Pengaruh Program Zakat Community Development Terhadap Pengentasan Kemiskinan di Sumatera Barat
TESIS
Ditulis Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Ekonomi Pada Program Studi Ekonomi Syari`ah
OLEH:
FAJRUR RAHMI ES. 1902042005
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI`AH PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BATUSANGKAR TAHUN
Nama : Fajrur Rahmi
NIM : 1902042005
Prodi : Ekonomi Syari`ah Konsentrasi Manajemen Perbankan dan
Keuangan Syari`ah Program Pascasarjana
Dengan ini menyatakan Tesis yang berjudul: “PENGARUH PROGRAM
ZAKAT COMMUNITY DEVELOPMENT TERHADAP PENGENTASAN KEMISKINAN DI SUMATERA BARAT” adalah hasil karya sendiri, bukan plagiat. Apabila di kemudian hari terbukti sebagai plagiat, maka bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Batusangkar, 18 Februari 2021 Yang membuat pernyataan
Fajrur Rahmi
PENGESAHAN TIM PENGUJI
Tesis atas nama Fajrur Rahmi, NIM: 1902042005, judul: “PENGARUH
PROGRAM ZAKAT COMMUNITY DEVELOPMENT TERHADAP
PENGENTASAN KEMISKINAN DI SUMATERA BARAT”, telah diuji dalam Ujian Munaqasyah Program Pascasarjana IAIN Batusangkar yang dilaksanakan tanggal 10 Februari 2021.
Demikianlah persetujuan ini diberikan untuk dapat digunakan seperlunya.
NO Nama/NIP Penguji Jabatan Tanda Tangan Tanggal 1. Dr.Wahidah Fitriani,S.Psi.M.A NIP. 19790916 200312 2 004 Ketua Sidang 2. Antoni,S.E.,M.Si,Ph.D NIP. – Pembimbing I/ Penguji I 3. Dr.Himyar Pasrizal,S.E.,M.M NIP. 19780524 200501 1 007 Pembimbing II/ Penguji II 4. Dr.Nurul Fauzi,SE.,MM.,Ak,CA NIP. 19760720 20112 1 003 Penguji Utama I 5. Dr. Nofrivul,SE.,MM NIP. 19670624 200312 1 001 Penguji Utama II Mengetahui,
Direktur Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Batusangkar
Dr. Suswati Hendriani.MPd., M.Pd NIP. 19660914 199203 2 003
Abstract
Fajrur Rahmi. NIM 1902042005 (2021). Thesis title : “The effect of
community development zakat program on proverty alleviation in west Sumatera”. Shari`ah economic study program, postgraduate program at the State Islamic Institut (IAIN) Batusangkar.
The main problem in this research is how much influence the community development zakat program has on proverty alleviation in this paper is to determine and analyze how much influence the community development zakat program has on proverty alleviation in West Sumatera.
This research was conducted to assess the effect to the zakat community development program on proverty alleviation. The community development zakat program is an empowerment program that aims to create welfare for the community not only in one aspect of the economy, but also in health, education, social, and spiritual aspects. Based on the result that the author do, there is a significant influence between the zakat community development program on proverty alleviation by 54,4%. As the community development zakat program runs, it has brought people from mustahik to muzakki. Of the 77 mustahiks, 3 have become muzakki. Mustahik`s sucsess in the community development zakat program is because there is a good relationship between the program assistant and mustahik in business development.
6
di Sumatera Barat”. Prodi Ekonomi Syari`ah Program Pascasarjana Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar.
Pokok permasalahan dalam penelitian ini yaitu Seberapa besar pengaruh Program zakat community development terhadap pengentasan kemiskinan di Sumater Barat. Tujuan penelitian dalam penulisan ini yaitu mengetahui dan menganalisis seberapa besar pengaruh program zakat community development
terhadap pengentasan kemiskinan di Sumatera Barat.
Penelitian ini dilakukan untuk menilai pengaruh program zakat community development terhadap pengentasan kemiskinan. Program zakat community development merupakan salah satu program pemberdayaan yang bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan bagi masyarakat tidak hanya pada satu aspek perekonomian, namun juga aspek kesehatan, pendidikan, sosial serta spiritual. Berdasarkan hasil yang penulis lakukan terdapat pengaruh dan signifikan antara program zakat community development terhadap pengentasan kemiskinan sebesar 54,4%. Seiring berjalannya program zakat community development sudah mengantarkan masyarakat dari mustahik menjadi muzakki. Dari 77 orang mustahik
sudah terdapat 3 orang yang sudah menjadi muzakki. Kesuksesan mustahik pada
program zakat community development karena terdapat hubungan baik antara pendamping program dengan mustahik dalam pengembangan usaha.
Kata Kunci: Program zakat community development, Kemiskinan.
i
penulis dapat menyelesaikan tesis dengan Judul “Pengaruh Program Zakat Community Development Terhadap Kemiskinan dan Kesejahteraan Mustahik di Sumatera Barat”. Shalawat dan Salam penulis memohon kepada Allah SWT untuk Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia kepada alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti yang penulis rasakan sekarang ini.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan dalam mencapai gelar Master Ekonomi (ME) pada Prodi Ekonomi Syari`ah Konsentrasi Manajemen Perbankan dan Keuangan Syari`ah Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar.
Penyusunan skripsi ini dapat penulis selesaikan berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih terutama kepada kedua orangtua saya apa Anasrul, S.Pd.,SD, dan Ama Zulfainis yang telah memberikan doa, motivasi dan dukungan moril maupun materil untuk selesainya penulisan ini. Dan penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Marjoni Imamora, M.Sc selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar
2. Ibu Dr.Suswati Hendriani, M.Pd., M.Pd selaku Direktur Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar
3. Bapak Dr.Himyar Pasrizal.S.E.,MM selaku Ketua Prodi Ekonomi Syari`ah dan Penasehat Akademi serta Pembimbing II yang telah memberikan masukan dalam perbaikan serta meluangkan waktu untuk menyelesaikan tesis ini.
4. Bapak Antoni, S.E., M.Si., Ph.D selaku Pembimbing I yang telah memberikan banyak sumbangan pemikiran dan waktu untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
5. Bapak Ibu karyawan/wati Institut Agama Islam Ngeri (IAIN) Batusangkar yang membantu dan menyediakan fasilitas kepada Penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
6. Kepada BAZNAS Kabupaten Tanah Datar dan BAZNAS Kabupaten Padang Pariaman yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian dan membantu dalam mengumpulkan data.
7. Teman-teman Seperjuangan Prodi Ekonomi Syari`ah Program
Pascasarjana.
Tiada kata yang pantas untuk diucapkan selain iringan doa dan harapan semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda,diberikan kesehatan selalu serta diberikan Rezki yang melimpah kepada seluruh pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun materil. Kiranya karya ini memberikan sumbangsih bagi para pembaca dan pemerhati serta menjadi amal sholeh bagi Penulis. Aamiin…
Penulis mohon maaf, jika dalam penulisan tesis ini terdapat kekhilafan dan kekeliruan, baik teknis penulisan maupun isinya. Kritik yang konstruktif dan sehat sangat Penulis harapkan demi sempurnanya tesis ini.
