• Tidak ada hasil yang ditemukan

METANOL METHYL ALCOHOL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "METANOL METHYL ALCOHOL"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

METANOL

METHYL ALCOHOL

1. IDENTIFIKASI BAHAN KIMIA 1.1. Golongan

Alkohol.

1.2. Sinonim/Nama Dagang (2,3,5,6,7)

Alcohol metalico; Alcohol methylique; Carbinol; Colonial spirit; Hydroxymethane; Metanolo; Methanol; Methylol; Methyl alcohol; Methyl alkohol; Methyl hydrate; Methyl hydroxide; Monohydroxymethane; Olumbian spirits; Pyroxylic spirit; Synthetic wood naphtha; Wood alcohol; Wood naphtha; Wood spirit.

1.3. Nomor Identifikasi 1.3.1. Nomor CAS : 67-56-1 (2,3,4,5,7) 1.3.2. Nomor EC : 200-659-6 (3,4) 1.3.3. Nomor RTECS : PC1400000 (3,4,5,7) 1.3.4. Nomor UN : 1230 (3) 2. PENGGUNAAN (2,6)

Metanol banyak digunakan untuk cat; sebagai penghilang vernis; sebagai pelarut dalam industri; digunakan dalam pembuatan formaldehid, asam asetat, derivat metil, dan asam anorganik; sebagai penguat bahan bakar (fuel octane booster); sebagai bahan bakar pada kompor portable.

3. BAHAYA TERHADAP KESEHATAN 3.1. Organ Sasaran

Mata, darah, ginjal, hati, saluran napas bagian atas, kulit, sistem saraf tepi, sistem saraf pusat, saraf optik (5).

(2)

3.2.1. Paparan Jangka Pendek 3.2.1.1. Terhirup

Jika terhirup dapat menyebabkan iritasi saluran napas, batuk, pusing, sakit kepala, mual, lemah, gangguan penglihatan (3).

Menghirup udara yang mengandung kadar metanol tinggi dapat menyebabkan iritasi membran mukosa, sakit kepala, rasa mengantuk, mual, kehilangan kesadaran, gangguan saluran cerna dan penglihatan, bahkan kematian (6).

3.2.1.2. Kontak dengan Kulit

Jika terkena kulit dapat menyebabkan iritasi kulit, kulit menjadi kering dan kemerahan (3,5).

3.2.1.3. Kontak dengan Mata

Jika terkena mata dapat menyebabkan iritasi mata, mata nyeri dan kemerahan (3).

Jika mata terkena cairan metanol atau uap metanol dengan konsentrasi tinggi dapat menyebabkan iritasi, mata berair, dan terbakar (6).

3.2.1.4. Tertelan

Jika tertelan dapat menyebabkan nyeri perut, napas pendek, muntah, kejang, tidak sadarkan diri, kebutaan, kematian (3). Menelan metanol walaupun hanya sedikit, dapat menyebabkan kebutaan atau kematian. Efek sub letal dapat berupa mual, sakit kepala, nyeri perut, muantah, gangguan penglihatan yang bervariasi dari pandangan buram hingga sensitif terhadap cahaya (6).

3.2.2. Paparan Jangka panjang 3.2.2.1. Terhirup

Menghirup metanol dalam jangka panjang dapat menyebabkan sakit kepala, mual, dan pusing. Terpapar metanol dalam kadar tinggi di udara (>800 ppm) dapat terakumulasi, yang pada beberapa orang dapat menyebabkan kerusakan mata (2).

(3)

Paparan berulang dapat menyebabkan keracunan sistemik, gangguan pada otak, gangguan penglihatan, dan kebutaan. Dapat pula memperburuk kondisi emfisema atau bronkitis (6). 3.2.2.2. Kontak dengan Kulit

Paparan berulang atau jangka panjang dapat menyebabkan kulit mengalami dermatitis (3,6), kulit kering, dan kulit pecah-pecah (6).

3.2.2.3. Kontak dengan Mata

Terpapar metanol dalam konsentrasi tinggi (>800 ppm) di udara dapat terakumulasi dan pada beberapa orang dapat menyebabkan kerusakan mata (2).

3.2.2.4. Tertelan

Paparan berulang atau paparan jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan organ target (5).

