• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGELOLAAN DANA DESA PERSPEKTIF AKUNTANSI DI NAGARI SUNGAI BETUNG KECAMATAN KAMANG BARU KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN 2017 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGELOLAAN DANA DESA PERSPEKTIF AKUNTANSI DI NAGARI SUNGAI BETUNG KECAMATAN KAMANG BARU KABUPATEN SIJUNJUNG TAHUN 2017 SKRIPSI"

Copied!
168
0
0

Teks penuh

(1)

PENGELOLAAN DANA DESA PERSPEKTIF AKUNTANSI DI NAGARI SUNGAI BETUNG KECAMATAN KAMANG BARU KABUPATEN

SIJUNJUNG TAHUN 2017

SKRIPSI

Ditulis Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Syariah

Oleh:

ELDARITA SANDRA NIM. 15 3012 10030

JURUSAN EKONOMI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BATUSANGKAR

(2)
(3)
(4)
(5)

Kecamatan Kamang Baru Kabupaten Sijunjung Tahun 2017”. Jurusan Ekonomi Syariah Akuntansi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar, tahun 2019.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengelolaan dana desa di nagari sungai betung kecamatan tamang baru kabupaten sijunjung tahun 2017 dalam bidang Perencanaan, Pelaksanaan, Penatausahaan, Pelaporan dan Pertanggungjawaban serta Pembukuan dalam pengelolaan dana desa yang dilakukan oleh Pemerintah Nagari Sungai Betung. Jenis penelitian adalah Penelitian Lapangan (field research) dengan menggunakan metode kualitatif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara dan dokumentasi. Analisis data penelitian ini melalui pengukuran dengan membandingkan standar/kriteria Pengelolaan Keuangan Desa yang berpedoman pada Permendagri Nomor 113 tahun 2014 tentang pedoman Pengelolaan Keuangan Desa dengan keadaan dilapangan yang sesungguhnya.

Hasil penelitian menujukkan bahwa Pengelolaan Dana Desa di Nagari Sungai Betung dari kegiatan Perencanaan, Pelaksanaan, Penatausahaan, sudah sesuai dengan Permendagri Nomor 113 tahun 2014, Namun dalam Pelaporan Pertanggungjawaban yang dilakukan oleh Pemerintah Nagari Sungai Betung belum sepenuhnya menerapakan ketentuan yang ada dalam Permendagri Nomor 113 tahun 2014, kendala yang dihadapi oleh Pemerintah Nagari Sungai Betung dalam melakukan pelaporan dan pertanggungjawaban dalam pengelolaan dana desa yaitu: 1) Bendahara belum dapat memberikan laporan pertanggungjawaban secara tepat waktu kepada Wali Nagari, disebabkan oleh kurangnya pendampingan dan pelatihan pembangunan dari pemerintah dan kurangnya SDM. 2) Pemerintah Nagari belum dapat memberikan laporan pertanggungjawaban secara tepat waktu kepada Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan yang berlaku, yang disebabkan oleh keterlambatan dalam pengumpulan SPJ dari masing-masing TPK, dan keterlambatan dalam penyusunan laporan pertanggungjawaban. Dalam pembukuan yang dilakukan oleh Pemerintah Nagari Sungai Betung sudah sesuai dengan Permendagri Nomor 113 tahun 2014. Pembukuan dalam Pengelolaan Dana Desa yang dilakukan oleh pemerintah Wali Nagari Sungai Betung dengan menggunakan buku kas umum, buku kas pembantu pajak dan buku bank dengan menggunakan sistem keuangan desa yang sudah terkomputerisasi.

Kata kunci: Dana Desa, Perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban Permendagri No. 113 tahun 2014.

(6)

i

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

PERNYATAAN KEASLIAN PERSETUJUAN PEMBIMBING PENGESAHAN TIM PENGUJI

ABSTRAK ... 1

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Fokus Penelitian ... 7 C. Rumusan Masalah ... 7 D. Tujuan Penelitian ... 8 E. Manfaat Penelitian ... 8 F. Definisi Operasional ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11

A. Landasan Teori... 11

1. Desa ... 11

2. Dana Desa ... 13

3. Pengelolaan Dana Desa ... 17

4. Akuntansi Sektor Publik... 22

5. Good Governance ... 26

6. Akuntabilitas ... 26

7. Transparansi ... 28

8. Partisipasi ... 29

9. Pelaporan Keuangan Organisasi Sektor Publik ... 30

B. Penelitian yang Relevan ... 31

BAB III METODE PENELITIAN... 33

A. Jenis Penelitian... 33

(7)

ii

C. Sumber Data... 34

D. Teknik Pengumpulan Data ... 34

E. Teknik Analisis Data... 35

F. Uji Keabsahan Data ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 42

A. Gambaran Umum Nagari Sungai Betung ... 42

1. Sejarah Nagari Sungai Betung ... 42

2. Visi dan Misi Nagari Sungai Betung... 44

3. Struktur Organisasi Nagari Sungai Betung ... 47

B. Pembahasan dan Analisis ... 48

1. Pengelolaan dana desa ... 48

2. Pembukuan dalam Pengelolaan Dana Desa ... 153

BAB V PENUTUP ... 156

A. Kesimpulan ... 156

B. Saran ... 157 DAFTAR PUSTAKA

(8)

iii

DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Time Schedule Penelitian... 33

Tabel 3. 2 Standar/Kriteria Pengelolaan Dana Desa di Nagari Sungai Betung .... 36

Tabel 4. 1 Jumlah Penduduk Di Nagari Sungai Betung Berdasarkan Jorong Tahun 2017 ... 43

Tabel 4. 2 Perkembangan Industri Di Nagari Sungai Betung ... 44

Tabel 4. 3 Ringkasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Nagari (APBNagari) Nagari Sungai Betung tahun 2017 ... 51

Tabel 4. 4 Buku Kas Umum Nagari Sungai Betung Tahun Anggaran 2017 ... 58

Tabel 4. 5 Buku Bank Nagari Sungai Betung Pada bulan Mei tahun 2017 ... 135

Tabel 4. 6 Buku Bank Nagari Sungai Betung Pada bulan Juni tahun 2017 ... 136

Tabel 4. 7 Buku Bank Nagari Sungai Betung Pada bulan Juli tahun 2017 ... 137

Tabel 4. 8 Buku Bank Nagari Sungai Betung Pada bulan Agustus tahun 2017 138 Tabel 4. 9 Buku Bank Nagari Sungai Betung Pada bulan September tahun 2017 ... 139

Tabel 4. 10 Buku Bank Nagari Sungai Betung Pada bulan Oktober tahun 2017 ... 140

Tabel 4. 11 Buku Bank Nagari Sungai Betung Pada bulan November tahun 2017 ... 142

Tabel 4. 12 Buku Bank Nagari Sungai Betung Pada bulan Desember tahun 2017 ... 143

Tabel 4. 13 Realisasi Pelaksanaan APB Nagari yang Dilakukan Oleh Pemerintah Nagari Sungai Betung ... 146

(9)

iv

DAFTAR GAMBAR

(10)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pembangunan nasional adalah uapaya untuk meningkatkan seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan negara yang sekaligus merupakan proses pembangunan seluruh sistem penyelenggaraan negara untuk mewujudkan tujuan nasional dengan tepat, yaitu dengan mengedepankan masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila dan UUD 1945. Seperti sekarang ini pemerintah telah giat dalam membangun segala bidang untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa, baik dalam bidang materil serta spritual. Dibidang materil pemerintah mengembangkan perbaikan untuk membangun sarana fisik dengan tepat sasaran, sarana-sarana yang berhubungan dengan bidang materil ini dapat dicapai dengan adanya perkembangan perekonomian. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tengang Desa menyatakan bahwa desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam hai ini desa diberikan wewenang yang luas untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri, sesuai dengan potensi desa yang yang dimiliki dalam rangka upaya peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat desa (Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa).

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 49 tahun 2016 tentang tata cara pengalokasian, penyaluran, penggunaan, pemantauan dan evaluasi dana desa, penyaluran dana desa dilakukan secara bertahap dengan ketentuan tahap I, pada bulan Maret sebesar 60% (enam puluh persen) dan tahap II, pada bulan Agustus sebesar 40% (empat puluh persen). Sebagai dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja

(11)

Negara (APBN) maka dana desa menuntut adanya pertanggungjawaban dalam penggunaannya, sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Nomor 113 tahun 2014 tentang pengelolaan keuangan desa. Dengan adanya pertanggungjawaban tersebut maka Kepala Desa dituntut untuk dapat menerapkan asas akuntabilitas dan transparan dalam pengelolaan dan menyampaikan laporan penggunaan dana desa.

