• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

A. Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 9 Tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Surakarta Tahun 2016-2021

Arah pembangunan yang ada dalam Rancangan RPJMD Kota Surakarta tahun 2016-2021 telah ditetapkan visi sebagai berikut :

“Terwujudnya Surakarta Sebagai Kota Budaya, Mandiri, Maju dan Sejahtera”

Untuk mencapai visi tersebut di atas, telah ditetapkan 5 misi pembangunan Kota Surakarta Tahun 2016-2021 melalui rumusan misi sebagai berikut:

1. Waras

Mewujudkan masyarakat yang sehat jasmani dan rohani dalam lingkungan hidup yang sehat.

2. Wasis

Mewujudkan masyarakat yang cerdas, berkualitas, berdaya saing, mandiri, dan berkarakter menjunjung tinggi nilai–nilai luhur dan melestarikan warisan budaya daerah.

3. Wareg

Mewujudkan masyarakat yang produktif, mandiri, dan berkeadilan mampu memenuhi kebutuhan dasar jasmani dan rohani.

4. Mapan

Mewujudkan masyarakat yang tertib, aman, damai, berkeadilan, berkarakter, dan berdaya saing melalui pembangunan daerah yang akuntabel (sektoral, kewilayahan, dan kependudukan) dan tata kelola pemerintahan yang efektif, bersih, responsif dan melayani.

5. Papan

Mewujudkan Surakarta nyaman melalui pemenuhan kebutuhan perumahan dan permukiman, pembangunan infrastruktur dan fasilitas umum perkotaan yang berkeadilan, serta berwawasan kependudukan,

(2)

Dari misi pembangunan lima tahun yang akan datang, perwujudan kebijakan di bidang penanggulangan kemiskinan tercermin pada misi “Wareg” yang mengandung arti mewujudkan masyarakat yang produktif, mandiri dan berkeadilan mampu memenuhi kebutuhan dasar jasmani dan rohani. Tujuan utama dalam pembangunan misi Wareg ini adalah Meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat jasmani dan rohani. Secara eksplist, sasaran penanggulangan kemiskinan terwujud pada upaya Pemerintah Kota Surakarta dalam menurunkan angka kemiskinan, penurunan angka pengangguran, pengurangan kesenjangan pendapatan penduduk dan peningkatan pendapatan perkapita masyarakat.

Kebijakan penanggulangan kemiskinan menjadi salah satu program prioritas pembangunan Kota Surakarta untuk periode 2016-2021. Untuk mencapai kesejahteran bagi masyarakat miskin, kebijakan pembangunan diarahkan pada penguatan kemampuan produktif dan karakter mandiri pada kelompok PMKS dan rentan miskin, peningkatan produktivitas dan kecukupan bahan kebutuhan pokok, pengembangan kebijakan untuk peningkatan kecakapan dan keterampilan dalam sistem budaya meraih keunggulan menuju kemandirian dan keadilan serta pengembangan ekonomi kreatif berbasis industri seni dan budaya.

Upaya penurunan angka kemiskinan yang tercermin dalam misi Wareg di dalamnya terdapat rincian program yang menjadi prioritas pembangunan. Beberapa fokus program pembangunan yang menjadi prioritas dalam upaya penurunan angka kemiskinan, pengangguran dan peningkatan pendapatan perkapita masyarakat antara lain :

1. Program pembinaan eks penyandang penyakit sosial (eks narapidana, PSK, narkoba dan penyakit sosial lainnya);

2. Program peningkatan produksi pertanian/perkebunan; 3. Program pengembangan budidaya perikanan;

4. Program peningkatan ketahanan pangan pertanian/perkebunan;

5. Program peningkatan partisipasi masyarakat dalam membangun desa; 6. Program pengembangan wilayah transmigrasi;

7. Program peningkatan kemampuan teknologi industri; 8. Program peningkatan kesempatan kerja;

(3)

9. Program pengembangan kewirausahaan dan keunggulan kompetitif UMKM;

10. Program peningkatan kemampuan teknologi industri; 11. Program Peningkatan kualitas kelembagaan koperasi;

12. Program penyiapan potensi pemberdayaan sarana dan prasarana daerah.

Dalam rangka peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat di Kota Surakarta, target penurunan angka kemisikinan ditetapkan pada tahun 2021 menjadi sebesar 6,38% dengan kondisi pada tahun 2015 sebesar 10,30%. Tingkat pengangguran terbuka menurun menjadi 5,46% ditahun 2021 dengan kondisi tahun 2015 sebesar 5,95%, kesenjangan pendapatan penduduk menurun di tahun 2021 menjadi 0,29 dengan kondisi tahun 2015 sebesar 0,35 dan pendapatan perkapita masyarakat meningkat menjadi Rp72.163.382,69 di tahun 2021 dengan kondisi tahun 2015 sebesar Rp 55.614.295,67. Target yang ditetapkan dalam RPJMD Kota Surakarta tahun 2016-2021 secara rinci dapat dilihat melalui tabel berikut :

Tabel 3.1

Target Indikator Pencapaian Kesejahteran Masyarakat Kota Surakarta Tahun 2016-2021

No Indikator Target Tahun

2016 2017 2018 2019 2020 2021 1 Tingkat Kemiskinan 9,64 8,99 8,34 7,68 7,03 6,38 2 Indeks Gini 0,332 0,321 0,320 0,305 0,301 0,299 3 TPT (Tingkat Penggangguran Terbuka) 5,83 5,76 5,68 5,61 5,55 5,46 4 Pendapatan per kapita 58.142.285, 46 60.922.565, 68 63.823.145, 56 66.534.165, 91 69.337.235 ,56 72.163.382 ,69

Sumber : RPJMD Kota Surakarta Tahun 2016-2021

Dalam mendukung pelaksanaan penanggulangan kemiskinan di Kota Surakarta, ditetapkan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 11 Tahun 2014 tentang Penanggulangan Kemiskinan. Dalam peraturan ini, arah kebijakan penanggulangan kemiskinan Daerah berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD). Penanggulangan kemiskinan di daerah bertujuan untuk :

(4)

1. meningkatkan kapasitas dan mengembangkan kemampuan dasar serta kemampuan berusaha masyarakat miskin;

2. memperkuat peran masyarakat miskin dalam pengambilan keputusan kebijakan publik yang menjamin penghargaan, perlindungan dan pemenuhan hak-hak dasar;

3. mewujudkan kondisi dan lingkungan ekonomi, politik dan sosial yang memungkinkan masyarakat miskin dapat memperoleh kesempatan seluas-luasnya dalam pemenuhan hak dasar dan peningkatan taraf hidup secara berkelanjutan; dan

4. memberikan rasa aman bagi kelompok masyarakat miskin dan rentan.

Hak-hak warga miskin yang memerlukan perhatian dari pemerintah daerah antara lain :

1. memperoleh kecukupan pangan, sandang, dan perumahan; 2. memperoleh pelayanan kesehatan;

3. memperoleh pendidikan;

4. mendapatkan perlindungan sosial dalam mengembangkan dan memberdayakan diri dan keluarganya;

5. mendapatkan pelayanan sosial melalui jaminan sosial, pemberdayaan sosial, dan rehabilitasi sosial;

6. memperoleh derajat kehidupan yang layak; 7. memperoleh lingkungan hidup yang sehat;

8. meningkatkan kondisi kesejahteraan yang berkesinambungan; 9. memperoleh pekerjaan dan kesempatan berusaha.

Dengan melihat pada hak warga miskin yang harus dipenuhi, dalam penanggulangan kemiskinan Pemerintah Daerah berkewajiban:

1. melindungi dan mengupayakan terpenuhinya hak Warga Miskin;

2. menyusun program dan merealisasikan kegiatan penanggulangan kemiskinan

3. menyelaraskan dan memadukan program-program penanggulangan kemiskinan;

(5)

Penanggulangan Kemiskinan dilaksanakan secara terarah, terpadu, dan berkelanjutan oleh Pemerintah Daerah, masyarakat dan pelaku usaha. Penanggulangan kemiskinan dilakukan secara terpadu dengan kebijakan penanganan kemiskinan dari pemerintah. Tahapan Penanggulangan Kemiskinan sebagaimana dimaksud meliputi:

1. Pendataan Warga Miskin 2. Penetapan Warga Miskin

3. pelaksanaan dan pengawasan kegiatan Kemiskinan.

Dalam pelaksanaannya, Pemerintah Kota Surakarta melakukan Penanggulangan Kemiskinan melalui :

1. Pengembangan potensi diri dilakukan oleh Pemerintah Daerah terhadap Warga Miskin yang bersifat perseorangan, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat agar memiliki keterampilan, mampu bekerja dan/atau berwirausaha.

2. Pemberian bantuan pangan dan sandang. Pemerintah Daerah bertanggung jawab dalam penyediaan bantuan pangan dan sandang yang layak bagi Warga Miskin.

3. Pemenuhan akses pelayanan perumahan. Pemerintah Daerah bertanggung jawab atas pemenuhan akses pelayanan perumahan bagi Warga Miskin. Bentuk pemenuhan akses pelayanan perumahan berupa :

a. peningkatan jumlah penduduk miskin yang memiliki akses terhadap rumah layak huni;

b. bantuan perbaikan rumah;

c. bantuan sarana dan prasarana pemukiman.

4. Penyediaan pelayanan kesehatan. Pemerintah daerah bertanggung jawab untuk menyediakan pelayanan kesehatan bagi Warga Miskin. Bentuk pelayanan kesehatan berupa:

a. pembebasan pembiayaan pada fasilitas kesehatan tingkat pertama milik Pemerintah Daerah (Puskesmas) dan fasilitas kesehatan tingkat lanjut milik Pemerintah Daerah (RSUD) baik layanan rawat jalan maupun rawat inap.

