• Tidak ada hasil yang ditemukan

LP-ANEMIA.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LP-ANEMIA.pdf"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

“LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

“LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN ANEMIA

(2)

Lembar Persetujuan

Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Klien Dengan DHF (Dengue Hemoragic Fever)

Di Ruang ASTER RSD dr SOEBANDI jember

Tanggal :

Disusun oleh : Gunadi

(3)

A. Konsep Dasar Penyakit. 1. Definisi Anemia.

Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb dan / atau hitung eritrosit lebih rendah dari nilai normal. Dikatakan sebagai anemia bila Hb < 14 g/dl (normal : 14  –  16 g/dl) dan Ht < 40 % (normal : 40 –  48 vol %) pada pria atau Hb < 12 g/dl (normal : 12 –  14 g/dl) dan Ht < 37% (normal : 37- 43 vol %) pada wanita (Mnsjoer, 2001).

Anemia didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa eritrosit (red cell mass) dan atau massa hemoglobin sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer ( penurunan oxygen carrying capacity) ( Lubis, 2006).

Anemia merupakan keadaan di mana masa eritrosit dan atau masa hemoglobin yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh (Handayani & Haribowo, 2008).

Dapat disimpulkan bahwa anemia merupakan suatu keadaan dimana kadar Hb dan / atau hitung eritrosit lebih rendah dari nilai normal yaitu Hb < 14 g/dl dan Ht < 40 %

(4)

Anemia terjadi sebagai akibat gangguan, atau rusaknya mekanisme produksi sel darah merah. Penyebab anemia adalah menurunnya produksi sel-sel darah merah karena kegagalan dari sumsum tulang, meningkatnya penghancuran sel-sel darah merah, perdarahan, dan rendahnya kadar ertropoetin, misalnya pada gagal ginjal yang parah. Gejala yang timbul adalah kelelahan, berat badan menurun, letargi, dan membran mukosa menjadi pucat. Apabila timbulnya anemia perlahan (kronis), mungkin hanya timbul sedikit gejala, sedangkan pada anemia akut yang terjadi adalah sebaliknya (Fadil, 2005).

4. Patofisiologi Terjadinya Penyakit Anemia.

Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah merah secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat  penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau

hemplisis (destruksi), hal ini dapat akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.

(5)

6. Klasifikasi Anemia.

Menurut Mansjoer (2001) klasifikasi anemia yaitu : a) Anemia Mikrositik Hipokrom :

 Anemia Defisiensi Besi.

Anemia ini umumnya disebabkan oleh perdarahan kronik. Di Indonesia paling  banyak disebabkan oleh infestasi cacing tambang (ankilostomiasis). Infestasi

cacing tambang pada seseorang dengan makanan yang baik tidak akan menimbulkan anemia. Bila disertai malnutrisi, baru akan terjadi anemia.

 Anemia Penyakit Kronik.

Penyakit ini banyak dihubungkan dengan berbagai penyakit infeksi, seperti infeksi ginjal, paru-paru (abses, empiema dll), inflamasi kronik (artritis reumatoid) dan neoplasma.

 b) Anemia Makrositik :

 Defisiensi Vitamin B12.

Kekurangan vitamin B12 akibat faktor intrinsik terjadi karena gangguan

(6)

e) Anemia Aplastik.

Terjadi karena ketidaksanggupan sumsum tulang untuk membentuk sel-sel darah. Hal ini bisa karena kongenital namun jarang terjadi.

7. Gejala Klinis Anemia.

Menurut Handayani & Haribowo (2008) tanda-tanda Anemia meliputi:

A. Gejala Umum anemia

Gejala anemia disebut juga sebagai sindrom anemia atau Anemic syndrome. Gejala umum anemia atau sindrom anemia adalah gejala yang timbul pada semua jenis Anemia pada kadar hemoglobin yang sudah menurun sedemikian rupa di bawah titik tertentu. Gejala ini timbul karena anoksia organ target dan mekanisme kompensasi tubuh terhadap penurunan hemoglobin. Gejala-gejala tersebut apabila diklasifikasikan menurut organ yang terkena adalah:

a) Sistem Kardiovaskuler: lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi, sesak napas saat  beraktivitas, angina pektoris, dan gagal jantung.