Kebijakan tata kelola desa yang dibuat dalam undang-undang No 6 Tahun 2014 tentang desa dianggap sebagai kebijakan yang membawa harapan baru dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa. Beberapa kebijakan tersebut, diantaranya adalah alokasi anggaran yang besar kepada desa yang dimaksudkan untuk meningkatkan anggaraan desa dalam pembangunan, pelayanan, pembinaan dan pemberdayaan masyarakat desa.

Pembangunan desa merupakan salah satu urusan yang menjadi kewenangan desa. Pembanguan desa bertujuan meningkatkan kesejahtraan masyarakat desa dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana desa, pengembangan potensi ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan, sebagai implikasi dari penyelenggaraan pembangunan tersebut maka pemerintah membuat program bantuandana berupa dana desa yang disalurkan ke setiap desa.

Anggaran yang didapatkan daerah dari Anggaan Pendapatan Belanja Negara (APBN) diatur dalam Undang-Undang Nomor 60 Tahun 2014 Pasal 1 tentang Dana Desa, menyatakan bahwa dana desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), yang diperuntukan bagi desa yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanjan Daerah (APBD) kabupaten/kota untuk selanjutnya ditransfer ke APB Desa. Pengunaannya untuk mendanai kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat. Sedangkan Alokasi Dana Desa (ADD) berdasarkan PP No 34 Tahun 2014 merupakan dana perimbangan yang diterima kabupate/kota dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

(12)

3

kabupaten/kota setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus (DAK) (Yuliansyah, 2016: 32-33).

Anggaraan dana desa yang diterima oleh pemerintah nagari Sungai Betung tentunya membutuhkan pngelolaan yang baik sehingga tidak terjadi penyalahgunaan. Peran perangkat desa diperlukan untuk membantu kepala desa dalam mengelola dana desa tersebut. Mengingat bahwa dalam pengelolaan dana desa, terdapat resiko terjadinya kesalahan baik bersifat administratif maupun substantif dalam pengelolaan keuangan desa. Berdasarakan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 49 tahun 2016 pasal 39 ayat 1 terdapat sanki berupa penundaan penyaluran dana tahap 1 (satu) oleh Bupati/Walikota dalam hal apabila Bupati/Walikota belum menerima dokumen berupa, Peraturan Desa mengena Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APB Desa), dan laporan realisasi penggunaan dana desa tahun anggaran sebelum dari kepala desa.

Akuntabilitas merupakan pihak pemegang amanah untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melapaorkan dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggungjawaban kepada pihak pemberi amanah yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut (Mardiasmo, 2009:20). Pemerintahan yang akuntabel yaitu pemerintahaan yang dapat menyajikan informasi penyelenggaraan pemerintah secara terbuka, cepat dan tepat keadaan masyarakat. Sedangkan, Transparansi dapat diartikan keterbukaan pemerintah dalam memberikan informasi yang terkait dengan aktivitas pengelolaan sumber daya publik kepada pihak yang membutuhkan informasi. Suatu pemerintahan dikatakan transparan jika mampu memberikan informasi yang terbuka dan mudah diakses oleh masyarakat mengenai dokumen anggaran pemerintah, kegiatan dan kinerja pemerintah, laporan keuangan pemerintah, serta tersedianya laporan pertanggungjawaban yang tepat waktu.

Dalam Islam setiap diri akan memperangngjawabkan semua amanah dan perbuatan yang dilakukan selama hidupnya sebagaimana dijelaskan dalam Al Qur’an Surat Al-Hasyr ayat 18:

(13)







































Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhna Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Berdasarkan ayat di atas dijelaskan bahwa Allah SWT menyerukan kepada manusia agar melakukan apa yang diperintahkan dan meninggalkan apa yang dilarang Allah SWT. Dan hendaklah manusia memperhatikan apa yang mereka kerjakan untuk akhirat yang dapat memberikan manfaat kepadamu pada hari hisab (perhitungan amal) dan pembalasan. Hendaklah masing-masing diri memperhitungkannya (Shihab, 2012:311).

Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan pada selasa 13 November 2018 dengan sekretaris Nagari Sungai Betung yaitu bapak Dahrul, A.ma menyatakan bahwa, dalam perencanaan pembangunaan nagari dilakukan melalui kegiatan Musyawarah Perencanaan Pembangunaan (MUSRENBANG) Nagari yang dilaksanakan pada 2 November 2016 dan MUSRENBANG Kecamatan yang dilaksanakan pada 16 Februari 2017. Dalam MUSRENBANG Nagari yang melibatkan perangkat Nagari, Lenbaga unsur yaitu LPN, KAN, BPN dan unsur masyarakat Nagari Sungai Betung.

Rencana pembangunan disusun berdasarkan musyawarah wali nagari dan melibatkan semua unsur masyarakat dalam nagari, namun dalam hal ini dengan banyaknya usulan dari masyarakat dan dengan keterbatasan dana yang akan diterima oleh pemerintahan nagari, maka pemerintah nagari mengalami kendala dalam menetapkan skala prioritas kegiatan yang akan disepakati dan akan dilanjutkan ke MUSRENBANG Kecamatan.

Pelaksanaan kegiatan pembangunan di Nagari Sungai Betung pada tahun 2017 terdapat permasalahan yaitu kurang tepatnya pencapaian sasaran program disebabkan oleh program-program yang semulanya dianggarkan

(14)

5

seringkali diganti dengan program lain yang terdapat beberapa kendala dalam pelaksaaannya, contohnya dalam pembuatan Tugu perbatasan wilayah yang telah dibangun namun dirobohkan kembali oleh masyarakat-masyarakat perbatasan, karena belum ada kejelasan terhadap lahan tersebut, kemudian diganti dengan rehap irigasi dan saluran sawah parit, dengan tujuan agar tidak terjadinya permusuhan antara mayarakat sungai betung dengan masyarakat tetangga. Dalam melakukan penatausahaan penerimaan dan pengeluaran pemerintah nagari melakukan pencatatan dengan mengunakan buku kas umum, dan buku bank, namun kendala dalam hal penyampaian pertanggungjawaban yang dilakukan oleh Bendahara Nagari kepada Wali Nagari yang sering terjadi keterlambatan (Wawancara Sekretaris Nagari Sungai Betung bapak Dahrul, A.ma, selasa 13 November 2018). Pelaporan dan pertanggunjawaban kegiatan yang dilakukan pemerintah Nagari Sungai Betung masih mengalami kendala diantaranya:

1. Keterlambatan dalam penyaluran dana desa yang diterima oleh Nagari Sungai Betung, disebabkan oleh perubahan regulasi pendanaan Nagari setiap tahunnya yaitu tahun 2017.

2. Keterlambatan Laporan realisasi dana desa, hal ini disebabkan oleh keterlambatan pencairan dana desa. Sehingga berdampak terhadap keterlambatan penyampaian laporan ralisasi yang seharusnya dilaporankan pada bulan Januari 2017 namun baru dapat dilaporan pada bulan Maret 2017.

3. Kurangnya sumber daya manusia TPK (Tim Pelaksanaan Kegiatan) dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan Desa, disebabkan oleh kurangnya pendampingan dan pelatihan pembangunan dari pemerintah.

4. Kurangnya sarana dan media informasi yang dimiliki oleh pemerintah nagari untuk mewujudkan asas transparansi dan keterbukaan informasi kepada masyarakat sehingga menyulitkan masyarakat untuk mengakses informasi mengenai laporan pertanggungjawaban kegiatan dan pengelolaan keuangan yang dilakukan oleh pemerintah nagari sungai

(15)

betung (Wawancara Sekretaris Nagari Sungai Betung bapak Dahrul, A.ma, selasa 13 November 2018).

Keterlambatan dalam pencairan dan penyaluran dana akan berdampak pada terjadinya keterlambatan dalam pelaksanaan kegiatan, pelaporan dan pertanggungjawaban kegiatan. Berdasarkan data di atas menimbulkan pertanyaan dari penulis diantaranya, hal apa yang menyebabkan terjadinya keterlambatan dalam penyampaian laporan realisasi dana desa, Bagaimana Manajemen dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang digunakan oleh pemerintah nagari dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban dalam pengelolaan dana desa, Apa yang menjadi standar ukur Pemerintah Nagari Sungai Betung dalam menetapkan rencana prioritas kegiatan pembangunan.