(6)

b. pembebasan pembiayaan pada fasilitas kesehatan tingkat lanjut pada rumah sakit yang bekerjasama dengan Pemerintah Daerah berupa layanan rawat inap.

5. Penyediaan pelayanan pendidikan dapat diberikan dalam bentuk:

a. pembebasan seluruh biaya pendidikan bagi keluarga miskin dari jenjang pendidikan dasar sampai jenjang pendidikan menengah; b. pembebasan biaya masuk sekolah pada jenjang pendidikan dasar

sampai jenjang pendidikan menengah;

c. pembebasan biaya pendidikan pada jenjang pendidikan dasar sampai jenjang pendidikan menengah dalam bentuk beasiswa. 6. Penyediaan akses kesempatan kerja dan berusaha bagi Warga Miskin.

a. penyediaan informasi lapangan kerja;

b. pemberian fasilitas pelatihan dan keterampilan;

c. peningkatan akses terhadap pengembangan usaha mikro; d. penyediaan fasilitas bantuan permodalan.

7. Penyediaan pelayanan sosial meliputi:

a. meningkatkan fungsi sosial, aksesibilitas terhadap pelayanan sosial dasar, dan kualitas hidup;

b. meningkatkan kemampuan dan kepedulian masyarakat dalam pelayanan kesejahteraan sosial secara melembaga dan berkelanjutan;

c. meningkatkan ketahanan sosial masyarakat dalam mencegah dan menangani masalah kemiskinan;

d. meningkatkan kualitas manajemen pelayanan kesejahteraan sosial.

B. Peraturan Walikota Surakarta Nomor 35 Tahun 2016 tentang Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kota Surakarta Tahun 2016 – 2021

Tujuan yang ingin dicapai berdasarkan Strategi Penanggulangan

Kemiskinan Kota Surakarta Tahun 2017-2021 dalam rangka

penanggulangan kemiskinan adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan perluasan dan kesempatan berusaha bagi masyarakat; 2. Meningkatkan kualitas pelayaanan kesehatan penduduk miskin;

(7)

3. Meningkatkan ketersediaan, keterjangkauan dan kualitas pelayanan dalam penyelenggaraan pendidikan;

4. Meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana dasar penduduk miskin;

5. Meningkatkan ketersediaan cadangan pangan utama;

6. Meningkatkan pengawasan ketersediaan barang dan harga kebutuhan pokok masyarakat.

Sasaran yang ingin dicapai dalam rangka penanggulangan kemiskinan berdasarkan tujuan tersebut di atas adalah sebagai berikut :

1. Meningkatnya kualitas dan produktivitas tenaga kerja; 2. Meningkatnya perluasan kesempatan kerja;

3. Meningkatnya perlindungan terhadap tenaga kerja; 4. Berkembangnya usaha kecil menengah;

5. Meningkatnya peran Usaha Mikro Kecil Menengah dalam

penyelenggaraan promosi daerah;

6. Terjaminnya pasokan distribusi LPG 3 Kg bagi masyarakat kurang mampu;

7. Meningkatnya kapasitas kelompok pedagang/usaha informal;

8. Meningkatnya akses penduduk miskin terhadap pelayanan kesehatan; 9. Meningkatnya kualitas gizi ibu dan anak;

10. Menurunnya kasus kesakitan dan kematian akibat penyakit menular; 11. Terwujudnya layanan pendidikan dasar minimal 9 tahun yang

terjangkau;

12. Meningkatnya kualitas pelayanan pendidikan non formal;

13. Terpenuhinya kebutuhan air minum dan sanitasi layak bagi masyarakat miskin;

14. Terpenuhinya kebutuhan rumah layak dan sehat bagi masyarakat miskin;

15. Meningkatknya cakupan distribusi bahan pangan utama bagi masyarakat;

16. Terkendalinya kondisi harga dan peredaran barang kebutuhan pokok masyarakat.

(8)

Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut, strategi yang diupayakan adalah melalui :

1. Meningkatkan perluasan dan kesempatan kerja penduduk miskin melalui penyiapan dan pemberdayaan tenaga kerja produktif.

2. Meningkatkan jaminan pelayanan kesehatan masyarakat miskin melalui perluasan kepesertaan jaminan kesehatan dan pelayanan sosial.

3. Meningkatkan ketersediaan, keterjangkauan dan kualitas pelayanan dalam penyelenggaraan pendidikan melalui pelayanan bantuan pendidikan bagi masyarakat miskin, mengembangkan sekolah kejuruan bagi siswa miskin dan pemanfaatan pendidikan non formal.

4. Pemenuhan sarana dan prasaran dasar bagi penduduk miskin melalui perluasan jaringan air bersih, pengembangan perumahan terjangkau dan penciptaan lingkungan sehat.

5. Meningkatkan cakupan distribusi bahan pangan utama bagi masyarakat melalui pemenuhan stok pangan pusat-pusat penyedia pangan.

6. Meningkatkan sistem distribusi pangan dan pemantauan harga pangan secara berkala.

Sementara kebijakan dalam rangka pencapaian strategi yang telah ditetapkan difokuskan pada :

1. Penyiapan dan pemberdayaan tenaga kerja produktif yang diarahkan pada peningkatan keterampilan tenaga kerja, perluasan lapangan kerja formal dan pengembangan wirausaha produktif.

2. Perluasan jaminan pelayanan kesehatan terhadap seluruh penduduk yang belum tercakup ke dalam JKN KIS dan pendampingan, perluasan layanan kesehatan pada penyakit tertentu dan penduduk dengan kecacatan.

3. Peningkatan keterjangkauan dan kualitas pendidikan yang difokuskan pada peningkatan layananan pendidikan dasar, pemberian bantuan siswa miskin, penarikan kembali anak-anak putus sekoah, mengarahkan siswa miskin beprestasi untuk bersekolah di kejuruan dan pemberian beasiswa bagi mahasiswa miskin melalui beasiswa siswa PNF.

(9)

4. Pemenuhan sarana dan prasarana dasar bagi penduduk miskin yang difokuskan pada fasilitasi pembangunan rumah layak huni, perluasan penyediaan air bersih, peningkatan lingkungan sehat perumahan dan fasilitasi rumah tangga berlistrik.

5. Optimalisasi Dewan Ketahanan Pangan dan pemantauan terhadap pemenuhan kebutuhan pangan utama (beras) bagi masyarakat miskin yang tidak mendapatkan bantuan Raskin.

6. Pemantauan harga pangan strategis dan Ketersediaan Pangan Utama.

C. Program dan Kegiatan Prioritas Penanggulangan Kemiskinan

Program dan kegiatan prioritas penanggulangan kemiskinan sampai dengan tahun 2016 meliputi bidang kesehatan, pendidikan, tenaga kerja, ketahanan pangan dan perumahan/pemukiman/prasarana dasar, disarikan dari daftar Rencana Aksi Penanggulangan Kemiskinan sebagai berikut. 1. Program pengembangan lembaga ekonomi pedesaan, melalui

kegiatan:

a. Fasilitasi permodalan bagi usaha mikro kecil dan menengah di perdesaan

2. Program peningkatan peran serta dan kesetaraan jender dalam pembangunan, melalui kegiatan:

a. Pendidikan dan pelatihan peningkatan peran serta dan kesetaraan jender;

b. Penyuluhan bagi ibu rumah tangga dalam membangun keluarga sejahtera

3. Program Peningkatan Efisiensi Perdagangan Dalam Negeri, melalui kegiatan:

a. Fasilitasi kemudahan perijinan pengembangan usaha; b. Pengembangan pasar dan distribusi barang / produk; c. Pembinaan kemampuan teknologi industri.

4. Program pembinaan pedagang kaki lima dan asongan, melalui kegiatan:

(10)

b. Kegiatan penataan tempat berusaha bagi pedagang kakilima dan asongan;

5. Program penciptaan iklim Usaha Kecil Menengah yang kondusif, melalui kegiatan:

a. Fasilitasi pengembangan Usaha Kecil Menengah.

6. Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha Bagi Usaha Mikro Kecil Menengah, dengan kegiatan:

a. Pengembangan sarana pemasaran produk Usaha Mikro Kecil Menengah;

b. Penyelenggaraan promosi produk Usaha Mikro Kecil Menengah; c. Sosialisasi dukungan informasi penyediaan permodalan;

d. Pengembangan klaster bisnis;

7. Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah, dengan kegiatan:

a. Pembinaan industri kecil dan menengah dalam memperkuat jaringan klaster industri;

8. Program Peningkatan Kemampuan Teknologi Industri, dengan kegiatan:

a. Pembinaan kemampuan teknologi industri;

9. Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja, dengan kegiatan :

a. Pendidikan dan pelatihan keterampilan bagi pencari kerja; 10. Program Peningkatan Kesempatan Kerja, dengan kegiatan:

a. Penyusunan informasi bursa tenaga kerja;

b. Pengembangan kelembagaan produktivitas dan pelatihan kewirausahaan;

11. Program Pengembangan Wilayah Transmigrasi, dengan kegiatan: a. Pengerahan dan fasilitasi perpindahan serta penempatan

transmigrasi untuk memenuhi kebutuhan SDM;

12. Program Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif Usaha Kecil Menengah, dengan kegiatan:

a. Fasilitasi pengembangan inkubator teknologi dan bisnis; 13. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani, dengan kegiatan:

(11)

a. Pelatihan petani dan pelaku agribisnis;

14. Program peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian/perkebunan, dengan kegiatan:

a. Pelatihan pemasaran pertanian/peternakan/perikanan;

15. Program peningkatan produksi hasil peternakan, dengan kegiatan: a. Pembibitan dan perawatan ternak;

16. Program pengembangan budidaya perikanan, dengan kegiatan: a. Pengembangan bibit ikan unggul;

17. Program Perbaikan Gizi Masyarakat dengan kegiatan : a. Pemberian tambahan makanan dan vitamin;

b. Penanggulangan kurang energi protein (KEP), anemia gizi besi, gangguan akibat kurang yodium (GAKY), kurang vitamin A dan kekurangan zat gizi mikro lainnya;