(7)

8. Pemeriksaan Fisik Pada Pasien Anemia.

 Keadaan umum

 Tanda-tanda vital (RR, TD, nadi, temperatur)  Ikterus, splenomegali, hepatomegali

 Perdarahan dan tanda-tanda infeksi

 Disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis angularis, dan kuku sendok (koilynochia).  Lemah, lesu, cepat lelah, telinga mendenging, mata berkunang-kunang, kaki

terasa dingin, sesak nafas, dispepsia, pucat pada konjungtiva,mukosa mulut, telapak tangan, dan jaringan di bawah kuku

9. Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang Pada Anemia. Pemeriksaan Laboratorium

a) Hemoglobin (Hb)

Hemoglobin adalah parameter status besi yang memberikan suatu ukuran kuantitatif tentang beratnya kekurangan zat besi setelah anemia berkembang. Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat

(8)

  Mean Corpuscular Haemoglobin Concentration (MCHC)

MCHC adalah konsentrasi hemoglobin eritrosit rata-rata. Dihitung dengan membagi hemoglobin dengan hematokrit. Nilai normal 30-35% dan hipokrom < 30%.

c) Pemeriksaan Hapusan Darah Perifer

Pemeriksaan hapusan darah perifer dilakukan secara manual. Pemeriksaan menggunakan pembesaran 100 kali dengan memperhatikan ukuran, bentuk inti, sitoplasma sel darah merah. Dengan menggunakan  flowcytometry hapusan darah dapat dilihat pada kolom morfology flag .

d) Luas Distribusi Sel Darah Merah ( Red Distribution Wide = RDW)

Luas distribusi sel darah merah adalah parameter sel darah merah yang masih relatif baru, dipakai secara kombinasi dengan parameter lainnya untuk membuat klasifikasi anemia. RDW merupakan variasi dalam ukuran sel merah untuk mendeteksi tingkat anisositosis yang tidak kentara. Kenaikan nilai RDW

(9)

rendah ditemukan setelah kehilangan darah maupun donor, pada kehamilan, infeksi kronis, syok, pireksia, rhematoid artritis, dan malignansi. Besi serum dipakai kombinasi dengan parameter lain, dan bukan ukuran mutlak status besi yang spesifik.

g) Serum Transferin (Tf)

Transferin adalah protein tranport besi dan diukur bersama -sama dengan besi serum. Serum transferin dapat meningkat pada kekurangan besi dan dapat menurun secara keliru pada peradangan akut, infeksi kronis, penyakit ginjal dan keganasan.

h) Pemeriksaan Sumsum Tulang

Masih dianggap sebagai standar emas untuk penilaian cadangan besi, walaupun mempunyai beberapa keterbatasan. Pemeriksaan histologis sumsum tulang dilakukan untuk menilai jumlah hemosiderin dalam sel-sel retikulum. Tanda karakteristik dari kekurangan zat besi adalah tidak ada besi retikuler.

(10)

Terapi ini bergantung pada jenis anemia yang dijumpai, misalnya preparat besi untuk anemia defisiensi besi.

c. Terapi kausal

Terapi kausal merupakan terapi untuk mengobati penyakit dasar yang menjadi  penyebab anemia. Misalnya, anemia defisiensi besi yang disebabkan oleh infeksi

cacing tambang harus diberikan obat anti-cacing tambang. d. Terapi ex-juvantivus (empiris)

Terapi yang terpaksa diberikan sebelum diagnosis dapat dipastikan, jika terapi ini  berhasil, berarti diagnosis dapat dikuatkan. Terapi hanya dilakukan jika tidak tersedia fasilitas diagnosis yang mencukupi. Pada pemberian terapi jenis ini,  penderita harus diawasi dengan ketat. Jika terdapat respons

B. Pencegahan anemia

Upaya-upaya untuk mencegah anemia, antara lain sebagai berikut:

(11)

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan. 1. Pengkajian

a. Aktivitas/istirahat

Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produtivitas, penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.