Dana desa berfungsi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan dasar, kapasitas dan kapabilitas masyarakat, kemajuan ekonomi desa, mengatasi kesenjangan antar desa, dan sekaligus untuk melakukan pemerataan bangunan. Nagari Sungai Betung memperoleh Dana Desa sebesar Rp.295.777.000 pada tahun 2015, Rp.659.522.000 pada tahun 2016 dan Rp.849.523.000 pada tahun 2017. Dalam hal ini Alokasi dana Desa di Nagari Sungai Betung mengalami kenaikan dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2017. Penggunaan Alokasi Dana Desa di Nagari Sungai Betung yakni sebesar 70% digunakan untuk bidang pembangunan Infrastruktur Nagari separti perencanaan pembangunan nagari, pembukaan jalan baru lingkar nagari, pembangunaan Mck sumur niak onya, pembangunaan tembok penahan tanah jalan, pembangunaan irigasi beringin II, pembangunaan saluran sawah samutan, rehab irigasi dan saluran sawah parit, pembangunan pagar puskesri, rehab ampangan irigasi sawah langit, pembuatan gapura kantor wali nagari, pembangunaan pos ronda, pembukaan jalan baru lingkar jorong (BBG-RM), pendirian dan pengusulan izin BUMNag, operasional PBB, dan fasilitasi urusan pembangunaan. 30% digunakan untuk bidang pemberdayaan masyarakat, dalam bentuk pelatihan kesenian randai (LKPJ Nagari Sungai Betung Tahun 2017).

(16)

7

Pengelolaan dana desa dalam pelaksanaan pertanggungjawaban, menurut bapak Dahrul selaku Sekretaris Nagari Sungai Betung menyampaikan bahwa pertanggungjawaban yang dilakukan oleh Pemerintah Nagari Sungai Betung sering mengalami keterlambatan karena kurang maksimalnya aparatur Nagari dalam menjalankan tugasnya dalam pembuatan laporan kegiatan yang telah dilaksanakan, serta dalam proses Transparansi anggaran di Nagari Sungai Betung dalam proses keterbukaan terhadap kegiatan dana desa masih cenderung minim dengan kurangnya media informasi serta kejelasan dalam setiap pencatatan yang masih susah untuk dimengerti oleh masyarakat Nagari Sungai Betung.

Penatausahaan dalam pengelolaan dana desa di Nagari Sungai Betung terdapat masalah yaitu kurangnya pencapaian targetnya. Dalam hal tersebut dengan tidak tercapainya realisasi maka terjadi masalah dalam pelaporan dan pertangungjawabanya, dengan hal tersebut maka terjadinya keterlambatan dalam pelaporannya, masalah ini akan dilihat dari asas-asas transparansi, akuntabel, partisipatif, serta dilakukan dengan tertib dan disiplin.

Berdasarkan kondisi yang dijelaskan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Pengelolaan Dana Desa Perspektif Akuntansi di Nagari Sungai Betung Kecamatan Kamang Baru Kabupaten Sijunjung Tahun 2017”.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis membuat Fokus Penelitian ini adalah Pengelolaan Dana Desa di Nagari Sungai Betung Kecamatan Kamang Baru Kabupaten Sijunjung Tahun 2017.

C. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang penulis buat dalam penelitian ini yaitu:

(17)

1. Bagaimana Pengelolaan Dana Desa di Nagari Sungai Betung Kecamatan Kamang Baru Kabupaten Sijunjung Tahun 2017 dalam bidang Perencanaan, Pelaksanaan, Penatausahaan, Pelaporan dan Pertanggungjawaban Dana Desa?

2. Apakah Pembukuan dalam Pengelolaan Dana Desa di Nagari Sungai Betung Sudah Sesuai dengan Peraturan Menteri dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 113 Tahun 2014?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui Pengelolaan Dana Desa di Nagari Sungai Betung Kecamatan Kamang Baru Kabupaten Sijunjung Tahun 2017 dalam bidang Perencanaan, Pelaksanaan, Penatausahaan, Pelaporan Dan Pertanggungjawaban Dana Desa

2. Untuk mengetahi Apakah Pembukuan dalam Pengelolaan Dana Desa di Nagari Sungai Betung Sudah Sesuai dengan Peraturan Menteri dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 113 Tahun 2014

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat yang diharapkan dalam penelitian yang dilakukan yaitu: a. Bagi Akademisi

Hasil penelitian diharapkan sebagai bahan referensi serta dapat menambah pengetahuan, menjadi sumber informasi dan bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya.

b. Bagi Penulis

1) Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar stara I (SI) pada jurusan Ekonomi Syariah Konsentrasi Akuntansi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar.

(18)

9

2) Untuk menambah pengetahuan penulis dalam bidang pendayagunaan dana desa dalam meningkatkan perekonomian masyarakat.

c. Bagi Pemerintah

Sebagai bahan masukan dalam menyusun regulasi atau Peraturan Pelaksanan lebih lanjut terkait dengan Dana Desa.

d. Bagi Desa atau Nagari

Sebagai bahan masukan dalam Pengelolaan Alokasi Dana Desa. e. Bagi Masyarakat

Memahami peran dan tanggungjawab pemerintah dalam pencapaian realisasi Dana Desa.

2. Lauran Penelitian

Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat menjadi referensi di perpustakaan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar dan dapat diterbitkan dalam jurnal ilmiah bidang akuntansi skala nasional maupun internasional.

F. Definisi Operasional

Pengelolaan adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, pengawasan, dan evaluasi untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan agar berjalan efektif dan efisien. Pengelolaan dana desa yang penulis maksud yaitu meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan pertanggunjawaban.

Dana desa atau dana nagari adalah dana yang diterima melalui APBD yang diprioritaskan untuk membiayai pembangunan dan pemberdayaan masyarakat serta untuk memperbaiki kualitas hidup masyarakat dalam bentuk penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana Desa, pengembangan potensi ekonomi masyarakat (PP No. 60 tahun 2014).

(19)

Pengelolaan dana desa adalah keseluruhan kegiatan yang meliput perencanaan, pelaksanan, penatausahaan, pelaporan dan pertanggungawaban keuangan desa. Keuangan desa dikelola berdasarkan asas-asas transparan, akuntabel, partisipatif, serta dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran. Dilihat dari akuntansi sektor publik kegiatan pengelolaan dana desa merupakan proses pertanggungjawaban dari kepala desa kepadapemerintah daerah atas aktivitas dan kegiatan yang dilakukan, dan dapat dijalankan pedoman bagi pemerintah dalam melakukan proses pengendalian manajemen mulai dari perencanaan strategik, pembuatan program, penganggaran, evaluasi kinerja dan pelaporan kinerja.

(20)

11 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Desa a. Pengertian Desa

Undang-Undang Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara menyatakan Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuaan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal-usul, dan hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuaan Republik Indonesia. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, desa adalah kesatuan wilayah yang dihuni oleh sejumlah keluarga yang mempunyai sistem pemerintahan sendiri (dikepalai oleh seorang Kepala Desa) atau desa merupakan kelompok rumah diluar kota yang merupakan kesatuan.

Tipologi desa adalah merupakan fakta, karakteristik dan kondisi nyata yang khas keadaan terkini didesa maupun keadaan yang berubah berkembang dan diharapkan terjadi dimasa depan. Tipologi desa dibagi menjadi tiga yaitu Desa Tertinggi dan/atau sangat Tertinggi, Desa Berkembang, dan Desa Maju dan/atau Mandiri (Permendesa No. 22 Tahun 2016 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa).

Desa Sangat Tertinggi adalah desa yang mengalami kerentanan karena masalah bencana alam, goncangan ekonomi, dan konflik sosial sehingga tidak berkemampuan mengelola potensi sumber daya sosial, ekonomi, dan ekologi, serta mengalami kemiskinan dalam berbagai bentuknya. Desa Tertingi adalah desa yang memiliki potensi sumber daya sosial, ekonomi, dan ekologi tetapi belum, atau kurang

(21)

mengelolanya dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat desa, kualitas hidup manusia serta mengalami kemiskinan dalam berbagai bentuknya (Permendesa No. 22 Tahun 2016 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa).

Desa Berkembang adalah desa potensi menjadi desa Maju, yang memiliki potensi sumber daya sosial, ekonomi, dan ekologi tetapi belum mengelolanya secara optimal untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat desa, kualitas hidup manusia dan menanggulangi kemiskinan (Permendesa No. 22 Tahun 2016 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa).

Desa Maju adalah desa yang memiliki potensi sumber daya sosial, ekonomi dan ekologi, serta kemampuan mengelolanya untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat desa, kualitas hidup manusia, dan menanggulangi kemiskinan. Desa Mandiri adalah desa maju yang memiliki kemampuan melaksanakan pembangunan desa untuk peningkatan kualitas hidup dan kehidupan sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat desa dngan ketahanan ekonomi, dan ketahanan ekologi secara berkelajutan (Permendesa No. 22 Tahun 2016 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa).

b. Karakteristik Desa

Menurut Yuliansyah dan Rusmianto desa memiliki karakteristik yang khas yang dapat dibedakan dengan kesatuan wilayah lainnya. Karakteristik desa dapat dilihat dari beberapa aspek yang meliputi: 1) Aspek morfologi, desa merupakan pemanfaatan lahan atau tanah

oleh penduduk masyarakat yang bersifat agraris, serta bangunan rumah tinggal yang terpencar (jarang). Desa berhubungan erat dengan alam, ini disebabkan oleh lokasi geografis untuk petani, serta bangunan tempat tinggal yang jarang dan terpencar.