18. Program Pelayanan Kesehatan Penduduk Miskin

19. Program keselamatan ibu melahirkan, dengan kegiatan :

a. Penyuluhan kesehatan bagi ibu hamil dari keluarga kurang mampu;

20. Penyakit menular, dengan kegiatan :

a. Penyemprotan/fogging sarang nyamuk;

b. Pencegahan penularan penyakit endemik/epidemik; c. Peningkatan imunisasi;

d. Peningkatan surveillance epideminologi dan penanggulangan wabah;

21. Program pembinaan para penyandang cacat dan trauma, dengan kegiatan:

a. Pembangunan sarana dan prasarana perawatan para

penyandang cacat dan trauma;

b. Pendidikan dan pelatihan bagi penyandang cacat dan eks trauma; 22. Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun, dengan

kegiatan:

a. Penyediaan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Jenjang SD/SMP;

(12)

b. Penyediaan bantuan operasional sekolah (BOS) jenjang SD/SMP (Bantuan keuangan propinsi);

c. BPMKS;

23. Program Pendidikan Non Formal, dengan kegiatan:

a. Pemberian bantuan operasional pendidikan non formal; b. Pengembangan pendidikan keaksaraan;

24. Program Pengembangan Perumahan, dengan kegiatan:

a. Pembangunan sarana dan prasarana rumah sederhana sehat; 25. Program Lingkungan Sehat Perumahan, dengan kegiatan:

a. Penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar terutama bagi masyarakat miskin (DAK);

b. Penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar terutama bagi masyarakat miskin;

26. Program Peningkatan Ketahanan Pangan pertanian/perkebunan, dengan kegiatan:

a. Pemanfaatan perkarangan untuk pengembangan pangan; b. Penyuluhan sumber pangan alternatif;

c. Pemantauan dan analisis akses pangan masyarakat; d. Pengembangan cadangan pangan daerah.

D. Tinjauan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Surakarta

1. Gambaran Umum Anggaran Daerah

APBD Kota Surakarta Tahun 2015 dengan komposisi pendapatan daerah sebesar Rp1,569 triliun sedangkan belanja daerah sebanyak Rp1,533 triliun. Berdasarkan data APBD Kota Surakarta TA 2011 hingga 2015 dapat diketahui bahwa pendapatan daerah Kota Surakarta pada tahun 2015 mengalami peningkatan sebesar 52,35% dari tahun 2011. Sedangkan belanja daerah yang dianggarkan pada tahun 2015 meningkat sebesar 55,96% dari tahun 2011.

Tren surplus dalam anggaran daerah pada tahun 2015 turun sebesar 23,30% dibandingkan tahun 2011, sedangkan pembiayaan

(13)

netto pada tahun 2015 sebanyak Rp.186,3 miliar, secara rinci dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 3.1

Perkembangan Komposisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Surakarta Tahun Anggaran 2011 – 2015 (Rupiah)

a. Pendapatan Daerah

Komposisi pendapatan daerah pada APBD Kota Surakarta dapat dibagi dalam 3 (tiga) bagian utama, yaitu Pendapatan Asli Daerah (PAD), dana perimbangan dan pendapatan lainnya. Gambar 3.2. menunjukkan besarnya pendapatan dan persentase dari ketiga sumber pendapatan daerah pada APBD Kota Surakarta TA 2015.

(14)

Gambar 3.2

Komposisi Anggaran Pendapatan Daerah Kota Surakarta Tahun Anggaran 2015 (%)

Gambar di atas terlihat bahwa pada TA 2015 dana perimbangan mendominasi sumber pendapatan daerah, yaitu sebesar 48,18% atau Rp.775,8 miliar, sedangkan pendapatan lainnya sebesar 28,05% dan diikuti PAD hanya sebesar 23,77%. Perkembangan komposisi setiap jenis pendapatan daerah pada tahun 2011-2015 trend-nya terlihat pada gambar berikut.

(15)

Gambar 3.3

Perkembangan Komposisi Anggaran Pendapatan Daerah Kota Surakarta Tahun Anggaran 2011 – 2015 (Rupiah)

Gambar 3.3 menunjukkan bahwa dana perimbangan setiap tahun mendominasi struktur pendapatan daerah, namun pada tahun 2015 dibandingkan tahun 2014 dana perimbangan turun sebesar 5,21%. PAD setiap tahunnya juga mengalami peningkatan, di mana pada tahun 2011 sebanyak Rp.181,1 miliar meningkat menjadi sebanyak Rp.372,8 miliar pada tahun 2015. Pendapatan lainnya menunjukkan kodisi yang sama dengan PAD, yaitu mengalami peningkatan dari tahun 2011 hingga 2015 menjadi sebanyak Rp.440 miliar dari Rp.269,7 miliar.

b. Belanja Daerah

Belanja daerah Kota Surakarta TA 2015 mencapai Rp1,533 triliun dengan komposisi 5 besar, yaitu belanja pegawai (tidak langsung dan langsung) mencapai 56,98%, diikuti belanja barang dan jasa mencapai 23,51%, belanja modal 15,39%, belanja hibah 3,74% dan belanja bantuan sosial sebesar 0,28% secara rinci dapat dilihat pada gambar berikut.

(16)

Gambar 3.4

Komposisi Anggaran Belanja Daerah Kota Surakarta Tahun Anggaran 2015 (%)

Pada tahun 2010, belanja modal menduduki proporsi terbesar dalam total Belanja Daerah Kota Surakarta, sedangkan belanja barang dan jasa menduduki proporsi terbesar pada tahun 2012. Bila dicermati pada tahun 2010 hingga tahun 2012 Belanja Modal, dan Belanja Tak Terduga cenderung menurun, secara rinci dapat dilihat pada Gambar 3.5 dan Tabel 3.2.

Gambar 3.5

Perkembangan Komposisi Anggaran Belanja Daerah Kota Surakarta Tahun Anggaran 2011 – 2015 (Rupiah)

(17)

Tabel 3.2

Komposisi Anggaran Belanja Daerah

Kota Surakarta Tahun Anggaran 2011 – 2015 (Rupiah)

No Jenis 2011 2012 2013 2014 2015

1 Belanja Pegawai 616,552,889,233 698,386,775,009 781,349,385,472 832,810,555,592 873,277,810,403 2 Belanja Barang dan Jasa 151,270,535,022 175,597,070,413 230,158,026,782 276,844,848,457 360,313,939,466 3 Belanja Modal 128,443,148,963 186,150,293,855 244,975,523,723 286,491,756,994 235,829,590,702 4 Belanja Bunga 1,864,595,060 2,630,068,948 3,011,103,582 707,163,870 543,941,049 5 Belanja Hibah 77,688,165,120 81,484,900,250 114,277,841,058 82,186,330,510 57,298,323,252 6 Belanja Bantuan Sosial 5,891,910,500 91,500,000 197,933,087 57,000,000 4,310,500,000 7

Belanja bagi hasil kepada Provinsi/ Kabupaten/ Kota dan Pemerintahan Desa /kota, pemerintahan desa dan partai politik - - - - - 8 Belanja bantuan keuangan kepada provinsi/kabupate n/ desa/partai politik 690,516,840 690,515,376 690,515,376 696,837,653 677,113,524 9 Belanja Tak Terduga 244,195,000 139,773,250 644,528,220 33,409,391 275,878,668 c. Pembiayaan Daerah

Total Pembiayaan Kota Surakarta mencapai Rp186,3 miliar dengan penerimaan pembiayaan mencapai Rp191,1 miliar serta pengeluaran pembiayaan dianggarkan sebesar Rp4,78 miliar.

1. Analisis Pendapatan Daerah a. Rasio Pajak (Tax Ratio)

Rasio pajak (tax ratio) di tingkat daerah merupakan perbandingan antara jumlah penerimaan pajak daerah dengan PDRB. Rasio pajak dapat digunakan untuk mengukur tingkat kepatuhan masyarakat dalam membayar pajak, mengukur kinerja perpajakan, dan melihat potensi pajak yang dimiliki. PDRB sangat erat kaitannya dengan potensi pajak daerah karena dapat menggambarkan kegiatan ekonomi masyarakat.

(18)

penerimaan pajak di wilayah tersebut. PDRB yang akan digunakan dalam analisis ini adalah PDRB atas dasar harga berlaku yang merupakan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung dengan menggunakan patokan harga pada setiap tahun. Nilai PDRB ini pada umumnya digunakan untuk melihat pergeseran struktur ekonomi yang terjadi di suatu wilayah.

Perhitungan rasio pajak di berbagai wilayah di Indonesia akan memberikan gambaran hubungan antara penerimaan pajak daerah di wilayah tersebut dengan PDRB-nya, menilai kondisi suatu daerah, dan membandingkannya dengan daerah lain.

Gambar 3.6

Perkembangan Rasio Pajak Kota Surakarta Tahun 2011 – 2015 (%)

Gambar 3.6 menunjukkan rasio pajak Kota Surakarta mengalami peningkatan, yaitu dari tahun 2011 sebesar 0,50% dan tahun 2013 menjadi sebesar 0,67%, meskipun menurun di tahun 2014 (0,65%), namun kembali naik pada tahun 2015 menjadi sebesar 0,67%. Rata-rata pajak yang bisa dipungut oleh Pemerintah Kota Surakarta dari tahun 2011 hingga 2015 hanya 0,61% dari PDRB. Komposisi Rasio Pajak Kota Surakarta Tahun 2011-2015 dapat dilihat pada Tabel 3.3.

