• Tidak ada hasil yang ditemukan

RELEVANSI NILAI-NILAI DISTANSI ESTETIS DALAM FILM FILM UANG PANAI KARYA HALIM GANI SAFIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RELEVANSI NILAI-NILAI DISTANSI ESTETIS DALAM FILM FILM UANG PANAI KARYA HALIM GANI SAFIA"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

RELEVANSI NILAI-NILAI DISTANSI ESTETIS DALAM FILM FILM UANG PANAI KARYA HALIM GANI SAFIA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Program Strata Satu (S1) Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

FakultasKeguruan dan IlmuPendididkan Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh: SAHRIANA. S

10533783314

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2018

(2)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Anggap skripsimu adalah judul film dan kau menjadi pemeran utamanya Dosen pembimbing sebagai sutradara mengarahkanmu pada film yang kau perankan

(Sahriana S)

Hal paling yang akan terus kamu ingat adalah perjuanganmu menulis selama kau belajar

(Sahriana S)

Beri nilai dari usahanya jangan dari hasilnya. Baru kita bisa menilai kehidupan

(Albert Einstein)

Kupersembahkan karya ini buat: Kedua orang tuaku, saudaraku, dan sahabatku Atas keikhlasan dan doanya dalam mendukung penulis Mewujudkan harapan menjadi kenyataan

(3)

ABSTRAK

Sahriana. S. 2018. “Relevansi Nila-Nilai Distansi Estetis dalam Film Uang Panai Karya Halim Gani Safia.” Skripsi. Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Sitti. Aida Azis dan Pembimbing II Wahyuddin Hakim.

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan distansi estetis dari segi peristiwa yang terdapat dalam film Uang Panai’. Teknik analisis data dalam penelitian ini dengan cara mengidentifikasi, mengklasifikasikan, menganalisis, dan mendeskripsikan dari segi peristiwa yang menyedihkan, pahit, dan teguh yang dialami tokoh dalam film tersebut. Data dalam penelitian ini adalah distansi estetis. Sumber data adalah keseluruhan isi dari film Uang Panai’ karya Halim Gani Safia yang dirilis pada tanggal 25 Agustus 2016 diseluruh bioskop Indonesia dengan durasi 119 menit atau 1 jam 59 menit.

Hasil penelitian menunjukkan pada fokus penelitian yaitu menganalisis tiga peristiwa yaitu peristiwa yang menyedihkan yaitu adanya peristiwa yang dialami tokoh utama, peristiwa yang pahit yaitu peristiwa yang menceritakan kisah perjalanan tokoh, dan peristiwa teguh pada pendirian salah satu yang dilakukan tokoh dengan sikap yang mempercayai dan meyakini bahwa apa yang dilakukan itu adalah benar untuk dilakukan tokoh dalam film Uang Panai’ karya Halim Gani Safia.

Peristiwa yang menyedihkan pada film Uang Panai’ yaitu kisah yang menceritakan pasangan kekasih yang hendak menikah, akan tetapi pihak lelaki harus mengumpulkan uang panai’ sesuai dengan adat yang berlaku dalam masyarakat Bugis-Makassar, persyaratan lebih banyak dibebankan kepada pihak lelaki, sebagai syarat dalam pernikahan untuk membiayai resepsi pernikahan mempelai wanita yang dibebankan kepada pihak lelaki Bugis-Makassar. Distansi estetis sangat menyedihkan yang dialami tokoh dalam film Uang Panai’, Ancha harus memperjuangkan cintanya kepada Risna meski terhalang oleh uang panai’ yang sangat mahal. Sebab cinta mereka bukan melemahkan hati, bukan membawa putus asa, bukan menimbulkan tangis. Cinta mereka menghidupkan pengharapan, menguatkan hati dalam perjuangan Ancha untuk berjuang dalam mengumpulkan uang panai’ sesuai permintaan orang tua Risna.Peristiwa yang pahit yaitu peristiwa yang dialami tokoh dalam menceritakan kisah perjalanan tokoh dalam film Uang Panai’ yaitu ketika Ancha mengetahui bahwa Risna hendak dijodohkan dengan lelaki lain. Peristiwa yang teguh yaitu ketika Ancha membuktikan Taro Ada Taro Gau (berpegang teguh pada apa yang dikatakan) dengan membawa uang panai’ ke rumah Risna.

(4)

KATA PENGANTAR

Allah Maha Penyayang dan Pengasih, demikian kata untuk mewakili atas segala karunia nikmat-Nya. Jiwa ini takkan henti bertahmid atas anugerah pada detik waktu, denyut jantung, gerak langkah, serta rasa dan rasio pada-Mu, sang khalik. Skripsi ini adalah setitik dari deretan Allah Swt. kepada penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan waktu yang telah diharapkan. Sholawat dan taslim senantiasa terkirim untuk Nabi Muhammad shallalahu alaihi wassallam, dan doa keselamatan untuk keluarga dan seluruh sahabat serta para pengikutnya.

Skripsi yang berjudul “Relevansi Nilai-Nilai Distansi Estetis dalam Film Uang Panai’ Karya Halim Gani Safia” diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana pendidikan pada Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar.

Setiap orang dalam berkarya selalu mencari kesempurnaan, tetapi terkadang kesempurnaan itu terasa jauh dari kehidupan seseorang. Kesempurnaan bagaikan fatamorgana yang semakin dikejar semakin menghilang dari pandangan, bagai pelangi yang tak terlihat indah dari kejauhan, tetapi menghilang jika didekati. Demikian juga tulisan ini, kehendak hati ingin mencapai kesempurnaan, tetapi kapasitas penulis dalam keterbatasan. Segala daya dan upaya telah penulis kerahkan untuk membuat tulisan ini selesai dengan baik dan bermanfaat dalam

(5)

dunia pendidikan, khususnya dalam ruang lingkup Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini bukanlah sesuatu pencapaian yang sempurna. Seringkali penulis menghadapi keterbatasan, hambatan waktu luang, dana, dan tenaga. Namun, alhamdulillah berkat rahmat Allah subhanahu wa taala dan doa, bantuan, petunjuk, dan bimbingan dari berbagai pihak, rintangan dan hambatan dapat teratasi hingga terwujudnya skripsi ini.

Motivasi dari berbagai pihak sangat membantu dalam perampungan tulisan ini. Segala rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua ayahanda Saharuddin dan ibunda Syamsiah yang selalu berjuang, berdoa, mengasuh, membesarkan, mendidik, dan membiayai penulis dalam proses pencarian ilmu. Demikian pula, penulis mengucapkan kepada keluarga yang tak hentinya memberikan motivasi kepada penulis.

Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Kepada Dr. Aida Azis, M.Pd. dan Dr. Wahyuddin Hakim, M.Hum. selaku pembimbing I dan pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan, arahan, serta motivasi sejak awal menyusun proposal hingga skripsi.

2. Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Abd. Rahman Rahim, M.Pd., selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, Erwin Akib, M.Pd., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

(6)

Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar, dan Dr. Munirah, M.Pd., selaku ketua Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, serta seluruh dosen dan para staf pegawai dalam lingkup Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membekali penulis dengan serangkaian ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi penulis.

3. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Sri Eshi Warhamni, Sakinah Fachri, dan Dini yang meminjamkan laptopnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Penulis untuk penyelesaian skripsi ini terima kasih kepada kepada sahabat saya yang selalu memberikan motivasi dan dukungan dalam penulisan skripsi ini, terima kasih kepada sahabatku Hartina Marhama Masbah dan Putriani sahabat yang selalu menemani kurang lebih 4 Tahun di Universitas Muhammadiyah Makassar

5. Penulis juga mengucapkan kepada teman magang saya yang selalu memberikan semangat dalam penulisan skripsi Ina Rista, Hasni Dg Parani, dan Nur Amalia.

6. Terima kasih juga kepada teman P2K saya Palampang Squad yang selalu memberikan motivasi dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini terima kasih kepada Sakinah Fahri, Riska, Irma, Ainul Fitria Ramadhani, Irfa Dila dan Irfan.

7. Terima kasih kepada teman kost saya yang selalu memberikan dukungan dalam penulisan ini Kiki, Marini, Kak Hajrah, Ayu, dan Sri.

(7)

8. Terima kasih juga kepada sahabat yang selalu baik hati selama penulisan skripsi dan beliau juga memberikan semangat, motivasi, serta menemani penulis ke rumah dosen untuk bimbingan skripsi terima kasih Nur Fajri Andini.

9. Terima kasih kepada teman seperjuanganku yang selalu bersama dalam suka dan duka, sahabat-sahabatku terkasih serta seluruh rekan mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2014 khususnya kelas G atas segala kebersamaan, motivasi, saran, dan bantuannya kepada penulis.

10. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya, segala kerendahan hati, penulis senantiasa mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak, selama saran dan kritikan tersebut sifatnya membangun karena penulis yakin bahwa sesuatu persoalan tidak akan berarti sama sekali tanpa adanya kritikan. Mudah-mudahan dapat memberi manfaat bagi para pembaca, terutama bagi diri pribadi penulis. Amin.