Batusangkar, 18 Februari 2021 Penulis,
FAJRUR RAHMI NIM. 1902042005
iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI ABSTRAK
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... v
DAFTAR GAMBAR ... vi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 6
C. Batasan Masalah ... 7
D. Rumusan Masalah ... 7
E. Tujuan Penelitian... 7
F. Manfaat dan Luaran Penelitian ... 7
G. Definisi Operasional ... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori ... 9
1. Kemiskinan... 9
a. Definisi Kemiskinan ... 9
b. Batasan Kemiskinan dalam Islam ... 10
c. Pengentasan Melalui Pemberdayaan Zakat ... 13
d. Kesejahteraan Menurut Teori CIBEST ... 17
2. Konsep Zakat a. Definisi Zakat ...18
b. Dasar Hukum Zakat ... 18
3. Zakat Community Development
a. Definisi Zakat community development ... 23
b. Prinsip Program Zakat community development ... 23
c. Tujuan Program Zakat community development ... 24
d. Pemberdayaan zakat dengan program Zakat community development ... 25
4. Pengaruh Program Zakat community development terhadap Kemiskinan... 29
B. Kajian Penelitian yang Relevan ... 30
C. Kerangka Konseptual ... 34
D. Hipotesis ... 35
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 37
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 37
C. Populasi dan Sampel ... 37
D. Teknik Pengumpulan Data ... 38
E. Teknik Analisis Data ... 38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum BAZNAS 1. Sejarah Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) ... 42
2. Visi dan Misi Badan Amil Zakat Nasional ... 42
3. Program-Program Badan Amil Zakat Nasional ... 43
B. Hasil Penelitian ... 50 C. Pembahasan ... 67 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 72 B. Saran ... 72 DAFTAR KEPUSTAKAAN LAMPIRAN
v
Tabel 1.2 Data Mustahik Program Zakat Community Development
BAZNAS Sumater Barat Tahun 2016 – 2020 ... 4
Tabel 2.1 Peningkatakan Ibadah Mustahik ... 15
Tabel 3.1 Perencanaan Penelitian ... 37
Tabel 3.2 Kriteria R Square ... 41
Tabel 3.3 Kriteria Q Square ... 41
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan umur... 50
Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 51
Tabel 4.3 Program zakat community development ... 52
Tabel 4.4 Pengentasan kemiskinan ... 54
Tabel 4.5 Nilai Outer Loading ... 56
Tabel 4.6 Nilai Outer Loading ... 57
Tabel 4.6 Nilai Cross Loading ... 60
Tabel 4.7 Nilai Average Variance Extracted ... 62
Tabel 4.8 Nilai Composite Reliablity ... 63
Tabel 4.9 Nilai Croanbach Alpha ... 63
Tabel 4.10 Variance Inflation Factor ... 64
Tabel 4.11 Nilai R Square ... 65
vi
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual ... 35 Gambar 4.1 Model Struktural ... 67
1
Kemiskinan merupakan suatu keadaan yang serba kekurangan yang terjadi karena rendahnya tingkat pendidikan, produktivitas kerja, penghasilan, kesehatan serta kesejahteraan hidup. Selain itu, kemiskinan bisa juga terjadi karena sumber daya manusia yang terbatas, sehingga mengakibatkan konsekuensi terhadap rendahnya pendidikan informal (Kadji, 2012: 1). Penduduk miskin yang berada di masyarakat pedesaan dan perkotaan, umumnya berprofesi sebagai buruh tani, petani, pedagang kecil, pedagang kaki lima dan pengangguran. Kelompok miskin ini apabila tidak ditangani secara serius, akan menimbulkan masalah kemiskinan bagi generasi berikutnya. Kemiskinan dan kesenjangan dalam Islam dipandang sebagai
Sunnatullah dan tidak bisa dihilangkan. Pandangan ini kurang akurat, karena pada hakikatnya kemiskinan bisa dikurangi salah satunya dengan Zakat (Mubarokah, Beik, dan Irawan, 2017: 39). Zakat secara konseptual memiliki dimensi pengurangan kemiskinan untuk mewujudkan kesejahteraan bagi masyarakat. (Lestari,E.D, 2019)
Salah satu instansi zakat di Indonesia yaitu Badan Amil Zakat Nasional Republik Indonesia (BAZNAS RI). BAZNAS RI merupakan lembaga yang berwenang melakukan pengelolaan zakat secara nasional berdsarkan peraturan pemerintah Republik Indonesia tentang pelaksanaan Undang-Undang No 23 Tahun 2011. Ide ini sejalan dengan Mubarokah, Beik dan Kurniawan (2017) dalam penelitiannya menyatakan bahwasanya dengan bantuan zakat dapat meningkatkan kesejahteraan mustahik dan menurunkan indeks kemiskinan material mustahik. Dalam pelaksanaanya, BAZNAS RI memiliki fungsi sebagai penghimpun dalam bentuk bentuk zakat, infak dan sedekah, kemudian memiliki fungsi pendistribusian dan pendayagunaan kepada mustahik. (BAZNAS RI)
Pendistribusian yang dilaksanakan BAZNAS RI terdapat pada aspek ekonomi, sosial, kesehatan, dan pendidikan. Selain itu juga terdapat pendayagunaan yang dikelola oleh BAZNAS RI dibuat dalam beberapa program, yang bertujuan untuk mengurangi kemiskinan. Di antara program pendayagunaan yang dilaksanakan BAZNAS RI yaitu zakat community development. Zakat community development merupakan pengembangan komunitas secara komprehensif dengan menggabungkan aspek ekonomi dan sosial (pendidikan, kesehatan, agama, lingkungan dan aspek sosial lainnya) (Shalihin, 2016: 56).
Program zakat community development ini merupakan Program dari BAZNAS RI yang bertujuan untuk mengurangi kesenjangan ekonomi dan sosial terutama di daerah-daerah yang sangat perlu perhatian khusus. Nurzaman dan Kurniaeny (2019) menambahkan bahwa program zakat community development difokuskan untuk pemberdayaan masyarakat yang tinggal di desa yang tertinggal (Nurzaman dan Kurniaeny, 2019). Pelaksanaan program zakat community development ini dilaksanakan melalui program pengembangan komunitas dengan menggabungkan aspek dakwah, ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan sosial. Program zakat community development
dilaksanakan dengan melihat kondisi dan potensi lokasi yang dicapai untuk mengurangi angka kemiskinan. (BAZNAS, 2017 :112)
Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistika terdapat penurunan angka kemiskinan sebelum dan setelah adanya program zakat community development di Sumatera Barat fokus di Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Padang Pariaman sebagaimana terdapat pada tabel 1.1 di bawah ini:
Tabel 1.1
Data kemiskinan di Sumatera Barat Sebelum dan Setelah Program
Zakat Community Development
Lokasi Sebelum (2015) Setelah (2019) Persentase penurunan angka kemiskinan Tanah Datar 20.050 16.200 19,21% Padang Pariaman 35.870 29.480 17.82%
Sumber:Badan Pusat Statistik
Berdasarkan tabel 1.1 di atas, terdapat penurunan angka kemiskinan di Sumatera Barat ini kemungkinan dapat terjadi karena adanya program yang dilaksanakan oleh BAZNAS RI untuk mengatasi tingkat kemiskinan yang terjadi. Dengan berkurangnya angka kemiskinan dapat menciptakan keluarga yang sejahtera, sebagaimana kesejahteraan menurut Irfan Syauqi Beik merupakan terpenuhinya kebutuhan material dan spiritual. Kebutuhan materil berupa kebutuhan makanan, pakaian, tempat tinggal pendidikan dan kesehatan. Kemudian yang tergolong kepada kebutuhan spiritual yaitu Shalat, puasa, zakat dan infak, lingkungan keluarga dan kebijakan pemerintah (Beik, 2016: 14-16).
Di Sumatera Barat, Program zakat community development terdapat di dua kabupaten yaitu, kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Padang Pariman. Hal ini dilaksanakan karena melihat kondisi alam yang berbukit dengan curah hujan yang tinggi menjadikan kabupaten ini menjadi daerah yang sangat subur. Selain itu kondisi sumber daya manusianya yang rata-rata berprofesi sebagai petani ataupun memiliki kesamaan. Sehingga dengan melihat kondisi sumber daya manusia dan sumber daya alam yang mendukung. BAZNAS RI menjadikan dua kabupaten ini sebagai lokasi dilaksanakannya program zakat commuinty development.
Bentuk program yang dilaksanakan disesuaikan dengan potensi alam yang ada di daerah tersebut, di Kabupaten Tanah Datar program ini dilaksanakan lebih terfokus kepada bidang perekonomian, dalam hal ini bentuk program lebih difokuskan kepada peternakan seperti peternakan
kambing unggul boerka. Namun di kabupaten Padang Pariaman program dilaksanakan dengan menitikberatkan kepada aspek kesehatan melalui pembuatan sanitasi serta aspek ekonomi melalui usaha pengolahan hasil pertanian setempat, berupa kripik pisang, nata de coco dan tepung jagung.