4. TOKSIKOLOGI 4.1. Toksisitas

4.1.1. Data pada Hewan (2,4,5,6)

LD50 oral-tikus 1187-2769 mg/kg; LC50 inhalasi-tikus (selama 4 jam) 128,2 mg/L; LC50 inhalasi-tikus (selama 6 jam) 87,6 mg/L; LD50 kulit-kelinci 17100 mg/kg; LD50 oral-tikus 5628 mg/kg; LD50 kulit-kulit-kelinci 15800 mg/kg; LC50 inhalasi-tikus (selama 4 jam) 64000 ppm; LD50 kulit-kelinci 20 mL/kg; LD50 oral-mencit 7300 mg/kg; LDLo oral-monyet 7000 mg/kg; LD50 intravena-tikus 2131 mg/kg; LD50 intravena-mencit 4710 mg/kg; LD50 intraperitoneal-tikus 7529 mg/kg; LD50 intraperitoneal-mencit 10765 mg/kg; LDLo kulit-monyet 393 mg/kg; LCLo inhalasi-monyet 1000 ppm.

4.1.2. Data pada Manusia

Menelan 0,25 mL/kg metanol 100% dapat menyebabkan keracunan yang serius, sedangkan menelan 0,5 mL/kg metanol 100% dapat menyebabkan kematian. Timbulnya kematian berhubungan dengan interval waktu antara paparan dan pengobatan. Dapat diprediksi bahwa menelan 100 – 200 mL metanol 100% dapat berakibat fatal bagi sebagian besar orang dewasa (2).

(4)

4.2. Data Karsinogenik

IARC: Tidak ada satupun komponen produk yang berada pada tingkat lebih dari atau sama dengan 0,1% yang teridentifikasi diduga (probable), mungkin (possible), atau terkonfirmasi (confirmed) karsinogen pada manusia oleh IARC (4).

Tidak terdaftar sebagai karsinogen oleh IARC, NTP, ACGIH, atau OSHA (6). 4.3. Data Teratogenik

Diklasifikasikan sebagai bahan yang mungkin bersifat teratogenik terhadap manusia (5).

4.4. Data Mutagenik

Amest test – Salmonella typhimurium, hasil negatif; Mutasi pada sel somatik

mammalia – Fibroblas, hasil negatif; Uji sitogenetika sumsum tulang mammalia in vivo dan analisis kromosom pada mencit jantan dan betina, hasil negatif (4). Mutagenik terhadap sel somatik mammalia, bakteri, dan/atau ragi (5).

5. PERTOLONGAN PERTAMA PADA KORBAN KERACUNAN(1,6) 5.1. Terhirup

Pindahkan korban ke tempat berudara segar. Berikan pernapasan buatan jika dibutuhkan. Jika mengalami kesulitan bernapas, berikan oksigen. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat (3,4,5).

Terhirup serius:

Segera pindahkan korban ke tempat yang lebih aman. Longgarkan pakaian yang melekat ketat, seperti kerah baju, dasi, atau ikat pinggang. Jika mengalami kesulitan bernapas, berikan oksigen. Jika tidak bernapas, resusitasi dari mulut ke mulut. Namun perlu diperhatikan kemungkinan bahaya dilakukannya pertolongan resusitasi dari mulut ke mulut jika korban menghirup bahan yang beracun, menginfeksi, atau korosif. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat (5).

5.2. Kontak dengan Kulit

Segera tanggalkan pakaian, perhiasan, dan sepatu yang terkontaminasi. Cuci kulit, kuku, dan rambut menggunakan sabun dan air mengalir yang banyak sampai dipastikan tidak ada bahan kimia yang tertinggal, sekurangnya selama 15-20 menit. Beri emollient pada bagian kulit yang

(5)

teriritasi. Bila perlu segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat (3,4,5).

Kontak kulit serius:

Cuci kulit menggunakan sabun desinfektan dan beri krim antibakteri pada bagian kulit yang terkena bahan. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat (5).

5.3. Kontak dengan Mata

Segera cuci mata dengan air mengalir yang banyak, sekurangnya selama 15-20 menit dengan sesekali membuka kelopak mata bagian atas dan bawah sampai dipastikan tidak ada lagi bahan kimia yang tertinggal. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat (3,4,5).

5.4. Tertelan

Menelan metanol berpotensi mengancam jiwa. Mula timbulnya (onset) gejala dapat tertunda selama 18 hingga 24 jam setelah menelan metanol (6). Jangan lakukan induksi muntah, kecuali ada instruksi dari petugas kesehatan. Jangan berikan apapun melalui mulut pada korban yang tidak sadarkan diri. Longgarkan pakaian yang melekat ketat, seperti kerah baju, ikat pinggang, atau dasi. Bersihkan mulut menggunakan air bersih. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat (3,4,5).