Makassar, September 2018

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

SURAT PERJANJIAN ... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang ... 1 B. FokusPenelitian ... 6 C. TujuanPenulisan ... 6 D. ManfaatPenelitian ... 7 1. ManfaatTeoretis ... 7 2. ManfaatPraktis ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. PenelitianRelevan ... 8 B. GambaranUmumKarya Sastra ... 10 1. PengertianKarya Sastra ... 10 2. Fungsi Sastra ... 12 3. CiriKarya Sastra ... 14 C. PengertianRelevansi ... 15

(9)

D. Nilai-Nilai DistansiEstetis ... 17 E. TinjauanUmum Film ... 18 1. Pengertian Film ... 18 2. Jenis-Jenis Film ... 21 3. UnsurPembentuk Film ... 22 4. Struktur Film ... 23 F. TinjauanTentangUangPanai’ ... 23 G. KerangkaPikir ... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. DesainPenelitian ... 30

B. Data dan Sumber Data ... 31

1. Data ... 31

2. Sumber Data ... 31

C. Teknik Pengumpulan Data ... 32

D. Teknik Analisis Data ... 33

BAB IV HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Penyajian Hasil Analisis Data ... 34

1. DistansiEstetisdariSegiPeristiwa yang Menyedihkan ... 36

2. DistansiEstetisdariSegiPeristiwa yang Pahit yang Menceritakan KisahPerjalananTokohdalam Film UangPanai’ ... 47

3. DistansiEstetisdariPeristiwaTeguhyang dialamiTokohdalam Film UangPanai’Karya Halim GaniSafia ... 55

B. Pembahasan ... 69

BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 83

(10)

B. Saran ... 87 Daftar Pustaka ... 88 LAMPIRAN

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1 Cover ... 89

2. Lampiran 2 Sinopsis ... 90

3. Lampiran 3 Persetujuan Pembimbing Proposal ... 91

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sastra sebagai potret kehidupan bermasyarakat merupakan hal yang dapat dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Karya sastra tercipta karena adanya pengalaman batin pengarang berupa peristiwa atau problem dunia yang menarik sehingga muncul gagasan imajinasi yang dituangkan dalam bentuk tulisan dan karya sastra akan menyumbangkan tata nilai figure dan tatanan tuntutan masyarakat, hal ini merupakan ikatan timbal balik antara karya sastra dengan masyarakat, walaupun karya sastra tersebut berupa fiksi, namun pada kenyataannya, sastra juga mampu memberikan manfaat yang berupa nilai-nilai moral.

Menurut Esten (dalam Suwadah 2011:2) mengatakan bahwa sastra atau kesustraan adalah pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif sebagai manifsetasi kehidupan manusia, dan masyarakat melalui bahasa seabagai medium dan memiliki efek yang positif terhadap kehidupan manusia (kemanusiaan).

Penelitian sastra sampai saat ini memang cenderung sering dianggap kurang lengkap, karena karya sastra masih berat sebelah. Dibeberapa lembaga penelitian dan perguruan tinggi (sastra) orientasi penelitian masih terbatas pada teks sastra. Akibatnya, hasil penelitian sastra cenderung bersifat deskriptif belaka. Di beberapa sentral penelitian, hasil penelitian pada umumnya masih berkutat pada hal-hal teoritik sastra. Orientasi semacam ini

(13)

sering dianggap kurang lengkap, karena karya sastra sebenarnya merupakan bahan komunikasi antara pengarang dengan pembaca, (Endaswara, 2013:1).

Djojosantoso (dalam Suriansyah 2015:1) bahwa karya sastra sebagai karya kreatif yang mempermasalahkan manusia dengan kemanusiaan, yang bersandarkan kebenaran akan mengugah nurani dan memberikan kemugkinan pertimbangan baru pada diri pembacanya. Seiring dengan itu juga menyatakan bahwa ada tiga wilayah fundamental yang menjadi sumber penciptaan karya sastra, yaitu wilayah kehidupan agama, sosial, dan nilai individual.

Plato dalam (Setiawan 2015:9) sastra adalah hasil peniruan atau gambaran dari kenyataan (mimesis). Sebuah karya sastra harus merupakan peneladanan alam semesta dan sekaligus merupakan model kenyataan. Oleh karena itu, nilai sastra semakin rendah dan jauh dari dunia ide.

Karya sastra yang baik adalah karya sastra selalu memberikan kesan pembacanya untuk berbuat lebih baik atau yang sesuai dengan ajaran agama.Sastra sebagai media akan dapat kesuksesan jika di dalamnya mengandung suatu kebenaran. Sastra yang dianggap baik adalah sastra yang selalu mengajak pembaca untuk menjunjung nila-nilai yang terkandung dalam karya sastra dan manusia sebagai salah satu alat untuk memberikan penentuan dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa sastra lahir dan diharapkan memberikan nilai-nilai estetis dalam hidup kepada masyarakat pembaca. Nilai-nilai keindahan yang terkandung dalam karya sastra dapat dijadikan oleh manusia sebagai sebuah hiburan yang menyenangkan alam

(14)

kehidupan dan karya sastra dikatakan “ indah dan berguna” atau dulce etutile.”

Fakta kemanusiaan yang dituangkan dalam bentuk sastra terbagi lagi menjadi banyak ragam. Salah satu jenis sastra yang sudah cukup dikenal oleh banyak orang yaitu sastra drama. Drama adalah kualitas komunikasi, situasi, action, (segala apa yang terlihat dalam pentas) yang menimbulkan perhatian, kehebatan (exciting), dan ketegangan pada pendengar atau penonton Haryawan (dalam Muhrizal, 2017: 1). Namun seiring berjalannya waktu, drama telah berkembang dan dalam bentuk yang lebih modern. Kini drama bukan hanya ditampilkan pada panggung teater melainkan pertunjukan sudah ditampilkan pada perfilman di layar lebar dalam bentuk gambar digital.

Film merupakan salah satu sarana media pendidikan yang murah dan mudah yang dapat dilihat oleh semua orang, khususnya dalam proses pembelajaran. Dewasa ini,perkembangan dunia perfilman baik di Indonesia maupun mancanegara mengalami perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan yang sangat pesat ini ditandai dengan banyaknya pembuatan film yang dilakukan oleh produser maupun sineas perfilman (Muhrizal, 2017:2)

Film sebagai media pembelajaran yang sangat mudah diakses oleh siapa saja haruslah memuat sisi dalam segi pendidikan dan pembelajaran.Terdapat banyak film yang di dalamnya memuat nilai-nilai patriotisme dan nasionalisme. Selain itu, masih banyak lagi yang memiliki pesan moral yang sesuai dengan nilai dan moral didalam masyarakat yang masih memiliki kearifan lokal yang dapat menambah kecintaan terhadap

(15)

bangsa dan negara. Namun,banyak pula film yang tidak mengandung nilai pendidikan maupun moral, sehingga banyak film yang cenderung menjerumuskan para generasi muda khususnya untuk mengarah ke dalam hal yang bersifat negatif.Menurut beberapa teori film, film adalah arsip sosial yang menangkap jiwa zaman (zeitgeist) masyarakatnya, serta dipengaruhi ideologi pembuatnya. Dengannya, film membentuk konstruksi masyarakat akan suatu hal (Sobur, 2006:127).

Berdasarkan peryataan di atas, film menceritakan kisah yang ingin disampaikan oleh orang-orang yang berada di belakang layar dengan menyampaikan suatu bentuk konflik yang ada di dalamnya. Pembangun konflik-konflik yang ditunjukkan oleh peran tokoh dapat menggambarkan secara tidak langsung yang ingin disampaikan oleh sang pembuat film. Dengan menujukkan adaegan konflik sosial di dalamnya. Makna dalam adegan film juga beragam tergantung dari penafsiran penonton.

Film dibuat untuk menyampaikan nilai-nilai sosial karena memang ada konflik-konflik sosial yang terjadi di lingkungan masyarakat dengan keterkaitan atau kesesuain dengan kehidupan pada saat sekarang. Contohnya adalah film Uang Panai yang disutradarai oleh Halim Gani. Film tersebut menceritakan tentang berciri khas budaya masyarakat Bugis-Makassar yang menceritakan tentang isu sosial uang panai’ dalam ikatan suci pernikahan yang kerap menjadi persoalan pada masyarakat Bugis Makassar.

Menurut Koenjoroningrat dalam (Ansar,2014:6), nilai budaya dipahami sebagai konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam pikiran dari sebagian besar warga masyarakat mengenai hal-hal yang harus mereka

(16)

anggap amat bernilai dalam hidup.Sebagai konsepsi-konsepsi, nilai-nilai budaya bukan hanya sekadar informasi kognitif. Nilai-nilai budaya budaya mengandung gagasan-gagasan emosional yang mendalam, karena itu nilai budaya menjadi dasar dari kehidupan manusia atau menjadi pedoman tentang apa yang harus dilakukan.