2) Aspek jumlah penduduk, maka desa didiami oleh sejumlah kecil penduduk dengan pendapatan yang rendah.

(22)

13

3) Aspek ekonomi, desa ialah wilayah yang penduduk atau masyarakatnya bermata pencaharian pokok di bidang pertanian bercocok tanam atau agrarian,atau nelayan.

4) Aspek hukum, desa merupakan kesatuan wilayah hukum tersendiri, yang aturan atau nilai yang mngikat masyarakat di suatu wilayah. Tiga sumber yang dianut dalam desa, yaitu:

a) Adat istiadat, yaitu norma-norma yang dibangun oleh penduduk sepanjang sejarah dan dipandang sebagai pedoman warisan dari masyarakat.

b) Agama/kepercayaan, yaitu sistem norma yang berasal dari ajaran agama yang dianut oleh warga desa itu sendiri.

c) Negara Indonesia, yaitu norma-norma yang timbul dari UUD 1945 dan peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah.

5) Aspek sosial budaya, desa itu tampak dari hubungan sosial antarpenduduknya yang bersifat khas, yakni hubungan kekeluargaan, bersifat pribadi, tidakbanyak pilihan, dan kurang tampak adanya pengkotaan, dengan kata lain bersifat homogen, serta bergotong royong (Yuliansyah dan Rusmianto, 2016: 3).

2. Dana Desa

a. Pengertian Dana Desa

Dana desa menurut PP No. 60 tahun 2014 tentang Dana Desa Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang diperuntukan bagi Nagari yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat.

Dana desa berdasarkan PP No. 60 tahun 2014 dikelola secara tertib, taat pada ketentuan peraturan perundang-undangan, efisien,

(23)

ekonomi, efektif, transaran, dan bertanggung jawab dan memerhatikan rasa keadilan dan kepatuhan, serta mengutamakan kepentingan masyarakat setempat. Dana desa diprioritaskan untuk membiayai pembangunan dan pemberdayaan masyarakat serta untuk pengentasan kemiskinan, dana desa juga dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan primer pangan, sandang, dan papan masyarakat (Yuliansyah dan Rusmianta, 2016: 32-33)

b. Tujuan dana desa

Dalam PP No. 60 tahun 2014 tentang tujuan dan prinsip penggunaan dana desa 2017. Tujuan pengaturan prioritas penggunaan dana desa:

1) Menentukan program dan kegiatan bagi penyelenggaraan hak asal-usul dan kewenangan lokal berskala desa yang dibiayai dana desa. 2) Sebagai acuan bagi pemerintah kabupaten/kota dalam menyusun

pedoman teknis penggunaan dana desa

3) Sebagai acuan bagi pemerintah dalam pemantauan dan evaluasi pelaksanaan penggunaan dana desa.

Sedangkan, prinsip penggunaan dana desa adalah sebagai berikut:

1) Keadilan, dengan mengutamakan hak atau kepentingan seluruh warga desa tanpa membeda-bedakan.

2) Kebutuhan pioritas, dengan mendahulukan yang kepentingan desa yang lebih mendesak, lebh dibutuhkan dan berhubungan langsungdengan kepentingan sebagian besar masyarakat desa.

3) Tipologi desa, dengan mempertimbangkan keadaan dan kenyataan karakteristik geografis, sosiologis, antropologis, ekonomi dan ekologi desa yang khas, serta perubahan atauperkembangan kemajuan desa.

Pembangunan desa bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan kualitas hidupmanusia serta penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana

(24)

15

dan prasarana desa, pengembangan potensi ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan. Pembangunan desa mengedepankan kebersamaan, kekeluargaan, dan gotong royongguna mewujudkan pengaruh utama perdamaian dan keadilan sosial.

c. Penggunaan dana desa

1) Bidang pembangunan desa

Penggunaaan dana desa untuk pembangunan desa bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, peningkatan kualitas hidup, serta penanggulangan kemiskinan. Untuk itu, penggunaan dana desa untuk pembangunan desa diarahkan pada program-program seperti:

a) Pembangunan, pengembangan, dan pemeliharaan infrastruktur atau sarana dan prasarana fisik untuk penghidupan, termasuk ketahaan pangan dan pemukiman.

b) Pembangunan, pengembangan, dan pemeliharaan sarana dan prasarana kesehatan masyarakat.

c) Pembangunan, pengembangan, dan pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan, sosial dam budaya.

d) Pengembangan usaha ekonomi masyarakat, meliputi pembangunan dan pemeliharaan sarana produksi dan distribusi. e) Pembangunan dan pengembangan sarana dan prasarana energi

terbarukan serta kegiatan pelestarian lingkungan hidup. 2) Bidang pemberdayaan masyarakat desa

Berdasarkan permendes Nomor 5 tahun 2015 menyatakan pemberdayaan masyarakat desa adalah upaya mengembangkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran, serta memanfaatkan sumber daya melalui penetapan kebijakan, program, kegiatan, dan pendampingan yang sesuai denganesensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat desa.

(25)

Tujuan pemberdayaan masyarakat pada dasarnya yaitu untuk membantu pengembangan manusiawi yang otentik dan integral dari masyarakat yang lemah, miskin, marjinal dan kaum kecil serta untuk memberdayakan kelompok masyarakat tersebut secara sosio ekonomis sehingga mereka dapat lebih mandiri dan dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup mereka namun sanggup berperan serta dalam pengembangan masyarakat.

Penggunaan dana desa yang bersumber dari APBN untuk pemberdayaan masyarakat desa terutama untuk penanggulangan kemiskinan dan peningkatan akses atas sumber daya ekonomi, sejalan dengan pencapaian target RPJM Desa dan RKP Desa stiap tahunnya, yang diantaranya dapat mencakup:

a) Peningkatan kualitas proses perencanan desa.

b) Mendukung kegiatan ekonomi baik yang dikembangkan oleh BUMdes maupun oleh kelompok usaha masyarakat desa lainnya. c) Pembentukan dan peningkatan kapasitas kader pemberdayaan

masyarakat desa.

d) Pengorgaisasian melaui pembetukan dan fasilitas paralegal untuk memberikan bantuan hukum kepada warga masyarakat desa. e) Penyeleggaraan promosi kesehatan dan gerakan hidup bersih dan

sehat.

f) Dukungan terhadap kegiatan desa dan masyarakat pengelolaan hutan desa dan hutan kemasyarakatan.

g) Peningatan kapasitaskelompok masyarakat melalui:

Kelompok usaha ekonomi produktif, kelompok perempuan, kelompok tani, kelompok masyarakat miskin, kelompok pengrajin, kelompok pemerhatian dan perlindungan anak, kelompok pemuda dan kelompoklain sesuai kondisi desa.

(26)

17

3. Pengelolaan Dana Desa a. Pengertian pengelolaan

Pengelolaan adalah suatu rangkai kegiatan yang berintikan perencanaan, pengorganisasian pengerakan dan pengawasan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam Kamus Besar Indonesia lengkap disebutkan pengelolaan adalah proses atau cara pebuatan mengelola atau proses melakukan kegiatan tertentu dengan menggerakan tenaga orang lain, proses yang membantu merumuskan kebijaksanaan dan tujuan organisasi atau proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanan kebijaksanaan dan pencapai tujuan.

Pengelolaan adalah seni atau proses dalam menyelesaikan sesuau yang terkait dengan pencapaian tujuan. Dalam penyelesaian akan sesuatu tersebut, terdapat tiga faktor yang terlibat,diantaranya sebagai berikut (Sule, Kurniawan,2009:6):

1) Adanya penggunaan sumber daya organisasi, baik sumber daya manusia maupun faktor-faktor produksi lainnya.

2) Proses yang bertahap mulai dari perecanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengimplementasian, hingga pengendalian dan pengawasan.

3) Adanya seni dalam penyelesaian pekerjaan

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pengelolaan adalah suatu rangkaian kegiatan yang berintikan perencanan, pengorganisasian, penggerakan sumber daya alam (SDA) yang dimiliki secara efektif untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditentukan.

b. Keuangan Desa

Menurut permendagri nomor 113 tahun 2014 Bab V tentang pengelolaan keuangan desa bahwa pengelolaan keuangan desa meliputi, perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan

(27)

pertanggungjawaban tentang pengelolaan keuangan desa dijelaskan bahwa:

1) Perencanaan pengelolaan keuangan desa dalam bentuk APBDesa berdasarkan RPJMDesa dan RKPDesa tahun berkenaan disusun oleh Sekretaris Desa dan disampaikan kepada Kepala Desa yang kemudian dibahas bersama dalam musyawarah yang melibatkan masyarakat paling lambat bulan oktober tahun berjalan.