Berdasarkan penelitian Rinol Sumantri (2017) menyatakan bahwa program Zakat community development yang dibangun oleh BAZNAS memiliki kontribusi cukup baik untuk meningkatkan kesejahteraan dan mengurangi angka kemiskinan. Program zakat community development
dilakukan sebagai salah satu upaya untuk mengurangi kemiskinan dalam komunitas. Program ini dilaksanakan dengan memberikan pengetahuan kepada mustahik bagaimana cara pembibitan kambing unggul boerka dengan baik, sehingga mustahik nantinya juga bisa menjadi mentor bagi komunitas lainnya. Program zakat community development yang diselenggarakan BAZNAS RI di Sumatera Barat tersebar di dua kabupaten, di antaranya sebagai berikut:
Tabel 1.1
Data Mustahik Program Zakat Community Development BAZNAS Sumater Barat Tahun 2016 - 2020
No Nama Kabupaten Jumlah Mustahik
1. Tanah Datar 32 orang
2. Padang Pariaman 45 orang
Sumber data: Diolah dari BAZNAS Kab.Tanah Datar dan Kab.Padang Pariaman
Berdasarkan data di atas, program zakat commnity development sudah tersebar di dua kabupaten yang ada di Sumatera Barat dengan jumlah
mustahik 77 orang. Di Kabupaten Tanah Datar Program zakat community development yang dilaksanakan yaitu dalam bentuk pembibitan kambing unggul boerka, sedangkan di kabupaten Padang Pariaman program zakat community development difokuskan kepada pembuatan sarana kesehatan berupa fasilitas umum yaitu pembuatan MCK (Mandi, Cuci, Kakus), selain
itu program juga diarahkan kepada pemberdayaan ekonomi dengan tujuan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Diantara bentuk program pemberdayaan ekonomi yang dilaksanakan di Kabupaten Padang Pariaman yaitu pembuatan nata de coco, pembuatan kripik pisang serta pembuatan tepung jagung.
Dari beberapa bentuk program zakat community development yang sedang berjalan, program ini memberikan peningkatan ekonomi, serta pendidikan, kesehatan serta spiritual terhadap mustahik dan secara umum program ini juga bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan mustahik. Sebagaimana diketahui bahwasanya pada program ini sudah ada mustahik yang menjadi muzakki. Keadaan mustahik yang sudah menjadi muzakki ini dilihat karena adanya peningkatan ekonomi, kesehatan serta spiritual terhadap mustahik. Dengan terdapatnya peningkatan dibeberapa aspek pada mustahik
juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurzaman dan Kurniaeny (2019) bahwa program zakat community development dalam pelaksanaanya mengutamakan pemenuhan kapasitas kemampuan mustahik sehingga dapat meningkatkan kemampuan mustahik dalam melaksanakan usaha. (Nurzaman dan Kurniaeny, 2019)
Berdasarkan keadaan mustahik sebelum dilaksanakannya program zakat community development ini, rata-rata mustahik memiliki pekerjaan sebagai buruh harian, serabutan dan petani. Penghasilan yang diperoleh rata-rata sekitar Rp 700.000 perbulan. Salah satu mustahik yang bernama Rusdi. Sebelum dibantu BAZNAS Kabupaten Tanah Datar melalui program zakat community development, Rusdi bekerja sebagai buruh tani dengan penghasilan Rp 70.000 per hari. Penghasilan Rusdi belum bisa memenuhi kebutuhan keluarga dan juga kebutuhan sekolah anak. Namun, setelah menjalani program zakat community development, Rusdi sudah memiliki tambahan penghasilan sebesar Rp 3.000.000. Hal ini juga diperkuat oleh Kadri yang memiliki tambahan penghasilan sekita Rp 4.500.000, sehingga Kadri juga sudah menjadi muzakki zakat. Dengan meningkatnya ekonomi keluarga mustahik ini, penghasilan yang diperoleh dapat digunakan untuk
kebutuhan ekonomi serta untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anak. Peningkatan ekonomi ini diyakini Rusdi dan Kadri yang memiliki populasi kambing unggul boerka pada saat ini antara 25 sampai 60 ekor (wawancara dengan mustahik bernama Rusdi dan Kadri, Minggu, tanggal 9 Februari 2020).
Berdasarkan kondisi program zakat community development yang ada di Tanah Datar dan sudah berjalan dengan baik, namun di Padang Pariaman dari beberapa program yang dilaksanakan berfokus kepada aspek kesehatan dengan penyediaan fasilitas sanitasi berupa pipanisasi dan MCK (Mandi, Cuci dan Kakus), namun untuk aspek ekonomi yang dilaksanakan di Padang Pariaman yaitu pembuatan kripik pisang, pembuatan nata de coco, dan pembuatan tepung jagung. Namun aspek ekonomi ini awalnya berjalan dengan baik, namun seiring berjalannya waktu, program ini kurang berjalan dikarenakan modal yang relatif kecil serta persoalan pemasaran, penjelasan ini bedasarkan keterangan Ibu Eli sebagai ketua kelompok pembuatan keripik pisang. Untuk melanjutkan program ini kembali, pada tahun ini akan dilakukan pengajuan penambahan modal ke BAZNAS RI. (wawancara dengan Amil Baznas Padang Pariaman, Selasa, 10 Maret 2020).
Merujuk Penelitian terdahulu, serta melihat kondisi di lapangan, maka penelitian ini melihat pengaruh Zakat community development terhadap kemiskinan dan kesejahteraan mustahik di Sumatera Barat. Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk meneliti yang dituangkan dalam judul “Pengaruh Program Zakat Community Development terhadap Kemiskinan dan Kesejahteraan Mustahik diSumatera Barat”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan Latar Belakang di atas, maka peneliti mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Peranan Baznas RI dalam mengurangi angka Kemiskinan
2. Pengaruh Program zakat community development terhadap pengurangan kemiskinan di Sumatera Barat
3. Pelaksanaan Program zakat community development di Sumatera Barat
C. Batasan Masalah
Berdasarkan Identifikasi Masalah di atas, Penulis membatasi masalah yaitu Pengaruh Program zakat community development terhadap pengentasan kemiskinan di Sumatera Barat
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan Batasan Masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah yaitu:
Apakah terdapat pengaruh program zakat community development
terhadap pengentasan kemiskinan di Sumatera Barat?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan Rumusan Masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh program zakat community development terhadap pengurangan kemiskinan di Sumatera Barat.
F. Manfaat dan Luaran Penelitian
1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi terutama tentang pengaruh program zakat community development untuk mengurangi kemiskinan di Sumatera Barat
2. Secara Praktis a. Bagi Praktisi
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman dan masukan kepada para ahli dalam bidang zakat terutama pada program
zakat community development terhadap pengentasan kemiskinan di Sumatera Barat
b. Bagi Pembaca
Manfaat penelitian bagi pembaca, diharapkan dapat menjadi pedoman tentang pengaruh program zakat community development
terhadap pengentasan kemiskinan. c. Bagi Penulis
Penelitian ini digunakan untuk menambah pengetahuan penulis serta dapat untuk menjadi acuan untuk perkembangan penelitian selanjutnya tentang Program zakat community development dalam rangka pengentasan kemiskinan serta meningkatkan sejahterakan Mustahik.
3. Manfaat Luaran Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat terbit di Jurnal Internasional dan menjadi pedoman referensi tentang pengaruh program zakat community development terhadap pengentasan kemiskinan di Sumatera Barat.
G. Definisi Operasional
Program zakat community development adalah program BAZNAS RI yang bertujuan menjadikan masyarakat yang sejahtera dan mandiri dengan pengembangan suatu kelompok atau komuniatas dengan menggabungkan beberapa aspek di antaranya aspek sosial yang terdiri dari aspek pendidikan, kesehatan agama, lingkungan dan aspek sosial lainnya serta aspek ekonomi secara menyeluruh dengan sumber pendaanya berasal dari zakat, Indak dan sedekah. Zakat diberikan kepada delapan golongan yang berhak menerima zakat dalam bentuk modal usaha atau bantuan dana dari zakat harta (BAZNAS, 2017: 112).
Kemiskinan yaitu suatu kondisi yang dilihat dari keadaan mustahik yang memiliki kekurangan pada materil dan bidang spiritualnya dalam memenuhi kebutuhan hidup. (Mubarokah I, Beik IS, Irawan T, 2017: 38). Kemiskinan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu melihat terpenuhinya kebutuhan materil (pendidikan, kesehatan, ekonomi) dan spiritual selama program zakat community development.