(19)

Tabel 3.3

Komposisi Rasio Pajak Kota Surakarta Tahun 2011 – 2015

No Jenis 2011 2012 2013 2014 2015 1 Pajak Daerah (rupiah) 118,816,234,506.00 151,905,454,913.00 193,906,210,948.00 206,750,725,212.00 233,085,404,386.00 2 PDRB ADHB (juta rupiah) 23,909,011.13 26,425,273.02 29,092,454.16 32,038,668.79 34,962,340.12 3 Rasio Pajak (%) 0.50 0.57 0.67 0.65 0.67

b. Pajak Per Kapita (Tax Per Capita)

Pajak per kapita (tax per capita) memang belum banyak digunakan dalam menghitung tingkat keberhasilan pajak sebagai sumber Pendapatan Daerah. Namun, pajak per kapita dapat digunakan sebagai alternatif alat hitung efektifitas pemungutan pajak daerah. Pajak per kapita merupakan perbandingan antara jumlah penerimaan pajak yang dihasilkan suatu daerah dengan jumlah penduduknya. Pajak per kapita menunjukkan kontribusi setiap penduduk pada pajak daerah.

Gambar 3.7

Perkembangan Pajak Per Kapita Kota Surakarta Tahun 2011 – 2015 (Rupiah)

Gambar 3.7 menunjukkan pajak per kapita Kota Surakarta mengalami peningkatan setiap tahun, terkecuali tahun 2014 (turun menjadi Rp.352,8 ribu), yaitu dari tahun 2011 sebesar Rp.236,3 ribu

(20)

per kapita Kota Surakarta tahun 2011 hingga 2015 adalah Rp.337,9 ribu, berarti secara rata-rata setiap penduduk yang ada di Kota Surakarta memberikan kontribusi melebihi Rp.300 ribu untuk pendapatan daerah melalui pajak daerah. Komposisi pajak per kapita Kota Surakarta Tahun 2011-2015 dapat dilihat pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4

Komposisi Pajak Per Kapita Kota Surakarta Tahun 2011 – 2015

No Jenis 2011 2012 2013 2014 2015 1 Pajak Daerah (rupiah) 118,816,234,506.00 151,905,454,913.00 193,906,210,948.00 206,750,725,212.00 233,085,404,386.00 2 PDRB ADHB (juta rupiah) 23,909,011.13 26,425,273.02 29,092,454.16 32,038,668.79 34,962,340.12 3 Jumlah Penduduk (jiwa) 502,866 505,413 507,825 586,036 557,606 4 Pajak Per Kapita (ribu rupiah) 236,278.12 300,557.08 381,836.68 352,795.26 418,010.93

c. Ruang Fiskal (Fiscal Space)

Ruang fiskal (fiscal space) merupakan suatu konsep untuk mengukur fleksibilitas yang dimiliki pemerintah daerah dalam mengalokasikan APBD untuk membiayai kegiatan yang menjadi prioritas daerah. Semakin besar ruang fiskal yang dimiliki suatu daerah maka akan semakin besar pula fleksibilitas yang dimiliki oleh pemerintah daerah untuk mengalokasikan belanjanya pada kegiatan-kegiatan yang menjadi prioritas daerah seperti pembangunan infrastruktur daerah.

Kota Surakarta harus memperbesar ruang fiskal daerah untuk Belanja Modal dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi. Pendapatan Daerah Kota Surakarta masih sangat tergantung pada Dana Transfer dan Belanja Pegawai (Tidak Langsung) sangat besar, seperti terlihat pada Gambar 3.8.

(21)

Gambar 3.8

Perkembangan Ruang Fiskal Pendapatan Daerah Kota Surakarta Tahun 2011 – 2015 (%)

d. Tingkat Ketergantungan Daerah

Rasio Ketergantungan Daerah menggambarkan tingkat ketergantungan suatu daerah terhadap bantuan pihak eksternal, baik itu Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah lain. Rasio ini ditunjukkan oleh perbandingan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap total pendapatan (Derajat Otonomi Fiskal) dan rasio dana transfer terhadap total pendapatan (Rasio Ketergantungan Fiskal).

Derajat Otonomi Fiskal memiliki makna yang berkebalikan dengan Rasio Ketergantungan Fiskal. Semakin besar angka Derajat Otonomi Fiskal maka ketergantungan daerah semakin kecil. Sebaliknya, semakin besar angka Rasio Ketergantungan Fiskal, maka semakin besar tingkat ketergantungan daerah terhadap bantuan pihak eksternal. Dengan demikian, daerah yang memiliki tingkat ketergantungan yang rendah adalah daerah yang memiliki Derajat Otonomi Fiskal yang tinggi sekaligus Rasio Ketergantungan Fiskal yang rendah.

(22)

Gambar 3.9

Perkembangan Tingkat Ketergantungan Daerah Kota Surakarta Tahun 2011 – 2015 (%)

Gambar 3.9 memberikan gambaran Tingkat Ketergantungan Kota Surakarta dari tahun 2011 hingga 2015, rata-rata rasio Derajat Otonomi Fiskal sebesar 20,72% dan rata-rata Rasio Ketergantungan Fiskal sebesar 79,28%. Hal ini menunjukkan bahwa, Kota Surakarta memiliki ketergantungan daerah yang tinggi baik dari sisi PAD yang dihasilkan maupun dari sisi dana transfer yang diterima dari pusat. Tingginya tingkat ketergantungan Kota Surakarta tersebut disebabkan oleh rendahnya PAD, khususnya pajak daerah dan retribusi daerah dan tingginya dana transfer yang diterima.

3. Analisis Belanja Daerah

a. Rasio Belanja Pegawai Terhadap Total Belanja Daerah

Rasio Belanja Pegawai Terhadap Total Belanja Daerah menggambarkan bahwa semakin tinggi angka rasionya maka semakin besar proporsi APBD yang dialokasikan untuk Belanja Pegawai. Begitu pula sebaliknya, semakin kecil angka rasio Belanja Pegawai maka

(23)

semakin kecil proporsi APBD yang dialokasikan untuk Belanja Pegawai APBD.

Gambar 3.10

Perkembangan Rasio Belanja Pegawai Terhadap Total Belanja Daerah Kota Surakarta Tahun 2011 – 2015 (%)

Gambar 3.10 menunjukkan rata-rata rasio Belanja Pegawai terhadap total Belanja Daerah Kota Surakarta dari tahun 2011 hingga 2015 adalah 55,46%. Kinerja penurunan belanja pegawai terhadap total belanja daerah Kota Surakarta relatif kecil, rata-rata hanya 1,12% per tahun.

b. Rasio Belanja Modal Terhadap Total Belanja Daerah

Rasio Belanja Modal terhadap total Belanja Daerah mencerminkan porsi Belanja Daerah yang dibelanjakan untuk membiayai Belanja Modal. Belanja Modal ditambah belanja barang dan jasa merupakan belanja pemerintah daerah yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi suatu daerah, disamping pengaruh dari sektor swasta, rumah tangga, dan luar negeri. Realisasi Belanja Modal akan memiliki multiplier effect dalam menggerakan roda perekonomian daerah, oleh karena itu, semakin tinggi angka rasionya, diharapkan akan semakin baik pengaruhnya terhadap pertumbuhan

(24)

ekonomi. Sebaliknya, semakin rendah angkanya, semakin berkurang pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi.

Gambar 3.11

Perkembangan Rasio Belanja Modal Terhadap Total Belanja Daerah Kota Surakarta Tahun 2011 – 2015 (%)

Gambar 3.11 menunjukkan rasio Belanja Modal terhadap total Belanja Daerah Kota Surakarta dari tahun 2011 hingga 2015, porsi belanja modal semakin meningkat setiap tahun menjadi sebesar 38,90% pada tahun 2015 dari tahun 2011 sebesar 28,47%. Hal ini merupakan indikasi postif bahwa porsi Belanja Modal Kota Surakarta semakin mendukung pertumbuhan ekonominya.

c. Rasio Belanja Modal Per Kapita

Rasio Belanja Modal per kapita menunjukkan seberapa besar belanja yang dialokasikan pemerintah untuk pembangunan infrastruktur daerah per penduduk. Rasio Belanja Modal per kapita memiliki hubungan yang erat dengan pertumbuhan ekonomi karena Belanja Modal merupakan salah satu jenis belanja pemerintah yang menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi. Rasio ini bermanfaat untuk menunjukkan perhatian pemerintah dalam meningkatkan perekonomian penduduknya dari pembangunan infrastruktur yang dikeluarkan.

(25)

Gambar 3.12

Perkembangan Rasio Belanja Modal Per Kapita Kota Surakarta Tahun 2011 – 2015 (Ribu Rupiah)

Gambar 3.12 menunjukkan rasio belanja modal per kapita Kota Surakarta dari tahun 2011 hingga 2015, rata-rata rasio Belanja Modal per kapita adalah Rp847,6 ribu. Rasio Belanja Modal per kapita Kota Surakarta mengalami kenaikan, yaitu dari tahun 2011 sebesar Rp556,3 ribu dan tahun 2013 menjadi Rp1,07 juta. Hal ini menandakan bahwa

anggaran Belanja Modal untuk merangsang pertumbuhan

perekonomian masyarakat di Kota Surakarta makin meningkat.

d. Rasio Belanja Bantuan Sosial Terhadap Total Belanja Daerah

Belanja Bantuan Sosial merupakan salah satu pos dalam belanja tidak langsung. Bantuan sosial adalah pemberian bantuan yang sifatnya tidak secara terus menerus dan selektif dalam bentuk uang/barang kepada masyarakat atau organisasi profesi yang bertujuan untuk kepentingan umum. Dalam bantuan sosial termasuk antara lain bantuan partai politik sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Seringkali pemberitaan di media massa melaporkan bahwa pada masa-masa tertentu seperti menjelang pemilihan umum ataupun pemilihan kepala daerah, belanja ini menjadi isu yang panas dan banyak

(26)

Dari sisi pemerintah daerah, bantuan sosial ini berpotensi menimbulkan tumpang tindih kegiatan dengan kegiatan yang dilakukan oleh satuan kerja perangkat daerah (SKPD), di mana keduanya menggunakan dana dari APBD. Sebagai contoh, bantuan sosial kepada masyarakat di lingkungan kumuh, pondok pesantren, bantuan untuk bidang sanitasi, penyediaan akses air bersih, dan sebagainya yang juga dilaksanakan oleh SKPD. Oleh karena itu, perlu adanya pemantauan terhadap jumlah anggaran yang dialokasikan untuk Belanja Bantuan Sosial. Agar pengelolaan Belanja Bantuan Sosial dilaksanakan secara transparan dan akuntabel.