2) Pelaksanaan pengelolaan keuangan desa, penerimaan dan pengeluaran dana desa dalam rangka pelaksanaan kewenagan desa dilaksanakan melalui rekening desa yang harus didukung oleh bukti yag lengkap dan sah. Serta pelaksanaan kegiatan dengan dokumen Rencana Anggaran Biaya yang mengharuskan mengajukan Surat Permintaan Pembayaran.

3) Penatausahaan dilakukan oleh bendahara desa, dengan kewajiban mencatat setiap penerimaaan dan pengeluaran serta melalukan tutup buku setiap akhir bulan secara tertib dan menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada Kepala Desa.

4) Pelaporan pelaksanaan APBDesa di sampaikan Kepala Desa kepada Bupati berupa laporan semester pertama paling lambat akhir bulan Juli tahun berjalan dan laporan semester akhir tahun paling lambat akhir bulan Januari tahun berikutnya.

5) Pertanggunjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa terdiri dari pendapatan, belanja, dan pembiayaan dengan melampirkan format Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDesa, format Laporan Kekayaan Milik Desa, dan format Laporan Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang masuk ke desa yang harus diinformasikan kepada masyarakat secara tertulis dan dengan media informasi (Permendagri Nomor 113 Tahun 2014).

(28)

19

c. Tujuan dan fungsi pengelolaan

Tujuan dari pengelolaan yaitu:

1) Untuk mencapai keteraturan, kelancaran dan kesinambungan usaha untuk mencapai tujuan organisasi dan pribadi yang telah ditentukan sebelumnya.

2) Untuk menjaga kesinambungan antara tujuan yang saling bertentangan.

3) Untuk mencapai efisiensi dan efektifitas, yaitu suatu perbandingan terbaik antara input dan output.

Adapun penjelasan dari fungsi pengelolaan adalah sebagai berikut:

1) Perencanaan (Planning)

Perencanaaan adalah penentuan serangkaian tindakan dan kegiatan untuk mencapai hasil yang diharapkan. Perencanaan merupakan keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang dalam hal-hal yang akan dikerjakan dimasa yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan dan juga sebagai landasan pokok serta menjadi salah satu fungsi manajemen yang memegang peranan penting dalam menjaminn tercapainya tujuan yang diinginkan (Zaidan, 2013:37).

Perencanaan dapat didefenisikan sebagai suatu proses perumusan di muka tentang berbagai tindakan yang akan dilakukan di kemudian hari guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Rencana adalah setiap rincian dari perumusan di muka unuk mencapai tujuan tertntu. Dengan demikian, rencana merupakan perincian dari perencanaan. Proses awal perencanan dimulai dari penetapan tujuan kemudian merinci berbagai cara , teknik dan prosedur guna mencapai tujuan tersebut. Suatu perencanaan dikatakan efektif jika tujuan yang telah dirumuskan dapat dicapai sepenuhnya dan semakin jauh pencapaian tujuan dari yang direncanakan berarti perencanaan tidak efektif. Jika tujuan yang

(29)

telah dirumuskan dan telah dibuat perencanaannya ternyata tidak dapat dicapai maka berarti telah terjadi berbagai kemungkinan, diantaranya (Siswandi, 2011: 41) :

a) Tujuan yang hendak dicapai tidak realistis

b) Tujuan yang hendak dicapai realistis akan tetapi perencanaan yang sisusun tidak sejalan dengan tujuan

c) Tujuan yang hendak dicapai tidak realistis sedangkan operasionalisasi perencanaannya adalah salah.

Menurut Zaidan, 2013 perencanaan merupakan penentuan serarangkaian tindakan dan kegiatan untuk mencapai hasil yang diharapkan. Perencanaan merupakan keseluruhan proses pemikiran dan penentan secara matang dalam hal-hal yang akan dikerjakan dimasa yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan dan juga sebagai landasan pokok serta menjadi salah satu fungsi manajemen yang memegang peranan penting dalam menjanim tercapainya tujuan yang diinginkan(Zaidan, 2013:37). 2) Pengorganisasian (Organizing)

Pengorganisasian (Organizing)adalah proses penyusunan orang dan sumber daya fisik untuk melaksanankan rencana dalam mencapai tujuan organisasi. Pengorganisasian merupakan tahap lanjutan setelah perencanaan agar implementasi perencanaan dapat berjalan efektif dan efisien. Hasil dari pengorganisasian adalah struktur organisasi formal dimana struktur organisasi formal ini akan menetapkan tanggung jawab masing-masing bagian yang akan terlibat di dalam melaksanakan rencana. Dengan adanya struktur organisasi formal maka akan terbentuk garis komunikasi yang jelas yang terkait dengan otoritas posisi seseorang di dalam organisasi (Siswandi, 2011:51).

3) Pengarahan (Directing)

Pengarahan merupakan pelengkap bagi pedoman tertulis yang sering kali masih memerlukan penjelasan tambahan di mana

(30)

21

jika hanya melalui pedoman tertulis saja maka anak buah tidak mudah mengerti dan memahami pedoman yang telah diterbitkan.

Di dalam memberikan pengarahan maka manajer harus bersifat seperti seorang guru menghadapi muridnya serta bersifat sabar dan penuh pengertian. Perlu disampaikan tujuan diberikannya pengarahan. Pengarahan akan efektif jika setelah pengarahan banyak mendapat respons positif dan para anak buah dapat mengerti dan memahami apa ang telah disampaikan. Pengarahan yang disampaikan harus lengkap, harus jelas dan tidak disampaikan dalam bahasa yang rumit atau disampaikan dalam bahasa yang mudah dimengerti.

Pengarahan merupakan cara efektif di dalam melakukan komunikasi dua arah antara atasan dan bawahan. Pengawasan berkaitan dengan tiga aktivitas utama, yaitu:

a) Mengeluarkan perintah dan instruksi kepada bawahan

b) Membeikan bimbingan dan nasihat serta pengajaran kepada bawahan tentang cara kerja dan cara penyelesaian yang tepat c) Memantau bawahan guna menjalin bahwa tugas (pekerjaaan)

yang dikerjakan telah sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan (Siswandi, 2011:80).

4) Pengawasan (Controlling)

Pengawasan merupakan aktivitas untuk menyakinkan bahwa semua hal berjalan seerti seharusnya dan memonitoring pekerjaan organisasi. Dengan demikian pengawasan melakukan koreksi terhadap pelaksanaan kegiatan dan untuk mengetahui apakah tujuan dapat tercapai (Wibowo, 2011:16).

Menurut Siswandi, 2011 yang dimaksud dengan controlling (pengawasan) adalah memantau atau memonitor pelaksanaan rencana apakah telah dikerjakan dengan benar atau tidak atau suatu proses yang menjamin bahwa tindakan telah sesuai dengan rencana.

(31)

Tujuan pengawasan yaitu sebagai berikut:

a) Pengukuran kepatuhan terhadap kebijakan, rencana, prosedur, peraturan dan hukum yang berlaku.

b) Menjaga sumber daya yang dimiliki organisasi.

c) Pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan oleh organisasi

d) Dipercayainya informasi dan keterpaduan informasi yang ada di dalam organisasi.

e) Kinerja yang sedang berlangsung dan kemudian membandingkan kinerja aktual dengan standar serta menetapkan tingkat penyimpangan yang kemudian mencari solusi yang tepat (Siswandi, 2011:82-83).

4. Akuntansi Sektor Publik a. Pengertian Sektor Publik

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah (SAP), Akuntansi adalah prses identifikasi, pencaatan, pengukuran, pengklasfikasian, pengkhtisaran transaksi dan kejadian keuangan, penyajian laporan, serta penginterpretasian atas hasilnya. Menurut Thomas Sumarsan (2013:1) akuntansi meupakan suatu seni untuk mengumpullkan, mengidentifikasikan, mencatat transaksi serta kejadianyang berhubungan dengan keuangan, sehingga dapat menghasilkan informasi, yaitu laporan keuangan yang dapat digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Sedangkan Akuntani Sektor Publik didefinisikan sebagai suatu proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan dan pelaporan transaksi ekonomi atau keuangan dari suatu organsasi atau entitas publik seperti pemerinah, LSM, dan lain-lain yang dijadikan sebagai informasi dalam rangka mengambil keptusan ekonomi oleh pihak-pihak yang memerlukan (Mardiasmo,2009: 2).