Catatan untuk dokter (6):

Paparan akut metanol, baik melalui oral (tertelan) atau menghirup metanol konsentrasi tinggi di udara dapat menyebabkan gejala yang muncul antara 40 menit hingga 72 jam setelah paparan. Tanda dan gejala biasanya terbatas pada sistem saraf pusat, mata, dan saluran napas. Oleh karena efek awal pada sistem saraf pusat berupa sakit kepala, vertigo, letargi, dan kebingungan, kemungkinan akan dianggap sebagai keracunan etanol. Keluhan yang umum adalah pandangan buram, penurunan ketajaman penglihatan, dan fotofobia. Dapat diindikasikan kumbah lambung pada pasien dalam jangka waktu 2 jam setelah menelan bahan. Pada kasus keracunan yang berat, timbulnya asidosis metabolik serta level bikarbonat dapat digunakan untuk mengukur tingkat keparahan keracunan. Hal ini lebih efektif daripada pengukuran level metanol serum.

(6)

6. PENATALAKSANAAN PADA KORBAN KERACUNAN 6.1. Resusitasi dan Stabilisasi

a. Penatalaksanaan jalan napas, yaitu membebaskan jalan napas untuk menjamin pertukaran udara.

b. Penatalaksanaan fungsi pernapasan untuk memperbaiki fungsi ventilasi dengan cara memberikan pernapasan buatan untuk menjamin cukupnya kebutuhan oksigen dan pengeluaran karbon dioksida.

c. Penatalaksanaan sirkulasi, bertujuan mengembalikan fungsi sirkulasi darah.

6.2. Dekontaminasi

6.2.1. Dekontaminasi Mata (2,8)

a. Posisi pasien duduk atau berbaring dengan kepala tengadah dan miring ke sisi mata yang terkena atau terburuk kondisinya. b. Secara perlahan, bukalah kelopak mata yang terkena dan cuci

dengan sejumlah air bersih dingin atau larutan NaCl 0,9% diguyur perlahan selama 15-20 menit atau sekurangnya satu liter untuk setiap mata.

c. Hindarkan bekas air cucian mengenai wajah atau mata lainnya. d. Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit. e. Jangan biarkan pasien menggosok matanya.

f. Tutuplah mata dengan kain kassa steril dan segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat dan konsul ke dokter mata.

6.2.2. Dekontaminasi Kulit (termasuk rambut dan kuku) (2,8) - Bawa segera pasien ke pancuran terdekat.

- Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir yang dingin atau hangat serta sabun minimal 10 menit.

- Jika tidak ada air, sekalah kulit dan rambut pasien dengan kain atau kertas secara lembut. Jangan digosok.

- Lepaskan pakaian, arloji, dan sepatu yang terkontaminasi atau muntahannya dan buanglah dalam wadah/plastik tertutup.

(7)

- Penolong perlu dilindungi dari percikan, misalnya dengan menggunakan sarung tangan, masker hidung, dan apron. Hati-hati untuk tidak menghirupnya.

- Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut. 6.2.3. Dekontaminasi inhalasi (2)

- Pindahkan pasien dari tempat paparan ke tempat yang berudara segar.

- Jika timbul gejala pada pernapasan, seperti napas pendek, berikan oksigen dan penunjang yang dibutuhkan.

6.2.4. Dekontaminasi gastrointestinal (2) Aspirasi nasogastrik

Aspirasi nasogastrik merupakan prosedur dekontaminasi yang direkomendasikan jika dapat dilakukan dalam waktu 1 jam setelah pasien menelan metanol. Selain itu, metode ini juga direkomendasikan jika jumlah metanol yang tertelan cukup banyak, yang secara sistemik bersifat toksik dan volumenya cukup untuk diaspirasi. Namun karena prosedur ini juga meningkatkan risiko terjadinya muntah dan teraspirasi ke dalam paru-paru, maka jalan napas pasien harus dijaga serta penempatan nasogastric tube (NGT) juga harus akurat.

6.3. Antidotum (2)

Penggunaan antidotum yang sesuai pada kasus keracunan metanol merupakan hal yang penting.

a. Etanol telah lama dianggap sebagai perlakuan yang efektif (meskipun data yang objektif masih kurang), dan murah.