9
Berdasarkan permasalahan yang akan penulis teliti, maka penulis berlandaskan kepada teori-teori sebagai berikut:
1. Kemiskinan
a. Definisi Kemiskinan
Kemiskinan menurut Kamus Bahasa Indonesia memiliki persamaan arti dengan kefakiran yang berasal dari kata fakir. Dua kata yang sering dihubungkan yaitu fakir miskin yang memiliki arti sebagai orang yang sangat kekurangan (Apriyanto, 2017: 178). Kemiskinan yang dikemukakan oleh BAPPENAS memiliki arti yang sebagai suatu kondisi seseorang ataupun kelompok, tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan hidup serta dalam bersosialisasi dalam kehidupan bermasyarakat. Selain itu Al-Ghazali juga memberikan definisi kemiskinan sebagai seseorang yang bekerja dengan penghasilan yang tidak cukup dalam memebuhi kebutuhan hidup untuk diri sendiri dan keluarganya. (chaniago, 2012: 3)
Selain itu, Nugroho dan Dahuri memberikan definisi kemiskinan yaitu kondisi mutlak dan relatif yang mengakibatkan seseorang atau kelompok masyarakat tidak memilki kemampuan dalam memenuhi kebutuhan pokonya sesuai dengan tata nilai atau norna tertentu yang berlaku di dalam masyarakat karena sebab-sebab natural, kultural dan struktural (Nugroho dan Dahuri, 2016: 165). Kemudian Ahmad mengemukakan definisi kemiskinan yaitu suatu standar kehidupan yang masih rendah dengan adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah golongan dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku ditengah-tengah masyarakat yang bersangkutan (Ahmad, 2015: 103).
Berdasarkan beberapa definisi yang dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwasanya kemiskinan merupakan suatu kondisi yang serba kekurangan, tidak hanya dari segi materi tapi juga non materi yang terjadi ditengah masyarakat apabila dilihat dari kondisi masyarakat secara umum.
b. Batasan Kemiskinan dalam Islam
Islam mengatur standar minimal terpenuhinya kebutuhan materil dan spiritual. Dalam hal ini dijelaskan dalam kajian had kifayah oleh Badan Amil Zakat Nasional. Di antara kebutuhan materil dan spiritual dalam kajian ini dijelaskan sebagai berikut:
1) Makan dan minum
Salah satu kebutuhan yang sangat pokok dalam kehidupan yaitu makan dan minum. Dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari, apabila tidak sanggup atau tidak memilki kecukupan untuk memenuhi kebutuhan dirinya dan keluarganya maka bisa dikatakan fakir. Menurut Imam al Ghazali dari madzhab Syafi`i menyatakan bahwa ukuran minimal kecukupan dalam penenuhan kebutuhan itu apabila adanya makan dan minum sehari semalam. 2) Pakaian
Pakaian merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam Islam pakaian yang harus digunakan merupakan pakaian seorang muslim sebagaimana yang diatur dalam Al-Qur`an dan juga disesuaikan pada keadaan pada saat digunakan, sehingga pakaian yang digunakan tidak menyebabkan permasalahan bagi diri sendiri ataupun bagi lingkungan. Kecukupan pakaian menurut ulama fiqh tidak hanya kepada kebutuhan pakaian yang digunakan untuk menutup aurat saja, namun juga kepada pakaian yang digunakan ketika musim dingin dan musim panas.
Menurut Abdul Aziz Amr dalam Maknuna (2015) menjelaskan beberapa fungsi pakaian, di antaranya:
a) Menutupi Aurat
Fungsi pakaian menutup aurat digunakan agar dapat menutupi auratnya dengan baik, sehingga tidak memunculkan permasalahan yang tidak diinginkan terutama bagi lawan jenis
b) Pelindung Tubuh Manusia
Apabila digunakan pakaian tersebut dengan baik, maka pakaian yang digunakan akan dapat melindungi tubuh dari hal-hal yang akan memberikan efek yang buruk bagi manusia.
c) Penunjuk Identitas Manusia
Dengan adanya pakaian, manusia bisa melihatkan kehadiran dirinya ketika berkumpul dengan orang lain melalui pakaian yang sedang digunakan
d) Perhiasan manusia
Fungsi pakaian sebagai perhiasan digunakan ketika pakaian tersebut digunakan dengan tepat serta ditambah dengan pernak pernik.
e) Membantu kegiatan manusia
Pakaian juga bisa digunakan dalam membantu kegiatan manusia dengan menampakkan pakaian khusus yang digunakan
f) Menghilangkan perbedaan antar manusia
Pakaian yang digunakan secara bersama dengan motif yang sama dapat menghilangkan perbedaan-perbedaan yang ada diantara sekelompok manusia. (Maknuna, 2015: 30). 3) Tempat tinggal
Tempat tinggal dikategorikan kepada kebutuhan yang sangat primer, karena dengan memiliki tempat tinggal, siapa saja bisa menjaga diri dan keluarga dari keadaan siang dan malam.
4) Pendidikan
Negara Indonesia, semangat perjuangan dari segi pendidikan sangat terlihat pada Undang-Undang Dasar Negara Indonesia. Seiring dengan itu, negara juga memberikan jaminan kepada setiap orang untuk mengembangkan diri melalui kebutuhan dasarnya, untuk mendapatkan pendidikan serta mendapatkan ilmu dari pengetahuan dan teknologi, kesenian, dengan tujuan meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan. 5) Kesehatan
Pemerintah Indonesia, dalam meningkatkan kesehatannya, pemerintah bertanggungjawab untuk menyediakan fasilitas kesehatan yang baik untuk setiap warganya. Diantara fasilitas yang diberikan yaitu dengan memberikan jaminan kesehatan yang diberikan kepada seluruh warga negara Indonesia, baik yang normal ataupun cacat secara fisik.
6) Transportasi
Diantara ciri-ciri manusia salah satunya yaitu memiliki kemauan serta kemampuan untuk berpindah dari suatu ketempat ke tempat yang diinginkan. Untuk memenuhi kemauan tersebut, manusia dapat menggunakan alat transportasi.
7) Ibadah
Ibadah merupakan hal yang pokok yang tidak dapat dipisahkan dalam kepribadian seorang muslim. Ibadah pada prinsipnya merupakan kebutuhan dasar sebagaimana pada kebutuhan makanan, pendidikan, kesehatan dan lainnya. Sebagaimana ibadah yang diartikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu sebuah perilaku yang menyatakan berbakti kepada Allah SWT dengan didasari kepada taat dalam menjalankan perintah serta menjauhi yang dilarang Nya.
c. Pengentasan Kemiskinan Melalui Pemberdayaan zakat
Kemiskinan merupakan permasalahan ditengah masyarakat dalam proses untuk pelaksanaan pembangunan. Tidaklah sedikit daerah yang betul-betul mengalami kesulitan dalam mengurangi angka kemiskinan, sehingga hal ini dapat berdampak kepada
keberhasilan pembangunan yang memiliki tujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan sosial serta dapat mengurangi kemiskinan. Untuk mengurangi kemiskinan, tidak dipungkiri pada saat ini zakat dapat mengurangi angka kemiskinan baik dalam kehidupan muslim dan kehidupan lainnya.
Dalam Islam terdapat kewajiban utuk menegakkan pilar Agama Islam diantaranya yaitu dengan berzakat. Zakat yang merupakan salah satu ajaran sosial dalam Islam yang berorientasi pada kemashlahatan kemanusiaan. Zakat juga dipandang sebagai salah satu bentuk ibadah yang memiliki posisi sangat strategis yaitu dalam pengentasan kemiskinan. (Ahmad, 2015: 101)
d. Kesejahteraan Menurut Teori CIBEST (Center for Islamic Business dan Economics Studies)
Model Cibest digunakan untuk mengukur kesejahteraan dengan pendekatan kesejahteraan kemiskinan yang berdasarkan kepada material dan spiritual. Pendekatan ini didasarkan kepada pemenuhan kebutuhan sebagaimana dalam al-qur`an dan hadits digariskan bahwa kebutuhan manusia didasarkan pada kenutuhan dan spiritual. Kondisi suatu rumah tangga dikelompokkan dalam 4 kondisi. Pertama keluarga mampu dalam memenuhi kebutuhan baik kebutuhan material ataupun kebutuhan spiritual. Pada kondisi inilah rumah tangga disebut sejahtera. Dengan artian, pendapatan keluarga berada di atas garis kemiskinan serta nilai spiritualnya pada garis di atas garis kemiskinan spiritual. (Beik, 2016: 196)
Kondisi kedua, rumah tangga dalam pemenuhan kebutuhannya, hanya dapat memenuhi kebutuhan spiritual saja namun belum mampu untuk memenuhi kebutuhan material. Pada kondisi ini, rumah tangga digolongkan kepada kondisi miskin secara material. Pada kondisi ketiga, rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan, hanya dapat memnuhi kebutuhan material saja, sedangkan kebutuhan spiritual rumah tangga belum mampu untuk memenuhi. Demgan kondisi ini, rumah tangga dikatakan miskin secara spiritual. Pada kondisi keempat, tumah taangga belum mampu memenuhi kebutuhan material dan spiritual. Pada kondisi ini rumah tangga dikategorikan pada kondisi absolut. (Beik, 2016: 197).