Rasio Belanja Bantuan Sosial terhadap total Belanja Daerah mencerminkan porsi Belanja Daerah yang dibelanjakan untuk Belanja Bantuan Sosial. Semakin tinggi angka rasionya maka semakin besar proporsi APBD yang dialokasikan untuk Belanja Bantuan Sosial dan begitu sebaliknya semakin kecil angka rasio Belanja Bantuan Sosial maka semakin kecil pula proporsi APBD yang dialokasikan untuk Belanja Bantuan Sosial.

Gambar 3.13

Perkembangan Rasio Belanja Bantuan Sosial Terhadap Total Belanja Daerah Kota Surakarta Tahun 2011 – 2015 (%)

Gambar 3.13 memperlihatkan proporsi APBD untuk Belanja Bantuan Sosial menunjukkan penurunan yaitu rasio Belanja Bantuan Sosial terhadap total Belanja Daerah Kota Surakarta dari tahun 2011

(27)

e. Realisasi Belanja Daerah Menurut Fungsi, Urusan dan Penyelenggara Layanan

Klasifikasi belanja daerah menurut fungsi ditujukan untuk mencapai keterpaduan pengelolaan keuangan negara digunakan dalam rangka menjamin keselarasan, terdiri dari 9 (sembilan) fungsi, yaitu fungsi pelayanan umum, ketertiban dan ketentraman, ekonomi, lingkungan hidup, perumahan dan fasilitas umum, kesehatan, pariwisata dan budaya, pendidikan dan perlindungan sosial.

Komposisi realisasi belanja daerah menurut fungsi Kota Surakarta Tahun Anggaran 2015 dapat dilihat pada Gambar 3.14.

Gambar 3.14

Komposisi Realisasi Belanja Daerah Menurut Fungsi Kota Surakarta Tahun Anggaran 2015 (%)

Pada Gambar 3.14 menunjukkan Belanja daerah Kota Surakarta TA 2015 mencapai Rp1,812 triliun dengan komposisi menurut fungsi 5 besar, yaitu fungsi pelayanan umum (21,35%), lingkungan hidup (17,09%), perumahan dan fasilitas umum (15,04%), pendidikan (13,28%) dan kesehatan (13,03%).

Perkembangan komposisi realisasi belanja daerah Kota Surakarta Tahun Anggaran 2015 menurut urusan dapat dilihat pada Gambar 3.15.

(28)

Gambar 3.15

Komposisi Realisasi Belanja Daerah Menurut Urusan Kota Surakarta Tahun Anggaran 2015 (%)

Pada Gambar 3.15 menunjukkan bahwa 5 urusan dari 33 urusan yang mendominasi pada realisasi belanja daerah Kota Surakarta TA 2015, yaitu Otonomi Daerah Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian (18,40%), Lingkungan Hidup (14,83%), Pekerjaan Umum (13,03%), Kesehatan (12,58%) dan Pendidikan (11,71%).

Untuk memberikan gambaran secara rinci realisasi belanja daerah menurut fungsi dan urusan Kota Surakarta tahun anggaran 2015 dapat dilihat pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5

Realisasi Belanja Daerah Menurut Fungsi dan Urusan Kota Surakarta Tahun 2013 – 2015

No. FUNGSI/URUSAN 2013 2014 2015

(Rp.) (%) (Rp.) (%) (Rp.) (%)

I. Ekonomi 146,824,193,635 25.33 143,652,904,339 20.39 75,606,202,234 11.91

1 Energi Dan Sumber Daya Mineral 56,418,036 0.01 70,545,760 0.01 - - 2 Kelautan Dan Perikanan 2,038,930,650 0.35 2,451,632,950 0.35 102,476,800 0.02 3 Ketahanan Pangan 3,001,334,710 0.52 10,218,371,417 1.45 9,941,318,510 1.57 4 Ketransmigrasian 42,894,000 0.01 212,615,000 0.03 192,432,000 0.03

(29)

No. FUNGSI/URUSAN 2013 2014 2015

(Rp.) (%) (Rp.) (%) (Rp.) (%)

5 Koperasi Dan Usaha Kecil Menengah 3,922,682,114 0.68 3,412,955,784 0.48 3,679,397,800 0.58 6 Pemberdayaan Masyarakat 31,076,500,991 5.36 19,618,773,524 2.78 4,746,395,391 0.75 7 Penanaman Modal 2,526,233,575 0.44 2,009,324,662 0.29 1,724,567,241 0.27 8 Perdagangan 51,596,018,794 8.90 45,250,746,303 6.42 15,558,227,509 2.45 9 Perhubungan 39,102,668,799 6.75 42,579,391,090 6.04 33,119,682,010 5.22 10 Perindustrian 1,115,530,825 0.19 1,394,432,118 0.20 1,291,770,490 0.20 11 Pertanian 6,298,458,967 1.09 8,152,959,771 1.16 2,427,693,321 0.38 12 Tenaga Kerja 6,046,522,174 1.04 8,281,155,960 1.18 2,822,241,162 0.44 II. Kesehatan 44,534,021,375 7.68 80,499,613,661 11.43 81,367,667,437 12.82 1 Kesehatan 43,184,580,000 7.45 78,322,223,516 11.12 79,838,882,606 12.58 2 Keluarga Berencana

Dan Keluarga Sejahtera

1,349,441,375 0.23 2,177,390,145 0.31 1,528,784,831 0.24

III. Ketertiban Dan Ketentraman

4,697,052,943 0.81 6,108,852,571 0.87 24,407,349,846 3.85

Kesatuan Bangsa Dan Politik Dalam Negeri

4,697,052,943 0.81 6,108,852,571 0.87 24,407,349,846 3.85

IV. Lingkungan Hidup 63,890,269,378 11.02 90,640,035,449 12.87 106,743,751,797 16.82

1 Lingkungan Hidup 58,293,460,615 10.06 61,396,578,061 8.71 94,127,235,329 14.83 2 Penataan Ruang 5,400,279,953 0.93 5,642,187,388 0.80 11,060,268,972 1.74 3 Pertanahan 196,528,810 0.03 23,601,270,000 3.35 1,556,247,496 0.25 V. Pariwisata Dan Budaya 11,397,318,440 1.97 14,445,318,541 2.05 14,307,694,322 2.25 1 Kebudayaan 4,059,237,552 0.70 6,001,000,148 0.85 8,768,818,595 1.38 2 Pariwisata 7,338,080,888 1.27 8,444,318,393 1.20 5,538,875,727 0.87

VI. Pelayanan Umum 138,097,062,171 23.83 192,056,032,748 27.26 140,552,578,564 22.14

1 Kearsipan 360,345,835 0.06 366,688,750 0.05 700,740,416 0.11 2 Komunikasi Dan Informatika 5,623,208,016 0.97 5,924,565,573 0.84 7,207,989,916 1.14 3 Otonomi Daerah Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian Dan Persandian 119,726,130,132 20.66 170,755,211,869 24.24 116,781,726,580 18.40 4 Perencanaan Pembangunan 12,166,441,438 2.10 14,788,344,156 2.10 15,661,814,952 2.47 5 Statistik 220,936,750 0.04 221,222,400 0.03 200,306,700 0.03 VII. Pendidikan 55,695,843,855 9.61 84,352,005,745 11.97 82,948,475,065 13.07 1 Kepemudaan Dan Olahraga 3,529,540,557 0.61 5,695,055,374 0.81 5,329,028,450 0.84 2 Pendidikan 48,383,623,826 8.35 71,737,567,525 10.18 74,320,964,210 11.71 3 Perpustakaan 3,782,679,472 0.65 6,919,382,846 0.98 3,298,482,405 0.52

VIII. Perlindungan Sosial 11,930,262,843 2.06 19,854,862,521 2.82 14,795,612,425 2.33

1 Kependudukan Dan Catatan Sipil 3,030,973,256 0.52 4,940,039,744 0.70 4,637,612,160 0.73 2 Pemberdayaan Perempuan Dan 3,239,867,319 0.56 7,369,071,687 1.05 7,481,720,332 1.18

(30)

No. FUNGSI/URUSAN 2013 2014 2015

(Rp.) (%) (Rp.) (%) (Rp.) (%)

3 Sosial 5,659,422,268 0.98 7,545,751,090 1.07 2,676,279,933 0.42

IX. Perumahan Dan Fasilitas Umum

102,494,784,928 17.68 72,902,025,677 10.35 93,971,086,464 14.81

1 Pekerjaan Umum 74,107,238,253 12.79 57,721,013,157 8.19 82,729,635,135 13.03 2 Perumahan 28,387,546,675 4.90 15,181,012,520 2.15 11,241,451,329 1.77

Jumlah 579,560,809,568 100 704,511,651,252 100 634,700,418,154 100

E. Pelaksanaan Program dan Kegiatan Penanggulangan Kemiskinan

Program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan Kota Surakarta yang dilaksanakan oleh masing-masing perangkat daerah yang mendukung 4 (empat) strategi penanggulangan kemiskinan yang tertuang di dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. Program dan kegiatan penanggulangan Kemiskinan di Kota Surakarta pada tahun 2016 dialokasikan anggaran sebesar Rp80.677.405.600,-. Sebagian besar alokas anggaran penanggulangan kemiskinan di Kota Surakarta bersumber dari APBN yang mencapai 60,39%. Secara terperinci, besaran anggaran tersebut terdiri dari APBN sebesar Rp48.727.787.100,- dari APBD Provinsi Jawa Tengah sebesar Rp466.665.000, dari APBD Kota Surakarta sebesar Rp30.423.972.000,- dan kontribusi dari CSR sebesar Rp1.058.981.500,-. Komposisi anggaran penanggulangan kemiskinan di Kota Surakarta berdasarkan sumbernya dapat dilihat pada gambar berikut.