Pemilihan film Uang Panai’ karya Halim Gani sebagai objek penelitian yaitu mempertimbangkan tema film yang dirasa sering dialami dalam kehidupan sehari-hari. Peneliti tertarik menganalisis film Uang Panai’ karena film Uang Panai’ bisa dipahami karena kisah di film ini adalah kisah yang begitu dekat dengan keseharian pembaca yang digambarkan dalam film tersebut. Kisah pahit manisnya pasangan kekasih Ancha dan Risna, cinta mereka terhalang dengan uang panai’ yang terlalu tinggi sehingga Ancha harus membanting tulang untuk bekerja demi menyanggupi uang panai’ yang diminta oleh kedua orang tua Risna, karena keputusan uang panai’ sangat dipengaruhi oleh keluarga mempelai wanita. Pasalnya, nilai uang panai’ sebagai syarat adat untuk membiayai pesta perkawinan wanita tidaklah sedikit. Nilainya bahkan mencapai ratusan juta dan miliaran rupiah. Jika uang panai’ mampu dipenuhi oleh pihak lelaki, akan menjadi prestise (kehormatan) bagi pihak keluarga perempuan. Film uang panai’ merupakan film yang bergenre komedi romantis. Film ini merupakan salah satu film Makassar.

Film Uang Panai’adalah sebuah film yang mencerminkan realitas sosial yang ada dalam kehidupan masyarakat Bugis Makassar. Film tersebut memaparkan secara jelas tentang kisah nyata tentang tingginya uang panai’

(17)

bagi masyarakat Bugis-Makassar. Uang panai’ ini sejak dulu berlaku sebagai mahar jika pria ingin melamar wanita idamannya hingga sekarang.

B. Fokus Penelitan

Fokus penelitian ini adalah nilai-nilai distansi estetis pada film Uang Panai’ karya Halim Gani Safia yang akan dianalisis sebagai berikut:

1. Peristiwa yang menyedihkan, yaitu adanya peristiwa yang dialami tokoh utama yang menyentuh dalam film Uang Panai’.

2. Peristiwa yang pahit yaitu peristiwa yang menceritakan tentang kisah perjalanan hidup yang dialami tokoh utama.

3. Peristiwa yang teguh pada pendirian salah satu yang dilakukan tokoh dengan sikap yang mempercayai dan meyakini bahwa apa yang dilakukan itu adalah benar untuk dilakukan tokoh dalam film Uang Panai’ karya Halim Gani Safia.

C. Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui nilai-nilai distansi estetis dari segi peristiwa yang menyedihkan dan peristiwa yang pahit, dan peristiwa yang teguh yang ditampikan dalam film Uang Panai’ karya Halim Gani Safia.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis

a. Hasil penelitian diharapkan dapat menambah kajian pemikiran serta memberikan sumbangan bagi teori pembelajaran sastra dalam upaya peningkatan pengembangan ilmu sastra terutama berkaitan dengan pengembangan studi Bahasa dan Sastra Indonesia.

(18)

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahn pengetahuan dalam film Uang Panai karya Halim Gani Safia.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi pembaca, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai rekomendasi atau bahan acuan (referensi) bagi jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia serta jurusan lain yang berhubungan dengan sastra drama ataupun perfilman.

b. Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan terhadap penelitian berikutnya dan dapat dijadikan pemicu bagi peneliti lainnya untuk bersikap kritis dan kreatif dalam menyikapi tentang

c. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap bagi peneliti lain, dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dan sumber informasi sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya sesuai dengan kajian penelitian ini.

(19)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Penelitian Relevan

Salah satu penelitian relevan dengan penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya. Penelitian yang dilakukan oleh Rika Elvira (2014) dengan judul “Ingkar Janji atas Kesepakatan Uang Belanja (Uang Panai’) Dalam Perkawinan Suku Bugis Makassar” Hasil dari penelitian ini adalah penulis menganggap pentingnya Uang Panai’ untuk dibuatkan suatu akte perjanjian formal yang sah. Untuk lebih memahami esensi perikatan yang lahir dari perjanjian dalam perkawinan suku bugis makassar serta untuk memahami satu unsur kebudayaan yang sangat mengikat pada suku bugis makassar sebagaimana tertuang dalam semboyan siri’ na pacce.

Penelitian lain yang dilakukan Rheny Eka Lestari (2015) dengan judul penelitian “Mitos dalam UpacaraUang PanaikMasyarakat Bugis Makassar” Penelitian membuktikan bahwa terdapat kekuatan gaib dalam Uang Panaik, kekuatan ini muncul akibat masyarakat atau individu tidak menaati peraturan adat tradisi dalam Uang Panaik masyarakat Bugis Makassar. Kekuatan gaib tersebut dimiliki oleh masyarakat Bugis Makassar yang menolak lamaran. Sehingga kemarahannya diwujudkan dengan segala cara. Hal tersebut terjadi sebagai pertanda bahwa manusia diharapkan untuk tidak melanggar aturan tardisi.

Data di atas mengenai kekuatan gaib seperti pangngisengang (guna-guna) muncul karena kesalahan dari si gadis itu sendiri maupun dari keluarganya yang telah menghina dan laki-laki itu tidak dapat melarikan gadis

(20)

secara paksa, maka ia melakuakannya secara gaib dengan pangngisengang (guna-guna). Dari data tersebut dapat memberikan pengetahuan mengenai mitos dalam Upacara Uang Panai’ yang ada pada suku Bugis Makassar. Hal ini akan menarik perhatian masyarakat dunia untukmengetahui bagaimanakah mitos dalam Upacara Uang Panai’. Tujuannya apabila setelah mengetahui pengetahuan baru ini masyarakat melestarikan dan menggali lagi terhadap kekayaan budaya Indonesia yang sebenarnya masih banyak yang masih belum diketahui dan perlu diperkenalkan ke dunia luar agar budaya Indonesia menjadi budaya yang bisa diterima di dunia Internasional.

Penelitian terdahulu dilakukan pada Ilmiah (2017) dengan judul “Kedudukan Uang Panai’ dalam Perkawinan Adat Bugis di Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan.Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji mahar adat dalam sistem perkawinan adat masyarakat Bugis di Kabupaten Gowa Selatan-Selatan. Mahar adat adalah sesuatu yang berbeda dengan mahar menurut agama Islam, sebagaimana agama yang dianut oleh masyarakat Bugis. Mahar adat dalam masyarakat Bugis adalah sebidang tanah yang tidak bisa digantikan dengan benda lain ataupun uang. Mahar adat ini adalah suatu kewajiban bagi pihak calon mempelai laki-laki kepada mempelai perempuan. Apabila ini tidak terpenuhi maka perkawinan akan mengakibatkan kegagalan. B. Gambaran Umum Karya Sastra

1. Pengertian Karya Sastra

Secara singkat dan sederhana dapatlah dikatakan bahwa “sastra” adalah pembayangan atau pelukisan kehidupan dan pikiran imajinatif kedalam bentuk-bentuk dan struktur bahasa.Wilayah sastra meliputi kondisi

(21)

insan atau manusia, yaitu kehidupan dengan segala perasaan, pikiran, dan wawasannya.Perlu diingat dan disadari benar-benar bahwa pengalaman sastra itu selalu berdimensi ganda karena melibatkan buku dan pembaca (dalam sastra tulis) atau pencerita dan penyimak (dalam sastra lisan).

Sastra (sansakerta/shastra) merupakan kata serapan dari bahasa sansakerta, sastra yang berarti “teks yang mengandung instruksi” atau “pedoman”, dari kata dasar sas yang berarti instruksi atau ajaran. Dalam bahasa Indonesia, kata ini biasa digunakan untuk merujuk kepada “kesustraaan” atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan tertentu.

Sastra tidak hanya dinilai sebagai sebagai sebuah karya yang memiliki pengetahuan tentang budi pekerti yang dimanfaatkan sebagai konsumsi intelektual di samping konsumsi emosi, sebagaimana yang dinyatakan oleh Aminuddin (2005: 37).

Selain itu, dalam arti kesustraaan sastra bisa dibagi menjadi sastra tertulis dan sastra lisan (sastra oral).Di sini sastra tidak banyak berhubungan dengan tulisan, tetatpi dengan bahasa yang dijadikan bahan untuk mengepresikan pengalaman atau pemikiran tertentu.Biasanya kesustraan dibagi menurut daerah geografis atau bahasa.

Suatu hasil karya baru dapat dikatakn memiliki nilai sastra bila di dalamnya terdapat kesepadanan antara bentuk dan isi dan bahasanya baik dan indah, susunanya beserta isisnya dapat menimbulkan perasaan haru dan kagum di hati pembaca.Ditinjau dari segi penciptaanya, karya sastra merupakan pengalaman batin pencipta mengenai kehidupan masyarakat

(22)

dalam suatu kurung dan situasi budaya tertentu.Dalam suatu karya sastra dilukiskan kehidupan sosial suatu masyarakat, peristiwa, ide, dan gagasan serat nilai-nilai yang diamanatkan pencipta lewat tokoh cerita.

Bentuk dan isi sastra harus saling mengisi, yaitu dapat menimbulkan kesan yang mendalam di hati para pembacanya sebagai perwujudan nilai-nilai karya-nilai karya seni. Apabila isi tulisan cukup baik tetapi cara pengungkapan bahasanya buruk, karya yang tersesata tidak dapat disebut sebagai cipta sastra, begitu juga sebaliknya.

