Farmakoterapi
Hipertensi
Saepudin, S.Si., M.Si., Apt. Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Islam Indonesia
Biodata Singkat
• Nama : Saepudin
• TTL : Garut, 9 Oktober 1976
• Alamat : Baransari 04/42 Ngalangan Ngaglik
Sleman
• Status Marital : Menikah, 1 istri 4 anak
• Pendidikan
– S1 : FF UGM Lulus 1998
– Apt : FF UGM Lulus 1999
– S2 : PS UI Lulus 2006
• Pekerjaan : Staf pendidik tetap Prodi Farmasi FMIPA UII (sejak th 2000)
Garis Besar materi
• Pendahuluan
• Overview anatomi-fisiologi sistem kardiovaskular • Definisi
• Epidemiologi • Etiologi
• Patofisiologi dan komplikasi • Pemeriksaan dan diagnosis • Tatalaksana terapi
Pendahuluan
• Hipertensi masih merupakan masalah besar di bidang kesehatan
– Prevalensi cenderung terus meningkat
– Sulitnya pengontrolan tekanan darah pada px – Risiko komplikasi yang cukup besar
Pendahuluan
• Diperlukan peran multidisiplin untuk mendukung keberhasilan terapi pada px hipertensi
• Apoteker memiliki peluang sangat besar berperan
• Diperlukan pemahaman yang baik tentang hipertensi
• Konsep umum : fisiologi patofisiologi
tanda-gejala pemeriksaan dan diagnosis tatalaksana terapi
Pendahuluan
• Indonesia belum memiliki pedoman sendiri tentang hipertensi
• Pedoman yang umum dirujuk adalah pedoman dari Joint National Committee (JNC)
terakhir edisi VII tahun 2003
• Pedoman lain yang dapat dirujuk : – WHO
– ISH (international society of hypertension) – ESH (European society of hypertension) – BSH (British Hypertension society)
Overview Anfis Sist. KV
• Sistem Kardiovaskular (KV)
– Sistem transport yang berfungsi mengantarkan oksigen dan nutrisi ke seluruh tubuh, sekaligus mengantarkan karbondioksida dan berbagai
sampah sisa metabolisme ke tempat pembuangan dalam tubuh
• Dua organ utama
– Jantung (cardiac)
Overview Anfis Sist. KV
• Fungsi sistem kardiovaskular sangat ditentukan oleh
– Kemampuan pemompaan jantung
– Aliran darah di sepanjang pembuluh darah (volume dan kecepatan)
• Kemampuan pemompaan jantung optimal +
Aliran darah optimal fungsi sistem KV optimal mendukung fungsi sistem organ lain secara optimal
Overview Anfis Sist. KV
• Kontraksi Jantung
– Kaidah “ exitation-contraction coupling” kontraksi miokardium selalu berpasangan dengan peristiwa eksitasi (terjadinya potensial aksi) di miokardium – Peran berbagai ion : Na+, K+, dan terutama Ca2+
– Hukum Frank-Starling tentang elastisitas miokardium saat diastole meregang lebih kuat, maka saat sistole akan memompa lebih kuat
Overview Anfis Sist. KV
• Parameter penting terkait kemampuan pemompaan jantung
– Volume sekuncup (stroke volume)
– Volume akhir diastolik (end diastolic volume) – Volume akhir sistolik (residual volume)
– Frekuensi denyut jantung (heart rate) – Curah jantung (cardiac output)
– Fraksi ejeksi (ejection fraction) – Indeks jantung (cardiac index)
Overview Anfis Sist. KV
• Curah jantung (cardiac output/CO) – CO = SV x HR
– SV ditentukan oleh :
• Preload vol. darah di sirkulasi sistemik • Kontraktilitas ion kalsium
• Afterload tekanan aorta – HR ditentukan oleh SSOS
• Simpatis meningkatkan • Parasimpatis menurunkan
Overview Anfis Sist. KV
• Aliran darah sangat ditentukan oleh
– Perbedaan tekanan antar pembuluh darah
• Aorta arteri arteriola kapiler venula vena vena cava
Overview Anfis Sist. KV
• Tekanan darah (blood pressure/ BP)
– Tekanan di pembuluh darah secara sistemik yang akan mempengaruhi aktivitas
pemompaan jantung dan aliran darah ke seluruh tubuh
– Pada saat pengukuran yang terukur adalah tekanan arteri
Overview Anfis Sist. KV
• Tekanan darah
– Resultant dari curah jantung dan tahanan pembuluh darah perifer secara sistemik – BP = CO x SPR (systemic peripheral
resistance)
– SPR dipengaruhi oleh :
• Diameter lumen pembuluh darah • Viskositas darah
Overview Anfis Sist. KV
• Tekanan darah (BP)
– Tekanan Darah Sistole (SBP) – Tekanan Darah Diastole (DBP)
– Tekanan arteri rata-rata/mean arterial pressure (MAP)
• MAP = 1/3 SBP + 2/3 DBP
– MAP optimal pemompaan jantung optimal aliran darah optimal
– Mengapa BP optimal 110/70 mmHg....???