(32)

23

b. Sifat dan karakteristik Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi merupakan suatu aktivitas yang memiliki tujuan (Purposive activity). Tujuan akuntansi diarahkan untuk mencapai hasil tertentu, dan hasil tersebut harus memiliki manfaat. Dalam beberapa hal, akuntansi sektor publik berbeda dengan akuntansi pada sektor swasta. Perbedaan sifat dan karakteristik akuntansi tersebut disebabkan karena adanya perbedaan lingkungan yang mempengaruhi. Komponen lingkungan yang mempengaruhi organisasi sektor publik meliputi: 1) Faktor ekonomi, anrata lain: pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi,

pertumbuhan pendapatan per kapita, struktur produksi, tenaga kerja, arus modal dalam negeri, cadangan devisa, nilai tukar mata uang, utang dan bantuan luar negeri, infrastruktur, teknologi, kemiskinan dan kesenjangan ekonomi dan sektor informal.

2) Faktor politik, antara lain: hubungan Negara dan masyarakat, legitimasi pemerintah, tipe rezim yang berkuasa, ideologi Negara, elit politik dan massa, jaringan internasional, dan kelembagaan. 3) Faktor kultural, antara lain: keragaman suku, ras, agama, bahasa, dan

budaya, sistem nilai di masyarakat, historis, sosiologi masyarakat, karakteristik masyarakat, dan tingkat pendidikan.

4) Faktor demografi, antara lain: pertumbuhan penduduk, struktur usia penduduk, migrasi, dan tingkat kesehatan (Mardiasmo,2009: 2-4) c. Tujuan Akuntansi Sektor Publik

Menurut American Accounting Association tujuan akuntansi pada organisasi sektor publik adalah untuk:

1) Memberikan informasi yang diperlukan untuk mengelola secara cepat, efisien dan ekonomis atas suatu operasi dan alokasi sumber daya yang dipercayakan kepada organisasi. Tujuan ini terkait dengan pengendalian manajemen (Manajement control).

2) Memberikan informasi yang memungkinkan bagi manajer untuk melaporkan pelaksanan tanggung jawab mengelola secara tepat dan

(33)

efektif program dan penggunaan sumber daya yang menjadi wewenangnya, dan memungkinkan bagi pegawai pemerintah untuk melaporkan kepada publik atas hasil operasi pemerintah dan penggunaan dana publik. Tujuan ini terkait dengan akuntabilitas.

Akuntansi sektor publik terkait dengan tiga hal pokok, yaitu penyedian informasi, pengendalian manajemen, dan akuntabilitas. Akuntansi sektor publik merupakan alat informasi baik bagi pemerintah sebagai manajemen maupun alat informasi bagi publik. Bagi pemerintah, informasi akuntansi digunakan dalam proses pengendalian manajemen mulai dari perencanaan strategik, pembuatan program, penganggaran, evaluasi kinerja, dan pelaporan kinerja.

Infornasi akuntansi bermanfaaat untuk pengambilan keputusan, terutama untuk membantu manajer dalam melakukan alokasi sumber daya, selain itu, informasi akuntansi dapat digunakan untuk membantu dalam memilih program efektif, dan ekonomis serta untuk penilaian investasi serta informasi akuntansi digunakan dalam penentuan indikator kinerja sektor publik. Pemilihan program yang tetap sasaran, efektif dan ekonomis akan sangat membantu dalam prosese penganggaran.

Pada tahap akhir dari proses pengendalian manajemen, akuntansi dibutuhkan dalam pembuatan laporan keuangan sektor piblik berupa laporan surplus/defisit pada pemerintah, laporan laba/rugi dan aliran kas pada BUMN/BUMD, laporan pelaksanaan anggaran, laporan alokasi sumber dana, dan neraca. Laporan keuangan sektor publik merupakan bagian penting dari proses akuntabilitas publik (Mardiasmo, 2009: 14-15).

d. Peran Akuntansi Sektor Publik 1) Perencanaan strategik

Pada tahap perencanaan strategik, manajemen organisasi membuat alternatif-alternatif program yang dapat mendukung strategi organisasi. Peran akuntansi manajemen adalah memberikan

(34)

25

informasi untuk menentukan biaya program dan biaya suatu aktivitas. Sehingga berdasarkan informasi tersebut manajer dapat menentukan berapa anggaran yang dibutuhkan

2) Pemberian informasi biaya

Akuntansi manajemen sektor publik membutuhkan cost accounting untuk pengambilan keputusan biaya. Akuntansi biaya pada sektor publik berperan untuk memberikan informasi mengenai pengeluaran publik yang dapat digunakan oleh pihak internal (pemerintah) dan eksternal (masyarakat, DPRD, LSM, universitas, dan sebagainya) untuk perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan.

3) Penilaian investasi

Akuntansi manajemen diperlukan dalam penilaian investasi karena untuk dapat menilai investasi diperlukan identifikasi biaya, resiko, dan manfaat atau keuntungan dari suatu investasi.

4) Penganggaran

Akuntansi manajemen berperan untuk memfsilitasi terciptanya anggaran publik yang efektif. Terkait dengan tiga fungsi anggaran, yaitu sebagai alat alokasi sumber daya publik, alat distribusi, dan stabilisasi, maka akuntansi manajemen merupakan alat yang vital untuk proses mengalokasikan dan mendistribusikan sumber dana publik secara ekonomis, efesien, efektif, adil dan merata.

5) Penentuan biaya pelayanan dan tarif pelayanan

Akuntansi manajemen digunakan untuk menentukan biaya yang akan dikeluarkan untuk memberikan pelayanan tertentu dan berapa tarif yang akan dibebankan kepada pemakai jasa pelayanan publik.

(35)

Penilaian kinerja dilakukan untuk mengetahui tingkat efisiensi dan efektivitas organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Mardiasmo, 2009: 37-42).

5. Good Governance

Kata Good Governancesering digunakan yumpang tindih dengan kaa Good Government. Meskipun antara dua kata tersebut memang terdapat hubungan yang erat, tetapi harus disadari bahwa pengertian yang terkandung dalam kata Governance jauh lebih luas dari yang terkandung dalam kata Government. Governance berarti proses pengambilan keputusan dan proses dimana keputusan itu diimplementasikan atau tidak diimplementasikan. Governance dapat digunakan dalam beberapa konteks seperti crpporate governance, international governance, national governance, dan local governance (Salam, 2004:223-224).

6. Akuntabilitas

a. Pengertian Akuntabilitas

Akuntabilitas juga merujuk pada pengembangan rasa tanggung jawab publik bagi pengambilan keputusan di pemerintahan, sektor privat dan organisai kemasyarakatan sebagaimana halnya kepada para pemilik (stakeholders). Khusus dalam birokrasi, akuntabilitas merupakan upaya menciptakan sistem untuk memonitor dan mengontrol kinerja dalam kaitannya denga kualitas, ineisiensi, dan perusakan sumber daya, serta transparansi dalam manajemen keuangan, pengadaan, akunting, dan pengumpulan sumber daya.

Akuntabilitas berarti kewajiban untuk mempertanggungjawabkan apa yang telah dilakukan atau tidak dilakukan oleh seseorang, sedangkan responsibilitas merupakan akuntabilitas yang berkaitan dengan kewajiban untuk menjelaskan kepada orang/pihak lain yang memiliki kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban (Mahmudi, 2015: 9-11) yaitu:

(36)

27

1) Akuntabilitas kejujuran dan akuntabilitas hukum

Akuntabilitas kejujuran terkait dengan penghindaran penyalah gunaan jabatan, sedangkan akuntabilitas hukum terkait dengan jaminan yang adanya kepatuhan terhadap hukum dan peraturan lain yang disyaratkan dalam penggunaan sumber daya publik.

2) Akuntabilitas manajerial

Akuntabilitas manajerial adalah pertanggungjawaban lembaga publik untuk melakukan pengelolaan organisasi secara efisien dan efektif. Akuntabilitas manajerial dapat juga diartikan sebagai akuntabilitas kinerja.

3) Akuntabilitas program

Akuntabilitas program terkait dengan pertimbangan apakah tujuan yang ditetapkan dapat dicapai atau tidak, dan apakah organisasi telah mempertimbangkan alternatif program yang memberikan hasil yang optimal dengan biaya yang minimal.

4) Akuntabilitas kebijakan

Akuntabilitas kebijakan terkait dengan pertanggungjawaban lembaga publik atas kebijakan-kebijakan yang diambil. Lembaga-lembaga publik hendaknya dapat mempertanggungjawabkan kebijakan yang telah diambil dengan mempertimbangkan dampak di masa depan.

5) Akuntabilitas finansial

Akuntabilitas finansial adalah pertanggungjawaban lembaga publik untuk mengunakan uang publik secara ekonomi, efisien, efektif, tidak ada pemborosan dan kebocoran dana serta korupsi. Akuntabilitas finansial menekankan pada ukuran anggaran dan finansial.