Dalam uraian tersebut dapat dirumuskan pengertian sastra sebagai berikut:

a) Sastra adalah kegiatan kreatif sebuah karya seni yang bentuk dan ekpresinya imajinatif.

b) Sastra adalah tulisan yang bernilai seni mengenai subjek khusus kehidupan manusia.

c) Sastra adalah ekspresi kehidupan dengan media bahasa khas. 2. Fungsi sastra

Sastra dalam perkembangan memiliki banyak fungsi yang dapat dijadikan bahan dalam pembelajaran, baik terhadap anak-anak, remaja, maupun bagi orang tua.Fungsi sastra harus sesuai dengan sifatnya yakni menyenangkan dan bermanfaat.Kesenangan yang disuguhkan oleh karya seni lainnya.Kesenangan lebih tinggi, yaitu kontemplasi yang tidak mencari keuntungan, dan juga memberikan manfaat keseriusan.Keseriusan yang menyenangkan, esetetis dan keseriusan pembuatnya.

(23)

Selain menampilkan unsure kehidupan, hiburan dan keseriusan, karya sastra juga cenderung membuktikan memiliki unsure pengetahuan.Fungsi sastra, menurut sejumlah teoretikus, adalah untuk membebaskan pembaca dan penulisnya dari tekanan emosi.Mengepresikan emosi berarti melepaskan diri dari emosi itu.Contohnya ketika penonton drama dan pembaca novel yang biasa mengalami perasaan lega dalam artian bisa melepaskan emosinya.Jadi, pertanyaan mengenai fungsi sastra sebenarnya belum dapat dijelaskan dengan tepat karena yang bisa merasakan fungsi sastra adalah si pembaca itu sendiri. Apakah ia mendapatkan pengetahuan, hiburan, nilai kebenaran, nilai psikologis dan lain sebagainya. Namun demikian, sastra sebagai unsure kebahsaan tentunya memiliki fungsi dan karakter khusus. Dalam kaitannya dengan kehidupan social kemasyarakatannya, sastra memiliki fungsi-fungsi yaitu: a) Fungsi rekreatif, yaitu satra dapat memberikan hiburan yang

menyenangkan bagi penikmat atau pemabacanya.

b) Fungsi didaktif, yaitu sastra mampu mengarahkan ayau mendidik pembacanya karena nilai-nilai kebenaran dan kebaikan yang terkandung di dalamnya.

c) Fungsi estetis, yaitu sastra mampu memberikan keindahan bagi penikmat/pembacanya karena sifat keindahannya.

d) Fungsi moralitas, yaitu sastra mampu memberikan pengetahuan kepada pembaca/peminatnya sehingga tahu moral zyang baik dan buruk, karena sastra yang baik selalu mengandung moral yang tinggi.

(24)

e) Fungsi religious, yaitu sastra pun menghasilkan karya-karya yang mengandung ajaran agama yang dapat diteladani para penikmat/pembaca sastra.

Menurut Lafevere (dalam Suwadah (2011:2), berpandangan bahawa karya sastra (termasuk fiksi) merupakan deskripsi pengalaman kemanusiaan yang memiliki dimensi individual dan social kemasyarakatan sekaligus. Karena itu, pengalaman dan pengetahuan kemanusiaan tidaklah sekadar menghadirkan dan memotret begitu saja, melainkan secara substansial menyarankan bagaimana proses kreasi kreatif pengarang dalam mengepresikan gagasan-gagasan keindahannya. Gagasasan kehidupan ini, dapatlah dikatakan berfungsi ganda, untuk mengomunikasikan kenikmatanestetik (estetik enjoyment), dan bagaimana membuat manusia (pembaca atau penikmat) menemukan kehidupan itu sendiri dalam figurasi esetetis dunia yang lain (sastra). 3. Ciri Karya Sastra

Ada berbagai cirri pada karya sastra.Badrun (dalam Sakka 2014:11)Menyatakan bahwa keindahan dalam seni sastra dibangun oleh seni kata.Seni kata adalah penjelmaan jiwa yang diekspresikan kedalam keindahan kata.Bertolak dari bagaimana pengalaman jiwa keindahan itu, maka sastra seharusnya bersifat imajinatif.Walaupun sastra bersifat imajinatif, ia berangkat dari kenyataan hidup secara objektif. Sastra berangkat dari fenomena kehidupan nyata yang dapat dihayati, dirasakan dan dimengerti.

(25)

Pada tata karya sastra, faktor fenomena kehidupan yang diangkat itu menjadi fiksi makna.Medkipun menggunakan bahan dari kenyataanobjektif (realita hidup dalam masyarakat), karya sastra tidak diidentik lagi kenyataanobjektif tadi.

Ungkapan pengalaman dalam bentuk-bentuk bahasa dari ekspresi dan mengesankan, terdiri dari berbagai bentuk.Tiap bentuk sastra memiliki syarat dan cirri sendiri-sendiri.Cirri setiap bentuk memang tidak mudah untuk dibedakan.Pengertian sastra tidak dapat diterapkan secara menyeluruh terhadap semua jenis atau bentuk karya sastra.Jenis sastra ada bermacam-macam dan menuntut untuk dinamai “karya sastra”.Ciri karya sastra menuntut adanya nilai seni boleh dikatakan tidak ada masalah, karena semua karya sastra harus memiliki nilai seni atau estetika.Namun, perlu adanya penggolongan sastra untuk membedakan sifat khayali dan menggunakan bahasa.

Berdasarkan uraian di atas, maka disimpulkan bahwa cirri karya sastra adalah;

a) Sastra bersifat khayali (fiktionality); maksudnya lewat imajinasinya pengarang mengungkapkan kenyataan hidup dan menafsirkannya menjadi kenyataan kehidupan lebih bermakna dan menarik bagi peminat.

b) Sastra mengandung nilai esetetika (keindahan seni) sehingga karya sastra mempunyai daya pesona tersendiri. Nilai estetika ini memiliki criteria seperti kebutuhan, kesinambungan, keselarasan, dan fokus atau tekanan.

(26)

c) Sastra memakai bahasa yang khas yaitu bahasa yang esetetik. C. Pengertian Relevansi

Secara umum, arti dari relevansi adalah kecocokan. Relevan adalah bersangkut paut, berguna secara langsung (kamus bahasa Indonesia). Relevansi berarti kaitan, hubungan (kamus bahasa Indonesia). Pada berbagai tulisan mengenai relevance, topicality (topik) merupakan faktor utama dalam penilaian kesesuaian dokumen.

Reitz (dalam Ghaffar (2017: 11) mengemukakan bahwa relevansi merupakan sejumlah informasi terpanggil dalam sebuah pencarian pada koleksi perpustakaan atau sumber lainnya, seperti catalog online atau basis data bibliografi, dimana informasi yang diberikan sesuai dengan subjek pada query dan relevan dengan kebutuhan pengguna.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, relevansi bisa didefinisikan sebagai kecocokan. Relevansi merupakan pengembangan dari kata relevan, yang berarti kait-mengait, bersangkut-paut, berguna secara langsung. Penggunaan istilah ini dapat dilihat pada contoh kalimat: Setiap mata pelajaran harus ada relevansinya dengan keseluruhan tujuan pendidikan. Sementara dalam bidang akademis, relevansi bisa diartikan sebagai sesuatu sifat yang terdapat pada dokumen yang dapat membantu pengarang/penulis/peneliti dalam memecahkan kebutuhan akan informasi.

Dokumen dinilai relevan bila dokumen tersebut memiliki topik yang sama, atau berhubungan dengan subjek yang diteliti (topical relevance). Jadi, inti dari relevansi adalah kesesuaian topik. Untuk contoh kasus relevansi, yang marak dibicarakan dewasa ini adalah tentang tujuan pendidikan yang

(27)

diterapkan oleh lembaga-lembaga fungsional, seperti sekolah. Tujuan pendidikan yang dilaksanakan di sekolah seharusnya memiliki relevansi dengan kehidupan masyarakat. Yang dimaksud relevansi di sini adalah sekolah memiliki tujuan yang mengacu pada kebutuhan dan mampu memberdayakan masyarakat sekitar secara optimal.

Purnomo (dalam Ghaffar 2017:11) mengemukakan bahwa Dokumen yang relevan bahwa “Dokumen yang relevan artinya dokumen-dokumen yang didapatkan dapat memenuhi kebutuhan informasi yang sedang dibutuhkan. Dalam konsep relevansi, sebuah dokumen atau buku dianggap relevan jika sesuai dengan kebutuhan pengguna. Kesesuaian ini ditetapkan sebagai ukuran kuantitatif yang tetap (Prasetyo, 2016: 70).

Dalam teknik information retrieval cara penetapan ukuran kesesuaian ini seringkali linear (satu arah). Seseorang memasukkan pertanyaan (query) ke sebuah sistem, lalu sistem memberikan jawaban. Berdasarkan jawaban ini dilakukan perhitungan seberapa relevan dokumen yang telah ditemukan oleh sistem.

Penilaian relevansi adalah bersifat individual bagi setiap penilai, dalam arti penilai yang berbeda akan menghasilkan penilaian yang berbeda pula. Penilaian relevansi bertujuan untuk menilai dokumen yang terpanggil dari berbagai dokumen yang terpanggil apakah sesuai dengan keinginan pemakai. D. Nilai-Nilai Distansi Estetis

Kata distansi estetis memiliki makna jarak, sedangkan estetis berarrti indah atau keindahan, jadi distansi estetis adal sebuah jarak yang menentukan keindahan. Dalam hal ini distansi estetis merupakan sebuah jarak yang selalu

(28)

dijaga oleh seoang pengarang dan senantiasa ada dalam sebuah karya sastra (Suriansyah: 2015: 7). Sebisa mungkin seorang pengarang menahan emosi pribadinya agar tidak mencemari kandunan karyannya dengan hasrat pribadi serta dalam menulis sebuah karya sastra pengarang dituntut untuk bersikap netral dan tidak melecehkan siapapun dalam karyanya.