Overview Anfis Sist. KV
CO
Blood
flow
Overview Anfis Sist. KV
• Pengaturan Tekanan Darah
– Central Sistem syaraf Sistem syaraf otonom (SSO) SSOS dan SSOP
– Hormonal renin-angiotensin-aldosteron, hormon antidiuretik
Definisi
• Peningkatan tekanan darah secara persisten di atas nilai tekanan darah normal yang disepakati • Terdapat perbedaan ambang batas tekanan
darah dalam menetapkan definisi hipertensi
• Yang banyak diterima adalah TDS ≥ 140 mmHg dan atau TDD ≥ 90 mmHg
Klasifikasi TD
• Klasifikasi tekanan darah menurut JNC VII Kategori TDS (mmHg) TDD (mmHg) Normal < 120 < 80 Prehipertensi 120 - 139 80 - 89 Hipertensi derajat 1 140 - 159 90 – 99 Hipertensi derajat 2 > 160 > 100
Epidemiologi
• Prevalensi tergantung dari definisi yang digunakan
• Di Indonesia termasuk penyebab morbiditas dan mortalitas cukup tinggi setelah penyakit infeksi
• Prevalensi pd populasi dewasa 29-31%
• Prevalensi berbeda pada kelompok usia dan jenis kelamin yang berbeda
• Di sebagian besar RS di DIY masuk dalam daftar 10 besar penyakit
Etiologi dan Faktor resiko
• Berdasarkan etiologinya hipertensi dibedakan menjadi 2 kategori
– Hipertensi primer tidak diketahui pasti etiologinya, angka kejadian > 90%
– Hipertensi sekunder diketahui pasti etiologinya (penyakit lain atau penggunaan obat tertentu), angka kejadian < 10%
Etiologi dan Faktor risiko
• Faktor risiko faktor risiko kardiovaskular secara umum – Riwayat keluarga – Diabetes mellitus – Dislipidemia – Obesitas – Alkohol – Physical inactivity – microalbuminemia
Patofisiologi
• Tekanan darah merupakan resultan dari curah jantung dan tahanan perifer BP = CO x PR • Peningkatan tekanan darah dapat terjadi akibat
• Peningkatan curah jantung
• Peningkatan resistensi vaskular
• Ingat CO = SV x HR
• Tekanan darah arteri rata-rata menentukan curah jantung dan aliran darah ke jaringan MAP = 1/3 SBP + 2/3 DBP
Pengaturan BP
Kidney lession Impaired sodium pump
Fluid retention ↑ Blood volume ↑ Venous return ↑ CO ↑ Renin/Angiotensin ↑ Symphatetic nervous system Stress BP ↑ Vasoconstriction Resistensi perifer Symphatetic nervous system Stress Aldosterone ↑ (Ca) ↑ (Na) ↑
Tanda dan Gejala
• Secara umum pada awal perjalanan penyakit px tampak sehat dan segar bugar kemungkinan memiliki salah satu atau beberapa faktor risiko kardiovaskular
• Sebagian besar pasien asimptomatik
• Tanda utama adalah peningkatan tekanan darah
Pemeriksaan dan Diagnosis
• Pemeriksaan utama adalah pemeriksaan tekanan darah
– 30 menit sebelum pengukuran px harus menghindari keadaan yang mempengaruhi hasil pengukuran tidak merokok dan mengkonsumsi kafein
– Dilakukan dalam keadaan px tenang, minimal 5 menit dari saat kedatangan
– Dilakukan dalam posisi duduk dengan pinggang bersandar
– Diulang dengan interval ±2 menit apabila hasil berbeda > 5 mmHg pengukuran harus diulang
Pemeriksaan dan Diagnosis