Beik dan arsyianti (2015) menyusun konsep formula untuk menghitung indeks kesejahteraan, indeks kemiskinan material, indeks kemiskinan spiritual serta indeks kemiskinan absolut berdasarkan kuadran CIBEST. Kemungkinan yang disusun pada kuadran CIBEST disusun pada empat kuadran, yang dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kuadran CIBEST (+) (-) (-) (+) Sumber: Beik (2016) Kuadran II (kemiiskinan Material) Kuadran IV (kemiskinan Absolut) Kuadran I (Kesejahteraan) Kuadran III (Kemiskinan Spiritual)
Pemenuhan kebutuhan dasar spiritual, Beik memberikan konsep standar pemenuhan berdasarkan kepada tiga variabel, diantaranya pelaksanaan ibadah wajib yang terdiri dari shalat, puasa, serta zakat dan infak, kemudian kelompok kedua didasarkan kepada lingkungan keluarga dan kelompok ketiga didasarkan kepada kebijakan pemerintah. Pada variabel pelaksanaan ibadah wajib, apabila variabel ini belum mampu dilaksnakan, maka dapat menyebabkan kualitas keimanan dan kondisi spiritual suatu rumah tangga mengalami penurunan. (Beik, 2016: 197)
Kelompok variabel lingkungan keluarga dihubungkan dengan konsep ini karena lingkungan keluarga sangat mempengaruhi komitmen dan kesempatan melaksanakan ibadah pada setiap anggota keluarga. Indikator spiritual dapat digambarkan pada tabel 2.1 sebagai berikut:
Tabel 2.1
Sumber: Beik (2016)
Pada kondisi material, kebutuhan didasarkan pada kebutuhan pokok yang harus dipenuhi, diantaranya kebutuhan makanan, pakaian, tempat tinggal, pendidikan dan kesehatan. Penunjang kebutuhan lainnya berupa komunikasi dan transportasi dapat digabungkan kepada komponen kebutuhan material yang harus dipenuhi (Beik, 2016: 199).
Adapun manfaat yang diperoleh dengan menggunakan model CIBEST ini adalah pemetaaan keadaan keluarga dengan tujuan dapat direkomendasikan pada program pembangunan yang tepat, utamanya pada perubahan kuadran sehingga dapat menjadi pada kondisi kuadran I atau pada kuadran sejahtera. Pada kondisi kuadran II, untuk meningkatkan menjadi kuadran I, maka dapat tilakukan program kemiskinan melalui peningkatan keahlian serta peningkatan rumah
1 2 3 4 5 Shalat melarang individu lain shalat menolak ide shalat tidak melaksanakan shalat wajib secara rutin melaksankan shalat wajib namun tidak secara berjamaah melaksanakan shalat wajib secara berjamaah dan melaksanakan shalat sunnah P uasa melarang individu lain berpuasa menolak ide berpuasa tidak melaksanakan puasa wajib dengan penuh hanya melaksankan puasa wajib melaksanakan puasa wajib dan puasa sunnah Zakat dan Infak melarang individu lain berzakat dan berinfak menolak adanya zakat dan infak tidak pernah membayar zakat dan berinfak dalam setahun membayar zakat fitrah dan zakat harta membayarkan selalu zakat fitrah dan zakat harta serta berinfak Lingkungan Keluarga melarang keluarga beribadah menolak adanya pelaksanaan ibadah berpendapat urusan pribadi anggota keluarga mendukung ibadah keluarga membangun keadaan keluarga yang mendukung ibadah bersama lingkungan pemerintah larangan beribadah pada setiap keluarga menolak pelaksanaan ibadah berpendapat ibadah urusan pribadi masyarakat mendukung ibadah menciptakan lingkungan yang nyaman untuk beribadah Variabel Skala Likert
tangga, kemudian pemberian modal dengan pendampingan usaha secara efektif. Selanjutnya pada kuadran III untuk meningkatkan pada kuadran I atau II dilakukan peningkatan pada pelaksanaan agama dengan cara mengajak untuk melaksanakan ibadah secara lebih baik.
Pada kuadran IV, peningkatan kondisi rumah tangga dapat dilaksanakan dengan memperbaiki ruhiyah serta kerohanian terlebih dahulu, kemudian dilakukan pada peningkatan kondisi perekonomian dan diarahkan juga pada peningkatan kepribadian yang memiliki akhlak baik sebagai modal utama untuk menjadikan keluarga pada kuadran IV menjadi keluarga pada kuadran I yaitu sejahtera. (Susilawati, 2018: 109-110)
2. Konsep Zakat
Untuk mengetahui zakat, maka penulis akan menjelaskan definisi zakat, dasar hukum zakat dan juga penerima zakat yang dijelaskan sebagai berikut:
a. Definisi Zakat
Menurut bahasa, zakat memiliki arti nama` yang memiliki makna kesuburan, kemudia memilik arti thaharah yang bermakna suci, dan barakah yang memiliki makna keberkatan. Dari aspek
fiqh zakat memiliki arti sebagian harya yang diwajibkan Allah untuk dikeluarkan kepada orang yang berhak menerima (Widiastuti, 2015). Zakat menurut Mazhab Syafi`i diartikan sebagai ukuran dari beberapa jenis harta yang wajib dikeluarkan apabila telah memenuhi syarat dan diberikan kepada kriteria manusia tertentu. Selanjutnya Mazhab Mailiki mengartikan zakat tersebut sebagai mengeluarkan sebagian dari harta yang khusus yang wajib dizakatkan dengan syarat harta tersebut memiliki hak pemilikan penuh dan mencapai waktunya (hawl) kemudian diberikan kepada orang yang berhak menerimanya (mustahiq).
Selain mazhab Syafi`i dan mazhab Maliki, Mazhab Hanafi juga memberikan pengertian terhadap zakat yang memiliki makna menjadikan sebagian harta yang khusus yang diberikan kepada orang yang khusus pula yang telah ditentukan oleh syara` dari Allah SWT. Serta Mazhab Hanabila memberikan definisi zakat sebagai hak wajib yang dikeluarkan dari harta tertentu dan pada waktu tertentu yang diberikan kepada kelompok yang dinyatakan oleh Allah SWT dalam al-Qur`an (Balwi dan Halim, 2016).
Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa zakat tersebut merupakan harta yang wajib dikeluarkan apabila telah mencapai waktu (hawl) serta batasan ukuran zakat yang dikeluarkan yang diberikan kepada orang-orang yang sudah ditetapkan Allah dalam kitab al-Qur`an. b. Dasar Hukum Zakat
Dalam al-Qur`an terdapat beberapa kali disebutkan perintah zakat. Diantara dasar hukum zakat terdapat dalam al-Qur`an dan Hadist yaitu:
1) Al-Qur`an
Diantara ayat al-Qur`an yang menjelaskan tentang zakat atau perintah pemberian zakat kepada orang yang berhak menerimanya, disebutkan dalam al-Qur`an Surat at-Taubah ayat 60:
Artinya: Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam
perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Dalam ayat tersebut, harta yang terkumpul dari zakat tidak diarahkan sebagai hak milik pribadi, namun harta zakat yang terkumpul diberikan kepada orang-orang yang dikategorikan kedalam ashnaf delapan. (BAZNAS, 2017:14)
Selain dalam Qur`an Surat at-Taubah juga terdapat dalam al-Qur`an Surat adz-Dzariyat ayat 19:
Artinya: dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian.