Dengan demikian jika pembaca teks-teks sastra, pembaca berhadapan dengan tokoh-tokoh dan situasi-situasi yang hanya terdapat dalam khayalan pengarang, Datuk Maringgih (dalam Sakka (2014: 23) sebenarnya tidak pernah ada di dunia nyata, tetapi pembaca dapat menemukan tokoh-tokoh di dunia nyata yang sifatnya sama dengan Datuk Maringgih.

Pada penelitian ini distansi estetis yang dimaksud meliputi distansi estetis dari segi peristiwa yang tidak disangka-sangka meliputi, distansi estetis dari segi peristiwa yang ditampilkan, distansi estetis dari segi peristiwa yang mengharukan, distansi esetetis dari segi peristiwa yang menyedihkan.Estetis dari segi bahasa yakni menggunakan gaya bahasa. Peristiwa yang ditampilkan yakni peristiwa yang pahit dan sakit jika dialami dilihat dalam kehidupan nyata, menjadi menyenangkan untuk direnungkan dalam karya sastra.

E. Tinjauan Umum Film 1. Pengertian Film

Perkembangan seni film di Indonesia mempunyai sisi kemajuan yang sangat pesat saat ini diperfilman di Negeri Indonesia sudah mampu menunjukkan keberhasilannya untuk menampilkan film yang lebih dekat dengan budaya bangsa Indonesia ( Fajriah 2011:1).

(29)

Menurut ( Sobur, 2003:126–127), film merupakan alat komunikasi yang tidak terbatas ruang lingkupnya di mana di dalamnya menjadi ruang ekspresi bebas dalam sebuah proses pembelajaran massa. Film memiliki nilai tersendiri karena film tercipta sebagai sebuah karya dari tenaga-tenaga kreatif yang profesional di bidangnya. Film sebagai benda seni sebaiknya dinilai dengan secara artistik bukan rasional. Film dapat dikelompokkan menjadi dua pembagian besar yaitu kategori cerita dan kategori non cerita ( Fajriah 2011: 2).

Hal ini didasarkan atas argumen bahwa film adalah potret dari realitas di masyarakat. Film selalu merekam realitas yang tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat dan kemudian memproyeksikanya ke dalam layar.Dunia perfilman saat ini telah mampu merebut perhatian masyarakat. Lebih-lebih setelah berkembangnya teknologi komunikasi massa yang dapat memberikan konstitusi bagi perkembangan dunia perfilman. Meskipun masih bentuk-bentuk media massa lainnya, film memiliki efek ekslusif bagi para penontonnya Farid (dalam Fajriah.2011:1).

Film merupakan transformasi dari kehidupan manusia di mana nilai yang ada di dalam masyarakat sering sekali dijadikan bahan utama pembuatan film.Secara etomilogis, film adalah gambar bergerak. Sedangkan menurut beberapa pendapat, film adalah susunan gambar yang ada dalam seluloid kemudian diputar dengan menggunakan teknologi proyektor yang sebetulnya telah menawarkan nafas demokrasi

(30)

dan bisa ditafsirkan dalam berbagai makna Prakoso (dalam Widianto dkk, 2015:2). `

Memahami makna pesan dalam suatu film merupakan suatu hal yang sangat kompleks. Hal ini dapat dilihat terlebih dahulu dari arti kata makna yang merupakan istilah yang sangat membingungkan. Menurut beberapa ahli linguis dan filusuf, makna dapat dijelaskan:(1) menjelaskan makna secara ilmiah, (2) mendeskripsikan kalimat secara ilmiah, (3) menjelaskan makna dalam proses komunikasi (Sobur, 2001:23). Sedangkan definisi makna yang dikemukakan Brown adalah sebagai kecenderungan total untuk menggunakan atau bereaksi terhadap suatu bentuk bahasa.

Namun realitas yang ada tidaklah berjalan seperti diatas, terkadang penikmat film lebih cenderung menonton tanpa mengerti inti pesan yang coba disampaikan. Hal ini bisa jadi disebabkan oleh perhatian kita yang teralihkan akan kecanggihan teknologi yang digunakan dalam film, kemegahan sebuah negara yang menjadi latar tempat.adegan dari sebuah film, dll. Padahal dibalik kesemuanya itu, dalam penentuan pemeran, penentuan lokasi syuting, penentuan backsound, penentuan soundtrackdll, tidaklah berangkat dari keputusan yang asal-asalan. Melainkan dari pertimbangan yang sangat matang dan memiliki maksud dan pesan tertentu. Sehingga ini kemudian menjadi tantangan tersendiri lagi bagi penikmat film agar bisa memilah dengan baik film mana yang baik dinonton atau film mana yang boleh dinonton.

(31)

Salah satu film yang menurut penulis bisa dijadikan sebagai pilihan untuk ditonton adalah sebuah film karya Sutradara Halim Gani yang berjudul Uang Panai’ adalah berdasarkan kisah nyata. Kompleksitas budaya pernikahan pada masyarakat Sulawesi Selatan merupakan nilai- nilai yang tak lepas untuk dipertimbangkan dalam pernikahan seperti status sosial, ekonomi, dan nilai-nilai budaya dari masing-masing keluarga pria dan wanita. Di Sulawesi- Selatan, satu hal yang menjadi khas dalam pernikahan yang akan diadakan yaitu uang naik atau oleh masyarakat setempat disebut uang panai’.

2. Jenis-Jenis Film

Menurut Fajriah (2011: 17) film dapat dikelompokkan pada jenis film cerita, film berita, film dokumenter, dan film kartun.

a. Film cerita

Film cerita (story film) adalah jenis film yang mengandung suatu cerita yang lazim dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop dengan bintang film tenar dan film ini didistribusikan sebagai barang dagangan. Cerita yang diangkat menjadi topik film bisa berupa cerita fiktif atau berdasarkan kisah nyata yang dimodifikasi, sehingga ada unsur menarik, baik dari jalan ceritanya maupun dari segi gambar yang artistik.

b. Film berita

Film berita atau newrseel adalah film mengenai fakta, peristiwa yang benar-benar terjadi. Karena sifatnya berita, maka film disajikan kepada publik harus mengandung nilai berita

(32)

(newsvalue . Kriteria berita itu adalah penting dan menarik, yang terpenting dalam film berita adalah peristiwanya terekam secara utuh.

c. Film dokumenter

Film dokumenter merupakan film nonfiksi yang menggambarkan situasikehidupan nyata dengan setiap individu menggambarkan perasaannya dan kamera atau pewawancara. d. Film Kartun

Film kartun (kartun film) dibuat untuk dikonsumsi anak-anak. Tujuan utama dari film kartun adalah untuk menghibur. Walaupun tujuan utamanya adalah untuk menghibur, tapi terdapat pula film kartun yang mengandung unsur-unsur pendidikan di dalamnya.

3. Unsur Pembentuk Film

Film, secara umum dapat dibagi atas dua unsur pembentuk, yakni unsur naratmif dan unsur sinematik, dua unsur trsebut saling berinteraksi dan berkesinambungan satu sama lain.

a. Unsur Naratif

Unsur naratif berhubungan dengan aspek cerita atau tema film. Dalam hal itu unsur-unsur seperti tokoh, konflik, lokasi, waktu adalah elemen-elemennya. Mereka saling berinteraksi satu sama lain untuk membuat sebuah jalanan peristiwa yang memiliki maksud dan tujuan, serta terikat dengan sebuah aturan yaitu hukum kausalitas ( logika sebab akibat).

(33)

b. Unsur Sinematik

Unsur sinematik merupakan aspek-aspek teknis dalam produksi sebuah film. Terdiri dari (1). Mise en scene yang memiliki empat elemen pokok yaitu: setting atau latar , tata cahaya, kostum, dan make-up,( 2) Sinematografi, (c) editimg, yaitu transisi sebuah gambar (shot) ke gambar lainnya, dan (d) Suara, yaitu segala hal dalam film yang mampu kita tangkap melalui indera pendengaran.

4. Stuktur Film

a. Pembagian cerita

b. Pembagian adegan (squence) c. Jenis pengambilan gambar (shoot) d. Pemilihan adegan pembuka (opening) e. Alur ceritan dan continuity (berkelanjutan)

f. Intriqoue yang meliputi jealousy , penghianatan, rahasia bocor, tipu muslihat, dan lain-lain.

g. Anti klimaks yaitu penyelesaian masalah. Anti klimaks ini terjadi setelah klimaks.

h. Ending atau penutup. Ending dalam film bisa bermacam-macam, apakah happy ending, (cerita diakhiri dengan kebahagiaan), ataupun sad ending (diakhiri dengan penderitaan).