• Diagnosis hipertensi hanya bisa ditegakkan apabila hasil pengukuran pada minimal 2x
kunjungan yang berbeda didapatkan BP yang melampuai ambang batas hipertensi
Pemeriksaan dan Diagnosis
• Klasifikasi tekanan darah menurut JNC VII Kategori TDS (mmHg) TDD (mmHg) Normal < 120 < 80 Prehipertensi 120 - 139 80 - 89 Hipertensi derajat 1 140 - 159 90 – 99 Hipertensi derajat 2 > 160 > 100
Pemeriksaan dan Diagnosis
• Pemeriksaan lab. Penunjang – BUN dan serum kreatinin
– Profil lipid – GDP
– Profil elektrolit – Urinalisis
• Pemeriksaan diagnostik lain – EKG
Komplikasi
• Organ target komplikasi otak, mata, jantung, ginjal, pembuluh darah
• Komplikasi di jantung terjadi akibat mekanisme kompensasi yang kontraproduktif
– BP meningkat persisten beban kerja jantung meningkat perubahan struktur ventrikel untuk mengkompensasi (dilatasi dan hipertrofi) gagal jantung dan PJK
Komplikasi
• Komplikasi di organ lain umumnya terjadi akibat iskemia (berkurangnya aliran darah ke jaringan)
– BP meningkat persisten afterload meningkat curah jantung menurun darah yang dialirkan ke jaringan berkurang kerusakan dan kematian jaringan
• Morbiditas dan mortalitas pada px hipertensi umumnya bukan karena hipertensinya, tetapi karena komplikasi perlu deteksi dan
Tujuan Terapi
Mencegah serta menurunkan morbiditas dan
mortalitas dengan jalan menurunkan tekanan
darah, sampai tidak mengganggu fungsi organ
target maupun kualitas hidup pasien secara
umum
Target tekanan darah
Umum
< 140/90 mmHg
Tatalaksana Terapi
• Indonesia belum memiliki pedoman sendiri untuk
tatalaksana terapi hipertensi
• Pedoman yang banyak diikuti adalah pedoman
dari JNC terakhir edisi VII tahun 2003
Pedoman Umum JNC VII
• Pada individu dg usia > 50 th, peningkatan SBP merupakan faktor risiko yang lebih nyata
dibandingkan DBP
• Risiko kardiovaskular dimulai pd BP 115/75 mmHg, meningkat menjadi 2x lipat setiap peningkatan 20/10 mmHg
• Individu dg BP 120-139/80-89 mmHg (prehipertensi) sangat disarankan untuk
memperbaiki pola hidup yg dapat menurunkan risiko kardiovaskular
Pedoman Umum JNC VII
• Diuretik thiazid direkomendasikan sebagai
pilihan pertama untuk diresepkan pada pasien hipertensi tanpa indikasi penyulit
• Pemilihan antihipertensi pada px dengan indikasi penyulit harus disesuaikan indikasi penyulit yang ada
• Sebagian besar px kemungkinan memerlukan kombinasi antihipertensi untuk mencapai target tekanan darah yang diinginkan
Pedoman Umum JNC VII
• Terapi antihipertensi hanya akan berhasil
apabila didukung dengan kepatuhan dan upaya memperbaiki pola hidup
Algorithma Terapi Hipertensi Menurut JNC 7
DM=diabetes mellitus, CKD=chronic kidney diseases (gagal ginjal kronis), ACEI=angiotensin- converting enzyme inhibitor; ARB=angiotensin receptor blocker; BB=b-blocker;
CCB=calcium channel blocker
Dosis obat yang sudah diberikan dioptimalkan, atau ditambahkan obat lain sampai target TD tercapai.