(31)

Gambar 3.16

Komposisi Sumber Anggaran Penanggulangan Kemiskinan Kota Surakarta Tahun 2016

Penyelenggaran program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan dilihat berdasarkan kelompok program menunjukkan sebagian besar berada di klaster I program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan berbasis bantuan sosial terpadu berbasis keluarga atau lebih pada perlindungan sosial. Besarnya persentase anggaran pada klaster I mencapai 58,02%. Secara rinci komposisi anggaran pada masing-masing klaster dapat dilihat pada grafik berikut.

Klaster I 46,808,816,10 0 58.02% Klaster II 31,094,618,00 0 38.54% Klaster III 2,773,971,500 3.44% Gambar 3.17

(32)

1. Program dan Kegiatan Penanggulangan Kemiskinan Klaster I

Alokasi anggaran program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan pada Klaster I tahun 2016 adalah sebesar Rp46.808.816.100. Anggaran tersebut terdiri dari APBN sebesar Rp25.377.263.100 (54,21%), dari APBD Provinsi Jawa Tengah sebesar Rp206.665.000 (0,44%), dari APBD Kota Surakarta sebesar Rp21.083.208.000 (45,04%) dan dari kontribusi CSR sebesar Rp141.680.000 (0,3%) seperti yang tersaji pada grafik di bawah ini.

Gambar 3.18

Komposisi Anggaran Penanggulangan Kemiskinan Klaster I Kota Surakarta Tahun 2016

Dari besarnya anggaran penangulangan kemiskinan pada klaster I, secara rinci pelaksanaannya melalui program dan kegiatan sebagai berikut. a. Kantor Ketahanan Pangan

Program yang dilaksanakan oleh Kantor Ketahanan Pangan adalah

Pengembangan Cadangan Pangan Daerah dengan kegiatan

Penyediaan Raskinda tahun 2016. Tujuan kegiatan ini, yaitu Penyediaan Beras bagi Keluarga Miskin tidak tercover Raskin Pusat. Total penerima bantuan raskinda sebanyak 15.617 KK yang tersebar di seluruh Kota Surakarta. Penerima raskinda di 5 kelurahan pilot, yaitu Kelurahan Kadipiro sebanyak 1.472 KK, di Kelurahan Mojosngo sebanyak 975 KK, di Kelurahan Semanggi sebanyak 1.053 KK, di Kelurahan Tipes sebanyak 134 KK, dan di Kelurahan Pajang sebanyak

(33)

622 KK. Besarnya anggaran untuk kegiatan penyediaan raskinda tahun 2016 adalah Rp9.276.498.000,- yang bersumber dari APBD Kota Surakarta.

b. Dinas Kesehatan

Program dan kegiatan yang dlaksanakan oleh Dinas Kesehatan, yaitu : 1) Jaminan Kesehatan Nasional PBI dengan tujuan peningkatan

derajat kesehatan penduduk miskin pelayanan kesehatan miskin dengan sasaran sebanyak 52.533 orang. Sasaran jaminan kesehatan nasional PBI untuk 5 kelurahan pilot tersebar di Kelurahan Kadipiro sebanyak 17.847 orang, di Kelurahan Pajang sebanyak 6.257 orang, di Kelurahan Tipes sebanyak 3.209 orang, di Kelurahan Semanggi sebanyak 12.620 orang, dan di Kelurahan

Mojosongo sebanyak 12.600 orang. Anggaran untuk

penyelenggaraan jaminan kesehatan nasional PBI sebesar Rp12.119.363.100,- yang bersumber dari APBN.

2) Jaminan Kesehatan Daerah (JAMKESDA) Provinsi Jawa Tengah bertujuan untuk peningkatan derajat kesehatan penduduk miskin pelayanan kesehatan maskin dengan sasaran 665 orang. Sasaran Jaminan Kesehatan Daerah (JAMKESDA) Provinsi Jawa Tengah tersebar di Kelurahan Kadipiro sebanyak 266 orang, di Kelurahan Pajang sebanyak 72 orang, di Kelurahan Tipes sebanyak 72 orang, di Kelurahan Semanggi sebanyak 201 orang dan di Kelurahan Mojosongo sebanyak 94 orang. Besarnya anggaran untuk kegiatan Jaminan Kesehatan Daerah (JAMKESDA) Prov Jateng sebesar Rp183.540.000,- yang bersumber pada APBD Provinsi Jateng.

3) Integrasi PKMS Gold ke BPJS dengan tujuan memberikan jaminan pembiayaan kesehatan maskin yang belum tertanggung JKN-PBI dengan sasaran 4.196 orang. Sasaran integrasi PKMS Gold ke BPJS untuk 5 kelurahan pilot tersebar di Kelurahan Kadipiro sebanyak 1.226 orang, di Kelurahan Pajang sebanyak 342 orang, di Kelurahan Tipes sebanyak 438 orang, di Kelurahan

(34)

sebanyak 94 orang. Besarnya anggaran untuk program integrasi PKMS Gold ke BPJS adalah Rp1.158.096.000,- yang bersumber dari APBD Kota Surakarta.

4) Perbaikan Gizi bertujuan untuk meningkatkan status gizi masyarakat khususnya masyarakat miskin dengan kegiatan penyusunan peta informasi masyarakat kurang gizi, PMT, pemberdayaan masyarakat, Penanggulangan KEP, AGB, GAKY, KVA. Total penerima sebanyak 260 orang yang tersebar di Kelurahan Kadipiro sebanyak 40 orang, di Kelurahan Pajang sebanyak 15 orang, di Kelurahan Tipes sebanyak35 orang, di Kelurahan Semanggi sebanyak 95 orang dan di Kelurahan Mojosongo sebanyak 75 orang. Besarnya anggaran untuk programperbaikan gizi adalah Rp207.000.000,- yang bersumber dari APBD Kota Surakarta.

c. Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

Program yang dilaksanakan pada Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga antara lain adalah :

1) Program BPMKS bertujuan untuk 1) Menyukseskan program penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun menuju Wajar 12 tahun, 2) Meningkatkan layanan dan mutu Pendidikan, 3) Memenuhi hak dasar masyarakat miskin dan tidak mampu dalam bidang pendidikan. Kegiatan dari program BPMKS, yaitu :

a) Subsidi pemenuhan BOSP bagi siswa dari gakin/tidak

mampu di SD/MI swasta, SMP/MTs swasta,

SDLB/SMPLB/SMALB Negeri, SDLB/SMPLB/SMALB

swasta, SMA/SMK/MA negeri, SMA/SMK/MA swasta. Total penerima bantuan dari kegiatan ini di 5 kelurahan pilot sebanyak 4.197 siswa yang tersebar di Kelurahan Kadipiro sebanyak 1.305 siswa, di Kelurahan Mojosongo sebanyak 969 siswa, di Kelurahan Semanggi sebanyak 1.330 siswa, di Kelurahan Tipes sebanyak 274 siswa dan di Kelurahan Pajang sebanyak 319 siswa. Besarnya anggaran untuk kegiatan subsidi pemenuhan BOSP bagi siswa dari gakin/

(35)

tidak mampu di SD/MI swasta, SMP/MTs swasta,

SDLB/SMPLB/SMALB Negeri, SDLB/SMPLB/SMALB

swasta, SMA/SMK/MA negeri, SMA/SMK/MA swasta adalah Rp2.506.158.000,- yang bersumber dari APBD Kota Surakarta.

b) Bantuan pemenuhan BOSP dan BP bagi siswa SD/SMP plus, siswa plus, 10% siswa miskin/tidak mampu berprestasi yang bersekolah di SMP/SMA/SMK Negeri. Total penerima bantuan dari kegiatan ini di 5 kelurahan pilot sebanyak 4.512 siswa yang tersebar di Kelurahan Kadipiro sebanyak 1.329 siswa, di Kelurahan Mojosongo sebanyak 1.215 siswa, di Kelurahan Semanggi sebanyak 1.172 siswa, di Kelurahan Tipes sebanyak 235 siswa dan di Kelurahan Pajang sebanyak 516 siswa. Besarnya anggaran untuk kegiatan bantuan pemenuhan BOSP dan BP bagi siswa SD/SMP plus, siswa plus, 10% siswa miskin/tidak mampu berprestasi yang bersekolah di SMP/SMA/SMK Negeri adalah Rp6.042.168.000,- yang bersumber dari APBD Kota Surakarta.

2) Program Kejar Paket bertujuan untuk : 1) Menyukseskan program penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun menuju Wajar 12 tahun, 2) pengganti, penambah dan atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Kegiatan dari program kejar paket, yaitu :

a) Bantuan pemenuhan BOSP untuk anak usia sekolah dari keluarga miskin agar bisa menyelesaiakan pendidikan pada program kesetaraan Paket A, B, C yang ditujukan untuk 25 siswa di Kelurahan Pajang. Besarnya anggaran untuk kegiatan bantuan pemenuhan BOSP untuk anak usia sekolah dari keluarga miskin agar bisa menyelesaiakan pendidikan pada program kesetaraan Paket A, B, C adalah Rp15.000.000,- yang bersumber dari APBD Kota Surakarta.