(34)

F. Tinjauan Tentang Film Uang Panai’

Adat adalah kebiasaan yang bersifat masih religius dari kehidupan masyarakat, yang meliputi antara lain mengenai nilai-nilai budaya norma-norma yang aturan-aturan saling berkaitan yang kemudian menjadi suatu sistem atau peraturan tradisional.

Adat bugis Makassar mempunyai kebiasaan tersendiri dalam adat perkawinan (Uang Panai’) sebagai mahar yang diberikan kepada mempelai wanita. Dulu dalam masyarakat yang dituturkan Hildred Geertz (dalam Ashari 2016: 18) orang tua sering menggunakan mahar dan momentum pernikahan anak sebagai kesempatan untuk unjuk status sosial kepada khalayak ramai. Untuk tujuan revalidasi status sosial tadi, orang tua sering merayakan pernikahan anak gadisnya secara meriah. Biaya untuk perayaan tersebut tidak jarang dibebankan kepada calon mempelai lelaki dalam bentuk maskawin. Seiring dengan trend romantisisme dan respiritualisasi pernikahan sebagai institusi yang cenderung disakralkan, maka tradisi mahar mengalami perubahan, mahar tidak lagi dipersepsikan secara material, tetapi lebih dipahami dan ditempatkan pada posisi simbolik penampilan dan kesucian serta ketulusan hubungan laki-laki-perempuan yang akan menikah.

Perkawinan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan setiap insan, karena dianggap suatu masa peralihan dari masa remaja ke masa dewasa.Perkawinan bukan hanya peralihan dalam arti biologis, melainkan lebih penting lagi penekanannya pada arti sosiologis, yakni adanya tanggung jawab baru bagi kedua orang tua yang mengikat tali

(35)

perkawinan terhadap masyarakatnya.Sehingga dalam pelaksanaan setiap perkawinan diselenggarakan dengan penuh kikmah dan pesta yang meriah.

Dalam hal perkawinan dari semua suku yang ada di Indonesia mengenal dengan istilah mas kawin atau dalam islam itu di sebut mahar, dan mungkin setiap suku mempunyai nama sendiri-sendiri, sedangkan dalam suku Bugis maskawin ini terbagi menjadi dua, yaitu mahar secara agama dan mahar secara adat, dimana dalam perkawinan suku Bugis terdapat dua mahar yang harus di penuhi oleh calonpengantin, yang pertama mahar yang harus di penuhi dan hukunya wajib menurut syariat agama islam dan yang kedua mahar adat yang wajib menurut hukum adat masyarakat Bugis itu sendiri.

Di sisi lain, jika perkawinan itu ditinjau dari perspektif terminologi, maka juga terdapat beberapa pandangan yang dikemukakan para ahli. Menurut Wingjodipuro (dalam Ansaar 2013: 7), perkawinan adalah salah satu peristiwa yang sangat penting dalam penghidupan masyarakat kita, sebab perkawinan itu tidak hanya menyangkut wanita dan laki-laki.

Sebenarnya dalam agama yang wajib adalah mahar dan mahar bukan uang panai’. Namun, jika ditinjau dari syariat Islam, salah satu rukun pernikahan dalam mahzab Malikiyyah adalah mahar (dalam mahzab lain hanya syarat). Mahar adalah pemberian wajib dari calon suami kepada calon istri sebagai ketulusan hati calon suami untuk menimbulkan rasa cinta kasih bagi sang istri kepada calon suami. Mahar disebut juga dengan istilah yang indah, yakni shidiq, yang berarti kebenaran. Jadi makna mahar lebih dekat kepada syari’at agama dalam rangka menjaga kemuliaan peristiwa suci. Salah

(36)

satu dari usaha Islam ialah memperhatikan dan menghargai kedudukan wanita, yaitu memberiny a hak untuk memegang urusannya.

Adapun yang dimaksud dengan uang panai’ menurut Koentjaraningrat (dalam Yansa dkk, 2017:3) fungsi uang panai’ yang diberikan secara ekonomis membawa pergeseran kekayaan karena uang panai’ yang diberikan mempunyai nilai tinggi. Secara sosial wanita mempunyai kedudukan yang tinggi dan dihormati. Secara keseluruhan uang panai’ merupakan hadiah yang diberikan calon mempelai laki-laki kepada calon istrinya untuk memenuhi keperluan pernikahan.

Dalam penelitian ini, peneliti akan menganalisis tentang nilai-nilai distansi estetis tentang uang panai’ di Bugis-Makassar. Uang panai’ telah mengalami kenaikan di Bugis-Makassar sehingga semuanya bisa sebagai ajang gengsi, apabila uang panai’ tersebut tidak dapat dipenuhi. Jika uang panai’ mampu dipenuhi pihak lelaki akan menjadi prestise (kehormatan) bagi pihak mepelai wanita.

Sesuai dengan adat yang berlaku dalam masyarakat Bugis-Makassar, persyaratan lebih banyak dibebankan kepada pihak laki-laki. Hampir seluruh pembiayaan dalam pelaksanaan perkawinan ditanggung oleh pihak laki-laki Lamallongeng (dalam Rahayu 2015:224).

Dulunya yang namanya uang panai’ adalah bentuk penghargaan kepada mempelai wanita sedangkan sekarang uang panai’ kini telah melonjak drastis. Ada beberapa uang panai’ termahal di tanah bugis Makassar yaitu seperti yang sudah terjadi di Bulukumba, Jeneponto, Pare-Pare dan lain sebagainya.

(37)

Uang panai’ memang menjadi perbincangan hangat saat ini bahkan tradisi perbincangan Uang Panai’ pun digambarkan dalam sebuah film terlaris di Indonesia. Tradisi uang panai’ terkadang menjadi momok laki-laki jika ingin menikahi gadis suku Bugis-Makassar.

Budaya pada hakikatnya berasal dari manusia yang dibatasi oleh keadaan alam. Budaya dalam masyarakat dapat berbeda-beda meskipun dalam tatanan sosial budaya dalam masyarakat Bugis-Makassar sebagai bentuk pengikat invidu dalam kelompok. Masyarakat Bugis-Makassar mempunyai yang mengikat setiap anggota masyarakat untuk memenuhi sebagai bentuk adat istiadat yang berbentuk aturan. Masyarakat Bugis-Makassar sangat menjunjung tinggi adat-istiadat, terutama adat perkawinan mempunyai pengaruh terhadap tatanan kehidupan masyarakat Bugis-Makassar. masyarakat mempunyai aturan dan urutan dalam melakukan perkawinan.

Bagi masyarakat Bugis-Makassar, jika laki-laki dan perempuan mempunyai tantangan dan rintangan untuk menyatu maka mereka akan melakukan tindakan yaitu kawin lari (Silariang ). Silariang mempunyai pengaruh terhadap budaya Siri’. Siri’ menjadi bentuk norma susila yang dimiliki oleh masyarakat Makassar. Harga diri masyarakat Bugis-Makassar menjadi pegangan dalam bertindak dan berperilaku. Siri’ menciptakan masyarakat Bugis-Makassar peduli pandanagan hidup dengan berpegang pada adat. Silariang merupakan bentuk tindakan yang melanggar aturan adat sehingga bagi masyarakat Bugis-Makassar yang melanggar akan mendapatkan hukm sosial dari masyarakat dengan cara dikucilkan atau dianggap sebagai anggota masyarakat. Silariang menimbulkan rasa malu

(38)

yang tidak mudah kembali seperti semula. Menurut Pabhicara (dalam Ainun dkk, 2017:6), perkawinan bagi suku Bugis Makassar mempunyai pengaruh terhadap kehidupan sosial masyarakatnya. Silariang sebagai bentuk perkawinan yang tidak dapat diterima oleh masyarakat Makassar, pada saat ditemukan dalam teori ini tentang kaitannya Silariang dalam budaya suku Makassar, yang terdapat dalam novel Natisha bahwa Natisha melakukan Silariang dengan laki-laki lain.

G. Kerangka Pikir

Berdasarkan pembahasan teoretis pada bagian tinjauan pustaka,maka berikut diuraikan kerangka pikir yang melandasi peneliti ini.Karya sastra adalah karya yang imajinatif, karya imajinatif adalah sebuah karya berdasarkan kenyataan dan kemudian dikembangkan oleh penulis atau pengarang.Sebagai karya sastra terlahir dari kenyataan, tetapi penulis membuat alur keinginan dengan budaya yang dikehendakinya.Sastra yang baik adalah yang selalu memberikan kesan pembacanya untuk berbuat baik atau yang sesuai dengan ajaran agamanya. Oleh karena itu, dalam sebuah karya sastra seperti film yang terkandung nilai-nilai distansi estetis pada film Makassar (Uang Panai) dengan menggunakan pendekatan Semiotika.

Pemilihan pendekatan ini karena dianggap pendekatan semiotika dapat memberi sebuah tanda dan segala yang berhubungan dengannya, cara berfungsinya, hubungannya dengan tanda-tanda lain, pengirimannya dan penerimanya oleh mereka yang menggunakannya. Semiotik yang merupakan ilmu tentang tanda-tanda memegang peranan penting dalam proses komunikasi sehingga berjalan dengan lebih baik dan pengirim tanda

(39)

mencapai penerimanya yang di dalam pikirannya terjadi suatu penafsiran dan berupa pengalaman, perasaan, gagasan, dan lain-lain. Jadi, yang menjadi tanda sebenarnya bukan hanya bahasa saja, melainkan berbagai hal yang melingkupi kehidupan ini, meski harus diakui bahwa bahasa merupakan system tanda yang paling lengkap dan sempurna. Tanda-tanda itu dapat berupa gerakan anggota badan, gerakan mata, mulut, bentuk tulisan, warna, bentuk, pakaina, karya seni, dan lain-lain yang berada di sekitar kehidupan kita.