Dalam ayat di atas, menunjukkan adanya kebijakan yang diberlakukan untuk pendistribusian zakat yang diberikan kepada orang-orang yang berhak menerima zakat. (Aibak, 2015: 207)
2) Hadist
Selain terdapat dalam al-Qur`an, zakat juga terdapat dalam hadist, yaitu:
ْيَع َقاَحْسِإ ِيْبَء اَّيِشَمَص ْيَع ٍذَلْخَه ُيْب ُكاَحَّضلا ٍنِصاَع ىُبَأ اٌََث َّذَح
َع ٍذَبْعَه يِبَأ ْيَع ٍّيِفْيَص ِيْب ِالله ُذْبَع ِيْب َي ْحَي
الله َيِضَس ٍساَّبَع ِيْبا ْي
ىَلِإ ُهٌَْع الله َيِضَساًر اَعُه َثَعَب َنَّلَسَو ِهْيَلَع الله َّلَص َّيِبٌَّلا َّىَأ اَوُهٌَْع
ْنُه ْىِئَف الله َلىُسَس يًَِّأَو الله َّلَِإ َهَلِإ َلَ ْىَأ ِةَد اَهَش ىَلِإ ْنُهُعْدا َلاَقَف ِيَوَيْلا
َلِل َزِلاىُع اَطَأ
ٍّلُم يِف ٍثاَىَلَص َسْوَخ ْنِهْيَلَع َضَشَتْفا ْذَق الله َّىَأ ْنُهْوِلْعَأَف
ًتَقَذَص ْنِهْيَلَع َضَشَتْفا الله َّىَأ ْنُهْوِلْعَأَف َلِلَزِل ا ْىُع اَطَأ ْنُه ْىِئَف ٍتَلْيَلَو ٍمْىَي
َقُف ىَلَع ُّدَشُتَو ْنِهِئ اَيٌِْغَأ ْيِه ُزَخ ْؤًت ْنِهِلاَىْهَأ يِف
ْنِهِئاَش
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abu `Ashim Adh-Dlohlak bin Makhlad dari Zakariya` bin Ishaq dari Yahya bin `Abdullah bin Shayfiy dari Abu Ma`bad dari Ibnu `Abbas R.A bahwa Nabi Shallallahhu`alaihhiwasallam
mengutus Mu`adz r.a ke negeri Yaman beliau berkata: “Ajaklah mereka kepada Syahadah (persaksian) tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Allah dan bahwa aku adalah utusan Allah. Jika mereka telah mentaatinya, maka beritahukanlah bahwa Allah mewajibkan atas mereka shalat lima waktu sehari semalam. Dan jika mereka telah mena`atinya, maka bertahukanah bahwa Allah telah mewajibkan atas mereka zakat dari harta mereka yang diambil dari orang-orang kaya mereka dan diberikan kepada orang-orang faqir mereka. (Hadist Buhkari, kitab ke 13 Bab 868)
Dalam hadits di atas, terdapat perintah membayar zakat bagi orang kaya dan memberikannya kepada orang-orang faqir diantara mereka.
c. Penerima Zakat
Penerima zakat atau yang biasa disebut dengan Asnaf merupakan golongan yang berhak menerima zakat dari orang yang wajib berzakat. Sebagaimana Asnaf zakat ini sudah ditetapkan dalam al-Qur`an Surat al-Baqarah ayat 60:
Artinya: Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Golongan yang berhak menerima zakat memiliki kategori sebagai berikut:
1) Fakir
Fakir yang dimaksudkan yaitu orang yang
dikategorikan tidak mempunyai harta dan tidak memiliki mata pencaharian. Apabila seseorang memiliki mata pencaharian namun belum terpenuhi keperluan dari kebutuhannya.
2) Miskin
Orang yang dikategorikan miskin yaitu orang-orang yang memiliki harta atau mata pencaharian namun hanya dapat memenuhi keperluan sementara namun apabila kebutuhan tersebut digunakan untuk memenuhi keinginan sendiri dan juga keluarga belum dapat terpenuhi.
3) Amil
Golongan amil yang dikategorikan penerima zakat atau asnaf yaitu setiap amil yang berkontribusi dalam pengurusan dan pengelolaan zakat. Sebagaimna diketahui bahwa orang yang dikategorikan amil ini dapat memperoleh dari hasil pungutan zakat. Tugas-tugas yang dipercayakan
4) Mu`alaf
Mu`alaf dalam penerima zakat yaitu orang yang baru masuk agama Islam atau orang yang diizinkan hatinya untuk tetap memeluk agama Islam. Hal ini dilakukan karena golongan ini memilih jalan yang baik dengan cara memilih agama Islam. Tugas yang diamanahkan kepada amil bersifat pemberian kuasa karena tugas yang diberikan kepada amil berhubungan dengan tugas pokok dan kepemimpinan sehingga syarat-syarat yang diperlukan menjadi seorang amil yaitu merupakan seorang muslim yang mengetahui hukum zakat. Selain itu tugas tambahan yang diberikan yaitu orang yang memiliki kemampuan bidang akuntansi, pemeliharaan
harta atau aset yang dikelola oleh lembaga zakat, serta memiliki pengetahuan tentang ilmu zakat. (Suryadi, 2018: 5) 5) Memerdekakan budak
Budak yang akan dimerdekakan yaitu budak yang sepenuhnya dikuasai oleh tuannya, sehingga dengan diberikannya zakat kepada budak ini dapat melepaskan dirinya dari perbudakan. Selain itu zakat juga diberikan kepada budak mukatab yang disebutkan sebagai budak yang sedang malakukan pembayaran cicilam untuk melepaskan dirinya dari majikan untuk tetap hidup. (Suryadi, 2018:6) 6) Gharim
Gharim disbutkan yaitu orang yang sedang terbebani dengan hutang. Gharim yang dimaksudkan dalam kategori penerima zakat yaitu orang yang berhutang untuk kepentingan umum yang digunakan untuk mendamaikan perbedaan atau perselisihan yang terjadi dalam keluarg, atau untuk menjaga kesatuan umat dan juga untuk memberikan pelayanan untuk kegiatan berdakwah. (Suryadi, 2018:7) 7) Fii Sabilillah
Menurut Yusuf Qardhawi dalam Qulub dan Munif (2015) menyebutkan bahwa yang digolongkan kepada fii sabilillah yaitu yang mencakup kepada orang yang membebaskan negara Islam dari hukum orang kafir. Selain itu juga dikatakan fii sabilillah yaitu orang yang
mengupayakan dengan sungguh-sungguh untuk
menumbuhkan ajaran Islam dengan benar. (Qulub dan Munif, 2015: 622)
8) Ibnu Sabil
Menurut Yusuf Qardhawi dalam memberikan pendapat tentang ibnu Sabil dalam penerimaan zakat yaitu setiap bentuk perjalanan untuk kebaikan masyarkat Islam.
Sebagaiman ulam fiqih juga memberikan syarat bagi orang yang melakukan perjalanan, yaitu mereka yang sedang dalam keadaan membutuhkan serta melakukakn perjalanan untuk kemashlahatan bukan untuk maksiat. (Suryadi, 2018: 9)
3. Zakat Community Development
a. Definisi Zakat Community Development
Zakat Commuinty Development merupakan program pengembangan suatu komunitas dengan menggabungkan aspek sosial yang dilihat dari pendidikan, kesehatan, agama, lingkungan dan aspek ekonomi yang bersumber dari zakat, infak serta sedekah yang bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat yang mandiri. (BASNAS 2017: 112).
b. Prinsip Program Zakat Community Development
Pelaksanaan program zakat community development mengandung beberapa prinsip dalam pelaksanaan program, di antaranya: (BAZNAS 2017)
1) Berbasis Komunitas
Program ini dilaksanakan dengan tujuan utama kepada mustahik atau penerima manfaat yang berada dalm suatu wilayah geografis atau bisa juga dalam kondisi khusu dan dalam berbagai bentuk kerjasama yang disepakati. Di Indonesia, kelompok ini disetarakan kepada kelompok kecil di masyarakat yaitu setingkat desa.
