lanjut yang meliputi:

a. Kajian peningkatan transportasi air khususnya pada Waduk Jatiluhur. b. Studi kelayakan ekonomi Rencana Pembangunan Jalan Lingkar Barat.

c. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) untuk Rencana Pembangunan Jalan Lingkar Barat.

DAFTAR PUSTAKA

Banister, D. dan Berechman, J. Transport Investment and Economic Development. UCL Press. London, UK. 2000.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Purwakarta. Purwakarta dalam Angka 2008. Purwakarta. 2009.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Purwakarta. Purwakarta dalam Angka 2006. Purwakarta. 2007.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Purwakarta. Purwakarta dalam Angka 2005. Purwakarta. 2006.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Purwakarta. Purwakarta dalam Angka 2004. Purwakarta. 2005.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Purwakarta. Rencana Umum Jaringan Transportasi Jalan Kabupaten Purwakarta.. Purwakarta. 2001.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Purwakarta. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Purwakarta. Purwakarta. 2002.

Dardak, H., Pengembangan Jaringan Jalan Wilayah Sumatera Berbasis Penataan Ruang. Konferensi Regional Teknik Jalan Ke-8 Wilayah Barat, Batam. Juli 2005.

Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga. Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota. September 1997.

Perum Perhutani Kabupaten Purwakarta. Laporan Triwulan I / Maret 2009 KPH Purwakarta. Purwakarta. April 2009.

(10)

826

Pemerintah Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Pemerintah Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. 1997.

Pemerintah Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. 2007.

Pemerintah Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan. 2004. Pemerintah Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang

Kehutanan.1999.

Pemerintah Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang AMDAL. 1999.

Pemerintah Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan. 2006.

Pemerintah Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan. 1993.

Pemerintah Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1993 tentang Kendaraan dan Pengemudi.1993.

Pemerintah Republik Indonesia. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 14 Tahun 2004 tentang Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas di Jalani.2004.

Rancangan Undang Undang tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.Oktober 2005.

Djuni Pristiyanto. Setiap Km Jalan ladia Galaska Rusak. www.mediaindo.co.id, 11 Juli 2009. Depkominpo, 1754 Desa Dilibatkan Dalam Pengelolaan Hutan. www.perhutani.com, 10 Juli

Gambar

Gambar 1. Skema Acuan Analisis dan Pembahasan
Tabel 3. Perbandingan Waktu Tempuh Kendaraan Sebelum dan Sesudah Pembangunan Jalan.
Tabel 4.  Perbandingan Waktu Tempuh Pelajar SMA
Tabel 5. Perbandingan Jumlah Perjalanan Truk
+2

Referensi

Dokumen terkait

Ekonomi organisasi industri mendukung sumber daya yang berbasis teori sebagai pendekatan deskriptif dan penjelasan (Barney, 1992; McWilliams &

bahwa dalam rangka percepatan penyediaan infrastruktur melalui kerjasama pemerintah dengan badan usaha untuk mendorong perluasan pembangunan nasional, dipandang perlu

Berdasarkan hasil penelitian, baik secara simultan dan parsial keempat variabel independen Green Brand Image, Green Brand Awareness, Green Brand Satisfaction, Green Brand

Hasil regresi variabel likuiditas, leverage , proporsi komisaris independen dan manajemen laba sebagai variabel independen serta ukuran perusahaan, tarif pajak dan

Dengan melaksanakan segmentasi pasar, kegiatan pemasaran dapat dilakukan lebih terarah dan sumber daya yang dimiliki perusahaan dapat digunakan secara lebih

Nilai THI pada data yang termasuk kategori tidak nyaman dikarenakan pengambilan data suhu dan kelembaban dilakukan pada saat cuaca yang cerah tanpa hujan

Pencantuman Peringatan Kesehatan pada Kemasan Produk Tembakau berbentuk persegi selain kotak persegi panjang dan kotak dengan sisi lebar yang sama mengikuti ketentuan

The objective of the research in this study is to describe the process of teaching and learning English for children with mental retardation of the fifth