(40)

BAGAN KERANGKA PIKIR

Relevansi Nilai-nilai Distansi Estetis dalam Film Uang Panai Karya Halim Gani Safia

Distansi Estetis

Peristiwa teguh pada pendirian salah satu

yang dialami dan dilakukan tokoh dengan sikap yang

mempercayai, meyakini bahwa apa

yang dilakukan itu adalah benar untuk dilakukan tokoh dalam film Uang Panai’ karya

Halim Gani Safia Peristiwa Menyedihkan

yang dialami tokoh dalam film Uang Panai’ karya Halim

Gani Safia

Peristiwa pahit yang menceritakan tentang kisah perjalanan hidup

yang dialami tokoh dalam film Uang Panai’ Karya Halim Gani Safia

Analisis

(41)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metode merupakan hal yang sangat penting dalam setiap penelitian, karena metode merupakan strategi melaksanakan penelitian.Demikian pula halnya dalam penelitian ini membutuhkan metode yang dapat mendukung terciptanya tujuan yang diharapkan.

Sesuai dengan karakteristik obyek penelitian, maka penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriktif yang bertujuan memberikan gambaran secara tepat mengenai sifat-sifat individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu untuk menentukan frekuensi banyaknya pengetahuan tentang masalah yang akan diteliti Koenjoroningrat (dalam Sakka 2014:27).

Pemilihan jenis penelitian didasarakan pada pertimbangan bahwa penelitian sesuai dengan sifat dan tujuan yang ingin dicapai, serta wujud data yang akurat tentang nilai-nilai distansi estetis pada film Makassar (Uang Panai’) Karya Halim Gani.

A. Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriktif kualitatif. Metode ini kadang-kadang disebut analisis isi. Pada penelitian ini, peneliti mengkaji nilai-nilai distansi estetis tentang peristiwa yang mengharukan, menyedihkan, dan membahagiakan pada film Makassar (Uang Panai’) Karya Halim Gani Safia.

(42)

Penentuan jenis penelitian ini disesuaikan dengan persamasalahan sifat dan tujuan penelitian.Dalam rangka mencapai tujuan, maka dipergunakan strategi berpikir finemologis yang lentur dan terbuka.Bentuk analisis menggunakan analisis secara induktif dengan meletakkan data penelitian bukan sebagai pembuktian, melainkan modal untuk memahami untuk menyimpulkan fakta yang ada.Sementara itu penelitian ini adalah kualitatif memiliki karakteristik diantaranya memiliki sifat induktif yaitu pengembangan konsep yang didasarkan atas data yang ada, mengikuti desain penelitian yang fleksibel sesuai dengan konteksnya.Desain yang dimaksud tidak kaku siafatnya sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk menyesuaikan diri dengan konteks yang ada.

B. Data dan Sumber Data 1. Data

Data dalam penelitian ini adalah tentang menganalisis tanda-tanda dari segi peristiwa yang mengharukan, menyedihkan, dan peristiwa yang ditampilkanyang tersirat dalam karya sastra terhadap nilai-nilai distansi estetis pada film Makassar (Uang Panai).

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah Film Makassar (Uang Panai) karya Halim Gani, film Uang Panai yang berdurasi 1:59:42detik tersebut merupakan film berciri khas budaya masyarakat Bugis Makassar yang menceritakan tentang uang panai (mahar) dalam ikatan suci pernikahan yang kerap menjadi persoalan pada masyarakat Bugis

(43)

Makassar yang telah ditayangkan serentak di sejumlah bioskop di wilayah Indonesia pada tanggal 25 Agustus2016.

C. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mencapai tujuan yang diharapkan dalam penelitian ini, diperlukan cara atau teknik dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriktif karya sastra (dalam bentuk film) atau buku-buku sastra dan jurnal yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, dalam mempelancar dalam menganalisis data penulisan proposal ini.

Data penelitian ini dikumpulkan dengan teknik untuk mengkaji dengan tetap memperhatikan prosedur penelitian kualitatif yang bersifat hermeneotis. Oleh karena itu, data dipilih sesuai dengan keperluan, kecukupan, dengan demikian, data yang diperlukan untuk ditelaah cukup komperensif, berdasarkan fokus penelitian yaitu nilai-nilai distansi estetis pada film Makassar (Uang Panai) karya Halim Gani.Distansi estettis dalam film ini yang meliputi,a) keindahan dari segi peristiwa yang menyedihkan, (b) segi peristiwa yang pahit dan peristiwa teguh yang dialami dan dilakukan tokoh dalam film tersebut..

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini sebagai berikut: 1. Menonton film Makassar (Uang Panai) karya Halim Gani

2. Memahami kata atau kalimat yang merupakan nilai distansi estetis pada film Makassar (Uang Panai).

3. Mengklasifikasikan data nilai distansi estetis dari segi keindahan peristiwa yang ditampilkan.

(44)

4. Mendeskripsikan nilai distansi estetis dalam film Makassar (Uang Panai) karya Halim Gani.

D. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan sejak awal peneliti mengumpulkan data, dilanjutkan mereduksi data, kemudian menyajikan data, selanjutnya melakukan penafsiran data, penarikan simpulan.Analisis data pada penelitian ini menggunakan teknik pemahaman secara.

(45)

BAB IV

HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Penyajian hasil analisis Data

Sebuah budaya memberikan warna yang kuat terhadap suatu kebijakan, perilaku, dan dinamika komunitasnya. Dalam bekerja seseorang lazim mengadopsi nilai-nilai dari kesehariannya. Nilai adalah suatu keyakinan kuat terhadap bentuk tingkah laku atau sikap tertentu yang disukai dan mudah diterima baik secara personal maupun sosial. Hakikat nilai budaya adalah perwujudan pergaulan sosial yang tanpa mementingkan diri sendiri karena kepentingan kolektif lebih penting dibandingkan dengan kepentingan pribadi.

Dalam mendeskripsikan hasil penelitian menguraikan secara sistematis dan konkret sesuai dengan urutan fokus yang telah dipaparkan sebelumnya. Langkah pertama adalah mengutip semua kalimat atau paragraf yang mendeskripsikan distansi estetis dari segi peristiwa yang menyedihkan , pahit, dan teguh pada analisis film Uang Panai’.

Salah satu estetika yang dapat ditemukan dalam karya satra adalah keindahan berbahasa yang dipergunakan pengarang, setiap pengarang pun memiliki ciri khas dan kreativitas berbahasa untuk berkomuikasi ungkapan emosi dan gagasan yang nantinya dapat menjadi bahan renungan kajian bagi masyarakat pembaca.

(46)

Bahasa adalah objek yang tidak akan pernah berarti tanpa digarap dan digunakan manusia. Ia berkembang dan mencapai bentuknya seperi sekarang karena penggunaan secara terus-menerus oleh manusia disegala lapangna filsafat, ilmu pengetahuan, agama, sastra, dan dalam pergaulan. Masalah penggunaaan bahasa dihadapkan pada usaha sepenuhnya bagi pengungkapan isi, hati, perasaan, daya khayal, dan daerah kenyataan baru yang sedang dijelajahi sastra.

Upaya untuk menentukan estetika dalam film Uang Panai’ dalam tulisan ini lebih ditentukan kepada estetika berbahasa sastra yang diekspresikan oleh Halim Gani Safia. Sesuai dengan zamannya, bahasa sastra yang di gunakan Halim adalah hampir 95% adalah bahasa (logat) Makassar.

Tema sentral dalam film ini tentang menggambarkan kearifan lokal bugis Makassar tentang tingginya uang panai’. Halim Gani menunjukkan kecintaan terhadap kebesaran tanah leluhur dan keindahan alamnya, untuk menonjolkan estetika dala film Uang Panai’. Selain menggunakan logat Makassar dan Bugis Halim Gani pun memperhatikan latar tempat (rumah) salah satu tokoh yang menggunakan adat Makassar.

Agar pembahasan ini sistematis dan konkret, hasil analisis data nilai distansi estetis dapat dilihat sebagai berikut:

1. Distansi estetis dari segi peristiwa yang menyedihkan, yaitu adanya peristiwa yang dialami tokoh utama yang menyentuh dalam film Uang Panai’ karya Halim Gani Safia.

(47)

2. Distansi estetis dari segi peristiwa yang pahit, yaitu peristiwa yang menceritakan tentang kisah perjalanan hidup yang dialami tokoh utama dalam film Uang Panai’ Karya Halim Gani Safia.

3. Peristiwa teguh pada pendirian salah satu yang dilakukan tokoh dengan sikap yang mempercayai dan meyakini bahwa apa yang dilakukan itu adalah benar untuk dilakukan tokoh dalam film Uang Panai’ karya Halim Gani Safia.

a. Nilai Distansi Estetis

Berdasarkan hasil analisis film Uang Panai karya Halim Gani Safia ditemukan data yang mengidentifikasi nilai distansi estetis yang terdiri atas distansi esetetis yang menyedihkan yaitu adanya peristiwa yang dialami tokoh yang menyentuh dalam film Uang Panai’.