Tata kelola pemerintahan yang baik merupakan salah satu tuntutan masyarakat yang harus dipenuhi. Salah satu pilar tata kelola tersebut adalah akuntabilitas. Akuntabilitas merupakan suatu bentuk

(37)

keharusan seseorang untuk menjamin bahwa tugas dan kewajiban yang diembannya sudah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Akuntabilitas dapat dilihat melalui laporan yang tertulis yang informatif dan transparan (Sujarweni, 2015: 28).

b. Jenis-Jenis Akuntabilitas

Secara garis besar akuntabilitas publik terdiri atas dua macam yaitu akuntabilitas vertical dan akuntabilitas horizontal (Mardiasmo, 2009: 21) yaitu:

1) Akuntabilitas vertikal

Akuntabilitas vertikal merupakan pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih tinggi. Misalnya pertanggungjawaban unit-unit kerja kepada pemerintah daerah, pertanggungjawaban pemerintah pusat kepada pemerintah pusat, dan pertanggungjawaban pemerintah pusat kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).

2) Akuntabilitas Horizontal

Akuntabilitas Horizontal pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada masyarakat secara luas kepada DPR/DPRD.

7. Transparansi

a. Pengerian Transparansi

Transparancy atau keterbukaan dapat dilihat pada tiga aspek yaitu: adanya kebijakan yang terbuka terhadap pengawasan, adanya akses informasi sehingga masyarakat dapat menjangkau setiap segi kebijakan pemerintah, dan berlakunya prinsip check and balance antar lembaga ekseutif dan legislatif.

Transparansi memiliki arti keterbukaan organisasi dalam memberikan informasi yang terkait dengan aktivitas pengelolaan sumber daya publik kepada pihak-pihak yang menjadi pemangku kepentingan. Transparansi juga berarti adanya penjelasan manajemen

(38)

29

organisasi sektor publik tentang aktivitas, program, dan kebijakan yang sudah, sedang dan akan dilakukan beserta sumber daya yang digunakan (Mahmudi, 2011:17-18).

b. Tolak Ukur Transparansi

Menurut mardiasmo, anggaran yang disusun oleh pihak eksekutif dikatakan transparansi jika memenuhi beberapa kriteria berikut:

1) Terdapat pengumuman kebijakan anggaran 2) Tersedia dokumen anggaran dan mudah diakses

3) Tersedia laporan pertanggungjawaban yang tepat waktu 4) Terakomodasinya suara atau usulan rakyat

5) Terdapat sistem pemberian informasi kepada publik.

8. Partisipasi

Participatory atau melibatkan masyarakat (terutama aspirasinya) daam setiap pengambilan kebijakan atau formulasi rencana yang dibuat pemerintah, selain itu juga dilihat pada keterlibatan masyarakat dalam implementasi berbagai kebijakan dan rencana pemerintah, termask dalam pengawasan dan evaluasinya. Keterlibatan dimaksud bukan dalam prinsip terwakilinya aspirasi masyarakat melalui wakilnya di DPR melainkan keterlibatan mereka secara langsung.

Partisipasi dalam arti mendorong semua warga negara untuk menggunakan hak-haknya untuk menyampaikan baik secara langsung atau tidak, usulan dan pendapatnya dalam proses pengambilan keputusan. Terutama memberikan kebebasankepada rakyat untukberkumpul, berorganisasi, dan berpartisipsi secara aktif dalam menentukan masa depannya (Salam, 2004:230).

(39)

9. Pelaporan Keuangan Organisasi Sektor Publik

Teori akuntansi sangat erat kaitannya dengan akuntansi keuangan terutama terkait dengan penyajian laporan keuangan eksternal. Aspek-aspek pelaporan keuangan untuk pihak eksternal tersebut antara lain meliputi:

a. Tujuan penyajian laporan keuangan sektor publik

1) Memberikan informasi kepada para pengguna laporan keuangan yang digunakan untuk pertimbangan pembuatan keputusan ekonomi, sosial, dan politik.

2) Menunjukan transparansi dan akuntabilitas publik.

3) Memberikan informasi untuk evaluasi kinerja manajerial dan organisasi.

b. Manfaat laporan keuangan sektor publik

1) Memberikan informasi keuangan untuk menentukan dan memprediksi kondisi keuangan terkait dengan likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan aktivitasnya serta kebutuhan sumber keuangan jangka pendek dari suatu unit organisasi pemerintahan.

2) Memberikan informasi keuangan untuk menentukan dan memprediksi kondisi ekonomi suatu unit organisasi pemerintahan dan perubahan-perubahan yang telah dan yang akan terjadi.

3) Memberikan informasi keuangan untuk memonitor kinerja, kesesuaiannya dengan peraturan perundang-perungangan, kontrak yang telah disepakati, dan ketentuan lain yang disyaratkan.

4) Memberikan informasi untuk perencanaan dan penganggaran serta untuk memprediksi dampak perolehan dan alokasi sumber daya untuk mencapai tujuan.

5) Memberikan informasi untuk mengevaluasi kinerja manajerial dan organisasi.

(40)

31

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini yang digunakan sebagai bahan acuan dan perbandingan, yaitu Jurnal dari Elma Julita dengan judul Pengelolaan Dana Desa Di Desa Sungai Ara Kecamatan Pelalawan Kabupaten Pelalawan Tahun 2016, Jurusan Ilmu Pemeritahan- Prodi Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengelolaan dana desa sungai ara sudah dilakukan sesua dengan peraturan yang berlaku namun belum dilakukan secara maksimal oleh pemerintah desa.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Astri Juainita Makalalag, Grace B Nangoi, Herman Karamoy dengan judul Pengelolaan Dana Desa di Kecamatan Kotamobagu Selatan Kota Katomobagu. Permasalahan yang muncul dalam pengelolaan dana desa di kecamatan kota kotamobagu selatan yaitu pemerintah desa terlambat melaksanakan menyamoaikan laporan realisasi APBDes semester pertama kepada wali kota mobagu. Penelitian ini mengunakan metode kualitatif dengan pendekatan ekspolatori. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa akuntabilitas pegelolaan dana desa di kecamatan kota mobagu selatan kotamobagu telah dilaksanakan berdasarkan prinsip transparan, akuntabel dan partisipatif. Dalam pelaporan dan pertanggung jawaban sudah dilaksanakan sesuai dengan mekanisme berdasarkan ketentuan walaupun masih terdapat kelalaian dari aparat desa dan pengelola teknis kegiatan. Kopetensi sumber daya pengelola masih merupaka kendala utama, sehingga masih perlu pendamping pemerintah daerah untuk meningkatkan akuntabilitas dalam pengelolaan dana desa di kecamatan kotamobagu selatan kota kota mobagu dibutuhkan pembinaan, pelatihan pengawasan dan evaluasi secara berkelanjutan kepada aparat desa.

Persamaan penelitian yang penulis lakukan dengan peneliti sebelumnya yaitu sama-sama meneliti tentang prinsip akuntabilitas pengelolaan dana desa yang dilakukan oleh pemerintah desa sedangkan penulis meneliti tentang pengelolaan dana desa perspektif akuntansi.

(41)

Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Endang Juliana, dengan judul Efektivitas Pemanfaatan Dana Desa Dalam Menunjang Pembangunan Pedesaan Di Kabupaten Asahan. Hasil penelitian menunjukkan kebijakan dana desa telah berperan memberikan peningkatan pendapatan riil masyarakat pedesaan dan hal tersebut diakui oleh 69% masyarakat yang diwawancarai. Kebijakan dana desa juga memiliki peran dalam penambahan sarana dan prasarana fisik di pedesaan dan hasil kajian menemukan sebesar 86% menyatakan setuju bahwa ada nya penambahan sarana dan prasarana pedesaan. Pengelolaan dana desa dilihat dalam konteks perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan transparansi serta dampaknya bagi masyarakat sudah dilaksanakan dengan baik namun masih belum sepenuhnya sesuai dengan harapan masyarakat pedesaan. Dampak yang diharapkan dari dana desa dalam menunjang pembangunan di pedesaan dalam jangka pendek dapat dikatakan cukup baik.

Persamaan penelitian yang penulis lakukan dengan peneliti sebelumnya yaitu sama-sama meneliti tentang Pengelolaan Dana Desa. Sedangkan perbedaannya yaitu Endang Juliana meneliti tentang Efektivitas Pemanfaatan Dana Desa Dalam Menunjang Pembangunan Pedesaan sedangkan penelitian yang penulis lakukan mengenai pengelolaan dana desa.

(42)

33 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan atau field research yang dilakukan di Nagari Sungai Betung, Kecamatan Kamang Baru, Kabupaten Siunjung. Metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode kualitatif. Metode kualitatif ini akan menggambarkan Pengelolaan Dana Desa di Nagari Sungai Betung, Kecamatan Kamang Baru, Kabupaten Sijunjung tahun 2017.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dinagari Sungai Betung, Kecamatan Kamang Baru Kabupaten Sijunjung, yang berlangsung dari bulan Juli sampai September 2019.