Etanol diindikasikan jika:

- Kadar metanol plasma >6,25 mmol/L (20 mg/dL)

- Pasien telah menelan metanol 0,4 mL/kg dan osmolal gap >10 mosm/L

- Ada riwayat atau secara klinis dicurigai mengalami keracunan metanol dengan sekurangnya menunjukkan 2 dari gejala berikut: pH arteri <7,3; kadar bikarbonat serum <20 mmol/L (20 mEq/L); osmolal gap >10 mosm/L

(8)

b. Fomepizole juga terbukti berkhasiat, tetapi harganya mahal. Baik etanol maupun fomepizol, keduanya bertindak menghambat alkohol dehidrogenase, sehingga dapat menghambat konversi metanol menjadi metabolit yang toksik (asam).

c. Asam folinat diindikasikan sebagai terapi pendukung pada keracunan metanol. Senyawa ini bertindak sebagai kofaktor dalam pembentukan metabolit nontoksik. Percobaan pada primata menunjukkan bahwa dengan terapi asam folinat terjadi penurunan tingkat asam format dan derajat asidosis metabolik.

Dosis yang dianjurkan adalah 1 mg/kg (hingga 50 mg) secara intravena setiap 4 jam (1).

7. SIFAT FISIKA KIMIA 7.1. Nama Bahan

Metanol

7.2. Deskripsi (2,3,4,5)

Berbentuk cairan bening tidak berwarna, berbau khas; Rumus molekul CH3OH; Berat molekul 32,0; Titik didih 65oC; Titik lebur -98oC; Berat jenis (air=1) 0,79 g/mL; Tekanan uap 160 mmHg pada 30oC; Titik nyala 12oC (pada wadah tertutup); Larut dalam air, benzen, etanol, eter, keton, dan pelarut organik; Mudah larut dalam air dingin dan air panas.

7.3. Tingkat Bahaya, Frasa Risiko dan Frasa Keamanan 7.3.1. Peringkat NFPA (Skala 0-4) (5,6)

Kesehatan 1 = Tingkat keparahan rendah Kebakaran 3 = Mudah terbakar

Reaktivitas 0 = Tidak reaktif

7.3.2. Klasifikasi EC (Frasa Risiko dan Frasa Kemanan) (4) F = Sangat mudah menyala

T = Beracun

R11 = Sangat mudah menyala

R23/24/25 = Beracun jika terhirup, kontak dengan kulit dan jika tertelan

(9)

serius

R39/23/24/25 = Beracun: Bahaya serius dengan efek tidak dapat balik melalui paparan inhalasi, kontak kulit, dan jika tertelan

S7 = Jaga wadah dalam keadaan tertutup rapat S16 = Jauhkan dari sumber nyala-dilarang merokok S36/37 = Kenakan pakaian dan sarung tangan pelindung

yang cocok

S45 = Jika terjadi kecelakaan atau jika anda merasa tidak sehat, jika memungkinkan segera menghubungi dokter (perlihatkan label kemasan)

7.3.3. Klasifikasi GHS (4)

Tanda = Berbahaya Pernyataan bahaya

H225 = Cairan dan uap yang sangat mudah menyala H301 = Beracun jika tertelan

H311 = Beracun jika kontak dengan kulit H331 = Beracun jika terhirup

H370 = Menyebabkan kerusakan organ Pernyataan kehati-hatian

P210 = Jauhkan dari panas/ percikan/ nyala terbuka/ permukaan yang panas – Jangan merokok P260 = Jangan menghirup debu/ asap/ gas/ kabut/ uap/

semprotan

P280 = Gunakan sarung tangan pengaman/ pakaian pelindung

P301 + P310 = Jika tertelan: Segera hubungi Sentra Informasi Keracunan atau dokter

P311 = Hubungi Sentra Informasi Keracunan atau dokter

8. STABILISASI DAN REAKTIVITAS 8.1. Reaktivitas

(10)

Dapat bereaksi hebat dengan oksidator. Menimbulkan reaksi keras dengan garam alkil alumunium, asetil bromida, kloroform + natrium metoksida, krom anhidrida, sianurat klorit, timbal perklorat, fosfor trioksida, asam nitrit. Menimbulkan reaksi eksotermik dengan natrium hidroksida + kloroform. Tak tercampurkan dengan berilium dihidrida, logam (kalium dan magnesium), oksidan (barium perklorat, bromin, natrium hipoklorit, klorin, hidrogen peroksida), kalium tert-butoksida, karbon tertraklorida, logam alkali, logam (alumunium, kalium, magnesium, seng), dan diklormetan. Dapat merusak plastik, karet, dan pelapis (5).

8.2. Stabilitas kimia

Stabil pada kondisi penyimpanan yang disarankan (4,5,6). 8.3. Kemungkinan reaksi berbahaya

Produk berbahaya hasil dekomposisi antara lain adalah formaldehid, karbon dioksida, dan karbon monoksida (6).