1) Distansi Estetis dari Segi Peristiwa yang Menyedihkan

Peristiwa distansi estetis pada film Uang Panai’ karya Halim Gani Safia yang dapat menyentuh tokoh dalam tersebut dapat dilihat sebagai berikut:

Distansi Estetis dalam Film Uang Panai’ karya Halim Gani Safia terdapat peristiwa yang menyedihkan yaitu suatu peristiwa yang dialami tokoh dalam film tersebut. Film uang panai bisa dipahami karena kisah di film ini adalah kisah yang begitu dekat dengan kesehariannya. Kisah pahit manisnya ketika hendak menikah. Ancha yang sudah beberapa tahun merantau akhirnya pulang dan bertemu kekasihnya di pelabuhan. Kepulangan Ancha

(48)

juga kembali memekarkan hati seorang gadis manis bernama Risna. Putri sulung keluarga kaya yang sempat patah hati ditinggal pergi begitu saja. Cinta mereka mulai diuji ketika Risna meminta dilamar. Ancha menyanggupinya namun, “galau” setelah permintaan uang panai’ begitu fantastis, seratus dua puluh juta ruipah.

Tokoh dalam film Uang Panai’ menceritakan tentang kisah seorang laki-laki Bugis-Makassar tentang uang panai’ yang memang sudah populer dikalangan masyarakat Sulawesi-Selatan. Dalam masyarakat Bugis-Makassar untuk bisa menikahi seorang gadis pilihannya, namun seorang laki-laki harus mempersiapkan sejumlah uang panai’. Peristiwa yang menyedihkan dalam film Uang Panai’ membuat tokoh dalam film ini (Ancha) harus memperjuangkan cintanya kepada Risna meski harus terhalang dengan uang panai’ yang sangat mahal. Sebab cinta mereka bukan melemahkan hati, bukan membawa putus asa, bukan menimbulkan tangis. Cinta mereka menghidupkan pengharapan, menguatkan hati dalam perjuangan Ancha untuk berjuang dalam mengumpulkan uang panai’ sesuai permintaan orang tua mempelai wanita.

Peristiwa yang menyedihkan pada kutipan I dapat dilihat pada sebagai berikut:

“Seorang pemuda Bugis-Makassar, baru saja kembali dari perantauan. Tanpa sengaja dipertemukan kembali dengan mantan kekasihnya Risna setelah sekian lama mereka tidak saling berkabar. Benih-benih cinta akhirnya tumbuh kembali

(49)

diantara mereka. Ancha dan Risna pun bertemu disalah satu tempat dan setelah pertemuan itu Risna mengantar Ancha pulang ke rumah tiba-tiba Ancha mengingatkan lagu kenangan mereka terdengar di radio mobi. Risna langsung mengerem mendadak mobilnya karena ia tak sanggup lagi mendengar lagu kenangannya bersama Ancha. Risna menanyakan tentang cintanya kepada Ancha karena hubungan mereka belum ada kepastian. Menggambarkan peristiwa yang menyedihkan yang dialami oleh pemeran dalam film tersebut. Risna menanyakan tentang perasaanya ke Ancha, setelah 4 tahun lamanya hidup dengan penderitaan karena ditinggal pergi oleh sang pujaan hati. Selama Ancha meninggalkan Risna, Risna tidak bisa berpaling kepada orang lain. Risna selalu mengalihkan perhatiannya agar tidak jatuh cinta kepada lelaki lain selain Ancha. Ancha hanya dapat mendengarkan tentang perasaan yang dirasakan oleh Risna. Ancha pun menjawab isi hatinya dia mengatakan bahwa mimpi yang ia kejar selama ini adalah Risna, akan tetapi ia masih bingung kapan mimpi itu bisa menjadi kenyataan. Ancha berjanji untuk tidak meninggalkan Risna sebab cinta mereka tak ada kebahagiaan paling besar di dunia ini, selain kebahagiaan cinta... Untuk kedua kalinya kisah cinta merekapun terajut kembali, lambat laun Risna meminta agar segera dilamar karena takut untuk ditinggalkan yang kedua kalinya untuk memenuhi permintaan Risna ” (23:47 detik- 25-35 detik)

Data diatas menggambarkan kisah cinta mereka yang tak pernah usai dan tak ada yang dapat memisahkan mereka kecuali takdirlah yang memisahkannya. Melihat anak-anak muda sekarang yang menangis tersedu-sedu meminta belas kasihan perempuan

(50)

yang harus sengsara menangung cinta tanpa kepastian. Ancha merantau empat tahun dan meninggalkan Risna. Akan tetapi Risna masih tetap bertahan dan menunggu Ancha yang telah meninggalkannya dengan waktu yang lama . Ia tak dapat berpaling ke hati orang lain meskipun sesekali ia mengalihkan perhatiannya dengan membantu bapaknya di pelabuhan. Cinta mereka adalah seperti memburu cinta laksana memburu Kijang di rimba belantara. Bertambah diburu bertambah jauh ia lari. Akhirnya tersesat dalam rimba, tak bias lalu pulang lagi. Seperti dalam dialaog dalam film tersebut Ancha akhirnya pulang untuk menemui cintanya yang sudah lama ia tinggalkan sebab mimpi yang selama ini ia kejar adalah cinta tanpa kepastiannya dengan Risna. Akan tetapi Ancha masih bingung kapan mimpi itu bisa terwujud menjadi kenyataan karena bagi lelaki Bugis-Makassar ia dapat mewujudkan mimpinya menjadi kenyataan dengan datang ke rumah perempuan untuk membuktikan dengan membawa uang Panai’. Namun, Cinta tak bergantung kepada uang. Jika dua orang yang bercinta dapat bertemu, kesenangan dan ketenteraman pikiran, itulah uang, itulah kekayaan.

Distansi estetis yang menyedihkan diceritakan oleh pengarang selanjutnya pada Ancha dan Tettanya yang memikirkan uang panainya.

(51)

Peristiwa yang menyedihkan pada kutipan 2 dapat dilihat sebagai berikut :

“Ancha termenung memikirkan uang panai’ tersebut membuatnya sangat pusing sebab ia takut Uang Panai’ yang akan diminta oleh keluarga Risna sangat mahal. Uang Panai’ adalah salah satu syarat dalam tradisi suku Bugis Makassar jika ingin menikah dengan anak perempuan sesama Bugis-Makassar. Uang Panai’ menjadi syarat yang harus dipenuhi calon mempelai pria untuk mempersunting si wanitanya. Biasanya uang panai’ diberikan calon mempelai perempuan untuk keperluan mengadakan pesta atau uang belanja untuk pernikahan. Itulah mengapa Ancha sangat sedih memikirkan uang panai’. Akan tetapi bapak Ancha pun memberi nasihat kepada anaknya bahwa jika kamu serius maka perjuangkan, (resopa temmangnging namalomo naletei pammasena puang allah taala) arinya adalah perjuangan yang sungguh-sungguh dan pantang menyerah maka akan mendpatkan rahmat Tuhan Yang Maha Esa). Sesuai dengan adat yang berlaku dalam masyarakat Bugis-Makassar, persyaratan lebih banyak dibebannkan kepada pihak laki-laki.Hampir seluruh pembiayaan dalam pelaksanaan perkawinan ditanggung oleh pihak laki-laki.” (38-39 detik).

Data di atas menggambarkan tentang seorang lelaki termenung. Ancha memikirkan uang panai’ yang nantinya akan menjadi beban bagi dirinya dan beban bagi keluarganya. Mengingat besarnya jumlah uang panai’ atau uang belanja bagi pihak mempelai laki-laki harus dibayarkan untuk mempelai wanita. Dialog antara Ancha dan Tettanya tentang uang panai’ yang akan

Referensi

Dokumen terkait

Without making this cell reference absolute using the dollar signs, when we apply the conditional formatting rule to other cells in the worksheet, this cell reference will be

Pendekatan pertama adalah penelitian yang berkaitan dengan mengkaji faktor-faktor apa yang menyebabkan pelaporan keuangan yang dihasilkan berkualitas, dan

Selama ini sudah ada metode untuk membantu pengguna dalam mengingat akun dan password yang biasa dikenal dengan cookies.. Akan tetapi metode ini memiliki Kelemahan

EFEKTIFITAS FLASH CARD DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL HURUF PADA SISWA TUNARUNGU KELAS TK-A2 DI SLB NEGERI CICENDO KOTA BANDUNG.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Atas berkah dan ridho Allah SWT penulis telah menyelesaikan penulisan Landasan Proram Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (LP3A) Penataan Kawasan Kampung

perubahan keempat ini adalah Undang-Undang dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945 dan diberlakukan kembali dengan Dekrit Presiden

Pengalaman Lapangan (PPL) adalah semua kegiatan intrakurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan, sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang diperoleh

Islamisasi ilmu pengetahuan ini diterangkan secara jelas oleh al-Attas, yaitu pembebasan manusia dari tradisi magis, mitologis, animistis, kultur-nasional yang bertentangan dengan