Tabel 3. 1

Time Schedule Penelitian No Kegiatan

2019 Bulan

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sept Okt 1 Survei Awal 2 Pembuatan proposal 3 Proses bimbingan pra seminar 4 Seminar proposal 5 Revisi pasca seminar 6 Penelitian 7 Bimbingan skripsi 8 Analisis penulis

(43)

No Kegiatan

2019 Bulan

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sept Okt 9 Munaqasyah

10 Revisi Pasca Seminar

C. Sumber Data

Arikunto (2006:129) Menyebutkan bahwa sumber data adalah “subjek dari mana data diperoleh”. Yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah:

1. Sumber Data Primer

Sumber Data Primer dalam penelitian ini adalah wali nagari Sungai Betung Bapak Samudin, Sekretaris nagari Bapak Dahrul, A.ma, Perangkat Nagari (BPN dan KAN), ibu Elmiati S.Sos Selaku Bendahara PTPKN dan Tim Pelaksana Kegiatan (TPK), serta unsur masyarakat yang terlibat dalam kegiatan pembangunan dan Pengelolaan Dana Desa di Nagari Sungai Betung.

2. Sumber Data Sekunder

Sumber Data Sekunder yang Penulis gunakan berupa Laporan Kegiatan Pertanggungjawaban Nagari Sungai Betung Tahun 2017, Laporan Anggaran Pendapatan dan Belanja Nagari (APBNag), rencana Kerja Pemerintah Nagari Sungai Betung Tahun 2017, dan catatan-catatan di lapangan dari Tim Pelaksana Kegiatan (TPK) Mengenai Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan di Nagari Sungai Betung.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan salah satu proses dalam penelitian yang sangat penting karena data merupakan instrumen yang dapat membantu peneliti dalam memecahkan permasalahan yang sedang diteliti. Oleh karena itu data yang di kumpulkan harus valid untuk digunakan. Dalam

(44)

35

mengumpulkan atau memperoleh data, peneliti menggunakan beberapa metode yaitu:

1. Wawancara

Penulis melakukan wawanara secara mendalam (in deptinterview) dan tidak berstruktur dengan infolmal yaitu, Wali Nagari Sungai Betung Bapak Samudin, Sekretaris Nagari Bapak Dahrul, A.ma, dan Perangkat Pemerintah Nagari Mengenai Pengelolaan Dana Desa di Nagari Sungai Betung pada Tahun 2017. Dengan menggunakan alat bantu adalah buku catatan, pena, camera, recorder atau alat perekam.

2. Dokumentasi

Dokumentasi yang penulis gunakan berupa data laporan kegiatan pertanggung jawaban ( LKPJ) Nagari Sungai Betung, daftar program atau rencana kegiatan yang akan dilakukan oleh Pemerintah Nagari Tahun 2017, dan laporan Tim Pelaksana Kegiatan (TPK) mengenai pelaksanan kegiatan yang dilakanakan.

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis interaktif yaitu pengumpulan data mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban lalu penyajian data dan dianalisis menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dan selanjutnya dilakukan penarikan kesimpulan (Sugiyono, 2015: 40).

Adapun langkah-langkah dalam analisis data in adalah: 1. Data Reduction (Reduksi Data)

Reduksi data adalah merekam, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai pengelolaan dana desa di Nagari Sungai Betung, dan

(45)

mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencapai bila diperlukan (Sugiyono, 2015: 92).

2. Data Display (Penyajian Data)

Display data ini dilakukan dengan melihat keseluruhan data yang diperoleh selama penelitian terkait dengan Pengelolaan Dana Desa di Nagari Sungai Betung. Data disajikan dalam bentuk teks naratif untuk menjelaskan proses yang terjadi dari tahap perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan di Nagari Sungai Betung. Dari data yang telah disajikan, diolah berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan.

3. Penarikan Kesimpulan

Data yang telah diolah, diklasifikasikan untuk ditarik kesimpulan mengenai pengelolaan Alokasi Dana Desa di Nagari Sungai Betung.Untuk menganalisis data dalam penelitian ini penulis menggunakan standar ukur untuk mengetahui bagaimana pengelolaan dana desa di Nagari Sungai Betung. Dalam hai ini penulis berpedoman pada Permendagri Nomor 113 tahun 2014 tentang pedoman pengelolaan keuangan desa sebagai berikut:

Tabel 3. 2

Standar/Kriteria Pengelolaan Dana Desa di Nagari Sungai Betung

No Kriteria Indikator

1 Perencanaaan a. Sekretaris desa membuat rancangan desatentang APB Desadan

menyampaikan Kepada Kepala Desa. b. Rancangan peraturan Desa tentang

APBDesa disampaikan oleh Kepala Desa Kepada Badan Permusyawaratan Desa untuk dibahas dan disepakati bersama.

c. Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa disepakati bersama dan

(46)

37

kesepakatan tersEbut paling lama bulan Oktober tahun berjalan.

d. Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa yang telah disepakati

bersama disampaikan oleh Kepala Desa Kepada Bupati/Walikota melalui camat atau sebutan lain paling lambat 3 (tiga) hari sejak disepakati untuk dievaluasi. 2 Pelaksanaan a. Bendahara menyimpan uang dalam kas

desa pada jumlah tertentu dalam rangka memenuhi operasional pemerintah desa. b. Pengeluaran desa tidak termasuk untuk

belanja pegawai yang bersifat mengikat dan operasional perkantoran yang ditetapakan dalam peraturan kepala desa.

c. Penggunaaan biaya tak terduga terlebih dulu harus dibuat Rincian Anggaran Biaya yang telah disahkan oleh Kepala Desa.

d. Pelaksanaan kegiatan mengajukan pendanaan untuk melaksanakan

kegiatan harus disertai dengan dokumen antara lain Rencana Anggaran Biaya, verifikasi oleh Sekretaris Desa dan disahkan oleh Kepala Desa.

e. Pelaksanaan kegiatan

pertanggungjawaban terhadap tindakan pengeluaran yang menyebabkan atas beban anggaran belanja kegiatan 1. telah bertasbih kepada Allah apa yang

(47)

ada di langit dan bumi; dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. f. Sebagai pertanggungjawaban

pelaksanaan kegiatan di desa. g. Pelaksanaaan kegiatan mengajukan

Surat Permintaan Pembayaran (SPP) Kepada Kepala Desa. Pengajuaan SPP terdiri atas Surat Permintaan

Pembayaran (SPP), Pernyataan tanggungjawab belanja dan Lampiran bukti transaksi.

h. Berdasarkan SPP yang telah di verifikasi Sekretaris Desa, Desa

menyetujui permintaan pembayaran dan bendahara melakukan pembayaran dan melakukan pencatatan pengeluaran. i. Bendahara desa sebagai wajib pungut

pajak penghasilan (PPh) dan pajak lainnya, wajib menyetorkan seluruh penerimaan potongan dan pajak yang dipungutnya ke rekening kas Negara. 3 Penatausahaan a. Bendahara desa wajib melakukan

pencatatan setiap penerimaan dan pengeluaran serta melakukan tutup buku setiap akhir bulan secara tertib dengan menggunakan: Buku kas umum, Buku kas pambantu pajak, dan Buku bank.

b. Bendahara desa wajib

mempertanggungjawabkan uang melalui laporan pertanggungjawaban

Referensi

Dokumen terkait

Perkembangan keuangan suatu perusahaan dari waktu ke waktu akan diketahui melalui analisis laporan keuangan yang pada dasarnya adalah hasil akhir dari proses akuntansi

tidak, jika tidak maka berkas-berkas itu d i k e m b a l i k a n , apabila berkas-berkas tersebut memenuhi syarat untuk diberikan kredit dan telah diperiksa oleh tim

Likuiditas adalah seumpama darah yang mengalir di dalam tubuh manusia, sehingga tidak boleh kurang dan terhambat, karena pasti akan sangat membahayakan seseorang tersebut. Demikian

Berdasarkan uraian penjelasan di atas penulis tertarik untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh dari kompetensi knowlege, skill , dan ability (KSA) terhadap

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) dengan menggunakan metode kualitatif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini mengunakan wawancara

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dan merupakan penelitian lapangan (field research). Adapun teknik pengumpulan data menggunakan

Berbagai keunggulan cara aktivasi kimiawi dibandingkan dengan aktivasi fisik diantaranya adalah (1) pada proses aktivasi kimiawi, di dalam penyiapannya sudah terdapat zat

Pada artritis !out stadium kronis, dapat ditemukan topus, &aitu nodul padat &an! terdiri dari deposit kristal asam urat &an! keras dan tidak n&eri &an!