Konsultasi dengan spesialis hipertensi sangat dianjurkan Target TD tidak tercapai
Tidak ada indikasi penyulit
Hipertensi Stage 1
Diuretik tiazid direkomendasikan sebagai pilihan pertama. Obat golongan lain yg dapat dipertimbangkan : ACEI, ARB, BB, CCB
Hipertensi Stage 2
Kombinasi 2 obat untuk sebagian besar pasien
(diutamakan kombinasi dg salah satunya adalah diuretik tiazid)
Modifikasi gaya hidup
Target TD tidak tercapai (<140/90 mm Hg) (<130/80 mm Hg untuk pasien DM dan CKD)
Terapi obat antihipertensi mulai diberikan
Terdapat Indikasi Penyulit
Pemilihan obat disesuaikan dengan stage hipertensi dan jenis
Terapi Nonfarmakologi
• Perbaikan kebiasaan dan pola hidup – To stop smoking
– Latihan fisik yang sesuai – Penurunan berat badan – Perbaikan pola makan
• Pengurangan asupan garam • Pengurangan asupan lemak – Manajemen stress
Terapi Farmakologi
• Lima golongan obat yang direkomendasikan oleh JNC untuk pengobatan hipertensi jangka panjang
– Diuretik : terutama thiazid dan antagonis aldosteron
– Beta blockers (BB)
– Calcium channel blockers (CCB)
– Angiotensin converting enzyme inhibitors (ACEI) – Angiotensin receptor blockers (ARB)
Terapi Farmakologi
• Pemilihan antihipertensi terutama
memperhatikan derajat hipertensi dan ada tidaknya indikasi penyulit
• Pada px tanpa indikasi penyulit diuretik thiazid pilihan pertama
• Pada px dengan indikasi penyulit sesuaikan dengan indikasi penyulit yang ada
Terapi Farmakologi
• Indikasi penyulit hipertensi
– Penyakit penyerta yang kondisinya dapat menjadi lebih berat baik akibat hipertensi maupun terapi
antihipertensi
– JNC VII menetapkan ada 6 indikasi penyulit • Gagal jantung • Post-infark miokard • PJK • DM • CKD • Stroke berulang
Terapi Farmakologi
• Pemilihan antihipertensi pada px dengan indikasi penyulit
– Gagal jantung : diuretik dan ACEI BB ARB, antagonis aldosteron
– PMI : BB dan ACEI antagonis aldosteron – PJK : BB ACEI, CCB, diuretik
– DM : ACEI, ARB diuretik BB, CCB – CKD : ACEI, ARB
Terapi Farmakologi
• Faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan antihipertensi
– Faktor sosio-ekonomi
– Profil faktor risiko kardiovaskular
– Ada tidaknya kerusakan organ target – Penyakit penyerta yang ada
– Respons individu px – Potensi interaksi obat
Terapi Farmakologi
• Terapi farmakologi pada populasi dan kondisi khusus
– Usia lanjut kemungkinan ISH cukup besar – Kehamilan perhatikan kemanan thd janin – Anak-anak identifikasi penyebab sekunder – Krisis hipertensi : urgensi dan emergensi
Masalah dalam Terapi
• Persistent elevated blood pressure • Multiple drug intolerance
• Multiple drug contraindication • Persistent non-compliance
Monitoring dan Evaluasi
• Tekanan darah harus dimonitor secara rutin • Px harus mengetahui tekanan darah
• Perlu didukung dengan monitoring kepatuhan px mencakup Tx farmakologi maupun
nonfarmakologi
• Monitoring penyebab sekunder bila ada • Monitoring tanda, gejala, dan parameter
Sebab2 kegagalan Terapi
• Pemilihan dan dosis obat yang belum optimal • Ketidakpatuhan pasien terhadap terapi obat
• Ketidakpatuhan px dalam perbaikan pola hidup • Penggunaan obat lain yang mempresipitasi
peningkatan tekanan darah
• Adanya penyebab sekunder yang tidak terkontrol
Peluang Edukasi dan Konseling
• Upaya untuk meningkatkan kepatuhan terhadap terapi
– Pentingnya terapi (farmakologi dan nonfarmakologi)
– Pentingnya pengontrolan tekanan darah – Empati dan motivasi
– Pertimbangkan latar belakang sosial, pendidikan, dan kepercayaan px
Penutup
• Prevalensi hipertensi diperkirakan terus
meningkat seiring meningkatnya populasi usia lanjut
• Morbiditas dan mortalitas px hipertensi sering kali akibat komplikasi
• Terapi antihipertensi sangat berperan menurunkan morbiditas dan mortalitas
• Terapi antihipertensi harus didukung dengan kepatuhan dan perbaikan pola hidup
• Apoteker memiliki peluang besar dalam
pemilihan antihipertensi dan edukasi untuk meningkatkan kepatuhan
Semoga bermanfaat
*********
• Tn. A menderita hipertensi sejak 3 th yang lalu, dan TDnya terkontrol dengan terapi captopril 25 mg 3x sehari. Saat kontrol terakhir, dokter
meresepkan captopril 25 mg 3x sehari dan furosemid 20 mg 2x sehari karena tekanan
darahnya 155/95 mmHg. Tn. A menderita asma dan juga alergi amoksisilin.
• Analisis ketepatan peresepan obat untuk mengatasi hipertensi pada Tn. A