(36)

b) Peningkatan kualifikasi akademik dan kompetensi warga belajar dengan sasaran sebanyak 85 siswa tersebar di Kelurahan Pajang sebanyak 20 siswa dengan anggaran berjumlah Rp36.500.000,- yang bersumber dari APBD TA. 2016 Kota Surakarta pada DPA PPKD, di Kelurahan Kadipiro sebanyak 45 siswa, di Kelurahan Mojosongo sebanyak 20 siswa dengan dana yang bersumber dari Bantuan Keuangan

Provinsi (Revisi TW II DPPA PPKD) sejumlah

Rp66.500.000,-.

d. Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi

1) Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial mempunyai kegiatan antara lain :

a) Monitoring, evaluasi dan pelaporan yang bertujuan meningkatnya keberdayaan fakir miskin penerima manfaat PKH dengan jumlah keluarga miskin penerima manfaat PKH terfasilitasi dalam pendampingan di lokasi penerima manfaat berjumlah 8.503 KPM (Keluarga Penerima Manfaat) pada 5 Kecamatan/51 Kelurahan. Besarnya anggaran untuk monitoring, evaluasi dan pelaporan adalah Rp252.500.000,- yang bersumber dari APBD Kota Surakarta.

b) Penyaluran bantuan PKH bertujuan untuk mencairkan bantuan PKH Tahun 2016 sebanyak 25.683 KPM tersalurkan bantuan PKH pada tahap I, II, dan III tahun 2016 pada 5 Kecamatan / 51 Kelurahan. Besarnya anggaran penyaluran bantuan PKH sejumlah Rp13.257.900.000,- bersumber dari APBN.

c) Monitoring, Evaluasi dan Publikasi Kegiatan Perlindungan Jaminan Sosial Bantuan Tunai Bersyarat PKH dengan tujuan memfasilitasi pendampingan dalam FDS dan operasional UPPKH. Sasaran dari kegatan ini adalah pendamping PKH sebanyak 36 orang. Anggaran Monitoring, Evaluasi dan Publikasi Kegiatan Perlindungan Jaminan Sosial Bantuan

(37)

Tunai Bersyarat PKH sebesar Rp23.125.000,- bersumber dari dana APBD Prov Jateng

2) Program pembinaan eks penyandang penyakit sosial (eks Narapidana, PSK, Narkoba dan penyakit sosial lainnya) dengan kegiatan berupa Pendidikan dan Pelatihan Ketrampilan berusaha bagi eks Penyandang Penyakit Sosial yang bertujuan wanita rawan sosial Ekonomi mempunyai keterampilan di bidang tertentu. Sasaran kegiatan ini adalah 150 orang yang terbagi pada pelatihan menjahit bagi WRSE dan Pelatihan Boga tersebar di Kelurahan Kadipiro sebanyak 20 orang, di Kelurahan Pajang sebanya 20 orang, di Kelurahan Tipes sebanya 20 orang, di Kelurahan Mojosongo sebanya 26 orang, di Kelurahan Jebres sebanya 24 orang, dan di Kelurahan Laweyan sebanyak 20 orang. Anggaran Program pembinaan eks penyandang penyakit sosial (eks Narapidana, PSK, Narkoba dan penyakit sosial lainnya) sebesar Rp600.000.000,- berasal dari Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT).

3) Program Pembinaan para penyandang Cacat dan Trauma dengan kegiatannya, yaitu pembangunan sarana dan prasarana perawatan para penyandang cacat dan trauma yang bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada orang lain dan lebih produktif. Sasaran kegiatan ini adalah 75 orang disabilitas berupa bantuan kursi roda, kaki palsu, Brace, Alat dengar, Krek, Wolker, dan unit pelayanan sosial keliling (UPSK) tersebar di Kelurahan Kadipiro sebanyak 13 orang, di Kelurahan Pajang sebanyak 12 orang, di Kelurahan Tipes sebanyak 10 orang, di Kelurahan Semanggi sebanyak 10 orang, di Kelurahan Mojosongo sebanya 10 orang, di Kelurahan Jebres sebanyak 10 orang, dan di Kelurahan Laweyan sebanyak 10 orang. Besarnya anggaran untuk program Pembinaan para penyandang Cacat dan Trauma adalah Rp250.000.000,- yang bersumber dari APBD Kota Surakarta.

(38)

4) Program Peningkatan Kualitas dan Produktifitas Tenaga Kerja dengan kegiatan berupa pendidikan dan pelatihan keterampilan bagi pencaker tujuannya agar Pencaker siap menghadapi MEA. Sasaran kegiatan ini adalah 10 orang mengikuti pelatihan komputer, 10 orang mengikuti pelatihan menjahit, 10 orang mengikuti pelatihan otomotif, 10 orang mengikuti pelatihan salon yang tersebar di 5 kelurahan di 5 kecamatan. Besarnya anggaran untuk programPeningkatan Kualitas dan Produktifitas Tenaga Kerja adalah Rp150.000.000,- yang bersumber dari Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT)

5) Program Peningkatan Kesempatan Kerja dengan kegiatannya Pengembangan kelembagaan produktifitas dan pelatihan kewirausahaan bertujuan untuk menciptakan lapangan kerja. Sasaran dari kegiatan ini sebanyak 80 orang dapat mengikuti Pelatihan keterampilan wirausaha Boga yang tersebar di Kelurahan Kadipiro sebanyak 20 orang, di Kelurahan Purwodiningrat sebanyak 20 orang, di Kelurahan Sondakan 20 orang, dan di kelurahan Jagalan sebanyak 20 orang. Anggaran untuk Program Peningkatan Kesempatan Kerja sebesar Rp150.000.000,- yang bersumber dari Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT).

6) Program Pengembangan Wilayah Transmigrasi dengan kegiatan berupa pengarahan dan fasilitasi perpindahan dan penempatan transmigran untuk memenuhui kebutuhan SDM bertujuan meningkatkan taraf hidup masyarakat transmigran, mendapatkan lapangan pekerjaan, menopang ketahanan pangan nasional. Total penempatan transmigran ke daerah transmigrasi sebanyak 10 KK. Anggaran untuk Program Pengembangan Wilayah Transmigrasi sebesar Rp113.788.000,- yang bersumber dari APBD Kota Surakarta.

e. Bagian Perekonomian

(39)

1) Kegiatan distribusi Raskin bertujuan meningkatkan kesejahteraan warga yang kurang mampu dengan kegiatan berupa pembagian beras. Sasaran dari kegiatan ini adalah 29.043 RTS KK di Kota Surakarta. Anggaran untuk pendampingan Program Raskin sebesar Rp259.000.000,- yang bersumber dari APBD Kota Surakarta.

2) Bantuan Pangan bertujuan meningkatkan kesejahteraan warga yang kurang mampu yang kegiatannya adalah memberikan bantuan tunai dan non tunai di 2 kelurahan, yaitu Kelurahan Kemlayan dan Kelurahan Kratonan. Anggaran untuk kegiatan Bantuan Pangan sebesar Rp141.680.000,- yang bersumber dari CSR Bank Jateng.

Secara terperinci program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan pada klaster I dapat dilihat pada tabel berikut.

(40)

Tabel 3.6

Klaster I Pelaksanaan Program dan Kegiatan Penanggulangan Kemiskinan Terpadu Bantuan Sosial Terpadu Berbasis Keluarga Tahun 2016

NO Program /

Kegiatan Tujuan Output

Sasaran

Fokus / Lokus

Anggaran (Rp)

Jumlah Satuan APBN APBD PROV

JATENG APBD KOTA TOTAL

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

KANTOR KETAHANAN PANGAN

1 Pengembangan Cadangan Pangan Daerah/ Penyediaan Raskinda 2016 Penyediaan Beras bagi Keluarga Miskin tidak tercover Raskin Pusat Penyediaan Raskinda 2016 15.617 RTS/ KK Kota Surakarta 0 0 9.276.498.000 9.276.498.000 1.472 RTS/ KK Kadipiro 975 RTS/ KK Mojosongo

1.053 RTS/ KK Semanggi mulai mei hanya 998 RTS

134 RTS/ KK Tipes 622 RTS/ KK Pajang JUMLAH - - 9.276.498.000 9.276.498.000 DINAS KESEHATAN KOTA SURAKARTA

1 Jaminan Kesehatan Nasional PBI peningkatan derajat kesehatan penduduk miskin pelayanan kesehatan maskin 52.533 orang Kadipiro : 17.847 12.119.363.100 12.119.363.100 Pajang : 6.257, Tipes : 3.209, Semanggi : 12.620, Mojosongo : 12.600 2 Jaminan Kesehatan Daerah peningkatan derajat kesehatan penduduk miskin pelayanan kesehatan maskin 665 orang Kadipiro : 266, 183.540.000 183.540.000 Pajang : 72,

(41)

NO Program /

Kegiatan Tujuan Output

Sasaran

Fokus / Lokus

Anggaran (Rp)

Jumlah Satuan APBN APBD PROV

JATENG APBD KOTA TOTAL

(JAMKESDA) Prov Jateng Tipes : 72, Semanggi : 201, Mojosongo : 94 3 Integrasi PKMS Gold ke BPJS memberikan jaminan pembiayaan kesehatan maskin yg blm tertanggung JKN-PBI pelayanan kesehatan maskin 4196 orang Kadipiro : 1.226, 1.158.096.000 1.158.096.000 Pajang : 342, Tipes : 438, Semanggi : 1.617, Mojosongo : 549 4 Perbaikan Gizi Meningkatkan status gizi masyarakat khususnya masyarakat miskin Penyusunan peta informasi masy. Kurang gizi, PMT, pemberdaya an masy, Penanggulan gan KEP, AGB, GAKY, KVA 260 orang Kadipiro : 40, 207.000.000 207.000.000 Pajang : 15, Tipes : 35, Semanggi : 95, Mojosongo : 75 JUMLAH 12.119.363.100 183.540.000 1.365.096.000 13.667.999.100 DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA

1 BPMKS 1. Menyukseskan program penuntasan Wajar 1. Subsidi pemenuhan BOSP bagi

1.305 siswa Kel. Kadipiro

786.552.000 2.506.158.000

969 siswa Kel.