2) Syari`ah Islam
Pelaksanaan program zakat community development didasarkan kepada ketentuan hukum Islam dalam kaitannya dengan penyaluran zakat. Kaitan yang paling khusus dilihat kepada penerima manfaat harus tergolong kepada delapan
ashnaf. 3) Partisipasi
Program zakat community development dalam pelaksanaanya melibatkan langsung mustahik atau penerima manfaat diawali dari proses perencanaan sampai dengan pelaksanaan.
4) Kemanfaatan
Melalui prinsip kemanfaatan, program zakat community development memberikan nilai tambah secara meterial dan non material bagi mustahik atau penerima manfaat. Melalui program ini juga, para mustahik dapat mendapatkan manfaat finansial dan pembinaan spiritual dengan baik.
5) Kesinambungan
Program ini dilakukan dalam jangka waktu tertentu dengan kegiatan yang saling memiliki hubungan dalam mencapai tujuan program. Dengan adanya program ini, diharapkan adanya proses yang berkelanjutan dari awalnya menjadi pengelola program menjadi masyarakat dampingan, sehingga program tersebut dapat berkembang secara mandiri oleh masyarakat.
6) Sinergi
Bersinergi dalam menjalankan program zakat community development ini sangatlah diperlukan, terutama dalam memberikan ide, sumber daya manusia serta pembiayaan.
c. Tujuan Program Zakat Community Developmetn
Program zakat community development memiliki tujuan sebagai berikut: (BAZNAS, 2017: 117)
1) Memberikan kesadaran dan kepedulian mustahik atau penerima manfaat zakat tentang kehidupan yang berkualitas
2) Menumbuhkan partisipasi menuju kehidupan mandiri dalam masyarakat, sehingga masyarakat dalam program zakat community development dapat bermanfaat dan berkontribusi bagi banyak orang.
3) Menumbuhkan hubungan sosial ekonomi dalam masyarakat, sehingga mustahik atau penerima manfaat zakat dapat menjalani kehidupan bermasyarakat lebih baik lagi dalam meningkatkan perekonomian.
4) Menciptakan program pemberdayaan yang
berkesinambungan dengan tujuan untuk mewujudkan kesejahteraan dan kemandirian dalam masyarakat.
d. Pemberdayaan zakat dengan program Zakat Community Development
Program Zakat community development terdapat suatu tujuan dan strategi yang dilakukan untuk melaksanakan program pemberdayaan mustahik untuk memahami, mendalami, serta mendayagunakan kemampuan mustahik dengan tujuan keluar dari angka kemiskinan (Nurhasanah, 2019). Pemberdayaan pada saat ini mulai mengalami perkembangan dengan tujuan untuk mendorong pembangunan masyarakat secara merata. Untuk mencapai tujuan tersebut, masyarakat memiliki peran secara langsung dan mandiri terhadap kehidupannya sehingga kebutuhan dalam hidup dapat terpenuhi oleh masyarakat secara menyeluruh (Rijal, 2019: 192). Pemberdayaan merupakan suatu usaha dalam memperkuat keadan sosial dan ekonomi dengan tujuan untuk mencapai kekuatan kemampuan mustahik melalui bantuan pada umumnya berupa usaha produktif, sehingga mustahiq dapat meningkatkan pendapatannya dan dapat membayar kewajibannya dalam bentuk zakat dari hasil usaha yang didapatkan.
Dengan kondisi lain, pemberdayaan juga dikaitakan dengan kepemilikan harta zakat kepada yang berhak. Pemberdayaan diberikan kepada sebagaian kelompok yang berhak dari harta zakat, sehingga dengan memberikan modal kepada mustahik dengan ketentuan memiliki skill tertenu, sehingga dapat meneruskan kegiatan sebelum memiliki modal (Nasution, Nisa, Zakaria, 2018: 31). Selain itu, Siti Aminah Chaniago menambahkan pemberdayaan zakat kepada mustahik juga dilakukan dengan membuka lapangan pekerjaan bagi mustahik
yang belum memiliki skill dalam mengelola usaha sendiri (Chaniago, 2015: 54). Salah satu pemberdayaan zakat komunitas yang dilaksanakan oleh baznas yaitu melalui program zakat community development dengan tujuan untuk mewujudkan masyarakat komunitas yang sejahtera dan mandiri.
Pelaksanaa zakat community development dalam
praktiknya disesuaikan dengan potensi, kondisi serta situasi di masyarakat setempat. Beberapa aspek dalam kegiatan program pembangunan masyarakat melalui zakat community development ini diantaranya pda aspek kehidupan dengan tujuan masyarakat memiliki keberdayaan dalam pendidikan, kesehatan, dan beragama yang selalu disebut “Caturdaya Masyarakat”.
Caturdaya masyarakat dalam program zakat community development ini merupakan salah satu unsut utama dan memiliki keterkaitan dengan unsur yang lain. Apabila terpenuhinya empat unsur kesejahteraan, maka masyarakat dikategorikan kepada masyarakat yang sejahtera dan mandiri. Keempat unsur tersebut
meliputi keagamaan, ekonomi, pendidikan dan
kesehatan.(BAZNAS, 2017:113)
zakat community development pada dasarnya mengutamakan perkembangan sektor ekonomi ummat, untuk mencapai tersebut, perlu dorongan untuk peningkatan kemampuan
keuangan masyarakat yang didampingi. Dengan berlangsungnya program zakat community development ini, kemampuan keuangan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya perlu pendampingan secara moril dan spiritual untuk menanamkan mental secara mandiri. Sehingga tidak hanya diri dan keluarga, akan tetapi juga memiliki manfaat dan membantu orang lain yang membutuhkan (BAZNAS, 2017: 117).
Mursyidah menambahkan beberapa indikator yang digunakan dalam pemberdayaan mustahik pada program zakat community development, di antaranya:
1) Aspek penguatan lembaga
Indikator yang digunakan untuk mengukur aspek lembaga merupakan salah satu alat yang strategis dengan tujuan menjadikan mustahik menjadi muzakki sehingga dapat mengurangi kemiskinan. Menurut Juwaini dalam Mursyidah (2009) menyatakan indikator aspek lembaga dengan tujuan pengurangan kemiskinan dengan mengupayakan mustahik
menjadi muzakki ini sangatlah penting dikarenakan bagi masyarakat yang dikategorikan miskin belum tentu dapat mengatasi kemiskinan secara perorangan.
Program zakat community development dalam aspek penguatan lembaga terdiri dari beberapa sub indikator:
a) Pertemuan Anggota b) Organisasi Kelompok
c) Kegiatan-kegiatan yang dilakukn dalam kelompok
d) Peran-peran Struktur Kelompok dalam Menjamin Kemandirian Manajemen
e) Kepercayaan Pihak Luar dalam Kelompok 2) Aspek penguatan kualitas mustahik
Penguatan mustahik dalam meningaktkan pemberdayaan bertujuan agar kemampuan atau skill dan kemandirian
mengalami peningkatan dalam mengelola kelompok organisasi serta betujuan untuk peningkatan akses sumber teknologi, informasi serta pembiayaan pasar. Aspek penguatan kualitas
mustahik dalam indikator program zakat community development terdiri dari beberapa sub indikator, diantaranya:
a) Pemahaman terhadap suatu kelompok b) Peningkatan keterampilan
c) Peningkatan atitude atau nilai moral
d) Penerapan kapasitas yang dimiliki dalam pengembangan ekonomi
3) Aspek perkembangan usaha masyarakat
Dalam menjalankan program zakat community
development, mustahik diarahkan untuk melakukan usaha dengan skala kecil atau menengah serta dilaksanakan beberapa pelatihan dan pembinaan bagi kelompok-kelompok supaya usaha yang dilakukan dapat berkembang. Indikator pada Program zakat community development dalam aspek perkembangan usaha masyarakat juga terdiri dari beberap sub indikator, yaitu sebagai berikut:
a) Pengembangan modal usaha kelompok
b) Jenis dan karakteristik usaha yang dikembangkan c) Skala dan pendapatan usaha yang dikembangkan d) Alokasi pendapatan usaha yang dikembangkan e) Pengelolaan usaha yang dikembangkan
4) Aspek perkembangan jaringan kerja
Untuk peningkatan pemberdayaan mustahik pada program zakat community development dilaksanakan dengan melakukan pengembangan jaringan kerja dengan tujuan dapat menambah kepercayaan dari pihak-pihak tertentu. Di antara perkembangan jaringan kerja dalam pemberdayaan kelompok
yang perlu diperhatikan yaitu jumlah jaringan kerja, tingkat hubungan serta pola kerjasama yang dikembangkan.