8.4. Kondisi yang Harus Dihindari

Panas, nyala, percikan, suhu ekstrim, dan sinar matahari langsung (4). 8.5. Bahan Tak Tercampurkan

Asam klorida, anhidrida asam, oksidator, logam alkali, reduktor, asam (4). 8.6. Polimerisasi

Tidak akan terpolimerisasi (5,6).

9. BATAS PAPARAN DAN ALAT PELINDUNG DIRI 9.1. Ventilasi (6)

Pada area yang tertutup, perlu disediakan ventilasi lokal dan umum untuk menjaga konsentrasi bahan di udara tetap berada di bawah batas yang diijinkan. Sistem ventilasi harus sesuai standard yang berlaku.

9.2. Perlindungan Mata

Kenakan pelindung wajah dan kacamata pengaman. Gunakan peralatan pelindung mata yang telah teruji dan sesuai standard pemerintah (4). Sediakan kran pencuci mata darurat serta semprotan air deras dekat dengan tempat kerja (6).

(11)

Kenakan pakaian pelindung lengkap untuk mencegah kontak bahan pada kulit. Jenis perlengkapan pelindung harus disesuaikan dengan jumlah dan kadar bahan berbahaya di lingkungan kerja.

9.4. Sarung Tangan (4,6)

Kenakan sarung tangan saat menangani bahan. Direkomendasikan penggunaan sarung tangan yang terbuat dari karet butil atau nitril. Sarung tangan harus diperiksa sebelum digunakan. Saat melepaskan sarung tangan, hindarkan menyentuh permukaan sarung tangan untuk mencegah terjadinya kontak bahan melalui kulit. Buanglah sarung tangan yang sudah terkontaminasi bahan sesuai ketentuan yang berlaku dan praktek laboratorium yang baik. Lalu cuci dan keringkan tangan.

9.5. Respirator (4)

Jika penilaian risiko menunjukkan bahwa respirator pemurni udara sudah cukup memadai, kenakan respirator dengan penutup seluruh wajah dengan kombinasi multifungsi. Gunakan respirator dan komponen yang telah teruji dan disetujui sesuai standard pemerintah.

10. DAFTAR PUSTAKA

1. Andersen, I. B., Methanol in Poisoning & Drug Overdose 6th Edition. Olson, K. R. (Ed.). Lange. McGrawHill. New York. 2012.

2. http://www.toxinz.com/Spec/Print/2184352 (Diunduh Maret 2013)

3. http://www.inchem.org/documents/icsc/icsc/eics0057.htm (Diunduh Maret 2013)

4. http://sigma-aldrich.com (Diunduh September 2013) 5. www.sciencelab.com (Diunduh September 2013) 6. www.methanex.com (Diunduh September 2013) 7. www.cdc.gov (Diunduh September 2013)

8. Sentra Informasi Keracunan (SIKer) dan tim. Pedoman Penatalaksanaan Keracunan untuk Rumah Sakit. 2001

Referensi

Dokumen terkait

Siswa yang mempunyai latar belakang dari keluarga bermasalah tersebut, memiliki dampak negatif terhadap proses ibadah dan sopan santun anak, hal ini disebabkan karena

Dari hasil penelitian juga didapatkan data bahwa antara kelompok I, III dan IV tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada kadar HDL darah, sehingga dapat diketahui bahwa ekstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat cemaran bakteri Escherichia coli O157 pada susu kedelai yang dijual di Kelurahan Anduonohu, Kecamatan

Menyiapkan bahan pelaksanaan dan melakukan kooroinasi ke KabupatenIKota dalam rangka pembinaan dan evaluasi pelaksanaan AMDAl, UKl·UPL dan Ijin Ungkungan, serta

Menurut Mantasia cara yang dilakukan oleh pengasuh adalah dengan mengetahui kondisi anak asuh dengan cara memecahkannya namun tidak semua pengasuh yang mengarahkan

selaku Ketua Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya yang telah mendukung penulis dalam pembuatan Tugas Akhir ini.. selaku

pemabahasan: 1) Seruan kepada segenap pemimpin-pemimpin Muhammadiyah, 2) Beberapa akhlaq yang harus dipakai oleh setiap mukmin, dan bagian ini terbagi lagi kedalam:

Daya saing yang pada dasarnya merupakan kemampuan daerah /kota untuk. menumbuhkan sebuah daya tarik dan iklim yang produktif untuk kegiatan ekonomi