(42)

NO Program /

Kegiatan Tujuan Output

Sasaran

Fokus / Lokus

Anggaran (Rp)

Jumlah Satuan APBN APBD PROV

JATENG APBD KOTA TOTAL

menuju Wajar 12 tahun. gakin / tidak mampu di SD/MI swasta, SMP/MTs swasta, SDLB/SMPL B/SMALB Negeri, SDLB/SMPL B/SMALB swasta, SMA/SMK/M A negeri, SMA/SMK/M A swasta

319 siswa Kel Pajang

207.942.000

1.330 siswa Kel.

Semanggi

771.732.000

274 siswa Kel. Tipes

162.216.000

2. Meningkatkan layanan dan mutu Pendidikan 2.Bantuan pemenuhan BOSP dan BP bagi siswa SD/SMP plus, siswa plus, 10% siswa miskin/tidak mampu berprestasi yang bersekolah di SMP/SMA/S MK Negeri.

1.329 siswa Kel. Kadipiro 2.007.354.000 6.042.168.000

1.215 siswa Kel.

Mojosongo

1.543.008.000

561 siswa Kel Pajang 798.102.000

1.172 siswa Kel.

Semanggi

1.341.864.000

235 siswa Kel. Tipes 351.840.000

3. Memenuhi hak dasar masyarakat miskin dan tidak mampu dalam bidang pendidikan

(43)

NO Program /

Kegiatan Tujuan Output

Sasaran

Fokus / Lokus

Anggaran (Rp)

Jumlah Satuan APBN APBD PROV

JATENG APBD KOTA TOTAL

penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun menuju Wajar 12 tahun BOSP untuk anak usia sekolah dari keluarga miskin agar bisa menyelesaia kan pendidikan pada program kesetaraan Paket A, B, C Surakarta 2. pengganti, penambah dan atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat 2. Peningkatan kualifikasi akademik dan kompetensi warga belajar 20 Siswa Kelurahan Pajang Kota Surakarta 36.500.000 36.500.000 3. Memenuhi hak dasar masyarakat miskin dan tidak mampu dalam bidang pendidikan 25 Siswa kelurahan kadipiro Kota Surakarta 15.000.000 15.000.000 20 Siswa kelurahan mojosongo Kota Surakarta 15.000.000 15.000.000 20 Siswa kelurahan kadipiro Kota 36.500.000 36.500.000

(44)

NO Program /

Kegiatan Tujuan Output

Sasaran

Fokus / Lokus

Anggaran (Rp)

Jumlah Satuan APBN APBD PROV

JATENG APBD KOTA TOTAL JUMLAH -

-

8.666.326.000 8.666.326.000

DINAS SOSIAL TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI 1 Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial Kegiatan : Monitoring, evaluasi dan pelaporan Meningkatnya keberdayaan fakir miskin penerima manfaat PKH Jumlah keluarga miskin penerima manfaat PKH terfasilitasi dalam pendamping an di lokasi penerima manfaat 8.503 KPM (Keluarga Penerima Manfaat) 5 Kec. /51 kelurahan - - 252.500.000 252.500.000 Penyaluran bantuan PKH Mencairkan bantuan PKH Tahap tahun 2016 Tersalurkan Bantuan PKH Tahap I tahun 2016 8.601 KPM (Keluarga Penerima Manfaat) 5 Kec. /51 kelurahan 7.259.925.000 - - 7.259.925.000 Tersalurkan Bantuan PKH Tahap II tahun 2016 8.579 KPM 5 Kec. /51 kelurahan 3.050.075.000 - - 3.050.075.000 Tersalurkan Bantuan PKH Tahap III tahun 2016 8.503 KPM 5 Kec. /51 kelurahan 2.947.900.000 - - 2.947.900.000

(45)

NO Program /

Kegiatan Tujuan Output

Sasaran

Fokus / Lokus

Anggaran (Rp)

Jumlah Satuan APBN APBD PROV

JATENG APBD KOTA TOTAL

Evaluasi dan Publikasi Kegiatan Perlindungan Jaminan Sosial Bantuan Tunai Bersyarat PKH Pendampingan dalam FDS dan Operasional UPPKH ar kegiatan pendamping an KPM PKH 2 Program pembinaan eks penyandang penyakit sosial (eks Narapidana, PSK, Narkoba dan penyakit sosial lainnya) Kegiatan : Pemdidikan dan Pelatihan Ketrampilan berusaha bagi eks Penyandang Penyakit Sosial Wanita Rawan Sosial Ekonomi mempunyai keterampilan di bidang tertentu Pelatihan keterampilan bagi wanita rawan sosial ekonomi (WRSE) di bidang menjahit dan boga 150 orang a. Pelatihan menjahit bagi WRSE 600.000.000 600.000.000 1. Kadipiro 10 2. Pajang 10 3. Tipes 10 4. Semanggi 10 5. Mojosongo 13 6. Jebres 12 7. Laweyan 10 b. Pelatihan Boga 1. Kadipiro 10 2. Pajang 10 3. Tipes 10 4. Semanggi 10 5.

(46)

NO Program /

Kegiatan Tujuan Output

Sasaran

Fokus / Lokus

Anggaran (Rp)

Jumlah Satuan APBN APBD PROV

JATENG APBD KOTA TOTAL

13 6. Jebres 12 7. Laweyan 10 3 Program Pembinaan para penyandang Cacat dan Trauma kegiatan : Pembangunan sarana dan prasarana perawatan para penyandang cacat dan trauma

Mengurangi ketergantungan pada orang lain dan lebih produktif Bantuan kursi roda, kaki palsu, Brace, Alat dengar, Krek, Wolker, dan unit pelayanan sosial keliling (UPSK) 75 orang disabilitas Dari UPSK 250.000.000 250.000.000 1. Kadipiro 13 2. Pajang 12 3. Tipes 10 4. Semanggi 10 5. Mojosongo 10 6. Jebres 10 7. Laweyan 10 4 Program Peningkatan Kualitas dan Produktifitas Tenaga Kerja Kegiatan : Pendidikan dan pelatihan keterampilan bagi pencaker Pencaker siap menghadapi MEA Pelatihan komputer 10 orang 5 kelurahan di 5 kec. 150.000.000 150.000.000 Pelatihan Menjahit 10 orang Pelatihan Otomotif 10 orang Pelatihan Salon 10 orang 5 Program Peningkatan Kesempatan Kerja Menciptakan lapangan kerja Pelatihan Keterampilan Wira usaha Boga. 80 orang Kadipiro 20 Purwodining ratan 20 Sondakan20 150.000.000 150.000.000

(47)

NO Program /

Kegiatan Tujuan Output

Sasaran

Fokus / Lokus

Anggaran (Rp)

Jumlah Satuan APBN APBD PROV

JATENG APBD KOTA TOTAL

Pengembangan Kelembagaan Produktifitas dan pelatihan kewirausahaan 6 Program Pengembangan Wilayah Transmigrasi Kegiatan : Pengarahan dan fasilitasi perpindahan dan penempatan transmigran untuk memenuhui kebutuhan SDM Meningkatkan taraf hidup masyarakat transmigran, mendapatkan lap pekerjaan, menopang ketahanan pangan nasional Penempatan Transmigran ke daerah transmigrasi 10 KK 5 kelurahan di 5 kec. 113.788.000 113.788.000 JUMLAH 13.257.900.000 23.125.000 1.516.288.000 14.797.313.000 BAGIAN PEREKONOMIAN 1 Raskin Meningkatkan kesejahteraan warga yang kurang mampu Pembagian beras 29.043 RTS KK Kota Surakarta 259.000.000 259.000.000 2 Bantuan Pangan (CSR Bank Jateng) Meningkatkan kekejahteraan warga yang kurang mampu Bantuan Tunai dan Non Tunai 2 Kelurahan Kel. Kmlayan dan Kel. Kratonan 141.680.000 JUMLAH 400.680.000

Gambar

Gambar  3.7  menunjukkan  pajak  per  kapita  Kota  Surakarta  mengalami  peningkatan  setiap  tahun,  terkecuali  tahun  2014  (turun  menjadi  Rp.352,8  ribu),  yaitu  dari  tahun  2011  sebesar  Rp.236,3  ribu

Referensi

Dokumen terkait

6DDW LQL SHUVDOLQDQ VHFWLR FDHVDUHD WLGDN PHPDNDL DQHVWHVL XPXP \DQJ PHPEXDW LEX WHWDS VDGDU WHWDSL NHDGDDQ OXND GL SHUXW UHODWLI PHQJKDPEDW SURVHV PHQ\XVXL 1\HUL VHWHODK

Toisaalta vain harvoissa puheis- sa ja diskursseissa puhuttiin vahvasti esimerkiksi sellaisista lähestymistavan perusperi- aatteista kuin kaikkien maailman ihmisten

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas karunia dan kemurahan-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir

Meningkatkan Kualitas dan Fungsi Lingkungan melalui pengendalian sumber-sumber pencemar serta Pengelolaan Sumber Daya Alam yang Berwawasan Lingkungan Meningkatnya Partisipasi dan

Pada alat tenun ini benang lusi dalam posisi vertikal dan selalu tegang karena ada pemberat atau beban, sedangkan benang pakan disisipkan dengan suatu alat yang disebut

Arah Kebijakan Distribusi/perdagangan Beras Dalam Mendukung Ketahanan Pangan : Aspek Perdagangan Luar Negeri. Makalah Seminar-Lokakarya, 14-15 Maret 2000 Bogor kerjasama PSKPG

Dalam penelitian ini menggunakan model pendekatan discovery learning , dengan menggunakan rancangan penelitian yang berbasis Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Diperkirakan biaya alat instrumentasi dan alat control serta biaya pemasangannya sebesar 10 % dari harga alat terpasang (Timmerhaus, 1991)A.