5) Aspek penilaian spiritual
Kondisi spiritual yang perlu diperhatikan dalam peningkatan pemberdayaan mustahik diantaranya, pelaksanaan shalat, puasa, zakat dan infak, kondisi lingkungan spiritual
yang baik serta penerapan sifat-sifat terpuji.
4. Pengaruh Program Zakat Community Development terhadap Kemiskinan
Kemiskinan yang dikemukakan oleh Mubarokah, Beik dan Irawan yaitu kemiskinan tidak hanya dipandang dari aspek material saja, namun kemiskinan juga dipandang dari aspek spiritualnya juga (Mubarokah, Beik dan Irawan, 2017). Selanjutnya Beik dan Arsyianti mengemukakan juga bahwa setiap muslim itu dapat memenuhi kebutuhan pokok diantaranya yaitu dengan melaksanakan ibadah dengan baik, tercukupinya kebutuhan sandang, kebutuhan pangan serta kebutuhan papannya dan selain itu juga hilangnya rasa takut terhadap tekanan dan ancaman yang datang dari berbagai pihak (Beik dan Asyianti, 2015).
Kesejahtaraan menurut Irfan Syauqi Beik merupakan terpenuhinya kebutuhan material dan spiritual. Kebutuhan materil berupa kebutuhan makanan, pakaian, tempat tinggal pendidikan dan kesehatan. Kemudian yang tergolong kepada kebutuhan spiritual yaitu Shalat, puasa, zakat dan infak, lingkungan keluarga dan kebijakan pemerintah (Beik, 2016)
Program zakat community development merupakan salah satu instrumen utama dalam zakat pemberdayaan dengan tujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dari ekonomi, spiritual, sosial serta pendidikan dan kesehatan (Nurzaman dan Kurniaeny, 2019). Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Pusat Kajian
Baznas (PUSKAS BAZNAS) tahun 2019, mengemukakan bahwa program zakat community development ini memberikan pengaruh yang positif dalam mengurangi kemiskinan serta dalam hal peningkatan kesejahteraan mustahik. Sebagaimana ini diketahui bahwasanya mustahik yang diberikan bantuan dalam bentuk pemberdayaan dalam program Zakat Community Deveopment sudah memiliki tambahan penghasilan mencapai kenaikan rata-rata dua kali lipat dari penghasilan sebelumnya dan juga terdapat perubaha terhadap kesadaran mustahik dalam beribadah. (PUSKAZ BASNAZ, 2019)
B. Kajian Penelitian yang Relevan
Kajian-kajian yang berkaitan dengan program zakat community development terhadap kesejahteraan mustahik juga sudah ada ditemukan, kajian yang relevan dengan masalah penulis, dijelaskan sebagai berikut:
Pada tahun 2017, Rinol Sumantri melakukan penelitian dengan judul Artikel Efektifitas dana zakat pada mustahikZakat Community Development Sumatera Selatan dengan Pendekatan CIBEST. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalisa bagaimana efektifitas dana zakat pada mustahik zakat community development sumatera selatan dengan pendekatan CIBEST. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari program Zakat community development yang dibangun oleh BAZNAS memang memilik kontribusi cukup baik untuk meningkatkan kesejahteraan dan mengurangi angka kemiskinan, namun dampak program zakat community development di Banyuasin belum terlihat signifikan. Hal ini diketahui karena masih minimnya bimbingan program yang diberikan oleh BAZNAS Banyuasin serta kurangnya kesadaran dari pihak mustahik. Pada segi spiritual masih terdapat minimnya kesadaran
musthaik dalam peningkatan ibadah, baik ibadah untuk diri musthaik sendiri maupun ibadah keluarga. Perbedaan penelitian yang akan penulis teliti dengan penelitin ini, yaitu dalam penelitian ini peneliti mengkaji bagaimana efektifitas dana zakat yang diberikan kepada mustahik dalam bentuk program
zakat community development sementara itu penulis akan meneliti pengaruh program Zakat Community Development terhadap kemiskinan dan kesejahteraan mustahik di Sumatera Barat.
Pada tahun 2017, Isro`iyatul Mubarokah, Irfan Syauqi Beik dan Tony Irawan melakukan penelitian dengan judul Artikel Dampak Zakat terhadap kemiskinan dan kesejahteraan mustahik. Permasalhan yang diteliti mengenai kemiskinan yang merupakan salah satu masalah di Indonesia dan diantara instrumen yang mengurangi kemiskinan yaitu zakat. Tujuan peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah untuk menganalisis dampak zakat terhadap kemiskinan dan kesejahteraan mustahik. Metode penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif menggunakan teknik analisi yaitu model CIBEST. Hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks kemiskinan islami tanpa dan dengan zakat tidak mengalami perubahan.
Pada tahun 2019, Dian Rahayu Fatmi melakukan penelitian dengan judul ”pengaruh program sentra ternak mandiri (STM) terhadap kesejahteraan mustahiq pada LAZ UMMUL Quro Jombang”. Tujuan penelitian ini agar mustahik mempunyai usaha sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan mustahik dan dapat mengubah status mustahik menjadi muzakki. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuantitaif dengan menggunakan persamaan uji regresi linier sederhana, uji normalitas, uji linieritas, dan uji t. Hasil penelitian menunjukkan program sentra ternak mandiri berpengaruh terhadap kesejahteraan mustahik. Perbedaan penelitian ini dengan yang akan penulits teliti yaitu, peneliti mengkaji pengaruh program sentra ternak mandiri terhadap kesejahteraan mustahik, sementara itu penulis akan mengkaji pengaruh program zakat community development terhadap kemiskinan dan kesejahteraan mustahik.
Pada tahun 2019 Aldi Maulana dan Nina Kurniasih melakukan penelitian dengan judul Artikel Hubungan Antara Persepsi Keluarga Miskin Sebagai Mustahik Tentang Pelaksanaan Program Zakat Community Development BAZNAS Dengan Pemberdayaan Di Desa Padalarang Kabupaten Bandung Barat. Adapun tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk
mendeskripsikan persepsi keluarga miskin sebagai mustahik tentang pelaksanaan program zakat community development di Desa Padalarang Kabupaten Bandung Barat, selain itu juga untuk mendeskripsikan pemberdayaan keluarga miskin sebagai mustahik dalam pelaksanaan program
zakat community development di Desa Padalarang Kabupaten Bandung Barat serta untuk mendeskripsikan hubungan antara persepsi keluarga miskin sebagai mustahik tentang pelaksanaan program zakat community development
BAZNAS di Desa Padalarang Kabupaten Bandung Barat. Hasil penelitian yang ditemukan yaitu terdapat hubungan antara persepsi dari keluarga miskin yang dikategorikan kepada mustahik terhadap program zakat community development BAZNAS dengan metode pemberdayaan di Desa Padalarang Kabupaten Bandung Barat sebesar 0,893. Dengan melihat hasil korelasi ini artinya terdapat hubungan kuat, sehingga dapat dinyatakan bahwasanya persepsi keluarga miskin tentang program zakat community development
BAZNAS tinggi .
Pada Tahun 2019 Azizah Mursyidah melakukan penelitian dengan judul Artikel Analisis Indikator Kinerja Zakat Community Development dalam Rangka Pemberdayaan Mustahik Produktif. Permasalahan Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pengukuran terhadap indikator kinerja zakat community development untuk pemberdayaan mustahik dengan menggunakan metode ANP (Analytcal Network Process). Hasil penelitian ini menunjukkan dari indikator kelembagaan, penguatan kapasitas masyarakat, pengembangan usaha masyarakat, pengembangan jaringan kerja serta penilaian agama, menurut para ahli indikator zakat community development yang penting yaitu indikator dengan pola kemitraan. Perbedaan penelitian yang akan penulis teliti yaitu pada penelitian ini peneliti mengkaji tentang indikator kinerja
zakat community development sedangkan penulis mengkaji tentang pengaruh program zakat community development terhadap kemiskinan dan kesejahtaraan mustahik.
Pada tahun 2019, Mohamad Soleh Nurzaman dan Fika Khanifa Kurniaeny melakukan penelitian dengan judul artikel Achieving Suistainable