Tanda : takikardia/takipnea; dispnea pada bekerja atau istirahat. Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot dan  penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai,  berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang menunjukkan keletihan.

b. Sirkulasi

Gejala : riwayat kehilangan darah kronis, mis; perdarahan GI kronis, menstruasi  berat (DB); angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat endokarditis

infektif kronis. Palpitasi (takikardia kompensasi).

(12)

d. Eleminasi

Gejala : riwayat piclonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB). Hematemasis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran urine

Tanda ; distensi abdomen.

e. Makanan/cairan

Penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukkan produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan.

f. Neurosensori

Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan  berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin. Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi

(13)

2. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul.

a. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan perubahan komponen seluler yang diperlukan untuk mengirim O2 ke sel ditandai dengan warna kulit pucat, pasien merasa tangan dan kakinya dingin, CRT >3 detik.

 b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat ditandai dengan pasie pasien mngeluh berat  badannya terus turun dan merasa haus.

c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum ditandai dengan  pasien mengatakan klelalhan dan letih setelah beraktifitas.

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Dochterman, Joanne Mccloskey, Bulechek, Gloria M. (2008).  Nursing Interventions Classification (NIC), Fifth Edition. Missouri: Mosby

Fadil, M.(2005). Konsep Dasar Anemia. Available at http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=28334. Diakses pada 8 Desember 2014. Handayani, A & Haribowo, B. 2008. Tinjauan Pustaka Anemia. Available at

http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=6281. Diakses pada 8 Desember 2014. Lubis, Dian. (2006).  Anemia Defisiensi Besi. Available at

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21579/4/Chapter%20II.pdf.  Diakses  pada 8 Desember 2014.

Mansjoer, Arif. (2001).  Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1.  Jakarta : Media Aesculapius.

Morhead, Sue, Johnson, Marion, Maas, Meriden L., Swanson, Elizabeth. (2008).  Nursing Outcomes Classification (NOC), Fifth Edition. Missouri: Mosby

(15)

5. PHATWAY

Rencana Asuhan Keperawatan Defisiensi nutrient Hemolisis (Eritrosit

mudah pecah)

Penekanan sumsum tulang (misalnya: kanker) Perdarahan ANEMIA Berkurangnya Hb dalam darah Intoleransi aktivitas ketidakefektifan

perfusi jaringan perifer

anoreksia

Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari dari kebutuhan

Intake nutrisi inadekuat Mual/muntah

viskositas darah menurun

resistensi aliran darah perifer  penurunan transport O2 ke jaringan

hipoksia, pucat, lemah

Keletihan Kurang paparan informasi

Defisiensi pengetahuan

Penurunan produksi sel-sel darah merah Rusaknya mekanisme produksi sel darah

(16)

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan tindakan yang mengarah pada intimidasi tersebut, diketahui bahwa pada responden pria dalam penelitian ini diketahui memiliki dimensi sikap peran gender (sex

Analisis data adalah suatu cara atau menguraikan atau mencari pemecahan dari catatan-catatan yang berupa kenyataan atau bahan data setelah data diperoleh, maka data

Selain itu, arsip yang memiliki nilai guna yang tinggi harus disimpan dan di.. pelihara secara permanen oleh lembaga kearsipan karena memiliki

Selama menjalani Kuliah Kerja Media (KKM) penulis dapat menyimpulkan bahwa seorang spesialis media sosial harus benar-benar bisa menguasai dan mengelola sebuah media

Dari hasil observasi pendahuluan di atas, maka dapat kita simpulkan bahwa kegiatan kepramukaan di SMA Negeri 14 Surabaya sudah berjalan sesuai dengan Syarat

closing program dan tampilan credit title, Background music yang dipilih adalah lagu Iggy Azelea – Black Window yang bertempo sedang pada awal lagu, kemudian

Data primer yang di dapat berupa laju infiltrasi air ke dalam tanah dan nilai laju infiltrasi sebelum dan sesudah adanya lubang resapan biopori dan jumlah lubang resapan